• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Modul Pelatihan Time Management untuk Menurunkan Time-based Work-family Conflict pada Wanita yang Bekerja di Hotel "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Modul Pelatihan Time Management untuk Menurunkan Time-based Work-family Conflict pada Wanita yang Bekerja di Hotel "X" Bandung."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

Miranda Puspita. Efektivitas Modul Pelatihan Time Management Untuk Menurunkan Time-Based Work-Family Conflict Pada Wanita Yang Bekerja di Hotel “X” Bandung.

Penelitian ini dilatarbelakangi semakin banyaknya wanita menikah memilih tetap bekerja. Mereka mengalami konflik ketika waktu untuk menjalankan suatu peran terganggu oleh adanya tuntutan waktu dari peran yang lain, disebut time-based work-family conflict. Untuk menurunkan conflict, diperlukan intervensi. Model intervensi yang sesuai adalah pelatihan time management, yaitu dengan memberikan keterampilan mengatur waktu untuk menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga sesuai skala prioritas. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah modul pelatihan time management efektif digunakan dalam menurunkan time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja di hotel “X” Bandung.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Time-Based Work-Family Conflict dari Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell (1985).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan teknik one group design pre dan post test. Rancangan modul pelatihan dimodifikasi dari modul rancangan Lisdiana (2012). Pelatihan ini terdiri dari 2 sesi, sesi time-based work-family conflict dan sesi kedua yaitu prioritas. Alat ukur yang digunakan berbentuk kuesioner yang dikembangkan oleh Carlson, Kacmar dan Williams (2000) berdasarkan teori dasar dari Greenhause& Beautell (1985). Teknik analisis hasil uji coba pelatihan menggunakan teknik uji beda Wilcoxon untuk mengetahui penurunan time-based work-family conflict sebelum dan sesudah pelatihan.

(2)

ABSTRACT

Miranda Puspita. Thesis. Effectiveness Of Time Management TrainingModuls To Reduce The Time-Based Work-Family Conflict On Women Who Work In The Hotel “X” Bandung.

The research is motivated by the increasing number of married women choose to work . They experience stress / conflict when the time to perform a role of being distracted by the demands of other roles. Symptoms experienced by women who work are related with time-based work-family conflict. To reduce conflicts, needed intervention. Appropriate interventions model is the time management training, by providing the skills set the time to carry out the role in accordance with the work and family priorities. This study aims to determine whether the time management training effective used in reduction the time-based work-family conflict on women who work in the hotel “X” Bandung.

The theory used in this study is the theory of Time-Based Work-Family Conflict of Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell (1985).

The design of the study is a quasi experimental design technique one group pre and post test. The design of training modules that have been modified from the design module Lisdiana (2012). This training consist of 2 sessions, divided into sessions time-based work-family conflict and the second session is a priority. Measuring tool used to measure time-based work-family conflict shaped the questionnaire developed by Carlson, Kacmar and Williams (2000) based on the fundamental theory of Greenhause & Beautell (1985). Mechanical analysis of the test results of training using a technique different test Wilcoxon to see a decrease time-based work-family conflict before and after training.

(3)

x

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………....……i

Lembar Orisinalitas Laporan Penelitian………....ii

Lembar Pernyataan Publikasi Penelitian………..iii

Abstrak………..iv

Kata Pengantar………..vi

Daftar Isi………....x

Daftar tabel………. ………...xv

Daftar bagan………. ……….. .. .. xvi

Daftar Lampiran……….…...….xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….... 1

1.2Identifikasi Masalah……… 14

1.3Maksud dan Tujuan……….. 14

1.3.1 Maksud Penelitian……….... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ………. 14

1.4Kegunaan Penelitian………...15

1.4.1 Kegunaan Teoritis………15

1.4.2 Kegunaan Praktis………..15

(4)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Work-Family Conflict………... 18

2.1.1. Pengertian Peran dan Konflik Peran……… 18

2.1.2. Definisi Work-Family Conflict... 22

2.1.3. Work -Family Conflict Form... 25

2.1.4. Sumber atau penyebab Work family conflict... 28

2.1.5. Dimensi Work Family Conflict... 36

2.2 Pelatihan Sebagai Metode Belajar………. 38

2.2.1.Pengertian Pelatihan ………... 38

2.2.2.Fase Experiental Learning………... 39

2.2.3. Area Pembelajaran ……….. ……...…... 41

2.2.4. Tahapan Proses Belajar efektif………... 44

2.2.5. Pembelajaran Orang Dewasa……… 45

2.2.5.1. Proses dan Perilaku Belajar Orang Dewasa………. 45

2.2.5.2. Pendekatan dan Strategi Belajar Orang Dewasa……….. 49

2.2.6. Merancang Modul Pelatihan ……….…. 50

2.2.7. Metode Pelaksanaan Pelatihan ... 52

2.3.7.1 Metode Ceramah (Lecturing)……….... 53

2.3.7.2 Metode Experiental Learning………... 53

2.2.8.Instruktur……….. 58

2.2.9.Evaluasi Program Pelatihan………. 58

(5)

xii

2.3. Time Management ... 64

2.4.Kerangka Berpikir………... 68

2.5. Asumsi Penelitian………... 84

2.6. Hipotesa Penelitian………...….. 85

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian……….. 86

3.2. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual & Definisi Operasional……….. 87

