STRATEGI RADIO KOMUNITAS ISLAM DALAM MEMPEROLEH SIMPATI PENDENGAR
(Studi pada Radio Dais 107.9 FM)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
O l e h
Alif Wiji Prahara Wati NIM: 61211006
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2011
NOTA PEMBIMBING
Lamp : Lima (5) eksemplar Hal : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Di Semarang
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari:
Nama : Alif Wiji Prahara Wati
Nim : 61211006
Fak/ Jurusan : Dakwah/ Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul Skripsi : Strategi Radio Komunitas Islam Dalam Memperoleh Simpati Pendengar (Studi pada Radio Dais 107.9 FM) Dengan ini telah kami setujui, dan mohon agar segera diujikan. Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Semarang, 24 Desember 2010
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & tata tulis
Dra. Hj. Umul Baroroh, M. Ag Dra.Hj. Amelia Rahmi, M.Pd
SKRIPSI
STRATEGI RADIO KOMUNITAS ISLAM DALAM MEMPEROLEH SIMPATI PENDENGAR
(Studi pada Radio Dais 107.9 FM)
Disusun oleh Alif Wiji Prahara Wati
61211006
Telah Dipertahankan di Depan Penguji Pada tanggal 29 Desember 2010
Dan Dinyatakan Telah Lulus Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji /Dekan Anggota Penguji Penguji I
Drs. H. Nurbini. M.S.I H. M. Alfandi. M.Ag
NIP. 19680918 199303 1 004 NIP. 19710830 199703 1 003 Sekretaris Dewan Penguji/ Penguji II
Pembimbing
Dra. Hj. Amelia Rahmi, M.Pd Drs. Najahan Musyafak, M.A NIP. 19660209 199303 2 003 NIP : 19701201 199503 1 001
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Umul Baroroh. M.Ag Dra. Hj. Amelia Rahmi, M.Pd NIP. 19660508 199101 2 001 NIP. 19660209 199303 2 003
MOTTO
`tBur ö@©.uqtGtƒ
’n?tã
«!$#
uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym
4
¨bÎ)
©!$#
à÷Î=»t/
¾ÍnÌ•øBr&
4
ô‰s%
Ÿ@yèy_
ª!$#
Èe@ä3Ï9
&äóÓx«
#Y‘ô‰s%
dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu . (At Thalaaq:3) (Depag RI, 2005: 281)
PERSEMBAHAN
Untaian kata takkan mampu melukiskan kebahagiaan atas segala rahmat, hidayah serta karuniaMu, hingga tersusun sebuah karya sederhana ini. Dengan kerendahan hati, karya ini kupersembahkan kepada:
1. Bapa Pujadi S.Pd terima kasih atas nasehat dan bimbingannya, noke tidak akan mudah menyerah dalam menghadapi apapun.
2. Mama Kholisah tersayang, terima kasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai, yang selalu setia mendengarkan keluh kesahku, tanpa doa restumu noke tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Adik-adikku Fuani TikaWati Maghfiroh yang senantiasa memberikan semangat dan doanya, untuk Adik Mungilku Durrotun Nafisa coletahan lucumu sangat menghibur di kala penulis jenuh.
4. Keluarga besarku, Mbah Kakung, Mbah Uti, Om sikin, Mba Atin, Om Fajar, Om Pri dan Mba Tantri terima kasih atas dukungan dan doanya.
5. Para bidadari Uus, Niat, Iim, Aina, Della, and Faiz, teman-teman E.17 terima kasih atas motivasi dan doanya
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 24 Desember 2010 Deklarator,
Alif Wiji Prahara Wati NIM: 61211006
ABSTRAKSI
Skripsi Strategi Radio Komunitas Islam Dalam Memperoleh Simpati Pendengar (Studi pada Radio Dais 107.9 FM) merupakan penelitian yang mencoba menjabarkan tentang strategi radio komunitas Islam melalui salah satu media yang di milikinya yaitu Radio Dais. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode analisis deskriptif dalam analisis datanya.
Strategi merupakan pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mengembangkan sebuah organisasi. Pilihan-pilihan tersebut diintegrasikan dan dikoordinir kemudian dirancang untuk mengeksploitasi kompetensi inti (core competence) untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap Radio Dais, ditemukan tiga strategi utama yang digunakan Dais melalui salah satu media dakwahnya tersebut, yakni; Strategi Komunikasi, Strategi Penyiaran Radio, Strategi Pemasaran.
Penulis berharap agar karya sederhana ini bermanfaat dalam pengembangan Ilmu Dakwah sekaligus Dakwah Islamiyah itu sendiri.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, para kerabat, sahabatnya dan para pengikutnya hingga hari akhir nanti.
Skripsi yang berjudul Strategi Radio Komunitas Dalam memperoleh Simpati Pendengar (Studi pada Radio Dais 107.9 FM) ini, disusun guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dengan selesainya penulisan Skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag selaku Dekan fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
2. Dra. Hj. Umul Baroroh M.Ag dan Dra. Hj. Amelia Rahmi M.Pd selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Dosen dan asisten dosen serta Civitas Akademika Fakultas Dakwah IAIN Walisongo yang telah memberi ilmunya baik langsung maupun tidak langsung demi terselesainya penulisan Skripsi ini.
4. Menejemen Radio Dais terutama Drs. H. Karno MH selaku Direktur Operasional yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara dan menyediakan beberapa data yang diperlukan dalam penelitian ini.
5. Mama, Bapa tercinta yang menjadi spirit terbesar dalam hidupku, yang tak pernah letih memotivasi dan selalu setia menemani noke dalam kondisi apapun.
6. Sahabat terbaikku di dunia Ezta, Para bidadari E.17 (Uus, Niat, Iim, Aina,
ngerjain skripsinya biar cepet dapet baby, Cha’, Hani, Ina, Nana, Olip, Fitri, Zizah, Paduka Labib, Rohmah, Nyak Risa, Hima, Indra, Parukhi, mbak Asna, Bintang ma Farih. Buat mas Toni, mas Mingkik matur nuwun tuk segala bantuannya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka. Amin.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa berkah dan manfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Semarang, 23 Desember 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAKSI ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
1.4 Tinjauan Pustaka... 6
1.5 Metode Penelitian ... 8
BAB II STRATEGI DAN DAKWAH MELALUI RADIO KOMUNITAS 2.1 Tinjauan Tentang Strategi ... 14
2.1.1 Pengertian Strategi ... 14
2.1.2 Strategi Komunikasi ... 15
2.1.3 Strategi Penyiaran Radio ... 17
2.1.4 StrategiPemasaran... ... 26
2.2 Tinjauan tentang Radio Komunitas ... 30
2.2.1 Pengertian Radio Komunitas ... 30
2.2.3 Syarat Radio Komunitas……….. ... 31
2.2.4 Prinsip-prinsip Radio Komunitas……….. ... 32
2.2.5 Sumber Daya Manusia (SDM) Radio Komunitas... 32
2.3 Tinjauan Tentang Pendengar... 34
2.3.1 Pengertian Pendengar ... 34
2.3.2 Identifikasi Target Pendengar ... 34
2.4 Dakwah Melalui Radio Komunitas... 34
BAB III STRATEGI RADIO KOMUNITAS DAIS 3.1 Gambaran Umum Tentang Radio Komunitas Dais ... 38
3.1.1 Sejarah berdirinya Dais ... 39
3.1.2 Visi dan Misi... 41
3.1.3 Tujuan Radio Dais... 42
3.1.4 Program Radio Dais……….... 42
3.1.5 Struktur Organisasi Radio Dais………... ... 45
3.2 Strategi Radio Dais dalam Memperoleh Simpati pendengar... ... 49
3.2.1 Strategi komunikasi ... 50
3.2.2 Strategi Penyiaran Radio... 52
3.3 Strategi Pemasaran... 60
BAB IV ANALISIS STRATEGI RADIO DAIS DALAM MEMPEROLEH SIMPATI PENDENGAR 4.1 Faktor Internal dan Eksternal Radio Dais... 64
4.2. Strategi Komunikasi... 67
4.3 Strategi Penyiaran Radio ... 71
4.3.1 Analisis Perencanaan Program... 72
4.3.3 Analisis eksekusi program ... 78 4.3.4 Analisis Evaluasi ... 79 4.4. Strategi Pemasaran... ... 80 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan... 93 5.2 Saran-saran/Rekomendasi ... 94 5.3 Penutup... 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan media penyiaran di Indonesia saat ini tergolong pesat dengan banyaknya bermunculan lembaga televisi dan radio. Khalayak mendapatkan banyak alternatif siaran televisi dan radio untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan hiburan. Akan tetapi, lembaga stasiun penyiaran televisi dan radio tersebut sebagian besar berupa lembaga penyiaran swasta komersial yang lebih menekankan pada keuntungan finansial (profit oriented), sehingga materi siaran lebih banyak berupa hiburan, iklan dan sangat sedikit memberikan materi tentang pendidikan masyarakat. Lembaga penyiaran publik seperti RRI dan TVRI seharusnya mewadahi kebutuhan komunikasi, informasi dan pendidikan masyarakat. Akan tetapi selama pemerintahan Orde Baru justru lebih banyak menyuarakan kepentingan pemerintah (penguasa).
