0 PEMUKIMAN KEMBALI KAMPUNG PANGALANGAN BATANG ARAU
SEBAGAI KAWASAN WISATA
Ahmad Mirza Dwianta, Elfida Agus, Desy Aryanti, Red Savitra safril
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Jl. Sumatra, Ulak Karang, Padang, 25133, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Paradigma tentang kepariwisataan selain membawa kesejahteraan bagi masyarakat, pariwisata juga dapat menyebabkan malapetaka terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu permukiman yang berada di kawasan wisata yaitu Kampung Pangalangan Batang Arau, dimana pariwisata telah menimbulkan masalah masalah besar terhadap kampung tersebut seperti polusi air dan udara, kekurangan air, dan maraknya lapak pedagang kaki lima liar sehingga Kelurahan Batang Arau sebagai kawasan wisata tampak tidak di maksimalkan oleh Kampung Pangalangan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantiatif dan kualitatif deskriptif terhadap data sekunder dan data primer yang di peroleh dari observasi lapangan, wawancara, serta pedoman dari intansi terkait, dalam mengidentifikasikan permukiman menurut PermenPUPR02-2016, dan teori Doxiadis tentang elemen perumahan untuk mengetahui pola penanganan yang tepat terhadap permasalahan Kampung Pangalangan, dan menciptakan konsep perancangan yang sesuai dengan potensi pariwisata di Batang Arau.
Setelah di identifikasi berdasarkan PermenPUPR02-2016, Kampung Pangalangan RT 1, RT 2, RT 3 Batang Arau merupakan kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status tanah tidak legal, sehingga perlu dilakukan penanganan berupa pemukiman kembali terhadap permukiman kumuh dan dampak dampak negatif yang di timbulkan oleh pariwisata dalam rangka meningkatkan kualitas permukiman di daerah pariwisata.
Kata kunci: Kawasan wisata, Dampak wisata , Kampung kumuh, Pemukiman kembali
RETURN RESERVATION OF KAMPUNG PANGALANGAN BATANG ARAU AS AREA TOURISM
Ahmad Mirza Dwianta, Elfida Agus, Desy Aryanti, Red Savitra safril
Departement Of Architecture, Faculty Of Civil Engineering And Planning , Bung Hatta University Jl. Sumatra, Ulak Karang, Padang, 25133, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstract
Paradigm about tourism besides bringing prosperity to society, Tourism can also cause havoc to the surrounding environment. One of the settlements in the tourist area is Pangalangan Batang Arau Village.
Where tourism has caused major problems to the village such as water and air pollution, lack of water, and rampant illegal street hawkers, So Batang Arau Village as a tourist area does not seem to be maximized by Kampung Pangalangan.
This research uses quantitative and qualitative descriptive method toward secondary data and primary data obtained from field observation, interview, As well as guidance from related institutions, in identifying settlements government regulations PUPR02-2016, Doxiadis theory about housing elements to know the right handling pattern to the problems of Kampung Pangalangan, and Creating a design concept that is in line with the tourism potential in Batang Arau.
Having been identified based on government regulations PUPR02-2016, Kampung Pangalangan RT 1, RT 2, RT 3 Batang Arau is a medium slum, with other considerations high, and the status of land is not legal, So it needs to be done in the form of resettlement to slums and Impacts of negative impacts caused by tourism in order to improve the quality of settlements in tourism areas.
Keywords: Tourism Area, Tourism Impact, Slums, Resettlement
1 PENDAHULUAN
Kota Padang saa ini sedang berbenah kearah pembangunan kepariwisataan. Dengan di bangunnya pelabuhan dan fasilitas fasilitas wisata tentunya akan membawa dampak terhadap lingkungan sosial dan lingkungan fisik sekitarnya. Edward Inskeep Mengatakan Ada Beberapa Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Lingkungan Sosial yaitu kepadatan penduduk dan hilangnya fasilitas untuk warga, masalah dampak budaya, terjadinya konflik, dan timbulnya masalah sosial (Inskeep, 1991).Selain itu Terhadap lingkungan fisik, Spillane (1996) berpendapat bahwa pariwisata dapat menimbulkan problem problem besar seperti polusi air dan udara, kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam tradisional.
Pengendalian terhadap hunian yang berada di kawasan pariwisata telah di jelaskan pada RTRW Kota Padang dalam matrik arahan Kota Padang bahwa kawasan budaya dan pariwisata di arahkan juga untuk pemamfaatan salah satunya yaitu menyediakan perumahan untuk nelayan penduduk di sekitar kawasan pariwisata beserta fasilitas pendukungnya (sarana peribadatan, sarana kesehatan, sarana pendidikan dasar dan menengah). Dengan arahan dan zonasi sebagai berikut;
1. Bertujuan tujuan untuk menyediakan perumahan untuk nelayan dan penduduk di sekitar kawasan pariwisata.
2. Di arahkan penggunaan hunian untuk nelayan, dan penggunaan perbaikan peralatan.
3. Dikendalikan dari kegiatan kegiatan nelayan yang menimbulkan polusi bau (pembuatan ikan asin), dan Dilarang kegiatan kegiatan yang menimbulkan dampak negatif dan menimbulkan polusi lingkungan (polusi suara, udara, air, dsb) yang dapat mengganggu berlangsungnya kegiatan hunian. RTRW Kota Padang.
Salah satu permukiman yang berada di kawasan wisata yaitu permukiman di kelurahan Batang Arau, Padang Selatan, Kota Padang, dimana pariwisata telah menimbulkan masalah masalah besar terhadap kampung tersebut seperti polusi air dan udara, kekurangan air, dan maraknya lapak pedagang kaki lima liar sehingga Kelurahan Batang Arau sebagai kawasan wisata tampak tidak di maksimalkan oleh Kampung Pangalangan.
Bila di lihat dari kondisi fisik bangunan, bangunan bangunan di Kampung Panggalan tidak teratur padat dan sebagian tidak memenuhi syarat, baik syarat bangunan maupun syarat administrasi, selain itu pemukiman ini tidak sesuai dengan peruntukan lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Padang.
Berdasarkan hal tersebut dan uraian sebelumnya, dalam rangka meningkatkan kualitas pemukiman di kelurahan batang arau, perlu adanya penanganan akibat dampak dampak yang di timbulkan oleh pariwisata, permukiman kumuh dan penanganan status
2 tanah yang ilegal. Sesuai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
Pasal 27 bahwa bila lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat, sedang, ataupun ringan dengan status tanah ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman kembali.
1. Permasalahan Non-Arsitektural
Dari uraian latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah Non-Arsitektural yaitu berapa besar dampak negatif pariwisata terhadap permukima Kampung Pangalangan Batang Arau sehingga perlu di mukimkan kembali
2. Permasalahan Arsitektural
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep desain yang tepat terhadap permasalahan di pemukiman Kampung Pangalangan Batang Arau b. Seperti apakah penataan kawasan
pemukiman yang sesuai dengan potensi yang ada di pemukimankampung Pangalangan, Batang Arau
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif terhadap data sekunder dan data primer yang di peroleh dari observasi lapangan, wawancara, serta pedoman dari intansi terkait dalam mengidentifikasikan
permukiman menurut PermenPUPR02-2016 lampiran ke II. Selain itu untuk memperoleh arahan perancangan terhadap penelitian ini, dilakukan analisisterhadap elemen elemen pemukiman menurut Doxsiadis dan merujuk pada peraturan pemerintah tentang permukiman maupun pariwisata.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Analisa Tapak 1. Lokasi
Lokasi penelitian di uraikan dalam gambar berikut:
Gambar 1 : Lokasi site
2. Tautam lingkungan
Gambar 2 : Tautan lingkungan
3 3. Identifikasi Tingkat Kekumuhan Dan
Dampak Pariwisata N
o
Aspek tinjauan Nilai
1 Kondisi bangunan
a. Ketidak teraturan 5 b. Tingkat kepadatan 5 c. Kualitas bangunan yang
tidak memenuhi syarat
5
2 Kondisi jalan lingkungan a. Cangkupan pelayanan jalan
lingkungan
3
b. Kualitas permukaan jalan lingkungan
3
3 Kondisi penyediaan air minum a. Ketidak tersediaan akses
aman air minum
0
b. Tidakterpenuhinya kebutuhan air minum
0
4 Kondisi drainase lingkungan a. Ketidakmampuan
mengalirkan air
0
b. ketidak tersediaan 3 c. Ketidakterhubungan dengan
drainase perkotaan
3
d. Ketidak terpeliharanya drainase
5
5 Kondisi pengelolaan air limbah
a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis
1
b. Prasarana dan sarana pengelolaan limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis
1
6 Kondisi pengelolaan
persampahan
a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
1
b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai teknis
1
c. Tidakterpeliharanya sarana dan prasaran pengelolaan persampahan
5
7 Kondisi proteksi kebakaran a. Ketidaktersediaan prasarana
proteksi kebakaran
3
b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran
5
Jumlah 49
8 Legalitas tanah
a. Kekjelasan status penguasaan tanah
-
b. Kesesuaian dengan RTR - 9 Pertimbangan lainnya
a. Nilai strategis lokasi 1
b. Kependudukan 5
c. Kondisi sosial ekonomi 5
Jumlah 11
Tabel 1 Tabel Identifikasi Tingkat kekumuhan Dan Dampak Pariwisata
Keterangan:
1. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:
a. kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
b. kumuh sedang bila memiliki nilai 45 - 70;
c. kumuh ringan bila memiliki nilai 19 - 44;
2. Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:
a. pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 11-15;
4 b. pertimbangan lain sedang bila
memiliki nilai 6-10;
c. pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-5;
3. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:
a. status tanah legal bila memiliki nilai positif (+);
b. status tanah tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Kampung Pangalangan RT1, RT2, RT3 Batang Arau merupakan kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status tanah tidak legal.
