• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri Kerupuk Kulit Anak Abak Durian Tarung : Perkembangan dan Peranan terhadap Tingkat Perekonomian Pelaku Usaha dan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Industri Kerupuk Kulit Anak Abak Durian Tarung : Perkembangan dan Peranan terhadap Tingkat Perekonomian Pelaku Usaha dan Masyarakat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

33

Industri Kerupuk Kulit Anak Abak Durian Tarung 2000-2019:

Perkembangan dan Peranan terhadap Tingkat Perekonomian Pelaku Usaha dan Masyarakat

Arinda Murwina Ratri1 (*), Azmi Fitrisia2

1,2 Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

*ratriarinda29@yahoo.com Abstract

This thesis is a study of economic history that discusses the development of the "Anak Abak”skin cracker industry on the Durian Tarung street in Pasar Ambacang sub-district, Kuranji Padang sub-district. Exposure on the struggle of the micro-scale industry or home industry that departed from loan capital with the diligence of the business carried out by Jamasri, the skin cracker entrepreneur, has now paid off and is able to contribute to the surrounding community by recruiting 7 permanent employees, giving the community the opportunity to participate in marketing the results of crackers and opportunities as a supplier of routine needs for the production of "Anak Abak” skin crackers.This research method is qualitative. Data collection techniques are interviews, observation and documentation openly with four types of respondents namely; Businessmen, Employees, Communities Around Industrial Locations and Traders who sell “Anak Abak” skin crackers around industrial sites. Using in-depth interview techniques with interview guidelines.From the results of the research, information about the historical development of the tides of the struggle of the home industry has been obtained, and in the form of a review of business management that describes the production process, capital management, raw materials, and marketing of the results of the production of skin crackers.

Besides that, it was also explained the role of the “Anak Abak” skin cracker industry on improving the economy, explained in terms of job creation, as well as its impact on the economic level of the surrounding community and on its own business actors.

Keywords : anak abak, kerupuk kulit, development, role, economy Abstrak

Artikel ini merupakan kajian sejarah ekonomi yang membahas perkembangan industri kerupuk kulit Anak Abak Durian Tarung yang berada di jalan Durian Tarung kelurahan Pasar Ambacang, kecamatan Kuranji Padang. Paparan tentang perjuangan industri skala mikro atau industri rumah tangga yang berangkat dari modal pinjaman dengan ketekunan usaha yang dilakukan oleh Jamasri sang pengusaha kerupuk kulit, sekarang telah membuahkan hasil dan mampu berkontribusi untuk masyarakat sekitar dengan merekrut 7 orang karyawan tetap, memberi peluang masyarakat untuk ikut memasarkan hasil kerupuk serta memperi peluang sebagai pemasok kebutuhan rutin untuk produksi kerupuk kulit Anak Abak. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi secara terbuka dengan empat macam sumber responden yakni; Pengusaha, Karyawan, Masyarakat Sekitar Lokasi Industri dan Pedagang yang menjual kerupuk kulit Anak Abak di sekitar lokasi industri. Menggunakan teknik wawancara mendalam in-depth interview dengan panduan pedoman wawancara. Dari hasil penelitian telah diperoleh informasi tentang gambaran sejarah perkembangan yang memaparkan pasang surutnya perjuangan industri rumah tangga ini, selanjutnya berupa tinjauan pengelolaan usaha yang memaparkan proses produksi, manajemen permodalan, bahan baku,dan pemasaran hasil produsi kerupuk kulit. Disamping itu dipaparkan pula peran industri kerupuk kulit Anak Abak terhadap peningkatan perekonomian

(2)

34

dipaparkan dari sisi penciptaan lapangan pekerjaan, serta dampaknya terhadap tingkat perekonomian masyarakat sekitar maupun pada pelaku usahanya sendiri.

Kata Kunci: anak abak, kerupuk kulit ,perkembangan , peran, ekonomi

Pendahuluan

Kerupuk jangek atau kerupuk kulit adalah olahan kerupuk yang terbuat dari kulit hewan ternak yang diambil dagingnya seperti sapi, kerbau atau kambing. Harga rambak kulit relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan jenis jenis kerupuk yang lain, tentu saja ini disebabkan oleh bahan utama dalam pembuatannya yakni kulit hewan. Selain itu rasa kerupuk rambak kulit juga lezat dan memiliki rasa ciri khas tersendiri.

Industri kerupuk kulit “Anak Abak” berdiri pada tahun 1997.Industri pada saat sebelum masa krisis moneter pada tahun 1998 perindustrian ini berkembang sangat pesat. Saban hari, rumah Nita istri Jamasri yang berada di Durian Tarung Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Padang, penuh aktivitas yang berkaitan dengan membuat kerupuk kulit yang sekarang memiliki 7 karyawan.

Dibalik keberhasilan yang nampak saat ini, ternyata usaha tersebut telah melampaui dan lolos dari berbagai kendala yang ditemui, bahkan pada tahun 1998 karena terhimpit dengan keadaan ekonomi yang serba kekurangan dan di awal Mei tahun 1998 terjadi pula krisis ekonomi dan krisis moneter yang mengakibatkan harga bahan pokok dan mahalnya harga kulit sapi, maka industri kerupuk kulit sempat gulung tikar pada tanggal 8 Mei 1998.

Akan tetapi, setelah masa krisis moneter telah berakhir maka usaha industri kerupuk kulit “Anak Abak” kembali memulai kembali aktivitas perindustriannya pada tanggal 12 Januari 2000 yang di rintis oleh keluarga dan dari perindustrian ini telah mulai berkembang secara pesat dan signifikan,dan dari industri itulah bisa merubah perekonomian baik untuk pendiri usaha tersebut dan masyarakat di sekitar daerah Durian Tarung yang pada umumnya berasal dari keluarga yang taraf ekonomi jauh dari kata berkecukupan.

