• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CARD SORT PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CARD SORT PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CARD SORT PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6

MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurursan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

RIMIASTIKA 10533 7170 12

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan kunci pembangunan sebuah bangsa,hal ini dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia. Dewasa ini,pesan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan. Bukan lagi rahasia bahwa kekuatan suatu bangsa bergantung pada kualitas penyelenggara pendidikannya. Pendidikan bermutu dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terlibat dalam meramu pendidikan hendaknya lebih proaktif dalam menyikapi masalah-masalah yang ada.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidiakan dewasa ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Lemahnya proses pembelajaran di kelas terjadi pada semua mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran bahasa Indonesia. Rendahnya nilai ujian nasional bahasa Indonesia pada beberapa sekolah merupakan bukti nyata lemahnya proses pembelajaran.

Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting dalam proses komunikasi dan interaksi sosial. Seseorang yang memilikikemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar mampi berkomunikasi, baik secara lisan maupun tuliasan serta sesuai konteks pembicaraan.

(3)

Sekolah sebagai institusi pendidkan formal memiliki fungsi dan peran strategis dalam melahirkan generasi-generasi masa depan yang terampil barabahasa Indonesia yang baik dan benar. Melalui pembelajaran bhasa Indonesia, para peserta didik diharapkan mampu berbahasa melalui aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis. Dengan memiliki keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak mereka diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreati, dan berbudaya.

Menulis adalah keterampilan berbahasa indonesia yang didefenisikan sebagai cara untuk mengekspresikan ide-ide diatas kertas menjadi kata-kata, kalimat menjadi paragraf. Ide itu muncul dari pemikiran, perasaan penulis, pendapat atau mungkin berasal dari pengetahuan sebelumnya seperti: hasil dari membaca buku, diskusi atau mendengar atau menonton TV.

Oleh karena itu, pemerintah mempunyai tanggung jawab besar di dalam meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945, khususnya yang menyangkut kualitas pendidikan.

Kemampuan menulis di sekolah tidak diperoleh dari hasil begitu saja, akan tetapi memerlukan tahap-tahap pembelajaran yang membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama. Proses yang dilakukan oleh siswa dalam melatih menulis dipermulaan secara formal dilakukan melalui pembelajaran bahasa indonesia sejak masuk sekolah.

(4)

Banyak orang yang mengalami kesulitan ketika ingin menjadi penulis yang baik dan benar, disebabkan kurangnya ide-ide yang berkaitan dengan yang mereka tulis, atau mungkin kurang menguasai kosa kata dengan baik. Tampaknya ide sebagai bagian penting dalam penulisan konstruksi.

Yang perlu diperhatikan adalah pilihan kata, struktur tata bahasa, panjang kalimat, dan cara mengorganisasikannya agar menjadi sebuah wacana, pembaca dapat menerima pesan yang ingin peneliti sampaikan. Penulis harus menyusun kata-kata berdasarkan topik, agar lebih jelas makna yang terkandung didalamnya, dan dapat dibaca, dimengerti agar pembaca mudah memahami maksud dari bacaan atau tulisan itu.

Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi bebas sebagai solusi salah satu dalam belajar menulis, tetapi peserta didik memiliki kebutuhan bimbingan, seperti yang mereka lakukan dengan pekrjaan lisan. Mereka juga harus didorong untuk melihat secara kritis yang mereka tulis dan yang diajarkan di dalam kelas, yang benar dan menulis ulang. Selain itu adanya pendekatan secara tertulis pengajaran yang akan membawa mereka lancar menulis dibawah kontrol ekspresi bebas. Card sort sebagai metode dalam mengajar menulis tampaknya masuk akal untuk memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa dan siswi tersebut.

Menulis cerpen merupakan salah satu cara yang baik untuk memulai menulis. Siswa dapat diberi kebebasan menulis mengenai objek yang menarik bagi mereka. Siswa tidak perlu dibebani dengan berbagai teori yang

(5)

dapat memenuhi ruang berpikir mereka yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesan bahwa menulis itu sulit.

Dalam proses belajar mengajar keempat aspek berbahasa itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Yang diperoleh anak didik dalam mendengarkan, baik kosa kata maupun unsur-unsur kebahasaan yang lain, akan berpengaruh dalam keterampilan berbicara. Kekayaan bahasa yang mereka peroleh lewat mendengarkan dan yang telah digunakan dalam berbicara itu, akan berpengaruh terhadap kegiatan membaca. Demikian pula, kemampuan anak didik dalam menulis juga dipengaruhi oleh yang telah mereka peroleh dari keempat aspek itu. Sejalan dengan kemampuan tersebut, maka pengajaran bahasa Indonesia diberbagai tingkat pendidikan, khususnya pada tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), adalah agar siswa terampil berkomunkasi. Pengajaran bahasa indonesia di sekolah menengah pertama memiliki arti dan peranan penting, bagi anak didik karena kepada merekalah diletakkan landasan dan dasar-dasar kemampuan berbahasa Indonesia. Kenyataan ini bertambah penting, mengingat sebagian besar anak didik yang memasuki sekolah menengah pertama hamper tidak menguasai latar belakang bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mereka biasanya menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah. Oleh karena itulah, peneliti ingin melakukan penelitian ini, guna meluruskan atau memperkenalkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta cara menerapkannya. Jika pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis cerpen dengan menggunakan metode card sort,pehaman itu biasa disajikan dalam tiga

(6)

komponen secara terpadu, yaitu kebahasaan, pemahaman dan penggunaan. Sebab metode ini adalah metode yang menyenangkan, mengasyikkan dan menghasilkan. Arah pengajaran yang demikian mencerminkan harapan agar keempat aspek kemampuan berbahasa yang disebutkan di depan dapat dikuasai dengan baik dan benar oleh anak didik.

Namun harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan di SMP Muhammadiyah 6 Makassar, penguasaan keempat aspek pengajaran bahasa Indonesia bagi anak didik belum mencapai hasil yang diharapkan.

Berdasarkan survei awal peneliti di SMP Muhammadiyah 6 Makassar, hasil belajar siswa masih kurang karena masih banyak siswa yang belum mengalami peningkatan proses belajar dengan nilai KKM rata-rata hanya 65-75 saja, metode guru dalam mengajar banyak yang monoton sehingga tidak menarik minat siswa untuk belajar. Dengan kata lain belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Gejala ketidakpuasan itu diketahui dari hasil obrsevasi.

. Melihat kenyataan tentang berbagai kendala yang memprihatinkan

yang di alami dalam menulis cerpen, maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam tentang pembelajaran menulis bagi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar dengan menerapkan metode card sort.

Penggunaan strategi ini sebagai altertnatif pembelajaran menulis paragraph cerita sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis. Pendekatan

(7)

kontekstual dihaapkan dapat mendorong siswa agar strategi pembelajaran ini relevan dengan pendekatan kostruktivisme yang berakar pada pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa belajar dengan menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendekatan kontekstual yang demikian diharapkan siswa dapat mengerti makna belajar, manfaat belajar, serta bagaimana mereka mencapai semua itu. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penggunaan teknik card sort siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen melalui penggunaan teknik pembelajaran Card Sort siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat teoritis maupun bersifat praktis.

(8)

1. Manfaat teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi strategi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya mmenulis cerpen.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan pengembangan teori pembelajaran bahasa Indonesia

2. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian iniadalah sebagai berikut:

a. Bagi guru, dapat menambah pengetahuan dalam meningkatkan kinerja dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran keterampilan menulis cerpen.

b. Bagi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kreativitas berpikir dan mengekspresikan dirinya, serta meningkatkan gairah menulis terutama menulis cerpen.

c. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan meningkatkan kemapuan apresiasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. sehubungan dengan masalah yang akan diteliti, teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Dilihat berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerita dalam penelitian sebelumnya, antara lain berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Melalui Metode Card Sort pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SLTPN 1 Sajoangin, Kabupaten Wajo,oleh Umy Suryani( 2003 ). Penelitian in bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis cerita dengan menerapkan metode card sort. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas II SLTPN 1 Sajoangin, Kabupaten Wajo melalui metode card sort mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II.

Dengan hasil pencapaian pada siklus I sebanyak 18 orang atau (58%), sedangkan 13 orang atau ( 42% ) belum bisa mengembangkan ide menjadi Cerita. Persentase siswa bisa mengembangkan ide menjadi Cerita pada siklus II sebanyak 28 orang atau ( 90% ), sedangkan sisanya 3 orang

(10)

atau ( 10% ) yang belum bisa mengembangkan ide menjadi Cerita. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan menulis cerita pada pelajaran bahasa indonesia dapat dilakukan dengan menggunakan metode card sort.

Penelitian ini pernah dilakukan oleh Ansar (2009 ), yang berjudul Kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Pangkajene Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan rancangan analisis data ragam statistik deskriptif atau persentase yang bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA 1 Pangkajene. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA 1 Pangkajene belum memadai. Hal ini terlihat pada siswa yang mendapat nilai 6,5 keatas 8 orang atau ( 32% ) dan siswa yang mendapat nilai di bawah 6,5 sebanyak 17 orang atau ( 68% ).

Dan penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Supriadi (2011) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui penggunaan metode card sort pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memahami dan menulis cerita dengan menggunakan metode card sort siswa kelas VIII SMP Negri 1 Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sampel yang memperoleh nilai 6,5 ke atas sebanyak 29 orang dengan persentase sebesar 72,5%. Sampel yang memperoleh nilai 6,5 ke bawah sebanyak 11 orang dengan persentase 27,5%.

(11)

10

Dengan demikian kamampuan siswa menulis dan memahami cerita dinyatakan memadai.

Ketiga penelitian tersebut memiliki kesimpulan yang sama, dimana terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode atau teknik pembelajaran dalam menulis cerita. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut peneliti menggunakan teknik yang berbeda dengan maksud agar ditemukan teknik pembelajaran menulis cerita yang lebih efektif dan efesien sehingga adanya variasi dalam pembelajaran menulis cerita dan tidak menimbulkan kebosanan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita.

2. Pengertian Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Menulis

Menulis dapat diartikan sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1982:23). Menurut Djago Tarigan menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan (Sumarno, 2009:5).

Sumarno (2009:5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk

(12)

menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008:141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.

M. Atar Semi (2007:14) dalam bukunya mengungkapkan

pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan menulis merupakan kegiatan berupa penuangan ide/gagasan dengan kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang aktif produktif dalam bentuk simbol huruf dan angka secara sistematis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. b. Kemampuan Menulis

St. Y. Slamet (2008:72) mengemukakan kemampuan menulis yaitu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif; artinya, kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam halini menghasilkan tulisan.

Menurut Solehan, dkk (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak latihan menulis.

(13)

Dapat disimpulkan kemampuan menulis adalah kemampuan yang bersifat aktif dan produktif di dalam menghasilkan tulisan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan secara terus-menerus.

c. Jenis-Jenis Menulis

Berdasarkan sifat dan teknik penyajiannya dikenal empat jenis menulis yaitu ( 1 ) eksposisi atau paparan, ( 2 ) Deskripsi atau lukisan, ( 3 ) Argumentasi atau dalihan, dan ( 4 ) Narasi atau lukisan.

1) Ekposisi ( paparan )

Syafi’ie (1990 : 160) menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu. Hubungan sebab-akibat, dan sebagainya. Wacana ini dapat menjelaskan dan memberikan keterangan serta dapat mengembangankan gagasan agar menjadi luas dan mudah dimengerti.

2) Deskripsi ( lukisan )

Menurut syafi’ie (1990 : 156), deskripsi ialah tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.

Wacana deskripsi ini ada dua macam, yaitu wacan deskripsi yang faktawi (objektif) dan wacana dekripsi yang khayali (imajinatif). Wacana

(14)

deskripsi yang pertama, merupakan wacana yang berusaha memberikan bangun, ukuran, susunan, warna, bahan sesuatu menurut kenyataannya dengan tujuan memberikan/memberi informasi saja. Selanjutnya, Supriyadi (1992; 242) menyatakan bahwa wacana deskripsi faktawi adalah wacana yang menginformasikan sesuatu sebagai adanya, sedangkan wacan deskrpsi khayah adalah penambahan daya khayal.

3) Argumentasi

Supriyadi (1992; 244) menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu jenis wacana atau tulisan yang memberikan alasan dengan contoh dan bukti yang kuat serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap dan keyakinan penulis, sehingga mau berbuat sesuai dengan kemauan penulis.

Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan . dalam ilmu pengetahuan argumentasi berwujud usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menetukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat penulis mengenai hal yang dibahas.

4) Narasi

Supriyadi (1992: 242) menyatakan bahwa wacana narasi adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar atau pembaca.

(15)

d. Tujuan Menulis

Menulis digunakan oleh orang terpelajar untuk berbagai tujuan seperti mencatat,, merekam, meyakinkan, memberitahu dan memengaruhi.

Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1984) merangkum tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Tujuan penugasan. Pada tujuan ini, penulis menulis sesuatu karena ditugasi. Misalnya tugas ditugasi merangkum, membuat laporan, dan sebagainya.

2. Tujuan altruistik. Penulis bertujuan menyenangkan, menghindarkan kedukaan, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan.

3. Tujuan persuasif. Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran yang diutarakan.

4. Tujuan penerangan. Penulis bertujuan memberikan informasi atau

keterangan penerangan para pembaca.

5. Tujuan pernyataan diri. Penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada pembaca melalui tulisannya, pembaca dapat memahami sang penulis.

6. Tujuan kreatif. Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai artistik atau nilai kesenian. Penulis tidak hanya memberikan informasi, tetapi pembaca terharu tentang hal yang dibacanya.

(16)

7. Tujuan pemecahan masalah. Dalam tulisan ini, penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Penulis berusaha memberikan kejelasan kepada para pembaca tentang cara pemecahan suatu masalah.

e. Tahap-tahap Menulis

Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan menulis diibaratkan sebagai seorang arsitektur yang akan membangun sebuah gedung.

Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkahlangkah yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya. Tahaptahapan-tahapan menulis menurut M. Atar Semi (2007: 46) terbagi menjadi tiga, yaitu a) tahap pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan.

Akhadiyah dkk, (1989:3) mengemukakan tiga langkah atau tiga tahap dalam proses menulis, yaitu (a) tahap pra menulis, (b) tahap menulis, dan (c) tahap pasca menulis.

1. Tahap Pramenulis

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis. Pada tahap ini terdapat langkah-langkah kegiatan yaitu menentukan topik, mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan, membatasi topik, dan menyusun kerangka karangan.

(17)

Topik ialah pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan digarap ( Akhadiyah dkk, 1989:9). Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, tetapi pemilihan harus dilakukan dengan cermat agar dapat tercipta sebuah karangan yang baik. Dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu: (1) topik tersebut memiliki manfaat dan layak untuk dibahas, (2) topik cukup menarik, terutama bagi penulis, (3) topik dikenal baik, (4) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai, dan (5) topik tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Dalam memilih sebuah topik, seorang penulis harus yakin bahwa topik tersebut terbatas dan mampu diselesaikan. Oleh karena itu, diperlukan batasan-batasan yang memudahkan penulis dalam memilih topik yang tepat.

Menyusun kerangka tulisan berarti memecahkan topik ke dalam sub-sub topik. Setiap topik dapat dibuat menjadi beberapa kerangka karangan. Setiap butir dari kerangka karangan itu kemudian dibahas sehingga terbentuklah sebuah kerangka yang utuh.

2. Tahap Menulis

Pada tahap ini membahas semua butir topik yang ada di dalam kerangka karangan yang telah disusun. Pengembangan topik tersebut dikembangkan dalam suatu gagasan. Dalam mengembangkan gagasan menjadi karangan yang utuh diperlukan kata-kata yang telah dipilih harus dirangkai menjadi kalimat-kalimat yang efektif, selanjutnya kalimat tersebut disusun menjadi sebuah karangan yang utuh.

(18)

3. Tahap Pasca Menulis

Tahap pasca menulis merupakan tahap perbaikan atau revisi dari tulisan yang telah dihasilkan. Perbaikan dilakukan dalam hal ejaan, pemilihan kalimat, penulisan alinea, dan penulisan lainnya. Penulis tingkat sekolah dasar melakukan revisitulisan perlu dilakukan untuk meneliti secara menyeluruh mengenai penulisan, ejaan, tanda baca, pilihan kata, keruntutan kalimat, dan keruntutan paragraf.

3. Menulis Cerpen

a. Pengertian Cerita pendek (Cerpen)

Cerpen atau cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fisik dalam aspek yang terkecil. Kependekan sebuah cerpen bukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, tapi aspek yang masalahnya yang sangat dibatasi ( Sumardjo dalam Nurlinda, 1992:23)

Disamping ceritanya yang pendek. Cerpen juga merupakan satu kebulatan ide semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat pada satu kesatuan jiwa, pendek, dan lengkap. Cerpen juga harus mengandung interpretasi pengarangnya tentang konsepsinya mengenai kehidupan. Baik langsung maupun tidak langsung. Sebuah cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembacanya dan mampu menghayati jalan ceritanya. Selanjutnya cerpen juga mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang terpilih dengan sengaja dan bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan bagi pembacanya. Dari segi jumlah kata-katanya cerpen juga

(19)

lebih pendek jika dibandingkan denhgan novel (Stienmen dan Willen dalam Fatmawati, 1992: 18)

Cerpen adalah karangan berrbentuk prosa pendek ( kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada salah satu tokoh dalam suatu situasi ( Tim Yyayasan Pendidikan Haster, 1994: 155-156). Selanjutnya, Pudjono, (2006: 8) mengemukakan bahwa cerpen adalah cerita relatif pendek yang hanya mengandung suatu kejadian atau efek suatu pembaca. Suyuti (1997: 6) berpendapat bahwa cerpen merupakan fiksi yang dibaca selesai dalam sekali duduk dan ceritanya cukup dapat memangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca.

Tarigan (1985: 28) menyatakan bahwa cerpen adalah cerita rekaan yang masalahnya singkat, singkat, jelas, padat dan terkonsentrasi pada suatu peristiwa. Hal itu baru menjadi cerpen bila ada perubahan dalam bentuk sikap menulis dan tujuan pengarangnya. Sumarjo dan Saini (1991: 50) jadi hakikat cerpen terletak pada ujarannya, yaitu untuk memberi gambaran yang tajam, yang jelas, dalam bentuk tunggal bagi pembacanya dari apa yang di kemukakan para ahli-ahli tersebut, penulis berkesimpulan bahwa cerpen berbentuk prosa tentang kehidupan yang terkonsentrasi pada suatu kejadian yang menggunakan medium bahasa tulis, bersifat narasi, dan rekaan semata.

(20)

b. Ciri-ciri Cerita Pendek

Ada tiga unsur yang dijadikan ciri penanda sebuah cerpen adalah: 1. Lingkupnya yang pendek, yakni semampunya mengungkapkan ruang

lingkup yang cukup besar dalam tuturan yang pendek. Dengan kependekannya, cerpen mampu mengungkapkan masalah kemanusiaan yang begitu kompleks.

2. Teknik penyampaian yang padat. Di dalam cerpen yang ditemukan kepadatan makna, kekayaan tektur, kekompakan bentuk. Dalam sebuah cerpen tiap kata, setiap baris, bahkan pada strukturnya mengandung unsur-unsur sugestif yang menawan. Pengungkapan dengan kata, frase, atau kalimat sederhana, tetapi mengandung makna besar. Tentang kekuatan sugestif, Joseph Conrad Rizanur Gani (1998: 2001) menyatakan “ cerpen selalu menyentuh tenpramen, seperti lukisan, musik, dan seni yang lain. sentuhan dan imbauan itu agar lebih efektif kesan-kesannya haruslah disampaikan melalui rasa, kesan itu, baik kepada pribadi maupun kelompok, tidak hany melalui persuasi.

3. Efek yang padu. Kepaduan ini agaknya menuntut pembaca secara psikologis dalam proses pemahaman cerpen tersebut, seperti tuntutan intuitif yang dihadapi penulis ketika menyusunnya.

c. Jenis-jenis Cerita Pendek

Menurut Badrun (1983:40) cerita pendek terbagi dua, yaitu:

Short-short story (cerita pendek yang pendek) dan Long shot story (cerita pendek yang panjang). Short-short Story ialah cerita pendek yang jumlah

(21)

kata-katanya di bawah 5.000 kata atau 16 halaman kuarto, spasi rangkap, dan tidak dapat dibaca seperempat jam, sedangkan Long Short Story ialah cerita pendek yang jumlah kata-katanya 5.000kata atau 33 halam kuarto, spasi rangkap, dan dapat dibaca dalam waktu kira-kira setengah jam.

Berhubung kita sering menjumpai cerita pendek yang panjang dan novel yangpendek, maka perlu diuraikan perbedaan kedua hal itu. Tarigan (1995:63) mengukakan perbedaan cerita pendek dan novel sebagai berikut:

a. Dalam cerita pendek hal-hal yang singkat dan intensif lebih diutamakan

dari pada dalam novel.

b. Jalan cerita cerita pendek lebih cepat daripada novel.

c. Ruang lingkup cerita pendek lebih sempit dan seleksi persoalan lebih ketat, sedangkan dalam novel ruang lingkupnya lebih luas dan uraian lebih panjang.

d. Cerita pendek menyajikan satu kesatuan efek, sedangkan dalam novel menyajikan lebih dari satu emosi.

e. Cerita pendek menyajikan satu kesatuan efek, sedangkan dalam novel menyajikan lebih dari satu kesatuan efek.

f. Cerita pendek bergantung pada situasi dan hanya satu situasi, sedangkan novel tergantung pada pelaku atau perwatakan atau mengkin lebih dari satu perwatakan.

(22)

g. Cerita pendek menyajikan satu impresi, sedangkan novel menyajikan satu inpresi, jumlah kata-kata cerpen hanya 10.000, sedangkan novel lebih dari 35.000 kata.

h. Jumlah halaman cerpen maksimum 33 halaman kuarto spasi rangkap sedangkan novel jumlah halamannya minimum 100 halaman kuarto spasi rangkap.

i. Jumlah waktu untuk membaca cerita pendek 10-30 menit, sedangkan untuk membaca novel minimum dua jam.

d. Unsur-unsur Cerita Pendek (Cerpen)

Unsur cerpen pada hakikatnya sama dengan unsur novel sebagai karya fiksi. Secara garis besarnya novel dibangun oleh dua unsur yaitu: 1) Unsur luar (ekstrinsik) dan

2) Unsur dalam ( intrinsik)

Unsur luar fiksi adalah segala macam yang berbeda diluar karya fiksi yang ikut mempengaruhi kehadiran karya tersebut, misalnya: faktor sosial dan kebudayaan. Sedangkan struktur dalam adalah unsur yang membentuk fiksi tersebut pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa.

Untuk memahami secara mendasar sebuah cerita pendek, perlu dikaji dengan seksama 6 aspek utama yaitu: 1. Alur (plot), 2. Perwatakan

( character), 3. Sudut pandang (pion of view), 4. Teknik penceritaan, 5.

Tempat dan waktu ( setting), tema (theme). Sehubungan dengan aspek cerpen, Gutus siagam dalam artikelnya” Beberapa petunjuk pengarang” menyebutkan beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam cerita

(23)

pendek: 1. Tema atau dasar, 2. Plot, 3. Lukisan watak (character

delianetion), 4. Pembayangan (foresyadowing suspense), 5. Kelangsungan dan suasana (immediaci dan atmosphere) dan 6. Pemusatan dan kesatuan.

Menurut Badrun (1983: 39), unsur-unsur yang membangun cerita pendek meliputi tema, amanat, plot, latar, tokoh, penokohan titik pengisahan dan gaya bahasa.

1. Tema

Tema sering kita sebut juga dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Hakikatnya tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karya sastra itu.

Tema suatu karya sastra tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang disebut pengarang.

Menurut jenisnya, tema dapat dibedakan atas dua macam, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema pokok, yakni permasalahan yang paling dominan menjiwai suatu karya sastra, sedangkan tema minor yang sering disebut tema bawahan adalah

(24)

permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor. Wujudnya dapat berupa akibat lebih lanjut yang ditimbulkan oleh tema mayor. Sebagai contoh dapat kita ambil, misalnya novel Sitti Nurbaya. Tema mayor novel ini adalah pertentangan antara adat Timur dan adat Barat. Sementara itu, tema minornya adalah kawin paksa.

2. Alur (plot)

Alur (plot), yakni cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntung dengan memperhatikan hukum akibat-akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.

Plot suatu cerita biasanya terdiri atas lima bagian, yaitu:

a. Pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian cerita tempat pengarang mulai melukikaskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita.

b. Perwatakan, yakni bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita yang mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya konflik dalam karya tersebut. Konflik itu dapat terjadi antara tokoh, antara tokoh dengan masyarakat sekitarnya, atau tokoh dengan hati nuraninya sendiri.

c. Penanjakan, yakni bagian cerita yang melukiskan konflik-konflik seperti disebutkan diatas mulai memuncak.

d. Puncak atau klimaks, yakni bagian cerita yang melukiskan peristiwa puncaknya. Bagian ini dapat berupa bertemunya dua tokoh yang sebelumnya saling mencari, atau dapat pula berupa dua tokoh yang sebelumnya saling mencari, atau dapat pula berupa terjadinya

(25)

perkelahian antara dua tokoh yang sebelumnya digambarkan saling mengancam.

e. Peleraian, yakni bagian cerita tempat pengarang memberikan pemecahan dari semua peristiwa yang terjadi dalam cerita atau bagian-bagian sebelumnya.

Dilihat dari cara penyusunan bagian-bagian plot atau alur dapat dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flash back). Suatu cerita disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun mulai kejadian awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan permasalahan.

Apabila suatu cerita disusun secara sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal cerita, alur cerita demikian disebut alur sorot balik.

Selain itu, ada pula cerita yang menggunakan kedua alur tersebut secara bergantian. Maksudnya, sebagian ceritanya menggunakan alur lurus dan sebagian menggunakan alur sorot balik. Akan tetapi, keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak menimbulkan kesan adanya dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah baik waktu maupun kejadiannya.

Kalau dilihat dari padu atau tidaknya alur dalam sebuah cerita, alur dapat dibedakan menjadi alur rapat dan alur renggang. Suatu cerita, cerpen atau novel, dikatakan beralur rapat apabila dalam cerita tersebut hanya terdapat alur atau perkembangan cerita yang berkisar pada tokoh

(26)

utama, adapula perkembangan cerita yang berkisar pada tokoh-tokoh lain yang disebut alur longgar.

3. Penokohan (karakter)

Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun hatinya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadat dan sebagainya.

Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh ceritanya, yaitu dengan cara langsung, cara tidak langsung, dan cara campuran. Cara langsung atau disebut juga cara anlitik artinya si pengarang secara terurai menggambarkan ceritanya, bagaimana perwatakan cerita itu.

Jadi, diceritakan secara langsung watak yang dikehendaki pengarang, bilamana pengarang hendak menggambarkan orang yang lemah lembut dikatakan bahwa ia lemah lembut atau yang keras kepala digambarkan langsung dengan kata-kata pengarang sendiri dan seterusnya.

Apabila pengarang secara tersamar dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh ceritanya, maka dikatakan pelukisan tokohnya sebagai secara tidak langsung atau cara dramatik. Termasuk ke dalam cara tidak langsung ini adalah:

a) Dengan gambaran tentang lingkungan atau tindakan dan sifat-sifat lahir lainnya, untuk menggambarkan watak orang ceroboh digambarkan

(27)

dengan pakaian yang tidak rapi, rambutnya yang tidak disisir, dan lain-lain.

b) Dengan melukiskan sikap tokoh dalam menanggapi suatu kejadian atau peristiwa dan sebagainya, melalui cara ini pembaca dapat mengetahui apakah tokoh cerita tersebut seseorang yang berpendidikan, acuh tak acuh, yang besar rasa kemanusaannya atau tidak, dan sebagainya.

c) Dengan melukiskanbagaiman tanggapan tokoh-tokoh lain dalam cerita bersangkutan.

Dalam kenyataan kedua cara tersebut biasanya dipakai pengarang secara berganti-ganti atau dapat mencampurkan antara cara-cara a dan b bersama-sama yang biasanya disebut cara campuran. Jadi, dengan kata lain, dalam sebuah novel atau cerpen umumnya tidak akan dijumpai pelukisan tokoh secara langsung saja atau tidak langsung saja.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang bahwa ia merupakan pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita (Sayuti: 2000). Sudut pandang adalah tempat penceritaan dalam hubungan dengan cerita, dari sudut mana penceritaan menyampaikan kisahnya. Sudut pandang dilihat dari aspek posisi pengarang dan pusat pengisahan pada posisi penceritaan (Wahid, 2004: 83).

Ada empat perwujudan pusat pengisahanyaitu: 1) tokoh utama menyampaikan kisah diri, jadi kisahan oleh tokoh utama dengan sorotan

(28)

pada tokoh utam pula, 2) tokoh bawahan menyampaikan kisah tentang tokoh utama, jadi kisahan oleh tokoh bawahan dengan sorotan pada tokoh utama, 3) pengarang pengamat (observer autho) menyampaikan kisah, sorotan terutama pada tokoh utama, 4) pengarang serba tahu (omniscient autho) menyampaikan kisah dari segala sudut, sorotan utama pada tokoh utama (Brooks, 1943: 588-594).

5. Latar atau Setting

Latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Tercakup pula di dalamnya lingkungan grografis, pekerjaan, benda-benda, dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat terjadinya cerita, waktu, suasana, dan periode sejarah. Adanya penggunaan latar sangat mendukung terjadinya karya sastra dan memiliki perhatian para pembaca atau penikmat sastra.

Latar atau setting disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175).

Latar atau fiksi biasanya dibedakan menjadi dua tipe yaitu: neutral setting atau data netral dan spiritual setting atau latar spiritual. Latar netral adalah latar yang tidak memiliki kaitan yang fungsional dengan elemen fiksi lainnya, dan latar spiritual adalah latar yang memiliki kaitan fungsional dengan elemen fiksi lainnya (Sayuti, 2000: 128-131)

Ada beberapa fungsi yang dapat ditempati oleh latar fiksi misalnya: 1) latar sebagai metaphora yaitu dalam sebuah fiksi kadang-kadang

(29)

pembaca jumpai detail-detail latar yang berfungsi sebagai suatu proyeksi atau objektifikasi keadaan internal tokoh-tokohnya atau kondisi spiritual tertentu, 2) latar sebagai atmosfer yaitu merupakan suatu hal yang lebih banyak berhubungan dengan apa yang disarankan daripada apa yang dinyatakan, 3) latar sebagai pengedepanan yaitu dapat berupa penonjolan tempat saja (Sayuti, 2000: 132)

6. Gaya bahasa

Seorang pengarang bukan hanya sekedar bermaksud memberitahu pembaca mengenai apa yang dilakukan dan dialamitokoh ceritanya melainkan bermaksud pula mengajak pembacanya ikut serta merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh cerita. Itulah sebabnya pengarang senantiasa akan memilih kata dan menyusunnya demikian rupa sehingga menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh ceritanya tersebut.

Dalam kalimat-kalimat khusus yang biasa dikenal dengan pigura-pigura bahasa dengan aneka jenisnya seperti: metafora, metonimia, hiperbola, litotes, pleonasme dan lain-lain.

Secara singkat akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk obyek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan, misalnya kaki gurung atau

(30)

b. Metonimia adalah pemakaian nama untuk benda lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya, misalnya: si kacamata untuk seseorang

yang kacamata.

c. Hiperbola adalah hal yang melebih-lebihkan sesuatu, misalnya dalam kalimat saya mengucapkan beribu-ribu terimah kasih.

d. Litotes adalah pernyataan yang memperkecil sesuatu, misalnya untuk mengatakan pandai orang memakai kalimat Ia tidak bodoh.

e. Pleonasme adalah pemakaian kata-kata lebih daripada yang diperlukan, misalnya dalam kalimat kita harus dan wajib menghormati peraturan ini (Kridalaksana, 2001: 73,131, 136-137).

4. Teknik Card Sort

a. Pengertian Card Sort

Teknik Card Sort (Mensortir kartu) yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran

b. Penerapan teknik card sort dalam pembelajaran cerpen

Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamisir kelas yang jenuh dan bosan. Adapun langkah-langkah penerapan teknik card sort antara lain:

a. Pembagian kertas yang bertuliskan informasi atau kategori tertentusecara acak.

(31)

c. Penugasan peserta didik untuk mencari temanya yang memiliki kertas/ kartu yang berisi tulisan yang sama untuk membentuk kelompok dan mendiskusikannya.

d. Mintalah mereka untuk mempresentasikannya.

Sedangkan Menurut Dedi Wahyudi Penerapan strategi

(teknik)belajar card sort dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Langkah pertama, guru membagikan selembar kartu kepada setiap siswa dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartu tersebut terdiri dari kartu perhuruf.

b. Langkah kedua, siswa diminta untuk mencari teman(pemegang kartu) yang sesuai dengan masalah yangada pada kartunya untuk satu kelompok.

c. Langkah ketiga, siswa akan berkelompok dalam satu mufrodat atau masalah masing-masing.

d. Langkah keempat, siswa diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan-urutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut.

e. Langkah kelima, seorang siswa pemegang kartu dari masingmasing kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan per-huruf dalam satu mufrodat.

f. Langkah keenam, bagi siswa yang salah mencari kelompok sesuai bahasan atau materi pelajaran tersebut, diberihukuman dengan

(32)

mencari judul bahasan atau materi yangsesuai dengan kartu yang dipegang.

g. Langkah ketujuh, guru memberikan komentar atau penjelasan dari permaianan tersebut.

5. Tujuan Menggunakan Teknik Card Sort

Tujuan dari strategi dan teknik belajar menggunakan card

sort antaralain:

aMengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah di pelajari siswa.

a. Mengarahkan siswa yang merasa penat terhadap pelajaran yang telah diberikan.

b. Membina siswa siswa untuk bekerja sama dan mengembangkan sikap saling menghargai pendapat.

c. Mempermudah siswa dalam mengelompokkan pokok-pokok materi sehingga mudah dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. 6. Hal- Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Card Sort

Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam prosedur penggunaan teknik card

sort antara lain :

1. Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor urut 2. Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang sama

3. Jangan memberi “tanda kode” apapun pada kartu-kartu tersebut

4. Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan dibuat dalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan jumlah siswa,

(33)

2. Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dan telah dipelajari oleh siswa. Metode ini dapat mengaktifkan siswa yang kelelahan. Metode dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam

mempelajari materi yang bersifat konsep,karakteristik

klasifikasi,fakta,dan mereview. B. Kerangka Pikir

Keberhasilan suatu proses pembelajaran bahasa Indonesia ditentukan oleh tinggi rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Demikian pula halnya dengan keberhasilan guru dalam mengajarkan materi pelajaran ditentukan oleh meningkat atau tidaknya keterampilan menulis siswa. Untuk itu penelitian ini diarahkan pada peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui teknik pembelajaran card sort pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar. Dengan diketahuinya kemampuan siswa tersebut, maka guru dapat membuat perencanaan pembelajaran yang lebih efektif guna membantu siswa meningkatkan kemampuan kearah yang lebih baik. Agar penelitian ini mudah untuk dipahami maka penulis memberikan gambar kerangka pikir sebagai berikut:

(34)

Bagan Kerangka Pikir Keterampilan Berbahasa

Ket. Menyimak Ket. Berbicara Ket. Membaca Ket. Menulis

Menulis Cerpen

Temuan Teknik Card Sort

(35)

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: “jika teknik pembelajaran card sort diterapkan dalam proses pembelajaran maka kemampuan menulis cerpen siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar dapat meningkat.”

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, yakni ‘’ Peningkatan Kemampuan Menulis cerpen melalui penggunaan Teknik Card Sort Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar”, maka penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan ini direncanakan untuk menggambarkan dan mengamati proses belajar siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan teknik card sort. Mekanisme pelaksanaannya dengan dua siklus. Setiap siklus masing-masing dilaksanakan dengan empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar lebih bermanfaat. Dengan demikian, guru dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelas dan solusi dalam mengatasi masalah tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pemaparan data deskriptif kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan wawancara dalam setiap pelaksanaan tindakan (proses pembelajaran), dan data kuantitatif diperoleh dari tes akhir setiap siklus.

(37)

PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru untuk berpikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang direncanakan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan (observation), dan (4) Refleksi.

Siklus dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I Siklus II s Permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan Tindakan I dan Observasi I Evaluasi I Refleksi I Pelaksanaan tindakan II dan observasi II Perencanaan tindakan II Evaluasi II Refleksi II Dilanjutkan kesiklus selanjutnya Permasalahan baru hasil refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan Hasil

Tercapai Belum tercapai

Hasil

(38)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar, dengan subjek penelitian sebanyak 37 orang siswa pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. C. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa data perencanaan, data pelaksanaan, data evaluasi, dan data hasil. Data penelitian itu diperoleh melalui observasi, studi dokumentasi, dan tes dari setiap tindakan perbaikan penggunaan teknik card

sort dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 6 Makassar. Data tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Data Perencanaan

Data perencanaan berupa rancangan pembelajaran guru. Rancangan tersebut meliputi rumusan tujuan pembelajaran, penyusunan kegiatan belajar-mengajar, materi dan sumber belajar, pemilihan media, dan perencanaan evaluasi.

b. Data Pelaksanaan

Data pelaksanaan berkaitan dengan penerapan teknik card sort dalam pembelajaran menulis cerpen yang direncanakan mulai dari tahap pramenulis, saat menulis, dan publikasi. Data tersebut berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan mengenai pengamatan tentang kegiatan siswa yang dibimbing guru selama proses pembelajaran menulis

(39)

cerpen berlangsung hingga guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap hasil tulisannya.

c. Data Evaluasi

Data evaluasi meliputi data proses dan data produk. Data proses direncanakan dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran dari tahap pramenulis, menulis, dan publikasi. Sedangkan data produk berupa hasil gagasan dalam bentuk cerita setelah mengikuti proses pembelajaran menulis dengan penggunaan metode card sort

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada, 2 yaitu sumber data lisan dan tertulis. Sumber data lisan adalah informan yang memiliki pengetahuan tentang cara kerja siswa dalam hal ini guru. Sedangkan, sumber data tertulis adalah hasil kerja siswa yang berjumlah 32 orang.

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 (dua) siklus. Siklus pertama berlangsung dalam 4 (empat) kali pertemuan dan siklus II juga berlangsung 4 (empat) kali pertemuan. Siklus I dan siklus II meliputi; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. 1. Gambaran Umum Siklus I

Pelaksanaan untuk siklus I berlangsung 1 (satu) kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan, dan 1 (satu) kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan sekaligus tes akhir siklus. Dalam siklus I card sort, meliputi; (a) listing,(b) freewriting, dan (c) clustering.

(40)

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I direncanakan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru berdasarkan hasil observasi awal peneliti dalam pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode yang lazim digunakan pada saat mengajar menulis, khususnya dalam bentuk paragraf narasi.

2) Merumuskan alternatif tindakan pembelajaran dengan menerapkan suatu strategi alternatif dari strategi yang lazim dan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis cerpen .

Menyusun rancangan tindakan selanjutnya sesuai hasil identifikasi terhadap teknik yang lazim digunakan dengan menawarkan teknik card sort yang meliputi:

(a) Langkah pertama, guru membagikan selembar kartu kepada setiap siswa dan pada a kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartu tersebut terdiri dari kartu perhuruf.

(b) Langkah kedua, siswa diminta untuk mencari teman (pemegang kartu) yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya untuk satu kelompok.

(c) Langkah ketiga, siswa akan berkelompok dalam satu mufrodat atau masalah masing-masing.

(41)

(d) Langkah keempat, siswa diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutanurutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut. (e) Langkah kelima, seorang siswa pemegang kartu dari

masingmasing kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan per-huruf dalam satu mufrodat. (f) Langkah keenam, bagi siswa yang salah mencari kelompok

sesuai bahasan atau materi pelajaran tersebut, diberi hukuman dengan mencari judul bahasan atau materi yang sesuai dengan kartu yang dipegang.

(g) Langkah ketujuh, guru memberikan komentar atau penjelasan dari permaianan tersebut.

3) topik tersebut menjadi sebuah gagasan dan ditulis dalam bentuk paragraf cerita

4) Pelatihan bagi guru untuk membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan penerapan teknik card sort yang meliputi:

a) Pelatihan membuat perencanaan pembelajaran yang ditekankan pada pelatihan perumusan tujuan.

b) Pelatihan dalam memilih atau menetapkan topik gagasan yang diajarkan, menetukan lokasi, waktu, media dan sumber belajar, kemudian merencanakan evaluasi.

(42)

c) Pelatihan pelaksanaan pembelajaran dengan cara guru dilatih untuk melaksanakan pembelajaran cerpen dengan menerapkan teknik card

sort sementara peneliti mengamati selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Pelatihan tersebut disesuaikan dengan rancangan yang telah disusun.

d) Guru dilatih untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran maupun evaluasi hasil pembelajaran. Pelatihan tersebut bertujuan agar guru memahami dan menguasai teknik card sort sebagai alternatif dari metode yang lazim direncanakan pada saat mengajarkan untuk menulis cerita

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dengan teknik card sort. Pada tahap ini guru dan peneliti melaksanakan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

i. Peneliti melaksanakan teknik card sort dalam mengajarkan siswa menulis cerita di kelas sebagai model pertama, sedangkan guru sebagai partisipan yang harus aktif mencermati dan mengamati atau berlaku sebagai pengamat terlibat.

ii. Guru bertindak sebagai model kedua yang menerapkan teknik card

sort dalam mengajar siswa menulis cerpen, sementara itu peneliti

(43)

iii. Peneliti melaksanakan pemantauan terhadap proses kegiatan penerapan teknik card sort dalam meningkatkan keterampilan siswa menulis cerpen oleh guru sebagai model kedua untuk memperoleh data-data empiris tentang penerapan teknik card sort dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa di kelas.

c. Observasi (pengamatan)

Pelaksanaan observasi menggunakan lembar observasi berupa pengamatan terhadap kehadiran, keaktifan dalam proses pembelajaran, melaksanakan teknik sesuai langkah-langkah card sort , perhatian atau konsentrasi, keaktifan selama proses pembelajaran, kelengkapan catatan, dan keaktifan dalam menulis cerita . Hasil tindakan dievaluasi dengan tes harian dan tes hasil belajar siklus I.

d. Refleksi

Peneliti mendiskusikan dengan guru hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang didiskusikan adalah (1) menganalisis dan menjelaskan hasil yang diperoleh pada tindakan yang baru direncanakan, (2) menetapkan kesimpulan tentang hasil yang dicapai dalam peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa berdasarkan teknik card sort. Hasil refleksi dijadikan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya (siklus kedua apabila hasil yang diperoleh kurang maksimal).

(44)

2. Gambaran Umum Siklus II a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaboratif melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kembali faktor-faktor yang menghambat guru dalam proses pembelajaran menulis pada siklus pertama.

2) Merumuskan alternatif tindakan lanjutan dalam meningkatkan proses pem-belajaran menulis cerpen.

3) Merevisi skenario pembelajaran menulis dan selanjutnya menyusun kembali rancangan tindakan pembelajaran menulis.

4) Menyempurnakan panduan pembelajaran menulis berdasarkan hasil refleksi siklus 1 sehingga siswa memiliki rasa kepercayaan diri dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam mengonstruksi sendiri pengetahuan baru tentang menulis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman nyata mereka.

5) Melakukan pengayaan terhadap kemampuan dan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran menulis.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan untuk siklus II berlangsung 1 (satu) kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan, dan 1 (satu) kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan sekaligus pelaksanaan tes akhir siklus. Pada tahap ini peneliti dan guru melaksanakan tindakan pembelajaran menulis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(45)

1) Secara bersama peneliti dan guru melaksanakan pembelajaran menulis sesuai dengan yang direncanakan.

2) Peneliti senantiasa berperan sebagai pendamping di dalam memberikan penghargaan dan motivasi agar guru dapat melaksanakan perannya sesuai dengan yang direncanakan.

3) Melaksanakan pemantauan terhadap segala aspek yang mendukung dan menghambat pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis paragraf narasi tersebut.

3. Observasi (pengamatan)

Pelaksanaan observasi dan evaluasi pada siklus II, hampir sama dengan siklus I. Pada tahap ini direncanakan observasi dan tes akhir hasil belajar siklus II.

4. Refleksi

Peneliti mendiskusikan dengan guru hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang didiskusikan adalah (1) menganalisis dan menjelaskan hasil yang diperoleh pada tindakan yang baru direncanakan, (2) menetapkan kesimpulan tentang hasil yang dicapai dalam peningkatan keterampilan menulis cerpan dengan menggunakan teknik card

sort.

(46)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang direncanakan dalam mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik analisis teks (latihan).

1. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi direncanakan dengan cara mengumpulkan data dan menyimpan data atau informasi dari berbagai sumber yang berkaitan erat dengan penelitian ini.

2. Teknik observasi dan wawancara

Teknik observasi direncanakan untuk melihat semua aktivitas siswa saat melaksanakan pembelajaran dan mengadakan wawancara dengan guru dan siswa mengenai proses pelaksanaan pembelajaran.

3. Teknik analisis teks

Analisis teks (latihan) direncanakan untuk mengetahui kesesuaian antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, kelemahan-kelemahan, dan kelebihan-kelebihan yang ada, serta seberapa besar peningkatan yang tercapai setelah menerapkan teknik card sort dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar.

F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul berupa data hasil observasi, catatan lapangan, wawancara, tentang proses pembelajaran menulis cerita dengan teknik card sort

(47)

, serta hasil tulisan siswa. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data, dan terakhir penyimpulan atau verifikasi. Langkah analisis ini direncanakan berulang-ulang. Tahap analisis itu diuraikan sebagai berikut:

1. Menelaah Data

Data yang terkumpul melalui observasi, catatan lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi dengan melakukan proses transkripsi hasil observasi, penyeleksian, dan pemilihan data. Data dikelompokkan berdasarkan data pada tiap siklus.

2. Reduksi Data

Data keseluruhan yang telah terkumpul diseleksi dan diidentifikasi berdasarkan kelompoknya dan mengklasifikasikan data sesuai kebutuhan. 3. Menyajikan Data

Penyajian data dengan cara mengorganisasikan informasi yang telah direduksi. Keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu sesuai siklus yang direncanakan sehingga berfokus pada pembelajaran.

4. Menyimpulkan Hasil Penelitian

Akhir temuan penelitian disimpulkan dan direncanakan kegiatan triangulasi atau pengujian temuan penelitian. Keabsahan data diuji dengan memikirkan kembali hal-hal yang telah direncanakan dan dikemukakan melalui tukar pendapat dengan ahli atau pembimbing, teman sejawat, peninjauan kembali catatan lapangan, hasil observasi, serta triangulasi dengan teman sejawat atau guru setelah selesai pembelajaran.

(48)

Penerapan teknik pembelajaran card sort dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis gagasan dalam bentuk cerpen pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar dikaitkan dengan ketuntasan belajar. Siswa yang mendapatkan nilai 65% ke atas maka metode pembelajaran card sort oleh guru dapat berhasil efektif.

Tabel 3.1 Taraf keberhasilan yang dicapai siswa dikatakan berhasil apabila mencapai nilai baik dan sangat baik

NO Interval Nilai Tingkat Kemampuan

1. 2. 3. 4. 5. 91% - 100% 76% - 89% 65% - 75% 41% - 64% 0 - 40% sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah (Nurgiyantoro, 1995) G. Indikator Keberhasilan

Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya digunakan untuk menilai indikator keberhasilan dengan tindakan yang diberikan. Adapun kriteria keberhasilan untuk setiap siklus adalah jika setiap subjek penelitian: a. Hasil belajar dikatakan tuntas apabilah memperoleh hasil skor minimal 65 dari

skor ideal 100.

b. Hasil belajar dikatan tuntas secara klasikal apabilah 75% dari jumlah siswa telah belajar.