Menurut Hadi, salah satu bentuk media massa yang potensial untuk mendukung pemberdayaan masyarakat adalah radio. Media siaran ini memiliki kemampuan tinggi untuk mengantar dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan secara cepat dan serentak kepada khalayak luas, yang berada di tempat yang terpencar, tersebar luas, sampai ke tempat-tempat jauh terpencil dan sulit dicapai angkutan umum (Hadi, http://wikipedia.org.wiki//, akses 20/03/2010).
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, lembaga penyiaran dibagi menjadi, lembaga penyiaran komunitas, lembaga penyiaran publik, swasta dan berlangganan. UU Penyiaran memberikan kewenangan terhadap komunitas untuk menyelenggarakan penyiaran, asalkan memenuhi ketentuan bahwa siaran komunitas tersebut bersifat independen, tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
Penyelenggaraan penyiaran komunitas ditujukan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa. Sebagai media siaran yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk komunitas itu sendiri, seyogyanya radio komunitas dapat berperan maksimal sebagai media informasi, pendidikan dan hiburan yang dibutuhkan (Hadi, http://wikipedia.org.wiki//, akses 20/03/2010).
Selain itu karakter dari lembaga penyiaran komunitas adalah hubungan langsung dan intensif antara lembaga penyiaran dengan komunitas, serta adanya partisipasi anggota komunitas dalam perencanaan program, produksi, pembiayaan, dan dalam mengevaluasi kinerja lembaga penyiaran.
Maka di introduksilah konsep local consultative forum atau community based communication center. Forum warga untuk membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan komunitas (Sudibyo, 2004 : 235).
Dunia radio saat ini didominasi oleh siaran yang lebih menonjolkan informasi/berita (news) dan hiburan (entertainment). Akibatnya masyarakat dilayani oleh media yang isi siarannya berorientasi pada keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan aspek moral, etika, budaya, dan kepribadian masyarakat. Meskipun ada program bernuansakan pendidikan dan agama, prosentasenya masih di bawah 10%. Bahkan di bulan Ramadhan pun, acara berorientasi hiburan mendominasi di semua televisi dan radio. Dominasi radio komersial juga mengakibatkan termarginalnya lembaga lain, khususnya radio komunitas. Padahal lembaga ini memiliki potensi dan andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian manusia (Musyafak, 2009: 2).
Selain dengan dominasi radio komersial, umat Islam juga dihadapkan pada mengudaranya radio non muslim baik secara legal maupun ilegal yang menyampaikan misinya. Hal ini tentunya menjadi tantangan dakwah yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Oleh karena itu kehadiran radio dakwah yang bisa memberikan pencerahan kepada umat sangat diperlukan.
Di Ibukota Jawa Tengah sudah sangat banyak stasiun radio. Ini memberi indikasi bahwa radio mendapat tempat di hati masyarakat, karena Semarang mayoritas penduduknya beragama Islam, tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi radio-radio yang ada, sehingga acara-acara yang disajikan tidak lepas dari masalah keagamaan khususnya siaran dakwah Islam.
Kini hadir satu lagi media broadcast yang merupakan kebanggaan tersendiri bagi umat Islam yaitu, Radio Dais yang mengusung motto “Terdepan Dalam Dakwah Dan Nada yang didirikan pada tanggal 22 September 2006.
Tumbuhnya media Islam tersebut diharapkan dapat menjalankan aktifitas dakwahnya dalam memberdayakan umat Islam. Seiring dengan perkembangan waktu dan semangat dakwah, Radio Dais mengalami kemajuan pesat.
Awal mula didirikannya radio ini adalah atas dasar berdirinya Masjid Agung Jawa Tengah, kurang lengkap rasanya jika tidak didirikan media penyiaran yang menunjang syiar Islam. Radio yang bertujuan menyiarkan dakwah Islam, di tengah hiruk-pikuk tayangan televisi yang mulai dirasakan kemadharatannya, dan selalu berusaha menjadi terdepan dalam menyampaikan nada dan dakwah kepada umat Islam. Oleh karena itu, di dirikan Radio Dais (Dakwah Islam). Radio terletak tepat di dalam Menara Al Husna Masjid Agung Jawa Tengah. Radio ini memberikan berbagai macam informasi agama, sosial, ekonomi dan hiburan yang Islami.
Dalam penyiarannya, Radio Dais bukanlah media massa yang netral akan tetapi lebih memihak dan membela umat Islam. Di samping itu Radio Dais bukanlah lembaga atau organisasi yang berorientasi kepada keuntungan materi semata, namun lebih bersifat sosial dan semata - mata untuk melakukan syi’ar dakwah Islamiyah di era informasi.
Dakwah Radio Dais dengan memanfaatkan ruang publik melalui media radio juga menemui berbagai tantangan. Selain harus bersaing dengan radio komersial maupun radio komunitas yang lain untuk menarik perhatian pendengar yang heterogen, masalah pendanaan seperti untuk biaya operasional dan maintenance peralatan yang harus dikeluarkan setiap bulan juga menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Tidak kalah peliknya saat ini radio harus bersaing dengan berbagai media yang lain untuk memenuhi kebutuhan pendengarnya. Misalkan untuk musik, saat ini kemajuan teknologi telah sedemikian maju sehingga memberikan banyak pilihan bagi orang dalam menikmatinya. Diantaranya, melalui media televisi, CD player, MP3, Ipod, dan lain sebagainya. Orang bisa memutar musik sesuai seleranya masing-masing. Hal ini membuat radio komunitas semakin banyak ditinggalkan pendengarnya. Dengan demikian peluang orang mendengarkan acara dakwah melalui radio menjadi semakin kecil.
Dalam hal ini Radio Dais dituntut mampu menemukan strategi tepat untuk bertahan dan semakin berkembang pesat dalam rangka mensyi’arkan nilai-nilai Islam, dan mengharuskan Radio Dais menempatkan diri dalam posisi yang tepat, sesuai dengan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, serta tantangan dan peluang dari lingkungan diantara lembaga sejenisnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai strategi yang digunakan Radio komunitas Dais 107.9 FM untuk memperoleh simpati pendengar.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: Bagaimanakah strategi yang diterapkan Radio Dais untuk memperoleh simpati pendengar?
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah strategi yang diterapkan Radio Dais untuk memperoleh simpati pendengar.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini antara lain:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dalam bidang ilmu dakwah dan komunikasi dalam memajukan dakwah Islamiyah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi para pelaku dakwah (da’i), baik secara perorangan maupun kolektif dalam merumuskan strategi yang paling tepat untuk mengatasi problematika dakwah yang ada di masyarakat khususnya melalui media radio.
I.4 Tinjauan Pustaka
Strategi dakwah bukanlah tema yang baru dalam penelitian ilmu dakwah, biarpun demikian berdasarkan penyusuran penulis terhadap literatur yang sudah ada, belum satupun ditemukan penelitian yang membahas Strategi Radio Komunitas Islam dalam memperoleh simpati pendengar. Adapun penelitian yang membahas strategi dakwah diantaranya adalah:
1. Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Majelis Tafsir Alqur’an (MTA) Melalui Radio MTA 107.9 FM Surakarta”, oleh Nur Ariyanto (2010) Dalam penelitiannya menganalisis data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode analisis deskriptif dengan kesimpulannya menunjukkan bahwa strategi dakwah yang dipakai oleh radio MTA adalah strategi adaptif di mana untuk memenangkan persaingan dengan strategi adaptif ini, radio MTA sangat menekankan pada fleksibilitas dan inovasi.
