ii
KELAS X MADRASAH ALIYAH WATHONIYAH
ISLAMIYAH KARANGDUWUR
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Amin Subhan
NIM 082150006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iii
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE
CARD SORT PADA KELAS X MADRASAH ALIYAH
WATHONIYAH ISLAMIYAH KARANGDUWUR
Oleh Amin Subhan NIM. 082150006
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Siska Desy Fatmaryanti, M. Si. Nur Hidayati, S.Pd. I., M. Pd.
NBM 1018225 NBM 1068759
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo
iv
CARD SORT PADA KELAS X MADRASAH ALIYAH
WATHONIYAH ISLAMIYAH KARANGDUWUR
Oleh Amin Subhan NIM. 082150006
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo: Pada Hari : Kamis
Tanggal : 7 Maret 2013
PANITIA PENGUJI
Tanda tangan
Drs. R. Wakhid Akhdinirwanto, M. Si.
NIP 196504171991031003
Penguji Utama ………
Siska Desy Fatmaryanti, M. Si.
NBM 1018225
Pembimbing I/Penguji I ………
Nur Hidayati, S. Pd. I., M. Pd.
NBM 1068759
Pembimbing II/Penguji II ………
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo
Drs. H. Hartono, M. M.
vi Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Amin Subhan
NIM : 082150006
Program Studi : Pendidikan Fisika
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Muhammadiyah Purworejo
menyatakan bahwa skripsi ini karya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya
tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau digunakan
orang lain sebagai prasyarat studi di perguruan tinggi lain, kecuali pada
bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai bahan acuan. Apabila ternyata pernyataan
ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Purworejo, Januari 2013 Penulis
v
“Engkau tidak akan menjadi seorang yang alim sampai kamu menjadi seorang yang belajar. Dan engkau tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai engkau mengamalkannya”. (Abud darda Radiyallahu „anhu)
“Dan keutamaan orang yang alim diantara seorang yang ahliibadah, bagai rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dirham dan dinar, (tetapi) mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mampu mengambilnya. Berarti dia telah mengambil keberuntungan yang banyak”. (Hadist Rasul Sallahu „alihi Wasallam)
“Ya Allah, jadikanlah apa yang Engkau Ajarkan kepadaku bermanfaat, dan ajarilah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, serta tambahkanlah ilmu kepadaku, dan segala puji bagi Allah atas segala keadaan.” (Doaku)PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa
memberikan dorongan baik moril maupun materiil, semangat, serta do’a yang tiada henti; 2. Kakak-kakakku yang selalu meyakinkanku
disetiap apa yang telah aku pilih;
3. My soul yang sehati memberikan kekuatan saat aku lelah untuk berjuang.
4. Teman-teman kos dan teman-teman mahasiswa Fisika angkatan 2008 yang selalu ada di hati yang warnai perjuangan ini dengan canda, tawa,
bahagia;
vii
Alhamdulilah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Keaktifan
Bertanya Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card
Sort Pada Kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Fisika pada Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih dengan tulus ikhlas kepada:
1. Drs. H. Hartono, M. M., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ijin
penelitian;
2. Eko Setyadi Kurniawan, M. Pd., Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
yang telah memberikan persetujuan penelitian;
3. Siska Desy Fatmaryanti, M. Si., pembimbing I yang telah membimbing
demi terselesaikannya skripsi ini;
4. Nur Hidayati, S. Pd. I., M. Pd., pembimbing II yang telah memberikan
viii
6. Nur Khotimah, S.Pd. Si., guru mata pelajaran Fisika yang telah banyak
memberikan saran dan masukan sekaligus bersedia menjadi validator;
7. Eko Febri Arianto, S. Pd, validator tambahan yang membantu
berlangsungnya penelitian;
8. Barkah Wulandari yang membantu proses penelitian dari awal sampai
akhir ;dan
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkannya.
Purworejo, Januari 2013
Penulis
ix
Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort pada Kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah
Islamiyah Karangduwur. Skripsi. Pendidikan Fisika. FKIP, Universitas
Muhammadiyah Purworejo. 2013
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatkan keaktifan bertanya siswa pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran aktif tipe Card Sort pada siswa kelas XA Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur. Model pembelajaran aktif tipe Card Sort ini diterapkan pada materi Besaran dan Satuan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur pada siswa Kelas XA Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, angket, tes,dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa dengan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebesar minimal 60% siswa dapat aktif bertanya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata persentase keaktifan bertanya siswa pada setiap siklus. Sebelum digunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort persentase keaktifan bertanya siswa 8,86%. Setelah memanfaatkan model pembelajaran aktif tipe Card Sort pada siklus I meningkat menjadi 51,71% dan pada siklus II meningkat menjadi 70,71%. Sehingga model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keaktifan bertanya siswa. Sebaiknya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort didukung dengan strategi motivasi, karena siswa akan lebih termotivasi untuk aktif bertanya.
