• Tidak ada hasil yang ditemukan

THEOREMS The Journal of Mathematics

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "THEOREMS The Journal of Mathematics"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

THEOREMS

The Journal of Mathematics

Penerbit:

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY)

Pelindung:

Prof. Dr. Elfi Sahlan Ben, Apt (Rektor) Penanggung Jawab:

Dra. Rosmiyati, M.Pd.

Pemimpin Redaksi:

Hana Adhia, S.Si., M.Pd.

Sekretaris:

Adevi Murni Adel, S.Si., M.Pd.

Penyunting Pelaksana:

Dr. Zona Rida Rahayu, M.Pd.

Fiti Handayani, M.Pd.

Reno Warni Pratiwi, S.Si., M.Pd.

Penyunting Ahli:

Dr. Irwan, M.Si.

Drs. Hendra Syarifudin, M.Si., Ph.D Dr. Rudi Candra, M.Pd.

Produksi dan Distribusi:

Gusnel Maneli, S.E.

Mulida Etnawati, A.Md.

Alamat Redaksi

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMMY Jl. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Solok

Telp/Fax (0755) 324264

Email: [email protected]

SEMUA TULISAN YANG ADA DALAM JURNAL THEOREMS BUKAN MERUPAKAN CERMINAN SIKAP DAN ATAU PENDAPAT DEWAN REDAKSI.

TANGGUNG JAWAB TERHADAP ISI DAN ATAU AKIBAT TULISAN TETAP TERLETAK PADA PENULIS

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Swt, yang telah memberikan kemudahan bagi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok atas terbitan perdana jurnal elektronik yang diberi nama THEOREMS (The Journal of Mathematics). Jurnal ini diharapkan nantinya dapat memfasilitasi dosen di Program Studi Pendidikan Matematika maupun rekan dosen lainnya baik di lingkungan FKIP UMMY, lintas fakultas juga lintas universitas untuk mempublikasikan secara online penelitian yang telah dilakukan.

Jurnal ini akan mempublikasikan hasil penelitian yang terkait dengan bidang ilmu pendidikan matematika, matematika, dan sains terapan. Jurnal THEOREMS ini bekerjasama dengan pihak LIPI sebagai lembaga yang menyetujui dan memberikan Nomor ISSN sebagai bukti keberadaan jurnal ini secara legal, sehingga nantinya dapat diakreditasi. Jurnal THEOREMS akan diterbitkan setiap enam (6) bulan, yaitu Januari dan Juli.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak LIPI, Mitra Bestari dan segenap Jajaran Dewan Redaksi serta berbagai pihak yang terlibat dari awal hingga akhir terbitnya jurnal ini. Berhubung karena ini terbitan perdana, tentu tidak terlepas dari berbagai kekurangan diberbagai sisi, demi peningkatan kualitas e-jurnal THEOREMS ini, maka kami dengan tangan terbuka siap menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk jurnal yang lebih berkualitas dan tentu diharapkan sekali dapat terakreditasi nanti di masa depan.

Semoga isi dari jurnal ini memberi manfaat dan menambah wawasan kita dalam bidang ilmu pendidikan matematika, matematika, dan sains terapan. Amin.

Selamat Membaca!

Hormat Kami, Redaksi

i

(5)

PEDOMAN BAGI PENULIS E-JURNAL THEOREMS

1. Tulisan merupakan hasil penelitian atau kajian yang bersifat analisis kritis di bidang ilmu pendidikan matematika, matematika, dan sains terapan yang belum pernah dipublikasikan.

2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan diketik pada kertas HVS ukuran A4 dengan jarak spasi 1,5 spasi dengan margins kiri, kanan, atas, dan bawah 3 cm. Panjang tulisan maksimal 12 halaman (termasuk daftar pustaka).

3. Naskah ditulis dan diketik dengan tata aturan sebagai beikut:

a. Judul, harus singkat dan jelas, ditulis dengan Bahasa Indonesia atau Inggris, panjang judul seyogyanya tidak melebihi 23 kata;

b. Nama Penulis, dicantumkan tanpa menyebutkan gelar, di bawah nama penulis dicantumkan profesi dan instansi tempat bekerja dan alamat email yang masih aktif;

c. Abstrak, merupakan uraian singkat tentang isi tulisan, abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Inggris, panjang maksimal 250 kata dan memuat kata kunci;

d. Pendahuluan, berupa latar belakang masalah, alasan pentingnya dilakukan penelitian atau hipotesis yang mendasari, pendekatan umum dan tujuan diadakannya penelitian serta kajian pustaka yang relevan;

e. Metode Penelitian, menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operassional, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian;

f. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dikemukakan secara jelass, bila perlu disertai dengan tabel (tidak perlu diulangi dengan teks). Pembahasan hendakanya memuat tentang hasil penelitian yang telah diperoleh, bagaimana penelitian dapat memecahkan permasalahan dan kemungkinan pengembangannya yang disertai dengan teori pendukung atas hasil penelitian yang telah dihasilkan;

g. Simpulan, berisi hal-hal penting dari hasil dan pembahassan penelitian yang disesuaikan dengan manfaat penelitian;

h. Daftar Kepustakaan, mencantumkan semua referensi yang digunakan berikut semua keterangan yang lazim dengan menggunakan tata cara penulisan kepustakaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Naskah dikirim dalam format word ke e-mail redaksi [email protected] paling lambat 1 (satu) bulan sebelum penerbitan beserta scan bukti pembayaran.

5. Naskah yang diterima redaksi akan dikoreksi terlebih dahulu oleh tim editor.

Jika terdapat perbaikan dan kesalahan akan dikembalikan kepada penulis dengan mencantumkan kesalahan yang perlu diperbaiki.

6. Naskah yang telah dimuat dapat penulis lihat langsung di web www.e- jurnal.ummy-solok.ac.id/theorems/ dengan pemberitahuan terlebih dahulu melalui e-mail atau contact person penulis bahwa naskah telah dipublikasikan.

ii

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

PEDOMAN BAGI PENULIS E-JURNAL THEOREMS ii

DAFTAR ISI iii

Peningkatan Aktivitas Belajar Mahasiswa Melalui Straregi Learning Cycle disertai Main Map pada Perkuliahan Kalkulus II Program Studi

Pendidikan Matematika FKIP UMMY Solok oleh Adevi Murni Adel (UMMY)

1 - 8

Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SD melalui Pembelajaran dengan Menggunakan Strategi REACT oleh Elfi Rahmadhani (Jurusan Tarbiyah Prodi Tadris Matematika STAIN Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah, Aceh)

9 - 18

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan Model STAD oleh Hana Adhia (UMMY)

19-27

Tahap Design Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Konstruktivisme pada Perkuliahan Aljabar Linier Elementer di UMMY Solok oleh Reno Warni Pratiwi (UMMY)

28-34

Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Struktur Aljabar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas 2013A Prodi Pendidikan Matematika UMMY Solok oleh Rita Oktavinora (UMMY)

35-46

Persepsi dan Minat Mahasiswa Jurusan PMIPA Program Studi Pendidikan Matematika terhadap Pembelajaran Aktif Tipe Practice Rehearsal Pairs oleh Roza Zaimil (UMMY)

47-52

Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Kemampuan Pemecahan Konsep Matematis Mahasiswa pada Perkuliahan Logika Matematika di STKIP YPM Bangko oleh Sugeng Riyadi. STKIP Bangko.

53-61

Penggunaan Jarak City-Block pada Analisis Cluster Single Linkage Berdasarkan Data Potensi Desa Sumatera Barat oleh Yeni Kurniawati1, Mira Melisa2 FMIPA UNP.

62-72

Peningkatan Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui Model Berbasis Kontruktivisme di Kelas C D Madrasah Aliyah Negeri Olak Kemang Jambi oleh Yusmarni1, Hendra Bestari2. (IAIN STS Jambi)

73-84

iii

(7)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 1 PENINGKATAN AKTIVITAS MAHASISWA MELALUI STRATEGI LEARNING

CYCLE DISERTAI MIND MAPP PADA PERKULIAHAN KALKULUS II PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UMMY SOLOK

Adevi Murni Adel

Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, Solok Indonesia

Email: [email protected]

Abstract. This study aims to increase the activity of students taking Calculus II course using Learning Cycle (LC) Strategy with the Mind Map. This type of research is the Classroom Action Research (CAR), which has been implemented in two cycles. Each cycle consists of four steps, namely planning, action, observation, and reflection that will be used as a basis for improved planning in the next cycle. Data were analyzed quantitatively and qualitatively. Quantitatively derived from observation sheet student activities at each meeting. The qualitative data obtained by the data describing the percentage of student activity and supported by field notes and documentation. The results of the study concluded that by using LC strategy accompanied mind map can increase the activity of students in the lecture Calculus II FKIP UMMY Solok.

Keywords : Activity, Learning Cycle Strategy, Mind Map.

PENDAHULUAN

Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting.

Menurunnya aktivitas dalam proses pembelajaran, maka akan berdampak pada menurunnya hasil belajar. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 101) terdapat 177 macam aktivitas yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa.

Namun kenyataan dilapangan, mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kalkulus II, berdasarkan pengalaman penulis pembelajaran masih bersifat teacher center Mereka hanya menerima saja materi yang diberikan dosen, tanpa ada interaksi dengan dosen. Mahasiswa juga kelihatan belum siap dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran, ketika dosen mengajukan beberapa pertanyaan yang memotivasi rasa ingin tahu mahasiswa, mahasiswa hanya diam saja. Padahal sebelumnya dosen juga sudah membagikan silabus dan mengingatkan mahasiswa untuk membaca dan memahami materi sebelum pembelajaran dimulai. Pada saat diberikan latihan dan diskusi, proses pembelajaran didominasi oleh mahasiswa yang pintar saja yaitu Dessy, Depi dan Helmi Farida. Pada saat mempertanggung jawabkan latihan/tugas ke depan kelas, hanya beberapa mahasiswa yang bisa mempertanggungjawabkannya.

(8)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 2 Selain itu berdasarkan wawancara dengan teman sejawat yang mengajar pada mahasiswa matematika 13 A, juga memberikan pendapat yang sama. Pada umumnya proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah, didominasi oleh mahasiswa yang pintar saja dan mahasiswa masih banyak yang takut bertanya, karna kurang memahami materi yang dibahas dan tugas yang dibuat masih banyak yang belum dapat mempertanggung jawabkannya

Berdasarkan wawancara dengan mahasiswa pendidikan matematika 13A, diperoleh informasi bahwa mereka kurang menguasai materi ini. Hal ini dikarenakan, mereka pada umumnya berasal dari SMK atau SMA jurusan IPS. Matematika yang diperolehnya masih pada kemampuan dasar. Mereka juga telah terbiasa dengan proses pembelajaran teacher center.

Berdasarkan permasalahan di atas, berbagai usaha yang telah dilakukan penulis yaitu memotivasi mahasiswa dengan memberikan nilai plus kepada mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Membentuk pembelajaran kelompok, agar proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh mahasiswa yang pintar saja, namun hasilnya belum maksimal. Selain itu penulis juga meminta mahasiswa untuk untuk meringkas materi sebelum pembelajaran dimulai. Namun hasilnya masih kurang memuaskan, karena mahasiswa hanya menyalin apa saja yang ada pada buku wajib.

Menyikapi kondisi tersebut, perlu adanya usaha lain yang harus dilakukan dosen untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, terutama aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan, presentasi ke depan kelas dan mengerjakan latihan/tugas.

Salah satu strategi yang sesuai dengan kemampuan dosen, kondisi mahasiswa dan lingkungan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran serta membuat pembelajaran menjadi efektif, efisien yaitu strategi Learning Cycle(LC) disertai mind mapp. Strategi LC merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontruktivis. LC adalah srategi yang berpusat kepada mahasiswa. Pengembangan strategi ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Startegi dilandasi pandangan kontruktivis dari piaget yang beranggapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun oleh anak dalam struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. Mind mapp adalah suatu peta pikiran yang merupakan cara termudah untuk mendapatkan informasi ke otak dan mengambil informasi keluar otak (Buzan, 2007:4). Menurut Surya (2011:360) cara membuat Mind Mapp atau melukis pikiran adalah: (a) Tuliskan penyataan pokok masalah (tema) yang sedang kamu pikirkan, (b)

(9)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 3 Diagramkan masalah tersebut dengan menulis pokok masalah di pusat selembar kertas dan gambarkan sebuah kotak atau lingkaran di sekelilingnya, (c) Gambarkan cabang-cabang yang mengurai dari tema pusat (pokok masalah) seperti cabang-cabang sebatang pohon yang melebar dari pokok utama untuk setiap topik dan titik kunci, (d) Cetak semua jawaban potensial dari unsur-unsur yang membangun maupun mempengaruhi pokok masalah di atas cabang yang berasal dari tema pusat, (e) Dan seterusnya.

Berdasarkan hal di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: mendeskripsikan data peningkatan aktivitas mahasiswa melalui strategi LC disertai mind mapp pada perkuliahan Kalkulus II. Rumusan Masalah dan Pemecahannya yaitu; Bagaimana peningkatan aktivitas mahasiswa melalui strategi LC disertai mind mapp pada Perkuliahan Kalkulus II?.

Berdasarkan rumusan masalah, maka pemecahan masalahnya adalah: menggunakan stratregi LC disetai mind mapp. Strategi learning cycle ini ada 5 tahap yaitu: (1) tahap engagement (pembangkit minat), (2) tahap exsploration (eksplorasi), (3) tahap explanation (penjelasan), (4) tahap elaboration (perluasan), (5) tahap evaluation (evaluasi). Sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dengan indikator: (1) bertanya, (2) menjawab pertanyaan, (3) presentasi ke depan kelas, (4) mengerjakan latihan/tugas.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP UMMY Solok. Subjek pada penelitian ini adalah 20 orang mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kalkulus II pada semester II. Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu:

(1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Observation), (4) Refleksi (Reflection).

Alat untuk mengumpul data dalam penelitian ini yaitu Lembar observasi aktivitas, catatan lapangan dan dokumentasi. Lembar observasi aktivitas berguna mencatat aktivitas mahasiswa pada setiap pertemuan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Catatan lapangan berguna sebagai bahan kelengkapan data. Ini juga sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi pada setiap siklus. (4) Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Dokumentasi foto dan rekaman untuk memberikan gambaran secara nyata mengenai kegiatan kelompok mahasiswa dan menggambarkan suasana kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.

(10)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 4 Data di analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kualitatif diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan. Data diproses dengan menggunakan rumus

= × 100%

Yaitu banyaknya mahasiswa yang aktivis dibagi dengan jumlah mahasiswa. Indikator aktivitas yang digunakan yaitu 70% dari jumlah mahasiswa telah melakukan aktivitas yang diinginkan.

Data kualitatif diperoleh dengan mendeskripsikan data persentase aktivitas mahasiswa pada lembar observasi, catatan lapangan dan dokumentasi selama proses pembelajaran berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pada siklus I dibagi dalam dua kali dan siklus II dibagi dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 SKS tiap pertemuan sesuai Satuan Acara Perkuliahan.

Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa berdasarkan indicator yang telah ditetapkan. Pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa dilihat dari berbagai aspekpemahaman konsep mahasiswa dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: Lembar Observasi Mahasiswa, Catatan lapanagan dan Dokumentasi.

Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa.

Aktivitas yang dilihat selama penelitian ini yaitu bertanya, menjawab pertanyaan, presentasi ke depan kelas dan mengerjakan latihan/tugas. Adapun aktivitas mahasiswa untuk siklus I dan siklus II yang diperoleh dari lembar obervasi aktivitas mahasiswa, dapat dilihat pada Tabel 1 danTabel 2. Berikut.

Tabel 1. Aktivitas Mahasiswa siklus I

Aktivitas Pertemuan I Pertemuan II

Orang % Orang %

Bertanya - - 2 11,8

Menjawab Pertanyaan 2 10 4 23,5

Presentasi ke depan kelas

2 10 3 17,6

Mengerjakan latihan/tugas

17 85 17 100

Jumlah 20 17

(11)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 5 Terlihat pada Tabel 1. aktivitas bertanya mahasiswa pada pertemuan I belum ada, Hal ini diduga mereka masih malu dan takut untuk bertanya. Untuk itu dosen terus memotivasi mahasiswa untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami. Selanjutnya pada pertemuan ke 2 aktivas bertanya mahasiswa meningkat 11,8%(sebanyak 2 orang).

Selanjutnya untuk akivitas menjawab pertanyaan pada pertemuan I masih 10,0% (sebanyak 2 orang), yaitu pada saat menjawab contoh soal dan latihan. Pada pertemuan ke 2 aktivitas menjawab pertanyaan sebanyak 23,5% atau meningkat sebanyak 13,5%. Selanjutnya pada aktivitas presentasi ke depan pada pertemuan I sebanyak 10,0% (sebanyak 2 orang) dan pertemuan ke 2 sebanyak 17,6% atau meningkat 7,6%. Aktivitas ini paling sedikit daripada aktivitas yang lain, karena mahasiswa masih banyak yang belum mempunyai keberanian dan percaya diri untuk tampil ke depan kelas ,dosen terus memotivasi mahasiswa untuk berani tampil ke depan karena “anda adalah calon guru”. Pada aktivitas mengerjakan latihan, pada pertemuan I ada 3 orang mahasiswa tidak mengerjakan latihan,yaitu Fitri Meltika, Egi Anjani dan M.Ravi. untuk itu dosen terus memotivasi mahasiswa untuk mengerjakan latihan, karena latihan termasuk dalam bobot penilaian. Sedangkan pada pertemuan II, semua mahasiswa telah mengerjakan latihan.

Tabel 2. Aktivitas Mahasiswa Siklus II

Aktivitas Pertemuan III Pertemuan IV Pertemuan

V

Orang % Orang % Orang %

Bertanya 5 29,4 10 52,6 14 73,7

Menjawab Pertanyaan

8 47,1 12 63,2 13 68,4

Presentasi ke depan kelas

6 35,3 8 42,1 10 52,6

Mengerjakan latihan/tugas

16 94,1 19 100 15 78,9

Jumlah 17 19 19

(12)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 6 Pada Tabel 2, terlihat aktivitas mahasiswa secara keseluruhan meningkat dari sebelumnya. Berikut ini beberapa aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran:

Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Siklus I dan Siklus II

Siklus Aktivitas (%)

A B C D

I 11,8 23,5 17,6 100

II 73,7 68,4 52,6 78.9

Ket:

A: Bertanya kepada dosen B: Menjawab pertanyaan C: Presentasi ke depan kelas D: Mengerjakan latihan/tugas

Berdasarkan Tabel 3, terlihat aktivitas secara keseluruhan meningkat. Aktivitas menjawab pertanyaan sudah mendekati indicator yang diinginkan, namun aktivitas dalam presentasi ke depan kelas masih belum mencapai indikator yang diinginkan. Hal ini disebabkan masih ada mahasiswa yang ragu untuk tampil ke depan dan juga dibatasi oleh waktu.

Keterbatasan dalam Penelitian:

Penulis menyadari untuk melihat aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Penulis memiliki ketebatasan dalam penelitian:

Mahasiswa Bertanya kepada dosen Mahasiswa Menjawab pertanyaan dan menjekaskannya

(13)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 7 1. Selama melaksanakan penelitian ini, penulis hanya dibantu oleh satu obsever dalam menuliskan data yang direfleksi, sehingga refleksi untuk siklus berikutnya belum maksimal.

2. Secara keseluruhan aktivitas mahasiswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Namun aktivitas menjawab pertanyaan dan presentasi ke depan kelas belum mencapai 70%.

Penulis menyadari adanya keterbatasan waktu dalam penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dapat disimpulkan: Pembelajaran matematika menggunakan strategi LC disertai mind mapp dapat meningkatkan Aktivitas mahasiswa pada perkuliahan Kalkulus II prodi pendidikan matematika FKIP UMMY Solok.

Saran

Berdasarkan dari kesimpulan dapat disarankan:

1. Dosen dapat menggunakan strategi learning cycle disertai mind mapp dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pada perkuliahan Kalkulus II prodi pendidikan matematika FKIP UMMY Solok.

2. Peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian yang sama dengan indikator yang berbeda, dengan lebih memperhatikan waktu dan jumlah obsever, agar aktivitas yang diamati lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT: Gramedia Pustaka Utama.

Bakri, Dapit Joni. 2012. Perbandingan penggunaan mind mapp pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TAI terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN Kota Solok. Solok:UMMY.

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 tentang SI dan SKL. Jakarta Sinar Grafika.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar Bidang Studi Matematika.

Jakarta:Dikdasmen.

Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

(14)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Adevi Murni Adel : Peningkatan Aktivitas Mahasiswa . . . 8 Delvia, Nella Martha.2012. Perbandingan penggunaan strategi pembelajaran Learning Cycle dengan Fire-up terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bukit Sundi. Solok:UMMY

Hamdani.2011. Strategi Belajar Mengajar.Bandung:CV Pustaka Setia.

Hamalik, Oemar.2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Muliyardi.2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Padang:FMPIA UNP.

Noviarni.2012. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Kemampuan Matematika siswa melalui pembelajaran Kontekstual di Kelas X SMA 3 Muhammadiyah Padang. Padang:

UNP.

Sumarmo.2003. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Makalah disampaikan pada Pelatuhan Nasional Training of Trainer bagi guru Bahasa Indonesia dan Matematika SLTP. Bandung.

Surya, Hendra. 2011. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wena, Made.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika.

(15)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 9

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SDMELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI REACT

Elfi Rahmadhani

Jurusan Tadris Matematika STAIN Gajah Putih Takengon Aceh Tengah, Aceh [email protected]

Abstract. This article was written aimed to determine (1) understanding of mathematical concepts of students who use the REACT strategy better than students using the conventional learning model, (2) understanding of mathematical concepts of students who have prior knowledge of high, medium and low with using REACT strategy better than the students who used conventional learning models, and (3) the interaction between early learning approach with the ability of students to affect an improved understanding of mathematical concepts of students. Samples were fifth grade elementary school students 03 and 04 Solok City academic years 2012/2013 as many as 56 people. Research data on study result of the students were collected through initial skills test, pretest and posttest. To see the improvement, the analysis used the gain. Based on the results of this study concluded that an increased understanding of mathematical concepts of students using REACT strategy is better than using the conventional learning, and there is no interaction between early learning approach with the ability of students to affect an improved understanding of mathematical concepts of students.

Keyword: REACT strategy, understanding of mathematical concepts.

PENDAHULUAN

Pada abad ke-21, siswa dituntut untuk memiliki skill (keahlian) dalam hal berpikir kritis, kreatif, inovatif, berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan permasalahan serta keterampilan dalam bidang teknologi dan informasi.Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan mempelajari matematika.Matematika merupakan pelajaran yang penting diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Melalui pembelajaran matematika, ada beberapa kemampuan matematis yang perlu dikembangkan, yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), penelusuran pola atau hubungan (connections), pemahaman konsep dan representasi (representtation) (Jihad, 2008).Namun, pemahaman konsep siswa belum berkembang secara optimal.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di beberapa SDN Kota Solok, didapat bahwa kemampuan siswa dalam memahami suatu soal cerita masih kurang.Hal ini terlihat dari analisis terhadap lembar jawaban ujian Mid Semester 1 siswa.Sebagian siswa mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan permasalahan dalam bentuk soal cerita.Mereka melakukan operasi perhitungan tanpa memahami maksud dari soal.Mereka juga mencantumkan hasil akhir tanpa memberikan penjelasan jawaban yang mereka dapatkan,

(16)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 10

sehingga guru tidak dapat melihat ide atau gagasan yang digunakan oleh siswa dalam membantu mereka menyelesaikan permasalahan.Ketika diberikan soal yang menuntut pemahaman, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya, karena kurang memahami materi dengan baik. Kesulitan siswa ini dikarenakan mereka kurang dilibatkan secara aktif dalam proses penemuan konsep materi.

Pemahaman siswa terhadap konsep materi yang diajarkan memiliki peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan seorang siswa. Jika mereka tidak paham dengan materi yang diajarkan, maka mereka akan kesulitan menyelesaikan masalah yang diberikan.

Dalam pembelajaran, pemahaman konsep ditunjukkan oleh hasil belajar siswa, dengan melihat kemampuan mereka dalam (1) menyatakan ulang konsep; (2) mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah; (6) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep serta (7) mengaitkan konsep dengan konsep lainnya (NCTM, 2000: 223).

Pemahaman konsep siswa dapat dikembangkan dengan baik jika didukung dengan strategi yang digunakan oleh guru.Akan tetapi, guru lebih cenderung menggunakan pendekatan konvensional.Pendekatan konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan dan lebih didominasi oleh guru. Gambaran pendekatan konvensional yaitu: (a) guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, (b) defenisi dan rumus diberikan oleh guru, (c) penurunan rumus atau pembuktian dilakukan sendiri oleh guru, (d) diberitahukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara menyimpulkan, (e) contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru, (f) langkah-langkah guru diikuti oleh siswa, (g) siswa meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. (Suherman, 2003:201). Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa lebih banyak menghafal daripada menemukan sendiri.Siswa hanya aktif dalam menyalin catatan dan meniru langkah-langkah yang dijelaskan oleh guru.

Melihat pentingnya pemahaman konsep siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa, dengan melibatkan dunia nyata mereka dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep dengan berdiskusi dan bekerja sama. Pembelajaran bermakna merupakan pembelajaran yang membantu siswa menemukan konsep sendiri dan dapat menerapkan konsep tersebut dalam permasalahan kehidupan nyata. Hal ini tentunya akan mengindikasikan bahwa matematika merupakan bagian dari aktivitas siswa dan berguna

(17)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 11

bagi kehidupan mereka. Pembelajaran yang diduga cocok untuk kondisi tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT.

Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk menciptakan pembelajaran matematika yang lebih bermakna. Strategi ini terdiri atas lima aspek yaitu Relating, Eksperiencing, Applying, Cooperating dan Transferring (Crawford, 2001).

Pertama, Relating berarti menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau menghubungkan konsep materi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Relating merupakan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup atau membuat kaitan, merupakan suatu bentuk pembelajaran kontekstual yang biasanya dilakukan oleh anak-anak.

Siswa sebagai anak-anak harus bisa melihat dan memperhatikan materi-materinya ke dalam informasi baru atau yang akan dipecahkan.

Kedua, Experiencingberarti memberikan pengalaman belajar siswa melalui kegiatan membangun dan menemukan pengetahuan sendiri. Pembelajaran dalam konteks eksplorasi dan invention, kegiatan belajar yang dilakukan siswa lebih ditekankan pada penggalian (eksplorasi) dan penemuan (invention). Siswa diharapkan akan mempunyai pengalaman berupa langkah-langkah dalam mempelajari konsep. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga siswa akanlebih mudah mengerti dan memahami konsep (Ni’mah, 2007). Relating dan Experiencing mampu membantu siswa lebih memahami materi yang diberikan, karena materi dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, dan mereka mengalami sendiri proses penemuan konsep.

Ketiga, Applying berarti menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pada Applying ini pemahaman konsep siswa dapat dilihat. Mengaplikasi konsep dan informasi ke dalam suatu konteks pemanfaatannya. Dalam hal ini siswa tidak sekedar mempelajari suatu teori-teori tertentu saja, melainkan siswa juga dituntun untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajarinya ke dalam konteks pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.

Keempat, Cooperating berarti mendiskusikan teknik, metode, strategi dan solusi yang telah diperoleh dengan teman sekelompok.Pembelajaran dalam konteks kelompok dan komunikasi dengan siswa lain untuk saling berbagi pengetahuan (sharing). Ketika siswa belajar di labolatoriumpun para siswa bekerja-sama dengan kelompoknya untuk melakukan percobaan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar. Cara belajar dengan berkerja sama, tukar pendapat, dan komunikasi dengan siswa lain dapat membantu siswa

(18)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 12

menguasai konsep. Pengalaman bekerja sama juga berguna bagi siswa untuk kehidupannya di masyarakat (Rohati, 2011).

Kelima, Transfering berarti menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh pada konteks permasalahan yang baru. Pembelajaran merupakan isi dalam konteks pengetahuan yang ada atau memindahkannya berlandaskan apa yang telah diketahui pelajar. Setelah siswa paham terhadap suatu konsep yang dipelajarinya, maka selanjutnya siswa menerapkan atau memanfaatkan pengetahuan yang telah diperolehnya ke dalam konteks yang baru.

Strategi REACT menjadi pilihan karena pembelajaran difokuskan pada pemberdayaan siswa melalui masyarakat belajar dan tanggung jawab bersama.

Pembelajaran menggunakan REACT ini memberi peluang kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Karena REACT merupakan pembelajaran yang berbasis pada pembelajaran kontekstual, yang membantu siswa memahami konsep matematis dan menemukan makna dalam pembelajaran, dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka (Cord, 1999). Dalam penelitian ini, diterapkanstrategi REACT dengan memperhatikan kelima aspek tersebut.

Pembelajaran menggunakan strategi REACT menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa dan melibatkan sumber belajar yang nyata dan ada di sekitar siswa. Penerapan prinsip-prinsip strategi REACT sangat cocok dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Penerapan strategi REACT di SD yang bertujuan untuk mengembangkan sikap siswa menjadi seorang anak yang berfikir logis, sistematis, kritis dan memecahkan masalah serta mengkomunikasikan ide secara baik dan benar.

Matematika merupakan ilmu yang bersifat hierarki, yaitu konsep dalam matematika saling berhubungan satu sama lain. Untuk memahami suatu konsep matematika, siswa terlebih dahulu memahami konsep yang menjadi prasyarat dari materi tersebut.Pada proses pembelajaran, kemampuan awal siswa menjadi faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan mereka. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan diberikan oleh guru berupa materi prasyarat yang harus mereka kuasai sebelum masuk ke materi yang baru.

Teori Thorndike mengatakan bahwa kesiapan merupakan prasyarat untuk belajar selanjutnya (Slameto, 2003:114). Kemampuan ini penting diketahui oleh guru untuk mengetahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran.

(19)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 13

Penelitian ini dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan strategi REACT, dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa juga dilihat, untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian Quasi Experimental, danrancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Kedua kelas sampel diberikan pretest pada awal pertemuan untuk melihat pemahaman konsep siswa sebelum materi diberikan. Siswa kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi REACT dan siswa kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Variabel- variabelnya terdiri dari (1) variabel bebas yaitu penerapan strategi REACT dan pendekatan konvensional (2) variabel terikat yaitu hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep siswa, dan (3) variabel moderator yaitu kemampuan awal siswa.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Kota Solok yang terdaftar pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 20 buah sekolah.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 03 Kampung Jawa Solok sebanyak 32 orang siswa, dan siswa kelas V SD Negeri 04 IX Korong Solok sebanyak 24 orang siswa. Sampel dipilih secara Random Sampling.

Data yang diambil pada penelitian ini adalah (1) data tes kemampuan awal siswa yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum mereka mempelajari materi Pecahan.Tes ini diberikan sebelum pelaksanaan penelitian.Tes kemampuan awal dianalisis dan digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awal mereka, yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. (2) datapretest dan posttest yang digunakan untuk melihat pemahaman konsep siswa. Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa, digunakan analisis gain (Hake, 1999):

g skor ideal-skor pretest pretest skor - posttest skor

Sebelum tes digunakan sebagai instrumen pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap tes kemampuan awal dan pretest dan posttest tersebut. Uji coba tersebut dilakukan di SDN 05 Kampung Jawa Solok. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data

(20)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 14

dianalisis validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui kelayakan dari tes yang akan diberikan kepada kedua kelas sampel. Berdasarkan hasil analisis instrument, diketahui bahwa pretest dan posttest untuk melihat pemahaman konsep dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

Teknik analisis data yang digunakan selanjutnya adalah melakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis untuk melihat peningkatan pemahaman konsep. Data yang telah terkumpul, dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk menjawab hipotesis peningkatan pemahaman konsep siswa, dan ANAVA dua arah, digunakan untuk melihat interaksi antara kemampuan awal dan pendekatan pembelajaran dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan. Sebelum pembelajaran, siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan awal siswa, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan awal ini didapat dengan memberikan tes kemampuan awal kepada siswa sebelum materi diberikan.

Pada awal pertemuan, siswa diberikan pretest untuk melihat pemahaman konsep siswa untuk materi Pecahan sebelum diberikan perlakuan. Pembelajaran berlangsung dengan menerapkan strategi REACT.Pada awal pembelajaran, guru mengaitkan materi kepada situasi dunia nyata siswa dengan memberikan pertanyaan memicu atau benda konkrit terkait dengan materi tersebut. Setelah itu, siswa dibimbing untuk mengkonstruksi ide-ide mereka dalam menemukan konsep melalui langkah-langkah yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok. Pada akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi dengan cara memberikan pertanyaan kepada beberapa orang siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah pembelajaran selesai, siswa diberikan posttest untuk melihat pemahaman konsep siswa setelah diberi perlakuan. Posttest memilikisoal yang sama dengan pretest.

Hasil penelitian dideskripsikan dan dianalisis untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa yang didapatkan dari hasil pretest dan posttest siswa. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi data peningkatan pemahaman konsep dan homogenitas variansi.Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dan terbukti bahwa data peningkatan pemahaman konsep siswa berdistribusi normal.

(21)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 15

Tahap selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Dari hasil uji homogenitas diperoleh bahwa variansi kelas sampel, baik siswa kelompok tinggi, sedang maupun siswa kelompok rendah mempunyai variansi yang homogen. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas kelas sampel diketahui bahwa data peningkatan pemahaman konsep siswa pada kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen.

Untuk analisis mengenai perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol digunakan uji-t dan diperoleh bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.Rata-rata nilai peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi REACT, lebih tinggi daripada rata-rata nilai siswa dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep secara keseluruhan siswa kelas eksperimen untuk materi Pecahan lebih baik daripada kelas kontrol.Selain itu, pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol lebih beragam.Hal ini terjadi karena strategi REACT dapat memenuhi kebutuhan setiap siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep mereka.

Dilihat dari segi kemampuan awal siswa, diperoleh bahwa rata-rata nilai peningkatan pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah pada kelas eksperimen, lebih tinggi daripada rata-rata nilai peningkatan pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah pada kelas kontrol. Dapat dikatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa yang berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Hal ini didukung dari hasil analisis interaksi, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa strategi REACT dapat digunakan oleh siswa tanpa memperhatikan kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Peningkatan pemahaman konsep ini terjadi, karena siswa kelas eksperimen terbiasa dengan pembelajaran menggunakan strategi REACT yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri, melalui diskusi kelompok. Siswa secara berkelompok bekerja sama dan berbagi ide, untuk menemukan konsep dari materi pecahan

(22)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 16

dengan menyelesaikan kegiatan yang ada pada LKS yang telah disediakan, yaitu pada tahap cooperating dan experiencing. Dengan kegiatan diskusi kelompok, terjalin interaksi antar siswa, dan siswa dengan guru.

Salah satu faktor pendukung agar strategi REACT terlaksana dengan baik adalah merancang suatu LKS yang berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep dari materi yang diberikan. Dengan menggunakan LKS siswa akan aktif dalam pembelajaran, dan dapat melatih siswa memahami konsep sesuai dengan kemampuan mereka.

Dalam menyelesaikan soal tes yang diberikan, siswa dituntut untuk dapat memahami soal berdasarkan indikator pemahaman konsep. Berdasarkan analisis terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dilihat dari indikator soal, didapatkan bahwa rata- rata peningkatan untuk pemahaman konsep siswa kelas eksperimen,lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol untuk indikator soal nomor 1, 3, 4, dan 6. Indikatornya adalah (1) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (2) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, (3) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep serta (4) menyatakan ulang suatu konsep.

Keunggulan siswa kelas eksperimen ini dikarenakan mereka telah dibiasakan menemukan konsep sendiri serta berbagi pengetahuan dengan siswa lain, sehingga mereka lebih memahami konsep dan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang diberikan.

Berdasarkan analisis terhadap lembar jawaban siswa, terlihat bahwa sebagian besar siswa telah mampu memahami konsep, dilihat dari indikator pemahaman konsep yang dapat dicapai oleh siswa dengan baik. Namun beberapa siswa masih ada yang salah dalam melakukan perhitungan.Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami soal dengan baik dan tidak hati-hati dalam melakukan perhitungan.

Hal ini terlihat dari indikator kedua pemahaman konsep. Siswa kelas kontrol lebih unggul dibandingkan dengan siswa kelas eksperimen untuk indikator mengaitkan suatu konsep dan konsep lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen tidak selalu lebih baik daripada kelas kontrol untuk semua kondisi. Indikator kedua dapat dicapai oleh siswa kelas eksperimen, namun mereka kurang memahami maksud dari soal, sehingga tujuan yang diinginkan dari permasalahan yang diberikan tidak tercapai. Hal ini hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir penelitian.

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebutdapat dikatakan bahwa strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga mereka dapat menggunakan

(23)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 17

konsep matematika terutama konsep Pecahan dalam memecahkan permasalahan dunia nyata, dan mereka yakin bahwa matematika sangat berguna bagi kehidupan mereka.

Hal ini terjadi karena strategi REACT bukan hanya menuntut siswa menemukan konsep saja, tetapi juga dapat menghubungkan konsep tersebut ke situasi dunia nyata terutama dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga siswa memiliki keyakinan akan kegunaan matematika dalam kehidupan mereka. Dengan membiasakan siswa menemukan sendiri konsep materi pelajaran, dan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan ilmu yang didapatkan akan lebih tahan lama dalam ingatan siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa, pemahaman konsep antara siswa yang menggunakan strategi REACT, dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional, ditinjau dari:

a. Keseluruhan. Pemahaman konsep siswa yang menggunakan strategi REACT, lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

b. Kemampuan awal siswa.

1) Pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan menggunakan strategi REACT,lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

2) Pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dengan menggunakan strategi REACT, lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

3) Pemahaman konsep siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dengan menggunakan strategi REACT, lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

c. Interaksi.

Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa baik untuk siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah.Strategi REACT merupakan strategi yang dapat membantu guru untuk mengaitkan materi ke situasi kehidupan nyata siswa.Siswa dapat belajar sendiri dan menemukan konsep dengan mengkonstruksi ide-ide mereka.

(24)

THEOREMS Vol.1 No.1, 2 Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Elfi Rahmadhani: Peningkatan Pemahaman Konsep ... 18

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) guru matematika SD Negeri 03 Kampung Jawa dan 04 IX Korong Solok dapat menjadikan strategi REACT sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran karena terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan (2) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai implementasi pembelajaran menggunakan strategi REACT, untuk pokok bahasan lain.

DAFTAR RUJUKAN

Crawford, L.M. (2001). Teaching Contextually: Research, Rational, and Technique for Imploving Student Motivation and Achievement in Mathematics Science. Texas:

CCI Publishing, INC

Cord. 1999. Teaching Mathematics Contextually. Online (http://www.-cord.org. Diakses tanggal 8 Sepetember 2012)

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. Of Physics, Indiana University. Online (http://www.physics.indiana.-du/~sdi/Analyzing- Change-Gain.pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2013)

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis).

Bandung: Multi Pessindo

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: Authur Ni’mah, Nunin. 2007. Penerapan Pembela-jaran Kontekstual Strategi REACT untuk

Meningkatkan Prestasi Bela-jar pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi di Kelas VII SMP Kartika IV-8 Malang.Skripsi. Malang: UIN Malang. Online (http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/fullchapter/03160025-nunin-nimah.ps. Diakses tanggal 8 Sepetember 2012)

Rohati. 2011. ”Pengembangan Bahan Ajar Materi Bangun Ruang dengan Menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering (REACT) di Sekolah Mengenah Pertama”. Jurnal Edumatica. I (2): 2088-2157

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (edisi revisi).

Bandung: UPI.

(25)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XII TKR SMK ADZKIA PADANG

DENGAN MODEL STAD

Hana Adhia

Program Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin

Solok

Email: [email protected]

Abstract. The implementation process of mathematics learning in schools often experience many obstacles. One of them is the low learning outcomes of students. This phenomenon is visible at the time of the teaching-learning process. The students tend to chat with their friend during the process. Moreover, they often ask permission out. These behaviors show the lack of students desire to learn. It will affect the students understanding about the subject matter.

Resulting in student participation in mathematics learning is low. To help improve the quality of education, effort required of teachers in improving students' learning outcomes. This study aims to explain the process of improving the results of mathematics learning and describes how high achievement and learning outcomes of students in the class XII TKR SMK Padang Adzkia STAD model. The research is classroom action research conducted in two cycles. Technique of data analysis used alur model. This technique consists or 3 alur; data reduction, data of the description, and transformation raw data which comes from field note. The data analysis used is descriptive analysis. The results showed that an increase in student learning outcomes. This is evident from an improved learning outcomes in this study that is equal to 85,7% students had thoroughly studied already reached the end of cycle II. One of factors causes improving students learning achievement by using STAD model is cooperative between group member to understand the material. It can be concluded that the implementation of STAD model to increase results of mathematics.

Keyword: Learning Outcomes, STAD Model

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung sangat pesat. Seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, setiap negara dituntut untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan

mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri. Berbagai usaha pembaharuan

kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain

sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang

dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara

(26)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 20

menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung.

Matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang mempunyai peranan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika dapat melatih kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Ketepatan dalam penggunaan model mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi, aktivitas, dan minat terhadap mata pelajaran matematika yang diberikan, serta terhadap proses dan pencapaian hasil belajar siswa. Model mengajar yang baik adalah model yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya.

Menurut Permendiknas 41 tahun 2007 tentang standar proses, fungsi guru sebagai

narasumber, motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Kenyataannya yang terjadi di

kelas XII TKR (Teknik Kendaraan Ringan) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Adzkia

Padang proses pembelajaran matematika masih belum berjalan sesuai yang diharapkan. Proses

belajar mengajar masih didominasi dan berpusat kepada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat

secara aktif, dan guru belum cukup kreatif untuk menciptakan susana belajar yang dapat

memotivasi, mengaktifkan dan membuat siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Ketika

proses belajar mengajar berlangsung banyak siswa masuk terlambat, bercerita dengan

temannya, kurangnya kerja sama antar siswa dalam memahami materi pelajaran, dan siswa

sering minta izin keluar. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika masih

rendah. Sangat sedikit siswa yang mau bertanya, mengeluarkan pendapat atas permasalahan

yang dikemukakan guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, serta kurang kemauan

siswa untuk saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran. Akibatnya, hasil belajar

matematika sebagian besar siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan 60. Nilai Ulangan Harian matematika siswa kelas XII TKR untuk Standar

Kompetensi “memecahkan masalah berkaitan dengan dengan konsep teori peluang” yang

penulis ajar pada tahun 2010/2011 ini dapat dilihat pada Tabel 1.

(27)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 21

Tabel 1. Nilai Ulangan Harian siswa kelas XII TKR SMK Adzkia Padang tahun 2010/2011, untuk Standar Kompetensi “memecahkan masalah berkaitan dengan konsep teori peluang”

Kelas Jumlah Siswa

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 6,00

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai <

6,00

Ket

XII TKR 28 11 orang 17 orang

KKM= 60

Persentase 39,3% 60,7 %

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa kelas XII TKR dengan persentase 60,7% nilai siswa masih di bawah KKM yang ditetapkan untuk tahun pelajaran 2010/2011 yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal dan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitasnya.

Berkaitan dengan masalah tersebut, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal. Sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat semakin perlunya reformasi model pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Berdasarkan permasalahan yang ditemui maka model STAD (Student Teams Achievement Divisions), sebagai model pembelajaran kooperatif efektif jika diterapkan pada materi hitungan yang memerlukan pemahaman konsep pada materi statistika. Siswa pada umumnya kesulitan dalam menerapkan aturan konsep statistik dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan Model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen menurut prestasinya dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan bisa saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan materi dengan model STAD. Dalam hal ini, peran guru hanya sebagai narasumber, fasilitator, dan mediator dalam proses belajar mengajar. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa

Berdasarkan latar belakang masalah, dalam pembelajaran matematika ditemukan

beberapa kendala. Berawal dari model pembelajaran matematika yang selama ini masih

terpusat dan didominasi oleh guru sehingga hasil belajar siswa belum maksimal, masih ada di

bawah KKM. Untuk itu, langkah yang perlu dilaksanakan adalah dengan menggunakan Model

(28)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 22

STAD dan penulis tertarik melaksanakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII SMK Adzkia Padang dengan Model STAD”

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran metematika seperti yang telah diidentifikasi, penelitian ini dibatasi pada: motivasi siswa dalam belajar matematika di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan menggunakan model STAD. Berdasarkan permasalahan di atas perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: bagaimana proses meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan menggunakan model STAD? dan seberapa tinggi, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran matematika di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang?. Tujuan penelitian ini adalah: menjelaskan proses meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang dengan menggunakan model STAD;

menjelaskan seberapa tinggi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran matematika di kelas XII TKR SMK Adzkia Padang.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi antara guru dan teman sejawat dengan upaya peningkatan motivasi Belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari: a)

perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d)

penganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan

tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan

peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Penelitian ini

menerapkan model penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas

bersifat deskriptif kualitatif. Pada peneltian ini peneliti menggunakan model STAD dalam

pembelajaran. Berdasarkan Model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen menurut

prestasinya dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompok tiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota

kelompok diharapkan mampu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan bisa

saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan materi dengan model STAD. Dalam hal

ini, peran guru hanya sebagai narasumber, fasilitator, dan mediator dalam proses belajar

(29)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 23

mengajar. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswanya.

Model pembelajaran STAD akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan di kelompok maka dapat dipecahkan bersama-sama dengan bimbingan guru.

Pada penilitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar yang berkaitan dengan ranah kognitif yaitu hasil belajar intelektual. Keberhasilan siswa dapat diukur dari tes materi pelajaran yang telah mereka pelajari. Hasil belajar siswa dinyatakan dengan nilai atau angka.

Indikator keberhasilan peningkatan siswa akan tercapai jika minimal 75% siswa sudah tuntas belajar yaitu apabila secara individu penguasaan materi pelajaran sama atau lebih tinggi dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus I

Data tentang hasil belajar siswa setelah siklus I diperoleh dengan mengadakan tes tertulis yang diikuti 26 orang siswa dengan jumlah soal sebanyak 8 buah berbentuk uraian.

Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguassan siswa terhadap materi yang telah dipelajari selama siklus I. Hasil analisis data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Persentase Siswa Tuntas dan tidak Tuntas Belajar pada Siklus I

No Tuntas Tidak Tuntas Ket

f % f %

1 18 69,2 8 30,7 26 Siswa yang Hadir

Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa, dari 26 siswa, 18 orang (69,2%) sudah

bernilai sama atau di atas KKM yaitu 60, sisanya 8 orang (30,7%) masih bernilai di bawah

KKM. Rara-rata nilai siswa pada siklus I adalah 67,1. Hasil ini sudah di atas KKM pada

semester ini yaitu 60. Jawaban tes I siswa dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

(30)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 24

Gambar 1. Jawaban Tes I Siswa

Dari Gambar 1 terlihat bahwa telah dapat mengerjakan tes dengan baik. Meskipun masih ada jawaban yang kurang sempurna.

Salah satu permasalahan yang ditemui di kelas yang diteliti sebelum tindakan dilaksanakan adalah rendahnya hasil belajar siswa . Dari catatan yang peneliti miliki dari dua kelas yang diajarkan persentase nilai siswa pada kelas yang diteliti untuk Standar Kompetensi “memecahkan masalah berkaitan dengan dengan konsep teori peluang” 60,7%

nilai siswa masih di bawah KKM yang ditetapkan untuk tahun pelajaran 2010/2011 yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal dan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitasnya.

Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

66,1, dengan KKM 60. Persentase siswa yang tuntas belajar adalah 69,2%. Terjadinya

peningkatan nilai rata-rata siswa mungkin disebabkan secara berangsur-angsur siswa sudah

mulai terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari sebagian siswa sudah mulai

bertanya jika ada materi yang tidak mereka pahami. Diharapkan dengan model STAD ini,

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari akan lebih baik, sehingga diharapkan

berimbas pada peningkatan hasil belajar.

(31)

THEOREMS Vol.1 No.1, Januari 2016, e-ISSN 2502-2466

Hana Adhia : Peningkatan Hasil Belajar . . . 25

Sesuai dengan indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa yang ditetapkan pada penelitian ini 75% siswa sudah tuntas belajar belum lagi tercapai, maka dapat dikatakan tindakan yang dilakukan pada siklus I belum menyelesaikan permasalahan di kelas yang diteliti. Perlu dilakukan tindakan lanjutan dengan memperbaiki hal-hal yang belum berjalan menurut semestinya.

b. Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus II

Data tentang hasil belajar siswa setelah siklus II dilaksanakan diperoleh dengan mengadakan tes tertulis yang diikuti oleh 28 orang siswa dengan jumlah soal 4 buah. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada siklus II dan peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hasil analisis data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Persentase Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar pada Siklus II

No Tuntas Tidak Tuntas Ket

24f % f %

1 18 85,7 4 14,3 28 Siswa yang Hadir

Dari Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa dari 28 siswa, 24 orang (85,7%) sudah bernilai sama atau di atas KKM, sisanya 4 orang (14,3%) masih berniali di bawah KKM. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar (bernilai sama atau diatas KKM) idealnya 75%. Rata-rata nilai siswa pada siklus II adalah 80,2. Persentase siswa yang nilainya sama atau di atas KKM mengalami kenaikkan sebesar 16,5% dan nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 14,1% dibandingkan dengan siklus I.

Pada akhir siklus II, dari 28 orang siswa yang mengikuti tes, sebanyak 85,7 siswa sudah

tuntas belajar. Rata-rata nilai siswa adalah 80,2. Ketuntasan belajar siswa sudah mencapai

minimal 75%. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II meningkat karena sudah

terlihat kesungguhan siswa dalam belajar. Siswa sudah mulai terbiasa mencatat materi yang

dijelaskan guru dan bertanya jika ada bagian-bagian yang belum mereka pahami. Mereka

juga sudah berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan temannya serta

mereka sudah mulai terbiasa untuk saling berdiskusi dalam memahami materi pelajaran

dengan kelompoknya.

Gambar

Tabel 1. Aktivitas Mahasiswa siklus I
Tabel 2. Aktivitas Mahasiswa Siklus II
Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Siklus I dan Siklus II
Tabel 1.   Nilai Ulangan Harian siswa kelas XII TKR  SMK Adzkia Padang tahun 2010/2011,  untuk  Standar  Kompetensi  “memecahkan  masalah  berkaitan  dengan  konsep  teori  peluang”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan metodologi pembelalajaran Pendidikan Agama Islam melalui teori neuroscience dapat dilakukan dengan cara guru atau pendidik terlebih dahulu harus mengetahui dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pengaruh jarak tanam berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah

MUHYIS SUNNAH Guru Kelas MI MIS NURUL HUDA KAB.. FARDHOL Guru Kelas MI MI MIFTAHUL

Primkoppol Resort Kediri belum menyusun laporan arus kas dan laporan promosi ekonomi anggota, dengan belum adanya laporan promosi ekonomi anggota maka Primkoppol Resort

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai akhirnya terbukti melalui data yang terkumpul.48 Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan, hipotesis

(dekomposisi), yang menghasilkan senyawa-senyawa berbentuk anorganik (disebut mineralisasi = proses pembentukan bahan mineral atau bahan anorganik) o   Dekomposisi à

Keluaran dari penelitian ini berupa program simulasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk menganalisa sensitivitas untuk mengetahui kapan suatu institusi pendidikan

pendidikan sering mengalami perubahan. Pada pendidikan SMP Negeri 8 Pangkalpinang perubahan ini tidak berlangsung secara keseluruhan sistem, tapi perubahannya hanya