• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

ii

KELAS X MADRASAH ALIYAH WATHONIYAH

ISLAMIYAH KARANGDUWUR

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Amin Subhan

NIM 082150006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

iii

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE

CARD SORT PADA KELAS X MADRASAH ALIYAH

WATHONIYAH ISLAMIYAH KARANGDUWUR

Oleh Amin Subhan NIM. 082150006

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Siska Desy Fatmaryanti, M. Si. Nur Hidayati, S.Pd. I., M. Pd.

NBM 1018225 NBM 1068759

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo

(3)

iv

CARD SORT PADA KELAS X MADRASAH ALIYAH

WATHONIYAH ISLAMIYAH KARANGDUWUR

Oleh Amin Subhan NIM. 082150006

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo: Pada Hari : Kamis

Tanggal : 7 Maret 2013

PANITIA PENGUJI

Tanda tangan

Drs. R. Wakhid Akhdinirwanto, M. Si.

NIP 196504171991031003

Penguji Utama ………

Siska Desy Fatmaryanti, M. Si.

NBM 1018225

Pembimbing I/Penguji I ………

Nur Hidayati, S. Pd. I., M. Pd.

NBM 1068759

Pembimbing II/Penguji II ………

Mengetahui,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo

Drs. H. Hartono, M. M.

(4)

vi Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amin Subhan

NIM : 082150006

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas : Universitas Muhammadiyah Purworejo

menyatakan bahwa skripsi ini karya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya

tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau digunakan

orang lain sebagai prasyarat studi di perguruan tinggi lain, kecuali pada

bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai bahan acuan. Apabila ternyata pernyataan

ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Purworejo, Januari 2013 Penulis

(5)

v

“Engkau tidak akan menjadi seorang yang alim sampai kamu menjadi seorang yang belajar. Dan engkau tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai engkau mengamalkannya”. (Abud darda Radiyallahu „anhu)

“Dan keutamaan orang yang alim diantara seorang yang ahli

ibadah, bagai rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dirham dan dinar, (tetapi) mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mampu mengambilnya. Berarti dia telah mengambil keberuntungan yang banyak”. (Hadist Rasul Sallahu „alihi Wasallam)

“Ya Allah, jadikanlah apa yang Engkau Ajarkan kepadaku bermanfaat, dan ajarilah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, serta tambahkanlah ilmu kepadaku, dan segala puji bagi Allah atas segala keadaan.” (Doaku)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa

memberikan dorongan baik moril maupun materiil, semangat, serta do’a yang tiada henti; 2. Kakak-kakakku yang selalu meyakinkanku

disetiap apa yang telah aku pilih;

3. My soul yang sehati memberikan kekuatan saat aku lelah untuk berjuang.

4. Teman-teman kos dan teman-teman mahasiswa Fisika angkatan 2008 yang selalu ada di hati yang warnai perjuangan ini dengan canda, tawa,

bahagia;

(6)

vii

Alhamdulilah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Keaktifan

Bertanya Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card

Sort Pada Kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan Fisika pada Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih dengan tulus ikhlas kepada:

1. Drs. H. Hartono, M. M., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ijin

penelitian;

2. Eko Setyadi Kurniawan, M. Pd., Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

yang telah memberikan persetujuan penelitian;

3. Siska Desy Fatmaryanti, M. Si., pembimbing I yang telah membimbing

demi terselesaikannya skripsi ini;

4. Nur Hidayati, S. Pd. I., M. Pd., pembimbing II yang telah memberikan

(7)

viii

6. Nur Khotimah, S.Pd. Si., guru mata pelajaran Fisika yang telah banyak

memberikan saran dan masukan sekaligus bersedia menjadi validator;

7. Eko Febri Arianto, S. Pd, validator tambahan yang membantu

berlangsungnya penelitian;

8. Barkah Wulandari yang membantu proses penelitian dari awal sampai

akhir ;dan

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkannya.

Purworejo, Januari 2013

Penulis

(8)

ix

Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort pada Kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah

Islamiyah Karangduwur. Skripsi. Pendidikan Fisika. FKIP, Universitas

Muhammadiyah Purworejo. 2013

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatkan keaktifan bertanya siswa pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran aktif tipe Card Sort pada siswa kelas XA Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur. Model pembelajaran aktif tipe Card Sort ini diterapkan pada materi Besaran dan Satuan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur pada siswa Kelas XA Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, angket, tes,dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa dengan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebesar minimal 60% siswa dapat aktif bertanya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata persentase keaktifan bertanya siswa pada setiap siklus. Sebelum digunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort persentase keaktifan bertanya siswa 8,86%. Setelah memanfaatkan model pembelajaran aktif tipe Card Sort pada siklus I meningkat menjadi 51,71% dan pada siklus II meningkat menjadi 70,71%. Sehingga model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keaktifan bertanya siswa. Sebaiknya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort didukung dengan strategi motivasi, karena siswa akan lebih termotivasi untuk aktif bertanya.

(9)

x

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 5

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Keaktifan Belajar ... 9

2. Keaktifan Bertanya ... 12

3. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 20

4. Pengertian Card Sort ... 20

5. Card Sort Sebagai Metode Pembelajaran Aktif ... 21

6. Model Pembelajaran Aktif tipe Card Sort ... 22

7. Strategi Motivasi ... 25

B. Tinjauan Pustaka ... 29

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Rumusan Hipotesis ... 32

Bab III METODE PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 33

C. Subyek Penelitian ... 34

D. Pengumpulan Data ... 34

1. Metode Observasi ... 34

(10)

xi

3. Angket Keaktifan Bertanya ... 37

4. Dokumentasi ... 39 F. Analisis Data ... 39 G. Prosedur Penelitian ... 40 1. Persiapan ... 41 2. Langkah-langkah Penelitian ... 41 a. Siklus I ... 42 1) Rencana tindakan ... 42 2) Pelaksanaan Tindakan ... 42 3) Observasi ... 46 4) Refleksi ... 46 b. Siklus II ... 47 1) Rencana Tindakan ... 47 2) Pelaksanaan Tindakan ... 48 3) Observasi ... 51 4) Refleksi ... 51 H. Indikator Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Data ... 53

B. Analisis Data ... 64

1. Hasil dan Analisis Data Penelitian Siklus I ... 64

a. Tahap perencanaan ... 64

b. Tahap tindakan ... 65

c. Tahap Pengamatan ... 70

d. Tahap Refleksi ... 71

2. Hasil dan Analisis Data Penelitian Siklus II ... 72

a. Tahap Perencanaan ... 72

b. Tahap Tindakan ... 74

c. Tahap Pengamatan ... 79

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

BAB V PENUTUP ... 92

A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(11)

xii

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Bertanya Siswa ... 37

Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Angket keaktifan bertanya Siswa ... 38

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Card Sort ... 39

Tabel 4.1. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pra Siklus ... 54

Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Pra Siklus ... 55

Tabel 4.3. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus I ... 56

Tabel 4.4. Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus I ... 57

Tabel 4.5. Hasil Angket Ketertarikan Siswa terhadap Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Siklus I ... 58

Tabel 4.6. Hasil Evaluasi Siklus I ... 59

Tabel 4.7. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus II ... 60

Tabel 4.8. Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa pada Siklus II ... 61

Tabel 4.9. Hasil Angket Ketertarikan Siswa terhadap Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Siklus II ... 62

Tabel 4.10. Hasil Evaluasi Siklus II ... 63

Tabel 4.11. Hasil Observasi keaktifan bertanya siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 81

(12)

xiii

Mc Taggrat ... 41

Gambar 4.1 Diagram Persentase Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 82

Gambar 4.2 Diagram Persentase Peningkatan Ketertarikan Siswa Terhadap Pada Siklus I, Siklus II ... 83

(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 95

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 131

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ... 141

Lampiran 4. Dokumentasi ... 170

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai suatu pendidikan formal bertugas untuk

menghasilkan peserta didik yang berkualitas agar dapat berperan aktif dalam

masyarakat. Peserta didik yang utuh dan berkualitas adalah peserta didik yang

seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap, keterampilan, dan

mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar mengajar di

sekolah. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran

memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator yaitu

membantu siswa sehingga mengantarkan siswa ke dalam proses pembelajaran

yang bermakna. Banyak sekali masalah atau ketakutan yang dihadapi siswa

dalam mata pelajaran Fisika, seperti menghafal rumus, menghitung, praktek

dan sebagainya yang seharusnya hal itu tidak menjadi momok bagi mereka,

maka disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk menerapkan strategi yang

mampu membangun semangat mereka dalam belajar. Selain itu guru juga

harus selalu memberikan motivasi kepada siswanya agar mereka menjadi

lebih semangat dalam menuntut ilmu.

Seiring dengan dinamika pendidikan global, saat ini sekolah

menengah mulai menerapkan sistem pembelajaran Student Center Learning

atau pembelajaran yang berpusat pada siswa sedangkan guru berperan

sebagai fasilitator. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka

(15)

siswa akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Siswa akan

lebih leluasa untuk menunjukkan kemampuan mereka. Hal ini memberikan

pengaruh positif dalam proses pembelajaran di kelas karena adanya interaksi

antara siswa dengan guru.

Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi antara dua

unsur manusiawi, yakni siswa dan guru. Dalam interaksi tersebut, siswa lebih

sebagai subjek pokok bukan objek belajar yang selalu dibatasi dan diatur oleh

guru. Sebagai subyek dalam pembelajaran, siswa diharuskan aktif agar dapat

belajar sesuai dengan bakat dan segala potensi yang dimiliki siswa. Keaktifan

siswa dapat diwujudkan baik keaktifan secara fisik maupun keaktifan mental.

Interaksi yang baik antara guru dan siswa sangat diperlukan agar proses

pembelajaran bermakna dapat berlangsung efektif. Interaksi belajar mengajar

dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa menggunakan teknik tanya

jawab atau dialog yang interaktif dalam proses pembelajaran. Adanya

interaksi multi arah dengan secara langsung akan membuat pembelajaran

lebih bermakna.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ibu Nur Khotimah S. Pd. Si

selaku guru Fisika kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah

Karangduwur menyatakan bahwa jumlah siswa kelas X tahun pelajaran

2012/2013 berjumlah 100 siswa terbagi menjadi 3 kelas, pada proses

pembelajaran mata pelajaran Fisika di kelas X menunjukkan bahwa dalam

proses pembelajaran masih bersifat Teacher Center Learning, belum

(16)

mendengar dan menulis apa yang disampaikan oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Hasil observasi di kelas XA Madrasah Aliyah

Wathoniyah Islamiyah menunjukkan bahwa keaktifan siswa terlihat masih

kurang dalam proses pembelajaran dibanding dengan kelas yang lainnya,

terutama keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang

belum dipahami oleh siswa. Hanya sekitar 1-2 anak yang berani bertanya

tentang materi yang belum dipahami. Selebihnya siswa masih pasif bertanya.

Melalui hasil observasi tersebut, dapat diartikan sebagian besar siswa pasif

selama pembelajaran. Hasil observasi diperkuat dengan keterangan dari guru

yang menyatakan selama pembelajaran keaktifan siswa dalam bertanya

sangat kurang dengan persentase keaktifan siswa sebesar 8,86%, Menurut

penuturan siswa, terdapat keengganan siswa untuk bertanya kepada guru

karena malu, takut, tidak tahu, dan bila ada hal-hal yang kurang jelas lebih

memilih bertanya kepada teman yang lebih pandai. Salah satu faktor dari

dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses

belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi

merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar (Hamzah U., 2007:75). Seorang siswa yang mempunyai intelegensi

yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam

belajarnya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar

mengajar. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar

(17)

melakukan Keaktifan belajar dengan senang karena didorong motivasi.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kegiatan pembelajaran

diperlukan suatu strategi yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk

belajar.

