• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dampak positif dalam pendidikan. Proses administrasi. 2005:62). Proses pembelajaran tidak lagi terbatas ruang dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memiliki dampak positif dalam pendidikan. Proses administrasi. 2005:62). Proses pembelajaran tidak lagi terbatas ruang dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) memiliki dampak positif dalam pendidikan. Proses administrasi ataupun pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien (Wahid, 2005:62). Proses pembelajaran tidak lagi terbatas ruang dan waktu, dimana peserta didik dapat belajar kapan, dimana saja dan dengan siapa saja. Perkembangan TIK menjadikan guru bukan satu-satunya sumber belajar (Payong, 2011:2). Perkembangan TIK juga memunculkan sajian materi belajar yang terkemas menarik dalam bentuk multimedia (Sumarno, 2015:3).

Multimedia pembelajaran memiliki peran strategis bagi pendidik. Pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran dapat mengoptimalkan proses pembelajaran (Saputra, 2011:4). Hal tersebut sejalan dengan Permendikbud no.22 tahun 2016, dimana pembelajaran berbasis multimedia dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Multimedia juga dapat digunakan sebagai salah satu variabel penelitian, dimana

(2)

2

penelitian menjadi salah satu kuwajiban pendidik sebagai bentuk peningkatan kualitas pendidikan. Peran strategis tersebut, secara tidak langsung menuntut pendidik perlu menerapkan pembelajaran berbasis multimedia.

Penerapan pembelajaran dengan multimedia diperlukan tiga komponen yaitu, infrasrtuktur, multimedia dan kompetensi ICT (Kukuh, 2005:38). Infrastruktur minimal yang digunakan

untuk menerapkan pembelajaran berbasis multimedia adalah jaringan listrik, LCD dan laptop atau komputer. Multimedia yang dimaksud adalah bahan yang menjadi topik pembelajaran yang terkemas dalam sajian multimedia. SDM yang dimaksud adalah guru, dimana guru mampu memanfaatkan perangkat TIK untuk pembelajaran. Kompetensi ICT adalah kemampuan guru dalam memanfaatkan perangkat TIK untuk pembelajaran.

Penerapan pembelajaran berbasis multimedia akan lebih optimal apabila didukung dengan kompetensi ICT guru dalam membuat multimedia (Khairudin, 2017:57). Kemampuan tersebut menjadikan guru dapat menentukan multimedia seperti apa yang dibutuhkan, sehingga tercipta multimedia yang efektif.

Kompetensi tersebut mengoptimalkan komponen pembelajaran

(3)

3

berbasis multimedia, dimana kompetensi tersebut mengindikasikan kompetensi ICT guru pada kategori baik dan multimedia yang tercipta sesuai dengan kebutuhan guru.

Kompetensi tersebut juga mengindikasikan keoptimalan guru dalam menggunakan perangkat TIK, sehingga memungkinkan tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.

Fakta menunjukkan kompetensi membuat multimedia di kalangan guru SD belum optimal. Sumarno (2015:3) menyatakan sebagian besar guru di Jawa Barat kemampuan untuk membuat multimedia masih rendah, karena kurangnya kesadaran guru untuk belajar, dimana guru merasa membuat multimedia adalah sesuatu yang rumit untuk dipelajari. Kristiana (2017:45) dalam penelitiannya menunjukkan sebagian besar guru SD Negeri Kroyo 1 Kabupaten Sragen sudah mampu memanfaatkan TIK dan memiliki kecakapan TIK yang baik, tetapi belum sepenuhnya mampu membuat multimedia. Syafrizal (2018:412) melalui penelitiannya menunjukkan guru di SD Negeri 13 Sungai Pinang belum memanfaatkan perangkat TIK karena tidak adanya multimedia yang sesuai dengan kebutuhan guru, serta sebagian besar guru belum mampu untuk membuat multimedia.

(4)

4

Belum optimalnya kompetensi membuat multimedia juga tampak di kalangan guru SD Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan indikator umum kompetensi membuat multimedia yaitu kemampuan memanfaatkan perangkat komputer dan pengetahuan membuat multimedia (Mahnun, 2012:32) dilakukan Pre Research untuk melihat kendala guru dalam membuat multimedia.

Tabel 1.1 Hasil Pre Research

No Aspek Jumlah

1 Kemampuan memanfaatkan Komputer 2 % 2 Pengetahuan membuat multimedia 98 % Data angket melalui K3S diolah

Data menunjukkan 2% kemampuan memanfaatkan perangkat komputer menjadi kendala dalam membuat multimedia, yang berarti terdapat 2% guru di SD Kecamatan Boyolali belum mampu memanfaatkan komputer dengan baik.

Sedangkan 98% guru di SD di Kecamatan Boyolali pengetahuan membuat multimedia menjadi kendala dalam pembuatan multimedia. Dapat disimpulkan sebagian besar guru SD di Kecamatan Boyolali sudah mampu memanfaatkan komputer

(5)

5

tetapi belum mampu membuat multimedia, yang disebabkan kurangnya pengetahuan membuat multimedia.

Hasil wawancara dengan Ketua K3S Kecamatan Boyolali dan study dokumen menunjukkan bahwa secara komponen Sekolah Dasar di Kecamatan Boyolali sudah memenuhi syarat untuk menerapkan pembelajaran berbasis multimedia. Setiap sekolah minimal sudah memiliki 2 LCD dan laptop. Kompetensi guru dalam memanfaatkan perangkat komputer sudah menunjukkan baik, terlihat dari administrasi kelas sebagian besar sudah dikerjakan dengan perangkat TIK. Selaian itu data menunjukkan setiap SD di Kecamatan Boyolali sudah memiliki multimedia pembelajaran.

Secara komponen menunjukan sekolah mampu untuk menerapkan pembelajaran berbasis multimedia, tetapi data menunjukan sebagian besar guru SD di Kecamatan Boyolali belum menerapkan pembelajaran berbasis multimedia. Guru masih menerapkan pembelajaran dengan media konvesional seperti buku, poster dan media lain yang tersedia di sekolah.

Permasalahan tersebut karena multimedia yang tersedia tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan guru atau sulit digunakan

(6)

6

untuk pembelajaran, sedangkan kompetensi untuk membuat multimedia yang sesuai dengan kebutuhan masih kurang.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan membuat multimedia.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan suatu kompetensi dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan. Handoko (2001:104), menjelaskan pelatihan memiliki tujuan untuk mengoptimalkan suatu kompetensi secara mendaetail, dengan kata lain kompetensi dapat dioptimalkan dengan pelatihan.

Sejalan dengan penjelasan tersebut, Salamah (2012:278) menegaskan bahwa pelatihan memiliki pengaruh signifikan dengan kompetensi, dimana dengan pelatihan yang baik memungkinkan tercipta kompetensi yang baik. Sehingga pelatihan membuat multimedia dapat menjadi alternatif untuk mengoptimalkan kemampuan pedagogik guru.

Pelatihan di kalangan guru pada dasarnya sudah sering dilakukan, baik dari program Dinas Pendidikan atau dari forum tertentu. Beberapa pelatihan dikalangan guru kurang optimal karena adanya beberapa permasalahan, seperti waktu pelaksanaan yang berbenturan dengan aktivias peserta, dan lokasi pelaksanaan

(7)

7

dengan jarak tempuh cukup jauh (Wawancara peserta pelatihan YN dan EK, 12 Maret 2020). Permasalahan yang sama juga muncul dalam penelitian Kristiana (2017:12) dimana dijelaskan guru kurang maksimal mengikuti pelatihan karena waktu yang tidak fleksibel serta lokasi pelatihan yang jauh dari tempat tinggal, sedangkan peserta pelatihan memiliki tugas dan tanggung jawab lain. Adanya permasalahan tersebut maka diperlukan pemilihan model pelatihan yang optimal.

Salah satu model pelatihan yang optimal untuk peningkatan kompetensi guru adalah model pelatihan In House Training (IHT). Melalui penelitiannya Sujoko (2012:32)

menunjukkan keoptimalan pelatihan model IHT untuk meningkatkan kompetensi guru, dimana pelatihan dengan model IHT dapat mengoptimalkan kompetensi guru dalam menyusun

RPP, selaian keoptimalan untuk meningkatkan kompetensi model pelatihan tersebut memiliki fleksibelitas dalam penentuas lokasi dan waktu pelaksanaan. Kristiana (2017:19) menegaskan bawah model pelatihan IHT optimal digunakan untuk guru, karena selain dapat mengoptimalkan suatu kompetensi, model pelatihan IHT

(8)

8

bersifat fleksibel dimana materi dan waktu pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru.

Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pelatihan adalah dengan modul. Modul menjadi bagian penting dalam pelatihan karena modul membantu peserta pelatihan mencapai suatu kompetensi (Wijanarko, 2012:18), selain itu modul memiliki manfaat untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi suatu pelatihan (Dharma, 2008 :7).

Sehingga dalam pelatihan membuat multimedia diperlukan modul.

Kristiana (2017:87) melalui penelitiannya menjelaskan pengembangan modul IHT dengan topik mengenal Powerpoint 2007 dapat meningkatkan kemampuan ICT di kalangan guru SD.

Sejalan dengan penelitian tersebut, Wulandari (2018:79) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa pengembangan modul pelatihan pedagogical content knowedgedapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru Matematika. Dua penelitian tersebut menegaskan bahwa pengembangan modul pelatiahan dapat mengoptimalkan suatu kompetensi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan modul pelatihan In House Training

(9)

9

Pembuatan Multimedia, dengah harapan meningkatnya kompetensi ICT guru dalam membuat multimedia sehingga tercipta pembelajaran berbasis TIK dengan optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana modul pelatihan yang selama ini digunakan guru SD Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali?

2. Apa kelemahan dan kelebihan modul pelatihan yang selama ini digunakan guru SD di Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali?

3. Modul seperti apa yang dapat dikembangkan untuk pelatihan membuat multimedia dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik membuat multimedia guru SD?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Mendiskripsikan modul pelatihan yang selama ini digunakan guru SD Kecamatan Boyolali.

(10)

10

2. Mendiskripsikan kelemahan dan kelebihan modul pelatihan yang selama ini digunakan guru SD di Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.

3. Mengembangkan modul IHT untuk pelatihan membuat multimedia dalam rangka meningkatkan kompetensi ICT membuat multimedia guru SD

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan pada bidang manajemen pendidikan, khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pengembangan modul pelatihan tentang pembuatan multimeda pembelajaran bagi guru.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Dinas Pendidikan, pengembangan modul pelatihan membuat multimedia dapat dijadikan referensi untuk melakukan pelatihan dalam mengembangkan kemampuan membuat multimedia pembelajaran.

(11)

11

2. Bagi Guru SD Kecamatan Boyolali, modul hasil pengembangan dapat dijadikan bahan untuk mengoptimalkan kompetensi membuat multimedia.

E. Spesifikasi Produk

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul pelatihan membuat multimedia pembelajaran, dimana isi materi ditujukan untuk memberi kompetensi membuat multimedia, yang meliputi 1) Mengenal multimedia pembelajaran, 2) mengenal tool yang digunakan untuk membuat multimedia pembelajaran, 3) membuat game pembelajaran , 4) Membuat soal evaluasi dengan bahasa pemrograman, 5) Membuat multimedia untuk pembelajaran di kelas.

Keunggulan modul yang akan dikembangkan dengan modul pada umumnya adalah setiap materi disajikan dengan tampilan gambar yang menarik, dalam penjelasan praktik lebih didominasi gambar sehingga memungkinkan mudah dipahami.

Modul ini juga dilengkapi dengan CD pendamping yang berisi video tutorial, gambar yang bisa dimanfaatkan untuk membuat multimedia, contoh multimedia, serta tugas yang terkemas dalam bentuk permainan.

(12)

12 F. Asumsi dan Keterbatasan

1. Asumsi

Penelitian ini memberikan suatu asumsi bahwa produk penelitian yaitu modul pelatihan membuat multimedia pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai modul pelatihan yang dapat digunakan secara mandiri maupun digunakan dalam pelatihan, sehingga kompetensi pedagogik guru dalam aspek membuat multimedia meningkat.

Modul pelatihan didampingi dengan CD pendamping yang berkiatan dengan praktik membuat multimedia mempermudah praktik membuat multimedia

2. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini membatasi beberapa aspek yaitu :

1) Hanya ditujukan untuk mengoptimalkan kompetensi membuat multimedia yang dapat digunakan untuk pembeljaran di kelas dengan memanfaatkan Powerpoint 2) Tahapan penyusunan modul hanya sampai uji coba

terbatas, belum sampai pada uji coba luas untuk diproduksi secara masal

(13)

13

3) Modul ini hanya dapat digunakan bagi guru yang sudah mampu memanfaatkan komputer dengan baik, terutama Microsoft office Power Point.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diungkapkan visi pengembangan WP Bojonagara adalah mendukung visi Kota Bandung dengan peran sebagai Wilayah strategis dengan fungsi

Mahalnya biaya transportasi dan ongkos produksi di Indonesia, membuat harga suatu produk tidak kompetitif dipasar lokal apalagi pada pasar Internasional, hasil Industri made

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa tercurah menjadikan skripsi dengan judul “Pengaruh Earnings Per Share dan Free Cash Flow terhadap

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan Oktober 2017 mengalami deflasi sebesar 0,14 persen dengan IHK sebesar 128,44 lebih rendah dibandingkan

Variable terikat adalah kejadian infeksi pada anak 1-2 th sedangkan variable bebas adalah tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, status ekonomi keluarga, status

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental keuangan yang diwakili dengan ROA, ROE, DER, dan NPM baik secara partial maupun simultan

yang dirancang berkecepatan 40 Knot, analisa stabilitas kapal hydrofoil dalam kondisi air tenang, hydrofoil yang digunakan adalah hydrofoil type T, analisa pemilihan foil dengan

Berat Segar Tanaman Per Plot (g) Hasil sidik ragam menunjukkan pemberian berbagai dosis Tricho-kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) berpengaruh nyata terhadap