• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Modul Bisnis Online Shop untuk Meningkatkan Keterampilan Bisnis Online Shop dan Pendapatan Generasi Muda Desa Sendangmulyo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengembangan Modul Bisnis Online Shop untuk Meningkatkan Keterampilan Bisnis Online Shop dan Pendapatan Generasi Muda Desa Sendangmulyo"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL BISNIS ONLINE SHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BISNIS ONLINE SHOP

DAN PENDAPATAN GENERASI MUDA DESA SENDANGMULYO

HALAMAN JUDUL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh:

Imanuel Brahmasuta Dharma NIM: 151324022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(2)

ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

(3)

iii HALAMAN PENGESAHAN

(4)

iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

iv

(5)

v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

v

(6)

vi KATA PENGANTAR

HALAMAN KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Allah Bapa di Surga, karena atas berkat dan kelimpahan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN MODUL BISNIS ONLINE SHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BISNIS ONLINE SHOP GENERASI MUDA DESA SENDANGMULYO”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari mulai awal sampai pada penulisan skripsi ini selesai, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si.,M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan ekonomi.

4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing.

5. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc selaku dosen yang telah memberikan dukungan dan membimbing saya selama berkuliah di program studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi.

(7)

vii

(8)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL BISNIS ONLINE SHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BISNIS ONLINE SHOP

DAN PENDAPATAN GENERASI MUDA DESA SENDANGMULYO

Imanuel Brahmasuta Dharma Universitas Sanata Dharma

2022

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui rancangan modul bisnis online shop yang layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan bisnis online generasi muda Desa Sendangmulyo, Minggir, Sleman; 2) mengetahui apakah modul bisnis online shop dapat meningkatkan keterampilan generasi muda dalam bisnis online shop; 3) mengetahui apakah keterampilan bisnis online shop dapat meningkatkan pendapatan generasi muda.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R & D) dengan model penelitian menurut Borg and Gall dan menggunakan lima dari sepuluh tahapan penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah generasi muda di Desa Sendangmulyo, Minggir, Sleman yang berjumlah 24 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil analisis data menunjukan bahwa: 1) rancangan modul bisnis online shop berupa softcopy, sampul modul dengan warna dasar merah dan putih, font Times New Roman, dan isi modul berupa gambar beserta penjelasan yang sistematis; 2) modul yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan bisnis online shop generasi muda; 3) modul bisnis online shop tidak mampu meningkatkan pendapatan generasi muda.

Kata Kunci: modul bisnis online shop, Borg and Gall, R & D

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ONLINE SHOP BUSINESS MODULE FOR IMPROVING ONLINE SHOP BUSINESS SKILLS AND

INCOME OF THE YOUNG GENERATION IN SENDANGMULYO VILLAGE

Imanuel Brahmasuta Dharma Universitas Sanata Dharma

2022

This research aimed: 1) to find out the design of an online shop business module that is appropriate for use to improve online business skills for the young generation of Sendangmulyo Village, Minggir, Sleman; 2) to find out whether the online shop business module can improve the skills of the young generation in the online shop business; 3) to find out whether online shop business skills can increase the income of the young generation.

This research was a research and development (R & D) using Borg and Gall research model, and use five of ten stages of the research. The subject of this research were 24 young generation at Sendangmulyo, Minggir. The data collection technique use interview. The data were analyzed quantitatively and qualitatively.

The result of data analysis showed that: 1) online shop business module design in the form of softcopy, module cover with red and white base color, Times New Roman font, and module contents in the form of pictures along with systematic explanations; 2) The module developed based on content and design experts can improve the online shop business skills of the young generation; 3) the online shop business module is not able to increase the income of the younger generation.

Keyword: online shop business module, Borg and Gall, R & D

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Pengembangan ... 4

1.4 Manfaat Pengembangan ... 4

1.5 Asumsi Pengembangan ... 5

1.6 Ruang Lingkup Pengembangan ... 5

1.7 Spesifikasi Produk ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Perkembangan Dunia Bisnis Modern ... 7

2.2 Peluang - peluang Bisnis Modern bagi Generasi Muda ... 9

2.2 Pendidikan dan Pelatihan Bisnis Online Bagi Kaum Muda ... 11

2.3 Hasil Luaran dan Dampak Mempelajari Modul Bisnis Online ... 14

2.4 Model – Model Pengembangan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Metode Pengembangan ... 33

3.2 Model Pengembangan ... 33

(11)

3.3 Prosedur Pengembangan ... 35

3.3.1 Tahap persiapan dan pengumpulan informasi ... 35

3.3.2 Tahap pengembangan produk ... 36

3.3.3 Tahap Uji Coba Awal Produk ... 36

3.3.4 Tahap Revisi ... 37

3.3.5 Tahap Uji Coba Lapangan ... 38

3.4 Subyek Uji Coba ... 38

3.5 Jenis Data ... 38

3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 39

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV PAPARAN DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Paparan Data Penelitian ... 45

4.2 Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN .... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 80

(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan E-Commerce, Marketplace, dan Online Shop ... 8

Tabel 2. Kisi-kisi Validasi Ahli Isi/Materi Modul ... 40

Tabel 3. Kisi-kisi Validasi Ahli Desain Modul ... 40

Tabel 4. Kualifikasi Tingkat Kelayakan Berdasarkan Presentase ... 42

Tabel 5. Kriteria Penskoran Angket Validasi ... 42

Tabel 6. Pengenalan Terhadap Bisnis Online Shop ... 45

Tabel 7. Menggeluti Bidang Online Shop ... 46

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden ... 46

Tabel 9. Hasil Validasi Ahli Isi ... 52

Tabel 10. Saran Perbaikan Ahli Isi Terhadap Modul Bisnis Online Shop ... 53

Tabel 11. Hasil Validasi Ahli Desain Modul ... 53

Tabel 12. Saran Perbaikan Ahli Desain Terhadap Modul... 54

Tabel 13. Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan Pre-Test ... 57

Tabel 14. Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan Post-Test ... 58

