1
Universitas Kristen Petra
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah 1.919.000 km² dan memiliki lebih dari 17.504 pulau, 34 provinsi dan 50 kabupaten kota (www.bps.co.id 2014). Indonesia memiliki lebih dari 740 suku yang ada, hal ini membuat Indonesia sebagai negara dengan budaya paling kaya di dunia. Dengan banyaknya budaya yang ada di Indonesia membuat Indonesia memiliki banyak keanekaragaman terutama dalam hal kuliner. Setiap daerah di Indonesia memiliki perbedaan jenis makanan baik itu dari segi rasa, penyajian, dan cara mengkonsumsinya.
Makanan bisa menjadi identitas suatu daerah yang dapat menjadi pembeda dengan daerah lain karena makanan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari identitas dari sebuah bangsa. Dengan keanekaragaman makanan yang dimiliki oleh Indonesia dapat membuka sebuah peluang bisnis bagi masyarakat Indonesia. Karena makanan tradisional mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang mengunjungi Indonesia. Dengan banyaknya wisatawan yang mengunjungi Indonesia maka akan meningkatkan kualitas dan keragaman pangan lokal serta mendorong ketahanan pangan di Indonesia sendiri.
Di Indonesia banyak terdapat makanan tradisional yang beraneka ragam, khususnya di Surabaya. Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki makanan tradisional yang beragam. Seperti contohnya, Rujak Cingur, Lontong Balap, Semanggi, dll. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak berubah, semakin banyaknya makanan modern dan makanan yang masuk dari luar menjadikan semakin menurunnya tingkat konsumsi pada makanan tradisional Surabaya.
Makanan modern dan makanan dari luar memiliki penyajian makanan yang cepat, selain itu tampilan makanan luar juga sangat menarik dan membuat
2
Universitas Kristen Petra
konsumen tergiur. Didukung dengan cara pembuatannya yang menggunakan alat – alat modern, berbeda dengan makanan tradisional Surabaya yang masih menggunakan cara manual dalam penyajiannya.
Bisnis kuliner sendiri adalah salah satu bisnis yang banyak diminati oleh masyarakat, karena selain menghasilkan profit yang tinggi makanan juga sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Selain itu banyaknya jenis makanan tradisional di Indonesia membuat banyak pebisnis tertarik untuk membuka usaha kuliner karena dengan banyaknya jenis makanan akan sangat mudah membedakan jenis makanan yang dijual.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mencapai 4,71% pada kuartal I tahun 2016. Angka ini adalah angka yang rendah untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun bisnis restoran dan kafe masih tetap menyumbangkan pendapatan pajak yang cukup tinggi. Menurut Ketua Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kota Surabaya pada tahun 2015 pendapatan pajak dari sektor restoran dan kafe mencapai Rp. 287 Miliar (http://surabaya.tribunnews.com/2016/03/15/jumlah-restoran-di-kota-surabaya- tambah-banyak-dkkp-target-penerimaan-pajak-rp-287-m).
Berdasarkan data yang diperoleh dari APKRINDO pada tahun 2015 telah terdapat 2.000 usaha kuliner di Surabaya baik kafe, restoran, hingga depot di segmen menengah ke bawah (www.kanalsatu.com). Meskipun perekonomian Indonesia mengalami penurunan, namun Indonesia adalah negara dengan nilai konsumsi yang tinggi, terutama dalam hal makanan. Hal ini terjadi karena niat beli konsumen merupakan dorongan atau motivasi untuk menginginkan suatu produk. (Ajzen & Fishbein, Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour, 1980) berpendapat bahwa sikap konsumen terhadap pembelian produk merupakan prediktor yang baik bagi perilaku pembelian, meskipun prediksi tersebut dilakukan melalui variabel niat (intention). Morwitz & Schmittlein (1992) dan Morwitzet.al.(1996) juga berpendapat bahwa ada korelasi positif antara niat beli (purchase intention) dengan perilaku pembelian (purchase behavior).
3
Universitas Kristen Petra
Kondisi ekonomi yang menurun tidak mempengaruhi peluang bisnis di bidang kuliner. Hal ini menjadi peluang bisnis bagi industri restoran untuk membuka peluang bisnis di Indonesia terutama di Surabaya. Menurut APKRINDO Jatim, industri restoran di Surabaya akan meningkat 20% di tahun 2016 ini. Potensi pertumbuhan bisnis kuliner di Surabaya dipengaruhi oleh banyak tempat-tempat wisata baru yang didirikan di Surabaya.
Surabaya adalah kota dengan penduduk terbesar kedua di Indonesia.
Banyak pebisnis dan pengusaha melihat potensi bisnis yang ada di Surabaya dan membuka usaha kuliner. Hal ini dapat dilihat semakin bertambahnya jumlah restoran dan kafe yang ada di Surabaya. Dengan banyaknya tempat makan yang ada di Surabaya akan membuat konsumen memiliki banyak pilihan dalam menentukan restoran/rumah makan. Surabaya sendiri memiliki banyak pilihan kuliner yang ditawarkan bagi para wisatawan yang berkunjung. Baik itu dari makanan yang unik dan berbeda dari tempat makan lain, maupun tempatnya yang di desain unik sehingga menarik konsumen untuk datang.
Di Surabaya sendiri sudah banyak pengusaha-pengusaha mendirikan sebuah binsis kafe, namun sangat jarang dari mereka memilih konsep usaha dengan tema makanan tradisional. Hanya terdapat beberapa kafe yang memilih tema makanan tradisional sebagai tema utama dalam sebuah kafe. Di Surabaya usaha kuliner berbentuk kafe dan restoran sudah sangat berkembang dengan pesat.
Menurut ketua APKRINDO Jatim, Setiap tahunnya industri kafe dan restoran berkembang 20%. Namun dari banyaknya industri kafe dan restoran yang bertambah di Surabaya sangatlah jarang yang memilih kafe dan restoran bertema tradisional.
Banyaknya usaha kuliner yang dibuka di Indonesia terutama di Surabaya akan membuat pilihan konsumen menjadi banyak dan bervariasi, oleh karena itu untuk melakukan pemilihan restoran oleh masyarakat disertai dengan beberapa motivasi yang akan menentukan perilaku konsumen terhadap pemilihan restoran.
Entah itu dari segi harga, rasa, kebersihan makanan, dan lain-lain.
4
Universitas Kristen Petra
Dengan terbentuknya motivasi untuk memilih makanan lokal tersebut akan membentuk sebuah sikap dari konsumen yang beranekaragam untuk melakukan pembelian terhadap makanan lokal.
Keseluruhan hal tersebut di atas menjadi daya tarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh food choice motives terhadap attitudes towards purchase dan purchase intention pada makanan lokal di Surabaya, untuk meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap makanan lokal agar bisa menjadi warisan budaya yang berkelanjutan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Food Choices Motives mempengeruhi Attitudes Towards Purchase terhadap makanan lokal di Surabaya?
2. Apakah attitudes towards purchase mempengaruhi purchase intention pada pembelian makanan lokal di Surabaya?
3. Apakah Food Choices Motives mempengeruhi Purchase Intention terhadap makanan lokal di Surabaya?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh Food Choice Motives terhadap Attitudes Towards Purchase pada makanan lokal di Surabaya.
2. Mengetahui pengaruh Attitudes Towards Purchase terhadap Purchase Intention pada makanan lokal di Surabaya.
5
Universitas Kristen Petra
3. Mengetahui pengaruh Food Choice Motives terhadap Purchase Intention pada makanan lokal di Surabaya
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini, adalah : 1. Manfaat bagi pengembangan ilmu
Penelitian ini menyumbangkan pengetahuan tambahan mengenai pengaruh Food Choice Motives terhadap Attitudes Towards Purchase dan Purchase Intention pada makanan lokal di Surabaya. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian yang sejenis.
2. Manfaat bagi penulis
a. Mengetahui hubungan antara Food Choice Motives terhadap Attitudes Towards Purchase pada makanan lokal Surabaya yang berguna untuk mengetahui motif-motif yang timbul untuk pemilihan makanan tradisional.
b. Mengetahui hubungan antara Attitudes Towards Purchase terhadap Purchase Intention pada makanan lokal Surabaya.
c. Mengetahui hubungan antara Food Choice Motives terhadap Purchase Intention pada makanan lokal Surabaya.