• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH SUASANA TOKO (STORE ATMOSPHERE) DAN LOKASI TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI WADEZIG DISTRO KOTA PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH SUASANA TOKO (STORE ATMOSPHERE) DAN LOKASI TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI WADEZIG DISTRO KOTA PADANG."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH SUASANA TOKO (STORE ATMOSPHERE) DAN LOKASI TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN

DI WADEZIG DISTRO KOTA PADANG

Oleh :

NANDI EKO PUTRA 06 952 025

Mahasiswa Program Strata Satu ( S-1 ) Jurusan Manajemen

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa :

Nama : NANDI EKO PUTRA

No. BP : 06 952 025

Program Studi : Strata 1 (S1)

Jurusan : Manajemen

Judul : Analisis Pengaruh Suasana Toko (store atmosphere) Dan lokasi terhadap minat beli konsumen di Wadezig Distro Kota Padang

Telah diuji dan disetujui skripsinya melalui ujian komprehensif yang diadakan tanggal 04 Mei 2011 sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang berlaku.

Padang, Mei 2010 Pembimbing

Drs. Irsyal Ali, M.Si NIP. 19520916 197902 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Manajemen

(3)

No Alumni Universitas NANDI EKO PUTRA No Alumni Fakultas

BIODATA

a). Tempat/Tgl lahir: Pariaman, 20 Mei 1985 b). Nama Orang Tua: Ali Anis,Asniwarti c). Fakultas: Ekonomi d). Jurusan: Manajemen e). No. Bp: 06 952 025 f). Tgl Lulus: 4 Mei 2011 g). Predikat Lulus: Sangat Memuaskan h). IPK: 2,85 i). Lama Studi: 4 tahun 8 bulan j). Alamat Orang Tua: Komplek Jondul V H.7 Tabing, Kec. Koto Tangah, Padang

ANALISIS PENGARUH SUASANA TOKO (STORE ATMOSPHERE) dan LOKASI TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA WADEZIG DISTRO PADANG

Skripsi S1 Oleh: Nandi Eko Putra, Pembimbing: Drs. Irsyal Ali, M.Si Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suasana toko (srore atmosphere) dan lokasi terhadap minat beli konsumen pada wadezig distro padang. suasana toko (srore atmosphere) ditinjau dari exterior, general interior, store layout, dan interior display. Sedangkan lokasi ditinjau dari lingkungan yang ada pada lokasi toko. Pada variabel minat beli ditinjau dari Pertimbangan yang mempengaruhi minat beli konsumen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang berminat membeli baju pada Wadezig Distro Padang, dan sample diambil dengan menggunakan metode non probability sampling dengan teknik judgment. Metode riset untuk pengujian hipotesis menggunakan pola hubungan pengaruh. Mengoperasionalisasikan variable dengan instrument kuesioner sebanyak 100 responden. Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSSS versi 15.0. Hasil uji statistik menunjukan bahwa suasana toko dan lokasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen pada Wadrzig Distro Padang secara parsial dan simultan atau bersama-sama.

Skripsi telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 04 Mei 2011, dengan penguji :

Tanda

Tangan 1. 2. 3.

Nama

Terang Drs. Irsyal Ali, M.Si Dra. Yanti, MM Drs. John Edwar, MM Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen: Dr.Harif Amali Rivai, SE, M.Si NIP. 197110221997011001 Tanda tangan Alumnus telah mendaftar ke fakultas dan telah mendapat Nomor Alumnus:

Petugas Fakultas / Universitas Andalas

No Alumni Fakultas Nama: Tanda tangan:

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisi Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Wadezig Distro Padang”

Pada kesempatan ini penulis dengan hormat dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Papa dan mama yang tidak henti-hentinya memberi dukungan dalam perkuliahan dan hidup, serta segenap tetes keringat, doa dan pengorbanan yang selalu mengiringi pada setiap langkah.

2. Bapak Prof. Dr. H. Syafruddin Karimi, SE, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

3. Bapak Dr. Harif Amali Rivai, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Program Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. 4. Ibu Dra. Yanti, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Program

Reguler Mandiri Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

5. Bapak Irsyal Ali, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu guna memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(5)

7. Alfajri Fernando Putra “I lop u pull man”.

8. Sahabat –sahabat “n203” Borjek,Tompel,Anok, Pojan “ndak mantap link ang do kawan”. Indra cauak.

9. Teman-teman seperjuangan di kampus ekonomi jati. Aia angek crew, sarkoro crew, kura-kura ninja, angin berembus, “sadoalahannyo lah pokok e”

10. Bapak Drs. Jhon Edwar, MM dan Ibu Dra. Yanti, MM, selaku penguji pada ujian seminar hasil yang telah memberikan arahan dan saran-saran kepada penulis dan juga memberikan kepercayaan bagi penulis untuk menyandang gelar akademik.

11. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar yang telah memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Semua pegawai Biro Akademik Program Reguler Mandiri Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Padang, Mei 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Ruang Lingkup Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Retailing ... 7

2.2 Retail Mix... 10

2.3 Suasana Toko (Store atmosphere)... 11

2.4 Lokasi ... 28

2.5 Minat Beli... 34

2.6 Penelitian Terdahulu ... 45

2.7 Kerangka pemikiran ... 47

2.8 Hipotesis... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 49

3.2 Desain Penelitian ... 49

(7)

3.3.1 Populasi ... 49

3.3.2 Sampel ... 50

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.6 Variabel Penelitian ... 52

3.7 Operasionalisasi Variabel ... 53

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 55

3.8.1 Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian ... 55

3.9 Teknik Analisis Data... 56

3.9.1 Uji Validitas ... 56

3.9.2 Uji Reliabilities... 58

3.10 Asumsi Klasik ... 59

3.11 Uji Korelasi (R) ... 60

3.12 Uji Regresi... 61

3.13 Uji Koefisien Determinasi (R Square) ... 61

3.14 Pengujian Hipotesis ... 62

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Berdirinya Wadezig... 65

4.2 Struktur Organisasi Distro Wadezig ... 65

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Data ... 72

5.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 73

5.1.2 Analisa Deskriptif ... 76

5.1.3 Deskriptif Statistik ... 79

5.1.4 Asumsi Klasik... 80

5.1.5 Deskripsi Hasil Penelitian... 83

(8)

5.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 87

5.2.2 Uji Koefisien Determinasi ... 89

5.3 Uji Hipotesis ... 89

5.3.1 Uji Simultan dengan F-Test (Anova)... 89

5.3.2 Uji Parsial dengan T-Test ... 90

5.4 Pembahasan ... 91

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 94

6.2 Implikasi Penelitian... 95

6.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian yang Akan Datang ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... vi

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kondisi persaingan global yang semakin ketat diseluruh sektor ekonomi, Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,9% pada tahun 2010 cukup menggembirakan dan hal ini didukung oleh indeks daya saing ekonomi Indonesia yang cenderung meningkat dalam 3 tahun terakhir ini. Diharapkan Perekonomian Indonesia semakin eksis dalam era NAFTA/AFTA dengan semakin mampunya para pelaku ekonomi terutama pelaku di sektor ritel. Hal ini terjadi karena para investor baik dari dalam negeri ataupun dari luar negri yang semakin bebas dan leluasa untuk melakukan kegiatannya dalam mengembangkan usahanya dalam negeri

Tingkat persaingan yang semakin tinggi mengakibatkan konsumen memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap kualitas, pilihan produk, lokasi toko, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko yang lebih rendah. Pada saat ini kompetisi pada usaha ritel tidak hanya pada harga, namun menyangkut variabel lain yang berkaitan dengan nilai atas pengalaman berbelanja pelanggan.