Tabel 15. Hasil Normalitas Sebaran Data ... 60

Tabel 16. Pendapatan Generasi Muda Sebelum dan Sesudah Uji Lapangan ... 63

Tabel 17. Hasil Normalitas Sebaran Data ... 64

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cover Modul ... 48

Gambar 2. Kata Pengantar Modul ... 49

Gambar 3. Daftar Isi Modul ... 49

Gambar 4. Isi Modul ... 50

Gambar 5. Penutup Modul ... 51

Gambar 6. Sebelum Revisi ... 55

Gambar 7. Setelah Revisi ... 55

Gambar 8. Sebelum Revisi ... 56

Gambar 9. Setelah Revisi ... 57

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Modul ... 81

Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli Isi dan Desain Modul ... 82

Lampiran 3. Instrumen Wawancara ... 86

Lampiran 4. Instumen Uji Keterampilan ... 88

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Merujuk beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Revolusi industri terdiri dari dua kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi berarti perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila ditarik benang merah maka pengertian revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam pelaksanaan proses produksi dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang diproduksi mempunyai nilai tambah yang komersial.

Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh Fredrich Engels dan Louis- Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Revolusi industri ini pun sedang berjalan dari masa ke masa. Decade terakhir ini sudah dapat disebut memasuki fase ke empat (4.0). perubahan fase ke fase memberi perbedaan artikulatif pada sisi kegunaannya. Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin yang menitikberatkan pada mekanisasi produksi. Fase kedua (2.0) sudah beranjak pada produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan standarisasi. Fase ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara massal yang bertumpu pada integrasi komputerisasi. Fase keempat (4.0) telah menghadirkan digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur (Fonna, 2019).

Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak massif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi

(16)

industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomisasi di dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin massif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis perdagangan atau jual beli secara online seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat (Fonna, 2009).

Perkembangan teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan orang, khususnya generasi muda. Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa, dimana sosok pemuda diharapkan dapat melanjutkan perjuangan dari generasi sebelumnya (Mukhlis, 2007). Suatu bangsa pasti memiliki harapan yang besar agar pada masa yang akan datang para generasi muda dapat menjadikan bangsa ini menjadi lebih maju. Oleh karenanya generasi muda memiliki beban berat untuk mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa dari generasi sebelumnya.

Generasi ini ketika mereka bertumbuh remaja sudah disuguhi dengan berbagai perkembangan teknologi yang sangat pesat, generasi ini diharapkan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi ini dan dapat mengikuti perkembangan teknologi ini.

Generasi muda di Desa Sendangmulyo hanya menikmati sedikit dari manfaat yang diberikan oleh perkembangan teknologi dan gadget ini, mereka hanya sekedar mendapat hiburan dengan bermain game dan mendapat mudahnya menjalin komunikasi dengan orang yang keberadaannya jauh melalui bersosial media.

Padahal manfaat yang diberikan teknologi masa kini cukup banyak, tidak hanya

(17)

manfaat sebagai hiburan, namun dapat menambah pendapatan atau penghasilan bagi yang dapat memanfaatkan teknologi ini dengan benar. Produk yang diiklankan pada aplikasi berbasis online dapat mudah dilihat oleh masyarakat luas yang mengakses internet di berbagai daerah terpencil atau bahkan diberbagai negara.

Tanpa harus memasang papan iklan, baliho, spanduk, dan yang lainya di berbagai tempat umum, yang pada umumnya memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Pada umumnya generasi muda di Desa Sendangmulyo sudah pandai dalam memanfaatkan internet dan bermain sosial media dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, generasi muda di Desa Sendangmulyo ini belum memanfaatkan internet dan sosial media ini sebagai bisnis untuk menambah pendapatan dan mendapatkan keuntungan. Padahal dengan adanya kemajuan teknologi seperti saat ini menjadi sebuah peluang yang bagus untuk meningkatkan pendapatan dan keterampilan generasi muda di dunia bisnis. Namun, faktanya generasi muda di Desa Sendangmulyo ini belum sepenuhnya memahami apa itu bisnis online khususnya online shop. Oleh karena itu perlu adanya sebuah pelatihan dan perancangan modul bisnis online shop ini yang diharapkan masyarakat khususnya generasi muda dapat memahami cara berbisnis secara online, sehingga dapat meningkatkan keterampilan memasarkan bisnis online dan dapat meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan produk secara online. Modul ini dirancang sesuai dengan kebutuhan generasi muda, modul dibuat digital maupun fisik, sehingga dapat digunakan oleh generasi muda dimanapun dan kapanpun.

(18)

1.2 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana rancangan modul bisnis online shop yang layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan bisnis online generasi muda?

(2) Apakah modul bisnis online shop dapat meningkatkan keterampilan generasi muda dalam bisnis online shop?

(3) Apakah keterampilan bisnis online shop dapat meningkatkan pendapatan generasi muda?

1.3 Tujuan Pengembangan

(1) Mengetahui rancangan modul bisnis online shop yang layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan bisnis online shop generasi muda

(2) Mengetahui modul bisnis online shop dapat meningkatkan keterampilan generasi muda dalam bisnis online shop

(3) Mengetahui keterampilan bisnis online shop dapat meningkatkan pendapatan generasi muda

1.4 Manfaat Pengembangan (1) Manfaat Teoritis

Dengan adanya pengembangan ini, maka diharapkan hasil dari pengembangan dapat menjadi sumber informasi dan sumber referensi bagi banyak masyarakat, mengenai cara berbisnis online khususnya online shop.

(19)

(2) Manfaat Empiris

Untuk menambah keterampilan dan pengetahuan berbisnis online khususnya online shop bagi masyarakat luas khususnya generasi muda penerus bangsa.