Strategi motivasi yang dimaksud adalah suatu cara yang ditempuh

untuk menumbuhkan suatu tingkah laku tertentu agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, tingkah laku yang

akan ditumbuhkan adalah keaktifan bertanya siswa, dalam hal ini pemberian

motivasi bertujuan untuk merangsang keaktifan bertanya siswa. Selanjutnya

melalui penerapan strategi motivasi tersebut diharapkan mampu

meningkatkan keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran. Salah satu cara

untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan penggunaan metode

pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

merupakan salah satu pendekatan yang berusaha untuk memperkuat dan

memperlancar stimulus serta respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga

proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi siswa. Proses pembelajaran yang belangsung di dalam

kelas akan lebih bermakna apabila dalam proses pembelajaran tersebut siswa

aktif dan bisa terlibat secara langsung. Salah satu model pembelajaran yang

dapat melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh, terutama dalam hal

keaktifan bertanya siswa dalam proses belajar mengajar adalah model

pembelajaran aktif (active learning) tipe Card Sort (M. L. Silberman, 2009:

(18)

meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui pemberian tugas terkait dengan

konsep, karakteristik klasifikasi, fakta, atau menilai informasi yang dilakukan

dalam kelompok kecil siswa melalui cara yang menyenangkan. Model

pembelajaran aktif tipe Card Sort menggunakan fasilitas kartu, dalam kartu

tersebut berisi suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh

masing-masing siswa. Gerakan fisik yang ada di dalamnya dapat membantu

menghilangkan kejenuhan siswa selama pembelajaran. Melalui penerapan

strategi motivasi dalam model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat

merangsang keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan

tersebut adalah keterlibatan secara fisik maupun mental yang keduanya saling

berkaitan satu sama lain. Dalam penerapan model pembelajaran aktif tipe

Card Sort ini siswa dituntut lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya berperan sebagai penerima informasi pasif, siswa ditantang untuk

aktif berkomunikasi terutama keaktifan dalam bertanya, menemukan

informasi yang relevan dalam kehidupan nyata dan merancang pemecahan

untuk permasalahan yang dihadapi.

Kesimpulannya dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe

Card Sort mengubah pola belajar siswa yang pasif menjadi aktif dengan kegiatan siswa dalam mengelompokkan kartu. Secara tidak sadar siswa akan

aktif dalam bertanya dikarenakan siswa lebih tertarik untuk bertanya kepada

temannya atau guru. Hal ini disebabkan siswa ingin mengetahui informasi

(19)

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diteliti tentang:

“Peningkatan Keaktifan Bertanya Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Pada Kelas XA Madrasah Aliyah

Wathoniyah Islamiyah Karangduwur”

B. Identifikasi Masalah

Menurut latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan

sebagai berikut:

1. Guru mengajar Fisika lebih sering menggunakan metode ceramah.

2. Kurang adanya interaksi di kelas antara guru dengan murid.

3. Kurangnya ketertarikan siswa terhadap materi yang di sampaikan guru

karena dalam proses pembelajaran di kelas membosankan.

4. Keaktifan bertanya siswa pada pembelajaran Fisika di kelas sangat

rendah.

5. Terdapat keengganan siswa untuk bertanya karena kurang adanya

motivasi.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibatasi pada penelitian ini adalah :

1. Peningkatan aktifitas bertanya siswa pada pembelajaran Fisika dengan

menggunakan pembelajaran aktif tipe Card Sort di kelas XA

(20)

2. Penelitian yang dilakukan pada pembelajaran Fisika bab Besaran dan

Pengukuran.

3. Penelitian dilakukan di kelas XA Madrasah Aliyah Wathoniyah

Islamiyah Karangduwur.

4. Penelitian dilakukan tahun pelajaran 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dicari penyelesaiannya pada penelitian ini dapat

dirumuskan “Bagaimana peningkatan keaktifan bertanya siswa menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort di kelas XA Madrasah Aliyah

Wathoniyah Islamiyah Karangduwur?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatkan keaktifan

bertanya siswa pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran aktif

tipe Card Sort pada siswa kelas XA Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah

Karangduwur.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa :

a. Memberikan masukan kepada siswa agar berperan aktif dalam

(21)

materi yang belum dipahami agar mendapat hasil belajar yang optimal

dan dapat meningkatkan prestasi belajar.

b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih

aktif dalam belajar.

2. Bagi guru :

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih alternatif

pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam

proses belajar mengajar dalam hal keaktifan bertanya siswa terhadap

materi yang belum dipahami.

b. Memberikan informasi kepada guru untuk lebih menekankan

pembelajaran pada keaktifan siswa.

c. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi

pembelajaran yang dapat digunakan.

3. Bagi sekolah :

a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses

pembelajaran.

b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan

proses pembelajaran pada tahap berikutnya.

4. Bagi peneliti :

a. Memberikan pengalaman dalam mencari solusi yang tepat guna

memperbaiki kinerja kerja guru.

(22)

BAB II

KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

,

DAN

RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah seluruh keaktifan siswa dalam proses

belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik

berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa

ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,

mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari

mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam

bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan

dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,

mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan

melaksanakan eksperimen (M. L. Silberman, 2009: 14).

“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada keaktifan. Itulah mengapa keaktifan merupakan prinsip yang

sangat penting dalam interaksi belajar mengajar” (Ahmad R. HM., 2004: 6).

Dalam keaktifan belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi

pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern.

Menurut pandangan ilmu jiwa lama, keaktifan didominasi oleh guru

(23)

sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, keaktifan didominasi

oleh siswa.

“Kegiatan belajar atau keaktifan belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat

kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami

situasi, dan pola respons peserta didik ”(Oemar H., 2007: 170).

keaktifan belajar yang optimal tidak hanya dilihat dari keaktifan

guru namun keaktifan siswa harus ditingkatkan, keaktifan belajar

masing-masing siswa berbeda-beda oleh karena itu guru harus menerapkan metode

yang tepat yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Banyak macam-macam kegiatan (keaktifan belajar) yang dapat

dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat.

Paul B. D. dalam Ahmad R. HM. (2004: 9), telah mengadakan penelitian

dan menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang

meliputi keaktifan jasmani dan keaktifan jiwa, 8 diantaranya adalah:

a. Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar,

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu,

diskusi, interupsi dan sebagainya.

c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan,

(24)

d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes,

angket, menyalin, dan sebagainya.

e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta

diagram, pola, dan sebagainya.

f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara

binatang, dan sebagainya.

g. Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan

sebagainya.

h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan,

gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

“Tentu saja kegiatan itu tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan

tertentu. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam

kegiatan” (Oemar H., 2007: 176).

Dengan demikian, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai

macam keaktifan, baik fisik maupun psikis. keaktifan fisik ialah peserta

didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun

bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya

pasif. Peserta didik yang memiliki keaktifan psikis (kejiwaan) adalah jika

daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam

(25)

sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya

merupakan satu kesatuan (Ahmad R. HM., 2004: 6).

Sehingga dengan alasan yang telah dijelaskan di atas bahwa

penelitian ini akan mengkaji salah satu dari macam-macam keaktifan,

yaitu keaktifan bertanya yang merupakan bagian dari Oral activities.

keaktifan bertanya akan menumbuhkan keberanian, tanggung jawab,

percaya diri, keterampilan, inovasi, kreativitas, rasa sosial, kesadaran, rasa

hormat, dan keingintahuan siswa. Oleh karena itu agar keaktifan bertanya

dapat berjalan secara optimal dibutuhkan metode yang tepat, dengan

adanya metode Card Sort diharapkan dapat memaksimalkan keaktifan

siswa terutama keaktifan siswa dalam bertanya.

2. Keaktifan Bertanya

Kegiatan pembelajaran di dalam mengajukan pertanyaan adalah

keaktifan yang biasa dilakukan oleh guru. Bahkan, mungkin tidak ada

pembelajaran yang tidak melibatkan keaktifan bertanya. Dalam kondisi

demikian, keaktifan bertanya lebih didominasi oleh guru. Sedangkan anak

relatif jarang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

bertanya. Padahal bertanya adalah keaktifan mental yang sangat penting

(26)

Daniel M. dan David R. (2008: 69), berpendapat bahwa jenis

pertanyaan dapat dilihat dari beberapa bentuk atau isi dari sebuah

pertanyaan. Seperti;

a. Tingkat kognitif pertanyaan.

Tingkat kognitif pertanyaan mengacu pada tingkat

kesulitan pertanyaan, khususnya apakah pertanyaan itu

membutuhkan ketrampilan berfikir canggih (tingkat “tinggi”) atau membutuhkan penerapan aturan atau retensi fakta-fakta

yang lebih bersifat mendasar (tingkat “rendah). Pertanyaan tingkat-rendah seharusnya relatif lebih mudah dijawab, dan

kebanyakan kasus memunculkan jawaban yang benar.

Pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi membutuhkan lebih

banyak pemikiran sehingga lebih sulit dijawab.

b. Pertanyaan terbuka dan tertutup.

Perbedaan lain yang terkait dengan pertanyaan adalah

antara pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan tertutup

hanya memiliki satu jawaban yang jelas. Sementara pertanyaan

terbuka memiliki jawaban yang terbuka.

c. Pertanyaan-pertanyaan proses dan produk.

Perbedaan lainnya adalah antara pertanyaan proses dan

produk (hasil). Pertanyaan produk dirancang untuk mendapatkan

(27)

digunakan untuk memunculkan prosedur, proses, dan aturan

yang digunakan untuk menjawab.

Belajar yang berhasil adalah melalui berbagai macam keaktifan,

baik keaktifan fisik maupun psikis. Aktifitas fisik ialah peserta didik

giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja,

tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta

didik yang memiliki keaktifan psikis (kejiwaan) adalah jika jiwanya

bekerja sebanyak banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan bertanya adalah seluruh

peran dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif

untuk bertanya sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif dengan

mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan,

mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lain.

J. Piaget dalam Ahmad R. HM. (2004: 7) Mengatakan bahwa dua

keaktifan (psikis dan fisik) memang harus dipandang sebagai hubungan

yang erat. Seseorang anak berfikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat

anak tak berfikir. Agar ia berfikir aktif ia harus diberi kesempatan untuk

berbuat sendiri.

Guru hanya merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan

bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta

didik itu sendiri sesuai kemampuan, bakat, dan latar belakang

masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif.

(28)

a. Untuk membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik, guru

perlu:

1) Untuk mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi

peserta didik.

2) Memberi tugas-tugas untuk memecahkan

masalah-masalah, menganalisis, mengambil keputusan dan

sebagainya.

3) Menyelenggarakan berbagai percobaan dengan

menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat, dan

sebagainya.

b. Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu:

1). Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan

keterampilan di bengkel, laboratorium, dan sebagainya.

2). Menadakan pameran, karya wisata, dan sebagainya.

Menurut Bermawy M. (2009: 69) mengatakan bahwa

pembelajaran aktif sebagai efek langsung atau tidak langsung dari proses

pembelajaran siswa memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:

a. Pembelajaran aktif mendorong siswa terbiasa hidup

kolaboratif yang sama-sama bertujuan mencapai keberhasilan

pembelajaran.

b. Pembelajaran aktif membantu siswa menemukan perspektif

berbeda karena perbedaan pengalaman hidup, kecenderungan

(29)

c. Pembelajaran aktif mendorong kesadaran siswa untuk

bersikap toleran terhadap perbedaan, ambiguitas, dan

kompleksitas. Keempat, pembelajaran aktif membantu siswa

mengenal menemukan akar asumsi-asumsi mereka.

d. Pembelajaran aktif mendorong siswa terbiasa mendengar

yang santun, asertif, dan attensive (penuh perhatian).

e. Pembelajaran aktif mengembangkan sikap menghargai

tumbuhnya perbedaan pandangan dan sikap, khususnya di

kalangan siswa.

f. Pembelajaran aktif membantu siswa selalu terkesan dengan

topik pelajaran.

g. pembelajaran aktif mendorong siswa untuk memiliki sikap

hormat terhadap ucapan dan pengalaman mereka.

h. Pembelajaran aktif membantu siswa belajar menghargai

proses dan kebiasaan berfikir demokratis.

i. Pembelajaran aktif membuktikan kepada siswa bahwa

mereka juga sebagai ko-pencipta ilmu pengetahuan di

samping guru.

j. Pembelajaran aktif dapat mendorong siswa mengembangkan

kebiasaan mengkomunikasikan pikiran adan ide secara jelas.

k. Pembelajaran aktif menumbuhkan wawasan luas dan

(30)

l. Pembelajaran aktif membantu siswa mengembangkan pola

berfikir pada level sintesis (ranah kognitif: merangkum

berbagai unsur menjadi satu kesatuanyang utuh).

m. Pembelajaran aktif menggiring siswa kearah terjadinya

transformasi intelektual yang natural.

Bagian-bagian dari keaktifan bertanya siswa, diantaranya adalah:

a. Keaktifan jiwa dalam bertanya.

Keaktifan jiwa dalam bertanya adalah jika jiwanya

bekerja sebanyak banyaknya atau banyak berfungsi dalam

bertanya. Keaktifan jiwa dalam bertanya disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah;

1) Kesadaran.

Kesadaran dalam bertanya siswa, hal tersebut

dapat cermati dengan keinginan mereka untuk bertanya

tentang materi yang belum mereka pahami atau mereka

mempersiapkan pertanyaan dari rumah karena siswa

yang rajin cenderung belajar sendiri sebelum diajar oleh

guru.

2) Tanggung Jawab.

Siswa dikatakan bertanggung jawab untuk

bertanya didasari oleh motivasi dalam diri atau keinginan

(31)

tidak paham mereka dan langsung menanyakannya

kepada guru.

3) Keberanian .

Keberanian merupakan faktor yang paling

mempengaruhi siswa dalam bertanya, ini dapat dicermati

dalam kelas siswa yang pandai saja belum tentu berani

bertanya, oleh karena itu agar siswa mau bertanya

syaratnya adalah tidak takut untuk bertanya.

b. Keaktifan jasmani dalam bertanya.

Keaktifan jasmani dalam bertanya adalah peserta

didik giat dan aktif dalam bertanya dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, tidak hanya

duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif.

Keaktifan jasmani dalam bertanya disebabkan oleh beberapa

aspek, diantaranya adalah;

1) Keterampilan.

Keterampilan dalam bertanya dapat dicermati

ketika siswa dalam mengutarakan pertanyaan cenderung

tidak bersikap pasif dilihat dari gerak tubuhnya dengan

gaya suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuh siswa. Hal

tersebut akan menumbuhkan kehangatan dan

(32)

yang bertanya, sehingga pembelajaran yang ada di kelas

lebih menarik.

2) Kreativitas.

Kreativitas dalam bertanya dapat dicermati dengan

isi dari pertanyaan siswa yang lebih mengembangkan

jawaban guru dari pertanyaan yang diajukan, seperti

pertanyaan yang diawali dengan kata “mengapa?” kata tersebut menjadikan jawaban yang disampaikan oleh

guru lebih luas dan lebih detail karena jenis pertanyaan

yang disampaikan lebih terbuka.

3) Inovasi.

Inovasi akan tumbuh jika diawali dengan tindakan

yang kreatif. Dengan adanya inovasi dalam bertanya

akan membuat siswa yang lain tertarik untuk bertanya.

Karena dengan adanya siswa yang terampil dalam

bertanya menumbuhkan ketertarikan siswa yang lain

untuk bertanya dengan pengembangan pertanyaan dari

siswa yang bertanya sebelumya.

Sehingga dalam penelitian ini keaktifan bertanya dalam jiwa

peserta didik aspek yang diukur adalah kesadaran, tanggung jawab, dan

keberanian dalam bertanya. Sedangkan keaktifan bertanya dalam fisik

peserta didik aspek yang diukur adalah keterampilan, inovasi, dan

(33)

3. Macam-macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan instrumen penting dalam proses

pembelajaran sekaligus juga menjadi variabel penting dalam proses

pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Secara umum

metode pembelajaran bisa dipakai untuk semua mata pelajaran termasuk

juga mata pelajaran Fisika. Beberapa metode pengajaran di antaranya

metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode

demonstrasi, metode karya wisata dan metode Card Sort dan lain-lain

(Bermawy M., 2009: 2).

Penggunaan metode yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan

bertanya siswa adalah dengan menerapkan metode Card Sort dalam

pembelajaran. Metode Card Sort diharapkan akan memberikan

pengalaman baru kepada siswa, karena sebelumnya pembelajaran yang ada

di kelas biasa menggunakan metode kovensional.

4. Pengertian Card Sort

Metode Card Sort merupakan pembelajaran berupa

potongan-potongan kertas yang dibentuk seperti kartu yang berisi informasi atau

materi pembelajaran. Pembelajaran aktif model Card Sort merupakan

pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, dimana dalam

pembelajaran ini setiap siswa diberi kartu indeks yang berisi informasi

tentang materi yang akan dibahas, kemudian siswa mengelompok sesuai

dengan kartu indeks yang dimilikinya. Setelah itu siswa mendiskusikan

(34)

kelompoknya. Disini pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator

dan menjelaskan materi yang perlu dibahas atau materi yang belum

dimengerti siswa setelah presentasi selesai. Card Sort (Menyortir Kartu)

merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan

konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek atau mereview ilmu

yang telah di berikan sebelumnya atau mengulang informasi. Gerakan fisik

yang dominan dalam membantu mendinamisir kelas yang kelelahan

(Hisyam Z., 2004: 50).

5. Card Sort Sebagai Model Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah sesuatu pembelajaran yang mengajak

siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti

berarti mereka mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini

mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok

dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru

mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua

proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.

Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih

menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

M. L. Silberman (2009: 13), mengungkapkan tentang paham

belajar aktif:

Yang saya “dengar”, saya lupa.

Yang saya dengar dan “lihat”, saya sedikit ingat.

(35)

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan “terapkan”, saya dapat pengetahuan dan keterampilan.

Yang saya “ajarkan” kepada orang lain, saya kuasai.

Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200

kata per menit. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi, mereka akan dapat

mendengar dengan penuh perhatian terhadap 50 hingga 100 kata per

menit, atau setengah dari apa yang dikatakan guru. Penelitian

menunjukkan bahwa siswa mampu mendengar (tanpa memikirkan) dengan

kecepatan 400 sampai 500 kata per menit. Dengan demikian, belajar tidak

cukup hanya dengan mendengar atau melihat sesuatu.

Card Sort merupakan keaktifan kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda,

atau menilai informasi. Gerak fisik yang ada di dalamnya dapat membantu

menggairahkan siswa yang merasa penat ( M. L. Silberman,2009: 169).

Salah satu cara terbaik untuk mengikat belajar aktif adalah dengan

memberikan tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil siswa.

Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu berlangsung efektif.

Boleh jadi terdapat partisipasi yang seimbang, komunikasi yang buruk,

dan kebingungan, bukannya belajar yang sesungguhnya. metode Card Sort

dirancang untuk memaksimalkan manfaat dari belajar bersama dan

meminimalkan kesenjangan.

6. Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort

Metode Card Sort bisa disebut sortir kartu yaitu pemilihan

(36)

untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang

obyek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam

pembelajaran dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh dan

bosan dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dengan

kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman

pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu

menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar

di kelas.

Hisyam Z. (2008: 50), menyebutkan Card Sort digunakan

pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan

konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam

pembelajaran. Langkah-langkah penerapannya:

a. Bagikan kertas yang bertulisan informasi atau kategori

tertentu secara acak.

b. Tempelkan kategori utama di papan atau kertas di dinding

kelas.

c. Mintalah peserta didik untuk mencari temannya yang paling

memiliki ketas atau kartu yang berisi tulisan yang sama untuk

membentuk kelompok dan mendiskusikannya.

(37)

Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam prosedur penggunaan

metode Card Sort antara lain :

a. Kartu tersebut jangan diberi nomor urut.

b. Kartu tersebut jangan diberi ukuran yang sama.

c. Jangan member i“tanda kode” apapun dalam kartu tersebut.

d. Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan

dibuat dalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan jumlah

siswa,

e. Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah

diajarkan dan telah dipelajari oleh siswa. Metode ini

dapat mengaktifkan siswa yang kelelahan. Metode dapat

digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam mempelajari

materi yang bersifat konsep, karakteristik

klasifikasi,fakta,dan mereview materi.

Dengan metode Cart Sort diharapkan dunia pendidikan akan

semakin maju ke depanya. Sebab metode Card Sort akan

mengaktifkan peserta didik untuk belajar dengan model pembelajaran

aktif yang diharapkan mampu menggugah semangat dan antusias

siswa dalam bertanya melalui kerja kelompok memilah kartu,

menemukan pasangan, berdiskusi mengemukakan pendapat dan

membuat pertanyaan untuk kelompok lain. Guru harus bisa berusaha

membuat suasana kelas menyenangkan dengan menunjukkan ekpresi

(38)

yang dilakukan siswa. Selain itu, guru juga dianjurkan selalu berusaha

menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berani menguangkapkan apa yang

ada dalam pikirannya.

7. Strategi Motivasi atau Cara Menggerakkan Motivasi dalam Bertanya

Hamzah B. U. (2007: 33), mengatakan bahwa kegiatan belajar

mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun eksterinsik sangat

diperlukan. Motivasi dapat mengembangkan keaktifan dan inisiatif, dapat

mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan

belajar.

Perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi

adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang

tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus

hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar

para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi

justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.

Menurut Gavin R. (2009: 24), berpendapat ada beberapa bentuk

dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,

yaitu:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk

(39)

siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai raport dengan angka

yang baik.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan

motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak

siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik

kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang

berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang

menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus

diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum

merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang

bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh

oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka

dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap

pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak

sekadar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi karena

hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin akan menarik bagi

seseorang yang senang untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan/kompetisi.

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat

(40)

persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai

salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

e. Memberi ulangan.

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui

akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga

merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil.

Mengetahui adanya suatu hasil pekerjaan, apalagi kalau

terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka

ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu

harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian.

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil

menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian

ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

(41)

h. Hasrat untuk belajar.

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi

kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian

hukuman.

i. Minat.

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga

minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi

yang pokok.

j. Kompetensi kelompok.

Dimana setiap anggota dapat memberikan sumbangan

dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi

yang sangat kuat.

Kesimpulannya bahwa selain dengan menggunakan metode Card

Sort untuk mengaktifkan bertanya siswa maka perlu adanya strategi agar

siswa lebih termotivasi. Peneliti menggunakan strategi untuk

menumbuhkan keaktifan bertanya siswa dengan memberikan hadiah.

Hadiah diharapkan akan memberikan stimulus kepada siswa dalam

bertanya. Hadiah akan diberikan kepada individu atau kelompok yang aktif

dalam bertanya.

(42)

B. Tinjauan Pustaka

Sebagai acuan pustaka, peneliti mengemukakan beberapa penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran aktif tipe Card Sort sebagai solusi permasalahan. Hasil

penelitian tersebut dapat menjadi salah satu acuan dasar peneliti untuk

mengaplikasikan Card Sort pula karena metode ini dirasa dapat menjadi salah

satu solusi dalam permasalahan yang diambil pada penelitian kali ini. Di

bawah ini disajikan beberapa penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai

acuan atau dasar untuk melaksanakan penelitian, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Kartika

Widiastuti (2010) dengan judul “Peningkatan Keaktifan

Bertanya Siswa Melalui Penerapan Strategi Motivasi Dalam Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort di Kelas RSBI SMA N 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. 2010. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Peningkatan

keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran biologi dengan

penerapan strategi motivasi dalam pembelajaran aktif tipe

Card Sort pada siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Surakarta, b) Besarnya peningkatan keaktifan bertanya siswa dalam

pembelajaran biologi melalui penerapan strategi motivasi

(43)

diperoleh adalah penerapan strategi motivasi dalam

pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat meningkatkan

keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran biologi. Hal

ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya

peningkatan setiap indikator keaktifan bertanya dalam

pembelajaran biologi dari siklus I ke siklus II telah dapat

mencapai target yang ditentukan. Target untuk indikator

keaktifan bertanya adalah 50%. Pada siklus I, persentase

indikator keaktifan bertanya sebesar 34,89% dan siklus II

sebesar 56,21%. Besarnya peningkatan keaktifan bertanya

siswa berdasarkan indikator keaktifan bertanya adalah sebesar

21,32%.

2. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Isfi

Yusfiroh (2009) dengan judul “Penerapan metode Card Sort

dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VA Pada Pembelajaran Mufrodat di MI Al-Hidayat Pakis-Malang”. Skripsi, Malang: Fakultas Tarbiyah. UIN Malang. 2009. Hasil

observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa

penggunaan metode Card Sort terbukti dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas VA pada pembelajaran

mufrodat di MI Al-Hidayat Pakis-Malang. Hasil observasi

lapangan menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari

(44)

meningkat sebesar 36,84 %, dari suklus II ke siklus III

meningkat sebesar 28 % dan dari pre tes sampai siklus III

meningkat sebesar 100 %. Dan bentuk aplikasi dari metode

Card Sort yang optimal dalam meningkatkan motivasi belajar sisa adalah penggunaan media/alat/bahan

pembelajaran yang terbukti dapat meningkatkan motivasi.

Penelitian-penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa metode

Card Sort mampu memberikan hasil yang baik dalam pembelajaran. Atas dasar hal tersebut, penulis berniat untuk melakukan PTK tentang “Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort dapat Meningkatkan

Keaktifan Bertanya Siswa pada Pembelajaran Fisika Kelas X Madrasah

Aliyah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur”.

C. Kerangka Pikir

Berhasilnya suatu peningkatan proses dalam pembelajaran bergantung

dari faktor-faktor yang ada. Jika dalam proses pembelajaran salah satu faktor

tidak terpenuhi maka akan terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran.

Keaktifan bertanya siswa merupakan proses belajar yang menuntut

adanya interaksi antara siswa dengan guru. Dengan keaktifan bertanya, siswa

dapat mengetahui materi yang belum mereka pahami dan guru akan

mengetahui ketidakpahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dengan

keaktifan bertanya siswa. Dari masalah ini guru dapat menyusun strategi agar

(45)

Melalui strategi motivasi dalam pembelajaran aktif tipe Card Sort

siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan kelompoknya. Dan juga masalah

yang tidak dapat diselesaikan dapat ditanyakan kepada guru. Kemudian guru

menerangkan lagi materi yang dibahas agar tidak terjadi kekeliruan pada

konsep dan pemahaman siswa.

Pembelajaran Fisika melalui pengguanaan model pembelajaran aktif

tipe Card Sort dapat dilakukan. Karena, dalam pembelajaran Fisika keaktifan

dalam proses pembelajaran tidak hanya perpusat pada guru namun ada suatu

interaksi yang melibatkan guru dengan siswa. Sehingga kerangka pikir dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran aktif tipe Card Sort dapat

meningkatkan keaktifan bertanya siswa kelas XA Madrasah Wathoniyah

Islamiyah Karangduwur.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Dapat Meningkatkan

Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pembelajaran Fisika Kelas XA Madrasah

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Wathoniyah

Islamiyah Karangduwur yang beralamat di jalan Penegar No 2 Kecamatan

Petanahan. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus

2012.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu bentuk

tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti

sendiri dan terlibat langsung di dalamnya dari awal sampai akhir. S. Arikunto

(2007: 2) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas menunjukkan pada

suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

peneliti. Carr & Kemmis dalam Suyadi (2011: 21), menyimpulkan Penelitian

Tindakan kelas adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang

terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan metode

refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek

pembelajaran.

(47)

C. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti bertugas sebagai guru mata pelajaran

dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pengumpulan data peneliti

dibantu oleh guru mata pelajaran yang mencatat kejadian-kejadian pada saat

proses belajar mengajar (PBM).

Secara keseluruhan siswa kelas X Madrasah Aliyah Wathoniyah

Islamiyah Karang Duwur berjumlah 100 siswa. Kelas yang akan diteliti

adalah siswa kelas XA yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 17 perempuan

dan 18 laki-laki.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan tiga metode, yaitu metode observasi, metode tes, dan metode

angket.

1. Metode Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik. Menurut S. Arikunto (2006: 156), observasi seringkali diartikan

dengan memperhatikan sesuatu sesuatu dengan mata atau disebut dengan

pengamatan. Kegiatan pemuat perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera.

Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi

(48)

siswa yang ditunjukkan selama proses pembelajaran dengan cara

mencantumkan jumlah siswa yang teramati pada lembar observasi.

2. Metode Tes

Metode tes yang digunakan adalah tes tertulis. Menurut S. Arikunto

(2006: 150), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode

tes digunakan untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa pada setiap

akhir siklus. Tes akhir siklus yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan tes individu yang berberbentuk soal pilihan ganda terdiri dari

20 butir soal masing-masing dengan 5 pilihan jawaban.

3. Metode Angket

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data

secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan

reponden). Menurut Sugiyono (2009: 142), angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Angket banyak dipilih untuk mengumpulkan data, karena angket

mempunyai banyak kelebihan sebagai instrumen pengumpul data.

Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

keaktifan bertanya siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan

menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort yang telah diikuti.

(49)

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam pengumpulan data ini digunakan untuk

mengetahui dan mencatat data-data awal penelitian. Data awal dalam

penelitian kemandirian siswa ini meliputi daftar nama siswa, nilai siswa

jumlah siswa, dan data yang diperlukan dalam penelitian.

E. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Lembar observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan bertanya

siswa. Lembar observasi diisi oleh observator dan kisi-kisi dikembangkan

berdasarkan indikator-indikator dari keaktifan bertanya. Metode penilaian

yang digunakan pada observasi adalah persentase. Data yang diperoleh

dihitung kemudian disajikan dalam skala persentase, untuk mengetahui

keaktifan dalam bertanya siswa yang di capai dalam pembelajaran.

Kisi-kisi lembar observasi terdiri dari 6 aspek yang diukur dengan jumlah

seluruhnya 10 pernyataan. Kisi-kisi lembar observasi keaktifan bertanya

tertera pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Bertanya Siswa

No. Aspek yang

diukur Indikator

No Item Jumlah Item Keaktifan Jiwa Peserta Didik

1 Kesadaran.  Selalu mempersiapkan diri untuk bertanya.

 Ingin selalu bertanya materi yang akan di bahas.

1,7 -

2

2 Tanggung jawab.

 Selalu bertanya materi yang belum paham.

(50)

3 Keberanian.  Tidak takut untuk bertanya.

4 1

Keaktifan Jasmani Peserta Didik

4 Keterampilan  Mengutarakan dengan gerak tubuh.

8, 2 2

5 Inovasi.  Pengembangan pertanyaan. 9 1 6 Kreativitas.  Dengan pertanyaan yang

diajukan dapat

menghidupkan interaksi yang ada di kelas.

10 1

Jumlah Pernyataan 10

2. Tes Akhir Siklus

Tes akhir siklus merupakan tes individu yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh keaktifan bertanya siswa terhadap hasil belajar

dengan menggunakan model Pembelajaran Card Sort. Soal tes berupa soal

pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban dan dengan jumlah 20 butir soal.

3. Angket Keaktifan Bertanya Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui keaktifan bertanya siswa

terhadap pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran

Card Sort. Data dari angket ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan terhadap simpulan yang akan diambil. Adapun kisi-kisi

angket keaktifan bertanya dan angket tanggapan siswa terhadap model

(51)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Lembar Angket keaktifan bertanya Siswa

No. Aspek yang

diukur Indikator

No Item

Jumlah Item Keaktifan Jiwa Peserta Didik

1 Kesadaran.  Selalu mempersiapkan diri untuk bertanya.  Ingin selalu bertanya

materi yang akan di bahas. 1,7 2 3 2 Tanggung jawab.

 Selalu bertanya materi

yang belum paham. 3, 6 2 3 Keberanian.  Tidak takut untuk

bertanya.

4 1

Keaktifan Jasmani Peserta Didik

4 Keterampilan .  Mengutarakan dengan gerak tubuh. 8 1 5 Inovasi.  Pengembangan pertanyaan. 9 1

6 Kreativitas.  Dengan pertanyaan yang diajukan dapat menghidupkan

interaksi yang ada di kelas.

10 1

Jumlah Pernyataan 10

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Card Sort

Variabel yang Diukur

Indikator Sikap Pembelajaran Nomor item

Jumlah item

1. Ketertarikan a. Rasa tertarik terhadap

pembelajaran Card Sort 1 1

b. Rasa suka terhadap model

(52)

2. Keyakinan a. Perasaan yakin dengan pembelajaran Card Sort dapat mengatasi kesulitan dalam memahami Fisika

3 1

b. Perasaan yakin dengan pembelajaran Card Sort yang dapat membantu mengerjakan latihan soal

4 1

3. Motivasi bertanya

Lebih termotivasi bertanya dengan pembelajaran Card Sort

2, 5,6, 7,

8, 9 6

Jumlah 10

4. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data sebagai data awal penelitian, antara lain

yaitu mengetahui daftar nama dan jumlah siswa yang akan menjadi subyek

penelitian.

F. Analisis Data

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti bertujuan untuk

mengetahui penggunaan model pembelajaran Card Sort dapat meningkatkan

keaktifan bertanya siswa. Analisis datanya dilakukan dengan cara

membandingkan data yang diperoleh dari kejadian-kejadian sebelum dengan

kejadian-kejadian berikutnya. Data-data yang diperoleh dari lembar observasi,

lembar angket, dan tes akhir siklus dihitung dan disajikan dalam bentuk

persentase. Data dianalisis sejak penelitian dimulai dan dikembangkan

selama proses refleksi. Selanjutnya persentase dihitung menggunakan rumus

(53)

Teknik analisis data dilakukan dengan menghitung rerata dan

persentase pada skor peserta didik.

a. Persentase ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100   N nT NP (Ngalim Purwanto, 2009: 102). Keterangan:

NP : nilai dalam persen

nT : jumlah peserta didik yang tuntas

N : jumlah seluruh peserta didik

b. Persentase keaktifan bertanya siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 ... ... % 100     maksimum skor total skor jumlah RP Keterangan:

RP = presentase keaktifan bertanya siswa.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yaitu

(54)

Gambar. Siklus Pnelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & Mc Taggrat (Suharsimi Arikunto, 2010: 137)

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi ?

Gambar. 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut kemmis &

Mc taggrat (S. Arikunto, 2010: 137)

Prosedur PTK dalam penelitian ini dapat dilihat pada langkah-langkah

penelitian sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru

kelas X A.

b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, dan

bahan yang digunakan dalam pembelajaran).

2. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan dua siklus. Tiap siklus yang direncanakan mempunyai

(55)

a. Siklus 1

1) Rencana Tindakan

a) Menyusun silabus

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yaitu Besaran dan Pengukuran.

c) Menyusun ringkasan materi pokok bahasan Besaran

dan Pengukuran.

d) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi dan

angket.

e) Menyusun kartu soal, kartu jawaban, dan kartu isian

sebagai sarana model pembelajaran Card Sort untuk

setiap kali pertemuan.

f) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang

digunakan dalam setiap pembelajaran.

g) Menyusun soal tes akhir siklus I yang akan digunakan

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes berbentuk

pilihan ganda.

h) Melaksanakan tes/evaluasi.

2) Pelaksanaan Tindakan

Peneliti sebagai guru mengajar sesuai RPP yang

telah dibuat, namun pelaksanaannya fleksibel dan terbuka

Gambar

Tabel 4.6  Hasil Evaluasi Siklus I
Tabel 4.10  Hasil Evaluasi Siklus II
Diagram Persentase Keaktifan Bertanya Siswa  Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Tabel  Satuan SI untuk tujuh  macam besaran pokok.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam laporan akhir yang berjudul “Rancang Bangun Atap Jemuran Otomatis Berdasarkan Pencahayaan Dengan Logika Fuzzy Berbasis Mikrokontroler” yang bertujuan untuk

Pemakaian metode IRR untuk menilai tingkat bunga yang dapat menghasilkan PVCI dari suatu usulan investasi sama nilainya dengan jumlah investasi awal usulan investasi

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan eksploratif berdasarkan perhitungan N-gain diperoleh

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga petani yang berada pada kategori tingkat modal sosial sedang umumnya juga

Ekonomi Manajerial adalah penerapan dari teori ekonomi (mikroekonomi dan makroekonomi) dan peralatan analisis ilmu keputusan (matematika ekonomi dan ekonometri)

P erlengkapan jalan yang berupa rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat/peringatan pada lalu lintas, alat penerangan pada jalan, alat pengendali dan

Dalam penelitian ini limbah PET digunakan sebagai pengganti bahan agregat kasar kerikil yang biasanya digunakan untuk campuran beton, dalam penelitian ini adalah

to access memory locations that have been used recently..  Spatial locality: use larger cache