Oleh karena itu Radio MTA FM senantiasa mengamati dan mengawasi media lain. Strategi Diferensiasi merupakan strategi yang dipakai sebuah organisasi bila ingin bersaing dengan pesaingnya dalam hal keunikan produk dan jasa yang ditawarkan. Strategi diversifikasi perluasan jangkauan siaran dengan memanfaatkan beberapa teknologi baru.
Adapun perbedaannya Dais menggunakan strategi komunikasi, strategi penyiaran radio, strategi pemasaran.
2. Skripsi yang berjudul “Teknik Dakwah Melalui Elektronik dan Tanggapan Pendengar (Studi Kasus Pendengar Prima Jepara)”, oleh Ida Maimunah (1977). Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masyarakat memberikan respon positif terhadap pola-pola dakwah yang didesain oleh Radio Prima Jepara dan menjadi salah satu sumber pengetahuan baru dalam memahami agama Islam.
3. Skripsi yang berjudul “Dakwah Islam Melalui Media Radio (Analisis terhadap program siaran dakwah Islam di Radio CBS 95,9 FM Slawi)”
yang di susun oleh Kurniati (2006). Teknik analisis yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah teknik analisis induksi. Adapun hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa CBS 95,9 FM Sebenarnya merupakan
stasiun radio yang berorientasi profit tetapi melakukan kegiatan dakwah juga melalui siarannya. Dalam melakukan peran dakwah tersebut Radio CBS 95,9 FM Slawi mengemasnya dengan berbagai cara. Dari segi penggarapan kreatifitas program siaran dakwahnya dikelompokkan dalam insert program, spesial program, dan reguler program. Sedangkan dari bentuk format program siaran dakwah Islam dapat digolongkan dalam format monologis, format dialogis, format musik dan format uraian yang diselingi musik.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, sebagai bahan perbandingan yang sudah teruji kashahihannya, maka peneliti lebih menitik beratkan pada kajian ”Strategi Radio Komunitas Islam Dalam Memperoleh Simpati Pendengar (Studi pada Radio Komunitas Dais 107.9 FM)”.
I.5 Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2002: 4). Adapun spesifikasi penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Isac dan Michael mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi bidang tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2005: 22).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa dan tidak berupaya mencari atau menjelaskan hubungan,
tidak pula untuk menguji hipotesis ataupun membuat prediksi. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai fakta dan karakteristik tentang populasi atau bidang tertentu.
Dengan metode inilah penulis akan memaparkan secara detail bagaimana strategi yang digunakan Radio Dais dalam memperoleh simpati pendengar di Semarang.
2. Definisi Konseptual
Agar konsep-konsep yang akan diteliti jelas dan tepat, maka perlu dirumuskan definisi konseptual sebagai berikut :
a) Strategi merupakan pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mengembangkan sebuah organisasi. Pilihan-pilihan tersebut diintegrasikan dan dikoordinir kemudian dirancang untuk mengeksploitasi kompetensi inti (core competence) untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Strategi pada hakikatnya merupakan perencanaan (planing) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan itu strategi tidak berfungsi hanya sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan jalan saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 2006: 32).
b) Dalam UU Nomor 32 tahun 2002 pasal 21 radio komunitas diartikan sebagai lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah
terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, 2009: 19).
c) Simpati Pendengar
Simpati adalah rasa suka, rasa senang, rasa setuju akan sesuatu. Pendengar merupakan orang-orang yang loyal dan sangat bersahabat, di banyak kasus pendengar ini memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kuat terhadap sebuah stasiun radio yang mereka dengarkan (Prayuda, 2005: 119). Jadi simpati pendengar diartikan sebagai orang yang loyal, bersahabat dan suka terhadap sebuah stasiun radio yang mereka dengarkan.
3. Sumber data
Menurut Suharsimi Arikunto : Subyek penelitian merupakan sumber dimana data dapat diperoleh. Sumber data dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya (Suharsimi, 2006: 128). Dalam penelitian ini adalah manajemen radio yang mana data-data diperoleh dari manajemen Radio Dais. Adapun yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah permasalahan itu sendiri, yaitu strategi penyiaran yang diterapkan oleh Radio Dais dalam memperoleh simpati pendengar.
I.6 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang akurat diperlukan adanya data yang tersusun dan valid, sehingga dapat mengungkapkan permasalahan yang akan diteliti. Adapun metode dalam pengumpulan data skripsi ini adalah:
1. Metode Observasi (pengamatan)
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang berstandar (Suharsimi, 2006: 229). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan menyaksikan langsung proses siaran dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan program acara yang disiarkan di Radio Dais.
2. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2009: 82). Adapun dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi, profil Radio Dais, struktur organisasi dan sebagainya yang ada di Radio Dais. Dokumentasi yang diperoleh di Radio Dais digunakan untuk melengkapi data penelitian.
3. Metode Interview (wawancara)
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumbernya (Kriyantono, 2006: 98).
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak struktur, yaitu wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang di gunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2008: 104).
Untuk mendapatkan informasi mengenai strategi Radio Dais, peneliti melakukan wawancara dengan Direktur operasional Radio Dais dan untuk
mengetahui simpati pendengar peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pendengar (warga).
I.7 Teknik Analisis Data
Analisa data menurut pendapat Lexy J. Moleong adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2009: 280). Analisa data bermaksud pertama-tama adalah mengorganisasikan data, yaitu mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikan dari catatan hasil interview, observasi dan yang lainnya.
Penelitian ini bersifat deskriptif, datanya berupa data kualitatif, sehingga dianalisa dengan teknik atau cara deskriptif, yaitu setelah data terkumpul dari lapangan penelitian, maka selanjutnya adalah data diidentifikasikan, dikategorikan kemudian ditafsirkan dan diambil kesimpulan seperlunya.
Tahap-tahap analisis:
1. Mengumpulkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
2. Mengedit seluruh data yang masuk
3. Menyusun seluruh data yang diperoleh sesuai dengan sistematika pembahasan yang telah direncanakan.
4. Melakukan analisa seperlunya terhadap data yang telah tersusun untuk menjawab rumusan masalah sebagai kesimpulan.
I.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini memuat lima bab termasuk pendahuluan yang masing- masing berkaitan.
Bab I merupakan bab pendahuluan yang akan dijadikan sebagai acuan langkah dalam penulisan skripsi ini. Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II landasan teori yang berisi: Tinjauan tentang strategi, Tinjauan tentang radio komunitas, Tinjauan tentang simpati pendengar, Dakwah melalui radio komunitas.
Bab III penyajian hasil Penelitian yang meliputi: Profil Radio Komunitas Dais Semarang, Sejarah berdirinya Radio Dais, Visi dan Misi Radio Dais, Program Radio Dais, Struktur organisasi Radio Dais, Strategi Radio Dais dalam memperoleh simpati pendengar.
Bab IV analisis Strategi Radio Komunitas Islam Dalam memperoleh simpati pendengar ( Studi Pada Radio Komunitas Dais Semarang 107.9 FM ).
Bab V merupakan bagian penutup yang didalamnya berisi kesimpulan, saran, dan penutup.
BAB II
STRATEGI DAN DAKWAH MELALUI RADIO KOMUNITAS
II.1 Tinjauan Tentang Strategi II.1.1 Definisi Strategi
Kata “strategi” berasal dari kata kerja bahasa Yunani “stratego”
yang berarti merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber- sumber yang efektif (Arsyad, 2005: 25). Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi; yakni pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi (Kaye, 2005: 3).
Senada dengan itu, A. Lus Y. Tratianto (2010: 168) mengatakan secara definitive, strategi dimaknai sebagai suatu cara atau kiat mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi, strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (management communication) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-sewaktu tergantung pada situasi dan kondisi (Effendi, 1988: 35).
Menurut Arifin Anwar sesungguhnya strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) dihadapi dan yang akan mungkin di masa depan, guna mencapai efektifitas (http://kampus komunikasi.blogspot.com//, akses 28/06/2010).