3.2.1 Variabel Penelitian……….... 87

3.2.2 Dependent Variable……….. 88

3.2.2.1. Definisi Konseptual Time-Based Work-Family Conflict.... 88

3.2.2.2. Definisi Operasional Time-Based Work-Family Conflict.... 88

3.2.3 Independent Variable………... 88

3.2.3.1.Definisi Konseptual Pelatihan &Time Management... 88

3.2.3.2. Definisi Operasional Pelatihan... 89

3.3. Alat Ukur Time-BasedWork-Family Conflict……….... 89

3.3.1.Sistem Penilaian……….. 91

3.3.2.Validitas Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict……….…….... 92

3.3.2. Reliabilitas Alat Ukur Time-BasedWork-Family Conflict………. 93

3.4. Data Penunjang………94

(6)

3.5.2.Subjek Penelitian….………... 95

3.5.3. Teknik Penarikan Subjek Penelitian……….. 96

3.7.Modul Pelatihan………... 96

3.8. Metode Analisa Data………. 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden……….... 104

4.2. Hasil Evaluasi Uji Coba Modul Pelatihan………..105

4.2.1.Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Level Reaction Peserta………..….106

4.2.1.1. Evaluasi Level Reaction Peserta Terhadap Setiap Sesi…………...…...106

4.2.1.2. EvaluasiLevel ReactionPeserta Terhadap Trainer & Fasilitator……… 109

4.2.1.3. Evaluasi Level ReactionPeserta Terhadap Keseluruhan Pelatihan…...111

4.2.2. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Level Learning Pelatihan………..114

4.2.2.1. Evaluasi level Learning Peserta terhadap Kuesioner Time-Based Work-Family Conflict Pretes dan Post-test………..114

4.2.2.1.1. Gambaran Time-Based Work-Family Conflict Peserta Sebelum (Pretest) dan Sesudah (Post-test) Pelatihan...116

4.2.2.2.2. Gambaran Analisa Seluruh Item Time-Based Work-Family Conflict ………...116

4.2.2.2. Evaluasi Level Learning Responden Terhadap Kuesioner Learning Pretest dan Post-test...123

(7)

xiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……….138

5.2. Saran………...……139

5.2.1. Saran Teoritis………..139

5.2.2. Saran Praktis………... 140

DAFTAR PUSTAKA... xviii

DAFTAR RUJUKAN...xx

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data Evaluasi ……….

Tabel 3.1.Bentuk Kuesioner Time-Based Work-Family Conflict ……….. Tabel 3.2. Kategori Penilaian Time-Based Work-Family Conflict………... Tabel 3.3. Kriteria Validitas... Tabel 3.4. Hasil Validitas Alat ukur... Tabel 3.5. Kriteria Reliabilitas... Tabel 3.6. Hasil Reliabilitas Alat Ukur... Tabel 3.7. Kisi-Kisi Modul Pelatihan... Tabel 4.1. Gambaran Peserta………... Tabel 4.2. Evaluasi Level Reaction Terhadap Setiap Sesi……….... Tabel 4.3 EvaluasiLevel Reaction Terhadap Trainer dan Fasilitator………... Tabel 4.4. Evaluasi Level Reaction Seluruh Kegiatan Pelatihan……….. Tabel 4.5. Uji Beda Wilcoxon………... Tabel 4.6 Gambaran Time-Based Work-Family Confilct Sebelum-Sesudah Pelatihan………... Tabel 4.7. Item 1 Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan …... Tabel 4.8. Item 2 Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan…... Tabel 4.9. Item 3 Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …...

(9)

xvi

Tabel 4.10. Item 4Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan…... Tabel 4.11. Item 5Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …... Tabel 4.12. Item 6 Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …...

117 118 118

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1.1. Rancangan Penelitian ...

Bagan 2.1. Work-Family Role Pressure Incompatibilit... Bagan 2.2.Dimensions of Work-Family Conflict ... Bagan 2.3. Kerangka Pikir Pelatihan ... Bagan 3.1. Rancangan Penelitian ...

(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Identitas Responden

Data Mentah Pretest&Post-test Pengalaman/ Makna Pelatihan Saran & Kritik Pelatihan

Hasil Lembar kerja My Role & Time Hasil Role Play Me Time

Hasil Lembar Kerja Action Plan My Priority Hasil Kuesioner Evaluasi Pretest

Hasil Kuesioner Evaluasi Post-Test Hasil Observasi Pelatihan

Garis Besar Modul Pelatihan Handout Materi Pelatihan Lembar Identitas Responden

Lembar Kesediaan Mengikuti Pelatihan Kuesioner Pretest & Post-Test

(11)

xviii Lampiran 18

Lampiran 19

Lembar Evaluasi Level Reaction Materi Games

Lampiran 20 Materi My Role & Time/Ibu Lampiran 21 Materi My Role & Time/Istri Lampiran 22 Materi My Role & Time/Karyawan Lampiran 23 Materi Role Play / Ayah

Lampiran 24 Materi Role Play / Ibu

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun

bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri

dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan (As’ad,

1990). Menurut Davis (1991) faktor yang mendorong manusia bekerja adalah

adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur

kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk

kebutuhan hidup manusia. Di kehidupan keluarga, suami dan istri umumnya

memegang peranan dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi

maupun spiritual, juga dalam meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat

untuk memperoleh penghasilan yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi keluarga (Ihromi, 1990). Tugas untuk memperoleh penghasilan

keluarga secara tradisional terutama dibebankan kepada suami sebagai kepala

keluarga, sedangkan peran istri dalam hal ini dianggap sebagai penambah

penghasilan keluarga. Dalam golongan berpenghasilan rendah, istri berperan serta

dalam memperoleh penghasilan untuk keluarga (Ihromi, 1990). Seringkali kebutuhan

rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus

bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang

(13)

2

banyaknya wanita membantu suami mencari tambahan penghasilan, selain karena

didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga wanita semakin dapat

mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Keadaan

ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan wanita untuk berpartisipasi di luar

rumah, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga (Wolfman,

1994). Motivasi untuk bekerja dengan mendapat penghasilan khususnya untuk

wanita golongan menengah tidak lagi hanya untuk ikut memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga, melainkan juga untuk menggunakan keterampilan dan

pengetahuan yang telah mereka peroleh serta untuk mengembangkan dan

mengaktualisasikan diri (Ihromi, 1990). Studi tentang kebutuhan psikologis, bahwa

perempuan bekerja dengan alasan status, merealisasikan potensi, keinginan berguna

bagi masyarakat, tingkat energi yang tinggi, orientasi aktif terhadap kehidupan, dan

kebutuhan untuk kontak sosial (Hoffman, 1974dalam Juanita H. Williams, 1977).

Fenomena perempuan bekerja dengan bekerja diluar rumah untuk mencari

nafkah, sesungguhnya sudah lazim ditemui di berbagai kelompok masyarakat.

Dalam konteks Indonesia sebagai negara berkembang, sejarah menunjukkan bahwa

perempuan dan kerja publik sebenarnya bukan hal baru bagi perempuan Indonesia

terutama mereka yang berada pada strata menengah ke bawah. Di pedesaan,

perempuan pada strata ini mendominasi sektor pertanian, sementara di perkotaan

sektor industri tertentu didominasi oleh perempuan. Di luar konteks desa-kota,

sektor perdagangan juga banyak melibatkan perempuan. Data sensus penduduk

tahun 1990 menunjukkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang terbesar dalam

(14)

3

20,6%, dan sektor industri manufaktur 14,2% (Swara Rahima, Sumber: Kementrian

Pemberdayaan Perempuan). Sejauh ini, sumbangan wanita dalam pembangunan

ekonomi semakin meningkat, terlihat dari kecendrungan partisipasi wanita dalam

dunia kerja. Sebagai salah satu indikator, partisipasi dalam bidang ekonomi

ditunjukkan dari laju peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja antara tahun

1975 – 2000 lebih cepat dari peningkatan laju partisipasi pria. Di Indonesia, jumlah

angkatan kerja wanita yang aktif meningkat dari 6.869.537 pada tahun 1990 menjadi

36.871.239 pada tahun 2000, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 39.950.000

(BPS, Data kompensasi angkatan kerja,2010; dalam Azazah Indriyani, 2010).

Menurut Cascio (1998:214) dalam Kussudyarsana dan Soepatini (2008), saat ini dua

dari tiga karyawan pria mempunyai istri yang bekerja. Hal ini mengindikasikan

makin banyak pasangan suami istri yang bekerja dan makin banyak waktu yang

digunakan untuk bekerja. Selain itu, dinyatakan pada masa kini, sekitar 80%

pasangan menikah sama-sama bekerja, sehingga kedua-duanya sama-sama

memberikan kontribusi ekonomi bagi keluarga (tabloid nova, 2012). Sebuah studi

oleh layanan pengujian pendidikan mahasiswi perguruan tinggi menemukan bahwa

presentase yang berfikir bahwa “kegiatan perempuan sebaiknya terbatas pada rumah

dan keluarga” turun dari 37% di 1970 menjadi 9% pada tahun 1973 (Wilson,

1974).

Beberapa manfaat positif dari ibu bekerja bagi keluarga (Home improvement,

by jacinta F. Rini, sumber; e-psikologi.com), yaitu pertama dapat mendukung

ekonomi rumah tangga, sehingga dapat memperingan pencapaian kebutuhan dalam

(15)

4

dan pangan. Kedua, dapat meningkatkan harga diri dan pemantapan identitas,

sehingga seorang ibu dapat mengaktualisasikan dirinya dalam lingkungan secara

luas, yang dapatmendatangkan kebanggaan terhadap dirinya. Ketiga, mendapatkan

relasi yang sehat dan positif dengan keluarga, yang didasari keluasan lingkup relasi

yang dihadapi perempuan bekerja, sehingga pola berfikir jadi lebih terbuka dan

wawasan pun menjadi lebih luas untuk berbagi dalam keluarga. Keempat,

pemenuhan kebutuhan sosial, sehingga secara positif mendapatkan tempat

pengalihan dari berbagai masalah yang menimbulkan stress, karena dapat berbagi

perasaan, pandangan, dan sharing/berdiskusi. Kelima, manfaat positif dari ibu

bekerja adalah peningkatan keterampilan dan kompetensi, karena dalam bekerja

perempuan dituntut untuk secara kreatif menemukan segi-segi yang bisa

dikembangkan demi kemajuan dirinya, yang dapat mendatangkan rasa percaya diri

(Home improvement, by Jacinta F. Rini , SUMBER ; e-psikologi.com).

Selain manfaat yang para ibu dapatkan, banyak juga persoalan yang dialami

oleh para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana ia

mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga

dengan baik (Home improvement, by Jacinta F.Rini, sumber; e-psikologi.com).

Beberapa ibu yang bekerja mungkin dapat menikmati ataupun merasa kesulitan

dalam menjalankan peran ganda-nya.Secara umum, persoalan yang dialami oleh

ibu yang bekerja tidak jauh berbeda. Berbagai kesulitan yang mereka alami dari

masa ke masa, berasal dari sumber-sumber yang sama. Dari faktor internal, yaitu

persoalan yang timbul dari dalam diri pribadi sang ibu. Dimana seorang ibu yang

(16)

5

harus bekerja di luar rumah, dikarenakan tuntutan atas keadaan dalam keluarga.

Situasi tersebut mudah menimbulkan konflik, karena jadi seorang ibu yang bekerja

bukanlah keinginannya, namun ibu tidak memiliki pilihan lain dikarenakan tuntutan

keadaan dalam keluarga, misalnya harus membantu perekonomian keluarga. Ibu

cenderung merasa sangat lelah (terutama secara psikis), karena memaksakan diri

untuk menghabiskan waktunya menyelesaikan peran yang tidak ia nikmati ( Jacinta

F. Rini, sumber; e-psikologi.com ) .

Di bawah ini akan diungkapkan beberapa hasil penelitian menyangkut

situasi-situasi keluarga yang keduanya (suami dan istri) sama-sama bekerja. Guitian (2009)

mengutip pendapat beberapa hasil penelitian yang menjelaskan bahwa konflik

pekerjaan keluarga berkorelasi dengan ketidakhadiran, penurunan produktivitas,

ketidak-puasan kerja, penurunan komitmen organisasi, kurangnya kepuasan hidup,

kecemasan, kelelahan, distress psikologikal, depresi, penyakit fisik, penggunaan

alkolhol, atau ketegangan dalam pernikahan.

Martins et al, (2002) mengutip hasil penelitian, rata-rata didalam peran

keluarga, perempuan bekerja mendapatkan stres yang lebih dalam dibandingkan

laki-laki (dalam e.g., Gutek, Searle, & Klepa, 1991). Sebagai contoh, untuk

menyeimbangkan tugas pekerjaan dan tugas keluarga, perempuan cenderung

memprioritaskan tanggung jawab keluarga sebagai pekerjaan yang mandiri,

sedangkan laki-laki cenderung melihat tanggung jawab keluarga dengan pendekatan

penyeimbang dan kemungkinan besar menukar tanggung jawab keluarga terhadap

tanggung jawab pekerjaan (Tenbrunsel et al., 1995 dalam Martin et al, 2002). Studi

(17)

6

dan McKenry (1985) dalam Pika S.P, Wiranti S.R, & Safitri (2009) menunjukkan,

bahwa mereka cenderung merasa bahagia selama para ibu bekerja tersebut dapat

mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Jadi,

adanya konflik peran yang dialami oleh ibu bekerja, akan menghambat kepuasan

dalam hidupnya. Perasaan bersalah (meninggalkan perannya sementara waktu

sebagai ibu rumah tangga) yang tersimpan, membuat sang ibu tersebut tidak dapat

menikmati peran-nya dalam dunia kerja, begitu pula sebaliknya (e-psikologi.com).

Dari berbagai fenomena serta penelitian – penelitian diatas terlihat bahwa

tuntutan pada satu peran mempengaruhi tuntutan peran yang lain. Menurut Khan

et.al dalam Greenhause & Beutell (1985), ketika tuntutan pada salah satu peran

mempengaruhi peran yang lain disebut dengan work-family conflict. Khan et. al

dalam Greenhaus & Beutell (1985), mendefinisikan work-family conflict sebagai

salah satu bentuk dari interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran

antara peran di pekerjaan dengan peran di dalam keluarga. Dengan demikian,

partisipasi untuk berperan dalam pekerjaan (keluarga) menjadi lebih sulit/ terhambat

dengan adanya partisipasi untuk berperan di dalam keluarga (pekerjaan).

Work-family conflict yang dialami wanita dapat terjadi dua arah. Menurut Netmeyer,

McMurrian & Boles (1996), terdapat dua tipe arah work-family conflict yaitu

pertama, work-intervering with family (WIF) yaitu konflik antar peran dimana

ketegangan/tekanan yang dihasilkan dari pekerjaan mempengaruhi pekerja untuk

memenuhi tangung jawab yang berkaitan dengan keluarga. Kedua family intervening

with work (FIW) yaitu konflik antarperan dimana ketegangan/tekanan yang

(18)

7

dalam pekerjaan. Konflik ini terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan

peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan individu

yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya.

Work-Family conflict yang dinyatakan oleh Greenhause & Beautell (1985),

memiliki tiga bentuk yaitu time-based work-family conflict, strain-based work-family

conflict dan behavior-based work-family conflict. Time-Based Work-Family Conflict,

yaitu konflik yang terjadi karena tuntutan waktu pada satu peran mempengaruhi

keterlibatan di peran lainnya. Strain-Based Work-Family Conflict, yaitu konflik yang

terjadi karena stress yang ditimbulkan dari salah satu peran mempengaruhi peran

yang lain sehingga mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Behavior-Based Work-Family Conflict, yaitu konflik yang terjadi ketika tingkah laku yang

efektif untuk satu peran tidak efektif untuk digunakan dalam peran yang lain.