1.5 Asumsi Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, ada beberapa asumsi yang menjadi titik ukur pengembangan modul bisnis online shop, antara lain:

(1) Modul bisnis online shop dapat meningkatkan pengetahuan kaum muda tentang rancangan modul bisnis online shop.

(2) Modul bisnis online shop dapat meningkatkan keterampilan kaum muda mengenai online shop.

(3) Keterampilan bisnis online shop dapat meningkatkan pendapatan kaum muda.

1.6 Ruang Lingkup Pengembangan

Keterbatasan dalam pelaksanaan pengembangan pada penelitian ini adalah:

(1) Produk pengembangan modul bisnis online shop hanya berbatas pada media non fisik berupa soft file.

(2) Produk pengembangan modul bisnis online shop hanya berbatas pada bahasan bisnis online shop dengan cara – cara berbisnis online shop.

(20)

(3) Objek pengembangan modul bisnis online shop ini hanya berbatas pada kaum muda.

(4) Penilaian kevalidan pada modul bisnis online shop dilakukan oleh validator ahli, diantaranya validator ahli materi dan validator ahli media.

1.7 Spesifikasi Produk

Penelitian ini akan menghasilkan produk berupa modul bisnis online shop yang berbentuk fisik dan digital. Spesifikasi dari modul yang akan dibuat yakni : (1) Modul berbentuk fisik dan digital.

(2) Isi modul mencakup tentang cara berbisinis online khususnya online shop.

(3) Modul berisi tentang langkah – langkah berbisnis online khususnya online shop mulai dari awal pembuatan sebuah akun hingga penjualan produk.

(4) Isi modul disertai dengan gambar – gambar yang akan mempermudah pemahaman generasi muda dalam memahami isi modul.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Dunia Bisnis Modern 2.1.1 Bisnis Online di Indonesia

Perkembangan bisnis online di Indonesia sangat pesat, hal ini menandakan era pemanfaatan teknologi informasi sudah mulai diakui keberadaanya. Bisnis online semakin banyak di Indonesia hal ini disebabkan perkembangan internet dan adanya perubahan perilaku konsumen. Mudahnya akses internet baik melalui wifi ataupun perangkat gadget memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai suatu produk atau jasa yang dicarinya ditambah dengan gencarnya promosi yang dilakukan oleh perusahaan e-commerce dalam menawarkan barang atau jasanya dengan menawarkan berbagai macam kemudahan bagi masyarakat (Sidharta dan Suzanto, 2015).

Pada jaman serba teknologi seperti sekarang ini, belanja online merupakan kegiatan yang sangat diminati oleh masyarakat karena dirasa memberikan kemudahan dalam bertransaksi dimana saja dan kapan saja. Pembeli atau konsumen dapat membeli sebuah produk melalui website penyedia berbagai produk yang disediakan secara online. Website penyedia layanan jual-beli online biasa disebut online shop namun ada beberapa yang menyebutnya dengan marketplace dan e- commerce.

Berikut ini merupakan perbedaan antara e-commerce, marketplace, dan online shop akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:

(22)

Tabel 1. Perbedaan E-Commerce, Marketplace, dan Online Shop Faktor Ecommerce Marketplace Online Shop Biaya Sedikit

mengeluarkan uang di awal.

Tapi ini merupakan investasi jangka panjang.

Gratis (kecuali untuk menikmati fitur-fitur premium yang disediakan marketplace)

Gratis (kecuali untuk menggunakan fitur berbayar sosial media, seperti Facebook Ads atau Instagram Ads)

Tingkat Kesulitan Pembuatan

Pembuatan mudah dan cepat

Anda bisa mendaftar dan langsung

menggunakannya untuk berjualan.

Anda perlu

mengubah/membuat akun bisnis di media sosial terlebih dahulu.

Jenis Barang

Cocok untuk barang bermerek, artisan, dan barang lain yang perlu brand awareness tinggi.

Barang umum seperti perkakas dan aksesoris yang bisa dibeli dalam jumlah besar sekaligus

Barang apa saja, tapi dalam skala lebih kecil yang ditujukan untuk konsumsi pribadi.

Promosi Upaya promosi lebih fleksibel dan bisa Anda atur sendiri.

Promosi lebih dikendalikan oleh marketplace.

Sedikit usaha dan uang dengan memanfaatkan Facebook Ads atau Instagram Ads.

Persaingan Persaingan dengan sesama website untuk mendapatkan ranking pertama.

Persaingan dalam satu

marketplace sangat ketat.

Persaingan di satu media sosial sangat ketat.

Berdasarkan tabel perbedaan diatas penelitian ini akan berfokus pada online shop, karena melihat dari tabel secara keseluruhan online shop cocok bagi pemula yang ingin memulai bisnis online.

(23)

2.2 Peluang - peluang Bisnis Modern bagi Generasi Muda

Generasi muda saat ini adalah generasi yang lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi yang pesat khususnya di bidang IT (teknologi dan informasi). Perkembangan teknologi ini banyak dimanfaatkan oleh banyak masyarakat di berbagai bidang misalnya dalam bidang kesehatan, pendidikan, bisnis, pariwisata dan sebagainya. Berikut ini peluang – peluang bisnis modern diantaranya:

2.2.1 Bisnis Online Shop

2.2.1.1 Pengertian Bisnis Online Shop

Bisnis online adalah bisnis yang dijalankan secara online dengan menggunakan jaringan internet, sedangkan informasi yang akan disampaikan atau dijual biasanya menggunakan media website atau aplikasi. Bisnis online memiliki prospek yang cukup besar di masa mendatang, karena kini hampir semua orang menginginkan kepraktisan dan kemudahan dalam hal memenuhi kebutuhan sehari- hari (Irwantoko, 2017).

