7 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. (Riyanto, 2013:4)
Menurut Setia Mulyawan (2015:31) pengertian manajemen keuangan adalah:
“Dalam kontek keilmuan, manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan yang mempelajari penggunaan dan pencarian dana serta pembagian hasil operasi perusahaan.”
Dari pengertian para ahli maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa manajemen keuangan adalah segala kegiatan atau aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan modal kerja, menggunakan atau mengalokasikan dana, dan mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan utama perusahaan.
2.1.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
fungsi manajemen keuangan menurut Suad Husnan dan Puddjiastuti (2012:4) mengatakan bahwa :
“Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai Manajer keuangan”
Menurut Tampubolon (2013:3), ada 4 macam fungsi manajemen keuangan yaitu diantaranya :
1. Untuk mencapai kesejahteraan pemegang saham secara maksimum 2. Mencapai keuntungan maksimum dalam jangka panjang
3. Mencapai hasil manajerial yang maksimum
4. Mencapai pertanggungjawaban sosial dalam pengertian; peningkatan kesejahteraan dari karyawan korporasi.
2.1.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Horne dan Wachowicz Jr. (2012:4) mengenai tujuan manajemen ialah sama dengan tujuan perusahaan yaitu:
“Memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang ada saat ini”.
Menurut Sutrisno (2012:4), Tujuan manajemen keuangan adalah :
“Tujuan manaejemen keuangan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan – keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan devisden”
Menurut pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan akan nilai perusahaan. Sehingga jika suatu saat perusahaan tersebut dijual, maka harganya dapat ditetapkan dengan harga yang setinggi mungkin. Seorang manajer harus menekan arus peredaran uang agar terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan.
2.1.2 Laporan Kauangan
2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Hery, 2013:19)
Menurut kasmir (2016:7) cetakan IX, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Menurut Kieso, et al. (2011:5), laporan keuangan (financial statement) adalah:
“Financial statement are the principal means through which company communicates its financial information to those outside it. The statement provide a companies history quantified in money therms. The financial statement most frequently provide are (1) the statement of financial position, (2) the income statement or statement of comprehensive income, (3) the statement of cash flow, (4) the statement of change in equity. Note disclosures are an integral part of each financial statement.”
Penjelasan di atas, jika diterjemahkan adalah sebagai berikut: laporan keuangan adalah sarana utama melalui sebuah perusahaan yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada orang luar. Laporan keuangan yang sering diberikan adalah (1) pernyataan laporan posisi keuangan, (2) laporan laba rugi atau laporan laba rugi komprehensif, (3) laporan arus kas, (4) laporan perubahan ekuita. Catatan pengungkapan merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis yang di dalamnya terdapat informasi yang
berkaitan tentang posisi atau keadaan keuangan perusahaan pada periode tertentu yang nantinya akan dipakai oleh pemakainya dalam hal pengambilan keputusan.
2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa laporan keuangan yang dibuat sudah pasti memiliki tujuan tertentu dan pada umumnya tujuan keseluruhan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit.
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan menurut Kasmir (2016:10) cetakan IX, yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini;
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu;
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi tenyang aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan-perusahaan dalam suatu periode;
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;
8. Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.
2.1.2.3 Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Menurut (Hery, 2016:3), dalam praktiknya laporan keuangan berdasarkan urutan proses penyajiannya adalah sebagai berikut.
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan laporan yang sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.
Laporan laba rugi ini pada akhirnya memuat informasi mengenai hasil kinerja manajemen atau hasil kegiatan operasional perusahaan, yaitu laba atau rugi bersih yang merupakan hasil dari pendapatan dan keuntungan dikurangi dengan beban dan kerugian.
2. Laporan Ekuitas Pemilik (Statement of Owner’s Equity) adalah sebuah laporan yang menyajikan ikhtisar perubahan dalam ekuitas pemilik suatu perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan ini sering dinamakan sebagai laporan perubahan modal.
3. Neraca (Balance Sheet) adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan per tanggal tertentu. Tujuan dari laporan ini tidak lain adalah untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) adalah sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas pendanaan/pembiayaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan arus kas menunjukan besarnya kenaikan/penurunan bersih kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan serta saldo kas yang dimiliki perusahaan sampai dengan akhir periode.
Laporan keuangan biasanya dilengkapi dengan catatan atas laporan keuangan (notes to the financial statement). Catatan ini merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari komponen laporan keuangan. Tujuan catatan ini adalah untuk
memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsure-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsure tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. (Hery, 2015:132)
Adapun pengertian menurut Kasmir (2016:67) cetakan IX, yaitu :
“Analisis Laporan Keuangan Perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar benar tepat pula.Kemudian hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2.1.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahapdalam Setiawan (2015:103) adalah “Untuk menambah informasi dalam suatu laporan keuangan”. Yang kegunaannya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan dan menggali informasi yang lebih luas dari laporan keuangan 2. Mengetahui dan membongkar hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan laporan keuangan, baik internal maupun eksternal.
3. Mengetahui sifat hubungan yang dapat melahirkan model dan teori yang terdapat di lapangan
4. Memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
5. Memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami suatu perusahaan 6. Memprediksi potensi yang dialami perusahaan pada masa yang akan datang 7. Melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih
kemungkinan investasi dan merger
8. Meramalkan kondisi keuangan perusahaan untuk masa yang akan datang 9. Melihat kemungkinan adanya masalah yang terjadi baik dalam manajemen,
operasi, keuangan, maupun masalah lainnya
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan laporan keuangan pada dasarnya untuk membatu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
2.1.3.3 Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Dengan menganalisis laporan keuangan akan mendapatkan sebuah gambaran mengenai keadaan suatu perusahaan. Adapun manfaat dengan digunakannya analisis rasio keuangan menurut Fahmi (2013:109) yaitu :
1. Bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
2. bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.
3. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
4. Bermanfaat bagi para kreditur digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
5. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
2.1.4 Piutang
2.1.4.1 Pengertian Piutang
Beberapa ahli mendefinisikan konsep piutang sebagai berikut:
Menurut Kieso, et al. (2012:347), menyatakan bahwa :
“Receivales are also financial assets-they are also a financial instrument. Receivable (often referred to as loans and receivables) are claims held agains customers, and other for money, goods, or service.”
Penjelasan diatas diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah piutang juga aset keuangan yang merupakan instrument keuangan. Piutang (sering disebut
pinjaman dan piutang) adalah klaim terhadap pelanggan, dan lain-lain untuk uang, barang dan jasa.
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun dalam satu periode akuntansi, yang timbul dari hasil usaha pokok perusahaan dan adanya usaha di luar kegiatan pokok perusahaan.
(Mulyawan, 2015:212)
Menurut Zaki Badriwan dalam Setia Mulyawan (2015:212) :
“Tagihan – tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: (a) tagihan – tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang;
(b) tagihan – tagihan yang yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang.”
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian piutang adalah semua tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.
2.1.4.2 Klasifikasi Piutang
Menurut Warren et al. (2014:416), piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Account receivable (Piutang usaha)
The most common transaction creating a receivable is selling merchandise or service on account (on credit).
Piutang dagang merupakan piutang yang berasal dari transaksi penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit.
2. Notes receivable (Piutang wesel)
Notes receivable are amounts that customers owe for wich a formal, written instrument of credit has been issued. If notes receivable are expected to be
collected whitin a year, they are classified on the balance sheet as a current asset.
Piutang wesel yaitu jumlah terhutang bagi pelanggan jika perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal, dicatat saat kredit telah diterbitkan. Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu satu tahun, maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
3. Other receivable (Piutang lain-lain)
Other receivable include interest receivable, taxes receivable, and receivable from officers or employees. If they expected to be collected within one year, they are classified as current assets.
Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pegawai dan piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Sedangkan Menurut Zaki Badriwan dalam Setia Mulyawan (2015:212), mengklasifikasikan piutang menjadi berikut ini:
1. Piutang usaha adalah piutang yang timbul akibat transaksi penjualan secara kredit dalam rangka kegiatan usaha perusahaan.
2. Piutang nondagang atau piutang lain – lain adalah piutang yang timbul bukan dari transaksi penjualan barang dagangan, jasa dan di luar kegiatan usaha perusahaan. Misalnya, piutang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit atas aktiva perusahaan yang sudah tidak produktif lagi.
2.1.4.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Menurut Musthafa (2017:37), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya piutang, antara lain:
1. Jumlah besar atau kecilnya penjualan kredit
Semakin besar jumlah penjualan kredit, maka semakin besar pula piutang, atau dana yang tertanam dalam piutang. Sebaliknya kalau jumlah penjualan kredit kecil, maka semakin kecil pula piutang, atau semakin kecil dana yang tertanam dalam piutang.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran kredit ini adalah untuk memberikan kepastian kepada pelanggan, kapan pelanggan harus melunasi pembayaran hutangnya, dan seberapa besar hak pelanggan kalau dapat memenuhi pembayaran lebih awal dari waktu yang ditentukan. Misalnya pembayaran penjualan kredit ditentukan 2/10 dan n/30. Artinya, batas waktu pembayaran penjualan kredit paling lama 30 hari harus sudah dilunasi, dan apabila pelanggan membayar paling lama 10 hari setelah transaksi penjualan kredit, maka pelanggan akan mendapat potongan sebesar 2%. Ketentuan pembayaran penjualan kredit diatas dapat bersifat ketat atau bersifat lunak, tergantung situasi dan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Semakin lama batas waktu pelunasan piutang, semakin lama juga dana tertanam dalam piutang.
3. Ketentuan batas jumlah kredit
Masing-masing perusahaan tentu tidak sama dalam pembatasan jumlah kredit yang diberikan, ada yang cukup lama dan ada pula yang cukup singkat. Makin lama waktu yang diberikan dalam kredit semakin lama juga dana yang tertanam dalam piutang, sebaliknya makin singkat waktu yang diberikan dalam kredit semakin singkat dana yang tertanam dalam piutang.
4. Kebijakan pengumpulan piutang
Perusahaan dalam pengumpulan piutang dapat bersifat aktif dan dapat pula bersifat pasif. Aktif artinya perusahaan selalu mengingatkan pelanggan apabila jatuh tempo hampir berakhir atau sudah sampai jatuh tempo, kemudian perusahaan akan datang ke pelanggan untuk menagih pembayarannya, sedangkan yang bersifat pasif perusahaan hanya menunggu kalau pelanggan datang untuk membayar kreditnya pada saat jatuh tempo.
Kebijakan pengumpulan piutang yang aktif, biasanya akan lebih kecil dana yang tertanam dalam piutang dibandingkan kebijakan pengumpulan piutang yang bersifat pasif.
5. Kebiasaan membayar para pelanggan
Kebiasaan pelanggan dalam melakukan pembelian dapat dilakukan dengan membayar tunai, dan ada pula yang pembayarannya dengan cara memanfaatkan syarat pembayaran kredit seperti disebutkan diatas. Tentu saja para pelanggan akan melihat syarat pembayaran kredit yang diberikan oleh perusahaan, apakah pelanggan merasa lebih ringan dengan syarat pembayaran itu.
2.1.4.4 Resiko Kerugian Piutang
Menurut Indriyo Gitosudarmo dalam Setia Mulyawan (2015:215) kebijakan penjualan kredit akan menimbulkan resiko bagi perusahaan. Oleh karena itu, biaya resiko tidak dapat ditagihnya piutang perlu dipertimbangkan. Dengan demikian resiko kerugian piutang terdiri atas :
1. resiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang. Resiko ini terjadi apabila jumlah resiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan;
2. resiko tidak dibayarkan sebagian piutang. Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan mengakibatkan kerugian apabila jumlah
piutang yang diterima kurang dari hatga pokok barang yang dijual secara kredit;
3. resiko keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana untuk biaya penagihan kepada penjamin;
4. resiko tertanamnya modal dalam piutang. Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar. Hal ini dapat pula mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
2.1.4.5 Perputaran Piutang
Menurut Kasmir (2013:176) : “Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang.”
Perputaran Piutang Perhitungan perputaran piutang adalah membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata piutang yang dimiliki. Rasio yang digunakan untuk menentukan tingkat perputaran piutang adalah (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:77)
Perputaran piutang = Total penjualan kredit x 1x Piutang rata-rata
Sedangkan menurut Hermanto dalam Setia Mulyawan (2015:215) :
“… Pada dasarnya tngkat perputaran rata – rata piutang harus dihitung berdasarkan hasil penjualan kredit. Akan tetapi, karena dalam laporan keuangan yang dipublikasikan tidak dinyatakan secara terpisah antara penjualan tunai dan kreditnya, pihak eksternal pada umumnya menggunakan data hasil penjualan secara total dengan asumsi bahwa penjualan tunai relatif kecil dan kurang berarti” oleh karena itu perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus berikut :
Perputaran piutang = Penjualan Bersih x 1x Piutang rata-rata
2.1.4.6 Rasio Yang Berhungan Dengan Piutang
a. Receivable Turn Over (Tingkat Perputaran Piutang)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang selama satu periode.
b. Avarage Collection Period (Rata – rata Pengumpulan Piutang)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur rata – rata waktu penagihan atas penjualan.
Perputaran piutang = x 1x
ACP =
2.2 Kajian Penelitian Sebelumya
Tabel 2.1
Kajian Penelitian Sebelumnya No Nama/Sumber
Peneliti
Judul Peneliti Metode Peneliti
Hasil Penelitian Perbedaan/Persamaan Penelitian 1. Satriyo
Pinandito Nirwanto Putro (2014) Sumber : http://repositor y.widyatama.a c.id/xmlui/han dle/123456789 /4025
Analisis Tingkat Perputaran Piutang PT.
Telekomunikasi Indonesia, TBK Tahun 2011- 2013
Metode
deskriptif yaitu teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan penelitian kepustakaan.
Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) dari tahun 2011 sampai
tahun 2013
mengalami
penurunan dan ini mencerminkan perputaran piutang yang kurang baik, walaupun jumlah penurunan tersebut tidak banyak. Hal tersebut bisa juga dikarenakan oleh kenaikan total piutang setiap tahunnya terus bertambah. Selain itu rata-rata
pengumpulan
piutang (Average Collection Period) PT Telekomunikasi Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2013 semakin bertambah, hai ini
Perbedaan dari Perhitungan
perputaran piutang yang peneliti tersebut analisis hanya pada tahun 2011-2013.
Sedangkan persamaannya
menggunakan metode yang sama yaitu metode deskriptif dan rasio yang sama yaitu rasio perputaran piutang dan rasio rata – rata pengumpulan piutang.
juga dipengaruhi Receivable Turn
Over yang
mengalami
penurunan. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus maka berdampak kurang baik bagi perusahaan, karena waktu merubah piutang menjadi kas kembali semakin lama yang artinya modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang semakin tinggi.
2. Sela Nur Kholifah (2014) Sumber : http://repositor y.upi.edu/1127 5/
Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap
Likuiditas (Studi pada Laporan Keuangan PT Aneka Gas Industri Periode 2008-2012)
Metode
deskriftif dan Regresi linier sederhana
Perputaran piutang PT Aneka Gas Industri mengalami perubahan yang cenderung menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 2010, hal ini disebebkan
terjadinya
peningkatan jumlah piutang. Peningkatan rata-rata piutang yang cukup tinggi terjadi pada tahun
2011 yang
disebabkan oleh adanya peningkatan
Perbedaan dari penelitian tersebut adalah menggunakan metode regresi linier sederhana untuk melihat pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas.
Sedangkan persamaannya
menggunakan rasio yang sama dan mengalami
penurunan dalam setiap tahunnya.
yang tinggi pada penjualan, yaitu adanya perubahan peningkatan harga dan meningkatnya jumlah piutang usaha. Hal ini dapat memperkecil
kesempatan
perusahaan untuk memperoleh kas dari piutangnya, karena semakin tinggi piutang maka semakin tinggi pula resiko piutang tak tertagih. Secara keseluruhan, tingkat perputaran piutang PT Aneka Gas Industri periode tahun 2008-2012 berada dalam kondisi kurang baik.
3 Delyana Afriliani (2014) Sumber : http://repositor y.ekuitas.ac.id/
handle/123456 789/77
Analisis Piutang pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Bandung
Metode Deskriptif, yaitu teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan kepustakaan.
Perputaran piutang yang terjadi pada periode 2008-2010 mengalami
peningkatan
sehingga perputaran piutang tersebut dapat disimpulkan cukup efisien dan berjalan baik pada PT. PLN (Persero) Area Layanan dan
Perbedaan dari Perhitungan
perputaran piutang yang peneliti tersebut analisis mengalami peningkatan pada setiap tahunnya dan hanya melakukan analisis pada PLN area Bandung.
Sedangkan persamaannya
Jaringan Bandung.
Setiap tahunnya semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepet modal kembali dan semakin efisien modal yang digunakan.
menggunakan metode yang sama yaitu metode deskriptif dan rasio yang sama yaitu rasio perputaran piutang dan rasio rata – rata pengumpulan piutang.
4 Utami Fiqih Sulaiman (2015)
Sumber : http://repositor y.widyatama.a c.id/xmlui/han dle/123456789 /6681
Pengaruh Perputaran Piutang Terdahap Profitabilitas (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri
Dasar dan
Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010- 2013)
Metode
deskriftif dan Regresi linier sederhana
Hasil penelitian dan pembahasan
menunjukan bahwa perputaran piutang memiliki korelasi yang tergolong rendah terhadap profitabilitas.
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran piutang terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perbedaan dari penelitian tersebut adalah menggunakan metode regresi linier sederhana untuk melihat pengaruh perputaran piutang terhadap profabilitas
yang sangat
signifikan.
Sedangkan
persamaan terletak pada penggunakan rasio perhitungan yang sama untuk perputaran piutang dan rata – rata pengumpulan
piutang.
5 Anggita Siti Nur Marfuah (2016)
Sumber : http://repositor
Pengaruh
Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan
Metode
deskriftif dan Regresi linier sederhana
Perputaran piutang berpengaruh
terhadap ROA pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi
Perbedaan pada penelitian ini adalah menggunakan metode regresi linier sederhana dan melihat pengaruh
y.widyatama.a c.id/xmlui/han dle/123456789 /7461
Terhadap ROA (Return on Assets) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2011-2014)
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2014.
Menurunnya ROA pada perusahaan Martina Berto Tbk
(MBTO) dan
perusahaan
consumer goods industry lainnya salah satunya diindikasikan oleh menurunnya tingkat perputaran piutang.
perputaran piutang
pada ROA.
Sedangkan
persamaannya antara lain mengalami penerunan perputaran
piutang dan
menggunakan rasio yang sama untuk mengukur perputaran piutang.
2.3 Kerangka Pemikiran
Perusahaan Listrik Negara atau PT. PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. PLN menyediakan dan mendistribusikan tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik yang bertenaga air, diesel, uap, tenaga angin maupun tenaga surya. Untuk menjalankan usahanya perusahaan membutuhkan bahan bakar minyak, batu bara, gas dan panas bumi. Listrik yang dihasilkan kemudian dikonsumsi oleh industri, komersial, pemukiman dan sarana publik.
PT. PLN (Persero) memiliki tujuan untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam ranga menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas. Bila dilihat dari penjelasan tersebut maka tujuan dari perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang optimal.
Laba yang optimal dapat tercermin dari kondisi keuangan perusahaan yang tertuang dalam laporan keuangan tahunan. Menurut kasmir (2016:7) cetakan IX, :
“laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.”
Aktivitas – aktivitas perusahaan dapat terlihat dalam laporan keuangan termasuk akitivitas perusahaan dalam meningkatkan labanya.
Salah satu cara untuk terus meningkatkan laba perusahaan adalah dengan menaikan volume penjualan baik secara tunai maupun kredit. Bila penjulan dilakukan secara tunai maka asset perusahaan akan lansung bertambah pada sisi kas, sedangkan bila penjualan dilakukan secara kredit maka akan menimbuklan piutang pada perusahaan.
Pengertian piutang menurut Kasmir (2013:176) :
“Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang.”
Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan akan tenaga listrik PT PLN (Persero) memenuhinya dengan cara tunai (prabayar) dan pembayaran setelah adanya pemakaian listrik (pascabayar), penjualan pascabayar tersebut akan menimbulkan adanya piutang kepada perusahaan.
Bagi perusahaan piutang merupakan suatu unsur yang sangat penting karena dengan mengularkannya kebijakan piutang akan meningkatkan volume penjualan perusahaan tetapi juga memiliki resiko yang cukup besar, dengan demikian pengelolaan piutang harus dijalankan dengan baik. Baik tidaknya suatu pengelolaan piutang dalam perusahaan dapat terlihat dari perputaran piutang yang mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu periode. Perputaran piutang ini bisa diukur melalui rasio perputran piutang.
“Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode.”
(Kasmir, 2013:176). Pengelolaan yang baik akan berpengaruh terhadap keundungan yang didapat perushaan, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan itu sendiri.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran