• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TEORI PENUNJANG. 10 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. TEORI PENUNJANG. 10 Universitas Kristen Petra"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Bank

Bank berperan penting dalam perekonomian suatu negara dan besarnya tingkat kepercayaan masyarakat yang harus dijaga dalam industri perbankan menyebabkan perbankan menjadi industri yang paling banyak dan ketat diatur.

Oleh karena itu, setiap ketentuan yang dibuat di industri perbankan pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan, yakni menghasilkan sistemperbankanyang sehat, kuat dan stabil. Dengan demikian bank dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan secara optimal.

Bank menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sedangkan, menurut Ikit (2015) bank adalah lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha dari bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat untuk memperlancar terjadinya perdagangan.

Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas antara lain adalah:

1) memindahkan uang; 2) menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran; 3) mendiskonto surat wesel, surat order, maupun surat berharga lainnya; 4) membeli dan menjual surat-surat berharga; 5) membeli dan menjual cek, surat wesel, dan memberi jaminan.

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dana dan menyalurkan dana (Zakaria, et. al, 2014).

(2)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian, karena penyaluran kredit pada sektor riil akan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Bank dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Ikit, 2015):

1. Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum konvensional merupakan bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Bank Umum Syariah (BUS) merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Fungsi bank dalam perekonomian suatu negara dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Nazrian dan Hidayat, 2012):

1. Fungsi bank sebagai agent of trust, artinya bahwa aktivitas bank sebagai financial intermediary menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh bank dari masyarakat kepercayaan masyarakat yang diberikan berupa amanat agar bank mengelola dan mengamankan dana yang disimpan masyarakat di bank tersebut. Fungsi bank sebagai agent of trust, hal ini tentu tidak terlepas dari prinsip saling menguntungkan bagi kedua belah pihak 2. Fungsi bank sebagai agent of development, artinya guna mewujudkan

pembangunan dan kesejahteraan dalam perekonomian, bank dianggap sebagai

(3)

3. lembaga yang cukup berperan signifikan. Hal ini dikarenakan aktivitas bank sebagai financial intermediary dapat mempertemukan sektor riil dan sektor moneter untuk berinteraksi. Sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian terjadi melalui institusi perbankan sehingga interaksi sektor riil dan sektor moneter diharapkan berjalan dengan baik demi mendukung proses pembangunan.

4. Fungsi bank sebagai agent of service, artinya bank diketahui juga sebagai lembaga yang bergerak dibidang jasa yang lebih beragam, dengan kata lain aktivitas perbankan tidak hanya terbatas dalam hal menghimpun dana dan menyalurkan dana ditengah masyarakat.

Bank akan memperoleh pendapatan dari setiap kegiatan usahanya, adapun pendapatan bank terdiri dari:

1. Pendapatan bunga, yang terdiri dari pendapatan bunga dan pendapatan lain yang berkaitan langsung dengan pemberian kredit seperti provisi dan komisi.

2. Pendapatan operasional lainnya, yaitu pendapatan yang berupa pendapatan bukan bunga yang terdiri dari provisi dan komisi selain kredit, pendapatan valuta asing serta pendapatan bunga lainnya. Pendapatan operasional lainnya tersebut sebagian besar berupa pendapatan dari fee based activity.

3. Pendapatan non operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, misalnya pendapatan dari penjualan aktiva tetap.

2.2 Kinerja Bank

Kinerja bank atau kemampuan bank dalam meningkatkan nilai usahanya adalah melalui peningkatan laba, aset dan prospek kedepan, namun titik berat evaluasinya tetap mendasarkan pada earning atau profitabilitas dan risiko. Aspek profitabilitas diproksikan dengan ROA, sedangkan aspek risiko diproksikan dengan credit risk, liquidity risk, interest risk dan operasional risk capital. Risiko adalah penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan, risiko dapat juga diartikan probabilitas suatu hasil yang berbeda dari yang diharapkan. Risiko dapat

(4)

dikategorikan menjadi empat kategori yaitu risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional dan risiko reputasi (Purwoko dan Sudiyatno, 2013).

Risiko pasar merupakan risiko kerugiaan yang diakibatkan oleh fluktuasi tingkat suku bunga, fluktuasi harga saham. Risiko kredit merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian atau penurunan kualitas kredit nasabah. Risiko operasional merupakan risiko kerugian langsung atau tidak langsung diakibatkan oleh kegagalan atau proses-proses operasional yang kurang memadai (Purwoko dan Sudiyatno, 2013).

Ukuran yang dipergunakan adalah rasio yang menghubungkan antara data keuangan. Menurut (Purwoko dan Sudiyatno, 2013) rasio yang digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return semakin baik, karena deviden yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar. Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki.

Salah satu rasio didalamnya adalah Return on Asset (ROA), yaitu rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai income. Return on Asset (ROA) mengindikasi kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya, semakin besar rasio yang mengindikasi semakin baik kinerja bank. Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan, karena semakin meningkat ROA tersebut, maka profitabilitas perusahaan juga meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan bank berhasil sesuai dengan keinginan dan tujuan dari pemegang saham dan perusahaan tersebut yaitu peningkatan profitabilitas (Purwoko dan Sudiyatno, 2013).

Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja bank secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.faktor internal merupakan faktor yang secara spesifik mempengaruhi kinerja bank, dan faktor ini

(5)

dapat dikendalikan manajemen. Sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan oleh manajemen, seperti faktor makroekonomi dan karakteristik industri (Shahchera, 2012).

2.2.1 CAMEL

Analisis rasio CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank (Kamsir, 1999). Unsur –unsur penilaian dalam analisi CAMEL adalah sebagai berikut:

1) Capital, untuk rasio kecukupan modal.

Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut:

 Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan Bank dalam mengcover aset bermasalah;

 Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank.

2) Assets, untuk rasio kualitas aktiva.

Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut:

 Kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP);

 Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

(6)

3) Management, untuk menilai kualitas manajemen.

Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut:

 Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko;

 Kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4) Earning, untuk rasio-rasio rentabilitas bank.

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut:

 Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank;

 Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional.

5) Liquidity, untuk rasio-rasio likuiditas bank.

Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut:

 Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan;

 Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

2.2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Bagi sebuah bank yang teramat penting adalah terjaganya modal yang berarti bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat; dengan demikian bank dapat menghimpun dana masyarakat yang selanjutnya digunakan untuk keperluan operasional. Kemampuan bank untuk mencari sumber dana untuk membiayai

(7)

kegiatannya digambarkan oleh rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), dimana CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat beharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank (Yuliana, 2014).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya. Penyediaan modal minimum bank diukur dari presentase tertentu terhadap ATMR sebesar 8%. Semakin tinggi nilai CAR maka semakin besar modal yang dimiliki oleh bank, jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat akan semakin banyak, sehingga akan meningkatkan penyaluran kredit (Pratiwi dan Hindasah, 2014). Barus dan Sulistyo (2011) dalam penelitiannya mencantumkan rumus untuk menghitung CAR sebagai berikut:

CAR = Modal Bank x 100%

Total ATMR

Keterangan: ATMR adalah Aktiva Tertimbang Menurut Ratio

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum, setiap bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang diproksikan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Jika ketentuan ini tidak dipatuhi maka Bank Indonesia akan menempatkan bank tersebut ke dalam pengawasan khusus Bank Indonesia.

2.2.3 Net Interest Margin (NIM)

Net interest margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya. Menurut Siahaan (2009), net interest margin adalah perbandingan antara presentase hasil bunga terhadap total aset atau

(2.1)

(8)

terhadap total earning assets. Net interest margin pada dasarnya adalah sebuah rasio keuangan yang merupakan hasil dari perbandingan antara pendapatan dari bunga yang merupakan selisih antara bunga simpanan dan bunga pinjaman terhadap aktiva.

Net interest margin memiliki fungsi untuk melakukan evaluasi terhadap kemampuan perbankan dalam mengelola risiko terhadap suku bunga. Apabila suku bunga berubah, maka pendapatan bunga dan biaya bunga perbankan akan berubah (Koch dan Scott, 2014). Selain itu, net interest margin menunjukkan adanya kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih yang diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio net interest margin maka semakin meningkat pula pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh perbankan perbankan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kondisi bermasalah pada perbankan.