Menurut Didit Agus Irwantoko, belanja online (online shop) merupakan proses pembelian barang/jasa oleh konsumen ke penjual realtime, tanpa pelayan, dan melalui internet. Toko virtual ini mengubah paradigma proses membeli barang/jasa dibatasi oleh tembok, pengecer, atau mall (Irwantoko, 2017).

(24)

2.2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Online Shop

Semakin banyaknya online shop dengan berbagai macam barang yang diperjualbelikan, jika ingin memesan juga dengan cara yang sangat mudah. Banyak hal yang menyebabkan seseorang lebih memilih belanja online karena memiliki banyak kelebihan. Berikut ini kelebihan online shop diantaranya (Irwantoko, 2017):

(1) Tidak terikat tempat dan waktu, terutama bagi anda orang yang sibuk sehingga tidak sempat berbelanja dengan mendatangi ke toko.

(2) Banyak pilihan toko online yang menyediakan ragam produk yang anda inginkan.

(3) Menghemat waktu dan tenaga, anda tidak perlu berkeliling mal atau toko, anda cukup meluangkan waktu sebentar dengan membuka internet dan tentu saja anda akan terhindar dari kemacetan jalan raya.

(4) Anda dapat membandingkan produk dan harga dengan toko online lainnya, sehingga lebih banyak pilihan.

(5) Proses belanja yang mudah, cukup memesan barang, dan pembayaran biasanya dapat melalui internet/mobile banking atau ATM (Automated Teller Machine) dan tinggal menunggu barang dikirim.

Selain kelebihan ada juga Kekurangan dari belanja online, berikut ini kekurangan dari belanja online:

(1) Sering terjadi penipuan barang tidak dikirim setelah dilakukan pembayaran atau transfer uang.

(2) Fisik dan kualitas barang tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena kita hanya dapat melihat melalui foto yang ada di website.

(25)

(3) Dikenakan biaya transportasi atau pengiriman, sehingga ada biaya tambahan.

(4) Tidak dapat melihat dan mencoba secara barang yang dipesan secara langsung.

(5) Butuh waktu agar barang sampai ditempat anda karena proses pengiriman.

2.2 Pendidikan dan Pelatihan Bisnis Online Bagi Kaum Muda 2.2.1 Modul

2.2.1.1 Pengertian Modul

Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.

Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah,media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid- muridnyadengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini (Prastowo, 2012: 106).

Menurut Depdiknas (2008) sebuah modul dikatakan baik apabila memenuhi beberapa karakteristik sebagai berikut:

(1) Stand alone, modul yang baik adalah modul yang tidak bergantung pada media lain saat digunakan oleh siswa. Modul yang bagus merupakan modul

(26)

yang apabila digunakan sudah mendukung semua materi yang hendak dipelajari oleh siswa dan tidak diperlukan media lain yang digunakan secara bersama-sama. Apabila seorang siswa masih membutuhkan media lain untuk pemenuhan belajarnya, maka modul tersebut bukan kategori modul yang berdiri sendiri.

(2) Adaptive, modul yang hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Modul yang adaptif adalah modul yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu dan selalu memberikan informasi-informasi mengenai keterbaruan ilmu.

(3) Self Instructional, seorang pelajar dapat membelajarkan diri sendiri tanpa perlu bantuan pihak lain seperti guru dan buku yang lain. Meskipun pada kenyataannya seorang siswa tetap membutuhkan bimbingan dan pendamping ketika dihadapkan pada sebuah materi yang rumit, akan tetapi modul yang baik adalah modul yang memberikan solusi ketika siswa merasa kesulitan dalam belajar menggunakan modul tersebut.

(4) Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang hendak dipelajari terdapat di dalam modul tersebut yang disusun secara utuh dan runtut.

(5) User friendly, modul yang baik adalah modul yang mampu bersahabat dengan si pembaca. Setiap informasi dan instruktur yang terdapat didalamnya bersifat membantu dan memudahkan siswa dalam belajar.

(27)

2.2.1.2 Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul

Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya melakukan aktivitas belajar mandiri. Modul lebih banyak digunakan siswa ketika mereka berada di rumah masing-masing. Harapannya dengan menggunakan modul siswa mampu belajar tanpa ada yang mendampingi ketika merika berada di rumah. Melihat fungsi dan tujuan pembuatan modul, maka sebuah konsekuensi yang harus dipenuhi adalah adanya kelengkapan isi dalam sebuah modul. Sebuah materi yang terdapat di dalam modul haruslah diuraikan secara lengkap, menyeluruh dan runtut sehingga siswa merasa cukup hanya dengan menggunakan satu modul saja.

Berkenaan dengan pergeseran pemahaman, modul memiliki banyak arti yang berkaitan dengan kegiatan belajar mandiri. Pemahaman modul sekarang ini adalah “orang bisa belajar kapan saja dan dimana saja secara mandiri”. Untuk memenuhi konsep tersebut maka modul hendaknya disusun untuk dapat digunakan oleh setiap orang dimanapun dia berada sehingga orang yang berada jauh nun disana juga dapat mengikuti kegiatan belajar yang serupa dengan bantuan modul tersebut.

Tujuan penulisan modul dalam hal belajar mandiri secara rinci adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2008):

(1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak bersifat verbal.

(2) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

(3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Seperti halnya dalam upaya meningkat motivasi belajar dan minat belajar.

(28)

(4) Dengan menggunakan modul, memungkinkan seseorang dapat mengukur kemampuan dirinya sendiri setelah selesai menggunakan modul.

Dengan melihat fungsi dan tujuan pembuatan modul diatas, sebuah modul akan sangat efektif seperti halnya pembelajaran tatap muka jika sebuah aspek diatas terpenuhi dengan baik. Pemenuhan segala aspek yang disebutkan diatas bergantung pada proses penulisan modul itu sendiri. Seorang penulis modul berbeda dengan menulis novel. Penulis modul hendaknya dalam menulis seolah-olah dia sedang mengajarkan anak didiknya dikelas mengenai sebuah topic bahasan. Jadi penggunaan modul dalam kegiatan belajar dapat dikatan sebagai kegiatan tutorial secara tertulis.

2.3 Hasil Luaran dan Dampak Mempelajari Modul Bisnis Online

Mempelajari sesuatu hal tentu saja memiliki manfaat atau timbal balik tertentu, contohnya mempelajari suatu buku pengetahuan maka akan mendapatkan tambahan ilmu dan wawasan yang lebih luas. Berikut adalah hasil luaran mempelajari Modul Bisnis Online:

2.3.1 Hasil Luaran 2.3.1.1 Keterampilan

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu, dan cekatan. Iverson (2001) mengatakan keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat.

(29)

Menurut Nana Sudjana (2003), keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.

Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.

Menurut Yanto (2005), keterampilan adalah kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai dan kemengertian yang semuanya dipertimbangkan sebagai sesuatu yang penting untuk menunjang keberhasilannya didalam penyelesaian tugas.

Menurut Muhibin Syah (2006), keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.

Keterampilan yang akan dikuasai dalam mempelajari Modul Bisnis Online ini sebagai berikut:

1) Membuat atau membuka akun e – commerce.

2) Membuat atau membuka rekening bank.

3) Bernegoisasi dengan calon pembeli.

4) Pengambilan gambar barang atau produk yang akan dijual.

5) Mengatasi keluhan dari pembeli.

6) Membuat sebuah tulisan iklan yang menarik bagi calon pembeli.

(30)

2.3.1.2 Dampak

2.3.1.2.1 Pendapatan

Pendapatan memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari sisi mana untuk meninjau pengertian pendapatan tersebut. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan perusahaan dalam suatu periode.

Pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi antara lain penjualan barang, penjualan jasa, penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilan bunga, royalti dan dividen. Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju-mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya.

Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan.

Menurut Sukirno (2000) pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut. Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta keuntungan/profit (Hendrik, 2011).

Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena

(31)

pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan (Hartoyo dan Noorma, 2010)

2.4 Model – Model Pengembangan 2.4.1 Model Thiagarajan (4D)

Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. (Thiagarajan, Semmel dan Semmel, 1974) (1) Tahap I: Define (Pendefinisian)

Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat- syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).

a. Analisis Ujung Depan (front-end analysis)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang

(32)

dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

b. Analisis Siswa (learner analysis)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih. Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, (2) keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

c. Analisis Tugas (task analysis)

Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Analisis ini

(33)

memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.

d. Analisis Konsep (concept analysis)

Analisis konsep menurut Thiagarajan, dkk (1974) dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.

Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi.

Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang perlu dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber mana yang mendukung penyusunan bahan ajar.

e. Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)

(34)

Perumusan tujuan pembelajaran menurut Thiagarajan, dkk (1974) berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian.

Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.

(2) Tahap II: Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu:

(1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan Tes Acuan Patokan (criterion-test construction)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap perancangan (design). Tes acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang

(35)

kemampuan kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.

b. Pemiihan Media (media selection)

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang berbeda- beda.hal ini berguna untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

c. Pemilihan Format (format selection)

Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran matematika realistik.

d. Rancangan Awal (initial design)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “initial design is the presenting of the essential instruction through appropriate media

(36)

and in a suitable sequence.” Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar.

(3) Tahap III: Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Validasi Ahli/Praktisi (expert appraisal)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal is a technique for obtaining suggestions for the improvement of the material.” Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi.

Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran di revisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi.

b. Uji Coba Pengembangan (developmental testing)

(37)

Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Menurut Thiagarajan, dkk (1974) ujicoba, revisi dan ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat yang konsisten dan efektif.

(4) Tahap IV: Disseminate (penyebaran)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan.

Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem.

Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently overlooked.” Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna produk.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1) analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4) pemilihan media.

(38)

a. Analisis Pengguna

Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan. Menurut Thiagarajan, dkk (1974), pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru- guru, orangtua siswa, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite kurikulum, atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak cacat.

b. Penentuan Strategi dan Tema Penyebaran

Strategi penyebaran adalah rancangan untuk pencapaian penerimaan produk oleh calon pengguna produk pengembangan.

Guba (Thiagarajan, 1974) memberikan beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan asumsi pengguna diantaranya adalah: (1) strategi nilai, (2) strategi rasional, (3) strategi didaktik, (4) strategi psikologis, (5) strategi ekonomi dan (6) strategi kekuasaan.

c. Waktu

Menurut Thiagarajan, dkk (1974) selain menentukan strategi dan tema, peneliti juga harus merencanakan waktu penyebaran.

Penentuan waktu ini sangat penting khususnya bagi pengguna

(39)

produk dalam menentukan apakah produk akan digunakan atau tidak (menolaknya).

d. Pemilihan Media Penyebaran

Menurut Thiagarajan, dkk (1974) dalam penyebaran produk, beberapa jenis media dapat digunakan. Media tersebut dapat berbentuk jurnal pendidikan, majalah pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis serta melalui pengiriman lewat e-mail.

2.4.2 Model Kemp

Menurut (Kemp dalam, Trianto, 2011: 81) Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan sebagai berikut:

Planning-Revision - Support Services Summative – Evaluation – Formative - Project Managemen

(40)

Model pengembangan sistem pembelajaran ini memuat pengembangan perangkat pembelajaran. Terdapat sepuluh unsur rencana perancangan pembelajaran. Kesepuluh unsur tersebut adalah:

(1) Identifikasi masalah pembelajaran, tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru.

(2) Analisis Siswa, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengalaan baik individu maupun kelompok.