(49)

H. Kriteria Penilaian

Kemampuan siswa dalam menulis cerpen didasarkan pada lima hal pokok, yaitu:

1. kesatuan isi; 2. koherensi;

3. penggunaan EYD; 4. pemanfaatan referensi; 5. kronologis waktu dan tempat.

Kelima hal pokok tersebut, tergambarkan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Menulis Cerpen

No Aspek Penilaian Skor Bobot

1.

Kelengkapan Aspek Formal Cerpen

 Judul 10 25  Nama Pengarang 6  Dialog 5  Narasi 4 2.

Kelengkapan Unsur Intrinsik Cerpen  Fakta Cerita ( Plot, Tokoh, dan Latar )

10

25  Sarana Cerita ( Sudut Pandang, Penceritaan,

Gaya, Bahasa simbolisme, dan Ironi )

(50)

 Pengembangan Tema yang Relevan dengan Judul

7

Keterpaduan Unsur/ Unsur Cerpen

 Kaidah Plot ( Kelogisan, Rasa Ingin Tahu, Kejutan dan Keutuhan ) dan Penahapan Plot ( Awal, Tengah, dan Akhir )

8

25  Dimensi Tokoh ( Fisiologis, Psikologis, dan

Sosiologis )

10

 Dimensi Latar ( Tempat, Waktu dan Sosial ) 7

Kesesuaian Penggunaan Bahasa Cerpen

 Penggunaan Kaidah EYD 8

25

 Keajekan Penulisan 8

 Ragam Bahasa yang disesuaikan dengan

Dimensi Tokoh dan Latar 9

100

(51)

Skor maksimum : 10

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas dalam peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penggunaan teknik card sort pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Makassar dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu: tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan I kali pertemuan pemberian tes akhir siklus.

1. Hasil Pelaksanaan Siklus I a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini penelitian telaah kurikulum khusus kurikulum SMP. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai standar kompetensi (SK), mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, melalui kegiatan menanggapi carita. Dan kompetensi dasar (KD), menceritakantokoh idola dengan mengemukakan identitas tokoh, dengan indikator, yaitu mampu menentukan keunggulan tokoh dengan argumen yang tepat.

Selanjutnya penelitian membuat lembar observasi sebagai alat pengumpulan data untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas.

(53)

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan pada siklus I sebanyak 4 kali pertemuan yaitu, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2016, pertemuan kedua tanggal 31 Agustus 2016, pertemuan ketiga tanggal 6 September 2016, pertemuan keempat tanggal 7 September 2016 dengan mengadakan evaluasi siklus I. Adapun tahap-tahap yang dilakukan penelitian pada setiap pertemuan adalah:

1. Kegiatan awal

Kegiatan awal pembelajaran keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan teknik card sort pada siklus I yaitu, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, guru mengabsen siswa, guru melakukan apersepsi, guru motivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

Guru menjelaskan kepada siswa tentang pengertian teknik card sort. Setelah itu guru menjelaskan kepada siswa tentang tema dan tujuan pembelajaran sehingga siswa mengerti materi yang akan dipelajari. Setelah menyampaikan tujuan mempelajari materi mulailah guru menyajikan materi pelajaran/informasi dengan menerapkan strategi card sort setelah itu guru kemudian membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap kelompok diminta untuk membuat topic dari masalah yang telah didapat pada kartu setiap kelompok. Setelah itu, siswa mendiskusikan dengan teman kelompoknya topik yang telah ditentukan

(54)

dan masalah yang telah didapat pada kartu tersebut. Hasil diskusi tersebut dibacakan di depan kelas.

Sementara kelompok lain menyimak/mengoreksi menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap, membantu mengingat/menghafal ide-ide-ide-ide dengan menghubungkan topik lainnya.

3. Kegiatan akhir

Kegiatan akhir yaitu, siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Selama penerapan teknik card sort siswa harus memahami betul topik yang dipelajari. Setelah satu siklus berjalan dengan penerapan teknik

card sort dalam kelas, guru dapat mengatur ulang kelompok baru untuk

memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan teman sekelas yang lain dan menjaga program pelajaran tetap berjalan.

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi serta melakukan evaluasi terhadap kemampuan menulis cerpen pada siklus I.

Adapun hasil observasi kegiatan belajar siswa dan guru dalam proses pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(55)

Tabel 4.1. Hasil observasi guru pada siklus I No Aspek yang dinilai Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang

1. Guru membuka pelajaran

2. Guru memberikan motivasi belajar

kepada siswa

3. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa

4. Guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok

5. Guru mengobservasi kegiatan

keterampilan menulis cerpen siswa selama proses pembelajaran berlangsung

6. Guru memberi penguatan

7. Guru menutup pelajaran

Tabel 4.1 di atas diperoleh hasil bahwa aktifitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus pertama belum terlaksana dengan baik yaitu pada saat membuka pelajaran, dan menjelaskan materi kepada siswa. Selanjutnya, aktifitas guru yang cukup baik yaitu memberi motivasi belajar kepada siswa. Mengobservasi kegiatan menulis cerpen siswa selama proses pembelajaran berlangsung, memberikan pengetahuan dan guru menutup pelajaran.

Gambar

Tabel  3.1 Taraf keberhasilan yang dicapai siswa dikatakan berhasil apabila   mencapai nilai baik dan sangat baik
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Menulis Cerpen
Tabel 4.1. Hasil observasi guru pada siklus I  No           Aspek yang dinilai  Sangat
Tabel 4.3 Hasil Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas  VIII SMP  Muhammadoyah 6 Makassar
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

imunisasi wajib ulangan. Imunisasi wajib ulangan adalah program pemerintah untuk mengurangi keresahan yang timbul di masyarakat. Menghubungi pihak – pihak terkait

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar aluminium pada air baku dan air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal secara kolorimetri. Dari hasil

Selain mampu berperan sebagai agen biokontrol, konsorsium bakteri endofit juga berpotensi sebagai agen pemacu tumbuh tanaman, 1 isolat konsorsium bakteri endofit, yaitu

Tujuan penelitian ini adalah menentukan kandungan asam lemak tidak jenuh pada tepung sorghum termodifikasi, serta menganalisa secara organoleptik terhadap produk pangan

[r]

Untuk mengelola data jam’ah tetap, data takmir, data kegiatan, data jadwal khotib, data arus kas, dan data inventaris, pengelola dapat mengakses setiap submenu yang terdapat pada

a) 2+3=5, 2 pasang sifat (2x2=4) dengan 3 Ism Agung yang menegakkan semua makhluk dan menjadi tajalli Allah. b) 2+5=7, 7 Asma dan Sifat yang sudah tersingkap, 7 langit bumi,

55 (Revisi 2006) diklasifikasikan dalam empat kategori sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi yaitu pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi