ii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai explanatory style pada entrepreneur yang merupakan alumni Universitas "X" di kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah snowball sampling. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 32 orang yang telah mendirikan usahanya selama minimal 1 tahun.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penunjang dan Kuesioner ASQ (Attributional Style Questionnaire) yang dibuat oleh Martin E.P. Seligman yang terdiri dari 48 item. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara data utama dan data penunjang, serta data demografik.
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil, yaitu 37,5% responden memiliki optimistic explanatory style, 46,9% responden memiliki pessimistic explanatory style, dan 15,6% responden memiliki average explanatory style. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagian besar entrepreneur yang merupakan alumni Universitas "X" di kota Surabaya tergolong Pessimistic Explanatory Style, mereka pernah mendapatkan feedback dari figur signifikan dan feedback tersebut membuat mereka menjadi lebih optimis.
Entrepreneur alumni Universitas “X” di kota Surabaya dengan Optimistic Explanatory Style memilih untuk menjadi entrepreneur agar dapat mengaktualisasikan diri sesuai dengan minat yang dimiliki, sedangkan entrepreneur dengan Pessimistic Explanatory Style memilih untuk menjadi entrepreneur agar dapat memperoleh penghasilan di atas rata – rata karyawan biasa.
iii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This study was conducted to obtain an overview of explanatory style for entrepreneurs who are alumni of the University "X" in Surabaya. Research use snowball sampling as sampling technique. The number of samples taken in this study were 32 people who had set up his business for a minimum of 1 year.
Measuring instruments used in this research are supporting data and ASQ questionnaire(Attributional Style Questionnaire) made by Martin E.P. Seligman consisting of 48 items. The data obtained were analyzed using frequency distributions and cross tabulation between the main data and auxiliary data, as well as demographic data.
Based on the data that has been processed , the result shows that 37.5% of respondents have an optimistic explanatory style, 46.9% of respondents have a pessimistic explanatory style, and 15.6% of respondents have an average explanatory style.
The conclusion from this study is that most entrepreneurs who are alumni of the University "X" in Surabaya classified Pessimistic Explanatory Style, they received feedback from significant figures and that feedback makes them become more optimistic. Entrepreneurs who are alumni of the University "X" in Surabaya with Optimistic Explanatory Style chose to become entrepreneurs in order to actualize their interests, while entrepreneurs with Pessimistic Explanatory Style chose to become entrepreneurs in order to earn above average employees.
vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...i
ABSTRAK...ii
ABSTRACT...iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR DIAGRAM ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1 Maksud Penelitian ... 10
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian... 10
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11
1.5 Kerangka Pemikiran ... 12
1.6 Asumsi Penelitian... 17
vii Universitas Kristen Maranatha
2.1 Two Ways of Looking at Life ... 19
2.1.1 Explanatory Style ... 19
2.1.1.1 Definisi Explanatory Style ... 19
2.1.1.2 Dimensi Explanatory Style ... 20
2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi Explanatory Style ... 22
2.2 Entrepreneur ... 23
2.2.1 Definisi Entrepreneur ... 23
2.2.2 Aspek Entrepreneurship ... 24
2.3 Dewasa Awal ... 25
2.3.1 Definisi Dewasa Awal ... 25
2.3.2 Kondisi dan Kebutuhan Pada Masa Dewasa Awal ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
3.1 Rancangan Penelitian ... 27
3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 27
3.3 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional ... 28
3.3.1 Variabel Penelitian ... 28
3.3.2 Definisi Konseptual ... 28
3.3.3 Definisi Operasional ... 28
3.4 Alat Ukur ... 29
3.4.1 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 30
3.4.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 30
3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 31
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32
viii Universitas Kristen Maranatha
3.5.1 Populasi Sasaran ... 32
3.5.2 Karakteristik Sampel ... .33
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 33
3.6 Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Gambaran Responden ... 35
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 35
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Berusaha ... 36
4.2 Hasil Penelitian ... 36
4.2.1 Explanatory Style pada Entrepreneur Alumni Universitas "X" di Kota Surabaya ... 36
4.2.2 Analisis Explanatory Style pada Setiap Dimensi ... 37
4.2.2.1 Bad Situation ... 37
4.2.2.2 Good Situation ... 39
4.3 Pembahasan ... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Simpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
5.2.1 Saran Teoritis ... 50
5.2.2 Saran Praktis ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur ... 29
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 35
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Berusaha ... 36
x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 17 Bagan 3.2 Prosedur Penelitian ... 27
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Bad Situation pada dimensi Permanence ... 37
Diagram 4.2 Bad Situation pada dimensi Pervasiveness ... 38
Diagram 4.3 Bad Situation pada dimensi Personalization ... 38
Diagram 4.4 Good Situation pada dimensi Permanence ... 39
Diagram 4.5 Good Situation pada dimensi Pervasiveness ... 40
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi - kisi Alat Ukur Lampiran 2 : Informed Consent Lampiran 3 : Kuesioner
Lampiran 4 : Data Responden Lampiran 5 : Validitas
Lampiran 6 : Hasil
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jumlah lapangan kerja yang terbatas, membuat tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah pengangguran terbuka nasional pada Februari 2013 mencapai 5,92%. Pengangguran terbuka usia muda mencapai 5,3 juta jiwa, 20% (sekitar 1,06 juta jiwa) diantaranya merupakan lulusan perguruan tinggi (http://www.bps.go.id/?news=1010). Hal tersebut membuat banyaknya pengangguran dan persaingan untuk memperoleh pekerjaan semakin ketat.
2
Universitas Kristen Maranatha mau bekerja apa saja sesuai dengan yang ditawarkan oleh perusahaan, bahkan tanpa perlindungan sosial dan kesejahteraan. Fenomena ini membuat potensi manfaat ekonomi dari besarnya jumlah penduduk usia produktif yang mengenyam pendidikan tinggi sia – sia karena menjadi pengangguran (KOMPAS, 2012).
Menurut sosiolog Dr. David McClelland, dari Harvard dalam bukunya The
Achieving Society (Van Nostrand, 1961), suatu negara dapat mencapai
kemakmuran jika 2% dari jumlah penduduknya menjadi pengusaha. Dengan demikian untuk dapat mengubah posisi Indonesia dari negara berkembang menjadi sebuah negara yang maju dibutuhkan setidaknya 4 juta pengusaha untuk bisa mengatasi permasalahan pengangguran dan kemiskinan di tanah air. Kemunculan para pengusaha, otomatis membuka peluang adanya lapangan pekerjaan. Semakin banyak lapangan kerja, semakin mengurangi pengangguran. Artinya, tingkat kesejahteraan masyarakat juga meningkat. Dengan begitu, tingkat kemiskinan akan semakin berkurang, seiring dengan pertumbuhan iklim usaha dan pengusaha.
3
Universitas Kristen Maranatha menganggap bahwa setelah lulus harus mencari kerja dengan menjadi karyawan. Untuk dapat menjadi entrepreneur, dibutuhkan jiwa entrepreneur yang harus dipupuk sejak dini. Disinilah peran pendidikan dibutuhkan untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur dari para mahasiswa sehingga ketika menjadi sarjana, mereka dapat mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dari segi pendidikan, kurikulum yang ada saat ini belum banyak memperkenalkan sisi entrepreneur. Karena entrepreneur sendiri masih dianggap bukan tujuan utama dari dunia pendidikan di Indonesia. Kesiapan memasuki dunia kerja lebih di kedepankan, sehingga diperlukan perubahan pola pikir bahwa setelah lulus mahasiswa harus mencari kerja, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap pola pengajaran kepada mahasiswa dan kurikulum, karena dengan demikian perguruan
tinggi akan mampu mendidik entrepreneur baru
(http://www.xxx.org/node/1055/ciptakan-jiwa-entrepreneur-sekarang.htm).
Universitas “X” merupakan Universitas berbasis entrepreneurship yang
didirikan di kota Surabaya pada tahun 2006. Menurut pendiri Universitas “X”,
keterampilan entrepreneurship adalah faktor kunci strategis bagi keberhasilan setiap organisasi , baik organisasi kecil atau besar , publik atau swasta , profit atau
non profit , lokal atau internasional. Universitas “X” memiliki visi dan misi yaitu :
● Visi : untuk menjadi universitas yang menciptakan pengusaha kelas dunia
dengan karakter yang sangat baik dan memberikan dampak yang besar
bagi bangsa dan negara.
● Misi :
4
Universitas Kristen Maranatha 2. Untuk menumbuhkan karakter yang sangat baik untuk mendorong
semangat kewirausahaan
3. Untuk mengembangkan keterampilan profesional - kewirausahaan
4. Untuk melakukan penelitian untuk kompetensi akademik dan
kewirausahaan
5. Untuk mendukung pertanggung jawaban sebagai universitas secara
sosial
Oleh karena itu di Universitas “X” , Pendidikan entrepreneurship
diberikan dalam semua kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler. Universitas “X” terdiri dari 6 fakultas, yaitu :
1. Fakultas Manajemen dengan program studi Manajemen Bisnis Internasional, Bisnis Hotel & Turisme Internasional, Bisnis Kuliner, Marketing Komunikasi
2. Fakultas Akunting Bisnis Internasional
3. Fakultas Informatika dengan program studi Sistim Informasi Bisnis dan Teknologi Informasi & Multimedia
4. Fakultas Desain Visual dengan program studi Desain Komunikasi Visual dan Desain Fashion
5. Fakultas Arsitektur Interior 6. Fakutas Psikologi
(http://www.xx.ac.id/about-us)
Sejak awal kuliah, mahasiswa Universitas “X” telah diperkenalkan dunia
5
Universitas Kristen Maranatha (PBL). Pada hari Rabu setiap minggunya, mahasiswa mendapatkan mata kuliah
entrepreneurship, di dalam mata kuliah tersebut mahasiswa dari berbagai jurusan
bergabung menjadi satu dan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk
membuat sebuah bisnis. Mereka diasah kemampuannya dengan berinteraksi satu
sama lain, mengintegrasikan satu jurusan dengan jurusan yang lain, belajar
bekerjasama dengan orang lain. Mereka melakukan diskusi di dalam kampus dan
praktik di luar kampus untuk berhubungan langsung dengan konsumen dan secara
berkala mereka memberikan laporan serta melakukan presentasi mengenai bisnis yang dibuat. Dari pengalaman, serta masalah yang dihadapi dalam bisnis itu mahasiswa dapat belajar dan memahami mekanisme dari entrepreneurship. Mahasiswa juga secara berkala mengikuti seminar dari para narasumber yang merupakan entrepreneur. Untuk dapat lulus, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi yang membahas tentang bisnis mereka sendiri yang dibuat sewaktu kuliah.
Setelah lulus, sebanyak 90% alumni Universitas “X” memilih untuk
berkarir sebagai seorang entrepreneur
(http://www.xx.ac.id/webometrics/detail/xx.ac.id/Universitas+xxx+Surabaya) dengan bekal
6
Universitas Kristen Maranatha diperlukan perjuangan dan keberanian untuk mengambil resiko untuk mendirikan dan memperkenalkan usaha, mengelola karyawan, berkerja sama dengan pihak lain, kemudian untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha untuk dapat menjadi lebih maju dengan melakukan inovasi. Dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha diperlukan komitmen dan kreativitas untuk dapat terus menghadapi perubahan yang ada sehingga usaha yang dibuat tidak tertinggal dan dapat terus bersaing. Karena situasi yang tidak pasti, terdapat berbagai resiko terhadap usaha yang dibuat, baik resiko keberhasilan seperti meningkatnya profit dan omzet penjualan sehingga usaha menjadi lebih berkembang ; maupun resiko kegagalan seperti profit dan omzet penjualan yang rendah, persaingan bisnis yang ketat, kurangnya kemampuan managerial, dan lain sebagainya yang dapat berdampak buruk, bahkan sampai gulung tikar bagi usaha yang dijalankan.
Berbagai resiko ini bisa dipandang sebagai tantangan, bisa juga sebagai kegagalan atau hambatan. Seseorang yang melihat resiko ini sebagai tantangan akan berupaya untuk mengatasinya dengan berbagai cara. Sementara seseorang yang melihat resiko tersebut sebagai hambatan lebih cenderung untuk cepat menyerah dan terhanyut dalam suasana hati duka. Orang yang melihat resiko sebagai tantangan akan menjadikan tantangan itu sebagai sumber motivasi, sehingga kebiasaan dalam memandang resiko sebagai tantangan ini dapat membangun optimisme. Seligman (1990) mengatakan bahwa optimisme adalah cara berpikir individu dalam menghadapi suatu situasi, baik situasi yang baik maupun situasi yang buruk, yang dijelaskan melalui explanatory style.
7
Universitas Kristen Maranatha yang baik (good situation) atau situasi yang buruk (bad situation) terjadi pada diri individu, yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Permanence merupakan dimensi yang membicarakan tentang waktu, apakah suatu kejadian yang dialami individu tersebut bersifat permanence (menetap) atau temporary (sementara). Pervasiveness merupakan dimensi yang membicarakan tentang ruang lingkup dari suatu kejadian, apakah universal (menyeluruh) atau specific (khusus).
Personalization merupakan dimensi terakhir dimana dimensi ini membicarakan
mengenai siapa penyebab dari kejadian tersebut, apakah ketika hal – hal buruk terjadi, individu menyalahkan dirinya sendiri (internalize) atau menyalahkan orang lain atau keadaan (externalize).
Penjelasan individu mengenai kejadian baik atau buruk yang dialaminya menggambarkan bagaimana harapan individu atau seberapa besar energi yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan untuk menghadapi kejadian tersebut. Individu yang berpikir bahwa kejadian baik berlangsung secara permanen, berlaku secara keseluruhan terhadap aspek kehidupannya, dan merupakan hasil dari usaha yang dilakukannya merupakan karakteristik individu yang optimis, sebaliknya individu yang pesimis berpikir bahwa kejadian yang baik hanya berlangsung sementara, berlaku pada suatu bidang kehidupan tertentu dan menganggap bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh lingkungan diluar dirinya (Seligman, 1991).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap empat
orang alumni Universitas “X” diperoleh informasi mengenai alasan mereka
8
Universitas Kristen Maranatha mengaktualisasikan diri sesuai dengan hobi yang dimiliki. Selain itu, diperoleh data bahwa 3 orang (75%) mengatakan latar belakang ilmu entrepreneurship yang diperoleh sewaktu kuliah sangat bermanfaat bagi profesi yang mereka jalani saat ini, yaitu sebagai entepreneur dan 1 orang (25%) mengatakan latar belakang ilmu
entrepreneurship yang diperoleh sewaktu kuliah tidak terlalu bermanfaat karena
bisnis yang dilakukan sewaktu kuliah berbeda dengan bisnis yang didirikannya saat ini. Sebanyak 1 orang entrepreneur (25%) mengatakan sewaktu dirinya mengalami kejadian yang berdampak buruk terhadap bisnisnya seperti rendahnya
profit yang diperoleh dan menurunnya omzet penjualan, sempat membuat dirinya
terganggu sehingga berdampak pada relasi interpersonal terhadap teman dan pasangan, karena ketika sedang bersama ia tidak dapat fokus karena memikirkan pekerjaan, dan hal tersebut berlangsung selama 1 minggu. Menurutnya kejadian buruk tersebut berlangsung sementara karena bukan disebabkan oleh kemampuan dirinya dalam menjalankan bisnis, melainkan karena kurangnya pengetahuan klien terhadap produknya. Oleh karena itu dirinya terus berusaha, serta berencana untuk membuka bisnis yang baru karena ia merasa yakin pada kemampuannya dalam mengelola bisnis dan menurutnya bisnis tersebut memiliki prospek yang menjanjikan.