(3) Analisis Tugas, analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)

(4) Merumuskan Indikator, Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa dalam belajar.

(5) Penyusunan Instrumen Evaluasi, Bertujuan untuk menilai hasil belajar, kriteria penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan.

(41)

(6) Strategi Pembelajaran, Pada tahap ini pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(7) Pemilihan media atau sumber belajar, Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran atau media yang dipilih, jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.

(8) Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan dan pelaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat bahan.

(9) Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program.

(10) Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.

2.4.3 Model Dick and Carey

Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (2011: 90). Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan

(42)

perencanaan tersebut. Urutan perencanaan dan pengembangan ditunjukkan sebagai berikut:

(1) Identifikasi Tujuan (identify instructional goals) Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswan dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assessment, atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar siswa di dalam kelas.

(2) Melakukan Analisis Instruksional (conducting a goal analysis) Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari.

Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan- keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.

(3) Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal (identify entry behaviours/characteristic) Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.

(43)

(4) Merumuskan Tujuan Kinerja (write performance objectives) Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.

(5) Pengembangan Tes Acuan Patokan (developing criterian-referenced test items) Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengebangan butir assesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan.

(6) Pengembangan Strategi Pengajaran (develop instructional strategy) Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir.

Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas.

(7) Pengembangan atau Memilih Pengajaran (develop and select instructional materials). Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.

(8) Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (design and conduct formative evaluation). Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.

(9) Menulis Perangkat (design and conduct summative evaluation). Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang

(44)

dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas.

(10) Revisi Pengajaran (instructional revitions). Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator.

2.4.4 Model Borg and Gall

Adapun langkah – langkah penelitian dan pengembangan tersebut sebagai berikut (Punaji, 2013) :

(1) Pengumpulan informasi awal

Pengumpulan informasi dengan melakukan observasi dengan responden secara langsung.

(2) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, pertama yang akan dilakukan yakni merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh produk yang dikembangkan agar dapat memberikan informasi yang kuat untuk mengembangkan produk dan sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai.

(45)

(3) Pengembangan format produk awal

Tujuan ini berupa pengembangan format produk awal atau draf awal yang mencakup persiapan bahan bahan modul pemasaran bisnis online shop.

Format pengembangan produk pada penelitian ini yakni modul pemasaran bisnis online shop.

(4) Uji coba awal

Tahap berikutnya yaitu melakukan uji coba awal. Uji coba awal dilakukan pada subjek dan data hasil observasi dan angket dikumpulkan dan dianalisis.

Uji coba ini dilakukan terhadap format produk yang dikembangkan apakah sesuai dengan tujuan khusus dan hasil analisis dari uji coba awal menjadi bahan masukan untuk melakukan revisi produk awal.

(5) Revisi produk

Revisi produk yang dilakukan berdasarkan hasil dari uji coba awal sebagai acuan untuk memperoleh informasi serta melakukan validasi sehingga bisa menerima masukan – masukan untuk melakukan perbaikan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh saat uji coba. Hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh informasi kualitatif tentang produk yang dikembangkan.

(6) Uji coba lapangan

Produk uji coba yang telah di revisi, di uji cobakan lagi kepada subjek dengan skala yang lebih besar dari sebelumnya. Hasil uji coba dikumpulkan dan dianalisis beserta dengan uji coba awal untuk melakukan revisi produk lebih lanjut lagi jika diperlukan revisi.

(46)

(7) Menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan

melakukan perbaikan / penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi.

(8) Uji pelaksanaan lapangan

langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan (9) Penyempurnaan produk akhir

melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final)

(10) Desiminasi dan implementasi

Pada tahap desiminasi dan implementasi ini, hasil pengembangan berupa proses, prosedur dan produk disampaikan kepada pengguna melalui forum pertemuan.

(47)

33 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan

Penelitian ini dilakukan di desa Sendangmulyo dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan, atau disebut juga dengan research and development.

Menurut Sugiyono (2015:407) metode research and development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut penelitian dilakukan secara bertahap agar hasil dari produk tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.

3.2 Model Pengembangan

Model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg and Gall. Alasan peneliti menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg and Gall karena dalam model ini terdapat beberapa langkah dimana produk di uji coba terlebih dahulu dan di revisi hingga produk siap untuk di desiminasi dan implementasikan ke masyarakat luas, sehigga produk yang siap digunakan oleh masyarakat merupakan produk yang sudah matang dan sudah di uji. Adapun langkah – langkah penelitian dan pengembangan yang digunakan peneliti sebagai berikut:

(48)

(1) Pengumpulan informasi awal

Pengumpulan informasi dengan melakukan observasi dengan kaum muda secara langsung.

(2) Pengembangan format produk awal

Tujuan ini berupa pengembangan format produk awal atau draf awal yang mencakup persiapan bahan bahan modul pemasaran bisnis online shop. Format pengembangan produk pada penelitian ini yakni modul pemasaran bisnis online shop.

(3) Uji coba awal

Tahap berikutnya yaitu melakukan uji coba awal. Uji coba awal dilakukan pada ahli isi dan ahli desain. Data hasil observasi dan angket dikumpulkan dan dianalisis. Uji coba ini dilakukan terhadap format produk yang dikembangkan apakah sesuai dengan tujuan khusus dan hasil analisis dari uji coba awal menjadi bahan masukan untuk melakukan revisi produk awal.

(4) Revisi produk

Revisi produk yang dilakukan berdasarkan hasil dari uji coba awal sebagai acuan untuk memperoleh informasi serta melakukan validasi sehingga bisa menerima masukan – masukan untuk melakukan perbaikan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh saat uji coba. Hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh informasi tentang produk yang dikembangkan.

(49)

(5) Uji coba lapangan

Produk uji coba yang telah di revisi di uji cobakan kepada subjek.

Hasil uji coba dikumpulkan dan dianalisis beserta dengan uji coba awal untuk melakukan revisi produk lebih lanjut lagi jika diperlukan revisi.