(10)

demografi, dan sosial budaya. Tantangan tersebut secara tidak langsung menuntut perusahaan untuk mengembangkan retailing mix (Bauran Eceran) yang menurut Levy & weitz (2001:22) terdiri dari merchandise assortment, pricing, location, atmosphere, advertising and promotion dan personal selling. Hal tersebut dilakukan sebagai usaha pemasaran yang inovatif dan mampu menarik minat serta memuaskan konsumen.

Salah satu ritel yang ada di kota padang adalah Wadezig Distro (distribution store), distributor store disini adalah toko yang menjual produk dari berbagai produsen pakaian jadi dan menjual langsung pada konsumen tingkat akhir. Agar berhasil dalam memenangkan persaingan, perusahaan ritel Wadezig Distro harus dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain perusahaan harus dapat menarik minat beli konsumen agar konsumen tersebut menjadi pelanggan yang loyal berbelanja di Distro tersebut. Oleh karena itu penting bagi Wadezig Distro untuk mengenal dan mengetahui konsumennya. Strategi yang ditetapkan harus tepat sasaran, agar Wadezig Distro dapat terus berkembang di tengah persaingan yang ketat.

(11)

adanya suasana toko yang berkelas. Dengan demikian SuasanaToko (Store Atmosphere) dan lokasi yang tepat dapat menjadi sarana komunikasi yang positif, menguntungkan dan memperbesar peluang untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Atas dasar penjabaran pemikiran diataslah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen di Wadezig Distro Kota Padang”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh Store Atmosphere dan Lokasi terhadap minat beli konsumen di Wadezig Distro Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kondisi Store Atmospheredan Lokasi pada Wadezig Distro Padang

(12)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adlah: 1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas implementasi strategi Store Atmosphere dan lokasi yang mereka miliki untuk dapat mempertahankan konsumen mereka dalam persaingan yang ada, dimana diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah yaitu masalah praktis dalam perusahaan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan digunakan.

2. Bagi Akademis

Sebagai masukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan bacaan yang diharapkan akan menambah wawasan pengetahuan bagi yang membacanya terutama mengenai maslah Store Atmosphere, lokasi dan minat beli konsumen dan juga penulisan hasil penelitian ini diharapkan dapat diajdikan sebagai informasi tambahan atau referensi

3. Bagi Penulis

(13)

1.5 Ruang Lingkup Penulisan

Untuk mencegah perluasan dan terjadinya kerancuan pembahasan. Maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas hanya pada pengaruh store atmosphere dan lokasi terhadap minat beli konsumen pada Wadezig distro di kota Padang.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Berisikan landasan teoritis tentang konsep dasar tentang store atmosphere, Lokasi dan minat beli konsumen, penelitian terdahulu disertai dengan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian. Berisikan tentang populasi dan sample penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional, pengujian data, serta teknik analisis data. Bab IV Gambaran Umum Perusahaanberisikan tentang sejarah

berdirinya wadezig distro di kota padang serta langkah strategis apa yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan produknya Bab V Analisis dan Pembahasan, yang merupakan hasil dan

(14)
(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Retailing

Kegiatan pemasaran meliputi kegiatan pertukaran yang pada umumnya proses pertukaran tersebut melibatkan lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen, distributor, wholeseler, dan retailer sebelumnya sampai kepada konsumen akhir.Kegiatan mengecer / retailing merupakan aktivitas yang paling akhir dalam proses aliran barang dan produsen ke konsumen. Keberhasilan produsen akan ditentukan pula oleh keberhasilan bisnis eceran sebagai akhir kegiatan distribusi barang ataupun jasa. Seorang pengecer dapat lebih maju usahanya apabila seorang pengecer tersebut dapat bekerja secara.lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya dalam melayani konsumen.

Sebagian besar para produsen atau para pelaku pemasaran.dalam rangka menjual produk dagangannya selalu berusaha untuk mencapai tempat yang paling dekat dengan konsumen, salah satunya adalah melalui retailer (penjual eceran) yang memang mempunyai hubungan yang dekat dengan konsumen akhir.

(16)

keperluan pribadi (non bisnis). Dari kedua defenisi di atas dapat dilihat bahwa retailing merupakan aktivitas penjualan barang ataupun jasa secara langsung kepada konsumen akhir yang digunakan untuk perorangan, maupun untuk kebutuhan rumah tangga dan bukan untuk keperluan bisnis. Menurut Lamba (2003:22), fungsi-fungsi retailingadalah sebagai berikut:

1. Deciding on an appropriate mix product and services (menentukan penyediaan barang dan jasa yang beragam).

2. Converting larger quantities purchased into individual units (mengubah jumlah pembelian yang besar menjadi jumlah pembelian individu)

3. Holding inventory (menguasai persediaan)

4. Providing display and additional service (melengkapi display dan pelayanan dan tambahan)

Usaha eceran (retailing) dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kategori. Menurut Kotler (2006:216), usaha eceran dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu: pengecer toko (store retailing), penjualan eceran tanpa toko (non store retailing) dan organisasi eceran (retail organizational).Jenis-jenis toko pengecer menurut Kotler(2006:216) sebagai berikut:

1. Toko Khusus (Specialty Store)

Menjual lini produk yang sempit dengan ragam yang banyak dengan lini tersebut, seperti toko pakaian, toko buku, dan lain sebagainya.

2. Toko Serba Ada ( Department Store)

(17)

3. Pasar Swalayan (Supermarket)

Operasi yang relatif besar, biaya rendah, margin rendah tetapi dengan volume tinggi. Supermarket dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen.

4. Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Store)

Merupakan toko yang relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman dan menjual lini produk convenience yang terbatas dengan tingkat perputaran yang tinggi.

5. Toko Diskon (Discount Store)

Menjual barang-barang standar dengan harga yang lebih murah karena mengambil margin yang lebih rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi.

6. Pengecer Potongan Harga (Off Price Retail)

Membeli dengan harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan harga path konsumen lebih rendah dan pada eceran.

7. Toko Super (Super Store)

Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen untuk produk makanan yang dibeli rutin maupun bukan makanan.

8. Ruang Pamer Retailing (Catalog Showrooms)

(18)

2.2 Retail Mix

Untuk mendukung usaha eceran dibutuhkan strategi-strategi yang terpadu, agar di dalam mengambil suatu keputusan tidak menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Beberapa pakar ekonomi menyebut strategi ritel sebagai dengan istilah retailing mix (bauran penjualan eceran) yang pada dasarnya bauran penjualan eceran ini mempunyai cirri-ciri yang sama dengan bauran pemasaran (marketing mix).

Menurut Kotler dan Amstrong (2004:442) keputusan pemasaran pedagang ritel terdiri dari keputusan pasar sasaran, keputusan ragam produk dan perolehan, keputusan pelayanan dan suasana took, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat.

Dunne, lusch dan Griffith (2002:53) mengemukakan pengertian bauran penjualan eceran sebagai berikut; bauran penjualan eceran adalah kombinasi dari merchandise, harga, periklanan dan promosi, pelayanan konsumen dan penjualan, serta suasana toko dan desain toko yang digunakan untuk memuaskan konsumen.

Masson, Mayer, F. Ezeel (1998:49) mengemukakan, bauran penjualan eceran adalah semua variable yang dapat digunakan sebagai strategi pemasaran untuk berkompetisi pada pasar yang dipilih. Dalam variable penjualan eceran termasuk produk, harga, pajangan, promosi, penjualan secara pribadi, dan pelayanan kepada konsumen (customer service).

(19)

terdiri dari lokasi department store (store location), prosedur pembelian/pelayanan (operating procedures), produk barang yang ditawarkan (goods offered), harga barang (pricing tactics), suasana department store (store atmosphere), karyawan (customer service), dan metode promosi (promotional methods).

2.3 Suasana Toko (Store atmosphere)

Store atmosphere merupakan salah satu faktor yang dimiliki toko untuk menarik konsumen. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar-putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Penampilan eceran toko memposisikan eceran toko dalam benak konsumen. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian store atmosphere. Menurut Berman dan Evans (2001:602), mendefenisikan store atmospheresebagai berikut:

Atmosphere refers to the store ‘s physical characteristics that are used

to developed an image and draw customers.

(20)

Menurut Levy dan Weitz (2001:576) yaitu:

Atmosphere refers to the design of an environment via visual communication, lighting, colors, music, and scent to stimulate costumers, perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purchase behavior.

Berdasarkan defenisi tersebut di atas dapat diartikan atmosfir adalah rancangan dan suatu desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dan pelanggan dan akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka..

Sedangkan pengertian Store atmosphere menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:105) adalah Store atmosphere (suasana toko) yaitu suatu keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dekorasi dan lingkungan sekitarnya.

Gilbert (2003:129) menjelaskan bahwa store atmosphere merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan. Store atmosphere dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.

(21)

menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:108), yaitu:

1. Jenis karyawan, Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh; rapi, ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, Jenis barang dagangan yang dijual bagaimana barang tersebut dipajang menentukan suasana yang ingin diciptakan oleh pengecer.

3. Jenis perlengkapan tetap (fixute) dan kepadatan, Perlengkapan tetap bisa elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari logam dan kaca tidak tembus pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin diciptakan. Contoh; the gap menciptakan suasana santai dan teratur dengan meja dan rak, memungkinkan pelanggan lebih mudah melihat dan menyentuh barang dagangan dengan mudah.

4. Bunyi suara, Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di toko. Musik dapat mengontrol lain lintas di toko, menciptakan suasana citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya.

(22)

pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi eceran.

6. Faktor visual, Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan perhatian, warna merah kuning atau oranges dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna-warna yang menyejukkan seperti bins hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat yang tertutup, dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih. Pencahayaan juga dapat mempunyai pengaruh penting pada suasana toko. Konsumen takut untuk berbelanja pada malam hari di daerah tertentu dan lebih merasa senang bila tempat itu memiliki pencahayaan yang kuat untuk alasan keselamatan. Tampak luar .suatu toko juga mempunyai pengaruh pada suasana yang diinginkan dan hendaknya tidak menerbitkan kesan pertama yang mengkwatirkan bagi pembelanja.

Store atmospheremempunyai tujuan tertentu. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:105-109), dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen

2. Tata letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja

(23)

1. Exterior (Bagian Luar)

Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin, kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko, elemen untuk eksterior ini terdiri dan sub elemen-elemen sebagai berikut:

a. Store front(tampak muka)

Bagian depan toko meliputi kombinasi dari marquee pintu masuk jendela pencahayaan dan konstruksi gedung. Store front harus mencerminkan keunikan, kematangan, dan kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Konsumen akan menilai toko dari penampilan warna terlebih dahulu sehingga eksterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko. Ada banyak alternatif bagi retailer untuk dipertimbangkan sebagai dasar perencanaan store frontdiantaranya:

1. Modular structure, struktur bangunan yang berbentuk persegi. Atau lingkaran yang menghubungkan beberapa toko

2. Prefabricated structure, kerangka bangunan telah dibuat sebelumnya di sebelum di pabrik dan kemudian di rakit kembali di lokasi toko berada

(24)

4. Unique building design; store front mempunyai desain rancangan yang unik daripada yang lain

Store front dapat ditambahkan dengan pepohonan air mancur dan kursi-kursi yang ditempatkan di sekitar toko. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang santai di sekitar toko.

b. Marquee.

Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif, Marquee harus diletakkan di luar, terlihat berbeda dan lebih menarik atau Mencolok dari pada toko lain.

c. Entrances(Pintu Masuk)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk dan melihat ke dalam toko. Serta harus dapat mengurangi lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan yaitu:

(25)

2. Jenis pintu masuk yang akan digunakan Apakah akan menggunakan pintu otomatis atau tank dorong

3. Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pintu masuk yang sempit, kecil dan berdesakan-desakan. Lebar pintu masuk ditujukan untuk menghindari masalah kemacetan lalu lintas orang yang keluar masuk toko

d. Display Window(Jendela Panjang / etalase)

Mempunyai dua tujuan, yaitu pertama adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko dengan memajang barang-barang yang ditawarkan, misalnya toko sepatu. Tujuan kedua adalah menarik konsumen untuk masuk. Dalam membuat pajangan yang baik harus dipertimbangkan mengelola ukuran jendela. Jumlah barang yang akan dipajang karena bentuk, tema dan frekuensi penggantiannya.

e. Height and Size of Building(Tinggi dan Luas Bangunan)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, misalnya tingginya. Langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas.

f. Visibility(Jarak Pandang)

(26)

g. Uniqueness(Keunikan)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, dan dapat melalui desain toko yang lain daripada yang lain, seperti marquee yang mencolok, etalasi yang dekoratif, tinggi dan ukuran gedung yang berbeda dan sekitarnya.

h. Surrounding Area(Lingkungan Sekitar)

Citra toko dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat di mana toko itu berada. Atmosphere suatu toko akan memperjelas nilai yang negatif jika lingkungan sekitar toko mempunyai nilai yang negatif jika lingkungan sekitar toko mempunyai tingkat kejahatan yang tinggi yang akan mempengaruhi citra toko itu sendiri.

i. Surrounding Stores(Toko Sekitar)

Toko-toko lain sekitar toko itu berada juga dapat mempengaruhi citra suatu toko. Toko tersebut bisa berada di dalam gedung yang sama atau gedung lain yang berdekatan dengan toko. j. Parking(Tempat Parkir)

(27)

2. General Interior(Interior Umum)

General interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Seperti yang kita ketahui hal ini akan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko. Namun yang paling utama yang dapat membuat penjual menarik pembeli setelah berada di toko adalah display.

Display yang baik yaitu display yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengatasi, memeriksa dan memilih barang-barang dan akhirnya melakukan pembelian Ketika konsumen masuk ke dalam toko ada banyak yang akan mempengaruhi persepsi mereka pada toko tersebut.

Elemen-elemen dari general interiorterdiri dari: a. Flooring(Tata Letak Lantai)

Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukiran, desain dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.

b. Colors and lighting(Pewarnaan dan Pencahayaan)

(28)

ditawarkan terlihat lebih menarik, dan berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Scent and Sound(Aroma dan Suara)

Tidak semua toko memberikan layanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan maupun stress. Sambil berbelanja konsumen yang dihadapkan pada musik yang keras akan menghabiskan lebih sedikit waktu berbelanja. Lain halnya apabila mereka dihadapkan pada musik yang lembut.

d. Fixtures(Perabot Toko)

Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena barang-barang tersebut berbeda bentuk, karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya pun berbeda. Dengan bantuan peralatan penunjang dan cara penyusunan yang berbeda dapat diciptakan kesan atau image yang berbeda pula.

e. Wall Texture(Tekstur Dinding)

Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

f. Temperature(Suhu Udara)

(29)

mengatur jumlah AC yang dipasang yang mana harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mereka juga harus mengatur di bagian toko mana saja AC dipasang. Jika tidak memasang AC, maka mereka perlu memperhatikan masalah penggunaan jendela untuk pertukaran udara. g. Width of Aisles(Lebar Jalan)

Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar dan membuat konsumen merasa nyaman dan betah berada di dalam toko.

h. Dressing Facilities(Kamar Ganti)

Fasilitas kamar ganti dengan warna, desain serta tata cahaya dan privasi yang baik perlu diperhatikan dan dibuat sedemikian rupa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen

i. Vertical Transportation(Alat Transportasi Vertikal)

Suatu toko yang terdiri dan beberapa tingkat atau lantai, harus memperhatikan sarana transportasi ini seperti escalator, lift, tangga penempatan sarana berpengaruh pada suasana toko yang diinginkan.

j. Dead Areas

(30)

k. Personal(Karyawan)

Karyawan yang sopan ramah berpenampilan menarik dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko itu sebagai tempat untuk berbelanja.

l. Merchandise( Barang Dagangan)

Pengelola toko harus memutuskan variasi warna ukuran, kualitas, lebar dan variasi pada produk yang akan dijual. Mereka harus memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen hal ini sangat penting, karena dengan pemilihan merchandise kesukaan konsumen yang tepat akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan konsumen untuk berbelanja sedikit.

m. Prices Levels and Display(Tingkat Harga dan Etalase Label)

Label harga dicantumkan pada kemasan produk tersebut pada rak tempat produk tersebut dipajang atau kombinasi dari keuangan. Pengelola toko harus selalu memastikan agar label itu selalu jelas dan benar, sehingga memudahkan konsumen untuk mengetahui harga produk yang ditawarkan.

n. Cash Register(Kasir)

(31)

di lokasi yang strategis dan sedapat mungkin menghindari kemacetan/antrian antara konsumen yang keluar masuk toko.

o. Techno1ogy / modernization;

Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan cepat baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran dengan cara lain seperti kartu kredit atau debet, diskon voucher, toko dengan gedung yang modern, store front, marquee dan perabot yang baru akan menciptakan atmosphere yang jauh lebih menguntungkan dari pada fasilitas yang sudah lama atau tua.

p. Cleanliness(Kebersihan)

Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko walaupun eksterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya akan menimbulkan penilaian yang negatif dari konsumen.

3. Store Layout(Tata Letak)

(32)

a) Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers

Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk: 1. Selling Space(Wilayah Penjualan)

Tempat untuk memajang barang dagangan, tempat untuk berinteraksi antara wiraniaga dan konsumen, tempat untuk mendemonstrasikan produk dan sebagainya.

2. Merchandise Space(Tempat Barang Dagangan)

Tempat di mana barang-barang yang tidak dipajang disimpan atau bisa disebut gudang.

3. Personnel Space(Ruangan Untuk Karyawan)

Ruangan yang disediakan untuk meminimalisasi luas ruangan ini harus diminimalisir karena luas lantai sangat berharga. Oleh sebab itu biasanya ruangan karyawan diawasi dengan ketat, sehingga perusahaan juga harus mempertimbangkan moral karyawan sebelum menetapkan luas ruangan untuk karyawan.

4. Customer Space(Wilayah Untuk Konsumen)

Dirancang untuk meningkatkan minat belanja konsumen biasanya meliputi ruang tunggu, bangku dan kursi, kamar pas, toilet, tempat parkir, restoran, lift atau elevator, lorong yang lebar dan lain sebagainya.

b) Product Groupings(Pengelompokkan Barang)

(33)

1) Functional product grouping (pengelompokkan produk berdasarkan fungsinya); pengelompokkan barang berdasarkan penggunaan akhir yang sama

2) Purchase motivation produk groupings (pengelompokkan produk berdasarkan motif pembelian); pengelompokkan produk dirancang untuk menarik minat konsumen berbelanja dalam jumlah dan waktu tertentu yang dimiliki konsumen

3) Market segment product groupings (pengelompokkan produk berdasarkan segmen pasar); pengelompokkan atas barang-barang yang berbeda secara bersama-sama untuk menarik minat dan target pasar yang telah ditentukan

4) Storability product groupings (pengelompokkan produk berdasarkan kemampuan toko pengelompokkan barang) berdasarkan cara penanganan yang khusus

5) Traffic Flow(arus lalu lintas),

a. Straight (gridiron traffic flow) (Arus lalu lintas berbentuk lurus). yaitu Barang-barang yang dipajang dan lorong-lorong atau gang ditempatkan dalam bentuk persegi.

Manfaat dari straight traffic:

1. Penciptaan store atmosphere yang efisien

2. Luas lantai yang dapat digunakan untuk memajang produk lebih banyak.

(34)

4. Pengendalian atas persediaan dan keamanan lebih mudah 5. Kemudahan toko sehingga biaya tenaga kerja dapat ditekan. b. Curving (free-flowing) traffic flow(Arus lalu lintas bebas)

Pengaturan ini memungkinkan pelanggan membentuk pola lalu lintasnya sendiri.

c. Space /Merchandise category

Menentukan kebutuhan akan kebutuhan luas lantai. Setiap kategori produk telah ditentukan tempatnya. Pendekatan model persediaan juga dapat menentukan jumlah luas lantai yang diperlukan untuk memajang barang dagangan yang dibutuhkan.

d. Department Location(Lokasi departemen)

Lokasi tiap departemen harus dipetakan. Untuk toko yang bertingkat harus dapat diberi tanda ke setiap lantai di mana letak setiap departemen berada. Produk apa saja yang harus berada di setiap lantai dan bagaimana tata letak setiap lantai. Untuk toko dengan satu luas lantai harus menentukan bagaimana tata letak setiap lantainya.

(35)

4. Interior (Point-of-purchase) Display

Setiap jenis point-of-purchase display menyediakan informasi kepada pelanggan untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utama interior displayialah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut. Interior (point-of-purchase) displayterdiri dari:

a. There-setting

Dalam satu musim atau peringatan tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko tertentu untuk menarik perhatian konsumen. b. Rack and cases

Rack mempunyai fungsi utama untuk memajang dan meletakkan barang dagangan secara rapi. Caseberfungsi untuk memajang barang yang lebih berat atau besar dari pada barang di rak.

c. Cut cases and dump bins

Cut case adalah kotak yang digunakan untuk membawa atau membungkus barang-barang yang berukuran kecil. Dump bins adalah kotak yang berisi tumpukan barang yang telah diturunkan harganya. Dump bins dapat menciptakan open assortments dengan penanganan yang tidak rapi dan seadanya, keuntungan menciptakan kesan harga murah dan dapat mengurangi biaya display.

d. Posters, signs, and cards

(36)

untuk barang tertentu. Tujuan dan tanda-tanda ini sendiri untuk meningkatkan penjualan barang-barang melalui informasi yang diberikan konsumen secara baik dan benar. Daerah belanja yang kurang diminati biasanya dibuat menarik dengan tampilan tanda-tanda yang sifatnya komunikatif pada konsumen.

2.4Lokasi

Bagi bisnis ritel, penentuan lokasi sangat penting bahkan mutlak diperhitungkan melalui studi atau riset. Penentuan lokasi bisnis sangat penting dan menentukan bagi kesuksesan, bahkan menurut Triyono (2006:29), mengatakan bahwa tiga kunci bisnis ritel, yaitu pertama lokasi, kedua lokasi dan ketiga lokasi.

Menurut Tjiptono (1996:42), pemilihan tempat lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut :

a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

b. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. c. Lalu lintas (traffics), di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan,

yaitu :

(37)

2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran / ambulans

d. Tempat parkir yang luas dan aman.

e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.

f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung usaha yang ditawarkan. g. Persaingan, yaitu lokasi pesaing.

h. Peraturan Pemerintah.

Menurut Triyono (2006:30), ada empat faktor yang mempengaruhi kepadatan pengunjung untuk membeli, yaitu:

a. Kemudahan transportasi untuk mencapai lokasi

Ada banyak bukti bahwa pebisnis ritel yang tidak memperhatikan aspek kemudahan untuk mencapai lokasi akan ditinggalkan oleh pelanggan. Kita bisa melihat bahwa hanya karena perubahan arus lalu lintas dari dua arah menjadi satu arah, jumlah pelanggan yang datang menjadi turun drastis.

(38)

pemasok. Pemasok akan menghitung ulang aspek biaya, apabila lokasi terlalu sulit dijangkau (baik dengan kendaraan umum maupun dengan kendaraan pribadi).

Kesulitan ini dapat menaikkan harga barang sehingga dapat menurunkan margin pebisnis ritel. Oleh karena bisnis ritel sangat bergantung pada pelanggan dan pemasok. Kedua pihak ini harus selalu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi.

b. Kenyamanan dan keamanan parkir kendaraan

Oleh karena kendaraan (roda dua atau empat) merupakan bagian tak terpisahkan dari pelanggan, aspek kenyamanan dan keamanan parkir kendaraan di lokasi toko juga harus diperhatikan.

c. Kelengkapan mal, plaza atau pusat perbelanjaan

Konsep one stop shopping yang secara sederhana dapat diperhatikan “menyediakan segala kebutuhan pelanggan secara lengkap”, telah banyak dipenuhi oleh mal, plaza dan pusat-pusat perbelanjaan. Dengan kelengkapan ini, pelanggan akan sangat terbantu khususnya dalam hal kemudahan dan efisiensi berbelanja.

d. Daur hidup lokasi

(39)

Kotler dan Armstrong (2002:412), menegaskan bahwa para pengecer hendaknya mempertimbangkan enam keputusan dalam membuat strategi pemasarannya, keputusan tersebut salah satunya adalah keputusan tempat. Lokasi pengecer merupakan kunci bagaimana kemampuannya menarik konsumen. Konsumen dapat memilih lokasi apakah di wilayah pusat bisnis, pusat perbelanjaan daerah, pusat perbelanjaan komunitas atau jalur-jalur perbelanjaan. Namun yang paling penting pengecer harus memutuskan bagi tokonya dengan mempertimbangkan lalu lintas, biaya sewa parkir dan masalah komunitas.

Lamb dan Carl (2001:96), menetapkan kombinasi enam variabel sebagai bauran ritel / pengecer, yaitu salah satunya adalah lokasi yang baik. Dalam pemilihan lokasi, pengecer perlu mempertimbangkan faktor kemudahan akses, kemungkinan terlihat, tempat parkir (area parkir yang luas, bebas parkir atau biaya rendah), lokasi masuk / keluar, arus lalu lintas, keselamatan dan keamanan lokasi serta lokasi pesaing.

Keputusan lainnya adalah apakah memilih lokasi pada suatu pusat perbelanjaan (mall), pusat perbelanjaan komunitas / toko yang berdiri sendiri (freestanding stores) dan mempertimbangkan fasilitas penunjang atau fasilitas umum yang ada di sekitar lokasi.

(40)

meminimalkan beban biaya (investasi dan operasional) jangka pendek maupun jangka panjang dan ini akan meningkatkan daya saing perusahaan.

Dalam sektor bisnis jasa seperti lokasi kantor cabang bank, toko pengecer, pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat, memerlukan pertimbangan yang lebih kompleks. Bagi suatu perusahaan mungkin faktor terpenting adalah dekat dengan pasar tetapi mungkin yang lebih penting bagi perusahaan lain adalah dekat dengan sumber-sumber penyediaan bahan dan komponen.

Menurut Kottler dan Armstrong (2002:603), para pengecer biasanya mengatakan bahwa tiga kunci keberhasilan adalah lokasi, lokasi, lokasi. Menurut Rander (2001:205), untuk keputusan lokasi industri, strategi yang ditempuh biasanya adalah meminimasi biaya, sedangkan pada bisnis eceran dan pelayanan jasa professional, strategi yang digunakan terfokus pada maksimasi pendapatan. Secara umum, tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut.

Menurut Syahrizal (2004:83), secara umum faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi perusahaan adalah sebagai berikut: a. Lingkungan Masyarakat

(41)

masyarakat membutuhkan perusahaan karena menyediakan berbagai lapangan pekerjaan yang dibawa industri ke masyarakat.

b. Kedekatan dengan pasar

Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik pada para pelanggan dan sering mengulangi biaya distribusi. Dalam sektor jasa, daerah pasar biasanya ditentukan oleh waktu perjalanan para pembeli pelayanan jasa ke para pelanggan.

c. Penyediaan Tenaga Kerja

Dimanapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja. Karena itu, cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar.

d. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier

Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Begitu pula bila bahan mentah cepat rusak seperti perusahaan pengalengan buah-buahan. Dengan lebih dekatnya dengan bahan mentah dan para penyedia (supplier) memungkinkan suatu perusahaan mendapatkan pelayanan supplieryang lebih baik dan menghemat biaya pengadaan bahan.

e. Fasilitas dan Biaya Transportasi

(42)

Menurut Lewinson (1994:325), masalah penentuan lokasi pedagang eceran terdiri dari mengidentifikasikan, menggambarkan, mengevaluasikan dan akhirnya memilih lokasi yang digambarkan sebagai berikut:

a). Retailingmarket, yaitu lokasi pasar eceran

b). Trading areas, yaitu daerah geografis di mana pedagang eceran dekat atau berusaha mendekati sebagian besar pelanggan sasarannya. Pada dasarnya luas dari trading areas yang ditawarkan, termasuk macam harga, ketersediaan dari berbagai sumber, dan luas yang mencerminkan selera dari pelanggan.

c).Retail sites, yaitu posisi di mana dalam trading area tempat pedagang eceran beroperasi. Posisi ini ditentukan oleh beberapa factor seperti kemudahan mencapai lokasi, jalur lalu lintas, luas populasi dan distribusi dari trading areas, tingkat pendapatan, stabilitas ekonomi, dan persaingan.

2.5 Minat Beli

(43)

informasi seputar produk, ex: harga, cara membeli dan kelemahan serta keunggulan produk dibanding merek lain.

Sedangkan Simamora (2001:106), mengatakan bahwa ”Minat beli (niat beli) terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap produk yang diiringi dengan kemampuan untuk membeli produk.” Selain itu, niat beli terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Niat beli juga dapat timbul apabila seorang konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputar produk yang diperoleh melalui iklan, pengalaman orang yang telah menggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat beli timbul karena adanya ketertarikan dari individu tersebut terhadap produk yang diamati dan diiringi dengan kemampuan untuk membeli produk tersebut. Selain itu produk yang telah diamati dan dipelajari tersebut juga akan lebih mudah untuk diperoleh.

Setiadi (2003:216), menyatakan bahwa “Minat beli (niat beli) dibentuk dari sikap konsumen terhadap produk yang terdiri dari kepercayaan konsumen terhadap merek dan evaluasi merek, sehingga dari dua tahap tersebut muncullah minat untuk membeli”. Semakin rendah tingkat kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan semakin menurunnya minat beli konsumen.

(44)

Pembelian nyata terjadi apabila konsumen telah mempunyai minat untuk membeli suatu produk. Menurut Durianto (2003:59), yaitu: “Pembelian nyata merupakan sasaran akhir konsumen di mana minat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan perencanaan untuk membeli sejumlah produk dengan merek tertentu, pengetahuan akan produk yang akan dibeli sangat diperlukan oleh konsumen”.

Sedangkan menurut Hurlock dalam Efnita (2005:17), minat adalah suatu sumber motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya.

Pada dasarnya minat merupakan bentuk penerimaan akan suatu hubungan antara diri seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat tidak dibawa dari lahir, melainkan diperoleh kemudian sebagai akibat rangsangan adanya suatu hal yang menarik.

Lebih lanjut Durianto (2003:58), mengungkapkan bahwa “Minat beli timbul karena setiap konsep terhadap suatu objek atau produk, keyakinan konsumen akan terhadap suatu produk, di mana semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk maka semakin rendah minat beli konsumen”.

(45)

pengalaman orang yang telah menggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk.

Menurut Kotler (2000:207),bahwa :”Dalam tahap evaluasi proses keputusan pembelian, konsumen membentuk kesukaan / minat atas merek-merek dalam sekumpulan pilihan-pilihan, konsumen juga mungkin membentuk minat untuk membeli produk yang paling disukai.”

2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen

Menurut Kotler (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen adalah :

a. Harga

Harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos dan dapat menghasilkan laba. Prinsipnya dalam penentuan harga ini adalah menitikberatkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba. Penentuan harga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor Internal Perusahaan

- Keputusan harga disesuaikan dengan sasaran misalnya sasaran untuk bertahan hidup, memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pangsa pasar, atau standar mutu suatu produk.

(46)

jika produk diposisikan atas faktor-faktor bukan harga maka keputusan mengenai itu, promosi dan distribusi akan mempengaruhi harga.

2. Faktor Eksternal Perusahaan

- Pasar dan permintaan konsumen merupakan harga “tertinggi”. Konsumen akan membandingkan harga suatu produk atau jasa dengan manfaat yang akan diperolehnya. Hubungan antara harga dan permintaan terhadap produk atau jasa harus dipahami terlebih dahulu dan dianalisa.

- Harga dan tawaran pesaing perlu diketahui untuk menentukan harga serta reaksi mereka setelah keputusan diberlakukan.

- Kondisi ekonomi seperti inflasi, resesi, keputusan pemerintah dan tingkat bunga dapat mempengaruhi efektifitas strategi penetapan harga

b. Produk (Tingkat Efisiensi)

Produk menurut Kotler (2000) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dibeli, dikonsumsi, dan dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan, produk mencakup obyek secara fisik, jasa orang, tempat, organisasi, dan ide.

(47)

Pada dasarnya produk merupakan satu ikatan jasa yang disediakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Berbagai atribut yang melekat pada produk hanya akan menghasilkan value jika atribut tersebut menghasilkan manfaat bagi konsumen.Oleh karena itu, maka jasa yang dihasilkan oleh suatu produk dimulai sejak saat pelanggan berusaha mencari produk sampai saat pelanggan menghentikan pemakaian produk.

Atribut produk yang efesien adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk yang efesien tersebut terdiri dari:

1. Merek

Menurut Tjiptono (2000) merek digunakan untuk beberapa tujuan, antara lain:

a. Sebagai indentitas, yang bermanfaat dan membedakan dengan produk lain.

b. Alat promosi yang menjadi daya tarik produk.

c. Untuk membina citra dan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen.

d. Untuk mengendalikan pasar. 2. Kemasan (Packaging)

Tujuan penggunaan kemasan adalah: a. Sebagai pelindung isi (protection).

(48)

d. Memberikan daya tarik (promotion). e. Sebagai identitas (images)produk. f. Distribusi (shipping).

g. Informasi (labelling). 3. Jaminan (Garansi)

Adalah janji yang menjadi kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan. Jaminan bisa berbentuk kualitas produk, reparasi, ganti rugi (uang kembali atau produk ditukar), dan sebagainya.

4. Layanan Pelengkap (Supplementary Service) Dapat diklasifikasikan ke dalam 8 kelompok:

a. Informasi, misalnya jalan menuju tempat produsen, jadwal penyampaian produk dan jasa.

b. Konsultasi, seperti pemberian saran, auditing, konseling pribadi. c. Order Taking, meliputi membership (keanggotaan), order entry,

dan reservasi.

d. Hospitallity, kenyamanan yang diberikan misalnya penyambutan, transportasi, dll.

e. Care Taking, terdiri dari perhatian dan perlindungan atas barang milik pelanggan.

(49)

g. Billing, misalnya laporan rekening periodik.

h. Pembayaran, misalnya berupa swalayan oleh konsumen.

Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka tingkat efisiensi produk akan dapat memuaskan konsumen sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

c. Pelayanan

Kualitas layanan (service quality) sangat bergantung pada 3 (tiga) hal, yaitu : sistem, teknologi, dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi terbesar sehingga kualitas layanan lebih sulit ditiru dibandingkan dengan kualitas produk dan harga. Salah satu konsep kualitas layanan yang popular adalah ServQual. Berdasarkan konsep ini, kualitas layanan diyakini memiliki lima dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible.

Dimensi reliability adalah dimensi yang mengukur kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dibandingkan dengan empat dimensi kualitas layanan yang lain, dimensi ini dianggap paling penting dari berbagai industri jasa. Dimensi ini memiliki dua aspek, yaitu kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dan seberapa jauh perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat.

(50)

Dimensi assuranceadalah dimensi kualitas layanan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku frontline staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggan. Berdasarkan riset, terdapat empat aspek dimensi ini, yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan (Sitinjak dkk, 2004).

Dimensi empathy dapat dijelaskan dengan gambaran bahwa pelanggan dari kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi. Perusahaan harus tahu nama mereka, kebutuhan mereka secara spesifik, dan bila perlu mengetahui apa yang menjadi hobi dan karakter orang lainnya.

Dengan mempertimbangkan bahwa service tidak bisa dilhat, dicium dan diraba, maka aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran pelayanan. Dimensi ini umumnya lebih penting bagi karyawan baru.

Layanan yang diberikan oleh produsen merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi dalam keputusan pembelian konsumen. Layanan yang diberikan bisa berupa sikap, kedisiplinan, profesionalisme, dan juga ketersediaan produk. Namun disini layanan yang diberikan juga dapat berupa pemberian bonus jika melewati tingkatan tertentu dalam pembelian. d. Kelompok Acuan

(51)

Kelompok acuan (Engel, 1995) adalah orang yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu dan memberikan standar norma serta nilai yang dapat menjadi perspektif penentu bagaimana seorang berfikir atau berperilaku.

Kelompok acuan mempengaruhi seseorang dalam tiga hal yaitu:

1. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru.

2. Mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang.

3. Menciptakan tekanan untuk mematuhi apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.

Jenis-jenis kelompok acuan antara lain: 1. Ascribed Group dan Acquired Group

Ascribed Group adalah kelompok dimana seseorang individu secara otomatis menjadi anggota, misalnya anak baru lahir secara otomatis akan jadi keluarga tersebut. Acquired Group adalah kelompok dimana seseorang harus mencari anggotanya.

2. Primary Group dan Secondary Group

(52)

3. Formal Group dan Informal Group

Kelompok formal biasanya memiliki tujuan dan sasaran yang jelas dan mempunyai stuktur organisasi dan birokrasi yang jelas, sedangkan lawannya adalah kelompok informal.

4. Membership Group, Aspirational Group dan Dissosiative Group

Membership Group adalah kelompok dimana dia tidak menjadi anggota dari kelompok tetapi angin menjadi anggota dari kelompok tersebut. Sedangkan Dissosiative Group adalah suatu kelompok dimana nilai-nilai dan perilaku ditolak oleh seseorang. Kelompok aspirasi memiliki suatu keinginan untuk menggunakan norma dan perilaku orang lain.

5. Kelompok Referensi

(53)
(54)

terbalik. Peneliti:

(55)

analisis data dengan Structure equation meodelling (S.E.M) yang merupakan kombinasi dari analisis faktor, analisis regresi dan analisis path dengan stimulus pembelian tidak terencana sebagai variabel dependen dan Lingkungan berbelanja sebagai variabel dependen. Dalam penelitian ini Hanate Semuel menjelaskan bahwa variabel respon lingkungan belanja dominan berpengaruh positif terhadap pembelian tidak terencana, terungkap juga bahwa variabel pengalaman belanja resources expenditure merupakan variabel mediator antara respon lingkungan belanja dan variabel pengalaman belanja lainnya, serta berpengaruh negative terhadap pembelian tidak terencana.

Astrina (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Persepsi Resiko Pembelian Terhadap Minat Beli Rokok menjelaskan bahwa Persepsi resiko fungsional dan persepsi resiko fisik saja yang berpengaruh signifikan terhadap minat beli rokok, dengan arah hubungan negative atau berbanding terbalik. Penelitian ini menggunakan metode sampel yaitu metode accident sampil dan teknik analisis menggunakan Regresi Linear Berganda. Variabel penelitian yaitu Resiko Pembelian sebagai variabel independen dan minat beli variabel dependen

(56)

terhadap minat beli produk kedai digital sangat signifikan apabila dilaksanakan secara bersamaan namun secara parsial antara store atmosphere terhadap minat beli produk kedai digital diketahu tidak signifikan. Penelitian ini merupakan penelitian Eksplanatori, dengan teknik analisis data menggunakan Koordinasi Rank Kendall.

2.7 Kerangka pemikiran

Kondisi lingkungan toko baik fisik maupun non fisik serta lokasi yang tepat menimbulkan pengaruh terhadap konsumen dalam menentukan pilihannya untuk berbelanja. Jika Lingkungan toko yang diperlihatkan oleh eksterior, general interior, store lay out dan interior display semakin baik dan sesuai dengan harapan konsumen, ditambah juga dengan pemilihan lokasi yang tepat cenderung akan membuat konsumen semakin tertarik dan pada gilirannya akan menimbulkan keinginan mereka untuk berbelanja. Sebaliknya jika lingkungan dan lokasi toko yang kurang baik cenderung mematikan minat beli mereka untuk berbelanja pada toko tertentu.

(57)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Ha : Diduga store atmosphere dan lokasi berpengaruh positif terhadap

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pelanggan yang berminat membeli baju pada DistroWadezig Distro Padang. Sedangkan lokasi penelitian ini berada di Jalan Ahmad Yani No.38 Padang

3.2 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa path masyarakat sekarang. Tujuan dan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(59)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang berminat membeli baju pada Wadezig Distro Padang. Menurut Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang diambil adalah seluruh pelanggan yang berminat membeli baju pada Wadezig Distro Padang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek dari populasi yang diteliti, dengan kata lain sampel adalah sebagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut. Konsumen yang berbelanja di Wadezig Distro Padang tidak dapat diketahui dengan pasti jumlahnya, maka jumlah sample yang dianjurkan antara 50-100 sampel (Santoso, 2002: 94). Alasan penggunaan metode ini karena keterbatasan waktu dan lebih efisien.

Dengan metode ini sampel ditetapkan sebanyak 100 orang dan untuk mendapatkan responden dilakukan dengan menemui setiap konsumen yang pernah berkunjung ke Wadezig Distro Padang.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Azwar (2004;36), jenis dan sumber data terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1) Data primer

(60)

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah jadi atau data yang sudah ada sebagai hasil penelitian orang lain, namun perlu dianalisa kembali sebagai pelengkap terhadap data primer atau objek yang diteliti. Data mi bisa diperoleh melalui dokumen-dokumen, buku-buku, laporan-laporan atau tulisan ilmiah lainnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Field research adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan peninjauan langsung ke objek penelitian, melalui:

a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi secara lisan baik langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data primer melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan pewawancara kepada responden.

b. Kuisioner

Kuisioner adalah alat penelitian yang berupa daftar pertanyaan mengenai masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data primer dari sejumlah responden.

c. Observasi

(61)

untuk memperoleh gambaran nyata mengenai store atmosphere yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library research)

Library research adalah alat penelitian untuk meneliti objek penelitian yang digunakan sebagai data sekunder melalui teori-teori yang sudah teruji kebenarannya, di mana data mi diperoleh melalui dokumen-dokumen, buku-buku atau tulisan ilmiah yang ada kaitan dengan teman penelitian penulis, dengan maksud untuk melengkapi data primer yang ada di lapangan.

3.6 Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang diteliti yang mempunyai variasi nilai. Menurut Sugiyono (2002:20) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dan orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan dua variabel yang akan diteliti:

1. Variabel terikat (dependent variable).

(62)

2. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan yang terjadi pada variabel terikat yaitu variabel X, dalam penelitiam ini terdapat dua variable bebas yaitu store atmosphere (X1) dan Lokasi (X2).

3.7 Operasionalisasi Variabel

(63)

Tabel 3.1

(64)

Minat beli

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Azwar (2004:5), terdapat dua jenis penelitian dilihat dari pendekatan analisisnya, sebagaimana juga yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metoda Statistika.

2. Pendekatan Kualitatif

(65)

Dalam melakukan analisis data yang diperoleh berdasarkan jawaban atas kuisioner yang dibagikan, penulis melakukan analisis kualitatif, yaitu mencari kebenaran hubungan antar dua variabel yang diteliti dengan perhitungan-perhitungan, dan analisis kuantitatif yaitu mengambil kesimpulan atas basil penelitian.

3.8.1 Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian

Untuk keperluan analisis, penulis mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh dari kuisioner dengan cara memberikan bobot penilaian setiap jawaban pertanyaan berdasarkan skala Likert menurut Sugiono (2004:86), Skala Liker digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social.

Adapun bobot penilaian terhadap jawaban kuisioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Bobot Penilaian Jumlah Kuisioner

Jawaban Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

3.9 Teknik Analisis Data

(66)

instrumen kuisioner, hubungan antar variabel maupun hipotesis yang diajukan penulis. Adapun metode statistik yang digunakan dalam penelitian mi adalah sebagai berikut:

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Hasil penelitian dikatakan valid bila terdapat kesenian antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan penelitian yang dikatakan tidak valid bila ada ketidak sesuaian antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek.

Bila suatu alat ukur sudah dikatakan valid, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian reliabilities alat ukur. Sebaliknya bila alat ukur dikatakan tidak valid, maka alat ukur yang telah digunakan sebelumnya hams dievaluasi atau diganti dengan alat ukur yang lebih tepat / efektif.

Rumus untuk menguji validitas data adalah sebagai berikut;

  

R = Koefisien validitas item yang dicari

(67)

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2

= Jumlah kuadrat masing-masing skor X

∑Y2

= Jumlah kuadrat masing-masing skor Y n = Banyak responden

Kriteria pengujian adalah :

rhitung >rtabel Valid

rhitung < rtabel Tidak Valid

rtabel dengan jumlah responden sebanyak 30 orang maka nilainya

adalah sebesar 0.361. Jika rhitung besar dari 0.361 maka kuisioner yang

digunakan dinyatakan valid. 3.9.2 Uji Reliabilities

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya ukuran dalam penggunaannya. Instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama, atau jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran pada subjek yang sama atau dengan kata lain untuk menunjukkan adanya kesesuaian antara sesuatu yang diukur dengan alat pengukuran yang dipakai.

(68)

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya jumlah item = Jumlah varians skor item

2 1

= varians skor total

Tingkat reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha diukur berdasarkan skala alpha 0 (nol) sampai 1 (satu). Adapun kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rttrtabel berati reliabel, sebaliknya jika rttrtabel berarti tidak reliabel. r tabel mengacu tabel r untuk uji satu arah. Dalam

penentuan tingkat reliabilitas suatu instrumen penelitian dapat diterima bila dalam kisaran r alpha > 0,60 s/d 0,80 dianggap baik / reliable serta dalam kisaran > 0,80 s/d 1.00 dianggap sanggat baik / sangat reliable (Santoso, 2001:227)

3.10 Asumsi Klasik 1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan guna melihat apakah variabel independen maupun variabel dependen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Imam Ghozali (2002) mengemukakan bahwa uji normalitas dapat dilakukan dengan

2

b

Gambar

Tabel 3.1Operasional Variabel
Tabel 3.2Bobot Penilaian Jumlah Kuisioner
Gambar 4.1Struktur Organisasi Wadezig Distro Padang
Tabel 5.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lokasi dan suasana toko (store atmosphere) terhadap minat beli konsumen pada Moct &amp; Co.. Lokasi ditinjau dari

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ ANALISIS

Dari latar belakang yang dikemukan, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE , HARGA DAN LOKASI TERHADAP MINAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Suasana Toko, Promosi dan Lokasi Terhadap Minat Beli di Planet Distro Kota Banjarnegara.. Penelitian ini merupakan penelitian

Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu Suasana Toko dan Lokasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap minat beli konsumen pada

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh suasana toko dan lokasi secara simultan berpengaruh

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji regresi linear berganda berpengaruh signifikan dan positif terhadap minat beli konsumen di toko buku Togamas Solo