Sebanyak 2 orang entrepreneur (50%) mengatakan sewaktu mereka mengalami kejadian yang berdampak buruk terhadap bisnis nya seperti rendahnya
profit yang diperoleh dan menurunnya omzet penjualan, tidak membuat mereka
9
Universitas Kristen Maranatha sementara karena bukan disebabkan oleh kemampuan mereka dalam menjalankan bisnis, melainkan karena tingginya permintaan yang tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan karyawan sehingga tidak dapat melakukan produksi secara optimal serta karena kesulitan memperoleh pasokan bahan baku yang berkualitas sehingga kualitas produk yang dihasilkan menurun. Oleh karena itu mereka terus berusaha mengembangkan bisnisnya dengan menciptakan inovasi terbaru.
Sebanyak 1 orang entrepreneur (25%) mengatakan sewaktu dirinya mengalami kejadian yang berdampak buruk terhadap bisnis nya seperti rendahnya
profit yang diperoleh dan menurunnya omzet penjualan, membuat dirinya sangat
terganggu sehingga berdampak kesulitan tidur di malam hari, selera makan berkurang, relasi interpersonal terhadap teman dan orang tua terganggu, karena ia terus berpikir mengenai kesalahan/ kekurangan apa yang ada di bisnis tersebut, termasuk mengevaluasi bagaimana perannya dalam mengelola bisnis, dan hal tersebut berlangsung selama 1,5 bulan sampai kondisi kembali normal. Menurutnya kejadian buruk tersebut disebabkan dirinya yang ternyata tidak mampu menjalankan bisnisnya karena keterbatasan pengetahuan dalam bisnis
bakery. Oleh karena itu dirinya untuk saat ini tetap menjalankan bisnis nya karena
ia sudah mengetahui apa saja kekurangannya dalam mengelola bisnis dan memperbaikinya, namun dua bulan lagi ia berencana menyerahkan bisnis ini kepada adiknya untuk dikelola karena ia merasa tidak memiliki passion dalam bidang bisnisnya ini.
10
Universitas Kristen Maranatha baik maupun kejadian buruk. Cara pandang yang berbeda – beda inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai explanatory style pada
entrepreneur yang merupakan alumni Universitas “X” di kota Surabaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran
explanatory style pada entrepreneur yang merupakan alumni Universitas “X” di
kota Surabaya.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran explanatory style pada entrepreneur yang merupakan alumni Universitas “X” di kota Surabaya. 1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara rinci mengenai explanatory style berdasarkan 3 dimensi, yaitu permanence,
pervasiveness dan personalization pada entrepreneur yang merupakan alumni
Universitas “X” di kota Surabaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
11
Universitas Kristen Maranatha yaitu
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam orientasi Psikologi Industri dan Organisasi tentang explanatory style para
entrepreneur yang merupakan alumni dari Universitas “X” memberikan
penjelasan mengenai situasi baik maupun situasi buruk yang dialaminya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak – pihak
lain yang bersangkutan dan bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian dalam topik yang serupa mengenai explanatory style.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
entrepreneur mengenai explanatory style yang mereka miliki, sehingga
mereka dapat memandang secara obyektif ketika mengalami situasi baik maupun situasi buruk dalam mengelola usahanya.
12
Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir
Entrepreneur adalah individu yang memiliki inisiatif untuk memanfaatkan
sumber daya yang ada secara inovatif dan bersedia menanggung resiko dan ketidakpastian dari tindakannya tersebut. Untuk menjadi seorang entrepreneur dibutuhkan kreativitas dalam menciptakan sesuatu yang baru, kesediaan untuk meluangkan waktu dan usaha, serta keberanian dalam mengambil resiko. Rewards yang diperoleh seorang entrepreneur berupa kebebasan, kepuasan pribadi dan keuntungan dalam bidang finansial. Bagi entrepreneur yang memulai usahanya sendiri, pengalaman dipenuhi dengan antusiasme, frustrasi, kecemasan, dan kerja keras. Terdapat resiko kegagalan seperti rendahnya daya jual, persaingan yang ketat, kurangnya modal, atau kurangnya kemampuan manajerial. Resiko keuangan dan emosional juga dapat sangat tinggi. Selain kondisi buruk (bad situation) tersebut terdapat juga kondisi baik (good situation) yang dialami oleh
entrepreneur yang memulai bisnisnya sendiri, seperti tingginya permintaan pasar
sehingga daya jual meningkat dan keuntungan yang diperoleh berlipat ganda. Dalam menghadapi berbagai situasi tersebut masing – masing
entrepreneur memiliki ciri khas tersendiri yang terlihat dalam perilaku yang
13
Universitas Kristen Maranatha Optimisme menurut Seligman (Seligman, 1990) adalah sikap mental
entrepreneur untuk belajar mengenal dan membentuk diri sendiri , dan bukan
bersikap pasif menerima. Sikap optimisme dilengkapi dengan kegigihan dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menguntungkan serta kemampuan berjuang untuk mengatasi masalah, Optimisme ini dijelaskan melalui explanatory style.
Explanatory Style digunakan untuk menjelaskan bagaimana cara entrepreneur
menjelaskan penyebab dari suatu peristiwa yang terjadi pada diri mereka.
Di dalam explanatory style ada tiga dimensi yang digunakan untuk menjelaskan tentang kejadian yang dialami, yaitu permanence, pervasiveness dan
personalization. Permanence merupakan dimensi yang membicarakan tentang
waktu, apakah suatu kejadian yang dialami entrepreneur tersebut bersifat
permanence (menetap) atau temporary (sementara). Pervasiveness merupakan
dimensi yang membicarakan tentang ruang lingkup dari suatu kejadian, apakah
universal (menyeluruh) atau specific (khusus). Personalization merupakan
dimensi terakhir dimana dimensi ini membicarakan mengenai siapa penyebab dari kejadian tersebut, apakah ketika hal – hal baik ataupun buruk terjadi, entrepreneur memandang bahwa penyebab dari suatu kejadian tersebut adalah dirinya sendiri (internalize) atau disebabkan oleh orang lain atau keadaan (externalize).
Dari penjelasan mengenai dimensi – dimensi ini diperoleh hasil yang berbeda pada setiap entrepreneur, ada entrepreneur yang memiliki optimism
explanatory style, ada entrepreneur yang memiliki average explanatory style, dan
14
Universitas Kristen Maranatha pola pikirnya dalam berbagai aspek kehidupan. Pola pikir ini akan mempengaruhi bagaimana entrepreneur bertindak dan bereaksi, yang akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha yang dimilikinya.
Menurut Seligman (Seligman, 1990) Explanatory Style pada diri
entrepreneur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah explanatory
style dari figur signifikan. Faktor ini menjelaskan bahwa explanatory style tidak
diturunkan, melainkan dipelajari dari lingkungan, melalui berkomunikasi dengan figur signifikan, memperhatikan setiap isi perkataan, dan lain – lain secara berulang – ulang dan hampir setiap hari. Hal ini akan membentuk explanatory
style seorang entrepreneur. Figur signifikan yang dimaksud disini adalah individu
yang dekat dan berpengaruh bagi entrepreneur seperti ayah, ibu, saudara, pasangan, sahabat, dan rekan kerja.
Faktor yang kedua adalah feedback dari figur signifikan. Feedback ini dapat berupa saran, kritik, pujian, dan nasehat yang diberikan oleh individu – individu yang dekat dan berpengaruh bagi entrepreneur. Entrepreneur yang mau mendengarkan, menerima, dan melakukan apa yang dikatakan oleh figur signifikan akan membuat entrepreneur tersebut menjadi lebih yakin terhadap tindakan yang dilakukannya dalam menghadapi suatu kejadian.
15
Universitas Kristen Maranatha keluar. Entrepreneur yang di masa lalu dapat menyelesaikan masalahnya akan memperoleh pengalaman keberhasilan, sehingga entrepreneur memiliki harapan dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kondisi buruk. Sedangkan
entrepreneur yang di masa lalu tidak bisa menyelesaikan masalahnya akan
mendapatkan pengalaman kegagalan, sehingga entrepreneur merasa tidak memiliki harapan (hopelessness) yang membuat entrepreneur takut dan tidak yakin bisa menyelesaikan setiap masalahnya, termasuk pada saat menghadapi kondisi buruk.
Entrepreneur yang optimis yakin bahwa usaha yang dibuatnya selalu
memiliki tingkat penjualan yang tinggi (PmG – permanence) dan ketika tingkat
penjualan menurun, hal tersebut hanya terjadi sementara saja (PmB – temporary). Entrepreneur memiliki keyakinan bahwa usahanya dapat terus berkembang di
tengah persaingan yang cukup ketat (PvG – universal) sehingga apabila ada entrepreneur lain yang membuka usaha serupa dengan dirinya, ia yakin dengan
kekhasan / keunikan usaha yang dimilikinya tidak akan mudah tersaingi (PvB –
specific). Entrepreneur juga yakin kualitas produk / jasa yang dihasilkannya
selalu dikontrol sehingga memiliki mutu yang baik (PsG – internal) sehingga
ketika terjadi penurunan kualitas terhadap produk / jasa yang dihasilkannya, hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya sumber daya yang ada (PsB – external). Hal
tersebut menunjukkan bahwa entrepreneur memiliki Optimism Explanatory Style.
Entrepreneur dengan average explanatory style menjelaskan mengenai
16
Universitas Kristen Maranatha
Entrepreneur yang pesimis yakin bahwa usaha yang dibuatnya memiliki
tingkat penjualan yang tinggi pada saat – saat tertentu saja, seperti ketika hari raya, musim liburan, dll. (PmG – temporary) Pada hari biasa tingkat penjualan
akan kembali normal (PmB – permanence). Entrepreneur memiliki keyakinan
bahwa meskipun usahanya memiliki kekhasan / keunikan tersendiri sehingga sampai saat ini dapat terus berkembang (PvG – specific), namun apabila ada entrepreneur lain yang membuka usaha serupa dengan dirinya akan berdampak
buruk bagi perkembangan usahanya (PvB – universal). Entrepreneur juga yakin
kualitas yang baik pada produk / jasa yang dihasilkannya bergantung pada sumber daya yang ada (PsG – external), dan ia tidak dapat menjamin bahwa produk / jasa
yang dihasilkannya memiliki kualitas yang baik (PsB – internal). Hal tersebut
17
Universitas Kristen Maranatha 1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Bagan 1.5.1. Kerangka Pikir
1.6 Asumsi
1. Salah satu karakteristik entrepreneur adalah berani menanggung resiko dari tindakan usahanya.
2. Resiko dari tindakannya memiliki dua kemungkinan, yaitu kegagalan maupun keberhasilan.
3. Resiko kegagalan merupakan suatu situasi buruk yang membutuhkan optimisme.
4. Optimisme merupakan cara berpikir entrepreneur dalam menghadapi Average
Pesimis Dimensi :
Permanence
Pervasiveness
Personalization
Faktor :
Explanatory Style dari figur signifikan
Feedback dari figur signifikan
Masa krisis entrepreneur
Optimis
Entrepreneur Usia Dewasa Awal di Surabaya
18
Universitas Kristen Maranatha kegagalan / situasi buruk dari suatu kejadian.
5. Entrepreneur alumni Universitas “X” yang memiliki Optimism Explanatory Style menganggap bahwa situasi buruk yang menimpanya
bersifat temporer, spesifik, dan disebabkan oleh faktor dari luar dirinya (eksternal), sedangkan situasi baik yang menimpanya bersifat permanen, menyeluruh, dan bersumber dari dalam dirinya (internal).
6. Entrepreneur alumni Universitas “X” dengan Pesimism Explanatory Style
menganggap bahwa situasi buruk yang menimpanya bersifat permanen, menyeluruh, dan bersumber dari dalam dirinya (internal), sedangkan situasi baik yang menimpanya bersifat temporer, spesifik, dan bersumber dari luar dirinya (eksternal).
7. Entrepreneur alumni Universitas “X” yang memiliki Average Explanatory Style memiliki penjelasan mengenai situasi baik maupun situasi buruk
49 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 32 entrepreneur yang merupakan alumni Universitas “X” di kota Surabaya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebanyak 37,5 % explanatory style entrepreneur alumni Universitas “X” di kota Surabaya tergolong Optimistic Explanatory Style.
2. Sebanyak 46,9 % explanatory style entrepreneur alumni Universitas “X” di kota Surabaya tergolong Pessimistic Explanatory Style.
3. Sebanyak 15,6 % explanatory style entrepreneur alumni Universitas “X” di kota Surabaya memiliki cara pandang yang tidak konsisten dalam menjelaskan mengenai situasi baik dan situasi buruk yang dialaminya sehingga tergolong Average Explanatory Style .
4. Sebanyak 30 % entrepreneur alumni Universitas “X” di kota Surabaya dengan Optimistic Explanatory Style memilih untuk menjadi entrepreneur agar dapat mengaktualisasikan diri sesuai dengan minat yang dimiliki. 5. Sebanyak 30,6 % entrepreneur alumni Universitas “X” di kota Surabaya
dengan Pessimistic Explanatory Style memilih untuk menjadi
entrepreneur agar dapat memperoleh penghasilan di atas rata – rata karyawan biasa.
50
Universitas Kristen Maranatha dengan Pessimistic Explanatory Style pernah mendapatkan feedback dari figur signifikan dan feedback tersebut membuat mereka menjadi lebih optimis.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada data penunjang, terutama untuk meneliti faktor yang mempengaruhi
explanatory style responden yaitu feedback yang diperoleh dari figur
signifikan.
2. Bagi peneliti lain diharapkan agar pada data penunjang yang ingin menjaring mengenai masa krisis entrepreneur, pertanyaan yang diberikan sebaiknya berupa pertanyaan terbuka dengan memberikan pilihan jawaban. 5.2.2 Saran Praktis
51 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Seligman, Martin E. P. 1990. Learned Optimism. New York : A. A. Knopf Inc. Hisrich, Robert D., Peters, Michael P. 2010. Entrepreneurship. 8th Edition. New
York : McGraw – Hill.
Santrock, John W. 2002. Life- Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan ke- 18. Bandung : CV ALFABETA.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Kasali, Rhenald. 2010. Wirausaha Muda Mandiri (Ketika Anak Sekolah
Berbisnis). Jakarta : PT Gramedia
52 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Sianturi, Mariana. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style pada
Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan ‘X’ Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
BPS.2013.(Online).(http://www.bps.go.id/?news=1010,diakses pada tanggal 2 April 2014)
MZW.12 April 2012. Nasib Bonus Demografi. KOMPAS. hlm.13.
Sapthiani, Yulia. 19 Februari 2012. Mereka Bekerja Keras (Bukan Korupsi).
KOMPAS. hlm.1, 11.
SF/IYA/DAY.19 Februari 2012. Yang Muda Yang Berbisnis. KOMPAS. hlm.13. Kurniawan, Dedi. 2012. Peran Entrepreneur dalam Pembangunan Bangsa.
(Online). ( http://sekolahumarusman.com/peran-entrepreneur-dalam-pembangunan-bangsa/ ,diakses pada tanggal 20 November 2013). ACW. 2010. Ciptakan Jiwa Entrepreneur (Online).
(http://www.xxx.org/node/1055/ciptakan-jiwa-entrepreneur-sekarang.htm
,diakses pada tanggal 17 November 2013).
http://www.xx.ac.id/about-us diakses pada tanggal 15 November 2013.
Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
http://www.xx.ac.id/webometrics/detail/xx.ac.id/Universitas+xxx+Surabaya