Alasan peneliti hanya menggunakan lima dari sepuluh tahap Borg and Gall adalah keterbatasan waktu dan dengan kelima tahap diatas sudah dapat digunakan untuk penelitian.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan memaparkan langkah - langkah prosedural yang dilakukan oleh pembuat produk. Dalam prosedur pengembangan akan memberikan petunjuk tentang prosedural yang harus dilalui sampai pada tahap produk yang akan dibuat.

Berdasarkan model pengembangan Borg and Gall, prosedur pengembangan dalam penelitian ini dilakukan langkah langkah sebagai berikut : (1) tahap persiapan dan pengumpulan informasi (2) tahap pengembangan produk, (3) tahap uji coba produk (validitas produk), (4) tahap revisi, (5) tahap uji coba produk di lapangan.

3.3.1 Tahap persiapan dan pengumpulan informasi

Pada tahap ini peneliti mempelajari secara detail karakteristik materi yang akan dikembangkan ke dalam modul yang direncanakan dan mengumpulkan data yang didapatkan dari observasi lapangan yang berhubungan dengan penelitian.

Berikut kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini :

(50)

(1) Melakukan Wawancara

Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi karakteristik generasi muda Desa Sendangmulyo, menganalisis kebutuhan kaum muda. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mewawancarai generasi muda.

3.3.2 Tahap pengembangan produk

Pada tahap ini dilakukan pengembangan modul bisnis online shop. Isi yang disediakan dalam modul ini merangkum tentang langkah – langkah berbisnis online shop. Berikut kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini :

(1) Mengumpulkan bahan

Melakukan pengumpulan dan pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pengembangan modul bisnis online shop yang disesuaikan dengan kemampuan kaum muda Desa Sendangmulyo. Adapun bahan yang digunakan yakni berupa langkah – langkah berbisnis online shop dengan menggunakan gambar – gambar untuk memudahkan dipahami.

(2) Menyusun kerangka modul

Menyusun kerangka modul untuk mengelompokkan tujuan pengembangan produk dan langkah – langkah berbisnis online shop.

3.3.3 Tahap Uji Coba Awal Produk

Kegiatan pada tahap ini untuk mengetahui tingkat kelayakan draf awal yang dihasilkan dari tahap pengembangan dengan meminta ahli dalam bidang online

(51)

shop untuk mengoreksi produk layak atau tidak untuk dilanjutkan, sehingga bisa dilakukan perbaikan untuk penyempurnaan produk. Berikut penjelasan terkait dengan ahli :

(1) Ahli Materi (isi)

Ahli materi merupakan dosen yang ahli dalam menguasai online shop.

Adapun kualifikasi ahli dalam penelitian pengembangan ini adalah seorang dosen yang setidak-tidaknya :

a. Mengetahui bisnis online khususnya online shop.

b. Memiliki wawasan dan pengalaman yang relevan terhadap produk yang dikembangkan.

c. Bersedia sebagai penguji produk modul bisnis online shop.

(2) Ahli Desain Produk

Ahli desain produk merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan dalam desain modul bisnis online. Adapun kualifikasi ahli dalam penelitian pengembangan ini adalah seseorang yang setidak-tidaknya :

a. Berkompeten dalam bidang desain.

b. Bersedia memberikan komentar dan saran terhadap kemenarikan modul bisnis online.

3.3.4 Tahap Revisi

Kegiatan ini dilakukan untuk perbaikan penyempurnaan terhadap draf awal berdasarkan analisis atau informasi yang diperoleh dari ahli. Jika sudah valid maka

(52)

dilanjutkan ke uji lapangan, akan tetapi jika belum valid maka wajib melakukan revisi.

3.3.5 Tahap Uji Coba Lapangan

Setelah perbaikan penyempurnaan produk dilakukan, maka peneliti harus mengujikan produk yang dikembangkan untuk mengetahui kelayakan dan keberhasilan produk ketika digunakan di lapangan. Pengujian lapangan ini diterapkan pada para pemuda. Pada tahap ini peneliti menggunakan modul online shop di lapangan baik secara langsung maupun online. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mengetahui secara langsung efektif dan tidaknya produk yang telah dikembangkan.

3.4 Subyek Uji Coba

Subyek uji coba dalam pengembangan modul bisnis online shop ini adalah generasi muda yang berusia antara 15 – 25 tahun yang sudah menamatkan pendidikan SD, SMP, SMA dan PT di desa Sendangmulyo Minggir. Pemilihan desa Sendangmulyo Minggir sebagai lokasi uji coba didasarkan pada beberapa alasan, yaitu : (1) para pemuda kebanyakan sudah memiliki gadget atau smartphone masing – masing, (2) para pemuda belum sepenuhnya terjun dalam bisnis online shop.

3.5 Jenis Data

Data adalah semua fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 2006). Sedang menurut Ahmad Tanzeh data

(53)

merupakan unit informasi yang direkam media yang dapat dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan problem tertentu (Tanzeh, 2009).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sesuai dengan kebutuhan penelitian pengembangan, laporan kuantitatif digabung dengan kualitatif. Data kualitatif berupa penilain, masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan melalui pertanyaan angket terbuka sedangkan data kuantitatif dihimpun dengan pertanyaan angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban tentang penilaian produk dan tes dari hasil pencapaian di lapangan.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dari penelitian ini yakni meliputi :

(1) Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Sudijono, 2005).

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden. Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai permasalahan yang ada di desa Sendangmulyo Minggir, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan yang harus diteliti.

(2) Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang mereka ketahui (Nurkancana, 1985). Angket digunakan

(54)

untuk penilaian dan tanggapan yang berupa isi modul, penggunaan modul, desain modul dan keefektifan modul yang telah dibentuk berdasarkan skala likert. Angket tersebut ditujukan untuk ahli isi/materi, ahli desain produk.