II.1.2 Strategi Komunikasi
Dalam konteks komunikasi, untuk menyusun strategi komunikasi ada empat faktor yang harus diperhatikan (Fajar, 2009: 183). Pertama, mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha menciptakan komunikasi yang efektif. Mengingat dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif.
Sehingga antara komunikator dengan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.
Kedua, menyusun pesan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi kalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Perhatian adalah pengamatan terpusat, karena itu tidak semua yang diamati dapat menimbulkan perhatian. Dengan demikian awal dari suatu efektifitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.
Hal ini sesuai dengan AA procedure atau from Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan. Dalam menentukan tema atau isi pesan yang dilontarkan kepada khalayak sesuai dengan kondisinya, dapat bersifat: on side issu, suatu penyajian masalah yang bersifat sepihak,
hanya segi positif atau hanya segi negatif saja. Both sedies issue, suatu permasalahan yang disajikan baik segi negatif maupun segi positifnya (http:// kampus komunikasi.blogspot.com//, akses 28/06/2010).
Ketiga, menetapkan metoda, dalam hal ini metode penyampaian dapat di lihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu, metode redundancy (repetition) dan canalizing.
Sedangkan yang kedua menurut bentuk isinya dikenal metode-metode : informatif, persuasif, edukatif, kursif.
Metode redundancy (repetition) adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak. Metode canalizing yaitu mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki (Fajar, 2010: 199-200).
Sedangkan metode informatif, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa:
keterangan, penerangan, berita, dan sebagainya. Metode persuasif yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya.
Metode edukatif, memberikan sesuatu idea kepada khalayak berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah
yang diinginkan. Metode kursif, mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan- gagasan/idea-idea yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah-perintah, intimidasi-intimidasi dan biasanya di belakangnya berdiri kekuatan tangguh.
Keempat yaitu pemilihan media komunikasi, karena untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena masing-masing medium mempunyai kelemahan-kelemahannya tersendiri sebagai alat (Effendi, 1988: 42). Oleh karena itu pemanfaatan media radio sebagai alternatif strategi dakwah memerlukan perencanaan dan persiapan yang baik dengan memperhatikan faktor-faktor diatas agar memperoleh hasil yang optimal.
II.1.3 Strategi Penyiaran Radio
Radio komunitas menempatkan pendengarnya sebagai subyek dan peserta yang terlibat. Untuk dapat menarik simpati dan keterlibatan komunitasnya. Guna melancarkan pesan yang disampaikan kepada pendengar, para personil yang berkecimpung di radio komunitas memerlukan modal pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang penyiaran.
Sehingga segala sesuatu yang telah direncanakan dapat dicapai dengan baik. Jadi seluruh personil yang menggeluti dunia siaran ini harus
memiliki pengetahuan yang memadai sehubungan dengan tugas mereka.
Pengetahuan dan pengalaman tersebut merupakan modal yang utama dalam menentukan operasional yang akan ditempuh guna memikat khalayak pendengar.
Faktor yang paling penting dan menentukan keberhasilan suatu stasiun penyiaran radio dan televisi adalah program atau acara. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian target pendengar memerlukan programming atau penata acara (Prayuda, 2005: 43). Penataan itu sendiri merupakan sebuah proses mengatur program termasuk penjadwalannya sehingga terbentuk station format dengan tujuan menciptakan image stasiun penyiaran radio.
Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu seiring semakin banyaknya stasiun penyiaran. Strategi program ditinjau dari aspek manajemen strategis, program siaran terdiri dari:
a. Perencanaan Program
Dalam industri penyiaran, perencanaan merupakan unsur terpenting, karena siaran memiliki pengaruh, dampak kuat dan besar.
Maka dari itu memerlukan perencanaan matang dalam menggunakan data dan fakta selengkap-lengkapnya. Perencanaan meliputi:
perencanaan produksi, dan pengadaan materi siaran yang disusun menjadi rangkaian mata acara harian, mingguan, dan juga bulanan, perencanaan saran dan pra sarana, serta perencanaan masalah administrasi (Triartanto, 2010: 96).
Pengelola program siaran harus mempertimbangkan empat hal ketika merencanakan program siaran yang terkait dengan: product artinya materi program yang disukai pendengar, price artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli program, place artinya kapan waktu siar acara yang tepat, promotion artinya bagaimana memperkenalkan dan menjual acara sehingga mendapat iklan dan sponsor (Morrisan, 2008: 201-202).
Perencanaan merupakan bagian dari standar operasional prosedur (SOP) produksi siaran yang harus dipatuhi setiap broadcaster. SOP meliputi:
1) Planning. Perencanaan produksi paket siaran melalui diskusi kelompok oleh tim kreatif bersama para pelaksana siaran lainnya.
Hasil planning berupa proposal yang memuat nama acara, target pendengar, tujuan dan target pendengar, penempatan siar, sumber materi kata-kata, musik, durasi, biaya produksi, promosi serta crew yang akan terlibat dalam produksi seperti produser, presenter, operator dan penulis naskah.
2) Collecting. Pencarian, pengumpulan materi musik dan data yang akan dibutuhkan, termasuk menghubungi calon narasumber. Hasil collecting berupa materi siaran yang memadai dan siap olah untuk produksi acara.
3) Writing. Seluruh materi yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk selanjutnya ditulis secara utuh dalam kalimat yang siap baca
atau disusun sedemikian rupa yang dirangkai dengan naskah pembuka-penutup atau naskah selingan.
4) Vocal Recording. Perekaman suara presenter yang membacakan naskah di ruang rekaman.
5) Mixing. Penggabungan materi vocal presenter dengan berbagai jenis musik pendukung dan lagu oleh operator atau mixermen dengan perangkat teknologi analog atau digital sehingga menghasilkan paket acara yang siap siar. Proses ini dilakukan dengan memperhatikan standar kemasan setiap acara.
6) On air. Penayangan acara sesuai jadwalnya yang telah direncanakan. Khusus untuk produksi siaran yang bersifat langsung (live), tidak perlu vocal recorded terlebih dahulu.
7) Evaluation. Seusai siaran atau penyiaran paket acara dilakukan evaluasi bersama oleh tim produksi untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi meliputi apa saja kelemahan materi, teknis, koordinasi tim dan sebagainya (Masduki, 2005: 46).
Menurut Onong Uchyana Effendi, perencanaan siaran dibagi kedalam tiga periode, yaitu:
1) Rencana siaran bulanan, acara bulanan disusun hanya pada garis besarnya saja, yaitu berupa jenis program yang akan disiarkan seperti program hiburan, pendidikan, pemberitaan dan lain-lain.
Jenis siaran ditentukan oleh staf siaran dalam sebuah pertemuan khusus yang membahas tentang kesempurnaan produksi siaran,
melihat kekurangan-kekurangannya, dan menetapkan hal-hal yang akan memuaskan pendengar.
2) Rencana siaran mingguan, merupakan penjabaran dari rencana siaran bulanan yang meliputi siaran selama tujuh hari. Judul, jenis, topik dan penyelenggaraannya dicantumkan karena sudah pasti.
Dicantumkan pula format penyaji acara, apakah akan disiarkan secara langsung (live) atau rekaman. Dalam rencana siaran mingguan dicantumkan nama-nama penyiar dan operator untuk masing-masing acara, serta petugas pengganti bila berhalangan.
3) Rencana siaran harian, dicantumkan secara rinci dan lengkap dari menit ke menit mulai dari pembukaan (opening) sampai penutup (closing) siaran. Rencana siaran harian merupakan pegangan penyiar dan operator. Dalam naskah itu tercantum judul acara, produser, jenis penyajian, nama penyiar dan operator hingga ke play list lagu (Effendi, 1978: 123-125)
b. Produksi dan Pembelian Program
Produksi siaran merupakan keterampilan memadukan wawasan, kreatifitas, dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi. Program dapat diperoleh dengan cara membeli atau memproduksinya sendiri (in-house production). Membeli program dilakukan apabila stasiun penyiaran tidak memiliki peralatan produksi memadai namun memiliki ide untuk dikembangkan.
Program siaran di radio sangat banyak dan beragam kemasannya lima diantaranya adalah, produksi siaran berita dan informasi, iklan, jinggel, talk show, interaktif, info-hiburan (Masduki, 2005: 69).
Memproduksi suatu program siaran membutuhkan unsur-unsur daya tarik. Radio memiliki tiga unsur daya tarik yang melekat padanya, yakni:
1. Kata-kata lisan (spoken words), 2. Musik (music)
3. Efek suara (sound effect).
Dengan dihiasi musik dan didukung efek suara, seperti suara binatang, hujan atau badai, mobil atau pesawat terbang, dan lain- lain, suatu acara yang membuat radio menjadi hidup. (Effendy, 2004:107–108).
c. Eksekusi Program
Eksekusi mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Strategi penayangan program sangat ditentukan oleh bagaimana menata atau menyusun berbagai program yang akan ditayangkan.
Menentukan jadwal penayangan suatu acara ditentukan atas dasar perilaku audien, yaitu rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan menonton televisi atau mendengarkan radio pada jam tertentu. Pada prinsipnya siaran radio dan televisi harus dapat menemani aktivitas apa pun.
Suatu program dapat disusun dengan runtut, rinci, dan terarah karena adanya panduan dalam operasionalisasi siaran yang disebut sebagai format clock, yaitu pola atau pedoman terhadap isi acara berbentuk diagram yang terdiri dari unsur-unsur isi/item materi siaran (station call), keterangan durasi ucapan penyiar, jumlah lagu, jumlah iklan, bentuk-bentuk insert, serta keterangan lainnya.
Contoh clock format 60 menit
( Triartanto, 2010: 104).
Penataan acara menurut Prayudha (2005: 44) merujuk dari pembagian segmen berdasarkan stasiun radio di Amerika, yaitu : 1. Morning Drive jam 05.30-10.00
2. Daytime jam 10.00-15.00
3. Afternoon Drive jam 15.00-19.00 atau 20.00
4. Night time jam 19.00-20.00 hingga tengah malam 5. Overnight malam hari atau dini hari.
Pembagian waktu tersebut mengacu terhadap pola perilaku audien dalam meluangkan waktu mendengarkan radio. Perilaku audien terkait dengan: Pertama jumlah audien, pada radio jumlah audien lebih banyak pada pagi hari atau sore hari (Drive time hours) yaitu saat orang mendengarkan radio di mobil dalam perjalanan menuju ke kantor dan pulang ke rumah.
Kedua audien konstan, bahwa pada umumnya orang cenderung bertahan pada satu stasiun sampai menyaksikan suatu program yang menurutnya tidak menarik. Namun jika audien menemukan seluruh program tidak menarik maka perilaku audien akan memilih program yang menarik. Berbagai data yang di peroleh dari lembaga rating menunjukkan bahwa jumlah audien secara keseluruhan selalu konstan.
Dengan demikian, setiap stasiun harus berjuang memperebutkan jumlah audien yang selalu tetap (Morissan, 2008: 192-193).
Ketiga aliran audien, yaitu perpindahan yang terjadi setiap berakhirnya suatu program. Aliran audien terbagi menjadi:
1) Aliran ke luar (outflow); audien meninggalkan stasiun lalu menuju ke stasiun lain
2) Aliran ke dalam (inflow); masuknya audien dari stasiun lain 3) Aliran tetap (flowtroght); audien tidak berpindah.
Keempat tuning inerta, kecenderungan audien untuk memilih salah satu stasiun favoritnya. Kelima yaitu pengaruh demografis, format siaran radio sangat selektif dalam memilih usia audiennya. Format
contemporary, rock, dan top-40 menarik bagi kelompok remaja atau pemuda berusia 20 tahun. Format klasik, ditujukan untuk usia 30-an atau 40-an. Sedangkan audien berusia 50 tahun ke atas lebih menyukai format berita, dan lagu-lagu lama (Morissan, 2008: 194).
d. Pengawasan dan Evaluasi Program
Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat diwujudkan oleh stasiun penyiaran.
Menurut Peter Pringle yang dikutip Morrisan dalam hal pengawasan program, manajer program harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
• Mempersiapkan standar program stasiun penyiaran
• Mengawasi seluruh isi program agar sesuai dengan standar stasiun dan peraturan perundangan yang berlaku
• Memelihara catatan (records) program yang disiarkan
• Mengarahkan dan mengawasi kegiatan staf departemen program
• Memastikan bahwa biaya program tidak melebihi jumlah yang sudah dianggarkan (Morissan, 2009: 315).
II.1.4 Strategi Pemasaran
Bagian pemasaran di radio juga berfungsi sebagai tenaga penjual terhadap program dan profil khalayaknya. Suatu program dapat dikatakan berhasil, jika program tersebut mempunyai pendengar yang banyak, sesuai dengan target sasaran segmentasinya. Strategi merebut pasar audien terdiri dari serangkaian langkah yang berkesinambungan, menurut Kottler sebagaimana dikutip Morrisan terdiri dari atas tiga tahap, yaitu :
a. Segmentasi
Segmentasi audien adalah strategi untuk memahami struktur audien dan pemasaran program. Eric Berkowtiz sebagaimana dikutip Morrisan mendefinisikan segmen pasar sebagai membagi suatu pasar ke dalam kelompok-kelompok yang jelas, yang memiliki kebutuhan sama dan memberikan respon sama terhadap suatu tindakan pemasaran.
Khalayak audien bersifat heterogen oleh karena itu, harus mampu memilih segmen-segmen audien tertentu saja. Dengan memahami siapa audiennya, praktisi penyiaran dapat menentukan bagaimana cara menjangkaunya, program yang dibutuhkan, dan bagaimana mempertahankan audien dari program pesaing. Segmentasi diperlukan agar stasiun penyiaran dapat melayani audiennya secara baik, memuaskan kebutuhan dan keinginan audien yang dituju (Morissan, 2008: 168).
Dasar-dasar dalam melakukan segmentasi audien yang terdiri dari, pertama segmentasi demografis, segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan, misalnya: usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, agama, suku dan kebangsaan.
Kedua segmentasi geografis, segmentasi ini membagi khalayak audien berdasarkan jangkauan geografis. Ketiga yaitu segmentasi Geodemografis ini dalam konsep segmentasi ini, khalayak yang tinggal di suatu wilayah geografis tertentu diyakini memiliki karakter
demografis yang sejenis (namun wilayah geografis harus sesempit mungkin, misalnya kawasan-kawasan pemukiman atau kelurahan).
Keempat, segmentasi psikografis yaitu segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang (Morissan, 2008: 170-178). Dengan adanya segmentasi, Radio Dais mampu mengetahui siapa audiennya, dengan begitu akan memudahkan da’i dalam menyampaikan dakwah karena sudah mengetahui kondisi mad unya.
b. Target Audien
Target audien adalah memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan promosi. Targeting disebut juga dengan selecting, karena audien harus diseleksi.
Menurut Clancy dan Shulman sebagaimana dikutip Morissan mengatakan bahwa ada empat kriteria yang harus dipenuhi pengelola media penyiaran untuk mendapatkan audien sasaran yang optimal yaitu: responsif, potensi penjualan, pertumbuhan memadai, jangkauan iklan. Target audien mempunyai dua fungsi yaitu, menyeleksi audien sasaran sesuai kriteria-kriteria tertentu dan menjangkau audien sasaran tersebut (reaching) (Morissan, 2008: 184-187).
c. Positioning
Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, merek, atau perusahaan di dalam otaknya. Dengan demikian, positioning harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah tepat (Morissan, 2008: 189).
Sementara itu Temmy Lesanpura dikutip A.Lus Y.Triartanto mengungkapkan bahwa dalam menyusun radio positioning stasiun radio harus:
a) Menjadi stara (stasiun radio) “yang pertama” dalam sebuah/sesuatu hal
b) Menampilkan station identity atau ciri khas c) Menetapkan target audien/segmentasi
d) Nama dan slogan yang menarik, tetap untuk menyatakan positioning
e) Sajian format yang sesuai dan konsisten yang dikehendaki audien f) Musik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pendengar
g) Menyajikan keunggulan pada acara tertentu yang sesuai dengan format siaran
h) Bahasa siaran yang sesuai dan menunjukkan positioning stara.
i) Kegiatan off air yang sesuai dengan kebutuhan target audien
j) Air personality (penyiar) yang dapat membawa acara sesuai positioning
k) Tidak meniru stara lain (Triartanto, 2010: 59-60).
Sangat perlu Radio Dakwah Islam Masjid Agung Jawa Tengah melakukan usaha untuk meraih posisi yang tepat dalam ingatan pendengar sehingga mampu membentuk suatu image dengan menampilkan kekhasan yang dapat membedakan dengan stasiun radio lain. Keberadaannya dalam lingkup Masjid Agung Jawa Tengah yang merupakan salah satu pusat dari kegiatan dan perkembangan Islam, menempatkan Radio Dakwah Islam mengemban misi dakwah sebagai kepanjangan tangan dalam penghubung antara Allah dengan umat-Nya, selain itu juga memberikan hiburan bermanfaat bagi masyarakat yang haus akan lagu-lagu religi untuk memenuhi qalbunya dengan kemesraan terhadap Ilahi.
II.2 Tinjauan Radio Komunitas II.2.1 Pengertian Radio Komunitas
Komunitas berasal dari istilah community yang berarti semua orang yang hidup di suatu tempat, serta sekelompok orang dengan kepentingan atau ketertarikan yang sama (Sudibyo, 2004: 234). Lembaga penyiaran komunitas (LPK) adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersil, dengan daya pancar rendah, serba untuk melayani kepentingan komunitasnya (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, 2009:19).
Sebagai radio yang hidup dari, oleh dan untuk komunitas, radio komunitas mempunyai peluang untuk lebih bebas berekspresi di bandingkan dengan radio swasta. Radio komunitas merupakan media pemberdayaan masyarakat, yang bertujuan untuk pendidikan dan peningkatan kapasitas masyarakat. Oleh karena itu kesempatan untuk dekat dengan pendengarpun sangat terbuka lebar. Secara teoritis, komunitas terbentuk oleh dua hal: pertama lokalitas yang terbentuk pada batasan geografis tertentu. Kedua, identitas yang sama, atau minat/kepentingan/kepedulian terhadap hal yang sama (Rachmiatie 2007: 72).
II.2.2 Tujuan radio-radio komunitas
Tujuan Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Komunitas menurut (Pasal 21 ayat 2 UU No. 32/2002 ) :
• Tidak mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata
• Untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi:
budaya, pendidikan dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa (Budiman, http://Wikipedi.Org.Wiki//, akses 18/03/2010).
II.2.3 Syarat radio komunitas
Syarat-syarat radio komunitas menurut UU No. 32 tentang penyiaran :
• Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan dengan persetujuan tertulis dari paling sedikit 51% (lima puluh satu per seratus) dari jumlah penduduk dewasa atau paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) orang
dewasa dan dikuatkan dengan persetujuan tertulis aparat pemerintah setingkat kepala desa/lurah setempat
• Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan oleh Warga Negara Indonesia, badan hukum koperasi/perkumpulan, atau lembaga penyiaran non partisan, yang seluruh modalnya dari anggota komunitas dengan modal awal berasal dari 3 orang anggota atau lebih, dan tidak melibatkan warga negara asing sebagai pengurus.
• Sumber biaya harus berasal dari sumbangan, dan atau hibah, dan atau sponsor yang tidak mengikat.
• Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan dalam radius maksimal 2,5 km dan alokasi frekuensinya dibatasi. Cakupan wilayahnya meliputi kedudukan lembaga penyiaran yang bersangkutan dan menyetujui isi siaran yang terdiri dari hiburan, seni, budaya, informasi, pendidikan, iklan layanan masyarakat, tidak menyiarkan iklan komersil dan relai siaran yang terbatas (hanya ada acara tertentu, misalnya ada acara kenegaraan)
(Http://WikiPedia.org/Wiki//, akses 22/03/2010).
II.2.4 Prinsip-prinsip radio komunitas
Prinsip dasar yang dipegang dalam mengimplementasikan/
mengoperasionalkan radio komunitas adalah :
a. Prinsip “dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas”:
• Dikembangkan atas dasar kebutuhan, dukungan dan keinginan dari komunitas.
• Dibangun dan dioperasionalkan oleh komunitas.
• Dimanfaatkan sebesar-besar untuk kepentingan komunitas.
• Berisikan (konten /program siaran) tentang komunitas.
b. Prinsip pemanfaatan untuk Pemberdayaan, pencerdasan, pendidikan, penyuaraan aspirasi, dan peningkatan pembangunan lokal (Http://Kombinasi. net//, akses 24/03/2010).
II.2.5 Sumber Daya Manusia (SDM) radio komunitas
Peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM menjadi fokus utama manajemen penyiaran, karena kualitas SDM yang menentukan keberhasilan dan kegagalan media penyiaran tersebut. Bisnis penyiaran adalah bisnis kreativitas dan ide-ide terbaik yang dihasilkan oleh SDM yang berkualitas. Mengelola media penyiaran pada dasarnya mengelola manusia (Akil, http://wikipedia.org//, akses 30/06/2010).
Khusus radio komunitas, memilih SDM merupakan persoalan sulit sehingga membutuhkan pertimbangan waktu yang tidak singkat, adakalanya sulit mendapatkan peminat untuk menjadi penyiar, adakalanya banyak orang memaksakan diri untuk dilibatkan sebagai penyiar.
Dua pertimbangan yang dipakai untuk mendapatkan penyiar adalah:
1. Siapa saja yang bersedia bekerja sukarela.
2. Perwakilan dari kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat (Masduki, 2005: 23).
Sikap sukarela akan berfluktuasi, demikian pula mekanisme perwakilan kelompok yang berganti begitu cepat dari kebutuhan rutinitas siaran.
Idealnya SDM yang akan dilibatkan harus memastikan waktu luangnya sejak mendaftarkan diri sebagai penyiar. Aksesnya ke komunitas harus dapat dipastikan agar segala siarannya berguna bagi pendengar, tidak sekedar mempopulerkan nama yang bersangkutan.
Memilih SDM sebaiknya memperhitungkan hubungan keluarga dan organisasi dengan komunitas pendengar, kemampuan memproduksi siaran bagi beragam kelompok, karena pengisi acara adalah komunitas itu sendiri, bukan SDM pengelola radio. Pemahaman tentang muatan lokal sangat penting bagi penyiar radio komunitas. Agar mereka tidak sekedar ikut arus radio komersil yang memang telah mendominasi industri musik global (Masduki, 2005: 23).
II.3 Tinjauan Tentang Pendengar II.3.1 Definisi Pendengar
Pendengar atau khalayak adalah orang-orang yang mendengarkan, misalnya, mendengarkan pidato, musik, dan sebagainya. Pendengar merupakan orang-orang yang loyal dan sangat bersahabat, di banyak kasus pendengar ini memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kuat terhadap sebuah stasiun radio yang mereka dengarkan (Prayuda, 2005: 119).
II.3.2 Identifikasi Target Pendengar
Agar lebih memudahkan suatu stasiun “membidik” target audien potensialnya, maka stasiun radio seyogyanya memformat stasiun radionya.
Format program dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu format informasi atau berita, format musik, serta format khusus (Triartanto, 2010:
140). Namun selanjutnya format-format ini berkembang sejalan dengan kompetisi yang ketat dengan para pesaingnya. Dengan demikian akan diperoleh suatu ciri yang membedakan dari radio lainnya dan melahirkan identitas stasiun (Masduki, 2005: 35).
II.4 Dakwah Melalui Radio Komunitas
Untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia maka penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan oleh perseorangan, tetapi harus dilaksanakan dengan kerja sama dalam kesatuan yang rapi dan terencana serta mempergunakan sistem kerja yang efektif dan efisien (Shaleh, 1977:3).
Dalam abad informasi sekarang ini, dakwah harus semaksimal mungkin menggunakan media massa modern salah satunya yaitu radio.
Fatmasari Ningrum mengatakan bahwa radio sebagai salah satu pilihan media hiburan dan informasi ternyata tidak kalah pamor bila dibandingkan dengan media cetak maupun media elektronik. Berbagai macam info dapat di dengarkan mulai dari subuh hingga tengah malam (Ningrum, 2007: 5).
Radio sebagai media elektronik sekaligus media komunikasi yang berfungsi sebagai penyampai dan penerima, dengan radio kita dapat menyampaikan dan mengirimkan pesan kepada orang lain secara bersamaan tanpa harus berhadapan langsung, maka dapat dibilang radio juga berfungsi memperpendek jarak (Krisna, http://id.Wikipedia.
org/wiki//, akses 15/07/2010).
Sebagai media massa, radio siaran memiliki karakteristik unik dan khas, yang juga mempunyai keunggulan dan kelemahan (Triartanto, 2010: 31). Dalam kegiatan dakwah keberadaan radio memiliki posisi penting dalam penyampaian materi dakwah dalam bentuk-bentuk pidato dan ceramah atau kuliah. Pesawat radio dapat menjangkau mad unya dalam jarak jauh dan meluas. Oleh karena itu pesawat radio merupakan media yang efektif dalam penyampaian dakwah untuk semua kalangan.
Radio dakwah adalah sebuah media dakwah yang didirikan oleh masyarakat Islam yang bertujuan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar dalam rangka mewujudkan masyarakat yang terbaik (Musyafak, 2009: 5). Kelebihan dakwah melalui radio terletak pada efektifitas dan efisien. Hal ini nampak dari adanya bentuk yang sederhana tanpa harus bertemu antara da’i dan mad unya. (Ghazali, 1997: 37). Sebagai media dakwah radio memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, di antara kelebihannya adalah:
a. Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu).
b. Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat.
c. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.
d. Mudah dijangkau oleh masyarakat, artinya audience atau pendengar cukup di rumah.
e. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan informasi secara cepat dan akurat.
f. Pesawat radio mudah dibawa kemana-mana.
Sedangkan keterbatasan atau kekurangan radio sebagai media dakwah antara lain:
a. Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang) kecuali memang dari pusat pemancarnya.
b. Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran, artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (obyek dakwah).
c. Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun teknis (Syukir, 1983: 176).
Di radio kita mendapat kesempatan yang memudahkan untuk menyiapkan judul dan menyusunnya, haruslah dijaga supaya kata- katanya mudah, isinya singkat, menjauhkan kata-kata yang susah mengucapkannya, dan menggantinya dengan kalimat yang gampang dan mudah, karena dalam bahasa Arab terdapat banyak persamaan arti kata-kata. Pembicara sadar akan dirinya, mana kalimat yang mudah diucapkan dan kalimat serta huruf yang sukar diucap. (Syihata, 1986:
62).
BAB III
STRATEGI RADIO KOMUNITAS DAIS 107.9 FM
III.1 Gambaran Umum Tentang Radio Komunitas Dais
Radio Dais merupakan sebuah lembaga dakwah Islamiyah yang berada di Semarang. Dais didirikan oleh Gubernur Mardiyanto pada tanggal 22 September 2006. Pendirian Dais dilatarbelakangi oleh jenuhnya masyarakat akan media hiburan yang berbau kebarat-baratan yang merusak moral anak muda dan juga anak-anak yang setiap hari disuguhi acara tidak sehat, melihat keprihatinan tersebut Dais berusaha mengakomodir hiburan, pendidikan yang Islami sehingga dapat mengcounter budaya yang dapat meracuni anak-anak dan juga generasi muda (Buku Profil Dais).
Sesuai dengan kondisi masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya target layanan Radio Dais yang mayoritas adalah masyarakat di bidang jasa, maka Radio Dais memilih target segmen masyarakat keseluruhan. Tidak menutup kemungkinan segmen anak muda yang senang dengan lagu-lagu Islami, terutama para santri pondok pesantren dan mahasiswa yang memang banyak terdapat di kota Semarang.
Radio Dais memiliki spesifikasi khusus, yaitu seluruh isi siarannya berupa dakwah dan nada yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik muslim Jawa Tengah. Dais menyajikan selain acara hiburan, pendidikan, dan informasi dengan format Islami. Selain itu Dais mempunyai keunggulan dari para pesaing radio lain yaitu adanya acara dialog interaktif mengenai agama Islam yang sangat dibutuhkan setiap manusia, dalam rangka
meningkatkan iman da taqwa kepada Allah SWT. Sedangkan hiburan yang berbentuk lagu-lagu yang bernafaskan Islami, selalu disajikan.
Hal tersebut dilakukan, dengan harapan acara Radio Dais dapat memikat hati pendengar, apalagi Kota Semarang adalah kota metropolitan sehingga perlu penyeimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani. Radio Dais berlokasi di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah, Jl. Gajah Raya Semarang (Buku Profil Dais).
III.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Radio Dais
Di awal pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah, Mardiyanto yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah sudah merencanakan adanya stasiun radio di badan Masjid Agung yang nantinya diharapkan bisa menjadi ruang publik, sarana pendidikan, dan wahana dakwah bagi umat Islam di Jawa Tengah, khususnya kota Semarang. Sejak akan berakhirnya pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah, tanggal 15 September 2006, gubernur mendesak agar awal Ramadhan radio harus mengudara.
Waktu yang sedemikian singkat membuat pihak Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah merasa bingung karena tak satupun dari mereka paham tentang dunia broadcast. Merekapun menghadap gubernur untuk meminta pertimbangannya (Buku Profil Dais).
Atas perintah Gubernur Mardiyanto, Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah melalui BIKK Provinsi Jawa Tengah melayangkan surat ke RRI untuk didaulat sebagai konsultan. Sebagai wujud rasa tanggung jawab
atas mandat yang sudah diterima, RRI mengirim 7 (tujuh) orang crew yang merupakan ahli di bidang masing-masing. Yaitu 1 programmer, 2 teknisi, 1 HRD, 1 kepenyiaran, 1 pemberitaan, dan 1 operator.
Dalam waktu kurang lebih satu minggu, ketujuh orang tersebut bekerja tanpa henti dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Dari pemasangan antena, penempatan peralatan pemancar dan studio sampai benar-benar siap dioperasikan, pencarian SDM yang nantinya mengoperasikan radio, menyiapkan program acara, dan lain sebagainya.
Tepat pada tanggal 22 September 2006 peresmian stasiun radio oleh Gubernur Jawa Tengah dengan nama Radio Dakwah Islam (DAIS) Masjid Agung Jawa Tengah (nama ini dicetuskan oleh Octo Gunarso yang merupakan programmer sekaligus koordinator para utusan dari RRI).
Tanggal 23 September 2006, bersamaan dengan acara Dugderan, Radio Dakwah Islam mulai mengudara perdana pada pukul 15.00 WIB dalam acara interaktif bersama gubernur mengenai perlunya sebuah media publik yang diperuntukkan bagi umat muslim di Jawa Tengah (Buku Profil Radio Dais).
III.1.2 Visi dan Misi Radio Dais a. Visi
Visi sangat penting bagi sebuah organisasi sebagai arah strategi dan pedoman melaksanakan strategi yang diformulasikan. Visi yang baik (vision of success) dapat didefinisikan sebagai ”deskripsi tentang apa yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi setelah organisasi tersebut
mengimplementasikan strateginya dan mencapai potensi sepenuhnya (Kuncoro, 2005: 55). Visi Radio Dais FM yaitu: ” Melayani kebutuhan rohani umat Islam dan melakukan pelayanan kepada masyarakat secara umum.” Seperti tercermin dari Motto Radio Dais yaitu ” Terdepan Dalam Dakwah Dan Nada .
b. Misi
Misi adalah suatu pernyataan tentang apa yang dilakukan oleh berbagai unit organisasi dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai visi organisasi. Misi bisa juga bisa merupakan bagian visi yang biasanya mencerminkan norma perilaku yang menjadi pedoman anggota organisasi.
Karena itu suatu organisasi umumnya hanya memiliki satu visi dengan satu atau beberapa misi untuk mewujudkan visi tersebut (Kuncoro, 2005:
60).
Untuk dapat mencapai tujuan dakwah sebagaimana tersirat dalam visi Radio Dais FM maka disusunlah beberapa misi sebagai berikut:
1. Memberikan penyegaran siaran rohani setiap hari kepada umat Islam di wilayah jangkauannya
2. Memberikan wacana dari berbagai bidang kajian Islami kepada masyarakat baik informasi, musik dan pendidikan serta budaya
3. Memberikan informasi-informasi penting kepada masyarakat 4. Mengembangkan musik dan hiburan sesuai dengan kaidah islam 5. Memakmurkan Masjid agung Jawa Tengah
6. Membantu Pemerintah ikut mencerdaskan anak bangsa yang memiliki sifat akhlakul karimah.
III.1.3 Tujuan Radio Dais
Latar belakang didirikannya Radio Dais salah satunya adalah jenuhnya masyarakat akan media hiburan yang mengikuti gaya kebarat- baratan yang dapat merusak moral anak muda dan anak-anak. Oleh karena itu, Radio Dais mempunyai tujuan untuk membangun masyarakat yang Islam serta mandiri dan ikut serta dalam pembangunan baik fisik maupun mental melalui program siaran yang dapat menggerakkan kegiatan pendidikan, hiburan dan informasi.
III.1.4 Program Radio Dais
Komposisi program siaran Radio Dais lebih menitik beratkan pada siaran yang dapat dinikmati oleh masyarakat menengah ke bawah, ke atas dengan mayoritas pendengar beragama Islam. Adapun beberapa komposisi program di Radio Dais adalah sebagai berikut:
a) Hiburan
Unsur hiburan dalam program acara di Radio Dais mempunyai porsi 50% dari semua materi siaran, mengingat akan kebutuhan hiburan bagi masyarakat, khususnya hiburan yang bisa menyentuh emosional masyarakat serta hiburan yang sehat seperti Pop Religi, Nasyid, Balasik, Qosidah, Rebana, Arabian, Lagu anak Islami dan lain-lain.
b) Pendidikan
Seluruh mata acara yang dikemas sebenarnya mengandung unsur pendidikan, namun yang benar-benar pendidikan murni diberikan porsi 70%. Materi siaran pendidikan menitik beratkan pada pendidikan Islam seperti membaca kitab kuning, interaktif agama, serta mendalami ilmu tasawuf dan lain-lain.
c) Informasi
Informasi dalam program acara di Radio Dais mendapat porsi 10% juga merupakan menu utama, baik informasi lokal/daerah maupun nasional, bahkan apabila ada berita yang sangat actual dan ingin cepat diketahui masyarakat dais mengadakan breaking news d) Layanan Masyarakat
Layanan masyarakat di Radio Dais mendapatkan prosi 10%.
Berikut ini program acara Radio Dais : (dikutip dari buku profil Dais)
MENU ACARA RADIO DAIS
PUKUL NAMA ACARA
04.00-04.10 OPENING
( Indonesia Raya, Tune buka siaran dan lagu pembuka Opick ” Assalamualaikum”)
04.10-04.45 Relay Adzan Subuh dan Sholat dari MAJT 04.45-05.00 Selingan nada-nada Nasyid
05.00-06.00 Jendela Hati 06.00-06.15 Anak Sholeh 06.15-07.00 Salam Pagi
07.00-08.00 Pengajian
Senin : Yusuf Mansur Selasa : Arifin Ilham Rabu : Aa Gym Kamis : Zainuddin Mz Jumat : Ustadz Danu Sabtu : ABS
Minggu : KAP MAJT 08.00-09.00 Indonesia Menyapa 09.00-09.30 Balasyik (Obras)
09.30-10.00 Senin, Rabu dan Jumat : Uswah
Selasa, Kamis dan Sabtu : Tapak-tapak Islam Minggu : Dongeng Anak Islam 10.00-11.00 MAKNA ( Macam-macam Kiat Untuk Anda)
Senin : Botani Selasa : Kesehatan Rabu : IPTEK Kamis : Kecantikan Jumat : Boga Sabtu : Karier Minggu : Keluarga 11.00-11.20 ISTIQOMAH ( Rec) 11.20-12.00 Murotal dan Adzan Dhuhur 12.00-13.30 OASE
13.30-14.00 Relay RRI 89.0 14.00-14.30 Moslem Library 14.30-15.00 Murotal, Adzan Ashar 15.00-16.30 Nada Taqwa
16.30-17.30 Kajian Sore
17.30-18.00 Murotal, Adzan Maghrib sekaligus shalat 18.00-19.00 Murotal (Rec) dan Adzan Isya sekaligus shalat 19.00-19.15 Renungan
19.15-20.00 Balasyik (comment info terbaru) 20.00-22.00 Silaturahmi
Kamis : Relay Tilawatil Qur’an MAJT, Hidayah dan Mujahadah
III.1.5 Struktur organisasi Radio Dais
Susunan Pengelola Radio Dakwah Islam (Dais) 107.9 Fm Masjid Agung Jawa Tengah
Ketua Badan Pengelola MAJT
Pendiri Komunitas
Penasehat
Direktur Utama
Direktur Operasional
Sekretari s Bendahar
a
Bidang Teknik Bidang Siaran
Bidang Pemberitaan Bidang Humas
Karyawan
I. Pendiri
Ketua : Drs. H. Ali Mufiz. MPA
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Ali Mansyur SH SPN M.Hum Wakil Ketua : Dr. H. Noor Achmad MA
Sekretaris : H. Agus Fathuddin Yusuf S.Ag Anggota : Drs.H. Karno MH
Soemardjiyanto AMd Dwi Octo Gunarso S.Sos Puas Setyaningsih S.Sos Wiyatmo S.Sos
II. Penasehat
Drs. H. Ali Mufiz. MPA
Prof. Dr. H. Ali Mansyur SH SPN M.Hum Dr. H. Noor Achmad MA
III. Pelaksana Harian
Direktur Utama : H. Agus Fathuddin Yusuf M.Ag Direktur Operasional : Drs. H. Karno MH
Bidang Teknik : Soemardjiyanto AMd
Penyiar : 1. Muhammad Syafei Nugroho (Nugi Dais) 2. Risma Dewi Kumalasari S.Ag (Risma Dais) 3. Fajar Tri Utami ( Fajar Dais )
4. Eko Ananto ( Conan Dais)
5. Prihatiningsih Widyastuti ( Widya Dais)
6. M. Nur Asyrofi S.Ag (Opi Dais) 7. Abdul Aziz ( Aziz Dais)
8. Yusuf Anshori ( Yusuf Dais) III.1.6 Pendanaan
Dalam masalah pendanaan, Radio Dais bergantung sepenuhnya kepada Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah karena saat ini badan pengelola mempunyai nilai jual sebagai contoh Hotel Graha Agung, sewa ruko, convention hall, itulah salah satu biaya untuk menghidupi Radio Dais.
Sedangkan partisipasi pendengar masih sangat sedikit, sehingga perolehan dana sepenuhnya dari badan pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (wawancara dengan Drs. H. Karno 6 November 2010 di kantor pusat Dais).
III.1.7 Peralatan Radio Dais
Radio Dais mempunyai beberapa peralatan diantaranya adalah:
1. Studio Siaran meliputi:
• 1 Set Meja Siar
• 2 Buah Komputer Pentium IV
• 1 Buah Mixer
• 3 Buah Microphone
• 2 Buah Composer
• 2 Buah Paramatric Equalizer
• 1 Buah Penguat Mic
• 1 Buah SMS On Line
• 1 Buah Phone Air
2. Studio Produksi meliputi:
• 1 set Komputer
• 1 Buah Mixer Eurarack Behringer UB 2222 FX-PRO
• 2 Buah Microphone
• 2 Buah Headphone 3. Tower
4. SLT Pemancar dan penerima
5. Studio Pemancar di Menara dengan ketinggian 110 m sangat membantu untuk memancarkan di luar Semarang (wawancara dengan Drs. H. Karno 6 November 2010 dan data inventaris Radio Dais).
III.1.8 Operasionalisasi
Radio Dakwah Islam (Dais) di dalam reorientasinya tidak hanya bertanggungjawab kepada komunitasnya, tetapi juga kepada masyarakat, oleh sebab itu Radio Dais walaupun sebagai radio komunitas harus dikelola secara professional dan kompetitif untuk menuju ke institusi bisnis.
Semangat kerja tinggi yang menjadi ciri dari awak Radio Dais belum sepenuhnya digawangi dengan sarana dan prasarana yang memungkinkan timbulkan kreativitas maksimal bagi perkembangan radio tersebut. Cakupan wilayah yang luas serta besarnya perhatian dari para pendengar Radio Dais yang merupakan pendengar loyal/ fanatik dan merupakan aset besar stasiun radio adalah salah satu penyumbang semangat yang tinggi bagi keberlangsungan program-program acara.