• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keunggulan Komparatif (Theory Of Comparative Advantage)

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan David Ricardo menyatakan perdagangan dapat terjadi jika adanya perbedaan keunggulan komparatif antar negara. Keunggulan komparatif bisa tercapai apabila suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa lebih banyak, dengan biaya lebih murah dari negara lainnya.

Menurut Astriana (2011) Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage) menyatakan bahwa, perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang di perdagangkan dengan melaksanakan spesialisasi produk yang kerugian absolut lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan berdasarkan cost comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage (labor productivity). Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang saat negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang saat negara tersebut dapat berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Sementara itu, pada production comparative advantage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara dapat memperoleh manfaat dari perdagangan internasional apabila melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang saat negara tersebut berproduksi lebih produktif serta mengimpor barang saat negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak produktif.

Dengan kata lain, cost comparative menjelaskan bahwa, keunggulan komparatif dapat tercapai jika suatu negara memproduksi barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam kerja di bandingkan dengan negara lain, sehingga tercipta efisiensi produksi. Sedangkan production comparative menjelaskan tentang keunggulan komparatif dapat tercapai apabila tenaga kerja di negara tersebut bisa memproduksi lebih banyak barang/jasa dibandingkan negara lain, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak. Keuntungan perdagangan

(2)

dapat diperoleh apabila negara melaksanakan spesialisasi terhadap barang yang memiliki cost comparative advantage dan production advantage atau dengan mengekspor barang yang keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan komparatifnya rendah.

Konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Saptana (2009)

2. Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)

Teori keunggulan kompetitif adalah kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis diatas keuntungan yang dapat diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif. Pilihan tiap perusahaan terhadap strategi generik diatas akan bergantung kepada analisis lingkungan usaha untuk menentukan peluang dan ancaman. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Astriana, beberapa cara untuk memperoleh keunggulan bersaing antara lain dengan menawarkan produk/jasa dengan harga minimum (cost leadership), menawarkan produk/jasa dengan yang memiliki keunikan dibanding pesaingnya (differntiation), atau memfokuskan diri pada segmen tertentu (focus). Astriana (2011)

Menurut Saptana, Sumaryanto, & Friyatno (2009) Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Kelayakan finansial melihat manfaat proyek/aktivitas ekonomi dari sudut lembaga/individu yang terlibat dalam aktivitas tersebut, sedangkan analisa ekonomi menilai suatu aktivitas terhadap manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Keunggulan kompetitif merupakan alat untuk mengukur kalayakan aktivitas/keuntungan privat yang dihitung berdasarkan harga pasar nilai uang resmi yang berlaku (berdasarkan analisis finansial). Komoditi yang memiliki keunggulan kompetititf dikatakan juga memiliki efisiensi secara finansial. Saptana (2009)

(3)

3. Sektor Andalan

Anitasari (2014) mengartikan sektor ekonomi andalan sebagai sektor ekonomi yang andal atau mempunyai daya saing dalam beberapa periode tahun terakhir dan kemungkinan prospek sektor ekonomi dimasa yang akan datang dengan kriteria yang sama. Dalam hal ini, sektor ekonomi andalan dapat didefinisikan sebagai sektor ekonomi yang mampu merangsang dan mempercepat pembangunan dan pertumbuhan perekonomian daerah yang mempunyai daya saing serta pengembangannya tidak mengakibatkan sektor lain menjadi ”mati” dan menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah. Sektor ekonomi andalan penting untuk diidentifikasi oleh suatu daerah. Faktor keterbatasan dana dan sumber daya menjadikan Pemerintah Daerah tidak memungkinkan untuk bisa mengembangkan seluruh sektor yang dimiliki secara bersamaan. Langkah yang bisa dijadikan pilihan adalah dengan melakukan investasi pada satu atau, beberapa sektor usaha saja. Sektor yang dipilih merupakan sektor ekonomi andalan.

Sektor andalan disini didefinisikan sebagai komoditas yang mempunyai respon terhadap perubahan PDRB tinggi dan mempunyai analisis dampak krisis ekonomi terhadap kesempatan kerja kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan nilai tambah (value added). Sektor andalan merupakan alternatif komoditas yang layak dikembangkan berdasarkan kemampuan dalam menciptakan pendapatan dan dalam menyediakan kesempatan kerja. Sedangkan alternatif sektor andalan berupa rangking sesuai dengan kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah dan kesempatan kerja. Friyatno (2016)

Sedangkan menurut Kesuma (2015), Sektor andalan adalah sektor yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor andalan terbentuk dari pengembangan produksi yang dihasilkan oleh potensi yang dimiliki daerah. Sektor andalan tersebut juga bukan hanya mampu untuk memenuhi permintaan dari dalam daerahnya saja namun juga mampu untuk memenuhi permintaan dari luar daerahnya. Dikatakan sektor andalan apabila sektor tersebut memiliki keunggulan baik secara komparatif maupun secara kompetitif. Sektor andalan dapat dijadikan salah satu penggerak dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di setiap daerah.

Sektor andalan dapat diperoleh dengan menggunakan analisis internal, analisis IDS dan IPPS merupakan analisis internal yang digunakan untuk menganalisis data

(4)

yang bersifat statis pada daerah yang akan diteliti. Analisis Indeks Dominasi Sektor (IDS) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui dominasi suatu sektor terhadap sektor yang lain yang diukur dari pangsa suatu sektor dibagi dengan nilai rata - rata dari seluruh sektor yang ada di suatu wilayah, sedangkan analisis Indeks Perkembangan Sektor (IPPS) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur sektor yang potensial untuk di kembangkan, yang didapatkan dari laju pertumbuhan dari suatu sektor dibandingkan dengan laju pertumbuhan seluruh sektor. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan IDS dan IPPS terdapat analisis gabungan dari IDS dan IPPS guna melihat sektor – sektor mana yang termasuk dalam sektor andalan. Yuwono (2000)

4. Sektor Unggulan

Menurut Kalzum (2016) sektor unggulan ekonomi merupakan faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Sektor unggulan dalam ekonomi pada intinya adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu. Teori sektor unggulan ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas unggulan dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori unggulan ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.

Lebih lanjut dalam analisis teori unggulan ekonomi, teori tersebut dapat digunakan untuk menentukan sektor dan subsektor potensial di Kabupaten/Kota berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Apabila sektor potensial tersebut dapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.

Menurut Rotinsulu (2015), Sektor unggulan merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menentukan pembangunan menyeluruh di daerah. Sektor unggulan merupakan kegiatan yang berorientasi ekspor barang dan jasa ke luar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan karena sektor ini telah mencukupi kebutuhan di dalam wilayah tersebut. Luas lingkup produksi dan pemasarannya bersifat lokal. Penganjur pertama teori basis ekspor murni adalah Tiebout yang

(5)

kemudian dikembangkan dalam pengertian ekonomi regional, dimana ekspor di artikan sebagai kegiatan menjual produk/jasa keluar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun keluar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di wilayah kita, tetapi bekerja dan memperoleh uang dan wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah disebut sektor unggulan.

Sektor unggulan dapat diperoleh dengan menggunakan analisis eksternal (Static Location Quotient dan Dynamic Location Quotient). Analisis SLQ merupakan analisis yang digunakan untuk mencari sektor unggulan di daerah penelitian dengan menggunakan data PDRB kabupaten/kota dari daerah yang di teliti dan juga PDRB Provinsi daerah yang di teliti pada rentang tahun tertentu.

Analisis SLQ ini dapat melihat komoditas apa saja yang menjadi unggulan di Kabupaten Semarang (wilayah studi) dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah (wilayah referensi). Analisis DLQ merupakan pengembangan dari analisis SLQ, karena metode SLQ memiliki kelemahan, yaitu analisisnya yang bersifat statis sehingga tidak dapat mengidentifikasi kemungkinan perubahan yang terjadi pada waktu yang akan datang. Untuk mengatasi kelemahan metode SLQ hingga dapat mengetahui perubahan sektoral digunakan metode Dynamic Location Quotient (DLQ), yaitu dengan menginformasikan laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral ataupun PDRB mempunyai rata - rata laju pertumbuhan per tahun sendiri – sendiri selama kurun waktu tahun awal dan tahun berjarak. Analisis DLQ adalah analisis SLQ yang dilakukan dalam bentuk time - series atau trend. Dalam hal ini perkembangan SLQ bisa dilihat untuk suatu sektor tertentu pada kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan.

Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan SLQ dan DLQ terdapat analisis gabungan dari SLQ dan DLQ guna melihat sektor – sektor mana yang termasuk dalam sektor unggulan. Yuwono (2000)

(6)

5. Sektor Basis

Sektor basis perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi. Sektor basis merupakan tulang punggung dan penggerak perekonomian, sehingga dapat juga disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpin perekonomian suatu wilayah. Dengan demikian, sektor basis merupakan refleksi dari suatu struktur perekonomian, sehingga dapat pula dipandang sebagai salah satu aspek penciri atau karakteristik dari suatu perekonomian. Kebijakan ekonomi saat ini pengembangannya diarahkan pada sektor ekonomi basis yang erat dengan kepentingan masyarakat luas dan terkait dengan potensi masyarakat serta sekaligus sesuai dengan sumberdaya ekonomi lokal. Peranan sektor basis semakin strategis, karena merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap perolehan devisa. Kriteria sektor basis akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya: pertama, sektor basis tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik kedapan maupun kebelakang; keempat, dapat juga di artikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Hajeri (2015)

Menurut Sapriadi (2015), Sektor basis adalah yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Adventage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries. Dalam teori David Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebut akan beruntung. Tenyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komodoti itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Pada saat ini istilah yang sering dipakai adalah keunggulan kompetitif (competitive advantage).

Keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk memasarkan

(7)

produknya di luar daerah/luar negeri/pasar global. Istilah keunggulan kompetitif lebih mudah dimengerti, yaitu cukup melihat apakah produk yang dihasilkan bisa dijual di pasar global secara global secara menguntungkan. Hal ini tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu negara dengan negara lainya, melainkan membandingkan potensi komoditi suatu suatu negara terhadap komoditi semua negara pesaingnya di pasar global. Terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: Sumber daya alam, teknologi, akses wilayah, pasar, sentra produksi, tenaga kerja, sifat masyarakat dankebijakan pemerintah.

Untuk memperoleh sektor basis dapat diperoleh dengan menggunakan analisis gabungan antara analisis internal dan analisis eksternal, dalam analisis gabungan ini terdapat beberapa kriteria dalam menentukan sektor basis. Klasifikasi sektor ekonomi berdasarkan perhitungan analisis internal dan eksternal dapat dilihat sebagai berikut. Kuadran I merupakan sektor yang termasuk sektor andalan dan sektor unggulan, maka disebut sebagai sektor basis. Kuadran II merupakan sektor yang termasuk sektor andalan dan bukan sektor yang termasuk unggulan. Kuadran III merupakan sektor yang belum termasuk sektor andalan sedangkan termasuk sektor yang unggulan. Kuadran IV merupakan sektor yang tidak termasuk sektor andalan dan juga bukan sektor yang termasuk unggulan.

B. Penelitian Terdahulu

Sektor basis di Kabupaten Semarang memiliki hasil yang bervariasi di setiap penelitiannya. Hasil penelitian Saerofi (2005) yang menganalisis tentang pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Semarang, menarik kesimpulan bahwa, Pada tahun 1993 - 2003 diketahui terdapat beberapa sektor ekonomi yang di unggulkan di Kabupaten Semarang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang. Sektor ekonomi itu adalah sektor industri pengolahan, konstruksi, administrasi pemerintahan dan sektor jasa - jasa.

Pada penelitian lainnya yang di teliti oleh Dewi (2006) yang menganalisis tentang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Semarang tahun 1996 - 2003, menarik hasil kesimpulan yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya bahwa sektor yang diandalkan dan dapat dikembangkan berdasarkan analisis LQ adalah sektor industri, sektor listrik,gas dan air, sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa - jasa.

(8)

Menurut Indriyani (2010) yang menganalisis tentang struktur ekonomi, sektor basis dan sektor potensial ekonomi Kabupaten Semarang selama otonomi daerah tahun 2001 - 2008, memiliki kesimpulan bahwa sektor basis Kabupaten Semarang selama otonomi daerah adalah Sektor Industri dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi. Pada pola Location Quotient selama otonomi daerah menunjukkan peningkatan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Struktur ekonomi Kabupaten Semarang selama otonomi daerah menunjukkan peningkatan dilihat dari kinerja pertumbuhan PDRB. Sektor potensial menurut analisis Model Rasio Pertumbuhan di Kabupaten Semarang selama otonomi daerah adalah sektor industri dan sektor angkutan dan komunikasi

Penelitian Utama (2011) Analisis pertumbuhan ekonomi dan tingkat ketimpangan di kabupaten atau kota yang tergabung dalam kawasan kedungsepur tahun 2004 - 2008, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan dan sektor pertanian termasuk sektor yang berpotensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tiap kabupaten/kota di Kedungsepur. Ketimpangan pendapatan antar daerah di Kedungsepur tahun 2004 - 2008 tegolong rendah (< 0,5) dan cenderung tetap.

Hasil penelitian Soebagiyo & Hascaryo (2015) yang menganalisis tentang sektor basis bagi pertumbuhan ekonomi daerah di Jawa Tengah tahun 2007 - 2011, hasil dalam penelitian ini adalah bahwa terjadi perubahan sektor basis pada tahun 2007 - 2011 Sektor - sektor yang dapat berperan sebagai sektor basis dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang adalah sektor pertanian, industri dan perdagangan, Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian penelitian sebelumnya.

Menurut Wicaksono (2015) yang meneliti aglomerasi dan pertumbuhan ekonomi untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Semarang, hasil dalam penelitian ini adalah hasil analisis basis ekonomi sektoral tingkat kecamatan, di 19 kecamatan Kabupaten Semarang tahun 2010 – 2013, yang termasuk andalan adalah di sektor pertanian, sektor jasa – jasa, sektor keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor petambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih.

Referensi

Dokumen terkait

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan tenaga langsung selama proses produksi. Dalam perhitungan biaya kebutuhan tenaga kerja ini akan

Dan frekuensi kemunculan yang dihitung, adalah berapa banyaknya frekuensi kemunculan kutipan kalimat yang mengandung pesan pendidikan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Dita Kurnia dalam penelitiannya Iklan dan Word of Mouth (WOM) mempengaruhi Minat Beli Mahasiswa Universitas

siD dur

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 perlakuan dan tiga ulangan. Kesimpulan menunjukkan bahwa 1) Penampilan pertumbuhan dan hasil tanaman

Bentuk penyajian tari Ramphak di sanggar Rampoe Banda Aceh sama seperti bentuk penyajian tari pada umumnya, yaitu salah satu tarian yang terdiri dari gerak,

Hence, it showed that even though the Non-native Speaker Teachers (NNST) might have a slightly negative perception towards their ability in teaching the target

Tim Persiapan Revitalisasi Pergulaan Indonesia (1999) memberikan rekomendasi kebijakan dalam masa transisi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri gula