• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MASA PANDEMI COVID-19 DI SDN WULANDONI

Sole Gaspar SDN Wulandoni

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

© 2021 Kresna BIP.

e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dik irim : 26 November 2021 Revisi pertama : 01 November 2021 Diterima : 06 Desember 2021 Tersedia online : 17 Desember 2021

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berik ut: Untuk mengetahui penerapan supervise ak ademik untuk meningk atk an k inerja guru di masa pandemic covid -19 di SDN Wulandoni.

Penelitian ini dilak sanak an dari Bulan September sampai Bulan Ok tober 2020 yang bertempat di SDN Wulandoni. Subyek penelitian adalah guru di SDN Wulandoni yang berjumlah 9 orang. Untuk dik etahui juga jumlah siswa pada tahun 2020/2021 sebanyak 94 orang.

Hasil yang dicapai ada 6 guru yang mencapai k ategori baik ( B ) atau sebesar 66,66% dan ada 3 guru yang mencapai k ategori cuk up ( C ) atau seb e sa r 33,33%. Semua guru belum mencapai predik at sangat memuask an atau A. Peneliti memberik an motivasi bagi guru agar membuat perangk at pembelajaran secara singk at saja sesuai dengan k ondisi yang ada, sehingg a laporan pada saat supervise tetap berjalan dengan baik . Hasil penilaian sik lus II tidak disajik an tetapi penilainnya sama seperti sik lus I berdasark an angk et penilaian yang dinilai oleh peneliti dan observer.

Berdasark an latar belak ang dan hasil pembahasan dalam penelitian ini, mak a peneliti dala m pelak sanaan supervise ak ademik pada masa pandemi c covid-19 mengalami banyak k endala yang ditemuk an di lapangan dan pelak sanaan tetap berjalan dengan baik sesuai dengan jadwal yang ditentuk an sehingga hasil yang ditentuk an. Peneliti memberik an motivasi k epada guru untuk membuat perangk at pembelajaran secara ringk as, mak a penelitian ini dapat disimpulk an bahwa penerapan supervise di masa pandemic covid- 19 telah meningk atk an k inerja guru di SDN Wulandoni.

Kata Kunci: Supervisi, Ak ademik , Kinerja Guru

Email : sole.sdwulandoni@gmail.com

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kondisi pandemi Covid-19 yang bermula pada akhir tahun 2019 telah mengubah kebiasaan hidup masyarakat di seluruh dunia. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia, termasuk di bidang pendidikan. Pemerintah memutuskan untuk membatasi seluruh kegiatan di semua institusi pendidikan sementara untuk mencegah penularan Covid-19. Kebijakan tersebut memberikan dampak pasif pada proses pembelajaran di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Kegiatan belajar siswa dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh secara daring (Aji, 2020).

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan di SDN Wulandoni juga mengalami perubahan selama pandemi Covid-19. Pembelajaran yang biasanya berlangsung secara tatap muka tidak dapat diterapkan karena adanya protokol kesehatan.

Keadaan siswa di SDN Wulandoni umumnya berasal dari kalangan masyarakat menegah kebawah. Mata pencaharian utama orang tua sebagian besar adalah petani dan pekerja lepas. Hal tersebut menjadi kendala bagi siswa dan orangtua dalam menerima pembelajaran daring dan belajar dari rumah (BDR) karena orangtua siswa sendiri tidak mengerti internet dan menggunakan handphone andoroid apalagi pada anak- anak. Selain orangtua dan siswa, sangat menyulitkan guru untuk meningkatkan pembelajaran dimasa covid-19. Ini juga menjadi masalah bagi kepala sekolah dalam menerima laporan kegiatan pembelajaran dari guru. Di sisi lain, guru di SDN Wulandoni terdapat berusia di atas 40 tahun (5 orang dari 9 orang guru). Guru-guru tersebut cenderung tidak dapat mengoperasikan perangkat komputer dengan lancar apalagi akses internet pda wilayah kecamatan Wulandoni sangat susah. Kondisi yang demikian membatasi guru dalam mengelola pembelajaran secara daring. Guru yang berusia kurang dari 40 tahun pun juga mengalami kesulitan karena terbiasa melakukan pembelajaran secara tatap muka. Adanya instruksi pemerintah terkait pembelajaran daring mengharuskan semua guru, mau tidak mau, untuk menyesuaikan diri agar tujuan pendidikan dapat tetap tercapai. Pembelajaran harus tetap dilaksanakan bagaimanapun kondisinya. Berkaca dari hal tersebut pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pembelajaran selama pandemi Covid-19 yang hampir semuanya memanfaatkan operator sekolah dan perangkat komputer secara daring.

Kendala yang dihadapi pada pembelajaran daring di berbagai daerah umumnya adalah sarana pembelajaran daring yang belum memadai, kurangnya pengalaman mengelola pembelajaran daring oleh guru, dan lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif selama pandemi Covid-19 (Zhang et al, 2020).

Sekolah sebagai fasilitas pelayanan pendidikan perlu mengambil langkah untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan tetap menaati protokol kesehatan yang dicanangkan pemerintah. Salah satu upaya sekolah adalah menyediakan Kegiatan Belajar Mengajar secara BDR yang sebisa mungkin tetap menjaga kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru-guru perlu menyesuaikan diri untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan melakukan praktik pembiasaan dalam mengelola pembelajaran secara BDR atau belajar dari rumah Kepala sekolah melalui kegiatan supervisi akademik secara terprogram. Supervisi

(3)

akademik merupakan kegiatan kepala sekolah untuk membantu dan sekaligus mengawasi guru dalam rangka mengembangkan, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas mengajar guru. Supervisi akademik dilaksanakan bertujuan memecahkan masalah pembelajaran melalui pembinaan guru agar lebih profesional. Supervisi akademik sangat penting dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk mengetahui kinerja guru dan memperbaiki kekurangan yang ditemukan, termasuk kemampuan guru mengelola kelas secara daring (Rismawan, 2015).

Evaluasi dilakukan kepala sekolah SDN Wulandoni selaku penanggung jawab dengan melaksanakan kegiatan supervisi akademik untuk mengukur kinerja guru saat pandemi Covid-19 yang dirasa menurun dibandingkan dengan sebelum pandemi. Laporan kegiatan pembelajaran menjadi terhalang dan tidak tepat waktu.

Supervisi akademik merupakan tugas utama kepala sekolah untuk menentukan kualitas pendidikan di sekolah. Kepala sekolah harus memiliki komitmen untuk menggerakkan para guru dan siswa dalam berpikir kritis, berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, dan menciptakan pembelajaran efektif. Pelaksanaan supervisi akademik yang terprogram dan berkesinambungan akan mewujudkan tercapainya kualitas institusi pendidikan dan meningkatkan prestasi siswa. Kepala sekolah harus memastikan semua guru mendapatkan pelayanan supervisi akademik. Supervisi akademik dilakukan melalui serangkaian program untuk membantu guru dalam rangka mengembangkan kompetensinya untuk mengelola Kegiatan Belajar Mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran (Snae et al, 2016). Sehingga untuk mengatasi masalah covid -19, maka kepala sekolah memutuskan untuk pembelajaran BDR daripada daring alasannya pembelajaran secara daring tidak bisa dilakukan dengan baik karena jaringan internet tidak terakses dengan baik dan perangkat laptop atau handphone android juga kebanyakan tidak dimiliki guru maupun siswa sehingga kepala sekolah mengimbau agar guru membuat perangkat pembelajaran dalam bentuk ringkasan secara singkat.

Dengan melihat masalah yang dihadapi di SDN Wulandoni, maka kepala sekolah sebagai peneliti akan melakukan penelitian untuk bisa mengatasi atau mencari jalan keluar. Judul penelitian yang akan diteliti adalah: “Penerapan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Di Masa Pandemi Covid- 19 Di SDN Wulandoni”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: Bagaimana penerapan supervise akademik untuk meningkatkan kinerja guru di masa pandemic covid-19 di SDN Wulandoni ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui penerapan supervise akademik untuk meningkatkan kinerja guru di masa pandemic covid-19 di SDN Wulandoni.

(4)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan khususnya tentang Penerapan Supervisi akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di masa pandemic covid-19 di SDN Wulandoni.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan:

a. Bagi guru: Dapat membantu guru keluar dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar pada masa pandemic covid- 19.

b. Bagi kepala sekolah : Informasi bagi kepala sekolah dalam upaya memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru pada masa pandemic covid-19.

KAJIAN PUSTAKA Supervisi

Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.

Tujuan Supervisi

a. Meningkatkan mutu kinerja guru

b. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut

c. Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.

d. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.

e. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.

f. Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.

g. Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.

h. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.

i. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik

j. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa

(5)

k. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.

l. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

Tipe-tipe Supervisi a. Tipe Inspeksi

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.

b. Tipe Laisses Faire

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

c. Tipe Coersive

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.

d. Tipe Training dan Guidance

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.

e. Tipe Demokratis

Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing- masing.

(6)

Pendekatan Supervisi Akademik

Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52) pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu:

1. Pendekatan Langsung (Direktif)

Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan

2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)

Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.

3. Pendekatan Kolaboratif

Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama- sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut:

menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.

Teknik Supervisi Akademik

Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik- teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

Teknik Supervisi Individual

Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan

(7)

antarkelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu.

1. Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.

2. Observasi Kelas

Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:

a. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran b. Cara penggunaan media pembelajaran

c. Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar

d. Keadaan media Pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya.

3. Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengem- bangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.

4. Kunjungan Antar Kelas

Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya.

5. Menilai Diri Sendiri

Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode. Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri.

Teknik Supervisi Kelompok

Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut.

1. Kepanitiaan-kepanitiaan 2. Kerja kelompok

(8)

3. Laboratorium kurikulum 4. Baca terpimpin

5. Demonstrasi pembelajaran 6. Darmawisata

7. Kuliah/studi 8. Diskusi panel

Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definish mengenai kinerja. Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136) menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes, human or other wise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaia kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Karena organisasi pada dasarnya dijalan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.

Menurut Prawirasentono (1999: 2) “Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkuta secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika”. Dessler (1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja. Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerj atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa: “Standar

(9)

kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran,(3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru” UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru. Pendapat lain diutarakan Soedijarto (1993) menyatakan ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1) merencanakan program belajar mengajar; (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar; (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar; (4) membina hubungan dengan peserta didik. Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; (5) melaksanakan tugas tambahan.

Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang

(10)

meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang akan di gambarkan adalah sebagai berikut:

Hipotesis Tindakan

Jika kepala sekolah menerapkan supervise akademik, maka dapat meningkatkan kinerja guru di masa pandemic covid -19 di SDN Wulandoni.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian kali ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan wawancara untuk mendeskripsikan data yang penulis peroleh dari informan, untuk memperoleh data lapangan penulis mengadakan pendekatan langsung dengan cara mendatangi objek yang diteliti, bilamana memungkinkan dan dianggap tepat, deskripsi semacam itu dilakukan secara kualitatif karena penelitian ini berupaya menggambarkan pentingnya kegiatan supervisi akademik di masa pandemik covid-19 untuk mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran dan laporan perangkat pembelajaran di SDN Wulandoni.

Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan September sampai Bulan Oktober 2020 yang bertempat di SDN Wulandoni. Subyek penelitian adalah guru di SDN Wulandoni yang berjumlah 9 orang. Untuk diketahui juga jumlah siswa pada tahun 2020/2021 sebanyak 94 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Teknik observasi peneliti melakukan pengamatan serta pemeriksaan langsung terutama kelengkapan administrasi seperti perangkat pembelajaran yang dimiliki guru-guru sebelum melakukan proses pembelajaran.

Teknik wawancara dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru SDN Wulandoni.

Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan alat bantu instrument penelitian. Arikunto (2005:101) menyatakan instrument pengumpulan data adalah

(11)

alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penulis dalam penelitiannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen peneliti yang peneliti gunakan:

1. Peneliti, yaitu kepala sekolah sebagai supervisor mengamati secara langsung terhadap objek yang akan diteliti kemudian mengambil kesimpulan terhadap apa yang akan diteliti.

2. Pedoman wawancara, yakni dalam hal ini penulis mengadakan tanyajawab dengan guru-guru yang berkaitan dengan permasalahan pembuatan perangkat pembelajarana dan penerapaanya pada saat proses belajar BDR, dengan metode ini pula penulis memperoleh data yang lengkap.

Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena yang bersifat unik atau kompleks. Di dalamnya terdapat regularitas atau pola tertentu namun penuh dengan variasi atau keragaman.

Menurut Afrizal (2014:176) mengemukakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai dari pengumpulan data sampai pada tahap penulisan proposal. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang penulis gunakan yaitu data kualitatif yaitu hasil dari wawancara kepada informan yang diberikan pertanyaan secukupnya kemudian diberikan penjelasan. Kemudian peneliti mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara, memeriksa data yang sudah terkumpul, menganalisis data yang sudah diperoleh, selanjutnya untuk disimpulkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pada pelaksanaaan siklus I, peneliti membuat perencanaan terlebih dahulu dengan survey langsung pada saat pelaksanaan pembelajaran. Di SDN Wulandoni peneliti melakukan supervisi akademik dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan April dan bulan September dengan melakukan kunjungan kelas dimana peneliti sebagai kepala sekolah melakukan pengamatan langsung terhadap proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini masa pandemic covid-19, maka supervisi dilakukan pada saat pembelajaran dari rumah atau BDR. Sebenarnya peneliti melakukan penelitian pada guru melalui daring tetapi banyak kekurangan yang ditemukan, maka peneliti akan melakukan penelitian pada saat DBR. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 2020 masih dalam protocol kesehatan. Dalam penelitian ini kepala sekolah sebagai peneliti selain mengawasi proses pembelajaran juga memeriksa perangkat pembelajaran yang disiapkan guru.

Selain itu untuk menghitung ketuntasan, peneliti juga membuat skor terlebih dahulu sebelum penilaian. Skor ketuntasan dalam penelitian ini adalah 70. Jika dalam pelaksanaan suprevisi, hal- hal yang dinilai belum mencapai kriteria penilaian, maka guru yang bersangkutan harus membenahi kekurangan yang ada.

Penilaian tersebut dapat dihitung dengan rumus ketuntasan yang akan dibahas pada siklus I.

(12)

Sebelum melakukan supervisi, peneliti sudah mempersiapkan jadwal kunjungan untuk masing- masing guru dan hal lain yang berhubungan dengan supervisi. Supervisi akademik pada siklus I ini dilakukan pada minggu petama dan kedua bulan September 2020. Jadwal penelitian masa BDR dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Peneltian

No Hari Jam (WITA) Kelas Tempat

1 SENIN 08.00- 10.00 I DAN II RUMAH

2 SELASA 09.00-10.00 III RUMAH

3 RABU 08.00-10.00 IV RUMAH

4 KAMIS 09.00- 10.00 V RUMAH

5 JUMAT 08.00-09.00 VI RUMAH

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020)

Selain membuat jadwal penelitian juga disiapkan angket penilaian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Angket Penelitian

Uraian SKOR

Jumlah Rata- Rata Observer 1 Observer 2

PERSIAPAN

Perencanaan Pembelajaran Persiapan perangkat pembelajaran Penampilan penyaji

PENYAJIAN B.1 Pendahuluan

Pemeriksaan kehadiran siswa Pelaksanaan observasi

Pengungkapan tujuan pembelajaran Pemberian motivasi pembelajaran yang menarik

B.2 Kegiatan Inti

Penerapan metode dan media pembelajaran

Pemanduan sajian materi pembelajaran

Pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan siswa

Pemberian bimbingan siswa PENUTUP

Penggunaan 937sistem perbaikan Melibatkan siswa untuk membuat rangkuman

Pemberian tindak lanjut atau tugas perbaikan

Jumlah Rata-rata

Prosentase perolehan Predikat

Sumber : Data Primer (2020)

(13)

Angket ini akan dinilai peneliti sebagai observer pertama dan guru senior yang membantu peneliti selama penelitian sebagai observer kedua. Skor penilaian yang dipakai adalah:

4 = Sangat baik ( 86 -100) = A 3 = Baik ( 76- 85) = B

2 = Cukup ( 56- 75) = C 1 = Kurang ( 0- 55) = D

Pelaksanaan minggu pertama adalah peneliti bersama observer melakukan kunjungan dari rumah ke rumah yang ditentukan sebagai kelompok belajar dan belum melakukan penilaian, masih survey proses pembelajaran. Dan banyak mengalami kendala yaitu waktu dan tempat yang dikunjungi, selain itu suasa pembelajaranya juga beda dengan pembelajaran normal di kelas. Hal ini sangat berpengaruh juga terhadap mental anak didik dan guru dan juga prestasi belajar siswa. Itu itu peneliti harus bisa mengatasi masalah ini apalagi berhubungan dengan proses pembelajaran dan perangkat pembelajaran tentu saja tidak beres.

Pada minggu kedua dengan jadwal yang sama peneliti dan observer melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal. Pada minggu kedua ini peneliti dan observer akan melakukan penilaian. Hal- hal yang dinilai berdasarkan angket yang sudah disiapkan. Karena masih dalam suasana covid- 19, maka penilaian dilakukan sesuai dengan apa yang ditemukan di lapangan.

Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah dari 9 guru dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Nilai Siklus I

No Responden Skor Prosntase (%) Predikat

1 2 76-80 22,22 B

2 3 70-75 33,33 C

3 4 53-55 44,44 D

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020)

Pada tabel 3 di atas menjelaskan bahwa 2 guru yang mendapat predikat B dan sebesar 22,22 % dengan skor 76-80 dan 3 guru yang mendapat predikat C atau sebesar 33,33% dengan skor 70-75 dan 4 guru yang mendapat skor 53-55 atau sebesar 44,44% pada kategori D. Hasil penelitian yang dicapai pada siklus I masih di bawah rata-rata dan belum tuntas, maka peneliti melakukan penelitian ke siklus II.

Rumus yang digunakan untuk menghitung ketuntasan adalah:

2

P = x 100%

9 P = 22,22 %

P =

Σ

Jumlah guru yang tuntas Jumlah guru

x 100 %

(14)

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel contoh indikator ketuntasan yang di ambil pada angket penilaian guru sebagai berikut:

Tabel 4 . Hasil Nilai Angket pada Siklus I pada skor 80

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020)

Tabel 5 . Hasil Nilai Angket pada Siklus I pada skor 72

No Hal-Hal Yang Dinilai SKOR

Jumlah Rata- Rata Observer 1 Observer 2

1

PERSIAPAN

Perencanaan dan persiapan

perangkat Pembelajaran 3 3 6 3

2 Penampilan penyajian 3 3 6 3

3

PENYAJIAN B.1 Pendahuluan

Pemeriksaan kehadiran siswa 3 3 6 3

4 Pelaksanaan pembelajaran 3 3 6 3

5 Pengungkapan tujuan pembelajaran 3 3 6 3

6

B.2 Kegiatan Inti

Penerapan model pembelajaran 3 2 5 2,5

7 Pemanduan sajian materi

pembelajaran 3 3 6 3

8 Pembahasan hasil kerja melibatkan

keaktifan siswa 2 3 5 2,5

9 Pemberian bimbingan siswa 3 3 6 3

No Hal-Hal Yang Dinilai SKOR

Jumlah Rata- Rata Observer 1 Observer 2

1

PERSIAPAN

Perencanaan dan persiapan

perangkat Pembelajaran 4 3 7 3,5

2 Penampilan penyaji 3 3 6 3

3

PENYAJIAN B.1 Pendahuluan

Pemeriksaan kehadiran siswa 3 3 6 3

4 Pelaksanaan pembelajaran 3 4 7 3,5

5 Pengungkapan tujuan pembelajaran 4 3 7 3,5

6 B.2 Kegiatan Inti

Penerapan model pembelajaran 4 3 7 3,5

7 Pemanduan sajian materi

pembelajaran 3 3 6 3

8 Pembahasan hasil kerja melibatkan

keaktifan siswa 3 3 6 3

9 Pemberian bimbingan siswa 3 3 6 3

10 PENUTUP

Penggunaan sistem perbaikan 3 3 6 3

11 Pemberian tindak lanjut atau tugas

perbaikan 4 4 8 4

Jumlah 37 35 72 36

Rata-rata 3,3 3,1 6,5 3,2

Persentase Perolehan 84% 79% 80%

(15)

Lanjutan Tabel 5 . Hasil Nilai Angket pada Siklus I pada skor 72

No Hal-Hal Yang Dinilai SKOR

Jumlah Rata- Rata Observer 1 Observer 2

10

PENUTUP

Penggunaan sistem perbaikan 3 3 6 3

11 Pemberian tindak lanjut atau tugas

perbaikan 3 3 6 3

Jumlah 32 31 64 32

Rata-rata 2,9 2,81 5,81 2,90

Persentase Perolehan 72,5% 70,25% 72,72

% Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020)

Tabel 6. Hasil Nilai Angket pada Siklus I pada Skor 54

No Hal-Hal yang Dinilai SKOR

Jumlah Rata- Rata Observer 1 Observer 2

1

PERSIAPAN

Perencanaan dan persiapan

perangkat Pembelajaran 2 2 4 2

2 Penampilan penyajian 3 2 5 2,5

3

PENYAJIAN B.1 Pendahuluan

Pemeriksaan kehadiran siswa 3 3 6 3

4 Pelaksanaan pembelajaran 2 2 4 2

5 Pengungkapan tujuan pembelajaran 2 2 4 2

6

B.2 Kegiatan Inti

Penerapan model pembelajaran 2 2 4 2

7 Pemanduan sajian materi

pembelajaran 2 2 4 2

8 Pembahasan hasil kerja melibatkan

keaktifan siswa 2 2 4 2

9 Pemberian bimbingan siswa 2 3 5 2,5

10

PENUTUP

Penggunaan sistem perbaikan 2 2 4 2

11 Pemberian tindak lanjut atau tugas

perbaikan 2 2 4 2

Jumlah 24 24 40 24

Rata-rata 2,18 2,18 3,63 2,18

Persentase Perolehan 54,5% 54,5 % 54,5%

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020)

Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I yang di ambil sebagai sampel, maka perlu di tingkatkan lagi pada siklus II karena hasil yang dicapai belum tuntas, masih ada 7 orang yang belum tuntas.

Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Belum berhasilnya supervisi akademik pada pelaksanaan siklus I maka peneliti harus melakukan supervisi ulang pada siklus II ini. Sebelum melakukan supervisi peneliti harus mempersiapkan terlebih dahulu dimana harus sesuai

(16)

dengan tujuan supervisi dan harus ada pemberitahuan terlebih dahulu dan bisa juga atas dasar undangan dari guru. Dengan demikian guru-guru dapat mempersiapkan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu kinerja guru. Setelah melakukan pemberitahuan dan persiapan yang baik dan peneliti siap melaksanakan supervise.

Hasil pelaksanaan supervise memang berhasil dengan baik sesuai jadwal yang ditentukan yaitu sama seperti siklus I. Namun banyak kendala yang dihadapi oleh peneliti karena masih dalam suasana covid-19 dan proses pembelajaran masih BDR sehingga proses pembelajarannya tidak sama dengan pembelajaran normal.

Kendala yang ditemui, dicatat oleh peneliti sebagai bahan refleksi di mana berhubungan dengan proses pembelajaran dan perangkat pembelajaran. Kendala yang dihadapi peneliti adalah:

1. Penelitian pada masa covid-19 2. Proses pembelajaran bersifat BDR

3. Banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan 4. Laporan kerja guru belum beres

Dengan melihat kendala yang ada, namun peneliti tetap melakukan penilaian dan hasil yang dicapai pada siklus II ada kemajuan. Beberapa guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran namun ada beberapa guru yang kebingungan dengan suasana yang ada sehingga waktu yang digunakan untuk belajar tidak semestinya dijalankan dengan baik. Hasil yang dicapai guru pada siklus II dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Nilai Siklus I

No Responden Skor Prosntase (%) Predikat

1 6 80-85 66,66 B

2 3 73-75 33,33 C

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020)

Hasil yang dicapai ada 6 guru yang mencapai kategori baik (B) atau sebesar 66,66% dan ada 3 guru yang mencapai kategori cukup (C) atau sebesar 33,33%. Semua guru belum mencapai predikat sangat memuaskan atau A. Peneliti memberikan motivasi bagi guru agar membuat perangkat pembelajaran secara singkat saja sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga laporan pada saat supervise tetap berjalan dengan baik. Hasil penilaian siklus II tidak disajikan tetapi penilainnya sama seperti siklus I berdasarkan angket penilaian yang dinilai oleh peneliti dan observer. Sedangkan hasil ketuntasan dapat dihitung melalui rumus ketuntasan yang dapat di lihat di bawah ini:

6

P = x 100%

9 P = 66,66 % Pembahasan

Hasil penelitian analisa data dan pengamatan secara langsung, maka dalam menerapkan supervisi akademik pada tindakan siklus II mengalami peningkatan

P =

Σ

Jumlah guru yang tuntas Jumlah guru

x 100 %

(17)

yang baik bila dibandingkan pada tindakan siklus I walaupun masih dalam suasana cocid-19 dan banyak kendala yang dihadapi. Peneliti bisa mengatasinya dengan memberikan motivasi yaitu guru-guru membuat perangkat pembelajaran secara singkat.

Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II, maka dapat di lihat tabel secara keseluruhan di bawah ini:

Tabel 8. Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II NO

RESPONDEN SKOR PROSENTASE PREDIKAT

Siklus I

Siklus 2

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 1

Siklus 2

1 2 6 76-80 80-85 22,22 66,66 B B

2 3 3 70-75 73-75 33,33 33,33 C C

3 4 - 53-55 - 44,44 - D -

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2020) KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang dan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti dalam pelaksanaan supervise akademik pada masa pandemic covid- 19 mengalami banyak kendala yang ditemukan di lapangan dan pelaksanaan tetap berjalan dengan baik sesuai dengan jadwal yang ditentukan sehingga hasil yang ditentukan. Peneliti memberikan motivasi kepada guru untuk membuat perangkat pembelajaran secara ringkas, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan supervise di masa pandemic covid-19 telah meningkatkan kinerja guru di SDN Wulandoni.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang disajikan di atas maka disarankan kepada:

1. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat melakukan supervisi akademik secara rutin sehingga dapat meningkatkan mutu kinerja guru dengan baik.

2. Bagi guru diharapkan dapat mempersiapkan dengan baik dalam pembelajarannya walaupun belum dilakukan supervisi akademik oleh kepala sekolah dan harus mempersiapkan dengan baik apabila ada pemberitahuan untuk supervisi akademik dari kepala sekolah sehingga hasil yang dicapai juga dapat meningkat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Pohan, M. M. 2020. Implementasi Supervisi Akademik Kepala Madrasah di Masa Pandemi Covid-19. Idarah: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan, 4 (2), 195- 208.

Rismawan, E. 2015. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru. Jurnal Administrasi Pendidikan, 22 (1), 114-132.

Sarjono. 2020. Penerapan Supervisi Akademik Pengawas guna Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Melaksanakan Program BDR (Belajar dari

(18)

Rumah) selama Masa Pandemi Covid-19 di Dabin 1 Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Sumowono. Jurnal Wawasan Pengembangan Pendidikan, 8 (2), 53-60.

Suhartono, B. 2020. Eksistensi Supervisi Pengawas Pembina di Masa Pandemi Covid-19 dalam Meningkatkan Standar Proses di SMK Mustafa Lidh Tanaj

Gambar

Tabel 2. Angket Penelitian
Tabel 3. Hasil Nilai Siklus I
Tabel 4 . Hasil Nilai Angket pada  Siklus I pada  skor 80
Tabel 6. Hasil Nilai Angket pada  Siklus I pada  Skor 54
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisa hasil perhitungan menggunakan fungsi distribusi Weibull, didapatkan kecepatan rata-rata pertahun pada lokasi yaitu Gedung Syariah Hotel Solo

Pengadilan Negeri Bangil merupakan bagian lingkungan peradilan umum di bawah Mahkamah Agung RI sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan

Masalah strategis dari reformasi pembiayaan kesehatan terutama meliputi: (a) Belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban pembiayaan kesehatan;

Ompusunggu dan Ranggabuwana (2006: 5) mene- mukan hubungan antara partisipasi dengan job rele- van information, dalam proses partisipasi, bawahan/ pelaksana anggaran diberi

Penggunaan daun gamal (Gliricidia sapium), guna mempercepat kematangan buah pisang Raja Sere dan Emas yang dilakukan Yulianingsih dan Dasuki (1989), menyatakan bahwa daun gamal

Hasil penelitian yang berkaitan dengan kemampuan pengetahuan, yaitu mengetahui tujuan UPPKS untuk meningkatkan pendapatan keluarga; yang berkaitan dengan kemampuan

Dari hasil penelitian mengenai atribut produk yang diinginkan konsumen, dapat disimpulkan ada 4 atribut yang merepresentasikan keinginan konsumen terhadap produk

Berdasarkan uraian tentang pernyataan tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji tentang analisis terdapat pengaruh antara perkembangan kredit simpan pinjam, pengembangan