Berikut ini merupakan kisi-kisi validasi yang dilakukan oleh ahli isi/materi modul:

Tabel 2. Kisi-kisi Validasi Ahli Isi/Materi Modul

No Kriteria

1 Kesesuaian topik pada pengembangan modul bisnis online 2 Kesesuaian modul dengan materi yang akan dicapai 3 Ketepatan isi materi untuk mendorong keingintahuan 4 Ketepatan isi materi dengan perkembangan teknologi

5 Kesesuaian isi dengan gambar

6 Kejelasan paparan materi

7 Ketepatan isi materi untuk memotivasi generasi muda 8 Kesesuaian antara isi latihan dengan tujuan modul 9 Kemudahan bahasa yang digunakan dalam modul

10 Ketepatan penggunaan ilustrasi

Berikut ini merupakan kisi-kisi validasi yang dilakukan oleh ahli desain modul:

Tabel 3. Kisi-kisi Validasi Ahli Desain Modul

No Kriteria

1 Desain cover sesuai dengan isi materi

2 Jenis huruf yang digunakan sesuai dengan generasi muda 3 Ukuran huruf yang digunakan sesuai dengan generasi muda

4 Gambar sesuai dengan materi

5 Gambar yang digunakan menarik

6 Tata letak gambar menarik

7 Tata letak tulisan sesuai

8 Ukuran gambar pada modul tepat

9 Warna pada modul menarik bagi generasi muda

10 Layout pada modul menarik

(55)

(3) Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Tes perolehan hasil pengembangan modul yang digunakan adalah dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test yang menunjukkan meningkatnya pendapatan dan keterampilan berbisnis online shop setelah menggunakan modul bisnis online shop.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan dapat diinformasikan kepada oranglain (Sugiyono, 2015). Analisi yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini yaitu :

(1) Analisis Deskripif

Analisis ini menggunakan angket penilaian tertutup dan angket penilaian terbuka untuk memberikan kritik dan saran serta perbaikan. Hasil dari analisis deskriptif ini merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari angket penilaian skala inkert, sedangkan data kualitatif berupa penilaian yang berasal dari saran validator.

(56)

Data yang berbentuk simbol akan dianalisis secara logis dan bermakna, sedangkan data yang berbentuk kuantitatif akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2003).

Keterangan :

P : Besar Presentase (yang dicari)

∑𝑥 : Jumlah total jawaban responden dalam 1 item

∑𝑥𝑖 : Jumlah total skor jawaban tertinggi dalam 1 item 100 : Bilangan konstanta

Kemudian penggunaan konservasi skala tingkat pencapaian digunakan untuk menentukan tingkat kevaliditasan dan keefektifan.

Adapun kategori yang ditetapkan yakni:

Tabel 4. Kualifikasi Tingkat Kelayakan Berdasarkan Presentase Presentase (%) Tingkat Kevalidan Keterangan 84 < skor ≤ 100 Sangat Valid Tidak Revisi 68 < skor ≤ 84 Valid Tidak Revisi 52 < skor ≤ 68 Cukup Valid Sebagian Revisi 36 < skor ≤ 52 Kurang Valid Revisi 20 < skor ≤ 36 Sangat Kurang Valid Revisi (Sumber: Arifin, 2009)

Tabel 5. Kriteria Penskoran Angket Validasi Skor

1 2 3 4 5

Sangat Kurang Tepat

Kurang Tepat

Cukup Tepat Tepat Sangat Tepat (Sumber: Arifin, 2009)

Berdasarkan konversi skala yang ditetapkan dalam kuesioner, tingkat kemenarikan produk diperoleh dengan pencapaian skor 1-5 dari hasil penilaian sebagai berikut :

P = Σ𝑥

Σ𝑥𝑖 × 100%

(57)

1. Skor 5 untuk kriteria sangat tepat dengan pemilihan responden pada item sangat menarik.

2. Skor 4 untuk kriteria tepat dengan pemilihan responden pada item menarik.

3. Skor 3 untuk kriteria cukup tepat dengan pemilihan responden pada item cukup menarik.

4. Skor 2 untuk kriteria kurang tepat dengan pemilihan responden pada item kurang menarik.

Skor 1 untuk kriteria sangat kurang tepat dengan pemilihan responden pada item sangat kurang menarik.

(2) Analisis Hasil Tes

Analisis ini dilakukan dengan melibatkan satu kelas sampel, maka analisis tes menggunakan model desain eksperimen One Group Pretest-Posttest Design.

Adapun penelitian one-group pretest-posttest ini menurut Borg & Gall ( Punaji, 2013) meliputi tiga langkah, yaitu : 1) pelaksanaan prates untuk mengukur variabel terikat, 2) pelaksanaan perlakuan atau eksperimen, dan 3) pelaksanaan pascates untuk mengukur hasil atau dampak terhadap variabel terikat. Dengan demikian, dampak perlakuan ditentukan dengan cara membandingkan skor hasil prates dan pascates (Punaji, 2013: 206).

Referensi

Dokumen terkait

Mereka mendefinisikan dispepsia fungsional pada anak-anak sebagai nyeri atau ketidaknyamanan pada perut bagian atas yang menetap atau berulang tanpa adanya bukti penyakit

Kebebasan ekonomi seorang wanita itu bukanlah fungsi dari ia berdagang, tetapi karena ia mendapat suatu penghasilan yang teratur dan dapat diandalkan dengan kegiatannya, di rumah

Ketentuan Lampiran dalam Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Blitar Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Bahkan pelaku usaha mebel terkemuka di Singapura Jerry Tan mengatakan “Indoor furniture from Jepara, it’s good than the other,” disela-sela road show dan presentasi

1) Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. Ada kavitas dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul

Pendekatan ATI dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Perlakuan ( treatment ) awal, pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan