• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH PENGEMBANGAN SUBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BPJS KETENAGAKERJAAN DI MAKASSAR IRAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH PENGEMBANGAN SUBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BPJS KETENAGAKERJAAN DI MAKASSAR IRAWATI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

DI MAKASSAR

IRAWATI 10572 03236 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(2)
(3)
(4)

viii

Terkadang,

kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulusebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu . . . .

“Sesungguhnya SeteLah keSulitan, akan aDa keMudahan”

(QS Al-Insyiroh: 6)

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan

“YAKIN,IKHLAS, ISTIQOMAH “

Karya ini kupersembahkan untuk orang tuaku tercinta yang

tak henti-henti memberikan dukungan moril dan materil dan

atas segala pengorbanan, jerih payah dan doa restunya demi

keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Untuk saudara-

saudaraku tercinta dan sahabat-sahabatku tersayang serta

orang-orang yang menyayangiku. Tak ada yang lebih

membahagiakan kecuali melihat senyum dan tawa kalian.

(5)

ix

Dibimbing oleh dr. H. Mahmud nuhung, SE, MA dan Faidul Adziem, SE, M.SI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan serta untuk menganalisis variabel dominan yang mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan pada BPJS KETENAGAKERJAAN. Untuk mengaplikasikan tujuan tersebut maka digunakan metode analisis statistik deskriptif, analisis regresi berganda, uji validitas dan uji reliabilitas serta pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis koefisien regresi mengenai pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari : pendidikan dan pelatihan maka diperoleh hasil bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada BPJS KETENAGAKERJAAN. Hal ini berarti bahwa pendidikan yang dimiliki oleh setiap karyawan serta pelatihan yang diikuti oleh setiap karyawan ternyata mampu meningkatkan kinerja karyawan.

Selain itu maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengembangan sumber daya manusia yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada BPJS KETENAGAKERJAAN adalah pelatihan, hal ini disebabkan karena memiliki nilai koefisien regresi 0,081 yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel pendidikan yakni sebesar 0,017.

Kata kunci : pendidikan, pelatihan dan kinerja karyawan

(6)

x

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTA... 4

A. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia... 4

B. Jenis Pengembangan ... 6

C. Metode Pengembangan ... 8

D. Tujuan dan Fungsi Pengembangan ... 9

E. Pengertian Pendidikan... 10

(7)

xi

I. Pengertian Kinerja Karyawan ... 17

J. Pengertian Penilaan Kinerja... 19

K. Pengertian Manajemen Kinerja... 19

L. Faktor-faktor Mempengaruhi Kinerja... 20

M. Kerangka Pikir ... 21

N. Hipotesis... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Lokasi dan waktu penelitian... 24

B. Metode Pengumpulan data ... 25

C. Jenis dan sumber data ... 25

D. Populasi dan Sampel... 26

E. Metode analisis ... 26

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 28

A. Sejarah Singkat Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan ... 28

B. Visi dan Misi Perusahaan ... 31

C. Struktur Organisasi dan job Deskription ... 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Identitas Responden ... 39

B. Deskripsi hasil Penelitian Mengenai variabel pendidikan, Terhadap Kinerja Karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan ... 43

(8)

xii

D. Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Kinerja

Karyawan ... 53

E. Uji Model... 55

1. Uji Simultan (uji F) ... 55

2. Uji Persia (uji T)... 51

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB VI PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN... 62 LAMPIRAN

(9)

xiii

Tabel 2. Deskripsi Responden berdasakan Jenis Kelamin... 41

Tabel 3. Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan ... 41

Tabel 4. Deskripsi Responden berdasarkan Lama Kerja ... 42

Tabel 5. Deskripsi Jawban Responden Mengenai Pndidikan ... 44

Tabel 6. Deskripsi jawaban Responden Mengenenai Pelatihan ... 46

Tabel 7. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Karyawan ... 48

Tabel 8. Hasil Uji Validitas dengan Corrected Item Total Correlation ... 50

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pepelitian ... 52

Tabel 10. Hasil Olahan Data Regresi atas Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan dengan SPSS 16 ... 45

Tabel 11 Hasil Analisis Determinasi ... 55

Tabel 12 Uji Simultan (F) ... 56

Tabel 13 Uji Parsial (T) ... 57

(10)

xiv

Halaman

Gambar I Kerangka Pikir ... 23

Gambar II struktur organisasi pada BPJS KETENAGAKERJAAN ... 40

(11)

v Assalamua’ Alaikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan judul “Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan pada BPJS KETENAGAKERJAN. Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam meyelesaikan StudiUniversitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun skripsi ini, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya kekurangan dalam penulisan ini. Oleh aebab itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan untu lebih menyempurnakan skripsi ini dan selanjutnya bermanfaat bagi BPJS KETENAGAKERJAAN dan juga para pembaca.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimah kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah diberikan member semangat tersendiri untuk menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimah kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas muhammadiyah Makassar, atas segala kebijakan yang telah diterapkan guna menujang keberhasilan penulis

2. Moh. Aris Pasigai, SE, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Muhammadiyah Makassar

(12)

vi

4. Seluruh staf dan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bantuan yang tak ternilai dalam menyelesaian studi penulis.

5. Bapak dan Ibu di BPJS Ketenagakerjaaan Arif Budiarto dan Rekan, yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang disebarkan penulis.

6. Ayaanda Baharuddi, Ibu Jasni terimah ksih atas segala doa dan dukungan serta bantuan moril dan material selama penulis menempuh perkuliahan.

7. Buat Qomaria Nurleli dan Sahabatku (Kartini, Maryam, Rosnani, Resti asyia dan Hardianti) terima kasih atas bantuan, kebersamaan serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Kepada kakaq dan adek-adekku Idawati, Irnawati dan Indrawati yang memberikan Doa, dukungan dan motivasi Rekan-rekan kelas Manajemen 6 dan -sahabat-sahabat sefakultas ekonomi yang selalu belajar bersama-sama yang tidak sedikit memberi saran dan masuka Buat special Misran S.Pd yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doanya

9. Semua pihak yang tidak bias penulis sebutkan atu-persatu yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

(13)

vii

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tabahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas bagi pembaca

Wabillahi taufiq walhidayah Wassalamu alaikum Wr. Wb

Makassar, November 2015

Penulis

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah sumber daya manusia merupakan bagian yang terpenting bagi setiap organisasi untuk bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap organisasi. Walaupun didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya yang lainnya, tetapi tidak didukung oleh sumber daya manusia yang andal, maka kegiatan organisasi tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini didukung dari pendapat Suwatno (2011 : 16) bahwa SDM selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap organisasi, karena SDM merupakan perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Oleh karena itulah setiap organisasi dituntut untuk menggunakan SDM yang profesional di bidang pekerjaan yang ditangani.

Organisasi atau perusahaan adalah sarana kegiatan orang-orang dalam usaha mencapai tujuan bersama. Dalam wadah kegiatan ini, setiap orang atau karyawan harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing yang sesuai dengan jabatannya. Pengembangan sumber daya manusia mengandung tugas untuk mendayagunakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu lembaga secara optimal, sehingga menurut Kaswan (2011 : 2) bahwa pengembangan SDM merupakan fungsi yang dapat berdiri sendiri atau bisa merupakan salah satu fungsi utama dari departemen SDM.

Menurut Sutrisno (2009 : 67) berpendapat bahwa pengembangan

1

(15)

sumber daya manusia dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa apabila suatu perusahaan ingin tumbuh dan berkembang maka perlu melakukan investasi sumber daya manusia yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan mental spiritual, sepanjang ditinjau dari segi pengembangan sumber daya manusia.

Pelatihan adalah merupakan proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana setiap pegawai mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu. Pelatihan merupakan sarana ampuh untuk mengatasi bisnis masa depan yang penuh dengan tantangan dan mengalami perubahan yang sedemikian cepat.

Pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan oleh perusahaan, dimana dalam penelitian ini ditentukan pada BPJS Ketenagakerjaan, yakni sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Asuransi Sosial Ketenagakerjaan , maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja karyawan, dimana dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kinerja karyawan masih rendah, oleh karena itu perlunya dilakukan pengembangan karyawan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).

Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “ Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan.”

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitin ini yaitu

“Apakah pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh kinerja karyawan pada kantor BPJS Ketenagakerjaan”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah “Untuk menganalisa pengaruh pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan pada kantor BPJS Ketenagakerjaan”.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat :

1. Bagi Pihak perusahaan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan, agar dapat ditentukan kebijakan yang tepat dalam pemberdayaan sumber daya manusia.

2. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia serta menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah terhadap praktek yang sebenarnya terjadi di lapangan.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan acuan atau rujukan terhadap penelitian yang relevan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia

Efisiensi suatu organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan anggota organisasi itu sendiri. Di dalam perusahaan yang bertujuan mencari untung, tujuan ini dapat dicapai dengan baik kalau karyawan-karyawannya dilatih secara sempurna. Latihan-latihan yang baik diperlukan setiap saat baik bagi karyawan-karyawan baru maupun karyawan- karyawan yang telah lama berada dalam perusahaan. Karyawan-karyawan baru yang setiap kali ditarik oleh perusahaan, membutuhkan latihan-latihan sebelum mereka dapat menjalankan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya.

Sedangkan bagi karyawan-karyawan lama, mereka membutuhkan latihan- latihan karena adanya tuntutan dari tugas-tugasnya yang sekarang, ataupun dipromosikan pada jabatan yang lain.

Pengembangan sumber daya manusia jangka panjang sebagai pembeda dari kegiatan pelatihan untuk pekerjaan tertentu telah menjadi perhatian dari pengembangan sumber daya manusia. Melalui kegiatan pengembangan karyawan yang ada, pengembangan sumber daya manusia berusaha mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap pengangkatan karyawan baru. Jika karyawan dikembangkan secara tepat, lowongan formasi, melalui kegiatan perencanaan sumber daya manusia, akan dapat diisi secara internal.

Promosi dan transfer juga memperlihatkan kepada karyawan bahwa mereka mempunyai suatu karier, tidak sekedar kerja. Pengusaha dapat memperoleh

4

(18)

keuntungan atas meningkatnya kontinuitas operasi dan juga makin besarnya komitmen para karyawan terhadap perusahaan.

Pengembangan (development) menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009 : 220) adalah suatu investasi yang berorientasi ke masa depan dalam diri pegawai.

Perngembangan didasarkan pada kenyataan bahwa seorang pegawai akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, kehalian dan kemampuan yang berkembang supaya bekerja dengan baik dan suksesi posisi yang ditemui selama karirnya.

Rachmawati (2008 : 110) mengemukakan bahwa pengembangan adalah didasarkan pada fakta bahwa karyawan akan membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang berkembang untuk bekerja dengan lebih baik dalam suksesi yang ada dalam rekrutmen.

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persiapan jenjang karier karyawan inilah yang dimaksudkan sebagai pengembangan karyawan. Program pelatihan dan pengembangan tidak hanya bisa dilakukan oleh departemen sumber daya manusia di dalam organisasi sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh lembaga atau konsultan lain yang memang disewa oleh rekrutmen untuk membantu program ini.

Pengembangan sumber daya manusia juga merupakan cara yang efektif untuk menghadapi beberapa tantangan, termasuk keusangan atau ketertinggalan karyawan, diversifikasi tenaga kerja domestik dan

(19)

internasional. Dengan dapat teratasinya tantangan-tantangan (affirmative action) dan turnover karyawan, pengembangan sumber daya manusia dapat menjaga atau mempertahankan tenaga kerja yang efektif.

B. Jenis Pengembangan

Pengembangan karyawan (pendidikan dan latihan) perlu dilakukan setiap perusahaan karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karyawan, dan masyarakat konsumen. Supaya pengembangan ini mencapai hasil yang baik dengan biaya relatif kecil hendaknya terlebih dahulu ditetapkan program pengembangan.

Dalam program pengembangan harus dituangkan sasaran, kebijak- sanaan prosedur, anggaran, peserta, kurikulum, dan waktu pelaksanaannya.

Program pengembangan harus berprinsipkan pada peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja masing-masing karyawan pada jabatannya. Program pengembangan suatu perusahaan hendaknya diinformasikan secara terbuka kepada semua karyawan atau anggota supaya mereka mempersiapkan dirinya masing-masing.

Hasibuan (2008 : 72) jenis pengembangan dikelompokkan atas dua jenis yaitu : 1. Pengembangan secara informal, 2. Pengembangan secara formal. Untuk lebih jelasnya kedua jenis pengembangan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengembangan secara Informal

Pengembangan secara informal yaitu karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-

(20)

buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya.

Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena produktivitas kerja karyawan semakin besar, di samping efisiensi dan produktivitasnya juga semakin baik.

2. Pengembangan secara Formal

Pengembangan secara formal yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan. Pengembangan secara formal dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, yang sifatnya nonkarier atau peningkatan karier seorang karyawan.

Pelatihan dan pengembangan (training and development) memang memerlukan biaya yang cukup besar, namun investasi dibidang manusia tersebut (human investment) akhirnya akan menyumbangkan produktivitas yang sangat tinggi bagi organisasi atau perusahaan. Untuk itu organisasi atau perusahaan tentunya akan memetik laba yang berlipat ganda di waktu yang akan datang.

Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa depan.

Pengembangan harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis,

(21)

teoritis, konseptual, dan moral karyawan supaya produktivitas kerjanya baik dan mencapaihasil yang optimal.

C. Metode Pengembangan

Pelaksanaan pengembangan harus didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapakan sebelumnya oleh perusahaan, maupun oleh konsultan perusahaan. Program pengembangan ini ditetapkan oleh penanggungjawab pengembangan yang ada dalam perusahaan, yaitu manajer sumber daya manusia dengan tim atau divisi pengembangan sumber daya manusia di antaranya ialah metode pendidiakan (education) dan metode pelatihan (training). Pendidikan dan pelatihan sering dipandang sebagai salah satu bentuk investasi perusahaan di bidang pengembangan sumber daya manusia.

Oleh karena itu, setiap perusahaan atau organisasi yang ingin berkembang selalu memperhatikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan. Pendidikan diberikan kepada karyawan manajerial, sedangkan pelatihan diberikan untuk karyawan operasional.

1. Metode Pendidikan (Education Method)

Apabila proses pendidikan dan pelatihan dilihat kembali, maka terlihat bahwa hasil akhir proses tersebut adanya-adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan. Ini berarti bahwa pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah tingkah laku karyawan. Tingkah laku baru (hasil perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan. Pada dasarnya, tujuan pendidikan ialah deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan sebagainya yang diharapkan akan memiliki sasaran

(22)

pendidikan pada periode tertentu.

2. Metode Pelatihan (Training Method)

Metode pelatihan harus berdasarkan pada kebutuhan pekerjaan dan tergantung pada berbagai faktor, diantaranya waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta, dan sebagainya.

Pelatihan menjadi tanggungjawab yang penting daripada manajemen.

Ruang lingkup pendidikan lebih kecil dari pada pendidikan. Pelatihan pada dasarnya dipandang sebagai penerapan kecakapan dan keterampilan pekerjaan, oleh karenanya pelatihan terfokus pada mempelajari bagaimana melaksanakan tugas-tugas khusus. Oleh sebab itu, pelatihan merupakan suatu fungsi yang terus-menerus dilakukan, sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang diembangkan karyawan. Apabila seorang karyawan sering dirotasi, maka pelatihan bagi karyawan tersebut menjadi penting untuk selalu dilakukan.

D. Tujuan dan Fungsi Pengembangan

Setiap organisasi apapun bentuknya senantiasa akan berupaya dapat tercapainya tujuan organisasi yang bersangkutan dengan efktif dan efisien.

Efisiensi maupun efektivitas organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan sumber daya manusia/anggota organisasi itu sendiri. Ini berarti bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut secara proporsional harus diberikan latihan dan pendidian yang sebaik-baiknya, bahkan harus sesempurna mungkin.

Dari uraian di atas jelas, bahwa tujuan organisasi/perusahaan akan

(23)

dapat tercapai dengan baik apabila karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan efisien. Sehingga untuk itu usaha pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi/perusahaan yang bersangkutan sangat perlu.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulam, bahwa tujuan pengembangan sumber daya manusia termaksud adalah untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja mereka dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program- program kerja yang telah ditetapkan.

E. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berhubungan dengan menambah pengetahuan umum dan pengertian tentang seluruh lingkungan kerja. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir dari seorang tenaga kerja.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dikatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berhalaq mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif,

(24)

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggunjawab.

Flippo dalam Hasibuan (2008 : 68) mengemukakan bahwa pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh.

Simamora (2006 : 274) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu perluasan individu sehingga dia dapat dipersiapkan untuk menilai berbagai situasi dan memilih respon yang paling tepat.

Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwa seseorang/pegawai memperoleh pendidikan maka dalam dirinya telah terjadi proses perubahan dan pembudayaan yang akan meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Perubahan ini akan meningkatkan kualitasnya sebagai sumber daya manusia dan sekaligus akan menambah pengetahuan dan kemampuannya memperbaiki mutu hidupnya dan kesejahteraan. Selain itu pendidikan tersebut tidak hanya untuk mengembangkan pribadinya tetapi bersifat lebih luas lagi yaitu untuk mengembangkan masyarakat dan bangsa.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002 : 200) mengemukakan bahwa pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan.

Pendidikan yang harus diselenggarakan manajemen tenaga kerja selain dimaksudkan untuk mengurangi problema sebagaimana yang telah

(25)

dikemukakan di atas, juga dimaksudkan untuk memperoleh nilai tambah tenaga kerja yang bersangkutan, terutama yang berhubungan dengan meningkatnya dan berkembangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan tenaga kerja yang bersangkutan. Dengan demikian tujuan daripada manajemen tenaga kerja yang telah ditetapkan, yaitu menciptakan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil guna yang sebesar-besarnya dapat terwujud.

F. Jenis-Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan yang disesuaikan dengan perusahaan khusus bergantung kepada beberapa faktor, seperti kecakapan yang diperlukan dalam jabatan/pekerjaan yang harus diisi dan masalah yang diharapkan dapat diperoleh jalan pemecahannya pada perusahaan. Meskipun betapa pentingnya program pendidikan dan pelatihan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan khusus manajemen ketenagakerjaan atau bagian pendidikan dan pelatihan, harus juga memahami keseluruhan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan dalam perusahaan dan lembaga lain. Dengan demikian, ia dapat diberi saran-saran tentang program yang paling baik, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaannya.

Menurut sifatnya, pendidikan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti yang dikemukakan Sastrohadiwiryo (2002 : 200), yaitu pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pelatihan keahlian, dan pelatihan kejuruan.

1. Pendidikan Umum

Pendidikan umum yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dalam

(26)

dan di luar sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dengan tujuan mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh pengetahuan umum.

2. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan yaitu pendidikan umum yang direncanakan untuk mempersiapkan para peserta pendidikan mampu malaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang kejuruannya.

3. Pelatihan Keahlian

Pelatihan keahlian yaitu bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, termasuk di dalamnya pelatihan ketatalaksanaan.

4. Pelatihan Kejuruan

Pelatihan kejuruan yaitu bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang ada pada umumnya bertaraf lebih rendah daripada pelatihan keahlian. Menurut sasaran, pendidikan dan pelatihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelatihan prajabatan dan pelatihan dalam jabatan.

G. Pengertian Pelatihan

Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan dengan cara menambah

(27)

pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap. Karyawan merupakan kekayaan organisasi yang paling berharga, karena dengan segala potensi yang dimilikinya, karyawan dapat terus dilatih dan dikembangkan, sehingga dapat lebih berdaya guna, prestasinya menjadi semakin optimal untuk mencapai tujuan organisasi.

Adanya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi, menyebabkan perlunya organisasi menjembatani kesenjangan tersebut, salah satu caranya adalah melalui pelatihan. Dengan demikian diharapkan seluruh potensi yang dimiliki karyawan, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat ditingkatkan, akhirnya kesenjangan berkurang atau tidak terjadi lagi kesenjangan.

Menurut Rachmawati (2008 : 110) mengemukakan bahwa pelatihan merupakan : ”Wadah lingkungan bagi karyawan, di mana mereka memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.”

McKenna Eugene dan Nic Beech (2000 : 199) yang diterjemahkan Oleh Totok Budi Santoso mengemukakan bahwa : ”Pelatihan adalah proses yang tidak ternilai ketika organisasi ingin memperkenalkan metode-metode kerja yang fleksibel dan ingin menciptakan sikap-sikap karyawan sesuai untuk menghadapi perubahan.”

Nawawi (2006 : 208) mengemukakan bahwa pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksakan pekerjaan secara individual, kelompok dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam

(28)

organisasi/perusahaan. Pengertian lain mengatakan pelatihan adalah proses melengkapi para pekerja dengan keterampilan khusus atau kegiatan membantu para pekerja dalam memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien.

Pelatihan bukan kegiatan manajemen sumberdaya manusia dalam rangkaian penerimaan tenaga kerja. Namun dari pengertian terakhir mengenai pelatihan seperti disebutkan di atas, yang mengatakan sebagai proses melengkapi para pekerja dengan keterampilan khusus, maka terdapat keterkaitannya secara langsung dengan kegiatan rekrutmen, seleksi dan orientasi. Keterkaitan itu terletak pada kemungkinan terjadinya kesulitan mendapatkan tenaga kerja baru yang memenuhi tuntutan persyaratan pekerjaan/jabatan, seperti terdapat di dalam deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan/jabatan, maka diterima sejumlah tenaga kerja yang sebelum memulai pekerjaannya dalam rangka penempatan, perlu diberikan pelatihan lebih dahulu.

H. Jenis-jenis Pelatihan

Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan di dalam organisasi menurut Simamora (2006 : 278) adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan Keahlian

Pelatihan keahlian (skills training) merupakan pelatihan yang sering dijumpai di dalam organisasi. Program pelatihannya relatif sederhana, kebutuhan atau kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada

(29)

sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.

2. Pelatihan Ulang

Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahlian.

Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian- keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Umpamanya, karyawan-karyawan yang selama ini memakai mesin produksi konvensional mungkin harus dilatih ulang untuk memakai mesin produksi yang terkomputerisasi.

3. Pelatihan Lintas Fungsional

Pada dasarnya, organisasi telah mengembangkan fungsi kerja yang terspesialisasi dan deskripsi pekerjaan yang rinci. Sungguhpun demikian, dewasa ini organisasi lebih menekankan multi keahlian ketimbang spesialisasi. Pelatihan karyawan dalam bermacam-macam fungsi menjadi semakin populer. Pelatihan lintas fungsional (cross functional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dari pekerjaan yang ditugaskan.

4. Pelatihan Tim

Dewasa ini terdapat tekanan yang menguat terhadap kinerja tim.

Tim manajemen, tim riset, dan satuan tugas temporer merupakan karakteristik yang lazim di banyak organisasi. Tim adalah sekelompok individu yang bekerja sama demi tujuan bersama.

5. Pelatihan Kreativitas

Pelatihan kreativitas (creativity training) berlandaskan pada asumsi bahwa

(30)

kreativitas dapat dipelajari. Ada beberapa cara untuk mengajarkan kreativitas, yang semuanya berusaha membantu orang-orang dalam memecahkan masalah dengan kiat baru. Salah satu ancangan yang lazim diterapkan adalah brainstorming, dimana para partisipan diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin. Setelah gagasan dianggap cukup banyak, para partisipan diminta memberikan penilaian rasional dari segi biaya dan kelaikan. Kreativitas biasanya dianggap mempunyai dua tahap: imajinatif dan praktis. Teknik brainstorming yang diikuti oleh pertimbangan rasional dari opsi-opsi yang dihasilkannya memenuhi kedua tahap tersebut.

I. Pengertian Kinerja Karyawan

Perusahaan dapat berkembang merupakan keinginan setiap individu yang berada di dalam instansi tersebut, sehingga diharapkan dengan perkembangan tersebut instansi mampu bersaing dan mengikuti kemajuan zaman. Karena itu, tujuan yang diharapkan oleh instansi dapat tercapai dengan baik. Kemajuan instansi dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang bersifat internal dan eksternal. Sejauh mana tujuan instansi telah tercapai dapat dilihat dari seberapa besar instansi memenuhi tuntutan lingkungannya. Memenuhi tuntutan lingkungan berarti dapat memanfaatkan kesempatan atau mengatasi tantangan lingkungan atau ancaman dari lingkungan dalam rangka menghadapi atau memenuhi tuntutan dan perubahan-perubahan di lingkungan instansi.

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

(31)

Performance (prestasi kerja dan prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut Supriyanto (2010 : 280) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat melakukan usaha-usaha dari sumbernya yang berkualitas. Usaha ini dapat berupa pengembangan, perbaikan sistem kerja, sebagai kelanjutan penilaian terhadap prestasi kerja karyawan yang telah dicapainya dengan kemampuan yang telah dimilikinya pada kondisi tertentu. Dengan demikian kinerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan, dan persepsi tugas yang telah dibebankan.

Adapun faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensial (IQ) dan kemampuan realitiy (skill). Artinya pegawai yang mempunyai IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, tenaga kerja perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Sedangkan motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Di samping itu sikap mental juga mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai kinerja secara maksimal.

Mangkunegara (2005 : 9) bahwa kinerja pegawai (prestasi) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab

(32)

yang diberikan kepadanya.

Oleh kerena itu dismipulkan bahwa kinerja sumberdaya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja (ouput) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumberdaya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Selanjutnya pengertian kinerja dikemukakan oleh Simanjuntak (2005 : 1) mengemukakan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.

J. Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan proses subjektif yang menyangkut penilaian manusia. Dengan demikian, penilaian kinerja sangat mungkin keliru dan sangat mudah dipengaruhi oleh sumber yang tidak aktual. Tidak sedikit sumber tersebut mempengaruhi proses penilaian, sehingga harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan wajar. Penilaian kinerja dianggap memenuhi sasaran apabila memiliki dampak yang baik pada tenaga kerja yang baru dinilai kinerja/keragaannya.

K. Pengertian Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja memberikan manfaat bukan hanya bagi organisasi, tetapi juga manajer, dan individu. Manfaat manajemen kinerja bagi organisasi antara lain adalah dalam menyesuaikan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja, memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan

(33)

pengembangan, meningkatkan dasar keterampilan, mengusahakan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier, membantu menahan pekerja terampil untuk tidak pindah, mendukung inisiatif kualitas total dan pelayanan pelanggan dan mendukung program perubahan budaya.

Manajemen kinerja adalah suatu pendekatan stratejik dan terintegrasi untuk menghasilkan keberhasilan yang berkelanjutan bagi bekerja di dalam organisasi dan dengan mengembangkan kapabilitas tim dan individu pemberi kontribusi. Manajemen kinerja adalah stratejik, dalam arti mengenai isu yang lebih luas yang dihadapi perusahaan agar dapat berfungsi secara efektif dalam lingkungan, dan dengan arah secara umum bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang.

L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Adapun faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensial (IQ) dan kemampuan realitiy (skill). Artinya tenaga kerja yang mempunyai IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, tenaga kerja perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Sedangkan motivasi terbentuk dari sikap seorang tenaga kerja dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri tenaga kerja yang terarah untuk mencapai tujuan kerja

(34)

organisasi. Di samping itu sikap mental juga mendorong diri tenaga kerja untuk berusaha mencapai kinerja secara maksimal.

Menurut Mathis (2006 : 113) faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu kemampuan karyawan untuk pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi yang diterimanya. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun, aktivitas manajemen sumber daya manusia harus dikembangkan, dievaluasi, dan diubah apabila perlu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di tempat kerja. Faktor – faktor yang mempengaruhi karyawan dalam bekerja, yaitu kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi.

Kinerja karyawan berkurang apabila salah satu faktor ini berkurang atau tidak ada. Sebagai contoh beberapa karyawan memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan bekerja keras, tetapi organisasi memberikan peralatan yang kuno. Masalah kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada karyawan. Kinerja meliputi kualitas output serta kesadaran dalam bekerja.

M. Kerangka Konseptual

Pada BPJS Ketenagakerjaan adalah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sosial ketenagakerjaan di mana untuk menunjang hasilan perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawannya maka perlu dilakukan pengembangan sumber daya manusia. Menurut Sastradipoera (2002

(35)

: 51) bahwa pengembangan sumber daya manusia yang sering dilakukan adalah melalui pendidikan dan pelatihan Pendidikan mengacu pada peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman lingkungan keseluruhan, sedangkan pelatihan dilakukan dengan tujuan untuk menambah keterampilan dalam melaksanakan tugas yang spesifik.

Pendidikan dilakukan untuk proses pengembangan jangka panjang yang mencakup pengajaran dan praktek sistematik yang menekankan pada konsep-konsep teoritis dan abstrak, sedangkan pelatihan adalah salah satu proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

Penyelenggaran pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan pada perusahaan. Untuk lebih jelasnya, maka kerangka konseptual dapat dilihat pada bagan berikut ini :

(36)

Pendidikan (X.1)

N

p

SKEMA KERANGKA BERFIKIR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

N. Hipotesis

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan terdahulu, maka dapat dikemukakan hipotesis yaitu pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan

Sumber Daya Manusia

Pelatihan (X.1)

Kinerja Karyawan

(Y)

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Daerah dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian, Maka penulis mengadakan penelitian pada BPJS Ketenagakerjaan Makassar yang beralamat di Jl.

Bawakaraeng No. 22 Makassar , Adapun waktu yang dimanfaatkan untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan sejumlah data yang diperlukan adalah kurang lebih dua bulan lamanya.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan : 1. Observasi

Observasi merupakan metode penelitian dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab secara langsung kepada pimpinan perusahaan dan staf karyawan yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan panduan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup.

4. Metode Kepustakaan (Library Research)

Metode kepustakaan adalah mengumpulkan data dengan membaca buku-

24

(38)

buku yang relevan untuk membantu di dalam menyelesaikan dan juga untuk melengkapi data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif yaitu data yang digunakan melalui keterangan- keterangan secara tertulis seperti : sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi dan pembagian tugasnya.

b. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh berupa angka-angka seperti data dari kuesioner.

2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Data primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari aspek pengembangan sumber daya manusia dan kinerja perusahaan pada BPJS Ketenagakerjaan.

b. Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data dokumen administratif yang diperoleh pada bagian kepegawaian, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan di Makassar dengan jumlah karyawan sebanyak 20 orang karyawan. Sedangkan teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode sensus, yakni penentuan sampel dengan mengambil sebagian jumlah

(39)

populasi yang ada, sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan sebanyak 19 orang karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan .

E. Metode Analisis

Setelah data dikumpulkan dan diolah, proses selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap hipotesis atau jawaban sementara dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Statistik deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan.

2. Statistik inferensial adalah bertujuan untuk menguji sejauh mana pengaruh variabel pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008 : 75) :

Y = bo + b1X1+ b2X2+ e dimana :

Y = Kinerja karyawan bo = Konstanta

X1= Pendidikan X2= Pelatihan 3. Pengujian hipotesis

Pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik, sebagai berikut :

a. Uji serempak ( Uji F) untuk pengujian hipotesis pertama

(40)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat.

b. Uji Parsial (Uji t) untuk pengujian hipotesis kedua

Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat apakah bermakna atau tidak.

4. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu).

Koefisien determinasi nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

(41)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. BPJS KETENAGAKERJAAN

1. Nama dan Sejarah Singkat Perusahaan/Lembaga

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkanfunded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 sampai UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada

28

(42)

tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu peru Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang- undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

(43)

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.

Kini dengan system penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

(44)

B. Visi dan Misi Organisasi 1. Visi

Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalan Operasional dan Pelayanan.

2. Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

a. Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga

b. Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

c. Negara: Berperan serta dalam pembangunan

(45)

C. Struktur Organisasi dan Job Description 1. Struktur Organisasi

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN NOMOR:KEP/158/052014

TENTANG NAMA JABATAN

Kantor Wilayah Arif Budiarto

Sekretaris Kantor Wilayah Windy Jeanet Diona

Winerungan

Keuangan Dan Teknologi Informasi

Slamet Udin Pemasaran

Hafid Hasyim Pelayanan

Usman Rappe Umum Dan SDM

Januar Hermawan Senior Analis

Anthonius Paluruan Manajemen

Mutu Dan Resiko Rustaman djuri

Penata Utama Manajemen

Pemasaran Ferwina Sari

Darwis

Penata Utama Manajemen

Pelayanan Restuti

Penata Madya Manajemen

Pelayanan Dedy syahfutra

Penata Madya Umum

Syafril

Penata Madya AmiruddinUmum

Penata Madya Asyhari ArifSDM

Penata Madya Keuangan Muh. Syafri

Penata Madya Keuangan Mei Tria Saraswati

Penata Madya TI Muhammad Afwanul

Hakim

Penata Utama Manajemen Gratia CandinceMutu

Melissa T

Penata Utama Manajemen

Resiko Nirmala Santy

(46)

2. Diskripsi Pekerjaan

Berikut ini adalah Job description dari BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah Makassrr :

a. Kepala kantor wilayah adalah mengkordinasi, mengarahkan mengevaluasi dan mengendalikan operasional, menetapkan kebijakan pemeriksaan saksi administrasi berupa surat teguran, denda dan rekomendasi menghentian pelayanan publik, menjalani kerjasama strategis dengan landasan instansi terkait dikantor wilayah dan kantor cabang yang berada di wilayah, selaras dengan kebijakan dan strategi yang di tetapkan dikantor pusat, guna memastikan pencapaian target wilayah secara optimal sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di badan / institusi serta mendukung ke lancaran kegiatan sosial ketenagakerjaan

b. Sekretaris kantor wilaya yaitu Mengatur jadwal acara kegiatan kantor wilaya untuk mendukung kelancaran kegiatan, menyiapkan bahan dari/atau membuat konsep dokumen untuk memudahkan kepala kantor wilayah, melaksanakan tata persuratan bagi kantor wilayah sehingga dokumen tertata memberikan respon, melakokan koordinasi dalam rangka penyediaan perlengkapan kepala kantor wilayah agar kegiatan berjalan dengan lancer dan efektif, mengelola dokumen yang terkait dengan kegiatan kepala kantor wilayah agar terdokumentasi dan mudah diakses

(47)

c. Kepala pemasaran wilayanh adalah mengarahkan dan memantau kegiatan pengembangan dan pengelolaan peserta penerimaan upah dan bukan penerima upah serta jasa kostralasi di kantor cabang / kantor cabang perintis yang berada diwilayahnya, mengendalikan pengelolaan kemitraan, kesejahteraan peserta serta hubungan kerja dengan instansi perintah non pemerintah yang dapat mendukung kegiatan pemasaran, guna mencapai tarhet kepesertan dan nilai iuran di wilayah,

d. Kepala pelayanan yaitu Mengarahkan dan memantau penyelenggaraan program jaminan sosial dan pelaksanaan kegiatan pelayanan di seluruh titik pelayanan yang berada dibawah koordinasi kantor wilayah melakukan pembinaan kepada para petugas serta mengelola data base guna menjaga kualitas penyelenggaran program dan tingkatan pelayanan bagi peserta jaminan sosial

e. Kepala umum dan SDM yaitu mengarahkan, memantau mengembalikan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sember daya manusia pengelolaan barang jasa, pemeliharaan aset dan pelayanan umum bagi karyawan badan seperti kerumatagaan, kebersihan, keamanan kearsipan peserta hubungan seluruh kegiatan pengelolaan bisnis di wilayanya.

f. Kepala manajemen mutu dan risiko wilayah yaitu mengkorsinasikam, mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan aspek hukum, penerapan manajemen mutu dan

(48)

risiko, pengendalian internal, serta kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan dan kebijakan badan instansi.

g. Kepala badan keuangan yaitu Memantau dan mengkordinasi kegiatan yang berkaitan dengan mengelolaan keuangan dan teknologi informasi di kantor cabang guna memberikan dukungan pada aspek kuangan dan bagi kegiatan oprasional yang efektif dan efisiensi.

h. Senior analisis adalah menyusun dan membuat analisis kajian dan usulan rencana pengembangan pemasaran pelayanan, keuangan dan teknologi informasi, umun dan SDM, manajemen mutu dan resiko serta melakukan pemantauan di lapangan kelancaran oprasional dan pelayanan secara optimal selaras dengan kebijakan kantor pusat, sesuai standar dan ketentuan yang berlaku di bidan agar dapat memerlukan pencapaian tujuan di kantor wilaya

i. Penata utama manajemen pelayanan yaitu Melakukan koordinasi dengan pemenuhan standar mutu pelayanan di kantor cabang guna memastikan kegiatan pelayanan sesuai dengan standar, mengevaluasi kegiatan pelayanan dan penanganan keluhan di kantor cabang untuk mendukung peyelenggaraan pelayanan yang berkualitas, melaksanakan pembinaan begi petugas pelayanan di kantor cabang untuk mendukung upaya peningkatan kapabilitas pelayanan, melakukan koordinasi dalam peyampaian informasi melalui berbagi kanal pelayanan sehingga tidak terdapat pembedaan informasi

(49)

berbagai kanal pelayanan, mengelola database lingkup tugasnya sehimgga data tersediah.

j. Penata madya umum yaitu Menyusun usalan pengadaan barang dan jasa di kantor wilayah wilayah dan/atau kantor cabang guna menjadi acuan dalam proses pengadaan barang dan jasa, melakukan koordinasi untuk penyelenggaraan kegiatan pengadaan sesuai prosedur untuk mendukung tersedianya kebutuhan barang dan jasa, melaksanakan pengolaan atas kontrak kerja penyedian barang/jasa dan mengelola database vendor untuk tertib administrasi dan mendukung kelancaran kegiatan pengadaan, pengelolaan asset serta mengkoordinasi kegiatan pemeliharaan dan pengamanan asset perusahaan untuk optimalisasi nilai asset.

k. Penata madya keungan yaitu Mengajukan usulan rencana anggaran wilayah untuk menjadi acuan dalam pengelolaan data di wilayah, melakukan pengelolaan pembayaran kepada pihak internal dan eksternaluntuk mendukungpengelolaan arus kas yang sehat, menganalisis penggunaan dana sebagai bagian dari pengendalian anggaran, melaksanakan kegiatan pencatatan transaksi keungan (kantor wilayah) untuk penyajian laporan keuangan yang lengkap dan akurat, melaksanakan kegiatan administrasi perpajakan untuk pemenuhan kewajiban perpajakan kantor wilayah.

l. Penata utama manajemen mutu adalah melaksana sosialisai dam pembinaan terkait denga standar tersebut dapat dipahami oleh semua

(50)

pihak unit kerja, melaksanakan pengelolaan dokumen mutu sehingga dokumentasi lengkap dan akurat, menfasilitasi kegiatan gugus kendali mutu untuk mendukung peningkatan kapasitas, melaksanakan kegiatan audit secara berkala untuk memastikan bahwa semua ketentuan di dalam system manajemen mutu sudah terimplementasi secara efektif.

m. Penata madya SDM yaitu Melaksanakan kegiatan pemenuhan kebutuhan SDM sehingga tersedia tepat waktu dan spesifikasi jabatan, melaksanakan program pengembangan pegawai untuk mendukung peringatan kapasitas pegawai, melaksanakan penelolaan administrasi kepegawaian untuk memperoleh informasi yang akurat dengan lengkap, melaksanakan pengelolaan gaji dan benefitlain untuk pegawai untuk mendukung ketepatan jumlah dan waktu, melalukan koordinasi dalam rangka proses penilian kinerja pegawai di kantor wilayah guna memperoleh hasil penilaian yang akurat dengat tepat waktu.

o. Penata madya TI yaitu menganalisa kondisi saran teknologi di kntor wilayah sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan sarana teknologi informasi, melaksankan pengendalian penggunaan aplikasi perangkat luna di kantor cabang sesuai dengan yang ditekankan di kantor pusat guna memberikan dukungan teknologi informasi bagi kelancaran operasional, melaksanakan pemeliharaan perangkat keras, jejaring computer, system operasi serta perangkat luna aplikasi untuk

(51)

menjamin kehandalan system operasi, melaksanakan perbaikan atas permasalahan/kerusakan yang timbul pada perangkat keras, jejaring computer,perangkat lunak aplikasi, serta datebase guna memberikan dukungan teknis bagi kelancaran pengelolaan system, pengelola data (perekaman, recovery, dan pengolahan ) dari databaseyang tersedia guna menghasilkan data yang valid dan akurat.

p. penata utama manajemen risiko yaitu Menyusun laporan profil kantor wilayah, melaksanakan fungsi fasilitas dan konsuultasi mengenai pengelolaan manajemen risiko, melaksanakan kegiatan evaluasi berkala atas pengelolaan risiko di unit kerja di wilayahnya.

(52)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Identitas Responden

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawanyang bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan dengan jumlah karyawan sebanyak20 orang karyawan, dimana teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode sensus, yakni penentuan sampel dengan mengambil sebagian jumlah populasi yang ada.

Kemudian dalam penentuan sampel, dilakukan penyebaran kuesioner sebesar 19 examplar, dan semua responden telah mengisi kuesioner secara L;lengkap dan benar, sehingga dari 19 kuesioner tersebut selanjutnya dapat dilakukan pengolahan data lebih lanjut untuk meneliti mengenai pengaruhpengembangan sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan pada PPJS Ketenagakerjaan.

Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas, akan disajikan deskripsi responden penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan profil responden menurut umur responden, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan masa kerja. Untuk lebih jelasnya akan disajikan deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Adapun yang menjadi karakteristik responden berdasarkan umur pada saat penelitian berlangsung dibagi menjadi 4 kategori yakni antara

39

(53)

umur antara 21 – 30tahun, 31– 40 tahun, 41 – 50 tahun dan umur di atas 51 tahun, persentase umur responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Deskripsi Responden Berdasarkan Umur

NO. Usia responden Frekuensi (orang) Presentase (%) 1

2 3 4

21 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun Diatas 50 tahun

6 5 4 4

31%

26%

21%

21%

Jumlah responden 19 100%

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas umur responden yang terbesar dalam penelitian ini adalah berumur antara 21 – 30 tahun dengan jumlah responden sebanyak 6 orang (31%), sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas umur karyawan dan karyawati pada BPJS Ketenagakerjaan adalah berumur antara 21 – 30tahun.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Persentase jenis kelamin responden dalam penelitian ini terdiri atasresponden berjenis kelamin laki-laki dan wanita seperti terlihat pada tabel berikut ini :

(54)

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Presentase

1 Laki-laki 13 68%

2 Perempuan 6 31%

Jumlah responden 19 100%

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (68%), sedangkan wanita sebanyak 6 orang (31%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jenis kelamin karyawan dan karyawati pada BPJS Ketenagakerjaan adalah laki- laki.

3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan No. Jenjang pendidikan Frekuensi (orang) Presentase

(%) 1

2

S1 S2

16 3

84%

15%

Jumlah responden 19 100%

Sumber : Hasil penelitian, 2014

(55)

Berdasarkan tabel tersebut di atas, menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden yang terbesar dalam penelitian ini adalah S1 dengan jumlah responden sebanyak 16 orang (16%), hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata karyawan dan karyawati yang bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan r rata-rata lulusan S1.

4. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja

Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4

Karakteristik Responden Brdasarkan Lamanya Bekerja

No. Lamanya bekerja Frekuensi Presentase

1 2 3

1 – 10 tahun 11 – 20 tahun

21 – 30 tahun Diatas 30 tahun

11 3 4 1

57%

15%

21%

5%

Jumlah responden 19 100%

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan data karakteristik responden menurut masa kerja, maka didominasi oleh responden yang mempunyai masa kerja 1 – 10 tahun, dengan jumlah responden sebanyak 11 orang atau sebesar 57%, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata karyawan dan karyawati yang bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan adalah mempunyai masa kerja 1 – 10 tahun.

(56)

B. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Pendidikan, Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan adalah merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Asuransi Sosial Ketenagakerjaanjasa,untuk lebih meningkatkan pendapatan perasuransian maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja karyawan.

Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka salah satu upaya yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah pengembangan sumber daya manusia, melalui pendidikan dan pelatihan. Untuk melihat sejauh mana keterkaitan pengaruh pendidikan dan pelatihan dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja karyawan maka dapat dilihat hasil output SPSS melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden, yang dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :

1. Tanggapan Responden Mengenai Pendidikan

Pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan karyawan baik jasmaniah dan rohaniah yang diperoleh dari pendidikan formal maupun informal yang pernah diikutinya.Pendidikan berkaitan dengan kinerja karyawan, dimana menurut Sastrohadiwiryo (2002 : 200) mengemukakan bahwa pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur selalu ada dalam keseimbangan. Untuk mengetahui

(57)

tanggapan reponden mengenai pendidikan dapat dilihat hasil scor jawaban responden melalui tabel berikut ini :

Tabel 5

Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Pendidikan

NO PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

SS S KS TS STS

1 Setiap karyawan diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan lebih tinggi

52%447% 10% 0 0

2 Pendidikan yang dimiliki setiap

karyawan merupakan factor pembentukan peningkatan kemampuan bekerja

26% 63% 0 0 0

3 Pendidikan yang dimiliki dapat dijadikan sebagai proses pengembangan jangka panjang

26% 73% 0 0 0

4 Pendidikan dimenambah pengetahuan umum khususnya dalam lingkungan pekerjaan

36% 63% 0 0 0

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka diperoleh hasil bahwa setiap karyawan diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan lebih tinggi, maka jawaban terbanyak responden adalah setuju dengan jumlah responden sebanyak 9 orang atau 47%, pernyataan bahwa pendidikan yang dimiliki setiap karyawan merupakan faktor pembentuk peningkatan kemampuan bekerja, dengan jumlah responden sebanyak 12 orang atau sebesar 63%, kemudian pernyataan pendidikan yang dimiliki dapat dijadikan sebagai proses pengembangan

(58)

jangka panjang, dengan jumlah responden sebanyak 14 orang atau sebesar 73%, sedangkan pendidikan dimaksudkan untuk menambah pengetahuan umum dan khususnya dalam lingkungan pekerjaan, maka jawaban terbanyak reponden adalah setuju dengan jumlah responden sebanyak 12 orang atau sebesar 63%.

2. Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan

Pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam perusahaan, atau dengan kata lain bahwa pelatihan adalah proses melengkapi para karyawan dengan keterampilan khusus atau kegiatan membantu para pekerja dalam memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Untuk mengetahui tanggapan reponden mengenai pelatihan dapat dilihat hasil scor jawaban responden melalui tabel berikut ini :

(59)

Tabel 6

Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Pelatihan

NO PERNYATAAN

JAWABAN RESPONDEN

SS S KS TS STS

1 Pihak perusahaan senantiasa memberikan pelatihan untuk membekali pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat menjalankan pekerjaan dengan sebaik- baiknya

36% 52% 0 10% 0

2 Program pelatihan yang diberikan kepada karyawan dapat meningkatkan keahlian

15% 84% 0 0 0

3 Pelatihan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

21% 78% 0 0 0

4 Pelatihan yang diikuti oleh karyawan mendukung sikap, kemampuan dan keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan bidang pekerjaan

36% 63% 0 0 0

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas mengenai pelatihan bahwa rata-rata jawaban terbanyak responden adalah setuju, hal ini dapat dilihat dari pernyataan pertama mengenai pihak perusahaan senantiasa memberikan pelatihan untuk membekali pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat menjalankan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, jawaban terbanyak responden adalah sangat setuju yakni sebanyak 10 orang atau 52%, Program

Gambar

Gambar I Kerangka Pikir .................................................................................
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Tabel  tersebut  di  atas  menunjukkan  bahwa  responden  yang berjenis  kelamin  laki-laki  sebanyak  13 orang  (68%),  sedangkan  wanita sebanyak  6 orang  (31%)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas kerja

PENGARUH PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT PERMATA BAHARI

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia dalam upaya peningkatan kinerja karyawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengembangan sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang

Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang mencakup Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pelatihan, dan Kompetensi secara simultan memiliki pengaruh positif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Kecamatan Penrang Kabupaten Wajo, hal

Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Meningkatkan Motivasi Kerja dan Kinerja Pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Kendal.. Pengaruh Pelatihan dan

43 Lampiran 2 Lembar Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR SYAHBANDAR UTAMA TANJUNG PERAK