Berdasarkan fenomena wanita bekerja yang telah dijelaskan sebelumnya, serta

adanya berbagai bentuk dari work-family conflict, peneliti melakukan survey awal

untuk mendapatkan area permasalahan yang paling banyak dialami oleh wanita yang

bekerja di hotel “X” Bandung. Hal ini bertujuan agar dapat merancang intervensi

penelitian yang sesuai dengan kebutuhan wanita yang bekerja. Berdasarkan survey

awal yang dilakukan peneliti kepada sembilan wanita yang bekerja, dengan

memberikan kuesioner work-family conflict, ditemukan persentase konflik tertinggi

terdapat pada bentuk time-based work-family conflict. Dimana sebanyak 66,6%

wanita yang bekerja mengalami time-based work-family conflict tinggi dan sisanya

33,3% mengalami time-based work-family conflict rendah. Sementara itu, untuk

(19)

8

conflicttidak tampak persentase yang siginifikan antara rendah dan tingginya

konflik. Berdasarkan hasil survey, akhirnya peneliti mengambil bentuk time-based

work-family conflik pada wanita bekerja di hotel “X” Bandung sebagai topik

penelitian.

Dari hasil wawancara terhadap sembilan wanita yang mengikuti survey,

55,56% wanita yang bekerja sering memiliki perasaan bersalah, sedih atau bingung

ketika mereka hanya memiliki waktu yang sedikit untuk menjalankan peran mereka

sebagai seorang ibu maupun istri. Mereka menyadari tuntutan waktu yang lebih

banyak dalam pekerjaan, membuat wanita bekerja mengalami hambatan untuk

bertemu dan berkomunikasi dengan pasangan. Waktu untuk bersama pasangan

sangat kurang karena fokus mereka yang hanya pada waktu penyelesaian tugas yang

lebih tinggi. Selain itu, dikarenakan mengelola waktu yang kurang baik dalam

menjalankan perannya dalam pekerjaan dan keluarga, 44,44% diantara mereka yang

memiliki anak, mengalami kesulitan dalam mengelola dan membagi waktu dalam

mengurus anak, dan terpaksa menitipkan anak kepada keluarga terdekat. Waktu yang

terbatas dalam menjalankan peran dalam keluarga, banyak menghambat mereka

untuk dapat berkumpul bersama keluarga , membimbing anak belajar, bermain

dengan anak-anak, atau mengajak anak-anak/ keluarga berkreasi. Sejauh ini,

tuntutan waktu kerja yang padat di hotel “X”, membuat para wanita yang bekerja

mengalami masalah dalam hal waktu. Dimana wanita yang bekerja sering

mengalami kesulitan dalam mengatur waktu untuk menjalankan peran di pekerjaan

(20)

9

Beberapa hal yang membuat wanita yang bekerja di hotel “X” mengalami

kesulitan mengatur waktu, adalah dikarenakan waktu kerja yang padat, seperti waktu

libur yang terbatas, bahkan di hari – hari libur besar pun harus tetap menjalankan

pekerjaan. Selain itu, jadwal kerja yang sewaktu-waktu dapat berubah membuat

wanita yang bekerja mengalami kesulitan berkumpul bersama keluarga serta

menentukan kegiatan bersama dengan keluarga. Selain itu, dikarenakan jarak rumah

ke kantor yang jauh sehingga waktu mereka untuk keluarga terbatas. Beban kerja

yang harus dikerjakan di pekerjaan dan di rumah membuat mereka tidak dapat

mengerjakan semua pekerjaan rumah sesuai dengan yang diharapkan.

Perempuan, yang menjadi istri dan yang bekerja sering hidup dalam

pertentangan yang tajam antara perannya di dalam dan di luar rumah. Banyak wanita

yang bekerja full time melaporkan bahwa mereka merasa bersalah karena

sepanjang hari meninggalkan rumah. Namun, setibanya di rumah mereka merasa

tertekan karena tuntutan anak-anak dan suami, terutama terkait dengan tuntutan

perannya untuk meluangkan waktu bersama, mengurusi suami dan anak maupun

pekerjaan rumah tangga lainnya, sementara ia sudah merasa lelah (Ubaydillah,

2003). Berdasarkan penelitian Moen dan McClain (1990) terbukti bahwa dimana

wanita yang bekerja full time, lebih ingin mempersingkat jam kerjanya untuk

mengurangi ketegangan akibat peran pekerjaan dan keluarga dibandingkan dengan

wanita yang bekerja part time. Berg dalam Nuzul Rahmi Daeng (2010) telah

mewawancari hampir seribu istri yang bekerja dan ia menyimpulkan bahwa masalah

yang paling sering dialami istri yang bekerja adalah perasaan bersalah karena bekerja

(21)

10

keterikatan dalam hubungan seksual, menjadi sedikit temperamental terhadap anak,

serta harus meninggalkan pekerjaan untuk menghadiri acara anak di sekolah atau

acara keluarga lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lisdiana (2012), dari hasil

penyebaran kuesioner work-family conflict pada 15 orang wanita yang bekerja di

Bandung, didapatkan 60% wanita yang bekerja mengalami time-based work-family

conflict tinggi dan sisanya 40% mengalami time-based work-family conflict rendah.

Dari hasil penelitiannya, “wanita bekerja yang mengalami time-based work-family

conflict tinggi menilai waktu untuk menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga

saling menganggu satu sama lain, sehingga keterlibatan mereka dalam salah satu

peran menjadi terganggu/terhalangi. Sementara itu, wanita bekerja yang mengalami

time-based work-family conflict rendah menilai waktu untuk menjalankan peran di

pekerjaan dan keluarga tidak saling menganggu/menghalangi sehingga keterlibatan

mereka dalam pekerjaan atau keluarga tidak mengalami gangguan/kesulitan “ (Tine

Lisdiana,M.Psi, 2012).

Dalam hal ini kemampuan manajemen waktu merupakan salah satu kesulitan

yang paling sering dihadapi oleh para wanita yang bekerja. Mereka harus dapat

memainkan peran mereka dalam membagi waktu, baik di tempat kerja maupun di

rumah. Mereka sadar, mereka harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana untuk

anak-anak, serta menjadi istri yang dapat menjalankan perannya bagi suami serta

menjadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah

tangga. Di tempat kerja, mereka pun mempunyai komitmen dan tanggung jawab atas

(22)

11

prestasi kerja yang baik. Sementara itu, dari dalam diri mereka pun sudah ada

keinginan ideal untuk berhasil melaksanakan kedua peran tersebut secara

proposional dan seimbang. Namun demikian, kenyataannya keinginan untuk ideal

dalam melaksanakan kedua peran itu cukup sulit untuk dicapai karena beberapa

faktor, misalnya pekerjaan di kantor sangat padat, sedangkan suami di rumah kurang

bisa “bekerja sama” untuk ikut menyelesaikan pekerjaan rumah, sementara

anak-anak juga menuntut perhatian dirinya. Akhirnya ,ibu dapat merasa lelah karena

dirinya merasa dituntut untuk terus memberi dan memenuhi berbagai kebutuhan

yang ada.

Dari hasil survey awal tergambarkan bahwa sebagian besar wanita yang

bekerja mengalami tekanan waktu dalam menjalankan peran di pekerjaan dan

keluarga. Menurut Greenhaus & Beutell (1985), terdapat dua bentuk konflik yang

dikarenakan oleh waktu : (1) Tekanan yang muncul karena seseorang mengalami

kesulitan membagi waktu dalam memenuhi kebutuhan beberapa peran, (2) Tekanan

yang muncul karena banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi satu peran

sehingga kebutuhan peran yang lain tidak dapat dipenuhi. Menurut Greenhause&

Beutell (1985), sumber-sumber dari pekerjaan yang dapat menimbulkan time-based

work-family conflict adalah banyaknya jumlah jam kerja tiap minggu, jumlah tugas,

frekuensi lembur dan pergantian shift kerja yang tidak tetap. Sedangkan

sumber-sumber dari keluarga banyaknya anggota keluarga, memiliki anak kecil dan memiliki

suami bekerja. Apabila sumber-sumber di dalam keluarga atau pekerjaan yang dapat

memunculkan time-based work-family conflict di atas tidak dapat diintegrasikan

(23)

12

Greenhause& Beutell (1985) akan terjadi tekanan yang berlebih dan menimbulkan

suatu konflik. Konflik terjadi ketika adanya tekanan yang ditimbulkan oleh

ketidaksesuaian waktu yang dibutuhkan dalam melakukan peran-peran yang

berbeda.

Dalam hal ini, untuk dapat meminimalisir akibat yang diperoleh dari tekanan

yang dihadapi wanita bekerja, maka pentingnya melakukan suatu pelatihan

manajemen waktu. Wanita bekerja yang mengalami time-based work-family conflict

tinggi tentunya mereka belum memiliki pengetahuan mengenai time-based

work-family conflict dan keterampilan untuk menurunkan time-based work-family conflict.

Oleh sebab itu untuk dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada

wanita bekerja mengenai time-based work-family conflict maka peneliti akan

memberikan suatu modul pelatihan time management, untuk mengajarkan kepada

para wanita yang bekerja mengenai cara mengelola waktu yang efektif dalam

menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga. Modul pelatihan ini telah disusun oleh

Lisdiana (2012), dan telah teruji dapat digunakan untuk menurunkan time-based

work-family conflict pada wanita yang bekerja. Intervensi yang akan dilakukan

peneliti kepada wanita bekerja di industri perhotelan adalah modul pelatihan

tersebut. Peneliti akan melakukan beberapa modifikasi atas modul pelatihan yang

telah tersedia, sesuai dengan karakteristik sample yang ditetapkan peneliti. Dalam

hal ini, peneliti dapat melihat sejauh mana efektifitas modul pelatihan time

managementdalam menurunkan time-based work-family conflictpada wanita yang

bekerja di hotel “X” Bandung.Menurut definisi Bramley (1996), pelatihan adalah

(24)

13

tepat. Pelatihan merupakan suatu proses terencana untuk memodifikasi sikap,

pengetahuan dan keterampilan tertentu melalui pengalaman belajar guna mencapai

kinerja yang efektif dalam sebuah atau beberapa aktivitas (Reid & Barington dalam

David A. Statt,2000).

Gambaran dalam pelatihan yang diberikan, dimana wanita bekerja yang

memiliki time-based work-family conflict tinggi maupun rendah, dalam penelitian ini

akan diberikan pengetahuan mengenai time-based work-family conflict dan

keterampilan mengenai mengelola waktu yang efektif dengan membuat perencanan

kegiatan sehari-hari berdasarkan skala prioritas. Untuk dapat memberikan

pengetahuan dan keterampilan kepada wanita bekerja sebagai orang dewasa maka

diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan wanita

bekerja. Pemilihan metode yang tepat sangat penting agar wanita bekerja dapat

belajar dengan efektif saat pelatihan. Dikarenakan wanita bekerja adalah orang

dewasa yang dalam proses belajar harus melalui pengalaman. Dengan menggunakan

metode experiental learning, wanita bekerja yang mengikuti pelatihan akan lebih

mudah menyerap materi yang diberikan. Menurut asumsi Malcolm Knowless (1990),

orang dewasa dalam kehidupannya telah memiliki banyak pengalaman yang berbeda

dengan anak-anak, oleh karena itu teknologi pelatihan atau pembelajaran orang

dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan

dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang

bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan “experiential learning

(25)

14

1.2.IDENTIFIKASI MASALAH

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut : Apakah modul pelatihan time management efektif dalam menurunkan

time-based work family conflict pada wanita yang bekerja di hotel “X” Bandung.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk melihat sejauhmana efektifitas modul

pelatihan time management dalam menurunkan time-based work-family conflict

pada wanita yang bekerja di hotel “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh modul pelatihan yang efektif yang

dapat menurunkan time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja di hotel

(26)

15

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini antara lain adalah untuk :

a. Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya bagi psikologi industri

dan organisasi, psikologi keluarga, dan psikologi sosial, mengenai

efektifitas pelatihan time management untuk menurunkan time- based

work-family conflict pada wanita bekerja.

b. Menjadi sumber informasi dan referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan time- based work-family conflict pada

wanita yang bekerja.

c. Diharapkan modul pelatihan untuk menurunkan time – based

work-family conflict pada wanita bekerja ini dapat dijadikan bahan acuan

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah untuk :

a. Memberikan masukan bagi perusahaan, mengenai time-based work-family

conflict yang dapat memberikan dampak pada pekerjaan, seperti

terganggunya performance kerja. Diharapkan dapat memberikan

pemahaman bagi perusahaan dalam mengatasi time-based work-family

conflict yang terjadi pada wanita bekerja, sehingga dapat menjaga

(27)

16

b. Memberikan masukkan bagi wanita yang bekerja mengenai time - based

work-family conflict yang dapat memberikan dampak pada pekerjaan,

keluarga maupun pribadi. Dengan demikian, melalui pelatihan ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman dalam mengatasi time–based

work-family conflict, sehingga menemukan keseimbangan dalam

menjalankan peran.

c. Memberikan masukan informasi mengenai modul pelatihan time

management untuk menurunkan time-based work-family conflict untuk

wanita bekerja, bagi psikolog maupun konselor dalam menangani wanita

yang mengalami time-based work-family conflict.

1.5. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini untuk menghasilkan suatu metode guna menurunkan

work-family conflict dalam bentuk time-based conflict, yang dilakukan dengan

memberikan pelatihan time management kepada wanita bekerja, dan melihat

sejauh mana efektifitas modul pelatihan ini dalam menurunkan time-based

(28)

17

Bagan 1.1. Rancangan Penelitian Survey awal

work-family conflict pada wanita yang bekerja di Hotel ‘X’ Bandung

TIME-BASED

STRAIN-BASED

BEHAVIOUR-BASED

Modul pelatihan Time Management Time-based work-family conflict

sebelum pelatihan (Pretest)

(29)

138 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Modul pelatihan time managementefektif digunakan untuk menurunkan

time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja di bidang industri

perhotelan, untuk model evaluasi pelatihan level reaction dan level learning.

2. Rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini, secara

umummendapat reaksi positif dari peserta pelatihan, namun metode yang

digunakan perludikembangkan lagi, mengingat adanya saran untuk

menambah beberapa metode pelatihan yang lebih menarik dan menantang,

serta diberikan dalam kurun waktu yang lebih lama dan berkala didukung

(30)

139

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran teoritis dan saran praktis,

sebagai berikut :

5.2.1. SARAN TEORITIS

1. Kepada penelitian lain, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk :

a. Melanjutkan penelitian time managementuntuk menurunkan time-based

work-family conflict dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih besar

dan dari lingkungan instansi yang lebih bervariasi. Hal ini diharapkan agar

modul pelatihan time managementuntuk menurunkan time-based work-family

conflict dapat digeneralisasikan ke berbagai bidang.

b. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihantime management untuk

menurunkan time-based work-family conflict dengan mengembangkan

berbagai metode yang lebih bervariasi serta kurun waktu yang lebih lama dan

berkala. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan time managementuntuk

menurunkan time-based work-family conflictdapat dilakukan evaluasi sampai

level perilaku, sehingga dapat terlihat sejauh mana efektivitasnya, serta dapat

(31)

140

5.2.2. SARAN PRAKTIS

1. Kepada wanita yang bekerja, dapat menggunakan hasil penelitian sebagai

salah satu media untuk membantu mengelola permasalahan waktu dalam

menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga.

2. Kepada wanita yang bekerja,dapat melakukan refleksi diri dan menekankan

pada diri mengenai pentingnya menurunkan time-based work family conflict

dalam menjalankan peran di tugas dan kegiatannya sehari-hari.

3. Kepada para Psikolog Sosial, Keluarga maupun Industri dan Organisasi dapat

menggunakan modul pelatihantime managementuntuk menurunkantime-based

work-family conflict sebagai salah satu model intervensi pada wanita bekerja

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Biddle, B. B., & Thomas, E. J. (Eds.). (1966). Role theory: Concepts and research. New York: Wiley.

Bloom, Benjamin S, etc. 1956. Taxonomy of Educational Objective : The Classificationof Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green and Co.

Bramly, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness, 2th Edition. England : McGraw Hill Publishing Company.

