• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TEORI PENUNJANG. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TEORI PENUNJANG. Universitas Kristen Petra"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Modal Kerja

Secara teori, modal kerja didefinisikan sebagai perbedaan antara aset lancar dan kewajiban lancar (Lai, 2012). Modal kerja pada dasarnya adalah bagian dari aset lancar perusahaan yang relatif lebih likuid dan mempunyai karakteristik:

1. Berjangka waktu pendek, biasanya kurang dari satu tahun 2. Mudah diubah ke dalam bentuk aset – aset lancar yang lain

3. Jumlah modal kerja tergantung dari sinkronisasi antara waktu produksi, penjualan dan penagihan piutang.

Manajemen modal kerja sering kali diukur dengan menggunakan siklus konversi kas (cash conversion cycle). Siklus konversi kas mencerminkan interval waktu bersih antara biaya aktual kas pada saat perusahaan melakukan pembelanjaan sumber daya produktif dengan waktu terakhir perusahaan menerima kas yang berasal dari penjualan produk. Secara singkat dapat pula dikatakan bahwa siklus konversi kas merupakan lamanya waktu atau periode yang dibutuhkan untuk mengkonversi setiap kas yang dikeluarkan menjadi aliran kas masuk dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-hari (Setyanto & Permatasari, 2014).

2.1.1 Jenis Modal Kerja

Sawir (2005) menggolongkan modal kerja ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Modal kerja permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen terdiri dari: (1) modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya; dan (2) modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

(2)

b. Modal kerja variabel

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel terdiri dari: (1) modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim; (2) modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur; dan (3) modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, banjir, atau perubahan ekonomi yang mendadak).

2.1.2 Sumber Modal Kerja

Menurut Darjawanto (2001), modal kerja suatu perusahaan berasal dari beberapa hal sebagai berikut.

a. Hasil operasi perusahaan

Modal kerja perusahaan berasal dari keuntungan atau laba dari usaha perusahaan yang tidak diambil oleh pemilik perusahaan.

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Penjualan surat-surat berharga yang merupakan elemen aktiva lancar akan menyebabkan terjadinya perubahan modal kerja dari surat berharga menjadi uang kas perusahaan. Surat-surat berharga dapat dijual dengan segera untuk menghasilkan keuntungan berupa tambahan modal kerja bagi perusahaan.

c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar

Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan akan mengubah aktiva menjadi kas atau piutang sehingga modal kerja perusahaan mengalami peningkatan.

d. Penjualan saham atau obligasi

Modal kerja perusahaan dapat berasal dari pengadaan emisi saham baru, penambahan modal para pemilik perusahaan atau penerbitan obligasi.

e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya

Tambahan modal kerja perusahaan diperoleh dari pinjaman jangka pendek seperti kredit bank. Pinjaman jangka pendek adalah sumber penting dari aktiva

(3)

lancar yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja musiman, siklis dan keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

f. Kredit dari supplier

Perusahaan yang dapat dengan cepat menjual barang hasil produksi dan pengumpulan piutang sebelum waktu pembayaran utang, maka modal kerja yang diperlukan perusahaan akan lebih sedikit.

2.1.3 Pengukuran Modal Kerja 2.1.3.1 Cash Conversion Cycle (CCC)

Gitman (2012) mendefinisikan CCC sebagai “the length of time required for a company to convert cash invested in its operations to cash received as a result of its operations”. CCC akan memberikan informasi mengenai kecepatan kas yang mengalir keluar perusahaan sampai kas tersebut masuk kembali ke dalam perusahaan. Siklus konversi kas yang lebih pendek menggambarkan bahwa perusahaan memiliki manajemen modal kerja yang efisien, yang juga mengindikasikan likuiditas yang lebih baik. Dengan pengelolaan modal kerja yang efisien, perusahaan dapat mengurangi risiko kendala keuangan dan dapat mendukung pertumbuhan investasi perusahaan di masa depan. Enqvist et al. (2014) mengatakan bahwa CCC yang pendek menunjukkan adanya pengumpulan piutang yang cepat dan penundaan pembayaran kepada suppliers. Tran et al. (2017) mengatakan bahwa CCC dapat diukur menggunakan rumusan berikut ini.

𝐶𝐶𝐶𝑖,𝑡 = 𝐴𝐶𝑃𝑖,𝑡 + 𝐼𝐶𝑃𝑖,𝑡− 𝐴𝑃𝑃𝑖,𝑡 (2.1)

Keterangan:

CCC,t = Cash conversion cycle suatu perusahaan pada periode ke t

ACP i,t= Account receivable conversion period suatu perusahaan pada periode ke t ICPi,t = Inventories conversion period suatu perusahaan pada periode ke t

APPi,t = Accounts payable deferral period suatu perusahaan pada periode ke t

(4)

2.1.3.2 Accounts Receivable Conversion Periode (ACP)

Receivables Conversion Period atau periode penerimaan piutang yaitu jangka waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang usaha perusahaan menjadi kas, yaitu menerima kas setelah terjadi penjualan, semakin kecil periode konversi piutang perusahaan maka menandakan piutang pelanggan cepat masuk kembali ke kas (Brigham, 2006)

2.1.3.3 Inventories Conversion Period (ICP)

Inventory Conversion Period atau periode konversi persediaan yaitu rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang tersebut, periode konversi persediaan yang terlalu lama mengindikasikan terlalu banyaknya modal perusahaan yang terikat di dalam persediaan sehingga bisa menyebabkan barang-barang persediaan mengalami penurunan nilai harganya dan profit yang diterima oleh perusahaan menurun (Brigham, 2006)

2.1.3.4 Accounts Payable Deferral Period (APP)

Payable Deferal Period atau periode penangguhan utang yaitu rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja dan pembayarannya, semakin cepat periode penangguhan piutang maka akan meningkatkan laba perusahaan (Brigham, 2006)

2.2 Karakteristik Perusahaan 2.2.1 Size

Menurut Ibrahim (2008), ukuran perusahaan merupakan suatu skala pengklasifikasian besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain dengan total aktiva, total penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Adapun menurut Hartono (2000) dalam Maberya dan Suaryana (2009), besar kecilnya suatu perusahaan dapat diukur dengan total aktiva atau besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma natural dari total aktiva. Semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mencapai skala

(5)

ekonomis. Ukuran sebuah perusahaan dapat dihetahui menggunakan persamaan berikut ini.

𝑆𝑖𝑧𝑒𝑖,𝑡 = 𝐿𝑛 . 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑖,𝑡 (2.2)

2.2.2 Leverage

Menurut Harahap (2013), leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal. Dengan kata lain, rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin kecil rasio leverage, berarti perusahaan mampu membiayai kegiatan operasionalnya dengan pendanaan internal. Hal ini menandakan adanya manajemen keuangan yang baik dalam perusahaan tersebut. Rendahnya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan menjadi lebih independen dan tidak mudah dipengaruhi faktor eksternal. Menurut Sartono (2008), rasio leverage dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini.

𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒𝑖,𝑡 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑒𝑠 𝑖,𝑡

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑖,𝑡 (2.3)

2.3 Firm Value

Nilai perusahaan (firm value) merupakan nilai yang diharapkan di masa yang akan datang yang diperoleh dari hasil laba suatu perusahaan di masa sekarang maupun di masa yang akan datang dengan tingkat bunga yang tepat dan juga memperhitungkan tingkat risikonya (Yumiasih, 2017).

Nilai perusahaan dapat diketahui dengan menghitung rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q merupakan rasio yang dikemukakan oleh Tobin (1967) yang mampu menggambarkan bagaimana keefektivitasan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dengan membandingkan nilai pasar saham yang dijumlahkan utang dan dibagi total aset perusahaan. Semakin tinggi rasio Tobin’s Q maka semakin mampu pula perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan (Rahmantio, 2018).

(6)

𝑇𝑜𝑏𝑖𝑛𝑠 𝑄 = 𝑙𝑛 (𝑀𝑉 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

𝐵𝑉 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 ) (2.4)

Keterangan:

MV Assets = Nilai pasar aset yang diperoleh dengan mengurangkan nilai buku aset dengan nilai buku ekuitas dan menjumlahkan dengan nilai pasar ekuitas atau secara matematis dengan persamaan berikut:

𝑀𝑉 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = 𝐵𝑉 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐵𝑉 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 + 𝑀𝑉 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 MV Equity = Jumlah saham beredar × Harga penutupan BV Assets = Nilai buku aset

Nilai perusahaan (firm value) merefleksikan ekspektasi pasar sehingga relatif bebas dari kemungkinan manipulasi oleh manajemen perusahaan (Hagel III, Brown, & Davison, 2010). Perusahaan dengan nilai q yang tinggi menunjukkan bahwa pasar mengantisipasi peluang investasi yang besar ke depannya sedangkan perusahaan dengan nilai q rendah menunjukkan bahwa pasar menilai perusahaan memiliki peluang investasi yang rendah (Ellinger, Ellinger, Yang, & Howton, 2002). Pada kondisi yang seimbang (ekuilibrium) atau kondisi ideal, q bernilai satu yang artinya nilai pasar sama dengan nilai buku aset. Jika q lebih dari satu (q>1), penambahan investasi perusahaan menjadi wajar karena laba yang dihasilkan melebihi biaya aset perusahaan. Jika q kurang dari satu (q<1), perusahaan lebih baik menjual asetnya daripada mencoba untuk mempertahankannya. Hirsch dan Seaks (1993) menemukan hasil yang lebih baik ketika Tobin’s Q dikomputasikan dalam bentuk logaritma natural.

2.4 Hubungan Antar Konsep

2.4.1 Pengaruh Cash Conversion Cycle (CCC) terhadap Firm Value

Siklus konversi kas cash conversion cycle (CCC) secara definitif adalah interval waktu antara pengeluaran kas untuk pembelian bahan baku sampai dengan waktu terkumpulnya kas dari hasil penjualan barang jadi pada perusahaan non- keuangan. Semakin tinggi atau cepat perputaran persediaan, mengurangi rata-rata persediaan sehingga menurunkan jumlah hari dalam pengelolaan persediaan,

(7)

dari penjualan lebih cepat, maka perusahaan mampu mengelola modal kerjanya dengan baik. Sebaliknya, semakin rendah atau lambat perputaran persediaan, maka menunjukkan bahwa periode keterikatan dana relatif lama, maka dapat mengurangi ketersediaan kas perusahaan yang dapat menimbulkan ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan operasional sehari-hari, proses produksi terhambat dan akhirnya kemampuan produksi juga menurun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyanto dan Permatasari (2014) yang menganalisis dampak manajemen modal kerja terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lai (2012) dan Deloof (2013) menunjukkan pengaruh negatif yang signifikan antara cash conversion cycle (CCC) dengan firm value. Perusahaan dengan pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien dapat dilihat dari siklus konversi kasnya yang semakin pendek. Perusahaan dengan siklus konversi kas yang pendek mengindikasikan perusahaan mampu mengumpulkan piutangnya dengan cepat dan membayar supplier lebih lambat namun dengan tetap menjaga kredibilitasnya. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas dan likuiditas yang optimal. Dengan demikian, semakin pendek siklus konversi kas sebuah perusahaan, maka kinerja perusahaan tersebut juga semakin baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2.4.2 Pengaruh Size dan Leverage terhadap Firm Value

Cash conversion cycle (CCC) perusahaan berbeda, sesuai ukuran perusahaan yang berbeda. Toro (2014) menyimpulkan, perusahaan yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola siklus konversi kas.

Perusahaan besar dapat membeli sejumlah persediaan yang besar sehingga mendapatkan potongan harga dari penyalurnya namun dengan tetap menjaga tingkat persediaannya. Penyalur mungkin akan lebih menyukai perusahaan besar dengan memberikan kelonggaran periode kredit. Selain itu perusahaan besar dipandang lebih memiliki keberhasilan dalam melakukan pengumpulan kas dari piutangnya. Faktor-faktor ini dapat mendorong siklus konversi kas perusahaan yang lebih besar menjadi lebih pendek dibandingkan pada perusahaan yang lebih kecil (Toro, 2014).

(8)

Size menunjukkan besarnya aset yang dimiliki dimana perusahaan yang besar umumnya memiliki total aset yang besar pula. Cash conversion cycle (CCC) digunakan untuk mengukur berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan untuk disimpan pada current assets (aktiva lancar) (Telly & Ansori, 2017). Nilai perusahaan yang meningkat dapat ditandai dengan perusahaan yang besar dengan nilai total aktiva perusahaan yang mengalami kenaikan dan lebih besar dibandingkan dengan jumlah utang perusahaan (Pratama, 2016). Hasil penelitian Abuzayed (2012) menunjukkan bahwa size berpengaruh terhadap firm value.

Perusahaan berutang kepada kreditur dengan tujuan untuk memanfaatkan kesempatan atas situasi bisnis yang ada dan meningkatkan nilai perusahaan.

Dengan memperoleh dana tambahan dari utang, perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya. Perusahaan yang menggunakan sumber dana dari utang harus mempertimbangkan kemampuannya untuk melunasi kewajiban tetapnya. Semakin rendah leverage mengindikasikan bahwa perusahaan lebih menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan melakukan hutang. Aset tinggi yang dimiliki perusahaan didapat dari hutang akan meningkatkan risiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya tepat waktu. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki ketergantungan besar terhadap kreditur (Rahmantio, 2018). Dalam penelitian ini, jika sudah terjadi hutang yg besar akan menyebabkan perusahaan sulit untuk melakukan utang kembali karena kalau utangnya besar kurang bisa mencari tambahan dana eksternal atau utang lagi dan bisa berdampak pada likuiditas, serta mengakibatkan working capital terganggu dan produksi terganggu sehingga akan berdampak pada profitabilitas perusahaan dan firm value. Sedangkan jika leverage rendah dampaknya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Pemilihan struktur modal yang tidak optimal akan menurunkan nilai perusahaan melalui penurunan tingkat profitabilitas yang ditandai dengan kerugian yang dialami oleh perusahaan (Pratama, 2016). Hasil penelitian Abuzayed (2012) dan Muhardi (2012)

(9)

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan dan leverage terhadap nilai perusahaan.

2.5 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesa

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan ruang lingkup masalah yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.

H1: Terdapat pengaruh Cash conversion cycle (CCC) yang signifikan terhadap firm value dengan size dan leverage sebagai variabel kontrol pada perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

Cash Conversion Cycle (CCC)

Firm Value

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi informasi dan komunikasi yang terdiri dari personal digital assistant (PDA), wireless fidelity (WI-FI), dan liquid crystal display (LCD) television digunakan oleh

Penyusunan dan penyelesaian tesis ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian penyelesaian studi pada Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Persamaan regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama antara variabel dependen dengan variabel independen secara serempak menggunakan analisis

Dalam pengecekan barang masih terdapat data-data yang tidak sesuai antara data barang secara fisik yang ada dengan catatan laporan keluar masuk barang sehingga

Pertumbuhan modal asing hanya akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, yaitu saat pertumbuhan modal asing melalui utang luar negeri dan foreign direct investment

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan kerja pada karyawan operator SPBU PT.”X” di Bandung yang ditinjau dari aspek gaji atau upah (pay), pekerjaan itu

Menghadapi hal tersebut, sebagai keuntungan dari adanya CRM, financial benefits memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan data pelanggan dengan cepat, mengidentifikasi

KWA’LIPP merupakan usaha penyedia layanan perencanaan acara, baik untuk acara pribadi ataupun acara kejutan.Jasa yang ditawarkan adalah membuat sebuah acara menjadi