• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran active learning metode card sort dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam dan budi pekerti pada pembahasan asmaul husna di kelas x multimedia 1 smk paramarta tangerang selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pembelajaran active learning metode card sort dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam dan budi pekerti pada pembahasan asmaul husna di kelas x multimedia 1 smk paramarta tangerang selatan"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI PADA PEMBAHASAN ASMAUL HUSNA DI KELAS

X MULTIMEDIA 1SMK PARAMARTA TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh

Upik Yanwaria NIM 1110011000004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Active Learning Metode Card Sort Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Pembahasan Asmaul Husna Di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI siswa di kelas X Multimedia 1, dengan menggunakan pembelajaran active learning metode

card sort. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Paramarta Tangerang Selatan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar PAI. Indikator keberhasilan keberhasilan pada penelitian ini adalah: ketuntasan belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai minimal 75 mencapai 100% melalui penerapan pembelajaran active learning metode card sort. Dari hasil penelitian siklus I ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebanyak 71,43% dan siklus II sebanyak 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Asmaul Husna di kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan.

Kata Kunci :

(7)

ii

Upik Yanwaria, NIM (Students Registration Number), (1110011000004) Thesis “The Implementation of Card Sort Active Learning Method on Improving Islamic Religion Education and Moral Values Learning Achievement on Asmaul Husna Discussion at the Tenth Grade of Multimedia 1 of SMK Paramarta, South Tangerang”.

This research aimed to improve students’ Islamic religion education and moral values learning achievement at the tenth grade of multimedia 1 trough card sort active learning method. This research was conducted at SMK Paramarta, South Tangerang in August to October 2014. The method of this research was Classroom Action Research (CAR) method. It was conducted four stages; planning, implementing, observing and reflecting. The research result indicated that learning Islamic religion education and moral values through implementing active learning using card sort method could improve students’ learning achievement. The good result indicators of this research can be described as follows: class mastery learning and students percentage improvement with the minimum score, 75 reached 100 % trough sort card active learning method. From the research result of cycle I (one), students’ mastery learning reached 71,43% and in the cycle II (two) reached 100%. Based on thus research result can be concluded that the implementation of card sort active learning method could

improve students’ learning achievement on Amaul Husna learning material at the tenth grade of Multimedia 1 of SMK Paramarta, South Tangerang

Keyword:

(8)

iii

telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Active

Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul Husna di Kelas X

Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan” penulis menyadari bahwa

masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun inilah usaha

maksimal yang dapat penulis lakukan

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa ada pihak-pihak yang banyak

memberikan bimbingan, bantuan serta pengarahan-pengarahan baik secara

langsung maupun tidak langsung membantu penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Nurlena Rifa’I, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta

bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu

yang telah beliau berikan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan untuk

orang lain.

3. Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang penuh

keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga, dan pikiran dalam upaya

memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis dalam mengerjakan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Semoga selalu ada dalam keberkahan

(9)

iv di sekolah yang beliau pimpin.

5. In’am Abdul Fattah, S.Pd.I., selaku guru Pendidikan Agama Islam

sekaligus kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dengan

sabar membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian

6. Bapak dan ibu guru, serta Tata Usaha yang sangat ramah dalam

memberikan informasi yang penulis perlukan dalam skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yusri dan Ibu Ade yang selalu

memberikan dukungan baik secara moril dan materil. Semoga Allah SWT

memberikan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat.

8. Kakak-kakakku tercinta, Ferial Gahara A.Md dan Verawati Agustien

A.Md Keb., serta adik-adikku tersayang Gagay Faizan Azwar, Bagus J

Ramdhan, Mahish Al-Fahsya Sayyid dan Haqi Puguh Mujahiddan. Terima

kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

9. Teman-teman LDK Syahid Forkat AN-Najm, kalian telah mengajarkan

arti persaudaraan karena Allah SWT. Terima kasih telah menularkan

energi positif selama kuliah di kampus UIN Syarif Hidayatullah.

10.Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas A angkatan 2010

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kebersamaan,

dukungan, bantuan dan motivasinya. Perjuangan selama 4 tahun bersama

kalian telah menggoreskan kenangan indah dalam hidup ini dan tak akan

pernah hilang dimakan zaman.

11.Sahabat-Sahabat seperjuangan di Seulanga Kost Anita Greanti, Diana

Nopiana dan Siti Subaikoh. Persahabatan yang telah dibangun dari awal

masuk perkuliahan menyisakan kenangan manis di Ciputat tempat kita

menimba ilmu dan menapaki jejak kehidupan, terima kasih untuk

segalanya.

12.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan,

(10)

v penulis.

Jakarta, 11 Desember 2014

Penulis

(11)

vi LEMBAR PENGESAHAN

LEMBARAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar ... 8

b. Ciri-Ciri Belajar ... 8

c. Tujuan Belajar... 10

d. Pengertian Hasil Belajar ... 11

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

2. Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort a. Pengertian Pembelajaran ... 16

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 17

c. Pembelajaran Active Learning ... 18

(12)

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 30

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PENGEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 40

B. Analisis Data ... 43

C. Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Implikasi ... 63

C. Saran-Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(13)

viii

Tabel 3.1 Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I………...31

Tabel 3.2 Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II………33

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana………...……...41

Tabel 4.2 Tabel Nilai N-Gain Siklus I………...51

Tabel 4.3 Nilai N Gain Siklus II………..……58

(14)

ix

Lampiran 2 Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ... 71

Lampiran 3 RPP Siklus I ... 72

Lampiran 4 RPP Siklus II ... 77

Lampiran 5 Instrumen Soal Siklus I... 82

Lampiran 6 Instrumen Soal Siklus II ... 90

Lampiran 7 Lembar Observasi Sekolah ... 97

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 98

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 99

Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 100

Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus II... 101

Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I ... 103

Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus II... 104

Lampiran 14 Lembar Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 105

Lampiran 15 Lembar Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Proses Pembelajaran Siklus II ... 107

Lampiran 16 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 110

Lampiran 17 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 114

Lampiran 18 Kunci Jawaban Siklus I ... 119

Lampiran 19 Kunci Jawaban Siklus II ... 120

Lampiran 20 Materi Bahan Ajar ... 121

Lampiran 21 Wawancara Setelah Tindakan ... 130

(15)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya.

Ibarat sebuah organisasi Indonesia lahir, tumbuh, berkembang dan

mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan diawal

kelahiranya. Cita-cita luhur tersebut tercantum secara jelas dalam pembukaan

UUD 1945 alinea empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sungguh sangat luhur dan humanis

cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia tersebut.

Sebagai bangsa dan negara Indonesia kita harus bangga terhadap para

pendahulu yang telah mewariskan fondasi yang kuat dan mulia tentang arah

dan tujuan kita berbangsa dan bernegara. Sepatutnya kita harus berkontribusi

sesuai dengan peran kita untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa dan negara

Indonesia. Salah satu cara dan strategi untuk mempercepat terwujudnya

cita-cita negara adalah dengan mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh,

cerdas, mandiri dan berpegang pada nilai-nilai spiritual. Mereka harus

dipersiapkan sedemikian rupa dalam suatu lingkungan yang kondusif. Salah

satu lingkungan yang sangat ideal adalah institusi pendidikan dari prasekolah,

tingkat dasar, tingkat menengah dan jenjang perguruan tinggi sebagai kawah

candra dimuka penggemlengan generasi muda.1

Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakan sebagai proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladan,

membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta

didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses

1

Kunandar, Penilaian Autetik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

(16)

pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,

dilaksanakan, dinilai, diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik

peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses

pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. 2

Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti yang diterapkan di sekolah

sering kali terkesan kurang menarik bahkan membosankan. Guru Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti seringkali hanya menjelaskan secara teoritis tanpa

mempraktikkan dan melibatkan siswa. Metode pengajarannya juga kurang

menarik perhatian siswa. Apa yang terjadi di kelas, guru biasanya memulai

dengan cerita atau bahkan menerangkan materi dengan berceramah, sehingga

tidak mengherankan di pihak guru sering timbul bahwa mengajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti itu mudah. Akibatnya nilai-nilai yang terkandung

dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tidak dapat dipahami dan

diamalkan oleh siswa.

Banyak pembelajaran di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) disampaikan

hanya melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan akan menimbulkan

kejenuhan dan siswa cenderung bersifat pasif. Dalam hal ini diperlukan

seorang guru untuk mempertimbangkan teknik lain yang efektif dan tepat.

Pengalaman yang diperoleh oleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain

seperti hasil dari penuturan guru hanya akan diingat oleh siswa tidak secara

maksimal. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan kurikulum saat ini,

proses pembelajaran tidak cukup hanya menyampaikan informasi akan tetapi

2

(17)

mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas

yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.

Dalam praktiknya kebanyakan guru hanya menggunakan metode

pembelajaran konvensional yakni ceramah, diskusi dan tanya jawab.

Sedangkan kebutuhan siswa di zaman era global sekarang ini membutuhkan

berbagai sumber belajar, dalam arti sumber belajar bukan hanya terpusat pada

guru namun memanfaatkan fasilitas yang ada dan menggunakan media

pembelajaran variatif untuk mempermudah proses pembelajaran guna

mencapai hasil belajar yang baik.

Penyebab hasil belajar siswa rendah ialah disebabkan oleh berbagai faktor

yakni diantaranya yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran membuat suasana belajar menjadi monoton dan membuat siswa

merasa bosan, akibatnya siswa menjadi kurang berminat terhadap pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang pada akhirnya hal ini juga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penggunaan media pembelajaran yang mempunyai peranan yang cukup

penting dalam proses pembelajaran sangat terbatas seperti tidak adanya LCD,

proyektor, serta fasilitas pendukung lainnya yang kurang memadai menjadi

salah satu penghambat proses pembelajaran secara efektif sehingga hasil

belajar peserta didik menjadi tidak optimal.

Di samping itu, metode pembelajaran yang guru terapkan tentunya akan

berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa, jika seorang guru tidak

mempersiapkan dan merencakan pembelajaran di kelas, maka proses

pembelajaranpun akan kurang baik karena persiapan yang kurang matang,

metode yang dipakai tidak sesuai dengan materi pelajaran yang dibahas dan

kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka dapat

dipastikan hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius filosof Cina Confusius

menyatakan “ yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang

(18)

Belajar Aktif. Silberman menyatakan “ Yang saya dengar, saya lupa. Yang

saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan

pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang

saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan

keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai”3

Seyogyanya guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan

tujuan agar pembelajaran tidak berpusat pada guru (teacher center) tetapi

berpusat pada peserta didik (student center) agar proses pembelajaran dapat

dinikmati oleh peserta didik dan menghasilkan mutu pendidikan yang baik.

Oleh karena itu diperlukan pembelajaran aktif (active learning) dengan metode

yang bervariasi guna dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti yang diharapkan, maka dipandang perlu menerapkan pembelajaran

Active Learning. Pembelajaran active learning dimaksudkan untuk

mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat

mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi

yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran active learning juga

dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tertuju kepada

proses pembelajaran.

Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran salah satunya ialah menggunakan metode Card Sort. Metode card

sort adalah sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan

aktif dalam proses pembelajaran karena metode ini berhubungan dengan gerak

fisik dan kekuatan otak untuk berfikir. Card Sort artinya “sortir kartu” yang

dimaksud sortir kartu adalah mencocokan atau menyamakan antar kartu yang

sudah ditentukan dan siswa mencari pasangnnya masing-masing. Dengan

menggunakan pembelajaran active learning metode card sort, diharapkan dapat

meningkatkan motivasi, perhatian, minat, keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat.

3

(19)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menganggap

perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan

Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul

Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasi

masalahnya, yaitu :

1. Guru masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa

kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

2. Metode yang lebih sering digunakan ialah metode ceramah dan diskusi

sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti

3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan

4. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diperoleh

siswa masih banyak yang dibawah Ketuntasan Kriteria Minimal

(KKM) yang telah ditentukan.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka penulis penelitian ini membatasi masalah “Penerapan

Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul

(20)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Apakah pembelajaran active learning metode card sort dapat

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada

pembahasan asmaul husna di kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta

Tangerang Selatan ?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran active learning

metode card sort dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti pada pembahasan Asmaul Husna di Kelas X Multimedia 1

SMK Paramarta Tangerang Selatan”

2. Kegunaan Penelitian

Secara umum, kegunaan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi

dua, yaitu :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terhadap

metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

khususnya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi siswa, dapat dijadikan bahan pembelajaran yang dapat

digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

2) Bagi pendidik, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

khususnya dan guru lainnya dapat menjadi bahan acuan dalam

menyusunan rencana dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

dengan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses

pembelajarannya melalui kajian yang mendalam terhadap apa yang

(21)

3) Bagi sekolah, sebagai informasi baru dan pedoman dalam kegiatan

belajar mengajar agar proses belajar sesuai dengan yang diharapkan

4) Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang pembelajaran active

(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.1 Menurut

Gagne yang dikutip oleh Dimyati bahwa “belajar merupakan kegiatan

kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas, setelah belajar memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”2

Menurut teori Cronbach dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah

menyatakan bahwa “ learning is shown by a change in behaviour as a

result of experience, artinya belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”.3

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan

hanya memperoleh sebuah hasil dari apa yang dipelajari namun terjadinya

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dengan kematangan yang

ada pada dirinya sehingga dapat meningkatkan kemampuannya untuk

menjadi manusia yang berkualitas.

b. Ciri-Ciri Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa

adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka

Cipta, 2006) H. 10 2

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), cet.

ke-3, h.10 3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet. ke-2., h.

(23)

belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

sekitar, lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang

dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut

tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.4

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa

perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar, yaitu :

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah

terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Mislanya ia menyadari

bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah,

kebiasannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang

terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar. Tidak termasuk

kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang

bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna

bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa prubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya,

perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan

4

(24)

sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan

dalam pengertian belajar.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer)yang terjadi hanya

untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis

dan sebagainya tidak dapat digolongnya sebagai perubahhan dalam

pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar

bersifat menetap atau permanen.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan

ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada

perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,

pengetahuan, dan sebagainya. 5

Jadi setelah siswa mengikuti proses kegiatan pembelajaran,

diharapkan adanya perubahan yang terjadi pada siswa. Dimana perubahan

yang terjadi itu berlangsung secara terus menerus dan relatif menetap.

Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memberikan arahan kepada

siswa agar perubahan yang terjadi tidak bersifat sementara.

c. Tujuan Belajar

Secara umum tujuan belajar belajar yang diusahakan untuk dicapai

meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet. ke-2., h.

(25)

konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya

dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Relevan dengan hal ini, hasil belajar meliputi :

a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)

b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik)

Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal

yang secara programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri

siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan

demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, dengan tujuan, yakni yang

dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif,

atau psikomotorik.6

d. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya

tujuan-tujuan belajar yang diinginkan. Belajar merupakan proses internal yang

kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh

mental yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. 7

Menurut Ahmad Susanto secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan interaksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan interaksional.8

6

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), cet. Ke-3.,

h. 188-189 7

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) h. 18

8

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana,

(26)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.

Faktor internal ini meliputi meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian,

motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik

dan perhatian.9 Faktor internal meliputi:

a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat

jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan

hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi musalnya, ternyata

kemampuan belajaranya berada dibawah siswa-siswa yang tidak

kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya

cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak

mudah dalam menerima pelajaran.

Demikian juga kondisi saraf mengontrol kesadaran dapat

berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang

minum minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses

belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya terganggu. Bahkan,

perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut,

tidak bisa dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.10

b) Faktor Psikologis

Faktor kedua darifaktor internal adalah faktor psikologis. Setiap

manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis

yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis,

tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan

hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang

9

Ibid., h. 12

10

(27)

dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar.11

Pertama, intelegensi. CP Chaplin yang di kuti oleh Yudhi Munandi

mengartikan intelegensia sebagai (1) kemampuan menghadapi dan

menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2)

kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3)

kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat

sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan

satu dengan yang lainnya. Pemisahan tersebut hanya menekankan

aspek-aspek yang berbeda dari sisi prosesnya. Proses bellajar

merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi hanya

sebuah potensi, artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi

mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang ang

lebih baik.

Kedua, perhatian. Menurut Slamet yang dikutip oleh Yudhi

Munandi bahwa perhatian adalah keaktifn jiwa yang dipertinggi, jiwa

semata-mata tertuju kepada suatu objek ataupun sekumpulan objek.

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa,

bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau focus pada

obyek yang sedang dipelajarinya.

Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan oleh Hilgard sebagai

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

setelah melalui belajar dan berlatih.

Seseorang biasanya memiliki kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan bakatnya. Oleh karena itu, beruntung sekali bagi

seseorang yang menyadari bahwa dirinya mempunyai bakat dibidang

tertentu, karena ia akan terus mengembangkannya melalui latihan dan

11Ibid

(28)

belajar. Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat

dan bakat para siswanya yang kemudian mampu juga untuk

menumbuhkembangkannya.

Keempat, motif dan motivasi. Kita sering menggunakan kata motif

untuk menunjukkan kata motif untuk menunjukkan tindakan atau

aktivitas seseorang. Menurut Aminuddin Rasyad yang dikutif oleh

Yudhi Munandi bahwa dalam setiap diri manusia pada umumnya

mempunyai dua macam motif atau dorongan, yaitu motif yang sudah

ada di dalam diri yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada

pengaruh dari luar, disebut instrinsic motive. Bila motif dalam diri ini

baik dan berfungsi pada setiap diri dalam bentuk aktif dan kreatif. Bila

motif intrinsiknya kurang berfungsi maka tingkah laku belajarnya

tidak menampakkan keaktifan dan kreatif yang berarti. Motif lainnya

adalah motif yang dating dari luar diri, yakni karena ada pengaruh

situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive.

Kelima, kognitif dan daya nalar. pembahasan mengenai hal ini

meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi

adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam

lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman,

kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa

yang satu dengan siswa yang lain tidak sama meskipun mereka

sama-sama dari sekolah yang sama-sama, bahkan kelas yang sama-sama. Ini ditentukan

oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena

pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan

pembendaharaan untuk memperkuat daya persepsisnya. Semakin

sering ia melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, akan semakin kuat

daya persepsinya. 12

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari

bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau

berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamnnya di

12

(29)

masa lampau. Menurut Jalaludin Rakhmat yang dikutip oleh Yudhi

Munandi berpikir dibagi dua macam, yakni berpikir autistic dan

berpikir realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melalun;

fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya.

Berpikir realistic, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam

rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan

usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah

berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang

realistis. Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses

pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar

siswa.13

2. Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat

pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan sosial baik yang berwujud

hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas

merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis

di depan kelas tersebut, apalagi obrolan itu diiringi dengan gelak tawa

yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara

mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu sekolah

hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.

b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah factor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

13

(30)

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

direncanakan.

Faktor- faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan

fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai

komponen-komponenya, yakni tujuan, bahan, atau program, proses

belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar

pengaruhnya pada proses dan hasil belajar.14

B. Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort

1. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction.

Menurut M. Sobry Sutikno bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik. Secara implisit di dalam pembelajaran, ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau model untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran15.

Menurut Wina Sanjaya Pembelajaran adalah “suatu proses yang

dinamis, berkembang secara terus menerus sesuai dengan pengalaman

siswa. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa, maka akan

semakin kaya, luas dan sempurna pengetahuan mereka”16. Dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I

Pasal I menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

14

Ibid., h. 31-33 15

M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses

Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica,

2014), h.12 16

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta : Prenada Media Group, 2008), cet. III, h.

(31)

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”17

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Prinsip dikatakan juga landasan. Untuk mewujudkan proses

pembelajaran yang efektif, maka pelaksanaan proses pembelajaran harus

memenuhi prinsip-prinsip, berikut :

a. Pembelajaran berfokus pada peserta didik, artinya orientasi

pembelajaran terfokus kepada peserta didik. Peserta didik menjadi

subyek pembelajaran, dan kecepatan belajar peserta didik yang sama

perlu diperhatikan.

b. Menyenangkan. Peserta didik merasa aman, nyaman, betah, dan asyik

mengikuti pembelajaran.

c. Interaktif. Adanya hubungan timbale balik antara guru dengan peserta

didik dan antar peserta didik.

d. Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motivasi-motivasi

yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar.

e. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta didik. Proses

pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi

perkembangan kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan

perkembangan fisik dan psikologis peserta didik

f. Pembelajaran terpadu, maksudnya pengelolaan pembelajaran

dilakukan secara secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa

kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir,

yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan.

g. Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu, guru

memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik. 18

17Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003),

(Jakarta : Sinar Grafika, 2009) Cet, II, h. 5

18

M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses

(32)

h. Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap peserta didik memiliki

perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti watak, intelegensi,

latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain.

i. Prinsip pemecahan masalah yaitu dalam belajar peserta didik perlu

dihadapkan pada situasi-situasi bermasalahh dan guru membimbing

peserta didik untuk memecahkannya

j. Memanfaatkan aneka sumber belajar, guru menggunakan berbagai

sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan

lingkungan

k. Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam bersikap,

bertindak, dan bertuturkata baik di dalam maupun di luar kelas.

l. Mmengembangkan kecakapan hidup

m. Prinsip belajar sambil mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu,

apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui

pengalaman langsung.

n. Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan pluralism.

o. Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai prestasi

p. Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu

pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan

masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan satu

kemampuan dasar, baru belajar kemampuan dasar berikutnya.19

3. Pembelajaran Active Learning

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta

didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang

memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di

samping itu, pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk

menjaga perhatian siswa atau peserta didik agar tetap tertuju pada proses

19

(33)

pembelajaran.20 Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak

didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang

memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.21

Lukmanul Hakim dalam bukunya perencanaan pembelajaran imendefinisikan pembelajaran aktif yaitu kegiatan mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Siswa lebih aktif mempelajari materi pembelajaran yang menyiapkan siswa untuk hidup, informasi yang diterima lebih lama diingat dan disimpan, dan lebih menikmati suasana kelas yang nyaman. Siswa mengemukakan pendapat, Tanya jawab, mengembangkan pengetahuannya, memecahkan masalah, diskusi, dan menarik kesimpulan. Peran guru tidak dominan menguasai proses pembelajaran melainkan memberikan kemudahan (fasilitator).22

Jadi pembelajaran aktif itu dirancang agar siswa aktif dalam proses

belajar mengajar dan dengan pembelajaran aktif (active learning) ini siswa

bisa menggunakan semua potensi yang dimilikinya sehingga mereka dapat

mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Silberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning yang dikutip oleh Rusman mengemukakan bahwa banyak cara yang bisa membuat siswa belajar secara aktif yang disebutnya dengan perlengkapan belajar aktif. Perlengkapan belajar aktif yang dimaksud yaitu : tata letak ruangan kelas, metode mengaktifkan siswa, kemitraan belajar, melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa, membangkitkan minat siswa, pemahaman dan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, membentuk kelompok belajar, pemilihan tugas dan strategi yang tepat, memfasilitasi dalam diskusi, kegiatan eksperimen, bermain peran, penghematan waktu, dan pengendalian aktivitas siswayang berlebihan.23

20

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor :Ghalia

Indonesia, 2014), h. 106 21

Umi Mahmudah Dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press), Cet. I, h. 63

22

Lukamanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009),

h. 54 23

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta

(34)

4. Pengertian Metode Card Sort

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu.24 Metode atau cara merupakan sayarat untuk

efesiensinya usaha atau pekerjaan demi tercapainaya tujuan.25 Metode

adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi26

Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi

pelajaran yang dilakukan oleh peserta pendidik agar terjadi proses belajar

pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan. 27Metodologi

mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid.

Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah,

efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik.28 Metode mengajar dapat

diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan

peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam melakukan

suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan

konsep-konsep sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti

prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk

menyelediki fenomena kejiwaan seperti metode klinik, metode

eksperimen dan sebagainya

Mensortir kartu (Card Sort) ini digunakan oleh pendidik dengan

maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep atau fakta

melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Tujuan dari

model mensortir kartu (Card Sort) ini adalah untuk mengungkapkan daya

ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa.29

24

M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses

Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica, 2014), h. 33

25

Mohammad Noor Syam, filsafat kependidikan dan dasar filsafat kependidikan

pancasila, (Jakarta : PT Usaha Nasional), h. 24 26

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar dan Proses Pendidikan,

(Jakarta :Kencana, 2008), cet. V, h.127 27

Sutikno, op. cit., h. 34

28

Zakiah Darajat, dkk. Metodologi pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 61

29

(35)

5. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Card Sort

a. Beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang

cocok dengan satu atau beberapa kategori

b. Perintahkan siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain

yang kartunya cocok dengan kategori yang sama, (dapat

mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa

menemukan sendiri).

c. Perintahkan para siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk

menawarkan diri kepada siswa lain.

d. Ketika tiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang

menurut anda penting.30

Menurut Umi Mahmudah dan Abdul Wahab Rosyidi prosedur metode

car sort ialah:

a. Masing-masing siswa diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran

b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain

diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang

dipegangnnya memiliki kesamaan defisi atau kategori.

c. Agar situasinya tambah seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang

melakukan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama

d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi

terjadi.31

30

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung :

Nuansa, 2012), h. 169-170 31

(36)

ii. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang “Penerapan Strategi Active

Learning Teknik Card Sort Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa”, penulis mengutip beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya :

1. Hasil penelitian Abdul Rahman dengan judul : upaya meningkatkan

hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode active learning

teknik card sort pada siswa kelas IV MI AL-Ukhuwwah Slipi Jakarta

Barat. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa : 1) penggunaan metode

active learning teknik card sort dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas IV MI Al-Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat. 2)

hasil belajar matematika kelas IV MI Al- Ukhuwwah Slipi Jakarta

Barat setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

Active learning teknik card sort dari hasil belajar awal sebesar 45,45%

ke sikluus I sebesar 72,73%, terjadi peningkatan sebesar 27,28% dan

dari siklus I sebesar 72,73% ke siklus II sebesar 88,64% terjadi

peningkatan sebesar 15,91% dengan tingkat ketuntasan (pencapaian

KKM) pada siklus I mencapai 72,73% (32) orang siswa, dan pada

siklus II meningkat sebesar 15,91 menjadi 88,64% (39)orang siswa. 3)

penggunaan metode active learning teknik card sort dalam

pembelajaran matematika terbukti dapat meningkatkan aktivitas

belajar dan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika.

2. Hasil penelitian Dailimi dengan judul : Upaya meningkatkan hasil

belajar siswa melalui strategi active learning pada materi pokok

cahaya. Program studi PGMI One Mode System, jurusan kependidikan

Islam, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidatullah

Jakarta, tahun 2012. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa upaya

meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan strategi active

learning, pada konsep cahaya di kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI),

(37)

rata-rata mencapai 77,86 dengan ketuntasan belajar 85,71%. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan strategi active learning ini

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi cahaya di kelas V

MI Darul Muttaqin Pasar Minggu Jakarta Selatan.

3. Hasil penelitian Neli Rakhmawati dengan judul upaya meningkatkan

hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran

aktif tipe Everyone is a teacher here pada materi Interaksi sebagai

proses sosial kelas VII-4 (penelitian tindakan kelas di MTs Soebono

Mantofani). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2012. Menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di MTs

Soebono Mantofani adalah hasil belajar pada pelajaran IPS dengan

menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe everyone is teacher here

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada

siklus I dan siklus II. Pada siklus I, nilai rata-rata pre-test 41 dengan

ketuntasan 00,00% sedangkan pada saat post-tes nilai rata-ratanya

meningkat menjadi 70,84 dengan ketuntasan 53,34%. Nilai tertinggi

pada pre-test yaitu 65 dan nilai terendah 25. Sedangkan pada saat

post-test mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi 85 dan terendah 55.

Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus

I. pada siklus II nilai rata-rata pre-test yaitu 46,34 dengan ketuntasan

10% sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan yang

sangat signifikan yaitu dengan nilai rata-rata 79,67 dengan ketuntasan

100%. Nilai tertinggi pada pre-test yaitu 70 dan nilai terendah 25.

Sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan dengan nilai

(38)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka

hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran active

learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti siswa kelas X Multimedia 1 di SMK

(39)

25

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Paramarta

Tangerang Selatan. Penelitian ini berlangsung bulan Agustus- Oktober 2014.

Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas X Multimedia

1 SMK Paramarta Tangerang Selatan, sebanyak 21 siswa pada tahun ajaran

2014/2015. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pukul 12:30 sampai

dengan pukul 17:30 WIB.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (Classroom Action Research). Dengan menggunakan PTK diharapkan

dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam

menangani proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran

semakin meningkat. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action

Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk

meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan

benar.1

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra

penelitian) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan

beberapa siklus. Dalam hal ini yang dimaksud dengan siklus adalah suatu

putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap

siklus dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan yang harus

1

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

(40)

dilakukan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)

refleksi. 2

2. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut E Mulyasa Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan diri yang melibatkan sejumlah partisipasi (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktik sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c) situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya3

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Model

Kemmis dan Mc Taggard yang terdiri dari empat komponen, yaitu:

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Model ini merupakan

pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin,

hanya saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan)

dijadikan satu kesatuan disatukannya dua komponen tersebut disebabkan

adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing

merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Maksudnya, kedua

kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan

dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.4

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan beberapa

siklus, dimana dalam satu siklus atau putaran kegiatan terdiri dari

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan observasi.

a. Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian

tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

2

Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet ke-9.,

h.16 3

E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosda, 2012), Cet.V, h. 5

4

Wijaya Kusumah &Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

(41)

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya

tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini

dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas

pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah

dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri

biasanya kurang teliti disbanding dengan pengamatan yang dilakukan

terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas

yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila

pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan

hasilnya akan lebih objektif.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

menggunakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam

tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang

sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus perlu berlaku wajar, tidak

dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan

perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan

maksud semula.5

c. Pengamatan (observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dilakukan

pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keadunya berlangsung dalam

waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan

peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu

dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika

sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan baik” terhadap apa yang

5

Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) Cet.

(42)

terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik

ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar

memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari bahasa Inggris

reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan.

Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah

selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk

mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.6

3. Desain Siklus Penelitian

Berdasarkan penjelasan tahapan empat tindakan dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan,

biasanya berlangsung selama 2 siklus. Namun sebelum tahapan dalam

penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan pra

penelitian yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan

masalah, dan rumusan hipotesis tindakan. Siklus Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai.

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini Kemmis dan Mc Taggrat.

6

(43)

Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat7

C. Subjek Penelitian

Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa

SMK Paramarta Jombang kelas X Multimedia 1 yang berjumlah 21 siswa,

dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang berperan sebagai

kolaborator dan observer.

7

Ibid., h, 16

Perencanaan

Pengamatan SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan

(44)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti berkolaborasi sebagai perancang dan pelaksana kegiatan.

Peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

merencanakan kegiatan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan,

mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

Kerja sama antara guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan

peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang

setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti

masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan

dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian

atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang

berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan

analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan

tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan

dilanjutkan kembali pada tindakan III dan seterusnya.

Berikut bagan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

(45)

Tabel 3.1

Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I

Penelitian pendahuluan a. Observasi proses pembelajaran di kelas

b. Analisis penyebab masalah kemudian dapat

dijadikan informasi untuk perencanaan dalam

proses pembelajaran

SIKLUS I

1. Tahap

Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

b. Menyiapkan instrumen (tes, lembar observasi

dan catatan lapangan)

2. Tahap Pelaksanaan a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai

rencana pembelajaran yang telah disusun.

b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui

kemampuan awal siswa

c. Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran Active

Learning metode Card Sort

d. Melakukan post test untuk mengetahui hasil

belajar siswa sesudah diterapkan

pembelajaran Active Learning metode Card

Sort

3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses

pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran Active Learning metode Card

Sort

(46)

siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

dengan aktivitas siwa.

4. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas yang berlaku sebagai

kolaborator dan observer menganalisis sekaligus

mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I,

apakah tindakan yang telah diberikan sudah sesuai

atau belum dengan konsep penelitian. Hasil

penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator

keberhasilan. Apabila belum mencapai indikator

keberhasilan yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan

ke siklus II. Kemudian peneliti dan kolaborator

berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang tepat

pada proses pembelajaran di siklus II.

SIKLUS II dan Seterusnya

Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus II dan seterusnya apabila tidak memenuhi

kriteria ketuntasan belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan

alur siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.

(47)

Tabel 3.2

Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II

Siklus I Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus I

SIKLUS II

5. Tahap

Perencanaan

c. Membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

d. Mempersiapkan Instrumen penelitian

e. Merancang pembelajaran berdasarkan siklus I

6. Tahap Pelaksanaan e. Melaksanakan langkah-langkah sesuai

rencana pembelajaran yang telah disusun.

f. Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan strategi pembelajaran

Active Learning teknik Card Sort

g. Melakukan post test untuk mengetahui hasil

belajar siswa sesudah diterapkan strategi

pembelajaran Active Learning teknik Card

Sort

7. Tahap Observasi d. Kolaborator mengobservasi proses

pembelajaran dengan menggunakan Active

Learning teknik Card Sort

e. Kolaborator mengamati aktivitas belajar

siswa selama proses pembelajaran.

f. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

dengan aktivitas siwa.

8. Tahap Refleksi Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II. Apabila

indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian

dihentikan. Tetapi apabila belum tercapai maka

(48)

berhasil maka dilanjutkan ke siklus berikutnya

sampai indikator keberhasilan tercapai.

SIKLUS III dan Seterusnya

Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus III dan seterusnya apabila tidak

memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Pelaksanaan alur siklus III sama dengan

pelaksanaan alur siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus II.

Penulisan Laporan Penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dengan menerapkan pembelajaran active

learning metode card sort yaitu seluruh siswa mengalami peningkatan hasil

belajar (N-gain) dan (100%) mampu mencapai skor belajar > criteria

ketuntasan minimum (KKM 75) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di

sekolah tersebut.

G. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu :

1. Data kualitatif : hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar, hasil

wawancara responden siswa, hasil wawancara guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, hasil observasi aktivitas siswa,

dan catatan lapangan.

2. Data Kuantitatif: nilai tes siswa (pre test dan post test), sedangkan sumber

Gambar

Tabel 3.1      Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I…………………..........31
Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I
Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II
Tabel 4.1 Total
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan strategi Card Sort dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa di

Kanti Suliyastika, 2012 Penerapan Metode Active Learning Model Card Sort Dalam Pembelajaran Kosakata Josuushi Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu...

Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Card Sort dengan media torso dapat

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Penerapan pendekatan active learning tipe Index Card Match pada kegiatan pembelajaran matematika siswa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi card sort dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V materi sifat-sifat bangun datar di MI Islamiyah Tanjung Klego,

Atas dasar inilah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan strategi card sort untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PAI

Pembahasan Perbandingan Antar Siklus Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Siklus I dan II, penerapan pendekatan Quantum Learning Tipe Card Sort telah memberikan

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI ASMAUL HUSNA KELAS VII.1 DI SMPN 02 BUANA PEMACA Munawir 1 1 IAIN Palangka Raya