Brookfield, S.D., Preskill, Stephen. 1999. Discussion As A Way of Teaching. USA: John Willey & Sons. Inc

Covery, Sean. 2001. The 7 Habits of Highly Effective Teens. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Graziano, A.M & M.L. Raulin. 2000. Research Methods, A Procrss of Inquiry, 4th ed. Boston: Allyn & Bacon.

Gulo W. 2002. Metodologi Penelitian. PT.Gramedia Widiasarana. Jakarta

Hurlock, Elizabeth, B. 1992. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta.

Knowles, M. 1990. Adult Learner : A Neglected Species. Houston : Gulf Publishing Company

Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, The Four Levels, Second Ed. San Fransisco : Berrett-Koehler Pub.Inc.

Myers, D.G. (1996).Social psychology (fifth edition). New York : McGrawHillCompanies, Inc.

Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York : McGraw Hill.

(33)

xix

Pleck, J. H., Staines, G. L. And Lang, L. 1980. Conflicts Between Work And Family Life. Monthly Labor Review, 29-32.

Posavac. J. E & Carey, G., 1992. Ramond. Program Evaluation Methods and Case Studies. 6th ed. New Jersy: Pearson Education, Inc. Prentice Hall.

Silberman, Mel. 1990. Active Training : A Handbook of Techniques, Design, Case Examples and Tips. Lexington Books.

Statt, David A. 2000. Using Psychology in Management Training. Taylor & Francis.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.

Timpe, D.A. 1991. Mengelola Waktu. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Walter, A. G and Marks, E. S., 1981. Experiental Learning and Change: theory design and practice. Canada: By john Wiley & Sons, Inc

(34)

DAFTAR RUJUKAN

As’ad. Moch. 1995. Psikologi Industri. Liberty. Yogyakarta: Cetakan Kedua.

Cascio, F. Wayne. 1998. Managing Human Resources:Productivity, Quality of Work Life, Profit. Ney York: Irwin McGraw-Hill, Fifth Edition.

Indriyani, Azazah. 2010. Tesis: pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Perawat Wanita Rumah Sakit (Studi Pada Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang). Universitas Diponegoro. Semarang. Indonesia

Lisdiana,Tine. 2012. Tesis: Rancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Untuk Menurunkan Time-Based Work-Family Conflict Pada Wanita Yang Bekerja Di Bandung.Universitas Kristen Maranatha. Bandung . Indonesia

Global Statistik. 2010. Teori validitas dan Reliabilitas. www.globalstatistik.com.

Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell. 1985. The Academy of Management Review, Vol 10, No. 1 (Jan., 1985), pp. 76-78. Sources of Conflict betweenWork and Family Roles.

Gutek, B.A., Searle,S. & Klepa, L. 1991. Journal of Applied Psychology, Vol. 76, No. 4 ; Rational Versus Gender Role Explanations For Work Family Conflict. Ihromi, T. O. 1990. Para Ibu Yang Berperan Tunggal dan Yang Berperan Ganda.

Jakarta. Lembaga Penerbit FEUI.

Kussudyarsana & Soepatini. 2008. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 9, No.2, Agustus 2008; 128-145. Pengaruh Karir Objektif Pada Wanita Terhadap Konflik Keluarga-Pekerjaan Khusus Pada Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Netmeyer, Richard G., McMurrian, Robert, dan Boles, James S. (1996). Development and Validation of Work-Family Conflict and Family-Work Conflict Scales. Journal of Applied Psychology. Vol. 81. No. 400-410.

NR. Daeng. 2010. Skripsi : Perbedaan Kepuasan Pernikahan antara Suami dan Istri dalam Dual Career Family: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia.

(35)

xxi

Parasuraman, S. and Greenhause, J. 2002. Human Resources Managemant Review. 12 (3); 299-312. Toward Reducing Some Critical Gaps in Work-Family Research.

Putri, S, Pika. Respati, S, Winanti. dan Safitri. Desember 2009. Jurnal Psikologi, Vol. 7, No. 2, Pg. 43 – 51. Makna Hidup Pada Perempuan Dewasa Yang Berperan Ganda. Universitas Esa Unggul. Jakarta.

Rini, F, Jacinta. 2002. Wanita Bekerja. http://www.E-psikologi.com; http://pikas.bkkbn.go.id

Williams, Juanita. 1977. Psychology of Woman, Behaviour In a Biosocial Context. W.W.Norton & Company. Inc. New York.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti memerintahkan siswa untuk belajar bersama atau berdiskusi terlebih dahulu mengenai materi yang telah disampaikan peneliti dengan tujuan untuk menguasai

Jaringan adalah sistem yang saling berhubungan antara perangkat komputer, telepon, atau komunikasi lain sehingga dapat berkomunikasi dengan satu.. sama lain dan berbagi aplikasi

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) kecenderungan pemilihan judul skripsi mahasiswa seni rupa tahun 1995-2005 mengarah pada judul dengan tema

Basis model yang digunakan dalam sistem penunjang keputusan Rp_JUS ini adalah model prakiraan pasokan bahan baku buah segar, model prakiraan penjualan jus, model model laju

Produksi Probiotik Campuran Saccharomyces cerevisiae, Trichoderma viride dan AspergUlus niger Untuk Ruminansia Menggunakan Media Pucuk Tebu dan Limbab Serat Abaka.

Berdasarkan penelitian terdapat beberapa strategi marketing jasa pendidikan di MI Muhammadiyah Program Khusus Kartasura dalam memasarkan program adalah pertama;

The plant GPX family may comprise up to six members that are distributed in different subcellular compartments ( Navrot et al., 2006 ).. thaliana , and their expressions