x
HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 5
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 9
A. Kajian Teori ... 9
1. Keaktifan Belajar ... 9
2. Keaktifan Bertanya ... 12
3. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 20
4. Pengertian Card Sort ... 20
5. Card Sort Sebagai Metode Pembelajaran Aktif ... 21
6. Model Pembelajaran Aktif tipe Card Sort ... 22
7. Strategi Motivasi ... 25
B. Tinjauan Pustaka ... 29
C. Kerangka Pikir ... 31
D. Rumusan Hipotesis ... 32
Bab III METODE PENELITIAN ... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
C. Subyek Penelitian ... 34
D. Pengumpulan Data ... 34
1. Metode Observasi ... 34
xi
3. Angket Keaktifan Bertanya ... 37
4. Dokumentasi ... 39 F. Analisis Data ... 39 G. Prosedur Penelitian ... 40 1. Persiapan ... 41 2. Langkah-langkah Penelitian ... 41 a. Siklus I ... 42 1) Rencana tindakan ... 42 2) Pelaksanaan Tindakan ... 42 3) Observasi ... 46 4) Refleksi ... 46 b. Siklus II ... 47 1) Rencana Tindakan ... 47 2) Pelaksanaan Tindakan ... 48 3) Observasi ... 51 4) Refleksi ... 51 H. Indikator Penelitian ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi Data ... 53
B. Analisis Data ... 64
1. Hasil dan Analisis Data Penelitian Siklus I ... 64
a. Tahap perencanaan ... 64
b. Tahap tindakan ... 65
c. Tahap Pengamatan ... 70
d. Tahap Refleksi ... 71
2. Hasil dan Analisis Data Penelitian Siklus II ... 72
a. Tahap Perencanaan ... 72
b. Tahap Tindakan ... 74
c. Tahap Pengamatan ... 79
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
BAB V PENUTUP ... 92
A. Simpulan ... 92
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
xii
Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Bertanya Siswa ... 37
Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Angket keaktifan bertanya Siswa ... 38
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Card Sort ... 39
Tabel 4.1. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pra Siklus ... 54
Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Pra Siklus ... 55
Tabel 4.3. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus I ... 56
Tabel 4.4. Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus I ... 57
Tabel 4.5. Hasil Angket Ketertarikan Siswa terhadap Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Siklus I ... 58
Tabel 4.6. Hasil Evaluasi Siklus I ... 59
Tabel 4.7. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus II ... 60
Tabel 4.8. Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus II ... 61
Tabel 4.9. Hasil Angket Ketertarikan Siswa terhadap Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Siklus II ... 62
Tabel 4.10. Hasil Evaluasi Siklus II ... 63
Tabel 4.11. Hasil Observasi keaktifan bertanya siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 81
xiii
Mc Taggrat ... 41
Gambar 4.1 Diagram Persentase Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 82
Gambar 4.2 Diagram Persentase Peningkatan Ketertarikan Siswa Terhadap Pada Siklus I, Siklus II ... 83
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 95
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 131
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ... 141
Lampiran 4. Dokumentasi ... 170
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai suatu pendidikan formal bertugas untuk
menghasilkan peserta didik yang berkualitas agar dapat berperan aktif dalam
masyarakat. Peserta didik yang utuh dan berkualitas adalah peserta didik yang
seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap, keterampilan, dan
mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar mengajar di
sekolah. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator yaitu
membantu siswa sehingga mengantarkan siswa ke dalam proses pembelajaran
yang bermakna. Banyak sekali masalah atau ketakutan yang dihadapi siswa
dalam mata pelajaran Fisika, seperti menghafal rumus, menghitung, praktek
dan sebagainya yang seharusnya hal itu tidak menjadi momok bagi mereka,
maka disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk menerapkan strategi yang
mampu membangun semangat mereka dalam belajar. Selain itu guru juga
harus selalu memberikan motivasi kepada siswanya agar mereka menjadi
lebih semangat dalam menuntut ilmu.
Seiring dengan dinamika pendidikan global, saat ini sekolah
menengah mulai menerapkan sistem pembelajaran Student Center Learning
atau pembelajaran yang berpusat pada siswa sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka
siswa akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Siswa akan
lebih leluasa untuk menunjukkan kemampuan mereka. Hal ini memberikan
pengaruh positif dalam proses pembelajaran di kelas karena adanya interaksi
antara siswa dengan guru.
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi antara dua
unsur manusiawi, yakni siswa dan guru. Dalam interaksi tersebut, siswa lebih
sebagai subjek pokok bukan objek belajar yang selalu dibatasi dan diatur oleh
guru. Sebagai subyek dalam pembelajaran, siswa diharuskan aktif agar dapat
belajar sesuai dengan bakat dan segala potensi yang dimiliki siswa. Keaktifan
siswa dapat diwujudkan baik keaktifan secara fisik maupun keaktifan mental.
Interaksi yang baik antara guru dan siswa sangat diperlukan agar proses
pembelajaran bermakna dapat berlangsung efektif. Interaksi belajar mengajar
dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa menggunakan teknik tanya
jawab atau dialog yang interaktif dalam proses pembelajaran. Adanya
interaksi multi arah dengan secara langsung akan membuat pembelajaran
lebih bermakna.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ibu Nur Khotimah S. Pd. Si
selaku guru Fisika kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah
Karangduwur menyatakan bahwa jumlah siswa kelas X tahun pelajaran
2012/2013 berjumlah 100 siswa terbagi menjadi 3 kelas, pada proses
pembelajaran mata pelajaran Fisika di kelas X menunjukkan bahwa dalam
proses pembelajaran masih bersifat Teacher Center Learning, belum
mendengar dan menulis apa yang disampaikan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi di kelas XA Madrasah Aliyah
Wathoniyah Islamiyah menunjukkan bahwa keaktifan siswa terlihat masih
kurang dalam proses pembelajaran dibanding dengan kelas yang lainnya,
terutama keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang
belum dipahami oleh siswa. Hanya sekitar 1-2 anak yang berani bertanya
tentang materi yang belum dipahami. Selebihnya siswa masih pasif bertanya.
Melalui hasil observasi tersebut, dapat diartikan sebagian besar siswa pasif
selama pembelajaran. Hasil observasi diperkuat dengan keterangan dari guru
yang menyatakan selama pembelajaran keaktifan siswa dalam bertanya
sangat kurang dengan persentase keaktifan siswa sebesar 8,86%, Menurut
penuturan siswa, terdapat keengganan siswa untuk bertanya kepada guru
karena malu, takut, tidak tahu, dan bila ada hal-hal yang kurang jelas lebih
memilih bertanya kepada teman yang lebih pandai. Salah satu faktor dari
dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses
belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar (Hamzah U., 2007:75). Seorang siswa yang mempunyai intelegensi
yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam
belajarnya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar
mengajar. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar
melakukan Keaktifan belajar dengan senang karena didorong motivasi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kegiatan pembelajaran
diperlukan suatu strategi yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk
belajar.
Strategi motivasi yang dimaksud adalah suatu cara yang ditempuh
untuk menumbuhkan suatu tingkah laku tertentu agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, tingkah laku yang
akan ditumbuhkan adalah keaktifan bertanya siswa, dalam hal ini pemberian
motivasi bertujuan untuk merangsang keaktifan bertanya siswa. Selanjutnya
melalui penerapan strategi motivasi tersebut diharapkan mampu
meningkatkan keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran. Salah satu cara
untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran Aktif (Active Learning)
merupakan salah satu pendekatan yang berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus serta respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi siswa. Proses pembelajaran yang belangsung di dalam
kelas akan lebih bermakna apabila dalam proses pembelajaran tersebut siswa
aktif dan bisa terlibat secara langsung. Salah satu model pembelajaran yang
dapat melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh, terutama dalam hal
keaktifan bertanya siswa dalam proses belajar mengajar adalah model
pembelajaran aktif (active learning) tipe Card Sort (M. L. Silberman, 2009:
meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui pemberian tugas terkait dengan
konsep, karakteristik klasifikasi, fakta, atau menilai informasi yang dilakukan
dalam kelompok kecil siswa melalui cara yang menyenangkan. Model
pembelajaran aktif tipe Card Sort menggunakan fasilitas kartu, dalam kartu
tersebut berisi suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh
masing-masing siswa. Gerakan fisik yang ada di dalamnya dapat membantu
menghilangkan kejenuhan siswa selama pembelajaran. Melalui penerapan
strategi motivasi dalam model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat
merangsang keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan
tersebut adalah keterlibatan secara fisik maupun mental yang keduanya saling
berkaitan satu sama lain. Dalam penerapan model pembelajaran aktif tipe
Card Sort ini siswa dituntut lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya berperan sebagai penerima informasi pasif, siswa ditantang untuk
aktif berkomunikasi terutama keaktifan dalam bertanya, menemukan
informasi yang relevan dalam kehidupan nyata dan merancang pemecahan
untuk permasalahan yang dihadapi.
Kesimpulannya dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe
Card Sort mengubah pola belajar siswa yang pasif menjadi aktif dengan kegiatan siswa dalam mengelompokkan kartu. Secara tidak sadar siswa akan
aktif dalam bertanya dikarenakan siswa lebih tertarik untuk bertanya kepada
temannya atau guru. Hal ini disebabkan siswa ingin mengetahui informasi
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diteliti tentang:
“Peningkatan Keaktifan Bertanya Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Pada Kelas XA Madrasah Aliyah
Wathoniyah Islamiyah Karangduwur”
B. Identifikasi Masalah
Menurut latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan
sebagai berikut:
1. Guru mengajar Fisika lebih sering menggunakan metode ceramah.
2. Kurang adanya interaksi di kelas antara guru dengan murid.
3. Kurangnya ketertarikan siswa terhadap materi yang di sampaikan guru
karena dalam proses pembelajaran di kelas membosankan.
4. Keaktifan bertanya siswa pada pembelajaran Fisika di kelas sangat
rendah.
5. Terdapat keengganan siswa untuk bertanya karena kurang adanya
motivasi.
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan dibatasi pada penelitian ini adalah :
1. Peningkatan aktifitas bertanya siswa pada pembelajaran Fisika dengan
menggunakan pembelajaran aktif tipe Card Sort di kelas XA
2. Penelitian yang dilakukan pada pembelajaran Fisika bab Besaran dan
Pengukuran.
3. Penelitian dilakukan di kelas XA Madrasah Aliyah Wathoniyah
Islamiyah Karangduwur.
4. Penelitian dilakukan tahun pelajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dicari penyelesaiannya pada penelitian ini dapat
dirumuskan “Bagaimana peningkatan keaktifan bertanya siswa menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort di kelas XA Madrasah Aliyah
Wathoniyah Islamiyah Karangduwur?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatkan keaktifan
bertanya siswa pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran aktif
tipe Card Sort pada siswa kelas XA Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah
Karangduwur.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa :
a. Memberikan masukan kepada siswa agar berperan aktif dalam
materi yang belum dipahami agar mendapat hasil belajar yang optimal
dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
aktif dalam belajar.
2. Bagi guru :
a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih alternatif
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar dalam hal keaktifan bertanya siswa terhadap
materi yang belum dipahami.
b. Memberikan informasi kepada guru untuk lebih menekankan
pembelajaran pada keaktifan siswa.
c. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan.
3. Bagi sekolah :
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan
proses pembelajaran pada tahap berikutnya.
4. Bagi peneliti :
a. Memberikan pengalaman dalam mencari solusi yang tepat guna
memperbaiki kinerja kerja guru.
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA
,
DAN
RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Keaktifan BelajarKeaktifan belajar adalah seluruh keaktifan siswa dalam proses
belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik
berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa
ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,
mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan
melaksanakan eksperimen (M. L. Silberman, 2009: 14).
“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada keaktifan. Itulah mengapa keaktifan merupakan prinsip yang
sangat penting dalam interaksi belajar mengajar” (Ahmad R. HM., 2004: 6).
Dalam keaktifan belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi
pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern.
Menurut pandangan ilmu jiwa lama, keaktifan didominasi oleh guru
sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, keaktifan didominasi
oleh siswa.
“Kegiatan belajar atau keaktifan belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat
kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami
situasi, dan pola respons peserta didik ”(Oemar H., 2007: 170).
keaktifan belajar yang optimal tidak hanya dilihat dari keaktifan
guru namun keaktifan siswa harus ditingkatkan, keaktifan belajar
masing-masing siswa berbeda-beda oleh karena itu guru harus menerapkan metode
yang tepat yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Banyak macam-macam kegiatan (keaktifan belajar) yang dapat
dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat.
Paul B. D. dalam Ahmad R. HM. (2004: 9), telah mengadakan penelitian
dan menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang
meliputi keaktifan jasmani dan keaktifan jiwa, 8 diantaranya adalah:
a. Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu,
diskusi, interupsi dan sebagainya.
c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan,
d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes,
angket, menyalin, dan sebagainya.
e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta
diagram, pola, dan sebagainya.
f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara
binatang, dan sebagainya.
g. Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan,
gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
“Tentu saja kegiatan itu tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan
tertentu. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam
kegiatan” (Oemar H., 2007: 176).
Dengan demikian, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai
macam keaktifan, baik fisik maupun psikis. keaktifan fisik ialah peserta
didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya
pasif. Peserta didik yang memiliki keaktifan psikis (kejiwaan) adalah jika
daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya
merupakan satu kesatuan (Ahmad R. HM., 2004: 6).
Sehingga dengan alasan yang telah dijelaskan di atas bahwa
penelitian ini akan mengkaji salah satu dari macam-macam keaktifan,
yaitu keaktifan bertanya yang merupakan bagian dari Oral activities.
keaktifan bertanya akan menumbuhkan keberanian, tanggung jawab,
percaya diri, keterampilan, inovasi, kreativitas, rasa sosial, kesadaran, rasa
hormat, dan keingintahuan siswa. Oleh karena itu agar keaktifan bertanya
dapat berjalan secara optimal dibutuhkan metode yang tepat, dengan
adanya metode Card Sort diharapkan dapat memaksimalkan keaktifan
siswa terutama keaktifan siswa dalam bertanya.
2. Keaktifan Bertanya
Kegiatan pembelajaran di dalam mengajukan pertanyaan adalah
keaktifan yang biasa dilakukan oleh guru. Bahkan, mungkin tidak ada
pembelajaran yang tidak melibatkan keaktifan bertanya. Dalam kondisi
demikian, keaktifan bertanya lebih didominasi oleh guru. Sedangkan anak
relatif jarang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
bertanya. Padahal bertanya adalah keaktifan mental yang sangat penting
Daniel M. dan David R. (2008: 69), berpendapat bahwa jenis
pertanyaan dapat dilihat dari beberapa bentuk atau isi dari sebuah
pertanyaan. Seperti;
a. Tingkat kognitif pertanyaan.
Tingkat kognitif pertanyaan mengacu pada tingkat
kesulitan pertanyaan, khususnya apakah pertanyaan itu
membutuhkan ketrampilan berfikir canggih (tingkat “tinggi”) atau membutuhkan penerapan aturan atau retensi fakta-fakta
yang lebih bersifat mendasar (tingkat “rendah). Pertanyaan tingkat-rendah seharusnya relatif lebih mudah dijawab, dan
kebanyakan kasus memunculkan jawaban yang benar.
Pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi membutuhkan lebih
banyak pemikiran sehingga lebih sulit dijawab.
b. Pertanyaan terbuka dan tertutup.
Perbedaan lain yang terkait dengan pertanyaan adalah
antara pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan tertutup
hanya memiliki satu jawaban yang jelas. Sementara pertanyaan
terbuka memiliki jawaban yang terbuka.
c. Pertanyaan-pertanyaan proses dan produk.
Perbedaan lainnya adalah antara pertanyaan proses dan
produk (hasil). Pertanyaan produk dirancang untuk mendapatkan
digunakan untuk memunculkan prosedur, proses, dan aturan
yang digunakan untuk menjawab.
Belajar yang berhasil adalah melalui berbagai macam keaktifan,
baik keaktifan fisik maupun psikis. Aktifitas fisik ialah peserta didik
giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja,
tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta
didik yang memiliki keaktifan psikis (kejiwaan) adalah jika jiwanya
bekerja sebanyak banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan bertanya adalah seluruh
peran dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif
untuk bertanya sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif dengan
mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan,
mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lain.
J. Piaget dalam Ahmad R. HM. (2004: 7) Mengatakan bahwa dua
keaktifan (psikis dan fisik) memang harus dipandang sebagai hubungan
yang erat. Seseorang anak berfikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat
anak tak berfikir. Agar ia berfikir aktif ia harus diberi kesempatan untuk
berbuat sendiri.
Guru hanya merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan
bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta
didik itu sendiri sesuai kemampuan, bakat, dan latar belakang
masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif.
a. Untuk membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik, guru
perlu:
1) Untuk mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi
peserta didik.
2) Memberi tugas-tugas untuk memecahkan
masalah-masalah, menganalisis, mengambil keputusan dan
sebagainya.
3) Menyelenggarakan berbagai percobaan dengan
menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat, dan
sebagainya.
b. Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu:
1). Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan
keterampilan di bengkel, laboratorium, dan sebagainya.
2). Menadakan pameran, karya wisata, dan sebagainya.
Menurut Bermawy M. (2009: 69) mengatakan bahwa
pembelajaran aktif sebagai efek langsung atau tidak langsung dari proses
pembelajaran siswa memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:
a. Pembelajaran aktif mendorong siswa terbiasa hidup
kolaboratif yang sama-sama bertujuan mencapai keberhasilan
pembelajaran.
b. Pembelajaran aktif membantu siswa menemukan perspektif
berbeda karena perbedaan pengalaman hidup, kecenderungan
c. Pembelajaran aktif mendorong kesadaran siswa untuk
bersikap toleran terhadap perbedaan, ambiguitas, dan
kompleksitas. Keempat, pembelajaran aktif membantu siswa
mengenal menemukan akar asumsi-asumsi mereka.
d. Pembelajaran aktif mendorong siswa terbiasa mendengar
yang santun, asertif, dan attensive (penuh perhatian).
e. Pembelajaran aktif mengembangkan sikap menghargai
tumbuhnya perbedaan pandangan dan sikap, khususnya di
kalangan siswa.
f. Pembelajaran aktif membantu siswa selalu terkesan dengan
topik pelajaran.
g. pembelajaran aktif mendorong siswa untuk memiliki sikap
hormat terhadap ucapan dan pengalaman mereka.
h. Pembelajaran aktif membantu siswa belajar menghargai
proses dan kebiasaan berfikir demokratis.
i. Pembelajaran aktif membuktikan kepada siswa bahwa
mereka juga sebagai ko-pencipta ilmu pengetahuan di
samping guru.
j. Pembelajaran aktif dapat mendorong siswa mengembangkan
kebiasaan mengkomunikasikan pikiran adan ide secara jelas.
k. Pembelajaran aktif menumbuhkan wawasan luas dan
l. Pembelajaran aktif membantu siswa mengembangkan pola
berfikir pada level sintesis (ranah kognitif: merangkum
berbagai unsur menjadi satu kesatuanyang utuh).
m. Pembelajaran aktif menggiring siswa kearah terjadinya
transformasi intelektual yang natural.
Bagian-bagian dari keaktifan bertanya siswa, diantaranya adalah:
a. Keaktifan jiwa dalam bertanya.
Keaktifan jiwa dalam bertanya adalah jika jiwanya
bekerja sebanyak banyaknya atau banyak berfungsi dalam
bertanya. Keaktifan jiwa dalam bertanya disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah;
1) Kesadaran.
Kesadaran dalam bertanya siswa, hal tersebut
dapat cermati dengan keinginan mereka untuk bertanya
tentang materi yang belum mereka pahami atau mereka
mempersiapkan pertanyaan dari rumah karena siswa
yang rajin cenderung belajar sendiri sebelum diajar oleh
guru.
2) Tanggung Jawab.
Siswa dikatakan bertanggung jawab untuk
bertanya didasari oleh motivasi dalam diri atau keinginan
tidak paham mereka dan langsung menanyakannya
kepada guru.
3) Keberanian .
Keberanian merupakan faktor yang paling
mempengaruhi siswa dalam bertanya, ini dapat dicermati
dalam kelas siswa yang pandai saja belum tentu berani
bertanya, oleh karena itu agar siswa mau bertanya
syaratnya adalah tidak takut untuk bertanya.
b. Keaktifan jasmani dalam bertanya.
Keaktifan jasmani dalam bertanya adalah peserta
didik giat dan aktif dalam bertanya dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif.
Keaktifan jasmani dalam bertanya disebabkan oleh beberapa
aspek, diantaranya adalah;
1) Keterampilan.
Keterampilan dalam bertanya dapat dicermati
ketika siswa dalam mengutarakan pertanyaan cenderung
tidak bersikap pasif dilihat dari gerak tubuhnya dengan
gaya suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuh siswa. Hal
tersebut akan menumbuhkan kehangatan dan
yang bertanya, sehingga pembelajaran yang ada di kelas
lebih menarik.
2) Kreativitas.
Kreativitas dalam bertanya dapat dicermati dengan
isi dari pertanyaan siswa yang lebih mengembangkan
jawaban guru dari pertanyaan yang diajukan, seperti
pertanyaan yang diawali dengan kata “mengapa?” kata tersebut menjadikan jawaban yang disampaikan oleh
guru lebih luas dan lebih detail karena jenis pertanyaan
yang disampaikan lebih terbuka.
3) Inovasi.
Inovasi akan tumbuh jika diawali dengan tindakan
yang kreatif. Dengan adanya inovasi dalam bertanya
akan membuat siswa yang lain tertarik untuk bertanya.
Karena dengan adanya siswa yang terampil dalam
bertanya menumbuhkan ketertarikan siswa yang lain
untuk bertanya dengan pengembangan pertanyaan dari
siswa yang bertanya sebelumya.
Sehingga dalam penelitian ini keaktifan bertanya dalam jiwa
peserta didik aspek yang diukur adalah kesadaran, tanggung jawab, dan
keberanian dalam bertanya. Sedangkan keaktifan bertanya dalam fisik
peserta didik aspek yang diukur adalah keterampilan, inovasi, dan
3. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan instrumen penting dalam proses
pembelajaran sekaligus juga menjadi variabel penting dalam proses
pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Secara umum
metode pembelajaran bisa dipakai untuk semua mata pelajaran termasuk
juga mata pelajaran Fisika. Beberapa metode pengajaran di antaranya
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode karya wisata dan metode Card Sort dan lain-lain
(Bermawy M., 2009: 2).
Penggunaan metode yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan
bertanya siswa adalah dengan menerapkan metode Card Sort dalam
pembelajaran. Metode Card Sort diharapkan akan memberikan
pengalaman baru kepada siswa, karena sebelumnya pembelajaran yang ada
di kelas biasa menggunakan metode kovensional.
4. Pengertian Card Sort
Metode Card Sort merupakan pembelajaran berupa
potongan-potongan kertas yang dibentuk seperti kartu yang berisi informasi atau
materi pembelajaran. Pembelajaran aktif model Card Sort merupakan
pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, dimana dalam
pembelajaran ini setiap siswa diberi kartu indeks yang berisi informasi
tentang materi yang akan dibahas, kemudian siswa mengelompok sesuai
dengan kartu indeks yang dimilikinya. Setelah itu siswa mendiskusikan
kelompoknya. Disini pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator
dan menjelaskan materi yang perlu dibahas atau materi yang belum
dimengerti siswa setelah presentasi selesai. Card Sort (Menyortir Kartu)
merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan
konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek atau mereview ilmu
yang telah di berikan sebelumnya atau mengulang informasi. Gerakan fisik
yang dominan dalam membantu mendinamisir kelas yang kelelahan
(Hisyam Z., 2004: 50).
5. Card Sort Sebagai Model Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah sesuatu pembelajaran yang mengajak
siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti
berarti mereka mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok
dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru
mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.
Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.
Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
M. L. Silberman (2009: 13), mengungkapkan tentang paham
belajar aktif:
Yang saya “dengar”, saya lupa.
Yang saya dengar dan “lihat”, saya sedikit ingat.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan “terapkan”, saya dapat pengetahuan dan keterampilan.
Yang saya “ajarkan” kepada orang lain, saya kuasai.
Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200
kata per menit. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi, mereka akan dapat
mendengar dengan penuh perhatian terhadap 50 hingga 100 kata per
menit, atau setengah dari apa yang dikatakan guru. Penelitian
menunjukkan bahwa siswa mampu mendengar (tanpa memikirkan) dengan
kecepatan 400 sampai 500 kata per menit. Dengan demikian, belajar tidak
cukup hanya dengan mendengar atau melihat sesuatu.
Card Sort merupakan keaktifan kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda,
atau menilai informasi. Gerak fisik yang ada di dalamnya dapat membantu
menggairahkan siswa yang merasa penat ( M. L. Silberman,2009: 169).
Salah satu cara terbaik untuk mengikat belajar aktif adalah dengan
memberikan tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil siswa.
Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu berlangsung efektif.
Boleh jadi terdapat partisipasi yang seimbang, komunikasi yang buruk,
dan kebingungan, bukannya belajar yang sesungguhnya. metode Card Sort
dirancang untuk memaksimalkan manfaat dari belajar bersama dan
meminimalkan kesenjangan.
6. Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort
Metode Card Sort bisa disebut sortir kartu yaitu pemilihan
untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang
obyek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam
pembelajaran dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh dan
bosan dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dengan
kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman
pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu
menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar
di kelas.
Hisyam Z. (2008: 50), menyebutkan Card Sort digunakan
pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan
konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam
pembelajaran. Langkah-langkah penerapannya:
a. Bagikan kertas yang bertulisan informasi atau kategori
tertentu secara acak.
b. Tempelkan kategori utama di papan atau kertas di dinding
kelas.
c. Mintalah peserta didik untuk mencari temannya yang paling
memiliki ketas atau kartu yang berisi tulisan yang sama untuk
membentuk kelompok dan mendiskusikannya.
Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam prosedur penggunaan
metode Card Sort antara lain :
a. Kartu tersebut jangan diberi nomor urut.
b. Kartu tersebut jangan diberi ukuran yang sama.
c. Jangan member i“tanda kode” apapun dalam kartu tersebut.
d. Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan
dibuat dalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan jumlah
siswa,
e. Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah
diajarkan dan telah dipelajari oleh siswa. Metode ini
dapat mengaktifkan siswa yang kelelahan. Metode dapat
digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam mempelajari
materi yang bersifat konsep, karakteristik
klasifikasi,fakta,dan mereview materi.
Dengan metode Cart Sort diharapkan dunia pendidikan akan
semakin maju ke depanya. Sebab metode Card Sort akan
mengaktifkan peserta didik untuk belajar dengan model pembelajaran
aktif yang diharapkan mampu menggugah semangat dan antusias
siswa dalam bertanya melalui kerja kelompok memilah kartu,
menemukan pasangan, berdiskusi mengemukakan pendapat dan
membuat pertanyaan untuk kelompok lain. Guru harus bisa berusaha
membuat suasana kelas menyenangkan dengan menunjukkan ekpresi
yang dilakukan siswa. Selain itu, guru juga dianjurkan selalu berusaha
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berani menguangkapkan apa yang
ada dalam pikirannya.
7. Strategi Motivasi atau Cara Menggerakkan Motivasi dalam Bertanya
Hamzah B. U. (2007: 33), mengatakan bahwa kegiatan belajar
mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun eksterinsik sangat
diperlukan. Motivasi dapat mengembangkan keaktifan dan inisiatif, dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan
belajar.
Perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang
tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus
hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar
para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi
justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.
Menurut Gavin R. (2009: 24), berpendapat ada beberapa bentuk
dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,
yaitu:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai raport dengan angka
yang baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak
siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik
kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang
menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus
diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum
merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang
bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh
oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka
dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap
pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak
sekadar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi karena
hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin akan menarik bagi
seseorang yang senang untuk sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/kompetisi.
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat
persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai
salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
e. Memberi ulangan.
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui
akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga
merupakan sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil.
Mengetahui adanya suatu hasil pekerjaan, apalagi kalau
terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka
ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu
harapan hasilnya terus meningkat.
g. Pujian.
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian
ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
h. Hasrat untuk belajar.
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi
kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
i. Minat.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga
minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi
yang pokok.
j. Kompetensi kelompok.
Dimana setiap anggota dapat memberikan sumbangan
dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi
yang sangat kuat.
Kesimpulannya bahwa selain dengan menggunakan metode Card
Sort untuk mengaktifkan bertanya siswa maka perlu adanya strategi agar
siswa lebih termotivasi. Peneliti menggunakan strategi untuk
menumbuhkan keaktifan bertanya siswa dengan memberikan hadiah.
Hadiah diharapkan akan memberikan stimulus kepada siswa dalam
bertanya. Hadiah akan diberikan kepada individu atau kelompok yang aktif
dalam bertanya.
B. Tinjauan Pustaka
Sebagai acuan pustaka, peneliti mengemukakan beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran aktif tipe Card Sort sebagai solusi permasalahan. Hasil
penelitian tersebut dapat menjadi salah satu acuan dasar peneliti untuk
mengaplikasikan Card Sort pula karena metode ini dirasa dapat menjadi salah
satu solusi dalam permasalahan yang diambil pada penelitian kali ini. Di
bawah ini disajikan beberapa penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai
acuan atau dasar untuk melaksanakan penelitian, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Kartika
Widiastuti (2010) dengan judul “Peningkatan Keaktifan
Bertanya Siswa Melalui Penerapan Strategi Motivasi Dalam Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort di Kelas RSBI SMA N 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. 2010. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Peningkatan
keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran biologi dengan
penerapan strategi motivasi dalam pembelajaran aktif tipe
Card Sort pada siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Surakarta, b) Besarnya peningkatan keaktifan bertanya siswa dalam
pembelajaran biologi melalui penerapan strategi motivasi
diperoleh adalah penerapan strategi motivasi dalam
pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat meningkatkan
keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran biologi. Hal
ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya
peningkatan setiap indikator keaktifan bertanya dalam
pembelajaran biologi dari siklus I ke siklus II telah dapat
mencapai target yang ditentukan. Target untuk indikator
keaktifan bertanya adalah 50%. Pada siklus I, persentase
indikator keaktifan bertanya sebesar 34,89% dan siklus II
sebesar 56,21%. Besarnya peningkatan keaktifan bertanya
siswa berdasarkan indikator keaktifan bertanya adalah sebesar
21,32%.
2. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Isfi
Yusfiroh (2009) dengan judul “Penerapan metode Card Sort
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VA Pada Pembelajaran Mufrodat di MI Al-Hidayat Pakis-Malang”. Skripsi, Malang: Fakultas Tarbiyah. UIN Malang. 2009. Hasil
observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa
penggunaan metode Card Sort terbukti dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VA pada pembelajaran
mufrodat di MI Al-Hidayat Pakis-Malang. Hasil observasi
lapangan menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari
meningkat sebesar 36,84 %, dari suklus II ke siklus III
meningkat sebesar 28 % dan dari pre tes sampai siklus III
meningkat sebesar 100 %. Dan bentuk aplikasi dari metode
Card Sort yang optimal dalam meningkatkan motivasi belajar sisa adalah penggunaan media/alat/bahan
pembelajaran yang terbukti dapat meningkatkan motivasi.
Penelitian-penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa metode
Card Sort mampu memberikan hasil yang baik dalam pembelajaran. Atas dasar hal tersebut, penulis berniat untuk melakukan PTK tentang “Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort dapat Meningkatkan
Keaktifan Bertanya Siswa pada Pembelajaran Fisika Kelas X Madrasah
Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur”.
C. Kerangka Pikir
Berhasilnya suatu peningkatan proses dalam pembelajaran bergantung
dari faktor-faktor yang ada. Jika dalam proses pembelajaran salah satu faktor
tidak terpenuhi maka akan terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran.
Keaktifan bertanya siswa merupakan proses belajar yang menuntut
adanya interaksi antara siswa dengan guru. Dengan keaktifan bertanya, siswa
dapat mengetahui materi yang belum mereka pahami dan guru akan
mengetahui ketidakpahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dengan
keaktifan bertanya siswa. Dari masalah ini guru dapat menyusun strategi agar
Melalui strategi motivasi dalam pembelajaran aktif tipe Card Sort
siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan kelompoknya. Dan juga masalah
yang tidak dapat diselesaikan dapat ditanyakan kepada guru. Kemudian guru
menerangkan lagi materi yang dibahas agar tidak terjadi kekeliruan pada
konsep dan pemahaman siswa.
Pembelajaran Fisika melalui pengguanaan model pembelajaran aktif
tipe Card Sort dapat dilakukan. Karena, dalam pembelajaran Fisika keaktifan
dalam proses pembelajaran tidak hanya perpusat pada guru namun ada suatu
interaksi yang melibatkan guru dengan siswa. Sehingga kerangka pikir dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat
meningkatkan keaktifan bertanya siswa kelas XA Madrasah Wathoniyah
Islamiyah Karangduwur.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Dapat Meningkatkan
Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pembelajaran Fisika Kelas XA Madrasah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Wathoniyah
Islamiyah Karangduwur yang beralamat di jalan Penegar No 2 Kecamatan
Petanahan. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus
2012.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu bentuk
tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti
sendiri dan terlibat langsung di dalamnya dari awal sampai akhir. S. Arikunto
(2007: 2) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas menunjukkan pada
suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti. Carr & Kemmis dalam Suyadi (2011: 21), menyimpulkan Penelitian
Tindakan kelas adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang
terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan metode
refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek
pembelajaran.
C. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti bertugas sebagai guru mata pelajaran
dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pengumpulan data peneliti
dibantu oleh guru mata pelajaran yang mencatat kejadian-kejadian pada saat
proses belajar mengajar (PBM).
Secara keseluruhan siswa kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah
Islamiyah Karang Duwur berjumlah 100 siswa. Kelas yang akan diteliti
adalah siswa kelas XA yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 17 perempuan
dan 18 laki-laki.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu metode observasi, metode tes, dan metode
angket.
1. Metode Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik. Menurut S. Arikunto (2006: 156), observasi seringkali diartikan
dengan memperhatikan sesuatu sesuatu dengan mata atau disebut dengan
pengamatan. Kegiatan pemuat perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi
siswa yang ditunjukkan selama proses pembelajaran dengan cara
mencantumkan jumlah siswa yang teramati pada lembar observasi.
2. Metode Tes
Metode tes yang digunakan adalah tes tertulis. Menurut S. Arikunto
(2006: 150), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode
tes digunakan untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa pada setiap
akhir siklus. Tes akhir siklus yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan tes individu yang berberbentuk soal pilihan ganda terdiri dari
20 butir soal masing-masing dengan 5 pilihan jawaban.
3. Metode Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
reponden). Menurut Sugiyono (2009: 142), angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Angket banyak dipilih untuk mengumpulkan data, karena angket
mempunyai banyak kelebihan sebagai instrumen pengumpul data.
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
keaktifan bertanya siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan
menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort yang telah diikuti.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam pengumpulan data ini digunakan untuk
mengetahui dan mencatat data-data awal penelitian. Data awal dalam
penelitian kemandirian siswa ini meliputi daftar nama siswa, nilai siswa
jumlah siswa, dan data yang diperlukan dalam penelitian.
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan bertanya
siswa. Lembar observasi diisi oleh observator dan kisi-kisi dikembangkan
berdasarkan indikator-indikator dari keaktifan bertanya. Metode penilaian
yang digunakan pada observasi adalah persentase. Data yang diperoleh
dihitung kemudian disajikan dalam skala persentase, untuk mengetahui
keaktifan dalam bertanya siswa yang di capai dalam pembelajaran.
Kisi-kisi lembar observasi terdiri dari 6 aspek yang diukur dengan jumlah
seluruhnya 10 pernyataan. Kisi-kisi lembar observasi keaktifan bertanya
tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
No. Aspek yang
diukur Indikator
No Item Jumlah Item Keaktifan Jiwa Peserta Didik
1 Kesadaran. Selalu mempersiapkan diri untuk bertanya.
Ingin selalu bertanya materi yang akan di bahas.
1,7 -
2
2 Tanggung jawab.
Selalu bertanya materi yang belum paham.
3 Keberanian. Tidak takut untuk bertanya.
4 1
Keaktifan Jasmani Peserta Didik
4 Keterampilan Mengutarakan dengan gerak tubuh.
8, 2 2
5 Inovasi. Pengembangan pertanyaan. 9 1 6 Kreativitas. Dengan pertanyaan yang
diajukan dapat
menghidupkan interaksi yang ada di kelas.
10 1
Jumlah Pernyataan 10
2. Tes Akhir Siklus
Tes akhir siklus merupakan tes individu yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh keaktifan bertanya siswa terhadap hasil belajar
dengan menggunakan model Pembelajaran Card Sort. Soal tes berupa soal
pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban dan dengan jumlah 20 butir soal.
3. Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Angket digunakan untuk mengetahui keaktifan bertanya siswa
terhadap pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran
Card Sort. Data dari angket ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan terhadap simpulan yang akan diambil. Adapun kisi-kisi
angket keaktifan bertanya dan angket tanggapan siswa terhadap model
Tabel 3.2
Kisi-kisi Lembar Angket keaktifan bertanya Siswa
No. Aspek yang
diukur Indikator
No Item
Jumlah Item Keaktifan Jiwa Peserta Didik
1 Kesadaran. Selalu mempersiapkan diri untuk bertanya. Ingin selalu bertanya
materi yang akan di bahas. 1,7 2 3 2 Tanggung jawab.
Selalu bertanya materi
yang belum paham. 3, 6 2 3 Keberanian. Tidak takut untuk
bertanya.
4 1
Keaktifan Jasmani Peserta Didik
4 Keterampilan . Mengutarakan dengan gerak tubuh. 8 1 5 Inovasi. Pengembangan pertanyaan. 9 1
6 Kreativitas. Dengan pertanyaan yang diajukan dapat menghidupkan
interaksi yang ada di kelas.
10 1
Jumlah Pernyataan 10
Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Card Sort
Variabel yang Diukur
Indikator Sikap Pembelajaran Nomor item
Jumlah item
1. Ketertarikan a. Rasa tertarik terhadap
pembelajaran Card Sort 1 1
b. Rasa suka terhadap model
2. Keyakinan a. Perasaan yakin dengan pembelajaran Card Sort dapat mengatasi kesulitan dalam memahami Fisika
3 1
b. Perasaan yakin dengan pembelajaran Card Sort yang dapat membantu mengerjakan latihan soal
4 1
3. Motivasi bertanya
Lebih termotivasi bertanya dengan pembelajaran Card Sort
2, 5,6, 7,
8, 9 6
Jumlah 10
4. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data sebagai data awal penelitian, antara lain
yaitu mengetahui daftar nama dan jumlah siswa yang akan menjadi subyek
penelitian.
F. Analisis Data
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti bertujuan untuk
mengetahui penggunaan model pembelajaran Card Sort dapat meningkatkan
keaktifan bertanya siswa. Analisis datanya dilakukan dengan cara
membandingkan data yang diperoleh dari kejadian-kejadian sebelum dengan
kejadian-kejadian berikutnya. Data-data yang diperoleh dari lembar observasi,
lembar angket, dan tes akhir siklus dihitung dan disajikan dalam bentuk
persentase. Data dianalisis sejak penelitian dimulai dan dikembangkan
selama proses refleksi. Selanjutnya persentase dihitung menggunakan rumus
Teknik analisis data dilakukan dengan menghitung rerata dan
persentase pada skor peserta didik.
a. Persentase ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
% 100 N nT NP (Ngalim Purwanto, 2009: 102). Keterangan:
NP : nilai dalam persen
nT : jumlah peserta didik yang tuntas
N : jumlah seluruh peserta didik
b. Persentase keaktifan bertanya siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
% 100 ... ... % 100 maksimum skor total skor jumlah RP Keterangan:
RP = presentase keaktifan bertanya siswa.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yaitu
Gambar. Siklus Pnelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & Mc Taggrat (Suharsimi Arikunto, 2010: 137)
Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi ?
Gambar. 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut kemmis &
Mc taggrat (S. Arikunto, 2010: 137)
Prosedur PTK dalam penelitian ini dapat dilihat pada langkah-langkah
penelitian sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru
kelas X A.
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, dan
bahan yang digunakan dalam pembelajaran).
2. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan dua siklus. Tiap siklus yang direncanakan mempunyai
a. Siklus 1
1) Rencana Tindakan
a) Menyusun silabus
b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yaitu Besaran dan Pengukuran.
c) Menyusun ringkasan materi pokok bahasan Besaran
dan Pengukuran.
d) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi dan
angket.
e) Menyusun kartu soal, kartu jawaban, dan kartu isian
sebagai sarana model pembelajaran Card Sort untuk
setiap kali pertemuan.
f) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang
digunakan dalam setiap pembelajaran.
g) Menyusun soal tes akhir siklus I yang akan digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes berbentuk
pilihan ganda.
h) Melaksanakan tes/evaluasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Peneliti sebagai guru mengajar sesuai RPP yang
telah dibuat, namun pelaksanaannya fleksibel dan terbuka