DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Dahidi & Sudjianto. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Black
Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Danasasmita, Wawan. (2009). Metodelogi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung: Rizqi Press
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Keraf, Gorys. (1996). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia
Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2004). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E., (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Abdurrahman. (2003). Pendidikan Anak Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Roestiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengemangkan
Kompetensinya dalam pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA
Bandung: PT. Tarsito
Setiawan, Asep Wawan. (2010). Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Garut). Skripsi FPIPS Upi: Tidak Diterbitkan.
Silberman, Mel. (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Soedijanto. ( 1997) Menuju Pendidikan Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka
Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjiono, Anas. (2004). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora
Sutedi, Dedi. (2007). Nihongo no Bunpou: Tata Bahasa Jepang Tingkat Dasar. Bandung: Humaniora
Suriadi. (2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa SMA. Tesis PPS UPI : Tidak diteritkan. Surya, M. (2006). Pengaruh faktor-faktor non Intelektual terhadap Gejala
Prestasi Kurang. Disertasi. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi Belajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Syah,Muhibbin. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Tarigan, HG. 1989. MetodologiPengajaran Bahasa. Jakarta : Depdikbud
Wulandari, Dwi Rejeki. (2010). Efektivitas Penggunaan Teknik Scramble dalam Penguasaan Kosakata Nomina Bahasa Jepang di SMA Negeri 10 Bandung. Skripsi FPBS UPI: Tidak diterbitkan.
Sumber Website:
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/
http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-learning/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun manusia. Pada
gilirannya manusia hasil pendidikan itu menjadi sumber daya yang berkualitas.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab dalam
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan guna meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan.
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena
sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kemajuan dibidang ekonomi, politik, hukum, sosial budaya,
militer, ilmu pengetahuan dan teknologi hanya dapat dicapai melalui proses
pendidikan. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa dapat mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan, baik untuk menumbuh kembangkan watak kepribadian
bangsa, memajukan kehidupan dan kesejahteraan bangsa dalam berbagai
kehidupan.
Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang
menyelenggarakan proses pendidikan. Dari keseluruhan proses pendidikan
disekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama, sebab melalui
2
Mutu pendidikan sangat bergantung kepada kualitas pelaksanaan
pendidikan disekolah-sekolah yang tercermin dalam keberhasilan belajar siswa.
Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan
terhadap keberhasilan belajar siswa. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran dapat dilakukan terhadap berbagai komponen seperti siswa, guru,
tujuan pembelajaran, isi pelajaran, model pembelajaran, metode, media, dan
evaluasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan
diadakannya pengembangan dalam dunia pendidikan seperti pengembangan
metode dan pendekatan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan kebahasaan, khususnya bahasa Jepang,
keterampilan bahasa itu meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Ke
empat keterampilan berbahasa itu merupakan hal yang terpenting dalam
penguasaan bahasa yang sedang dipelajari oleh pembelajar. Untuk menguasai ke
empat keterampilan tersebut, ternyata penguasaan kosakata pun sangat penting
dan kosakata itu merupakan modal dasar dalam berbahasa.
Pada kenyataannya, tidaklah mudah bagi pembelajar bahasa Jepang untuk
mengingat kosakata meskipun hanya sekedar kosakata dasar. Diperlukan sebuah
media dan metode pengajaran yang mampu menciptakan kondisi yang
memudahkan pembelajar bahasa Jepang untuk mengingat kosakata yang diajarkan.
Sebagai seorang guru, seyogyanya mampu dapat menciptakan suasana yang
nyaman dan kondusif serta dapat menggunakan suatu media yang menarik agar
dapat memotivasi pembelajar. Selain itu pembelajaran juga harus dapat
Selain itu, permasalahan yang terjadi saat ini adalah kekeliruan pembelajar
dalam menggunakan kata bantu bilangan bahasa jepang terhadap beberapa benda
atau barang. Mengingat banyaknya macam-macam kata bantu bilangan tersebut
dan ketika kata bantu bilangan tersebut di gabung dengan kata bilangan, terdapat
beberapa perubahan kata yang cukup membingungkan pembelajar. Bahkan ada
beberapa kata yang sama sekali berbeda apabila kata bilangan digabungkan
dengan kata bantu bilangan.
Dari permasalahan yang ada pada saat ini, tentu saja memerlukan
pemecahan atau solusi. Untuk mencapai pembelajaran yang optimal diperlukan
metode yang jitu agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Active Learning model
Card Sort dapat digunakan untuk memberikan kemudahan pembelajar dalam
mempelajari kata bantu bilangan. Pembelajaran seperti ini dapat menhidupkan
suasana kelas yang beku dan kaku menjadi dinamis dan menyenangkan. Untuk
melihat apakah Active Learning model Card Sort ini dapat menjadi solusi atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi pembelajar, dan untuk mengetahui bagaimana
tingkat efektifitasnya maka penelitian ini layak untuk dilakukan.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
makapenelitian ini merumuskan masalah dalam lingkup pertanyaan sebagai
4
1. Bagaimana penguasaan kosakata Josuushi pembelajar setelah
menggunakan Active Learning model card sort?
2. Adakah perbedaan yang signifikan penguasaan kosakata Josuushi yang
menggunakan Active Learning model Card Sort dengan yang tidak
menggunakan?
3. Bagaimana efektivitas Active Learning model Card Sort dalam
pembelajaran kosakata Josuushi?
1.2.2 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus maka penulis membatasi masalah
penelitian ini menjadi:
1. Kosakata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kata bilangan utama
(suushi) dari satu sampai sepuluh dan kata bantu bilangan (Josuushi)
2. Penguasaan kosakata Josuushi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah siswa dapat mengklasifikasikan kata bantu bilangan yang tepat
untuk beberapa jenis barang serta menuliskan dan menyebutkan kata
bantu bilangan dengan benar
3. Efektivitas yang dimaksud adalah seberapa besar kenaikan hasil belajar
rata-rata atau Normalized gain yang kemudian dikonsultasikan dengan
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah
a. Mengetahui tingkat penguasaan kosakata josuushi pembelajar yang
menggunakan Active Learning model Card Sort.
b. Mengetahui Adakah perbedaan yang signifikan penguasaan kosakata
pembelajar yang menggunakan Active Learning model Card
Sortdengan yang tidak menggunakan
c. Mengetahui keefektifan Active Learning model Card Sort dalam
pengajaran kosakata Josuushi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan
keilmuan khususnya dalam melaksanakan proses pendidikan serta
menyempurnakan atau memberikan koreksi bagi teori pendidikan yang
sudah ada.
2. Secara praktis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi guru dalam memperkaya metode pembelajaran dengan
mengaplikasikan model pembelajaran card sort khususnya di SMAN 6 GARUT
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
6
Dengan menggunakan Active Learning model Card Sort dalam pengajaran
bahasa Jepang sehingga dapat menjawab permasalahan kesulitan
pembelajar bahasa Jepang dalam menggunakan kata bantu bilangan yang
tepat dan sesuai dengan barangnya.
1.4 Anggapan dasar dan Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Dalam penelitian
ini penulis mengajukan beberapa hipotesis, antara lain sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol sebelum dilakukan perlakuan (pre-test);
2. Terdapat perbedaan kenaikan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol setelah dilakukan perlakuan (post test)
3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas
kontrol setelah dilakukan perlakuan (post-test);
.
1.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai judul penelitian, penulis
akan menjelaskan konsep yang terkandung dalam judul. Judul penelitian ini
adalah: “PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING MODEL CARD SORT
DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA JOSUUSHI BAHASA JEPANG”
1. Metode Aktive Learning
Menurut Wawan Danasasmita, (2009: 25-26) metode pembelajaran atau
kyoojuhou (教授法) memiliki berbagai pengertian, diantaranya;
a. Cara untuk mencapai tujuan.
b. Cara yang menyeluruh dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Cara menentukan bahan ajar yang akan disampaikan kepada pembelajar.
d. Cara-cara penyajian bahan pengajaran dalam suatu kegiatan belajar
mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang menyeruluh
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, jadi dalam proses
pembelajaran, guru memerlukan suatu metode yang dapat membantu atau
menggerakkan proses belajar-mengajar tersebut.
Active Learning merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris, terdiri
dari kata Active yang berarti aktif dan Learning yang berarti pembelajaran. Jadi
active learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran aktif.
Metode active learning adalah sebuah cara belajar aktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan agar tujuan atau target pembelajaran tersebut dapat
tercapai.
2. Model Card Sort
Card sort berasal dari bahasa Inggris, terdiri dari kata card dan sort, card artinya kartu sedangkan sort artinya sortir (memilih/memilah). Jadi card sort
artinya memilih dan memilah kartu. Active Learning model Card Sort merupakan
8
penggolongan sifat, kategori, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi
informasi. Metode ini melibatkan gerakan fisik yang dapat membantu memberi
energi kepada kelas yang terasa letih.
Selain melibatkan gerakan fisik, dalam metode card sort juga terdapat
kolaboratif learning yaitu belajar dengan cara bekerja sama. Sesuai dengan
pernyataan Mel Silberman dalam buku Active Learning-101 Strategies To Teach
Any Subject (Mel Silberman, 2009: 151) yaitu
“Salah satu cara terbaik untuk mengembangkan belajar yang aktif adalah memberikan tugas belajar yang diselesaikan dalam kelompok kecil peserta didik. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian membantu mewujudkan belajar kolaboratif yang menjadi satu bagian yang berharga dalam iklim belajar di kelas.”
Jadi semua siswa selama pembelajaran menggunakan kartu sortir untuk
belajar dalam sebuah kelompok kecil serta berkolaboratif untuk mendiskusikan
tentang josuushi dan mencari kata benda yang termasuk ke dalam masing-masing
josuushi serta menghafal atau mengulangi informasi kata benda dan josuushi.
3. Kosakata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 597), menyatakan bahwa
“kosakata adalah pembendaharaan kata.” Sedangkan menurut Sudjianto &
Ahmad Dahidi, (2004: 97) “Kosakata atau dalam bahasa Jepang disebut goi
merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai
guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang baik dalam
4. Josuushi
Dalam bahasa Jepang, josuushi artinya kata bantu bilangan. Dalam bahasa Jepang itu terdapat banyak sekali kata bantu bilangan. Seringkali kita keliru
menerapkan kata bantu bilangan tersebut dengan benda yang semestinya
menggunakan kata bantu bilangan tersebut. Masing-masing kata bantu bilangan
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Kata bantu bilangan tersebut
diletakan dibelakang kata bilangan utama atau suushi, dan sebagian diantaranya
ada yang mengalami perubahan bunyi dan ada juga yang tidak.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti menjelaskan latar belakang masalah, rumusan dan batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, anggapan dasar penelitian, hipotesis,
definisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang menyangkut
teori, hasil penelitian terdahulu dan kerangka berpikir.
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini peneliti menjelaskan metode/desain penelitian secara sistematis,
populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, tahap penelitian dan
10
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai analisis data dan pembahasan. Hal
ini menyangkut analisis hasil data tes, analisis hasil data angket, dan pembuktiaan
hipotesis.
BAB V Kesimpulan dan Saran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode / Desain Penelitian
Dalam sebuah penelitian, diperlukan suatu metode untuk memudahkan
penulis untuk memecahkan masalah penelitian. Metode penelitian adalah sebuah
cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Menurut Arikunto
(2006:151), ”metode penelitian atau metode pengumpulan data adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Metode
penelitian merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena
mencakup tata cara pelaksanaan penelitian.
Pembahasan mengenai metode penelitian erat kaitannya dengan teknik dan
instrumen penelitian. Dalam kegiatan penelitian, metode dapat diartikan sebagai
cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian.
Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan. Fungsi dari metode
adalah untuk memperlancar pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. (Dedi
Sutedi. 2009:53).
Kesesuaian antara metode penelitian dan masalah penelitian sangatlah
penting. Oleh karena itu, kita harus pandai memilih dan menemukan metode apa
yang akan digunakan dalam penelitian kita. Setiap jenis penelitian mempunyai
41
dalamnya akan kita temukan sifat universalnya, yaitu pemecahan masalah. (Dedi
Sutedi, 2009: 54)
Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni, yaitu
penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen)
dan kelompok pembanding (kelompok kontrol). Menurut Sugiyono (2010:11),
“Metode eksperimental adalah sebuah metode penelitian yang melakukan uji
coba terhadap objeknya”. Dalam metode eksperimen keberhasilan dan keefektifan
model pembelajaran yang diujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok
eksperimen sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan (post-test)
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control-Group Design, (Sugiyono, 2010: 112). Pada desain ini kelompok eksperimen maupunol kelompok kontrol dipilih secara random. Gambaran
Pretest-Posttest Control-Group Design dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
R O
1 X
O
2
R O
3
O
4
Sumber : Sugiyono (2010:116)
Keterangan :
O1 : tes awal/pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
O3 : tes akhir/post-test (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen
O2 : tes awal/pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
O4 : test akhir/post-test (setelah perlakuan) pada kelompok kontrol
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam desain penelitian ini
adalah :
a. Memberikan pre-test O1 untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum subjek
dikenakan perlakuan X.
b. Memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran card sort
c. Memberikan post-test (O3) untuk mengukur hasil belajar siswa setelah
subjek dikenakan perlakuan X.
d. Memberikan angket kepada siswa di kelas eksperimen.
e. Memberikan pre-test (O2) pada kelas kontrol.
f. Memberikan post-test (O4) pada kelas kontrol.
g. Mengolah data dari hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
h. Membandingkan hasil pre-test dan post-test untuk melihat peningkatan yang timbul. Jika sekiranya ada, itu sebagai akibat dari digunakannya perlakuan
X.
3.1.1 Populasi dan Sampel
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
43
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” (Sugiyono, 2010:117).
Jadi, dengan kata lain populasi itu merupakan sekumpulan objek atau subjek yang
luas atau relatif banyak jumlahnya dengan beraneka ragam kualitas dan
karakteristik yang akan menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 6 Garut.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.”(Sugiyono, 2010:118). Dengan kata lain, sampel itu diambil
dari populasi yang dianggap mewakili populasi tersebut (representatif). Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang ada di SMA Negeri 6 Garut tahun
ajaran 2011-2012, yaitu satu kelas X-D sebanyak 38 siswa yang dijadikan kelas
kontrol dan satu kelas yang lainnya yaitu kelas X-B sebanyak 38 siswa dijadikan
kelas eksperimen.
3.1.2 Teknik Sampling
“Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel.”(Sugiyono, 2010: 118). Terdapat beberapa macam teknik sampling yang
biasa digunakan dalam penelitian. Dalam suatu penelitian sudah tentu tidak
terlepas dari sampel penelitian. Dalam pengambilan sampel juga tentunya
memerlukan teknik sampling yang tepat dan sesuai.
“Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelas kontrol diambil secara random dari
polulasi tertentu.”(Sugiyono, 2010: 112). Dikarenakan penelitian ini merupakan
menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan secara acak dari populasi yang ada dan populasi tersebut dianggap homogen.
3.2 Operasional Variabel
Pada dasarnya variabel yang dikelompokan dalam konsep teoritis,
empiris dan analisis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang bersifat
umum, konsep empiris merupakan konsep yang bersifat operasional dan
terjabar dari konsep teoritis, konsep analisis adalah penjabaran dari konsep
teoritis yaitu merupakan dari mana data itu diperoleh. Adapun bentuk
operasionalnya dapat dilihat dari pada 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analisis
Active melalui keterlibatan aktif diri mereka dalam kegiatan belajar kolaboratif sesuai konsep teori belajar aktif yaitu Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.(Mel Silberman)
Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error). Guru bertindak sebagai penunjuk jalan
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak anak setelah melalui kegiatan belajar.
(Mulyono 2003: 37)
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam
pembelajaran yang dimaksud adalah skor pre
45
test dan post test. Serta interaksi belajar mengajar yang dicapai dalam proses kegiatan pembelajaran.
setelah pembelajaran menggunakan metode card sort.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Tahap Persiapan
1) Studi pendahuluan
Dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
kondisi subjek di lapangan. Tahap ini dilakukan dengan melakukan
penelitian awal di SMAN 6 Garut dan berdiskusi dengan guru bahasa
Jepang kelas X untuk memperoleh kejelasan mengenai hasil belajar
siswa. Selanjutnya adalah menentukan kelas yang akan dikenakan
tindakan atau perlakuan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
control terhadap seluruh kelas. Setelah dilakukan pengamatan di
beberapa kelas dan berdasarkan bahan pertimbangan dari Guru Bahasa
Jepang kelas X maka diperoleh kelas X-B sebagai kelas eksperimen dan
kelas X-D sebagai kelas kontrol.
2) Pembuatan RPP dan Instrumen Penelitian
a. Membuat RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran kelas
kontrol dan kelas eksperimen masing-masing untuk 3 kali
pertemuan
b. Menetapan materi pelajaran yang akan dipergunakan dalam
penelitian. Adapun jumlah kosakata yang akan diajarkan selama
Tabel 3.3
Tabel Jumlah Kosakata
Pertemuan
Kosakata
Josuushi Benda Tempat
I 50 50
9
II 50 20
III 60 22
Total 160 92 9
(Daftar kosakata pembelajaran terlampir)
c. Menyusun instrumen tes pilihan ganda berdasarkan materi
pembelajaran
d. Melakukan uji coba instrumen penelitian
e. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas instrumen
f. Menganalisis daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen
penelitian
3.3.2 Tahap Pelaksanaan
Sebelum melaksanakan treatment, peneliti menentukan waktu penelitian
untuk penerapan model pembelajaran dan berkonsultasi dengan guru mata
47
1) Pelaksanaan treatment dan pengumpulan data, dilaksanakan dari
tanggal 9 Maret sampai 23 Maret 2012 sesuai dengan jadwal yang
tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 tou, dai pada kelas eksperimen. 4 Rabu, 14 Maret
2012
12.30 – 14.00 Pertemuan I dengan pembahasan kosakata josuushi nin, hiki, wa, tou, dai pada kelas kontrol.
5 Kamis, 15 Maret 2012
14.00 – 15.30 Pertemuan II dengan pembahasan kosakata josuushi ken, kai, mai, satsu, hai pada kelas kontrol 6 Jumat, 16 Maret
2012
13.00 – 15.30 Pertemuan II dengan pembahasan kosakata josuushi ken, kai, mai, satsu, hai pada kelas eksperimen 7 Senin, 19 Maret
2012
12.30 – 14.00 Pertemuan III dengan pembahasan kosakata josuushi taba, soku, fusa, hon, ko, tsu pada kelas eksperimen.
8 Rabu, 21 Maret 2012
12.30 – 14.00 Pertemuan III dengan pembahasan kosakata josuushi taba, soku, fusa, hon, ko, tsu pada kelas kontrol
3.3.3 Tahap Pengambilan Kesimpulan
1. Mengumpulkan data hasil penelitian berupa tes dan angket
3. Menguji Hipotesis
4. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data penelitian
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes tertulis
pilihan ganda sebanyak 20 soal. Instrumen tes diberikan sebanyak 2 kali yaitu
satu kali untuk pre-test dan satu kali untuk post-test. Pre-test dilakukan pada awal penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur pengetahuan siswa
sebelum dilaksanakan eksperimen dengan menggunakan 2 (dua) metode
pembelajaran yang berbeda. Post-test atau tes akhir dilakukan pada akhir
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur hasil belajar siswa
setelah dilaksanakan eksperimen dengan menggunakan 2 (dua) metode
pembelajaran dikelas yang berbeda.
Berikut ini adalah kisi-kisi soal tes yang dibuat oleh penulis untuk
pembuatan soal. (soal tes terlampir)
Tabel 3.5
Kisi-kisi Penulisan Soal
No. Kompetensi Dasar
Indikator Soal Nomor
Soal
diajukan dari materi
nin,hiki,wa,tou,dai
Memilih kosakata josuushi kata benda yang diajukan dari materi ken, kai, mai, satsu, hai
7, 8, 9, 10, 13, 19
49
3. Penguasaan Kosakata
Memilih kosakata josuushi kata benda yang diajukan dari materi taba,soku, fusa, hon, ko, tsu.
6, 11, 12, 15, 17, 20
6
3.4.2 Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Menurut Sutedi (2009: 217), “Instrumen yang baik yaitu instrumen yang
memiliki validitas dan reliabilitas”. Jika kevalidan suatu alat ukur berkenaan
dengan ketepatannya dalam mengukur apa yang hendak diukurnya, maka
reabilitas berarti memiliki keajegan atau kepercayaan dalam arti bahwasannya
kapan pun dan dimana pun digunakan, instrument tersebut akan menunjukkan
hasil yang relatif sama, kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Artinya sebuah instrument penelitian
yang baik adalah instrument yang memiliki kevalidan dan reabilitas yang baik
juga.
Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan instrumen
yang baik, terlebih dahulu dilakukan uji coba baik kesahihan maupun
keajegannya, sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya. Tujuan uji coba
adalah untuk melihat item-item atau butir soal mana saja yang bisa digunakan,
ataupun dihilangkan/tidak dipakai.
Instrumen yang digunakan berupa soal tes hasil belajar yang terdiri dari
20 item soal tes pilihan ganda. Uji coba instrumen ini diikuti oleh 28 orang siswa
kelas XI Bahasa SMAN 6 Garut tahun ajaran 2011 / 2012. Uji coba ini dilakukan
instrumen tersebut terdiri dari uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
3.4.2.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen
penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga
instrumen ini akan mempunyai kevalidan dengan taraf yang baik. Untuk
mengetahui validitas suatu instrumen penelitian dilakukan pengujian. Instrumen
yang valid harus dapat mendeteksi dengan tepat apa yang seharusnya diukur.
Menurut Dedi Sutedi, (2009: 217) menjelaskan valid artinya dapat mengukur
apa yang hendak diukur dengan baik. Menurut Arikunto, (2010: 211)
menjelaskan Validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Jadi, suatu instrument dinyatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengugkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud.
Sedangkan untuk validitas item menurut Masrun, (dalam Sugiyono
2010:179) menyatakan bahwa “... analisis untuk mengetahui daya pembeda ,
sering juga dinamakan dengan analisis untuk mengetahui vaiditas item”. sebuah
tes dikatakan memiliki validitas item apabila butir-butir soal yang membangun
tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir. Uji validitas item pada penelitian ini
51
Dari penjelasan di atas, untuk menguji validitas yang diujicobakan
kepada siswa XI Bahasa SMA Negeri 6 Garut (di luar sampel). Untuk menguji
validitas tersebut, penulis mengadakan pengujian validitas soal dengan
menggunakan uji validitas secara statistik. Statistik yang digunakan adalah
statistik komparansional yaitu dengan membandingkan hasil tes buatan peneliti
dengan hasil tes yang sudah dianggap standar yaitu hasil UTS (Mid Test Exam)
siswa kelas Bahasa SMA Negeri 6 Garut dengan rumus sebagai berikut:
t hitung
=
−√� ²+� ²
Adapun langkahnya adalah sebagai berikut:
1. menyediakan tabel persiapan perhitungan. (terlampir)
2. mencari mean kedua variabel dengan rumus:
3. mencari standar defiasi dari variabel X (nilai hasil ujicoba
peneliti) dan Y (nilai Mid Test) dengan rumus:
4. mencari standar error mean kedua variabel dengan rumus:
5. mencari standar error perbedaan mean X dan Y dengan rumus:
6. mencari nilai t hitung dengan rumus di atas.
7. memberikan interpretasi dan menguji kebenaran nilai t hitung
dengan membandingkannya dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung
< t tabel maka kedua mean (X dan Y) tidak ada perbedaan yang
signifikan atau valid.
Dari perhitungan diperoleh: (terlampir)
Mx = 12,28 My = 11,35
Sdx = 4,28 Sdy = 3,45
Sem xy = 1,0526
t hitung
=
−√� ²+� ²
= 0,91
Maka dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai t hitung sebesar 0,91.
Kemudian dikonsultasikan dengan nilai t tabel dengan derajar kebebasan (db) 27,
diperoleh angka 2,05 untuk taraf signifikan 5% dan 2,77 untuk taraf signifikan
1%. Artinya nilai t hitung < t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
mean (X dan Y) tesebut tidak ada perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa instrumen penelitian ini valid dan layak digunakan
53
3.4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Arikunto, (2006: 178) Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian suatu instrumen
cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
intsrumen itu sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu. instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
seseorang. Reliabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus teknik belah dua ganjil-genap. Adapun langkah-langkah yang digunakan
adalah :
1. Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan pertama
dan skor butir soal bernomor genap sebagai belahan kedua.
2. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan
menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang
dikemukakan oleh Pearson, yaitu :
r = koefisien korelasi
X = jumlah skor X
XY = jumlah skor X dan YN = jumlah responden
3. Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus yaitu :
r 11 =
r 11 : reliabilitas instrumen
r
Besar nilai reliabilitas instrumen diinterpretasikan untuk menyatakan
kriteria reliabilitas. Menurut Sutedi, (2009: 220) kriterianya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi Reliabilitas
Rentang Angka Kolerasi Penafsiran
0,00 ~ 0,20 Sangat Rendah
0,21 ~ 0,40 Rendah
0,41 ~ 0,60 Sedang
0,61 ~ 0,80 Kuat
0,81 ~ 1,00 Sangat Kuat
55
Dari perhitungan uji reliabilitas menggunakan teknik belah dua, diperoleh
angka korelasi sebesar 0,96 yang tergolong sangat kuat sehingga perangkat tes ini
layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.4.2.3 Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab dengan benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2006: 128).
Tingkat kesukaran merupakan suatu parameter untuk menyatakan
bahwa item soal adalah mudah, sedang dan sukar. Untuk menghitung tingkat
kesukaran (TK) dari masing-masing butir soal tes dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung jawaban yang benar per item soal
b. Memasukkan ke dalam rumus
TK = + (Dedi Sutedi, 2009 : 214)
Keterangan :
TK = tingkat kesukaran.
BA = jumlah jawaban benar kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar kelompok bawah
N = jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah
Tingkat kesukaran (TK) diklasifikasikan sebagai berikut:
0,00 sampai dengan 0,25 = soal sukar
0,26 sampai dengan 0,75 = soal sedang
Dari perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil yang disajikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.7
Uji Tingkat Kesukaran
No
Soal Tingkat Kesukaran Keterangan
1 0,64 Sedang
2 0,71 Sedang
3 0,46 Sedang
4 0,67 Sedang
5 0,71 Sedang
6 0,64 Sedang
7 0,57 Sedang
8 0,53 Sedang
9 0,35 Sedang
10 0,46 Sedang
11 0,80 Mudah
12 0,53 Sedang
13 0,71 Sedang
14 0,71 Sedang
15 0,64 Sedang
16 0,46 Sedang
17 0,5 Sedang
57
19 0,71 Sedang
20 0,67 Sedang
Sumber Hasil pengolahan data Ms. Excel 07
Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran tersebut menunjukan bahwa
ke 20 soal tersebut rata- rata memiliki tingkat kesukaran yang sedang.
kelompok soal yang meimiliki tingkat kesukaran sedang tersebut yaitu no 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20. Sedangkan soal yang
termasuk kategori mudah yaitu soal no 11. (perhitungan uji tingkat kesukaran terlampir)
3.4.2.4 Uji Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah
prestasinya (Nana Sudjana, 2006: 141).
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dalam
membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang
mempunyai kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda soal disebut dengan daya pembeda (DP). Langkah-langkahnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Untuk kelompok kecil seluruh kelompok tes dibagi dua sama
b. Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya
saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor
terbawah sebagai kelompok bawah.
Daya pembeda ini digunakan untuk menganalisis data hasil uji
coba instrumen penelitian dalam hal tingkat perbedaan setiap butir soal,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
� = − (Dedi Sutedi, 2009 : 214)
Keterangan :
DP = Daya pembeda
BA = jumlah jawaban benar kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar kelompok bawah
n = jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah
Tabel 3.8
Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda Kriteria
0,00 - 0,25 Rendah (lemah)
0,26 - 0,45 Sedang
0,46 – 1,00 Tinggi
(Sumber: Sutedi, 2009)
Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu
59
berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan analisis daya pembeda yang dilakukan
dan dihitung dengan bantuan Ms. Excel. Maka semua soal memiliki tingkat daya
pembeda yang tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.9
Uji Daya Pembeda
No
Soal Daya Pembeda Keterangan
1 0,24 Rendah
2 0,25 Rendah
3 0,57 Tinggi
4 0,45 Sedang
5 0,10 Sedang
6 0,38 Sedang
7 0,37 Sedang
8 0,72 Tinggi
9 0,33 Sedang
10 0,43 Sedang
11 0,18 Rendah
12 0,57 Tinggi
13 0,25 Rendah
14 0,25 Rendah
15 0,37 Sedang
16 0,57 Tinggi
17 0,64 Tinggi
18 0,51 Tinggi
20 0,31 Sedang
Sumber Hasil pengolahan data Ms. Excel 07
Dari analisis daya pembeda tersebut menunjukan bahwa dari ke 20 soal
tersebut memiliki nilai daya pembeda yang beragam sesuai dengan kriteria yang
ada. Berdasarkan kriteria tersebut ada beberapa yang termasuk kedalam kategori
rendah, sedang, dan tinggi. Item soal yang memiliki keriteria rendah yaitu soal
nomor 1, 2, 11, 13, 14,. Sedangkan soal yang memiliki kriteria sedang yaitu soal
nomor 4, 5 , 6, 7, 9, 10, 15, 19, 20. Dan soal yang memiliki daya pembeda yang
tinggi yaitu soal nomor 3, 8, 12, 16, 17, 18. (perhitungan uji daya pembeda terlampir)
3.4.3 Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa kelompok eksperimen
terhadap pembelajaran bahasa jepang dengan menggunakan Active Learning
model card sort dalam meningkatkan kemampuan kosakata josuushi.
Tabel 3.10
Kisi-Kisi Angket
No. Indikator pertanyaan Nomor
Soal bahasa Jepang secara umum.
2, 3 2
Mengetahui pendapat siswa terhadap teknik pengajaran bahasa Jepang yang selama ini
61 tentang Active learning model card sort dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang.
6,7,8,9,10,
11,12,13 8
3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Tes
3.5.1 Teknik pengumpulan Data
Jika instrument yang dibuat telah valid dan reliabel serta telah diketahui
bagaimana tingkat daya beda dan tingkat kesukarannya maka instrument tersebut
diberikan kepada siswa baik siswa eksperimen maupun siswa kontrol. Kemudian
setelah diperoleh data dari kedua kelas tersebut maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Penskoran
Penskoran tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan pedoman
penskoran. Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor, terlebih dahulu
ditentukan standar penilaian untuk tiap tahap sehingga dalam
pelaksanaannya unsur subjektifitas dapat dikurangi. Skor setiap siswa
ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.
Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus:
S=ΣR
Dengan : S= Skor siswa dan R= jawaban siswa yang benar
b. Menghitung rata-rata hasil pre-test dan post-test. Rumus untuk
mencari mean X (kelas eksperimen) dan Y (kelas kontrol) adalah
Mx = ∑
1
My = ∑
2
c. Rumus untuk mencari standar deviasi X dan Y adalah sebagai berikut:
Sdx = ∑
adalah sebagai berikut :
SEMxy = � 2− � 2
f. Rumus untuk mencari nilai t hitung adalah sebagai berikut :
thitung = − �
g. Menghitung Normalized gain
Setelah memperoleh skor pre-test dan post-test pada kedua kelas,
dihitung selisih antara pre-test dan post-test untuk mendapatkan nilai
gain dan gain ternormalisasi. Rumus yang digunakan untuk mengitung
nilai gain dan gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:
Gain = skor posttest - skor pretest
Gain ternormalisasi (g) = −
� � � −
Keterangan:
(g) = gain yang dinormalisir (Normalized Gain)
63
Pre-test = tes diawal pembelajaran
Skor gain normal (N gain) ini diinterprestasikan untuk menyatakan
kriteria peningkatan hasil belajar siswa atau efektivitas pembelajaran.
Selanjutnya, indeks gain yang diperoleh diinterpretasikan dengan
menggunakan indeks ktiteria Normalized Gain seperti pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.11
Kriteria Efektivitas Pembelajaran
Rentang Normalized Gain Kriteria Efektivitas
0,71 – 1,00 Sangat efektif
0,41 – 0,70 Efektif
0,01 – 0,40 Kurang Efektif
3.5.2 Teknik Analisis Data Penelitian
3.5.2.1 Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian di dasarkan pada data peningkatan hasil belajar,
yaitu data selisih nilai pre-test dan post-test. Pengujian hipotesis tersebut menggunakan uji-t (t- test). Perhitungan uji t ini dibantu dengan program pengolahan data Ms. Exel 2007.
Pada penelitian ini hipotesis akan disimbolkan dengan hipotesis kerja (Hk)
dan hipotesis nol (H0). Agar tampak ada dua pilihan, hipotesis ini perlu
didampingi oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini
Menguji kebenaran hipotesis (Hk) dengan cara membandingkan besarnya t
hitung dan t tabel dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasan dengan
menggunakan rumus df atau db = (N1 + N2) –2. Setelah menentukan db, maka
diperoleh nilai t tabel pada taraf signifikasi 5% dan 1%. Apabila nilai t hitung
lebih kecil atau sama dengan nilai t tabel (t hitung ≤ t tabel) maka Hk ditolak, dengan demikian berarti tidak ada pengaruh yang sangat signifikasi antara nilai X
dan Y, sedangkan apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (t hitung ≥ t tabel) maka Hk diterima. Adapun Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol sebelum dilakukan perlakuan (pre-test); Uji hipotesis yang berlaku adalah :
t hitung ≥ t tabel maka Hk diterima
Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
kelas eksperimen dan kelas kontrol
t hitung ≤ t tabel maka Hk ditolak
Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
2. Terdapat perbedaan kenaikan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen dengan
kelas kontrol setelah dilakukan perlakuan (post test)
Hipotesis nol H0: μ1= μ2
Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai post-test yang signifikan antara siswa yang menggunakan Active Learning model card sort
65
Hipotesis Kerja Hk : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaaan rata-rata nilai post-test yang signifikan antara
siswa yang menggunakan Active Learning model card sort dengan
siswa yang menggunakan metode pembelajaran ceramah.
Dimana: µ1 = N-Gain kelompok ekperimen
µ2 = N- Gain kelompok Kontrol
3.Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol
setelah dilakukan perlakuan (post-test).
Uji hipotesis yang berlaku adalah :
t hitung ≥ t tabel maka Hk diterima
t hitung ≤ t tabel maka Hk ditolak
Berikut merupakan gambaran daerah penolakan dan penerimaan H
Daerah penolakan H0 Daerah penolakan H0
Daerah penerimaan
d 1 (T tabel minimum) d 2 (T tabel maksimum)
2.5.2.2 Pengolahan Data Angket
Teknik untuk mengolah data dari angket dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menjumlahkan semua jawaban angket
2) Menyusun frekuensi jawaban
3) Membuat tabel frekuensi
4) Menghitungkan presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan
menggunakan rumus: P = N
f
x 100%
Keterangan :
P = Presentase frekuensi dari setiap jawaban responden
f = Frekuensi dari setiap jawaban responden
n = Jumlah responden
Menafsirkan hasil angket dengan berpedoman pada data sebagai berikut:
0% = Tidak ada seorangpun
1% - 5% = Hampir tidak ada
6% - 25% = Sebagian kecil
26% - 49% = Hampir setengahnya
50% = Setengahnya
51% - 75% = Lebih dari setengahnya
76% - 95% = Sebagian besar
96% - 99% = Hampir seluruhnya
100% = Seluruhnya
67
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan Active learning model card sort,
sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
3.6.1 Proses Pengajaran di Kelas Eksperimen
Adapun proses pengajaran yang diterapkan di kelas eksperimen adalah
sebagai berikut:
1. Proses pengajaran yang dilakukan di kelas kontrol diawali dengan
apersepsi dan motivasi terhadap siswa agar siswa lebih semangat dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Pengkondisian kelas, posisi tempat duduk atau bangku dirubah menjadi 5
kelompok.
3. Guru membagikan lembar tabel yang berisikan josuushi kepada
masing-masing siswa.
4. Active Learning model card sort :
a. Guru menerangkan sekilas tentang penjelasan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan itu
b. Guru memberikan kartu sortir sebanyak 50 kartu kepada setiap
kelompok agar mereka bekerjasama mensortir kartu tersebut sesuai
dengan kategorinya masing-masing.
o Artikan ke dalam bahasa jepang (menggunakan kamus)
kata-kata benda yang ada dalam kartu indeks, kemudian tulis di
belakangnya.
o Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka. Beberapa
point yang harus dipresentasikan adalah arti dari kata yang
terdapat dalam kartu dan tiap anggota dalam kelompok
menyebutkan kata bantu bilangan dari satu sampai sepuluh
secara bergiliran sesuai dengan kategori yang diminta oleh
guru.
d. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan giliran untuk mensortir
kartu min sebanyak 2 kali,
o sortir pertama yaitu memilih dan memilah kartu sambil
menyebutkan kosakata benda sesuai apa yang tertulis dalam
kartu
o sortir ke dua yaitu memilih dan memilah kartu sambil
menyebutkan kosakata josuushi sesuai dengan apa yang
tertulis dalam kartu.
e. Hafalkan materi dalam satu kelompok
f. Guru mengecek hafalan siswa dengan tanya jawab
Kelas => Kelompok =>individu
5. Guru menjelaskan pola kalimat yang akan dipelajari dan siswa mencatat
69
6. Guru menyuruh siswa untuk membuat 3 buah kalimat dengan pola yang
telah diajarkan dengan menggunakan kosakata benda lainnya.
7. Kesimpulan dan salam penutup.
3.6.2 Proses Pengajaran di Kelas Kontrol
Adapun proses pengajaran yang diterapkan di kelas eksperimen
adalah sebagai berikut:
1. Proses pengajaran yang dilakukan di kelas kontrol diawali dengan
apersepsi dan motivasi terhadap siswa agar siswa lebih semangat dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Pengkondisian kelas, posisi tempat duduk tetap seperti biasa, tidak ada
perubahan.
3. Guru membagikan lembar tabel yang berisikan josuushi kepada
masing-masing siswa.
4. Pembelajaran dengan metode ceramah:
a. Guru menerangkan tentang penjelasan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan itu
b. Siswa mengartikan beberapa kata yang dituliskan guru di papan
tulis
c. Siswa disuruh menghafalkan kata bantu bilangan tersebut secara
mandiri
d. Guru mengecek hafalan siswa dengan tanya jawab
5. Guru menjelaskan pola kalimat yang akan dipelajari dan siswa mencatat
serta memperhatikan penjelasan guru
6. Guru menyuruh siswa untuk membuat 3 buah kalimat dengan pola yang
telah diajarkan dengan menggunakan kosakata benda lainnya.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan eksperimen melalui penerapan metode card sort dalam
pembelajaran josuushi di kelas X SMA Negeri 6 Garut pada tanggal 9 Maret 2012
sampai 23 Maret 2012. Selama waktu tersebut telah dilakukan pretes, perlakuan,
postes, dan memberikan angket. Setiap data-data yang terhimpun telah dianalisis
sesuai prosedur yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, maka sebagai
jawaban dari masalah yang diangkat dan hasil penelitian penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penguasaan kosakata Josuushi setelah pembelajar menggunakan Active Learning model Card Sort menjadi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari selisih hasil pre test dan post test kelas eksperimen (kelas yang diberi
perlakuan X).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kosakata josuushi
siswa yang menggunakan metode active learning model card sort dengan siswa yang menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil postest, diperoleh hilai thitung sebesar 2,997.
Dengan demikian, karena thitung (2,997) ≥ ttabel (untuk db 74 adalah: 2,00
(5%) dan 2,65 (1%)) maka uji hipotesis dengan t hitung ≥ t tabel maka Hk
3. Efektivitas dari Metode active learning model card sort ini adalah efektif.
Hal ini dapat dilihat dari data perhitungan nilai rata-rata Normalized Gain
yang diperoleh untuk kelas eksperimen sebesar 0,582. Dari angka tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria efektivitas pembelajaran,
maka dapat nilai 0,582 berada pada rentang Normalized Gain (0,41- 0,70)
ditafsirkan memiliki kriteria efektivitas belajar yang efektif.
5.2 Saran
Berdasarkan proses penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan
metode card sort sebagai salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan
dalam proses pembelajaran, kosakata josuushi dalam mata pelajaran Bahasa
Jepang. Oleh karena itu dapat disampaikan saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menerapkan pembelajaran menggunakan metode card sort ini sebagai alternatif pembelajaran bahasa Jepang untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang optimal.
2. Metode ini bisa dikembangkan menjadi jauh lebih baik dan dapat lebih
bermanfaat lagi dalam pembelajaran bahasa jepang, yaitu bukan hanya
materi josuushi saja, melainkan bisa diterapkan dalam materi lainya yang
memiliki beberapa kategori seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dan
sebagainya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, metode card sort dapat dikembangkan terhadap
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAKSI ... .i
SINOPSIS BAHASA JEPANG ... .ii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 3
1.2.1 Rumusan Masalah ... 3
1.2.2 Batasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
1.4 Anggapan dasar dan Hipotesis Penelitian ... 6
1.5 Definisi Operasional ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 11
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 11
2.1.2 Prinsip-prinsip belajar ... 13
2.1.3 Hasil belajar ... 15
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 16
2.2 Metode Pembelajaran ... 18
2.2.1 Metode Aktif Learning ... 20
2.2.2 Active Learning Model Card Sort ... 22
2.2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Card Sort ... 23
2.2.5 Teori Yang Melandasi Active Learning Model Card Sort ... 25
2.3 Pendekatan Pembelajaran ... 29
2.3.1 Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Bahasa ... 29
2.3.2 Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) ... 30
2.4 Pengertian Kosakata ... 31
2.4.1 Jenis-Jenis Kosakata dalam Bahasa Jepang ... 32
2.4.2 Suushi dan Josuushi ... 33
2.4.3 Penguasaan Kosakata ... 35
2.4.4 Manfaat Penguasaan Kosakata... 36
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu ... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 40
3.1 Metode / Desain Penelitian ... 40
3.1.1 Populasi dan Sampel ... 42
3.1.2 Teknik Sampling ... 43
3.2 Operasional Variabel ... 44
3.3 Prosedur Penelitian ... 45
3.3.1 Tahap Persiapan ... 45
3.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 46
3.3.3 Tahap Pengambilan Kesimpulan ... 47
3.4 Instrumen Penelitian ... 48
3.4.1 Tes ... 48
3.4.2 Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 49
3.4.2.1 Uji Validitas Instrumen ... 50
3.4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 52
3.4.2.3 Uji Tingkat Kesukaran ... 55
3.4.2.4 Uji Daya Pembeda ... 57
3.4.3 Angket ... 60
3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Tes ... 61
3.5.1 Teknik pengumpulan Data ... 61
3.5.2 Teknik Analisis Data Penelitian ... 63
3.5.2.1 Uji Hipotesis ... 63
2.5.2.2 Pengolahan Data Angket ... 65
3.6.1 Proses Pengajaran di Kelas Eksperimen ... 67
3.6.2 Proses Pengajaran di Kelas Kontrol ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 70
4.1.1 Keadaan Wilayah Sekolah ... 70
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 6 Garut ... 71
4.1.2.1 Visi SMA Negeri 6 Garut ... 71
4.1.2.2 Misi SMA Negeri 6 Garut ... 72
4.1.2.3 Tujuan SMA Negeri 6 Garut ... 72
4.2 Proses Belajar Mengajar ... 75
4.2.1 Kelas Eksperimen ... 75
4.2.1.1 Perlakuan pertama ... 75
4.2.1.2 Perlakuan Kedua ... 77
4.2.1.3 Perlakuan Ketiga... 77
4.2.2 Kelas Kontrol ... 78
4.2.2.1Perlakuan Pertama ... 78
4.2.2.2 Perlakuan Kedua ... 78
4.2.2.3 Perlakuan Ketiga... 79
4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 79
4.3.1 Data Pre-Test ... 79
4.3.2 Data Post -Test ... 83
4.3.3 Data Skor gain ... 87
4.3.4 Data N-Gain ... 88
4.4 Analisis Data Hasil Penelitian ... 90
4.4.1 Uji Hipotesis ... 90
4.4.2 Analisis Data Angket ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Saran ... 103
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 41
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... 44
Tabel 3.3 Tabel Jumlah Kosakata ... 46
Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 47
Tabel 3.5 Kisi-kisi Penulisan Soal ... 48
Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas ... 54
Tabel 3.7 Uji Tingkat Kesukaran ... 56
Tabel 3.8 Interpretasi Daya pembeda Butir Soal... 58
Tabel 3.9Uji Daya Pembeda ... 59
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Angket... 60
Tabel 3.11Krieria Efektivitas Pembelajaran... 56
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen (X) dan Kelas Kontrol (Y) ... 80
Tabel 4.1 Data Hasil Post test Kelas Eksperimen (X) dan Kelas Kontrol (Y) ... 84
Tabel 4.3 Data Skor Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87
Tabel 4.4 Data N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88
Tabel 4.5 Pertanyaan Angket Nomor 1 ... 93
Tabel 4.6 Pertanyaan Angket Nomor 2 dan 3 ... 94
Tabel 4.7 Pertanyaan Angket Nomor 4 dan 5 ... 95
Tabel 4.8 Pertanyaan Angket Nomor 6 ... 96
Tabel 4.9 Pertanyaan Angket Nomor 7 ... 96
Tabel 4.10 Pertanyaan Angket Nomor 8 ... 97
Tabel 4.11 Pertanyaan Angket Nomor 9 ... 98
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 ... 65
Gambar 4.1 Pre Test Ekperimen dan Kontrol ... 83
Gambar 4.2 Post Test Ekperimen dan Kontrol ... 87