Selanjutnya batasan masalah pada penelitian ini adalah tentang usaha perindustrian kerupuk kulit “Anak Abak” sebagai solusi permasalahan perekonomian pelaku usaha dan masyarakat di Durian Tarung, dengan tujuan penelitian yaitu; 1) Untuk mengetahui proses berdiri dan sejarah perkembangan usaha kerupuk kulit “Anak Abak” di Durian Tarung. 2) Untuk proses pengelolaan industri kerupuk Anak Abak. 3) Untuk mengetahui setelah di dirikannya industri tersebut apakah ada pengaruh terhadap perekonomian baik untuk pengusaha industri itu sendiri dan untuk masyarakat yang ada di sekitar tempat industri tersebut.

Ada beberapa hasil penelitian yang bisa dijadikan rujukan untuk penelitian ini.

penelitian Lula Nadia (2014) dengan judul Nutrisi Dan Beberapa Kriteria Halal Kerupuk Kulit Jangek menyimpulkan bahwa kerupuk kulit ini selain bisa membantu ekonomi,kerupuk ini bisa di pergunakan untuk kesehatan karena kerupuk kulit ini memiliki nutrisi untuk kesehatan dan dapat menyembuhkan penyakit seperti mag dan lain-lainnya. Penelitian Robby Chandra Mulya (2015) dengan judul Upaya Dan Kendala Pengusaha Kerupuk Jangek Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Di Kota Padang menyimpulkan bahwa dengan adanya usaha industri ini dapat meningkatkan hasil perekonomian baik untuk pelaku usaha itu sendiri dan masyarakat yang ada di sekitar tempat industri ini berdiri. Penelitian Oktavia Uli (2014) menyimpulkan bahwa peran industri rumah tangga sangat mendukung perekonomian baik untuk si pelaku

(3)

35

usaha itu sendiri da masyarakat yang ada di sekitar industri itu berdiri. Sementara itu, Putri Diana Sari (2014) melalui penelitiannya dengan judul Industri Kerupuk Jangek Buk Kai menyimpulkan bahwa dengan didirikan usaha kerupuk jangek Buk Kai ini dapat mengubah sistem perekonomian masyarakat yang berada di jalan Andalas kota Padang dan bisa menambah pendapatan masyarakat Andalas tersebut.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk melakukan penyelidikan yang seksama dan teliti mengenai suatu permasalahan. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga menggunakan metode yang dijadikan sebagai landasan penulisan. Metode yang yang digunakan adalah metode penelitian sejarah atau metode historis, metode sejarah terdiri dari empat tahap yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historoigrafi (penulisan sejarah) (Louis Gottschalk, 1992 hlm 32). Heuristik (Pengumpulan Data) Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti.misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah. Sumber yang digunakan ada dua yaitu data primer dan skunder. Sumber primer yang digunakan penulis adalah wawancara dengan pemilik industri, pekerja, pedagang dan masyarakat di sekitar industri. Untuk data skunder, penulis menggunakan data seperti buku, internet, berita online, skripsi, jurnal. Kritik (Verifikasi) Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.

Kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah. Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnya tentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sendiri. Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.

Kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada. Interpretasi (penafsiran) adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunkan. Historiografi (penulisan sejarah) adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan

(4)

36

berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.

Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana).

Langkah selanjutnya adalah interpretasi. Untuk menghasilkan cerita sejarah fakta yang telah dikumpulkan diinterpretasikan terlebih dahulu. Interpretasi yaitu analisis sejarah yang dilakukan dengan 2 metode yaitu analisis (menuraikan) dan sintesis (menyatukan). Tujuan interpretasi adalah menyatukan sejumlah data yang diperoleh dari berbagai sumber sejarah serta disusun secara benar dan menyeluruh. Langkah yang paling akhirakan dilakukan dalam penelitian ini adalah penulisan. Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnyasejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.

Metode penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi secara terbuka dengan empat macam sumber responden yakni;

pengusaha, karyawan, masyarakat sekitar lokasi industri dan pedagang yang menjual kerupuk kulit Anak Abak di sekitar lokasi industri. Menggunakan teknik wawancara mendalam in-depth interview dengan panduan pedoman wawancara.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan.Dalam pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda.

Dalam konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkanaan dengan masyarakat. Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan.

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu : Tingkat pendidikan, Jenis pekerjaan, Tingkat pendapatan, Jenis pekerjaan, Keadaan rumah tangga, tempat tinggal, kepemilikan kekayaan, jabatan dalam organisasi,dan aktivitas ekonomi. Sosial mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sementara itu ekonomi memiliki artian sebagai ilmu yang berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan. Sekilas Sosial dan Ekonomi seperti dua hal dan cabang ilmu yang berbeda, namun diantara keduanya sebenarnya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang erat tersebut adalah, jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi di masyarakat kita. Jadi bisa dijadikan kesimpulan adalah bahwa sosial ekonomi mengandung pengertian sebagai segala sesuatu hal

(5)

37

yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan.

Ray (1998) dalam bukunya, Economics Development, menyatakan bahwa tidak saja pembangunan ekonomi yang mempunyai dampak terhadap penduduk, tetapi juga sebaliknya perubahan penduduk mempunyai implikasi terhadap pembangunan perekonomian.

Pembangunan yang menfokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia akan memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan di sebuah wilayah, karena dengan besarnyajumlah penduduk yang berkualitas akan menjadi modal pembangunan, dan sebaliknya banyaknya jumlah penduduk dapat menjadi beban dari suatu pemerintahan jika kualitas penduduknya rendah.

Menurut Kartasapoetra (2000), pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan banyaknya pekerja yaitu. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan bahwa industri kecil merupakan suatu kegiatan usaha yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :254/MPP/ Kep/1997, tanggal 28 Juli 1997).

Kendati banyak definisi mengenai industri kecil, namun menurut Tambunan (1999) produk yang dihasilkan oleh industri kecil memiliki kekuatan-kekuatan diantaranya padat karya, produk sederhana, produk-produknya bernuansa kultur seperti kerajinan dari bambu dan rotan atau ukir-ukiran kayu, agricultural based, dan modal kerja berasal dari uang sendiri atau pinjaman dari sumber informal. Secara umum dapat dikatakan bahwa industri kecil/kerajinan merupakan suatu lapangan usaha di luar sektor pertanian yang cocok bagi golongan ekonomi lemah, permodalan yang tidak terlalu besar, serta teknologinya sederhana, memungkinkan pemilik serta penyelenggaraanya lebih luas, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Berdasarkan simpulan permasalahan penelitian yang diperkuat dengan rujukan contoh contoh hasil penelitian di atas, maka dalam penelitian ini disusunlah tahapan konsep Kerangka Berpikir dengan tajuk Sejarah Perindustrian Kerupuk Kulit Anak Abak, yang akan mengkaji Proses Sejarah Berdirinya Industri Kerupuk Anak Abak.

Berikutnya akan membahas Perkembangan Industri dan Perubahan Sosisl Ekonomi yang menitik beratkan bahasan pada aspek Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mendukung Perkembangan UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menegah. Pada bagian akhir kerangka berpikir ini penelitian membahas tentang Dampak Usaha Kerupuk Kulit tersebut terhadap tingkat Perekonomian Pelaku Usaha dan Masyarakat sekitar.

1. Gambaran Umum Industri Kerupuk Kulit

1.1 Keadaan Geografis dan Gambaran Kependudukan di Durian Tarung

Durian Tarung yang terletak di Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji kota Padang yang memiliki luas wilayah nya 5,03 km dengan jumlah penduduk 19.212 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 3.911 per km2.

(6)

38 Tabel 1

Komposisi Angkatan Kerja Penduduk di Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Tahun 2018

Sumber: Kecamatan Kuranji Dalam Angka 2019, diolah.

Dengan komposisi 70 persen angkatan kerja mengindikasikan ketersediaan tenaga kerja lokal yang banyak, namun bila dilihat dari sisi tingkat kesejakteraan ternyata kelurahan Durian Tarung memiliki Keluarga Pra Sejahtera paling tinggi dibandingkan kelurahan lain di kecamatan Kuranji.

Tabel 2

Hasil pentahapan keluarga sejahtera menurut kelurahan di Kecamatan Kuranji 2018

Sumber: Kecamatan Kuranji Dalam Angka 2019, diolah.

1.2 Kebijakan Pemerintah Bidang Perindustrian dan Perdagangan terkait UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Industri Makanan

Kebijakan Pemerintah Pusat

Istilah UMKM menjadi populer setelah terbitnya UU Nomor 20 Tahun 2008, yang membagi jenis usaha sesuai pada skala ini menjadi tiga ukuran yakni: (1) Usaha Mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh individu dan / atau badan usaha perorangan

(USIA 0 - 14)

15-64 (ANGKAT

AN KERJA)

(USIA 65 -75+)

jumlah 4,972 13,778 924

prosentase 25% 70% 5%

- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

Jumlah Penduduk

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Jumlah Penduduk

Kelurahan PRA SEJAHTERA KELUARGA SEJAHTERA I KELUARGA SEJAHTERA II

(7)

39

yang telah memenuhi kriteria untuk usaha mikro sebagaimana didefinisikan oleh Undang- undang ini. (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dan dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. (3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Sedangkan pembagian kategori jenis usaha di atas sesuai UU didasarkan atas kriteria aset dan omzet UMKM seperti dalam tabel berikut :

Tabel 3

Kriteria Aset dan Omzet UMKM sesuai UU Nomor 20 Tahun 2008.

Ukuran

usaha Aset Omzet

Mikro Maksimal Rp.50 juta Maksimal Rp.300 juta Kecil > Rp.50 Juta – Rp.500 Juta >Rp.300 Juta – Rp.2,5 miliar Menengah > Rp.500 Juta – Rp.10 Miliar > Rp.2,5 miliar – Rp. 50 miliar

Besar >Rp.10 Miliar >Rp.50 Miliar

Adapun bentuk atau aspek pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat yang dijabarkan menjadi lebih operasional oleh Pemerintah Daerah dalam rangka menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: Pendanaan;. Sarana dan prasarana; informasi usaha; kemitraan; perizinan usaha;

Kesempatan berusaha; promosi dagang; dukungan kelembagaan

Kebijakan Pemerintah Daerah

Agar kerupuk kulit bisa dipasarkan secara lebih luas hingga ke pasar-pasar modern makanya melalui Dinas Kesehatan, mereka difasilitas untuk mendapatkan perizinan berupa P- IRT, label halal dari LPPOM MUI, bahkan untuk menjamin legalitas merek usaha, melalui Kemenhum UMKM-UMKM ini difasilitasi dengan HKI atau Hak Kekayaan Intelektual.

Namun karena keterbatasan informasi dan akses terhadap instansi-instansi tersebut, sebagaian besar UMKM kerupuk kulit di kota Padang belum terdaftar dan belum memiliki berbagai perizinan tersebut.

Pelaksanaan dari berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Padang terhadap UMKM ini secara operasional menjadi tanggung jawab beberapa instansi atau Organisasi Pemerintah Daerah yaitu: Kantor Kelurahan, Kantor Kecamatan, Dinas Kesehatan

(8)

40

Kota, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut BPMPTSP adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Padang.

Selain instansi dari Pemerintah Kota Padang terdapat juga instansi lain terkait dengan pembinaan UMKM yaitu : Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Balai Besar POM Kementerian Kesehatan di Padang serta Lembaga Pengkajian Pangan Obat obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Sumatera Barat atau LPPOM MUI di Padang

2. Perkembangan dan Pertumbuhan UMKM Industri Makanan

Usaha kecil yang mulai berkembang yang banyak didasari dari falsafah family business (bisnis keluarga). Usaha kecil ini tumbuh dikarenakan keterpurukan ekonomi yang diakibatkan adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 yang mengakibatkan perekonomian pada saat itu mengelami keterpurukan akibat jatuhnya perekonomian masyarakat Indonesia yang membuat ide untuk mendirikan industri kecil yang bertujuan untuk menopang ekonomi keluarga yang nanti hasil dari usaha tersebut akan digunakan umtuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-sehari.

Perkembangan UMKM sendiri banyak bergerak dibidang makanan, dengan adanya UMKM dibidang industri makanan ini telah memberikan dampak yang sangat besar untuk pembangunan ekonomi dalam aspek produksi, penyerapan tenaga kerja dan ekspor. Pada tahun 2005 UMKM makanan di Indonesia juga terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,66%

yang melebihi target sebesar 3,4%.

Kementerian Perindustrian mencatat, bahwa yang menjadi penyumbang terbesar untuk perekonomian Indonesia yaitu industri makanan yang memiliki peranan yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu capaian tersebut mengalami kenaikan empat persen di tahun 2016. Pada tahun 2019 perkembangan dan pertumbuhan UMKM dibidang industri makanan sebesar 13% dengan nilai penjualan sebesar Rp 960 miliyar.

Demikian halnya geliat UMKM di provinsi Sumatera Barat, ternyata berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat menunjukkan angka positif untuk pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil sebesar 1,66 persen.

3. Ketersediaan Kulit Sapi dan Kerbau Sebagai Sumber Bahan Baku Kerupuk Kulit di Kota Padang

Berdasarkan tabel yang berasal dari publikasi BPS yakni Kota Padang dalam Angka 2019 tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2018 jumlah ternak sapi potong tercatat sebanyak 21 760 ekor dan populasi kerbau sebanyak 2 839 ekor, sehingga secara total berjumlah 24.099 ekor, yang tersebar di seluruh kecamatan di kota Padang. Namun pada kenyataannya tak dapat dipungkiri bahwa ada bentuk usaha lain seperti penyamakan kulit sebagai bahan baku pembuatan sepatu, tas dan lainnya, juga membutuhkan kulit sapi dan kerbau ini sebagai bahan baku utama pada industri penyamakan kulit mereka, disamping usaha kerupuk kulit. Hal tersebut tentu saja akan menjadi kendala pada waktu terjadi kelangkaan bahan baku, tentu perlu upaya ekstra lagi untuk dapat berbagi kuota kulit sapi dan kerbau.

Walaupun dalam prakteknya di Kota Padang ataupun di Sumatera Barat berlaku cara memperoleh atau penguasaan akan bahan baku kulit memang bersifat khusus dan unik, karena sudah menjadi kelaziman bahwa setiap pengusaha kerupuk kulit harus mampu membeli bahan

(9)

41

baku yang berupa kulit basah yang berasal dari ternak dari pedagang daging yang biasa dipanggil toke dengan syarat harus membayar dimuka sebesar Rp. 50 juta, untuk memastikan usahanya memperoleh pasokan bahan baku kulit secara rutin. Data atau informasi lain yang secara langsung menggambarkan ketersedian bahan baku kulit sapi dan kerbau yang berasal dari Kota Padang, tercermin pada Tabel tentang Jumlah Ternak yang dipotong Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kota Padang 2018 yang berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik Kota Padang berupa Padang Dalam Angka 2019 di bawah ini.

Tabel 4

Kecamatan Sapi

Potong Kerbau 1 Bungus Teluk

Kabung 163 3

2 Lubuk Kilangan 344 - 3 Lubuk Begalung 1 080 - 4 Padang Selatan 515 -

5 Padang Timur 920 -

6 Padang Barat 427 -

7 Padang Utara 600 -

8 Nanggalo 600 -

9 Kuranji 1 172 7

10 Pauh 478 -

11 Koto Tangah 6 188 1 041 Padang 12 487 1 051 Sumber: Kota Padang Dalam Angka 2019

Berdasarkan tabel di atas tercatat pada tahun 2018 jumlah ternak sapi yang dipotong tercatat sebanyak 12.487 ekor dan ternak kerbau sebanyak 1.051 ekor, sehingga secara total berjumlah 13.438 ekor.

Angka tersebut langsung dapat diperhitungkan sebagai potensi jumlah Kulit Sapi dan Kerbau yang berasal dari lokal kota Padang, yang bila dilihat dari waktu pemotongan menurut bulan dan jenis ternaknya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(10)

42 Tabel 5

Jumlah Pemotongan Ternak Menurut Bulan dan Jenis Ternak di Kota Padang 2018

Bulan Sapi

Potong Kerbau

1 Januari 540 83

2 Februari 444 87

3 Maret 434 73

4 April 372 53

5 Mei 464 100

6 Juni 606 60

7 Juli 383 96

8 Agustus 8 082 45

9 September 373 60

10 Oktober 215 111

11 November 321 144

12 Desember 253 139

Padang 12 487 1 051 Sumber: Kota Padang Dalam Angka 2019

Berdasarkan data dalam tabel terlihat adanya pola pemotongan ternak yang berfluktuasi pada bulan bulan tertentu, seperti pada bulan Januari, Juni dan Agustus, ternyata fluktuasi jumlah pemotongan hewan ternak tersebut disebabkan oleh adanya peringatan Hari Raya keagamaan, seperti bulan Ramadhan, Hari Raya Idhul Fitri, Idhul Adha.

Siklus jumlah pemotongan hewan ternak tersebut selalu berulang setiap tahunnya dan bagi para pengusaha kerupuk kulit bulan bulan tersebut merupakan masa pasokan bahan baku yang melimpah dan tentu saja sesuai dengan hukum ekonomi karena pasokan bahan baku melimpah tersebut biasanya harganyapun juga menjadi lebih murah. Disinilah letak kejelian pengusaha dalam mempersiapkan dana untuk membeli kulit basah tersebut harus dengan perhitungan yang cermat, agar tidak mempengaruhi perputaran arus kas dan kontinuitas jalannya industri kerupuk mengalami kendala.

4. Ketersediaan Kulit Sapi dan Kerbau Sebagai Sumber Bahan Baku Kerupuk Kulit di Provinsi sumatera Barat

Melengkapi informasi terkait bahan baku kerupuk kulit yang ternyata dalam prakteknya kulit sapi dan kerbau yang menjadi sumber bahan baku tidak selalu berasal dari wilayah lokal sekitar lokasi industri, namun sering kali kulit basah tersebut diperoleh dari luar daerah. Oleh karenanya berikut dipaparkan data yang bersumber dari publikasi BPS Sumatera Barat yakni Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019. Dalam tabel tersebut telah disandingkan data Jumlah Populasi Ternak Sapi dan Kerbau dengan data Jumlah Pemotongan Ternak Sapi dan Kerbau selama tahun 2018 di 19 Daerah Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Sumatera Barat.

(11)

43

Berdasarkan data tersebut tercatat jumlah total populasi ternak sapi dan kerbau adalah 479.132 ekor ternak dan jumlah pemotongan jenis ternak yang sama adalah 101.588 ekor atau hanya sebesar 21,2 % saja, hal tersebut menunjukkan bahwa untuk kelangsungan pasokan bahan baku kulit sapi dan kerbau di wilayah Provinsi Sumatera Barat tergolong aman.

5. Profil dan Perkembangan Usaha Industri Kerupuk Anak Abak

Berdua dengan ditemani sang istri Jamasri pemilik dari usaha kerupuk ini mengatakan bahwa yang mulanya hanya bermodal Rp.1.500.000,- dengan modal sebesar itu ternyata cuma bisa membeli kerupuk mentah dari usaha kerupuk lain untuk diproses dengan menggoreng, mengemas dalam kantung plastik dan untuk mempromosikan hasil usahanya beliau mencari pelanggan dengan cara memasarkan kerupuk kulit tersebut dengan cara membawanya ke setiap warung-warung yang ada di Durian Tarung tersebut dengan menggunakan motor saudaranya.

Sayangnya dengan adanya krisis moneter tahun 1998 telah berimbas pada usaha yang mulai dirintis ini, terpaksa menghentikan jalannya usaha dan mengawali lagi usahanya pada tahun 2000 dengan modal pinjaman lagi sekitar Rp.2.000.000,- dan setelah mendapatkan pelanggan serta melihat prospek pasar kerupuk kulit yang menjanjikan selanjutnya beliau mulai mencoba mencari tambahan modal usaha, kondisi ini berjalan hingga tahun 2007.

Akhirnya pada tahun 2007 melalui Bank BRI usaha ini mendapat pinjaman modal pertama sebesar Rp.15.000.000,- dan mulai meningkatkan skala usahanya dengan mulai mempekerjakan satu orang karyawan untuk memproses sendiri bahan baku kulit sapi basah sampai menjadi kerupuk, walaupun masih terbatas hanya mampu memproses kulit dari satu ekor sapi saja setip harinya.

Namun jika dilihat pada sisi penjualan hasil produksinya maka peningkatan tersebut juga telah memperluas jelajah pemasarannya hingga ke luar kota Padang, dan beliau mendapatkan pelanggan dari berbagai kota seperti Batusangkar, Payakumbuh, Bukittinggi, Pesisir Selatan, dan selain itu beliau juga mencoba memasarkan sampai ke toko oleh-oleh yang terkenal di sekitar kota Padang seperti Christine Hakim, keripik balado Sherlly, keripik balado Mahkota, dan toko oleh-oleh khas minangkabau Fauzi yang terletak di jalan bypass kuranji yang berlokasikan di dekat Puskesmas Pasar Ambacang (Wawancara dengan Jamasri pemilik usaha kerupuk kulit anak abak).

Setelah mendapatkan suntikan modal pertama maka perkembangan yang menunjukkan peningkatan usaha industri kerupuk kulit Anak Abak masih terus berlanjut, sampai pada tahun 2010 kepercayaan dari Bank pun kembali dengan pengucuran Modal Pinjaman yang kedua senilai Rp.25.000.000,- diberikan untuk pengembangan usaha ini.

Dengan suntikan modal kedua ini usaha kerupuk kulit ini semakin meningkatkan kapasitas produksi dan pemasarannya, maka kebutuhan karyawanpun menjadi suatu keharusan sehingga merekrut 2 orang karyawan lagi guna memenuhi target produksi. Perkembangan usaha industri kerupuk kulit semakin meningkat lagi sehingga pada tahun 2015 Jamasri kembali dipercaya oleh Bank BRI memperoleh pinjaman non KUR sebesar Rp.150.000.000,-

Pinjaman tersebut diperoleh dengan agunan berupa BPKB mobil pikupyang telah dimiliki beberapa bulan sebelumnya dari hasil arisan atau julo-julo ( Julo-julo, istilah populer di padang yang berarti arisan dengan koordinator arisan disebut sebagai kepala julo-julo yang bertanggung jawab mengadministrasikan pelaksanaan arisan, biasanya dengan imbalan satu

(12)

44

kali pembayaran pertama dari peserta arisan menjadi hak kepala julo-julo.), dengan perjanjian selama masa pelunasan maka BPKB kendaraan tersebut menjadi jaminan bank, adapun pinjaman tersebut digunakan untuk investasi untuk pengadaan bahan baku kulit yakni dengan melakukan kontrak pembelian rutin kulit sapi atau kerbau dari pedagang daging yang di dunia industri kerupuk kulit dikenal dengan nama toke (adalah pedagang daging yang menjadi penyedia bahan baku kulit untuk industri kerupuk kulit.).

Dengan pasokan tersebut menambah kapasitas produksinya hingga setiap hari mampu mengolah 5 – 6 lembar kulit sapi basah, menambah 2 orang karyawan bagian produksi dan 2 orang karyawan bagian penjualan. Peluang pasar telah menambah jenis hasil produksi usaha kerupuk kulit ini dengan menjual juga kerupuk mentah kering, selain kerupuk latuah/ siap goreng dan kerupuk matang.

Dari hasil wawancara dengan responden yang merupakan pedagang yang berlokasi disekitar Durian Tarung telah diperoleh jawaban bahwa lebih seperempat atau 28,6% dari responden atau penjual yang ditanya mengaku sebagai pedagang baru yang kurang satu tahun menjual kerupuk Anak Abak, angka ini mengindikasikan jelajah pemasaran kerupuk kulit Anak Abak mulai mampu mengakses titik-titik penjualan baru, disamping itu juga menunjukkan tumbuhnya aktivitas perniagaan dilokasi Durian Tarung dan sekitarnya.

6. Pengamanan Stok Bahan Baku

Pentingnya pengelolaan bahan baku kulit mentah, mengingat kulit sapi atau kerbau hanya dapat diperoleh dari para penjual daging lokal, yang biasanya hanya akan menjual kulit dari hasil sembelihan kepada industri kerupuk kulit dengan kontrak pembayaran dimuka, rutin setiap hari. Pasokan ini terkadang juga kerap kali menurun karena serbuan daging impor ke pasaran yang mengakibatkan para pedagang daging tersebut hanya menyembelih sapi atau kerbau setengah bahkan kurang dari jumlah biasanya.

Untuk itulah bagi industri kerupuk kulit menjadi wajib untuk melakukan pengamanan stok bahan baku kulit mentah guna menjamin kontinuitas produksinya. Adapun selain dari pasokan pedagang daging yang telah dikontrak, maka pasokan kulit mentah juga dapat diperoleh dari masyaraat secara insidental terkait dengan kegiatan keagamaan, yang biasanya dalam satu tahun ada tiga kali yaitu : bulan puasa Ramadhan, hari raya Idhul Fitri dan Hari raya qurban atau Idhul Adha.

Dari ketiga momen tersebut hari raya qurbanlah pengusaha kerupuk kulit dapat peluang melakukan pembelian bahan baku kulit dalam jumlah cukup besar dengan harga beli yang relatif lebih murah dibandingkan hari biasa, namun untuk dapat melakukan pembelian sudah barang tentu sangat ditentukan oleh kemampuan keuangan atau ketersediaan modal untuk membeli kulit mentah tersebut, maka sudah menjadi kebiasaan para pengusaha kerupuk kulit akan mengupayakan dana ekstra menyongsong datangnya tiga momen aktifitas masyarakat melakukan penyembelihan sapi atau kerbau, bahkan bila perlu akan mengupayakan dana yang berasal dari pinjaman.

7. Strategi Menembus Pasar Kerupuk Kulit

Setelah mendapatkan beberapa kali pinjaman kredit KUR dan non KUR BRI sebesar Rp. 15.000.000,- yang pertama, Rp.25.000.000,- yang kedua serta Rp.150.000.000,- yang

(13)

45

ketiga, maka skala produksi mengalami peningkatan yang signifikan yakni dari sebelumnya yang hanya mengolah bahan baku kulit satu ekor sapi saja, telah meningkat menjadi 5 – 6 ekor per harinya. Demikian pula dengan hasil produksi yang dipasaran telah bertambah dengan menjual juga kerupuk mentah kering, selain kerupuk latuah/ siap goreng dan kerupuk matang.

Untuk yang mentah dan latuah dipasarkan sampai diluar kota Padang seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Batusangkar, Pesisir Selatan yang menurut informasi dari Bapak Jamasri para buyer/ pembeli dari luar kota tersebut akan memproses sendiri lebih lanjut kerupuk mentah yang telah dibelinya dan kemudian mereka jual ke toko oleh-oleh seperti toko Fauzi, toko keripik balado Christien Hakim, toko keripik balado Mahkota, toko keripik balado Sherlly, yang mayoritas berada di kota Padang.

Ternyata untuk langsung memasarkan produk kerupuk kulit ke toko oleh-oleh memang tidak mudah dan harus melalui tahap-tahap tertentu sampai mendapatkan kepercayaan sebagai supplier ke toko oleh-oleh tersebut. Selanjutnya setelah mendapatkan pengakuan dan kepercayaan barulah mendapatkan kuota jumlah pasokan rutin sesuai kebutuhan toko itu, berdasaran kondisi tersebut industri kerupuk kulit Anak Abak lebih memilih sebagai pemasok supplier daripada langsung memasarkan ke toko oleh-oleh itu.

Tentunya pilihan ini juga telah melalui proses pertimbangan yang dianggap paling sesuai dengan kondisi usaha, peluang pasar dan prospek pengembangan usaha di masa mendatang. Menurut pengakuan Jamasri peluang pasar untuk kerupuk kulit masih sangat terbuka luas, artinya daya tampung pasar masih sangat besar yang lebih jauh dapat diartikan pemasaran hasil produksi bukan merupakan kendala usahanya sampai saat ini.

8. Peran Industri Kerupuk Anak Abak Terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat

Penciptaan lapangan kerja yang disebabkan oleh berdiri dan berkembang pesatnya industri kerupuk kulit Anak Abak ini, telah dibuktikan dengan hasil wawancara dan pernyataan dari responden terkait penciptaan lapangan pekerjaan ini. Para responden terpilih berdomisili disekitar Durian Tarung Kelurahan Pasar Ambacang, terdiri dari : masyarakat sekitar lokasi industri kerupuk kulit, karyawan Anak Abak dan para penjual hasil produksi kerupuk Anak Abak baik yang bersifat grosir maupun eceran.

Peran industri kerupuk kulit dalam menyerap pekerjaan dapat di golongkan menjadi tiga yakni, sebagai pekerja tetap atau karyawan Anak Abak, kedua sebagai pekerja musiman atau tambahan pekerja bersifat sementara kalau ada tambahan produksi ekstra, dan ketiga sebagai penjual kerupuk lepas atau penjual keliling.

Lapangan kerja tidak langsung juga tercipta bagi masyarakat sekitar lokasi industri kerupuk kulit Anak Abak ini adalah berbentuk peluang pekerjaan sebagai pemasok kebutuhan rutin untuk kegiatan usaha, baik untuk memenuhi keperluan proses produksi maupun untuk keperluan pemasaran hasil produksi kerupuk kulitnya.

Walaupun hanya berstatus industri berskala mikro atau berbentuk industri rumah tangga, namun dengan adanya industri kerupuk kulit Anak Abak ini bisa menyerap cukup banyak tenaga kerja. Dengan demikian keberadaan industri kerupuk kulit Anak Abak juga dapat diartikan telah berperan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di sekitar lokasi industri.

(14)

46

Kontribusi nyata industri kerupuk kulit Anak Abak sebagai peningkat keterampilan tenaga kerja yang mendapatkan pengalaman di dalam industri rumah tangga tersebut, tentu akan sangat berguna bagi karyawan yang bersangkutan dan dapat dikembangkan menjadi pelaku- pelaku industri kerupuk kulit di masa mendatang.

9. Dampak usaha kerupuk kulit terhadap tingkat perekonomian pelaku usaha dan masyarakat

Pelaku Usaha, peningkatan perekonomian pelaku usaha ini tercermin dari status aset usaha dan permodalandiantaranya; sudah memiliki sebuah mobil pikup dan stok bahan baku berupa lembaran kulit sapi dan kerbau sekitar 3 (tiga) ton, omzet produksi kerupuk kulit baik yang masih mentah, setengah matang maupun yang sudah matang yang diperkirakan hampir mencapai Rp.100.000.000,- per bulan, jumlah karyawan tetap yang dipekerjaan di industri kerupuk kulit ini sebanyak 7 (tujuh) orang.

Untuk mengetahui peran terhadap peningkatan perekonomian masyarakat sekitar lokasi industri, telah ditanyakan pula pendapat para responden tentang bemanfaat atau tidak keberadaan industri kerupuk ini di Durian Tarung dan sekitarnya. Dari jawaban yang masuk mayoritas atau lebih dari 80 persen menyatakan bermanfaat dan sisanya 20 persen menjawab Tidak Tahu/Tidak Jawab, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada jawaban yang menyaatakan tidak ada manfaatnya.

Pendapat Karyawan Tentang Keadaan Ekonomi Keluarganya Sebelum dan Setelah Bergabung dengan Industri Kerupuk Anak Abak, 71,43% menjawab Lebih Baik dan 28,57%

menjawab Jauh Lebih Baik. Pendapat Masyarakat Sekitar Lokasi Apakah Merasa Terganggu Dengan Aktivitas Industri Kerupuk Kulit Anak Abak, 70% menjawab Tidak Terganggu dan 30% menjawab Tidak Tahu/Tidak Jawab. Pendapat Masyarakat Sekitar Lokasi Apakah Keberadaan Industri Kerupuk Kulit Anak Abak Memberi Manfaat Bagi Masyarakat Sekitar, 80% menjawab Ya,Ada dan 20% menjawab Tidak Tahu/Tidak Jawab.

10. Posisi Produk Kerupuk Kulit Anak Abak Dimata Para Pedagang

Bagi industri kerupuk kulit maka informasi pedagang atau para penjual terhadap hasil produksinya merupakan hal penting guna mengetahui tanggapan konsumen melalui mereka berikut ini jawaban atas beberapa pertanyaan seputar produk Anak Abak. Jawaban Para Pedagang Mengenai Mana Yang Lebih Disukai Pembeli Kerupuk Kulit Anak Abak Atau Merk Lainnya, 57,14% menjawab Merk Anak Abak, 28,57% menjawab Merk Lainnya dan 14,29%

menjawab hanya Jual Merk Anak Abak

Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa produk Anak Abak disukai lebih dari setengah konsumen kerupuk kulit. Jawaban Para Pedagang Mengenai Apa Kelebihan Kerupuk Kulit Anak Abak Dibandingkan Merk Lainnya, 42,86% menjawab Rasa Lebih Enak, 42,86%

Renyah dan Lembut Digigit dan 14,29% menjawab kemasan Baik dan Bersih. Sedangkan untuk pertanyaan sebaliknya maka Jawaban Para Pedagang Mengenai Apa Kekurangan dari Kerupuk Kulit Anak Abak Dibandingkan Produk Sejenis, 50% menjawab Rasa Kurang Asin, 14%

menjawab Isi Lebih Sedikit dan 36,7% menjawab Lainnya. dan dijawaban lainnya disebutkan pasokan kerupuk kulit sering telat datang.

(15)

47

Profil Responden adalah sebagai berikut; (1) Pengusaha atau pemilik industri kerupuk Anak Abak, 2 orang suami istri Jamasri; (2) Karyawan Tetap Anak Abak 7 orang; (3) Masyarakat sekitar lokasi industri 56 orang, diambil secara random atau acak; (4) Pedagang atau Penjual Kerupuk Anak Abak di Durian Tarung dan sekitarnya 28 responden, diambil secara random atau acak.

Simpulan

Anak Abak industri skala mikro yang meningkat ke industri kecil, setelah memiliki karyawan tetap 7 orang.Kegigihan berusaha yang pantang menyerah dan selalu menjaga kepercayaan, cermin keberhasilan keberhasilan berusaha memang harus dengan kerja keras dan pantang menyerah pada setiap permasalahan yang muncul dalam aktivitas usahanya.Peningkatan skala usaha membutuhkan peningkatan kemampuan manajerial pengelolaan. Dibalik cerita sukses industri kerupuk Anak Abak dengan adanya peningkatan skala usaha dari status industri mikro rumah tangga ke level industri kecil, telah berdampak pada aspek pengelolaan usaha menjadi lebih rumit dan lebih beragam hal-hal yang harus dikerjakan, yang sebelumnya dalam skala usaha mikro belum muncul, ternyata setelah meningkat status industrinya harus berhadapan dengan permasalahan seperti memperluas jelajah pemasaran, pengamanan persediaan bahan baku, memimpin karyawan dengan bermacam sifat dan karakter, merancang arus kas masuk dan keluar, mencari tambahan modal, dan sebagainya Dukungan dan pandangan positif masyarakat sekitar lokasi industri kerupuk kulit Anak Abak merupakan faktor penting yang mendukung kelancaran dan keberhasilan usaha.

Mengingat pentingnya kelengkapan dokumen administrasi yang wajib dimiliki oleh suatu badan usaha, karena pada saatnya perkembangan industri kerupuk kulit Anak Abak pasti membutuhkan kelengkapan akan dokumen-dokumen tersebut, maka disarankan untuk segera memulai mengurus kelengkapan administrasi usaha tersebut, tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perkembangan industrinya. Bisa mengembangkan usaha dengan menerapkan pemanfaatan teknologi industri pembuatan kerupuk, seperti mesin pemotong kerupuk kulit, mesin pengering atau oven sebagai pengganti sinar matahari dan teknologi kemasan produk guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi, peningkatan jenis produksi kerupuk kulit yang lebih. Mengingat sekitar 70 persen penjualan industri kerupuk Anak Abak masih berupa kerupuk mentah kering, maka upaya memasarkan hasil dalam bentuk kerupuk kulit matang harus lebih maksimal dilakukan, karena menjual kerupuk matang memiliki tingkat keuntungan yang lebih besar daripada menjual dalam bentuk kerupuk mentah kering. Disarankan untuk terus berusaha mengikuti perkembangan industri kerupuk kulit yang terkait dengan peluang pasar, persaingan, peluang investasi, serta meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi seperti internet dan sumber informasi lainnya.

(16)

48 Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2019. Kecamatan Kuranji Dalam Angka Tahun 2019, Padang : Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2019. Kota Padang Dalam Angka Tahun 2019, Padang : Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, 2019. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka Tahun 2019, Padang : Badan Pusat Statistik

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rienka Cipta Gottschalk, Louis. 1992. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI

Amertaningtyas, Dedes. 2008. “Pengolahan Kerupuk Rambak/ Kulit di Indonesia”.

Jurnal Ekonomi perindustrian nomor 3 tahun 4 hal 8

Nadia Lula. “Nutrisi Dan Beberapa Kriteria Halal Kurupuk Kulit Jangek”. Jurnal Jenis-Jenis pembagian industri nomor 2 tahun 3 hal 10. STKIP PGRI Sumatera Barat

Mulya, Chandra, Robby. “Upaya Dan Kendala Pengusaha Kerupuk Jangek Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Di Kota Padang”. Jurnal Perekonomian Industri nomor 3 tahun 5 hal 3

Oktavia, Uli. “Industri Rumah Tangga”. Jurnal sosial ekonomi nomor 4 tahun 3 hal 5.

Universitas Andalas Padang

Sari, Diana, Putri. “Industri Kerupuk Jangek Buk Kai”. Jurnal Ekonomi Perimdustrian nomor 6 tahun 4 hal 12. Universitas Andalas Padang

Juliyarsi, Indri. “Ibpud UKM Kerupuk Kulit Di Kabupaten Agam”. Jurnal sistem Perekonomian nomor 2 tahun 5 hal 10. STKIP PGRI Sumatera Barat

Devi, Kadek. “Analisis Usaha Agroindustri Kerupuk Kulit Sapi Di Riau”. Jurnal usaha kecil dan menengah nomor 4 tahun 8 hal 12. Universitas Andalas Padang

Sari, melda. “Studi Produksi Industri Kerupuk Kulit Di Jorong Kapalo Koto Kabupaten Tanah Datar”. Jurnal sistem perekonomian masyarakat nomor 3 tahun 5 hal 4. STKIP PGRI Sumatera Barat.

Arianty, Nel. “Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Pendapatan keluarga”. Jurnal perekonomian industri nomor 4 tahun 3 hal 10

Ni Nyoman Yuliarmi. “Keberdayaan Industri Rumah Tangga Untuk Pengentasan Kemiskinan Di Provinsi Bali”. Jurnal sosial ekonomi. Universitas Udayana Bali

Joesyiana, Kiki. “Strategi Pengembangan Kerajinan Industri Rumah Tangga Di Pekanbaru”.

Jurnal ekonomi kreatif nomor 6 tahun 3 hal 4. Universitas Negeri Riau

Kereth, Dennis. “Strategi Pengembangan Kerajinan Dari Bambu Di Kota Tomohon”. Jurnal industri rumah tangga tahun 4 nomor 3 hal 8. Universitas Negeri Riau

(17)

49

Ayu Yunifatul Farida. 2015. “Kerupuk Rambak Sebagai Sumber Pendapatan Masyarakat Mojekerto. Universitas Brawijaya Malang

Evi Indrawanto. 2013. Industri Kerupuk Kulit Koto Marapak Bukittinggi. Yang diakses pada tanggal 31 Maret 2019

Cahyani Widiyawati. 2013. Industri Kerupuk Rambak Di Boyolali. Yang diakses pada tanggal 30 Maret 2019

Wawancara Dengan Nita Pemilik Usaha Kerupuk Kulit Anak Abak Pada Tanggal 12 Mei 2018 Wawancara Dengan Muhammad Husain Pegawai industri dikota Padang Pada Tanggal 12 Mei

2018

Wawancara Dengan Jamasri pemilik Usaha Kerupuk Kulit Anak Abak Pada Tanggal 14 September 2019

Wawancara Dengan Para Pegawai Usaha Kerupuk Kulit Anak Abak Pada Tanggal 14- 16 September 2019

Wawancara Dengan Para Pedagang Kerupuk dan Masyarakat Sekitar Lokasi Usaha Kerupuk Kulit Anak Abak Pada Tanggal 17- 28 September 2019

Pengertian Industri Rumah Tangga Yang Dikutip Dari Berita Online LIPUTAN 6 Yang diakses Pada Pukul 14.44 WIB

Berita Online Tentang Obrolan Ekonomi Yang Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2019 Pada Pukul 19:57 WIB

Najnum, Laila. 2013. Analisis Faktor Produksi Industri Kecil Kerupuk Kabupaten Kendal.

Skripsi. Jurusan Sejarah. Universitas Diponegoro Semarang

Siti Masrifatun Naim. 2013. Upaya Dan Kendala Petani Dalam Meningkatkan Produktivitas Karet Di Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi.

Skripsi. Jurusan Sejarah. STKIP PGRI Sumatera Barat.

https://www.bps.go.id//, yang diakses pada tanggal 14 Agustus 2019

https://wikipedia.com//, tentang perubahan sosial ekonomi yang diakses pada tanggal 17 Maret 2019 pada pukul 19:57 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tanggapan 52 responden sebesar 1.755 atau 73,18% termaksud dalam interval tinggi “memenuhi” dengan tingkat kebutuhan informasi pemustaka seperti kebutuhan

Jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang yang dilakukan dengan cara melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PERPUTARAN KAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOODS AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BEI..

Maraknya pernikahan diluar negeri yang pasangannya berbeda agama ini disebabkan karena masih lemahnya Undang-undang Perkawinan yang memberikan peluang terjadinya

Pada tugas akhir metode line stability factor (LQP) digunakan untuk penempatan yang digunakan dalam penentuan lokasi penempatan TCSC dan untuk mengetahui stabilitas

Jalan menuju salib tersebut merupakan jalan setapak berukuran ± 2 meter dimana jalur menuju salib berbeda dengan ketika pengunjung pulang menuju tempat parkir. Akses menuju tugu

Dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima.Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh

Gen putative cleavage protein 1 (PCP-1) dari udang vaname yang terserang Infectious Myonecrosis Virus berhasil dikloning, berdasarkan hasil isolasi plasmid cDNA PCP-1