Perhitungan terhadap net interest margin, menurut Siahaan (2009) adalah sebagai berikut:

Net Interest Margin =interest revenue-interest expenses Assets

Berdasarkan rumus tersebut diketahui bahwa hasil dari pendapatan bunga dikurangi dikurangi dengan beban bunga dan aktiva bersih yang dimaksud merupakan rata-rata produktif aktiva yang digunakan yang terdiri dari giro pada perbankan lain, surat-surat berharga, obligasi pemerintah, penempatan pada perbankan lain dan Perbankan Indonesia, penyertaan saham, wesel ekspor, tagihan derivatif dan pembiayaan syariah atau piutang, tagihan akseptasi, komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit.

2.2.4 Solvabilitas

Solvabilitas merupakan kemampuan untuk membayar hutang jangka panjang, baik hutang pokok maupun bunga dari hutang pokok. Kemampuan untuk membayar hutang jangka panjang bergantung pada kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba. Hal ini dikarenakan cicilan hutang pokok maupun bunga yang

(2.2)

(9)

menyertai berdampak pada jumlah kas dalam sebuah perbankan, dimana besarnya jumlah kas ditentukan oleh besarnya laba yang masuk kedalam perbankan dalam bentuk uang kas (Kuswadi, 2008).

Menurut Utama (2016), tingkat solvabilitas yang dimiliki oleh sebuah perbankan dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut:

1. Menambah aktiva tanpa perlu menambah hutang, dimana penambahan aktiva dapat dipenuhi dengan penambahan modal sendiri.

2. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva, yakni dengan menambah modal sendiri.

Seringkali pihak manajemen melakukan peminjaman untuk membantu meningkatkan tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi modal yang dilakukan. Apabila perbankan mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya peminjaman dana, maka solvabilitas pemodalan dapat dipertimbangkan.

namun apabila pengemballian yang diterima lebih rendah dari biaya peminjaman, maka perbankan lebih memilih untuk tidak melakukan peminjaman dana (Margaretha, 2007). Lebih lanjut dijelaskan oleh Margaretha (2007) bahwa rasio yang digunakan untuk menjelaskan mengenai solvabilitas terdiri dari tiga, salah satunya yakni Debt to Equity Ratio. DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.

Bagi bank (kreditur), makin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan, namun bagi perusahaan sangat menguntungkan dan sebaliknya. DER untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil (Kasmir, 2008) dalam (Ramdhani, 2013).

Menurut Ramdhani (2013), rasio Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut:

(10)

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 2.2.5 Profitabilitas

Utama (2014) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan ukuran tingkat kontribusi keuntungan tiap pelanggan (nasabah) terhadap total keuntungan perbankan, dengan kata lain dinyatakan sebagai seberapa menguntungkan seorang pelanggan (nasabah) di mata perbankan. Definisi lain menyebutkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (Barus & Leliani, 2013).

Devi (2013) menjelaskan rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva dan utang terhadap hasil operasi.

Selain itu, margin laba bersih, perputaran total aktiva, pertumbuhan perbankan serta ukuran perbankan pun mampu memengaruhi profitabilitas. Alat yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja dari perbankan adalah rasio keuangan. Jika digabungkan dan dengan berjalannya waktu, data ini menawarkan pandangan yang sangat berharga mengenai kesehatan perbankan, kondisi keuangan dan profitabilitasnya. Rasio ini terdiri dari beberapa rasio berikut (Sugiono, 2009):

2.2.6 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan sebuah bank dalam membayar tagihan dalam jangka waktu pendek tanpa menggangu operasional. Dalam the balance sheet, likuiditas perbankan ditandai dengan pembagian nilai aktiva lancar dibagi utang jangka pendek. Suatu bank yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya disebut bank likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid. Sebuah bank dinilai likuid apabila nilai hasil pembagian nilai aktiva lancar dengan utang jangka pendek lebih besar dari 1.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang memperlihatkan kemampuan suatu bank dalam menutup utang jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan bank

(2.3)

(11)

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi.

Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi rasio ini mengindikasikan bahwa performa perusahaan tersebut semakin baik. Begitu pula sebaliknya, jika mempunyai rasio yang rendah berarti tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya juga rendah (Subramanyam dan Wild, 2010: 404; Hanafi dan Halim, 2009:204).

Rasio likuiditas yang digunakan ialah rasio kas atau cash ratio. Rasio kas adalah analisis yang memperlihatkan kemampuan bank untuk melunasi utang lancar menggunakan kas dan setara kas serta investasi jangka pendek. Dalam rasio ini kas dan setara kas serta investasi jangka pendek digunakan karena kedua jenis aktiva lancar tersebut merupakan jenis aktiva lancar yang paling mudah diuangkan (Hanafi dan Halim, 2009: 206). Rasio ini dapat dicari dengan rumus Sho’imah, et.al (2015):

𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Liquid Assets/Cash Assets

Short Term Borrowing 𝑥 100%

2.2.7 Return On Asset (ROA)

Rasio ini memberikan informasi mengenai tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada. Rasio ini juga menggambarkan efisiensi dari dana yang digunakan oleh perbankan. Berikut merupakan penghitungan dari return on asset (Sugiono, 2009):

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = Laba Bersih Total Aktiva 2.2.8 Return On Equity (ROE)

Rasio ini memberikan informasi mengenai tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. Rasio ini digunakan oleh pemilik saham sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Berikut merupakan penghitungan dari return on equity (Sugiono, 2009):

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = Laba Bersih Total Ekuitas

(2.5)

(2.6) (2.4)

(12)

2.3 Hubungan Antar Konsep

2.3.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA)

Pada industri perbankan, risiko merupakan perihal yang melekat dalam setiap aktivitas perbankan. Oleh karena itu, setiap industri perbankan diwajibkan memiliki rasio penyediaan modal minimum sebesar 8%. Untuk menjelaskan rasio penyediaan modal minimum yang dimiliki oleh setiap bank menggunakan rasio CAR. Modal yang besar akan membuat CAR menjadi semakin tinggi. Semakin tinggi CAR maka akan semakin kuat kemampuan suatu bank dalam menanggung risiko sehingga kinerja bank akan semakin baik dan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Dengan demikian bank dapat menghimpun dana dari masyarakat. Dana yang terhimpun tersebut kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Dalam bentuk kredit inilah dapat mendorong pendapatan sehingga dapat menghasilkan bunga, bunga inilah yang mendatangkan laba bagi bank. Apabila dihubungkan dengan profitabilitas perbankan, semakin tinggi CAR maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar ROA yang diperoleh bank. Dijelaskan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Olalekan (2013) bahwa capital adequacy ratio (CAR) yang dimiliki oleh perbankan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return on assets (ROA). Namun hasil yang berbeda ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi, et. al (2015) yang menjelaskan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perbankan. Hasil ini menjelaskan bahwa seberapa besar jumlah dana yang disediakan oleh perbankan sebagai modal, profitabilitas perbankan tidak terpengaruh atau memiliki jumlah yang tetap.

2.3.2 Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Return On Assets (ROA) Pada dasarnya net interest margin (NIM) merupakan hasil dari perbandingan antara pendapatan dari bunga yang merupakan selisih antara bunga

(13)

simpanan dan bunga pinjaman terhadap aktiva. NIM sendiri menggambarkan kemampuan perbankan untuk memperoleh pendapatan, terutama pada pendapatan bunga. Semakin besar perubahan NIM suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan bank tersebut semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lartey, et. al (2013), dijelaskan bahwa NIM memiliki hubungan yang kuat dengan profitabilitas perbankan, termasuk ROA.

2.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return On Assets (ROA) Debt to equity ratio atau DER merupakan salah satu rasio yang menyajikan informasi mengenai perbandingan antara hutang dengan modal yang dimiliki oleh perbankan. DER merupakan rasio untuk menghitung kemampuan solvabilitas sebuah perbankan, yakni kemampuan untuk membayar hutang jangka panjang dengan menggunakan kemampuan menghasilkan laba. Rasio DER yang tinggi menunjukkan bahwa bank menggunakan utang yang tinggi, dan akan meningkatkan rentabilitas. Hal ini berarti bahwa utang bank yang tinggi berasal dari dana pihak ketiga yang nantinya akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan. Sehingga dari hasil pembiayaan akan meningkatkan laba bank.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khidmat & Rehman (2014) dijelaskan bahwa solvabilitas, dimana salah satu rasio yang digunakan ialah DER, memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil ini menjelaskan bahwa semakin besar nilai DER yang ditunjukkan oleh sebuah perbankan, menunjukkan bahwa semakin besar nilai hutang jangka panjang yang harus dibayar oleh sebuah perbankan, dimana kondisi ini akan berdampak pada profitabilitas perbankan, karena perbankan akan menggunakan sebagian laba yang diperoleh untuk membayar hutang jangka panjang tersebut. Sehingga menyebabkan nilai ROA mengalami penurunan. Namun hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Widati (2012) yang menjelaskan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil ini menjelaskan bahwa semakin besar hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perbankan justru meningkatkan profitabilitas perbankan. Hasil ini menjelaskan

(14)

bahwa perbankan melakukan peminjaman berupa hutang jangka panjang guna meningkatkan jumlah dana yang dapat disalurkan

kepada masyarakat untuk menciptakan laba. Oleh karena itu peningkatan nilai DER berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan ROA perbankan perbankan.

2.3.4 Pengaruh Cash Ratio (CR) terhadap Return On Assets (ROA)

Likuiditas merupakan salah satu rasio yang mampu menunjukkan kemampuan bank untuk dapat memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengganggu kegiatan operasional perbankan. Salah satu rasio likuiditas yang digunakan ialah cash ratio. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri

& Triaryati (2013) diterangkan bahwa cash ratio memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return on assets. Lebih lanjut dijelaskan bahwa peningkatan nilai cash ratio menunjukkan bahwa bank menyediakan dana lebih untuk mengantisipasi kewajiban jangka pendek, sehingga mengurangi nilai pendapatan bank dan berdampak pada penurunan nilai return on assets.

2.3.5 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE)

Selain ROA profitabilitas perbankan juga diukur dengan ROE. CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai dan semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan oleh bank. Semakin rendah biaya maka akan semakin meningkatkan perubahan laba bank. Dengan meningkatnya CAR maka masyarakat semakin percaya kepada bank sehingga mereka tidak hanya menempatkan dana nya di tabungan dan deposito tetapi mereka juga akan menempatkan dananya dalam kepemilikan saham. Penelitian yang telah dilakukan oleh Saputri dan Oetomo (2016) dijelaskan bahwa capital adequacy ratio (CAR) yang dimiliki oleh perbankan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return on equity (ROE).

(15)

2.3.6 Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Return On Equity (ROE) Net interest margin (NIM) merupakan hasil dari perbandingan antara pendapatan dari bunga yang merupakan selisih antara bunga simpanan dan bunga pinjaman terhadap aktiva. NIM sendiri menggambarkan kemampuan perbankan untuk memperoleh pendapatan, terutama pada pendapatan bunga. Semakin besar NIM yang diperoleh oleh bank, maka pendapatan bank meningkat sehingga ROE akan ikut meningkat. Hasil penelitian juga ditunjukkan oleh Dewi, et. al (2015) bahwa NIM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perbankan. Kedua hasil penelitian menjelaskan bahwa semakin besar pendapatan bunga yang diperoleh oleh perbankan, dimana ditunjukkan melalui peningkatan nilai NIM, maka akan berdampak pada peningkatan profitabilitas yang ditunjukkan melalui peningkatan ROA. NIM juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.

2.3.7 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return On Equity (ROE) DER merupakan suatu rasio yang menggambarkan setiap satuan modal sendiri yang digunakan untuk menjamin hutang. Artinya, ketika suatu perusahaan melakukan peningkatan terhadap hutang, maka peningkatan tersebut akan disertai dengan komitmen untuk kesediaannya menanggung arus kas yang keluar secara konsisten selama beberapa periode ke depan meskipun arus kas masuk pada periode yang sama tidak terjamin kepastiannya. Maka dari itu, tingkat risiko yang akan ditanggung menjadi lebih besar. Dari segi yang lain, hutang yang ditambahkan ke dalam neraca akan menjadikan beban bungan menjadi besar, di mana beban bunga tersebut akan dikurangkan sebelum penghitungan pajak terhadap laba. Kondisi yang demikian ini pada umumnya akan mampu menjadikan ROE mengalami peningkatan yang kemudian juga dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (Salim, 2015).

(16)

Selain itu, dengan adanya tingkat hutang yang berjumlah sangat besar pada umumnya tingkat ROE perusahaan tersebut juga semakin tinggi. Hal ini dikarenakan nilai hutang yang besar tersebut adalah bentuk upaya perusahaan dalam mewujudkan tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh para investor akibat adanya tingkat risiko yang tinggi. Pandey (2004) dalam Salim (2015) menyatakan bahwa adanya kondisi hutang perusahaan yang besar juga akan menimbulkan perlindungan pajak karena laba operasi akan dikurangkan lebih dulu dengan beban bunga sehingga ROE menjadi tinggi. Hal ini disebabkan adanya laba setelah pajak dibandingkan dengan ekuitas yang jumlahnya lebih kecil dari hutang. Disisi lain perusahaan juga dapat memanfaatkan keuntungan dari perlindungan pajak untuk meningkatkan kegiatan operasionalnya dengan menggunakan aktivanya secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa dengan semakin tingginya risiko yang ada akan menyebabkan tingkat pengembalian yang diberikan oleh perusahaan juga semakin tinggi. Hal ini akan turut mempengaruhi minat masyarakat dalam berpartisipasi dalam berinvestasi di bank yaitu dengan turut memiliki saham perbankan. Artinya, dengan semakin besar tingkat pengembalian atau return yang dapat dipenuhi oleh bank, maka akan membuat masyarakat tiidak hanya menabung atu membuat deposito saja di bank, namun juga akan berusaha bisa memiliki bagian dari saham bank tersebut karena tertarik dengan keuntungan yang dijanjikan tersebut.

2.3.8 Pengaruh Cash Ratio (CR) terhadap Return On Equity (ROE)

Pada return on equity (ROE) sebuah bank, menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank selama melakukan kegiatan operasional perbankan. Apabila dihubungkan dengan cash ratio yang menunjukkan mengenai kemampuan bank untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek, dapat diterangkan bahwa hubungan keduanya merupakan hubungan yang berlawanan arah. Dimana peningkatan pada rasio likuiditas sebuah bank, justru mengurangi keuntungan atau profitabilitas bank. Hal ini dikarenakan dana keuntungan bank digunakan untuk mengantisipasi adanya kewajiban jangka pendek, sehingga mendorong nilai cash ratio dan mengurangi nilai return on equity.

(17)

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian kajian teoritis dan kajian empiris yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Mengacu pada kerangka konseptual dan rumusan masalah, serta uraian pada kajian teoritis dan empiris pada bagian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan melalui penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on assets (ROA) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Net Interest Margin (NIM)

Debt to Equity Ratio (DER)

Return On Asset (ROA)

Return On Equity (ROE)

Cash Ratio (CR)

(18)

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara net interest margin (NIM) terhadap return on assets (ROA) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio (DER) terhadap return on assets (ROA) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

H4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara cash ratio (CR) terhadap return on assets (ROA) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on equity (ROE) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

H6: Terdapat pengaruh yang signifikan antara net interest margin (NIM) terhadap return on equity (ROE) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

H7: Terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio (DER) terhadap return on equity (ROE) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

H8: Terdapat pengaruh yang signifikan antara cash ratio (CR) terhadap return on equity (ROE) sektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013 hingga 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi informasi dan komunikasi yang terdiri dari personal digital assistant (PDA), wireless fidelity (WI-FI), dan liquid crystal display (LCD) television digunakan oleh

1. Pеngawasan aktif dari Dеwan Komisaris dan Dirеksi. Pеngawasan dilakukan langsung olеh Dеwan Komisaris dan PD BPR Bank Daеrah Lamongan tеlah mеlakukan

Inventory Conversion Period atau periode konversi persediaan yaitu rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual

Formasi Makats berumur Miosen Tengah - Miosen Akhir diendapkan tidak selaras di atas Formasi Darante, meliputi lapisan konglomerat tebal, batupasir

Ada dua tipe habitat Nepenthes di tiga lokasi penelitian, yaitu hutan rawa gambut yang ditemukan di daerah Laboratorium Hutan Alam Rawa Gambut, Desa Kereng Bangkirai

Namun begitu, terdapat banyak responden tidak terlibat dalam program kerajaan disebabkan oleh masalah pihak kerajaan. Antaranya termasuklah, 1) kekurangan kemahiran

Para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan adalah bukanlah hanya untuk memenuhi otak anak dengan segala macam ilmu yang belum diketahui, tetapi

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang berjudul: “