Konsep
1. Konsep Kawasan
Konsep kawasan kampong yaitu dengan memindahkan lokasi hunian tidak jauh dari lokasi hunian sebelumnya agar system pola pencharian maupun pola kehidupan masyarakat yang baik tetap terjaga, seperti pada gambar berikut:
Gambar 3 : Bubble diagram kawasan
Gambar 4 : Konsep kawasan
keterangan
1. Garis sepadan sungai di jadikan sebagai ruang terbuka, sebagai ruang kegiatan wisata
2. Hunian hunian di RT1, RT2 dan RT3 di mukimkankan kembali keluar garis sepadan sungai
3. Lokasi masjid di letakkan di tengah, agar bisa sekaligus dijadikan landmark
4. Memasukkan ruang sosial kampung Pada setiap massa hunian, sebagai ruang interaksi masyarakat
Untuk dapat menerapkan konsep kawasan diatas maka perlu dilakukan cut and pile pada kawasan, terutama pada daerh terjal.
5 Perubahan pola kontur pada kawasan
dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 5 : perubahan kontur untuk menerapkan konsep kawasan kedalam site
2. Konsep pola jalan
Pola jalan menggunakan pola jalan spinal. Dimana terdapat jalan utama yang berada di lahan yang datar.
Gambar 6 : Konsep pola jalan
Gambar 7 penerapan pola jalan pada site
3. Konsep tipe hunian
Pada permukiman kembali kampung pangalangan terdiri dari 30% tipe 42 dan 70%
tipe 36 karena mempertimbangkan penghasilan masyarakat kampong pangalangan. Tipe yang lebih besar (tipe 42) di letakkan di bagian pinggir sedangkan untuk tipe 36 diletakkan
pada bagian tengah, sehingga mendapatkan view pertama kali terlihat saat mengunjungi hunian adalah hunian yang lebih besar. Sepeti pada gambar berikut:
Gambar 8 : Konsep tipe hunian
4. Konsep massa bangunan
Gambar 9 : Konsep massa hunian
Keterangan gambar :
1. Bentuk massa bangunan di buat tipis (6 meter) untuk memaksimalkan pencahayaan dan benghawaan pada ruang ruang hunian
2. Bentuk massa di geser seperti pada gambar no 2 karena ada sisi yang membutuhkan panas dan ada sisi yang membutuhkan mendung 3. Diberikan pepohonan untuk
menyejukkan menyejukkan udara pada setiap massa
6 4. Penambahan bentuk struktur
kolom
5. Penambahan ram untuk sirkulasi difabel, gerobak dan lain lain 6. Penerapan pada kontur
Gambar 10 : Penerapan konsep massa hunian pada site
5. Konsep utilitas a. Konsep struktur
Gambar 11 : Konsep kontur site
Pada tanah yang landai, menggunakan retaining wall untuk menahan longsor
b. Jaringan air bersihKonsep air bersih berasal dari PDAM yang digunakan untuk kebutuhan pokok dan anak sungai yang berada di sekitar site yang di gunakan untuk kebutuhan servis dan lainnya.
Gambar 12 : Konsep jaringan air bersih
c. Jaringan air kotor
Untuk air hujan di alirkan ke sumur resapan terlebih dahulu sebelum di alirkan keriol maupun sungai. Untuk air kotor atau limbah di alirkan ke septitank.
Gambar 13 : Konsep jaringan air kotor
d. Jaringan listrik
7 Gambar 14 : Konsep jaringan listrik
e. Jaringan pemadam kebakaran Air dari reservoir disalurkan ke hydrant yang berada diluar bangunan, dengan diberi tekanan yang kuat melalui bantuan pompa yang bekerja secara otomatis. Hydrant luar dipasang pada jarak tertentu dengan dilengkapi stop kran dan selang kanvas. Pada bangunan juga dilengkapi dengan hydrant yang berasal dari tower, tekanan air sesuai grafitasi.
f. Jaringan persampahan
Gambar 15 : Konsep jaringan persampahan
pada bangunan di persiapkan box di setiap lantai dan box penampungan di bagian bawah yang di lengkapi dengan mobil boks sampah
g. Jaringan penangkal petir
Gambar 16 : Konsep jaringan pengkal petir
Sistem yang digunakan dalam rancangan adalah Pelindung alami yang baik terhadap petir yaitu dengan menanam pohon yang tinggi, namun tidak terlalu dekat dengan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar bangunan tidak ikut terbakar jika ada petir membakar pohon. Selain itu juga digunakan Sistem faraday, berupa tiang setinggi 30 cm yang dipasang di puncak atap bangunan, kemudian dihubungkan dengan kawat yang berjarak masingmasing 35 cm, kemudian kawat ditanam ke tanah sedalam 2 sampai 6 m.
8
Gambar 17 : Siteplan
Gambar 18 : Blockplan
9
Gambar 19 : Denah L1 dan L2 hunian
Gambar 20 : Tampak hunian depan dan tampak hunian belakang
Gambar 21 : Tampak hunian samping kiri dan samping kanan
10
Gambar 22 : Potongan prinsip
Gambar 23 : Perspektif interior hunian dan koridor hunian
11
Gambar 24 : Perspektif exterior hunian dan kawasan wisata
KESIMPULAN
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan masyarakat setempat dan pariwisata telah menyebabkan dampak negatif terhadap Kampung Pangalangan Batang Arau.
2. Kampung Pangalangan RT1, RT2, RT3 Batang Arau merupakan kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status tanah tidak legal maka perlu penanganan dalam bentuk permukiman kembali agar permukiman ini baik secara fisik maupun nonfisik dan mendukung kawasan pariwisata.
3. Salah satu bentuk permukiman kembali pada kampung pangalangan batang arau agau tidak berada di garis sempadan sungai yaitu dengan membangun pemukiman secara vertikal.
4. Bentuk perancangan yang di hasilkan dari penelitian ini yaitu Permukiman kembali kampung pangalangan sesuai dengan ketentuan pola penanganan permukian kumuh yang tercamtum dalam lampiran III Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2016, Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto, Joko. 2009. Desain Unit Hunian Rumah Susun Sederhana Sewa: Modularisasi Raga Tanpa Jiwa. Jurnal Tesa Arsitektur. Volume 7 Nomor 2.
Alisjabana. 2001. Model Peran Serta Masyarakat dan Swasta serta Pemuda Dalam Pengelolaan dan Pembangunan Kota Dalam Manajemen Lingkungan Perkotaan.
Lembaga Penelitian ITS, Surabaya.
Amiany, N. S. (2011). Kajian Permukiman Kembali Penduduk Tepian Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya. jurnal ISSN 1412 – 3388.
Brata, G.A. 2005. Masyarakat Nelayan dan Wisata Pantai. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Admajaya.
12 Dahuri, Rokhmin, Dkk. 2001. Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. edisi ke-3 Penerbit PT.
Paradnya Paramita , Jakarta.
Depparpostel. 1983. Analisa Pasar Wisatawan Manca Negara. Direktorat Bina Wisata,Jakarta.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2006. Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Driyamedia. 1996. Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal, Berbuat Bersama Berperan Setara. Studio Driyamedia, Bandung.
Felicia Putri Surya Atmadja, S. U. (t.thn.). Konsep Hunian Vertikalsebagai Alternatif untukMengatasi MasalahPermukiman Kumuh,Kasus Studi Kampung Pulo. jurnal Fakultas Teknik, UniversitasBrawijaya.
Gunn,Clare. 1994, A Tourism Planning, Basics, Consepts, Case, Elsevier Science LTD.
Ismael, S. (2007 ). Arsitetur Tradisional Minang Kabau Nilai Nilai Budaya Dalam Arsitektur Rumah Adat. padang : bunghatta university press.
juwana, j. s. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek Dan Praktek Bangunan. Jakarta: Erlangga.
Kelet, Tipple, Emasters. 1996. MIX USE IN REDENTIAL AREAS. A Pilot Study.
Khudori, Darwis. 2002. Menuju Kampung Pemerdekaan. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat.
Kridarso, E. R. (2016, september 9). bahan ajar–
Jurusan Arsitektur FTSP Usakti, Dasar- Dasar Permukiman dan Perkotaan. 9 september 2016.
Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan, cetakan ke-3. Penerbit PT. Rineka Cipta Jakarta.
Mario Lodeweik Lionar, A. U. (2014). Trasformasi Desain. yogyakarta: global rancang selaras.
McHarg,Ian L. (1971), Design With Nature (diterjemahkan oleh Gunadi, Sugeng, Airlangga University Press (2005).
Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2000. Ketentuan Teknik Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Jakarta.
neufert, e. (1986). Data Arsitek Jilid 1 (2 ed.).
(wahyudi, Penyunt., & s. amril, Penerj.) jakarta: erlangga.
neufert, e. (1986). data arsitek jilid 2 (2 ed.).
(wahyudi, Penyunt., & s. amril, Penerj.) jakarta: erlangga.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2014. Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kecamatan Jatinegara.
Jakarta.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.16/2008. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir.
Pratiwi Mushar, S. W. (2015). Layak Huni Dan Layak Wisata Pantai (Studi Kasus: Pantai Botutonuo, Provinsi Gorontalo). TEMU ILMIAH IPLB.
Rapoport, Amos. 1969. House Form and Culture.
England : Pengamon Press Ltd.
Refshauge, A. Dr. 2003. Coastal Design Guidelines for New South Wales. The Departement of NSW Goverenment.
Republik Indonesia. 2001. SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung. Jakarta.
Republik Indonesia. 2002. Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Jakarta.
13 rozy Ismariand, P. S. (2010). Konsep
Pengembangan Kampung Nelayan Pasar Bengkulu Sebagai Kawasan Wisata. jurnal Arsitektur FTSP ITS Surabay.
Santosa, Happy Ratna. 1999. Peranan Wanita dalam Perbaikan Permukiman. Jurnal PUSLIT
Santosa, Happy Ratna. 2000. Pidato Pengukuhan Guru Besar Permukiman dan Lingkungan dalam Pengembangan Wilayah. Surabaya : ITS.
Santoso, Urip.2008. www.journal.com , Bengkulu Menuju Kota Pariwisata.
Silas, Johan. 1985. Perumahan dan Permukiman.
Surabaya : Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS Silas, Johan. 1993. Perumahan, Hunian dan Fungsi
Lebihnya. Surabaya ; Pidato Pengukuhan Guru Besar ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Silas, Johan. 1996. Paradoks Pengadaan Perumahan Kota. Majalah Analisis Sistem Edisi khusus tahun II. Jakarta : Kedeputian Bidang Analisis Sistem BPPT.
Silas, Johan.1998. The Kampung OfSurabaya, Municipal Government OfSurabaya, hal 22.
Suharyanto.2009. Belajar Menuangkan Pikiran.
Tangoro, D. (1999). Utilitas Bangunan. Jakarta:
UI-Press.
Turner, John F.C. and Fitcher, Robert. 1972.
Freedom Built, New York USA : The Macmillam Company.
UGM No. 17, Thn VI, Nanusia dan Lingkungan.
Yogyakarta.
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007. Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan PesisirTerpadu.
Undang-Undang No.10 (2009), Kepariwisataan.
Undang-Undang No.4 Tahun 1992. Perumahan dan Permukiman.
UN-HABITAT. 1982. Survey of Slums and Squatter Settlements. Dublin: Tycooly International Publishing Ltd.
White, E. T. (1985). Analisa Tapak. Bandung:
Intermatra.
Yoeti, Oka. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya Paramita,Jakarta.
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/08/dampak- pengembangan-onyek-wisata-dampak.htm
http://kinciakincia.com/berita/2251-kawasan- wisata-terpadu-kota-padang-destinasi- terlengkap.htm
http://www.archdaily.com/10775/quinta-monroy- elemental
http://www.archdaily.com/447381/villa-verde- housing-
elemental?ad_medium=widget&ad_name=re commendation
http://www.archdaily.com/627887/the-interlace- oma-2
https://www.scribd.com/doc/117266206/arsitektur