KEBIJAKAN UMUM APBD ( KUA )
TAHUN 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
MUARA SABAK, SEPTEMBER 2018
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah i DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) ... 2
1.3. Dasar Hukum ... 2
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ... 6
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2017... ... 6
2.2 Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan ... ... 12
BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD ... 13
3.1 Asumsi Dasar Dalam APBN ... ... 13
3.2 Laju Inflasi ... ... 15
3.3 Demografi... ... 16
3.4 Lain-lain Asumsi... ... 17
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH ... 20
4.1 Pendapatan Daerah ... ... 21
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah ... ... 21
4.1.2 Target Pendapatan Daerah ... ... 30
4.1.3 Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Penerimaan ... ... 32
4.2 Belanja Daerah ... ... 32
4.2.1 Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah ... ... 32
4.2.2 Kebijakan Belanja Tidak Langsung ... ... 34
4.2.3 Kebijakan Belanja Langsung ... ... 39
4.2.4 Kebijakan Pembangunan Daerah ... ... 48
4.3 Pembiayaan Daerah ... ... 50
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ... ... 50
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan ... ... 51
BAB
v
PENUTUP ... ... 53 )Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (%) 2012-2017 ... 10 Tabel 2.2 Target Ekonomi Makro Pembangunan 2019 ... 12 Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Dirinci per Kecamatan Tahun 2016 dan
2017 ... 16 Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran
2018-2019 ... 30 Tabel 4.2 Rencana Belanja Tidak Langsung dalam APBD 2019 ... 39 Tabel 4.3 Rincian Plafon Anggaran Pembiayaan Tahun Anggaran 2019 ... 51
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah iii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur (ADHB-ADHK) dengan Migas Tahun 2012-2017 ... 7 Gambar 2.2 PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur (ADHB-ADHK) dengan Migas Tahun
2012-2017 ... 7 Gambar 2.3 Struktur Ekonomi terhadap PDRB Tanjung Jabung Timur Tahun 2017 ... 8 Gambar 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur (ADHB-ADHK)
Tahun 2012-2017 ... 9 Gambar 2.5 PDRB Perkapita di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2012-2017 ... 11 Gambar 2.6 Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita KabupatenTanjung Jabung Timur
2012-2017 (Persen) ... 11
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mempedomani pasal 310 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah mengamanatkan bahwa kepala daerah dalam menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD, hal ini sejalan dengan pasal 83 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Kepala Daerah menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Pedoman Penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Ini berarti dokumen KUA dan PPAS harus searah dengan Dokumen RKPD dimana program kegiatan yang ada di KUA mengikuti program dan kegiatan yang telah tercantum dalam RKPD.
Penyusunan Kebijakan Umum APBD Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2019 ini telah berpedoman pada RKPD Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2019 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur Nomor 18 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2019.
Penyusunan Kebijakan Umum APBD Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2019 memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian memuat langkah-langkah konkrit dalam mencapai target, selanjutnya Kebijakan Umum APBD tahun 2019 dituangkan dalam Prioritas Plafon Anggaran Sementara tahun 2019 yang disusun dengan tahapan :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2 a) Menentukan skala prioritas pembangunan daerah;
b) Menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan yang disinkronisasikan dengan prioritas dan program nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun dan;
c) Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan.
Rancangan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara yang telah disusun disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan APBD tahun anggaran berikutnya. Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara yang dibahas dan setujui antara Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dengan Badan Anggaran DPRD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
1.2 TUJUAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA)
Tujuan ditetapkannya Kebijakan Umum APBD Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2019 adalah sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Tahun Anggaran 2019 dan selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan R-APBD Tahun 2019.
1.3. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang melandasi penyusunan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019 yaitu :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 4
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114);
13. Peraturan Pemerintah Nmor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administrasi DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 106);
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);
15. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 450) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 465);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 6 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Nomor 7);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 7 tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016 Nomor 7);
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 6
22. Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur Nomor 18 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2019 (Berita Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2018 Nomor 18 ).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 7
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH TAHUN 2016
Untuk menunjukan kontribusi atau pangsa masing-masing sektor dalam struktur perekonomian daerah berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun yang bersangkutan digunakan PDRB yang dihitung menurut harga berlau (current price), hal ini karena PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB ADHB) mengandung unsur inflasi makro. Sedangkan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari tahun ke tahun digunakan PDRB yang dihitung menururt harga konstan (PDRB ADHK). Data PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah.
Nilai PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun 2017 mengalami kenaikan dari tahun 2016, begitu juga dengan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) yang mengalami kenaikan pada periode yang sama. PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur atas dasar harga berlaku tahun 2016 dengan migas yaitu sebesar Rp 18.659.679,77 juta naik sebesar Rp. 2.381.648,10 menjadi Rp. 21.041.327,88 pada tahun 2017. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dengan migas tahun 2017 sebesar Rp. 16.766.263,32 meningkat sebesar Rp. 508.461,25 dari tahun 2016 yang sebesar Rp. 16.257.802,37. Sedangkan PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku mencapai sebesar Rp. 9.381.296,54 pada tahun 2017, meningkat sebesar Rp. 919.296,57 dari tahun 2016 yang sebesar Rp. 8.461.999,96. Untuk PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan yang pada tahun 2016 mencapai Rp. 5.640.844,78 meningkat sebesar Rp. 419.774,57 pada tahun 2017 menjadi Rp. 6.060.619,35.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 8 Gambar 2.1
PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur (ADHB-ADHK) dengan Migas Tahun 2012-2017
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018 (diolah)
Gambar 2.2
PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur (ADHB-ADHK) Tanpa Migas Tahun 2012-2017
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018 (diolah)
Peranan/kontribusi sektor lapangan usaha menunjukkan struktur ekonomi yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peran masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor lapangan usaha.
- 5.000.000,00 10.000.000,00 15.000.000,00 20.000.000,00 25.000.000,00
PDRB ADHB (juta rupiah) PDRB ADHK (juta rupiah)
2012 15.674.462,61 14.053.622,26
2013 17.349.119,97 14.695.728,81
2014 18.779.228,77 15.549.496,79
2015 17.776.845,35 15.830.521,57
2016 18.659.679,77 16.257.802,37
2017 21.041.327,88 16.766.263,62
1.000.000,00 - 2.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 5.000.000,00 6.000.000,00 7.000.000,00 8.000.000,00 9.000.000,00 10.000.000,00
PDRB Tanpa MIGAS ADHB
(juta rupiah) PDRB Tanpa MIGAS ADHK (juta rupiah)
2012 4.674.309,54 4.162.417,43
2013 5.371.400,33 4.485.412,06
2014 6.273.605,30 4.865.862,65
2015 7.269.909,49 5.185.421,04
2016 8.461.999,97 5.640.844,78
2017 9.381.296,54 6.060.619,35
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 9
Struktur perekonomian sebagian masyarakat Tanjung Jabung Timur sampai dengan saat ini tidak banyak mengalami perubahan. Pada tahun 2017 struktur ekonomi masih mengandalkan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 49,40 persen, urutan kedua kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 19,04 persen, urutan ketiga kategori Industri Pengolahan sebesar 7,70 persen, urutan keempat kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 7,26 persen, dan urutan kelima kategori Kontruksi sebesar 4,41 persen.
Laju pertumbuhan kelima kategori ini akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilai PDRB.
Gambar 2.3
Struktur Ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2017
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018 (data diolah)
Perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Timur selama 5 tahun terakhir masih belum begitu stabil, hal ini ditunjukkan dengan masih berfluktuatifnya pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan laju pertumbuhan terjadi pada tahun 2015, dimana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai sebesar 1,81 persen dan tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 mengalami laju pertumbuhan tertinggi sebesar 5,81 persen. Kondisi perekonomian kembali membaik pada tahun 2016,
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; 19,04
Pertambangan dan Penggalian ; 49,40 Industri Pengolahan; 7,70
Pengadaan Listrik dan Gas;
0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang; 0,06 Konstruksi; 4,41
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor; 7,26 Transportasi dan Pergudangan ; 1,29 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum; 0,38 Informasi dan Komunikasi;
1,52
Jasa Keuangan dan Asuransi;
0,83
Real Estate; 0,59 Jasa Perusahaan; 1,31
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib; 2,26 Jasa Pendidikan; 3,14
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 0,52 Jasa lainnya; 0,28
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 10
hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yaitu sebesar 2,70 persen dan kembali meningkat pada tahun 2017 yaitu sebesar 3.13 persen.
Gambar 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur (ADHB-ADHK) Tahun 2012-2017
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018 (data diolah)
Berbeda dari tahun 2016, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang ditopang oleh 17 sektor kategori ekonomi tumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh kategori Konstruksi yang tumbuh sebesar 13,32 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 10,54 persen; Real Estate sebesar 8,80 persen; Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,06 persen;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 7,80 persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 7,69 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 6,47 persen;
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 6,07 persen; Jasa Pendidikan sebesar 6,03 persen; Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 5,40 persen; Jasa lainnya sebesar 5,39 persen; Jasa Perusahaan sebesar 5,32 persen, sedangkan 5 kategori lainnya hanya tumbuh dibawah 5 persen termasuk kategori Pertambangan dan Penggalian sebagai penyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,87 persen.
10,20 10,68 8,24
-5,34
4,97
12,76
2,78 4,57
5,81
1,81
2,70
3,13
-10,00 -5,00 - 5,00 10,00 15,00 20,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017
ADHB (%) ADHK (%)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 11 Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), 2012─2017
Ketegori Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,52 5,14 9,67 5,62 8,94 6,47
B Pertambangan dan Penggalian 0,21 2,42 5,35 -0,53 -0,31 0,87
C Industri Pengolahan 18,09 10,90 -0,70 2,68 1,08 1,93
D Pengadaan Listrik dan Gas 11,53 13,77 10,61 9,73 5,07 2,05
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 1,28 0,25 2,85 4,53 5,11 2,64
F Konstruksi 10,37 24,09 4,40 2,66 6,54 13,32
G Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,84 10,18 11,56 13,11 12,61 7,80
H Transportasi dan Pergudangan 5,82 8,84 7,83 3,62 7,74 8,06
I Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 6,33 7,50 16,19 9,57 10,27 10,54
J Informasi dan Komunikasi 5,08 5,57 10,46 6,05 9,91 7,69
K Jasa Keuangan dan Asuransi 10,44 9,95 5,93 3,23 8,95 5,40
L Real Estate 4,54 5,45 1,70 4,17 8,23 8,80
M,N Jasa Perusahaan 3,61 1,66 5,38 6,83 7,67 5,32
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 2,59 3,21 12,29 9,39 5,44 4,55
P Jasa Pendidikan 3,21 3,97 2,46 5,02 8,59 6,03
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,04 9,24 15,26 13,43 9,76 6,07
R,S,T,U Jasa lainnya 3,18 4,67 5,45 6,78 7,83 5,39
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,78 4,57 5,81 1,81 2,70 3,13
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS 5,74 7,76 8,48 6,57 8,78 7,44
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018
Tingkat kemakmuran suatu daerah juga dapat dihitung dengan menggunakan angka PDRB Perkapita yaitu dengan cara nilai total PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Dengan cara ini dapat diketahui pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun tertentu baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Walaupun secara teoritis angka yang diperoleh merupakan indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah, namun dari angka ini belum dapat melihat tingkat pemerataan pendapatan penduduk daerah tersebut.
PDRB perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Timur baik ADHB maupun ADHK mengalami pertumbuhan positif diperiode 2012-2017, namun jika dilihat pertumbuhan per tahun ada perlambatan pada tahun 2015 (ADHB) sebesar 6,04 persen. Pada tahun 2017 PDRB Perkapita ADHB
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 12
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar Rp. 97.064.393,00 naik sebesar 12 persen dari tahun 2016 yang sebesar Rp. 86.661.835,00, begitu juga dengan PDRB perkapita ADHK juga mengalami peningkatan sebesar 2,43 persen tahun 2016 sehingga pada tahun 2017 mencapai sebesar Rp.
77.343.370,00. Yang perlu menjadi perhatian adalah PDRB perkapita sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB dan besaran jumlah penduduk. Dengan demikian selain upaya-upaya peningkatan aktivitas perekonomian daerah, upaya pengendalian jumlah penduduk tetap diperlukan.
Gambar 2.5
PDRB Perkapita di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2012-2017
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018 (data diolah)
Gambar 2.7
Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita Tahun 2012-2017 (persen)
Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur, 2018 (diolah) -
50.000.000 100.000.000
ADHB (juta rupiah)
ADHK (juta rupiah)
ADHB (juta rupiah) ADHK (juta rupiah)
2012 74.103.226 66.440.476
2013 81.751.406 69.248.267
2014 88.546.183 73.317.633
2015 83.197.666 74.088.649
2016 86.661.835 75.506.708
2017 97.064.393 77.343.370
9,62 10,32
8,31
-6,04 4,16
12,00
2,24 4,23 5,88 1,05
1,91 2,43
-10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017
ADHB ADHK Linear (ADHB)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 13 2.2 TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN PERENCANAAN
Rencana target ekonomi makro Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Target Ekonomi Makro Pembangunan 2019
No Indikator Tahun 2018
(target tahun
berjalan) Sasaran 2019
1 Laju pertumbuhan Penduduk (%) 0,78% 0,78%
2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2,70% 3,00%
3 Inflasi (%) 5,00% 5,10%
4 Ketimpangan Kemakmuran (indeks gini) 0,355 0,354
5 PDRB Perkapita (Juta) 98,00 99,50
6 Indek Pembangunan Manusia (IPM) (%) 62,52 63,12
Sumber : RPJMD Kab. Tanjung Jabung Timur 2016-2021
Melihat gambaran target ekonomi makro Kabupaten Tanjung Timur untuk tahun perencanaan diatas dan memperhatikan kondisi ekonomi makro pada tahun sebelumnya dan tahun berjalan. Diharapkan kepada seluruh stakeholder yang ada untuk lebih berperan aktif dalam membangun Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang lebih baik lagi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 14
BAB III
ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD
3.1. ASUMSI DASAR DALAM APBN
Beberapa asumsi dasar yang menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan dan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Tahun Anggaran 2019 dan dipandang akan mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap penyusunan APBD Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran 2019 antara lain sebagai berikut :
A. Pertumbuhan ekonomi
Pada tahun 2019, perekonomian Indonesia diperkirakan akan kembali melanjutkan momentum peningkatan pertumbuhan ekonomi. Proses konsolidasi dan restrukturisasi ekonomi yang antara lain melalui perbaikan iklim investasi dan peningkatan infrastruktur, akan mulai menunjukkan hasil. Aktivitas perekonomian dan perdagangan global yang meningkat, dengan didukung oleh kenaikan harga komoditas meski cenderung terbatas, akan mampu memberikan dorongan terhadap perekonomian domestik. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mampu mencapai 5,4 – 5,8 persen di tahun 2019 melalui kebijakan yang menyeluruh dan tepat sasaran. Sisi pengeluaran yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 5,0-5,1 persen; Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 9,2-11,1 persen; Konsumsi pemerintah sebesar 2,8-3,7 persen; Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 7,5-8,3 persen; ekspor sebesar 6,0-7,3 persen; dan impor sebesar 6,3-7,6 persen. Sedangkan dari sumber sisi lapangan usaha berasal dari Pertambangan sebesar 0,8 persen;
listrik sebesar 6,2-6,6 persen; konstruksi sebesar 6,9-7,2 persen; pertanian sebesar 3,9-4,1 persen;
industri pengolahan sebesar 5,1-5,6 persen; perdagangan sebesar 5,4-6,9 persen; infokom sebesar 10,7-11,3 persen; jasa keuangan 8,1-8,7 persen; dan transportasi sebesar 8,6-9,0 persen.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 15 B. Inflasi
Seperti halnya tahun 2018, inflasi pada tahun 2019 diperkirakan masih menghadapi risiko dari dampak kebijakan lanjutan administered price dan adanya peningkatan harga komoditas minyak dunia, sehingga pada tahun 2019 inflasi ditargetkan berada pada kisaran 2,5-4,5 persen.
Stabil dan rendahnya inflasi akan didorong oleh stabilitas komponen inflasi volatile food, administered price, dan inflasi inti. Arah kebijakan pengendalian inflasi yang akan dilakukan oleh pemerintah adalah melalui: (i) penguatan infrastruktur logistik pangan di daerah, khususnya pergudangan, penyediaan data lalu lintas barang khususnya komoditas pangan; (ii) penggunaan insentif fiskal untuk mendorong pemerintah daerah dalam rangka stabilisasi harga; (iii) penguatan kerjasama antardaerah; (iv) perbaikan pola tanam; (v) penyediaan produk olahan bahan pangan oleh industri pangan olahan; (vi) edukasi masyarakat mengenai pola konsumsi dan alternatif pangan pokok; (vi) serta penguatan koordinasi antara Pemerintah dengan BI (baik di tingkat pusat maupun daerah) melalui forum Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPI/ TPID) yang sudah didukung oleh Peraturan Presiden mengenai Tim Pengendalian Inflasi yang rencananya akan disahkan pada tahun 2017 lalu.
C. Suku bunga
Berlanjutnya kenaikan tingkat suku bunga di negara maju. Bank sentral AS sudah memberikan indikasi akan kembali dinaikkannya Fed Fund Rate pada tahun 2018 artinya tahun 2018 akan terjadi kenaikan suku bunga sebanyak dua kali . Jika ekonomi AS terus meningkat, maka kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan berlanjut pada tahun 2019 dari dua menjadi tiga, yang mencerminkan harapan yang lebih optimis untuk pertumbuhan yang solid dan tingkat pengangguran rendah. Potensi kenaikan tingkat suku bunga dunia dapat menyebabkan arus modal keluar dari Indonesia, mengingat kepemilikan asing terhadap obligasi pemerintah Indonesia mendekati 40 persen.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 16 D. Nilai tukar rupiah
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai kisaran Rp13.500,00 - Rp13.700,00 atau melemah dibandingkan target dalam APBN 2018 Rp13.400,00 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang tengah dibawah tekanan karena penguatan mata uang dolar AS dan rencana Bank Sentral AS The Federal Reserve yang masih akan menaikkan tingkat suku bunga acuan. Hal ini menyebabkan capital flow akan banyak masuk ke AS sehingga posisi dollar akan menguat dibanding mata uang lainnya.
E. Harga minyak mentah indonesia
Pemerintah menargetkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude-oil Price (ICP) pada tahun 2019 berada pada kisaran USD 60-70 per barel. Angka tersebut lebih besar bila dibandingkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang hanya sebesar USD 48 per barel. Pergerakan ICP tersebut seiring dengan pergerakan harga minyak mentah dunia yang sulit diprediksi, dinamika harga minyak dunia ditentukan faktor pemulihan ekonomi dunia, keamanan, politik, bencana alam, dan inovasi teknologi. Pada tahun 2019, harga minyak mentah dunia diperkirakan akan mengalami peningkatan karena naiknya permintaan sebagai akibat mulai pulihnya perekonomian global.
Selain itu, untuk asumsi lifting minyak bumi pada tahun 2019 diperkirakan mencapai sekitar 722-805 ribu barel per hari, sementara lifting gas bumi sekitar 1.210-1.300 ribu barel setara minyak per hari. Angka tersebut sedikit lebih besar dibanding lifting minyak dan gas bumi APBN tahun 2018 yang masing-masing mencapai 800 ribu barel per hari dan 1.200 ribu barel setara minyak per hari.
3.2 LAJU INFLASI
Tingginya laju inflasi menjadikan arti pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi kecil oleh karena kemampuan masyarakat untuk membeli suatu produk akan tetap atau bahkan menurun.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 17
diharapkan upaya pengendalian Laju Inflasi oleh Tim Pengendali Investasi Daerah (TIPD) terutama yang berkaitan dengan sisi permintaan dan pasokan komoditi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat mengalami keseimbangan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus diharapkan laju inflasi rendah sehingga daya beli masyarakat juga semakin baik yang selanjutnya diiringi dengan perubahan pola konsumtif menjadi produktif yaitu dengan menabung dan atau mengembangkan usaha (investasi).
Kabupaten Tanjung Jabung Timur menggunakan data laju inflasi Kota Jambi dalam memenuhi kebutuhan data-data termasuk kebutuhan data dalam dokumen perencanaan. Laju inflasi di kota jambi didominasi oleh Kelompok Bahan Makanan dan Kelompok perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Rumahtangga yang relatif lebih tinggi dari kelompok yang lainnya.
3.3. DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2017 bertambah sebanyak 1.461 jiwa dari 215.316 jiwa pada tahun 2016 menjadi 216.777 jiwa pada tahun 2017 atau dengan laju pertumbuhan 0,68 %. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata tahun 2017 sebesar 39,81 jiwa/km2 dan sex ratio 105,56.
Dari data pada tabel 1.2 dapat diketahui bahwa kepadatan tertinggi di kecamatan Kuala Jambi, hal ini karena memang jumlah penduduknya yang relatif besar dan mempunyai luas wilayah paling kecil bila dibanding kecamatan lain. Kecamatan Muara Sabak Timur merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama.
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Dirinci per Kecamatan Tahun 2016 dan 2017
Kecamatan 2016 2017
Laki-Laki PR Σ Penduduk SR (%) Kepadatan (jiwa/km2) Laki-
Laki PR Σ Penduduk SR (%) Kepadatan (jiwa/km2)
Mendahara 13 350 12 810 26 160 104,22 28,71 13.405 12.838 26.243 104,42 28,79
Mendahara Ulu 9 256 8 178 17 434 113,18 45,72 9.527 8.410 17.937 113,28 47,04
Geragai 12 084 10 614 22 698 113,85 79,54 12.215 10.721 22.936 113,94 80,38
Dendang 7 649 7 372 15 021 103,76 31,41 7.662 7.372 15.034 103,93 31,44
Sabak Barat 8 826 8 360 17 186 105,57 68,27 8.979 8.499 17.478 105,65 69,43
Sabak Timur 15 735 15 558 31 293 101,14 76,27 15.773 15.569 31.342 101,31 76,39
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 18
Kuala Jambi 7 354 7 153 14 507 102,81 120,37 7.399 7.185 14.584 102,98 121,01
Rantau Rasau 11 951 11 396 23 347 104,87 65,56 12.042 11.462 23.504 105,06 66,00
Berbak 5 067 4 830 9 897 104,91 50,89 5.076 4.831 9.907 105,07 50,95
Nipah 12 919 12 637 25 556 102,23 108,89 12.943 12.637 25.580 102,42 108,99
Sadu 6 284 5 933 12 217 105,92 6,71 6.297 5.935 12.232 106,10 6,72
Jumlah 110.475 104.481 215.316 105,37 39,54 111.318 105.459 216.777 105,56 39,81
Sumber : BPS dan Data dan Informasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2017
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka laju pertumbuhan angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Tingkat pendapatan penduduk di suatu wilayah merupakan muara dari keterlibatan penduduk dalam mengisi kesempatan kerja yang tersedia sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Semakin tinggi intensitas dalam lapangan pekerjaan, maka semakin tinggi pula rata- rata tingkat pendapatan penduduk.
3.4. LAIN-LAIN ASUMSI
1. Diperlukan kebijakan strategis pengalokasian APBD untuk percepatan pengentasan kemiskinan baik bantuan kepada masyarakat miskin maupun pembangunan infrastruktur dasar untuk menurunkan angka kemiskinan dari sebesar 12,58 persen pada tahun 2017 menjadi sebesar 11 persen pada tahun 2019.
2. Kebutuhan hutan kota sebagai keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi harus telah dimulai pembangunannya.
3. Percepatan kerjasama dengan kabupaten Lingga khususnya pengembangan ekonomi, dimana kerjasama antar daerah akan mendorong terjadinya pengembangan ekonomi di suatu wilayah yang akan meningkatkan daya saing kawasan. Seringkali terjadi, pengembangan ekonomi suatu wilayah terhambat karena keterbatasan cakupan wilayah.
4. Pengembangan produk unggulan kabupaten yang potensial dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia lokal yang berorientasi pasar dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 19
ramah lingkungan, sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan siap menghadapi persaingan global.
5. Peningkatan hasil tanaman pangan khususnya padi khususnya melalui intensifikasi dan menjamin harga jual produksi, hal ini sebagai upaya meningkatkan Nilai Tukar Petani dan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang perlindungan LP2B.
6. Percepatan pengembangan Kota Mandiri Terpadu yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor : 11 Tahun 2008 tentang Penetapan Desa Kota Baru Kecamatan Geragai sebagai Pusat Pengambangan Kota Terpadu Mandiri Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
7. Penanganan kawasan kumuh yang pelaksanaannya terpadu pada suatu wilayah sehingga wilayah tersebut dapat terentas dari predikat kawasan kumuh.
8. Perkiraan penerimaan dari dana perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah cenderung konstan dikarenakan tidak diperkenankan lagi melakukan pemungutan retribusi izin gangguan/HO sesuai dengan Permendagri Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pencabutan Aturan Izin Gangguan/HO.
9. Belanja daerah yang bersifat bersifat wajib dan mengikat meningkat dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan ada upcrased 2,5 persen untuk kenaikan pangkat dan golongan PNS serta rencana pelaksanaan Tambahan Penghasilan Pegawai.
10. Belanja langsung dalam APBD Tahun 2019 diarahkan kepada upaya memenuhi pelayanan dasar khususnya terkait pencapaian 6 jenis Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dengan tetap menjaga proposi 20 persen untuk bidang pendidikan dan 10 persen untuk bidang kesehatan diluar gaji.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 20
11. Dalam upaya meningkatkan pelayananan khususnya pelayanan kesehatan RSUD Nurdin Hamzah, pemerintah daerah akan menerapkan PPK-BLUD sesuai dengan amanat pasal 7 ayat (3) dan pasal 20 ayat (3) Undang-Undangan Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
12. Bantuan keuangan kepada pemerintah desa yang berasal dari dana desa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk ADD serta Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kepada Pemerintahan Desa cenderung stagnan dikarenakan penerimaan dana perimbangan dan PAD relatif sama dengan tahun sebelumnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 20
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Perencanaan pendapatan daerah merupakan proses yang paling krusial dalam penentuan besarnya alokasi anggaran yang akan dimanfaatkan untuk membiayai program kegiatan pembangunan. Penyiapan anggaran untuk pelaksanaan pembangunan dilaksanakan dengan perencanaan penerimaan pendapatan yang tepat, perkiraan terukur, rasional serta memiliki kepastian hukum. Untuk menjaga kesinambungan kemampuan fiskal daerah, penetapan pendapatan daerah dilakukan dengan pendekatan hard budget constraint yaitu potensi pendapatan daerah merupakan pertimbangan utama, identifikasi pendapatan dengan tepat dilakukan terlebih dahulu baru kemudian menentukan pengeluaran sesuai dengan prinsip money follow program.
Perencanaan pendapatan daerah dilakukan melalui optimalisasi pendapatan daerah dengan tetap memperhatikan efektifitas dan efisiensi pelaksanaannya serta mendapat dukungan dari masyarakat yang dilakukan secara terencana, dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian dan segala aspek kendala, potensi dan cakupan pelayanan yang ada sehingga tidak membebani masyarakat dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemandirian daerah dalam penyediaan anggaran. Rasionalisasi pungutan pajak dan retribusi yang dipandang dapat menggairahkan dunia usaha maupun masyarakat luas khususnya dalam menunjang produk unggulan daerah yang berorientasi pasar, baik domestik maupun ekspor terus diupayakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian dalam rangka menggerakan perekonomian daerah terutama pada sektor riil, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengupayakan dengan tidak lagi menambah beban masyarakat yang berimplikasi negatif terutama pada perdagangan lokal yang dilaksanakan pada sektor riil terutama pada pelaku ekonomi kecil yang pada akhirnya akan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 21
menurunkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi serta menyebabkan arus barang, jasa dan kapital dari luar Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi stagnan atau bahkan mungkin (dihindari) mengalirnya sejumlah modal yang tertanam di Tanjung Jabung Timur keluar daerah.
Secara umum Kebijakan Peningkatan kemandirian dalam penyediaan anggaran daerah yang dilaksanakan melalui peningkatan Pendapatan Daerah merupakan kebijakan dalam perencanaan pendapatan daerah. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2019 dilaksanakan melalui upaya optimalisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan melakukan diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.
4.1. PENDAPATAN DAERAH
4.1.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah
A. Pendapatan Asli Daerah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1). Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah :
a. Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berpedoman pada Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
b. Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah pemerintah kabupaten Tanjung Jabung Timur serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2019 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 22
c. Pemerintah Daerah melakukan kegiatan penghimpunan data obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pengawasan penyetorannya.
d. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh persen) termasuk yang dibagihasilkan pada kabupaten, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009.
e. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009.
f. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009.
g. Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dialokasikan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.
h. Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 23
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.
i. Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diterima oleh Perangkat Daerah (PD) atau Unit Kerja pada PD yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan.
j. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-undang sebagaimana maksud Pasal 286 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
k. Pemerintah Daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, dan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor sebagaimana maksud Pasal 7 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah. Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan :
a. Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi pemupukan laba (profit oriented) adalah mampu menghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 24
b. Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi kemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampu meningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3) Penganggaran Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah :
a. Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima.
b. Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya.
c. Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah.
d. Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening berkenaan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 25 B. Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
a. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2019 didasarkan pada realisasi pendapatan DBH (tiga) tahun terakhir (Tahun 2018, tahun 2017, dan tahun 2016). Hal ini dikarenakan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Perkiraan Alokasi DBH Tahun Anggaran 2019 belum ditetapkan. Apabila terdapat perbedaan alokasi antara Peraturan Menteri Keuangan dimaksud dengan alokasi yang telah ditetapkan dalam Perda APBD 2019, penganggaran Dana Bagi H(DBH) akan asil disesuaikan pada Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau akan dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
b. Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) Kabupaten Tanjung Jabug Timur Tahun 2019 didasarkan pada realisasi pendapatan DBH 3 (tiga) tahun terakhir (Tahun 2018, tahun 2017, dan tahun 2016). Hal ini dikarenakan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT Tahun Anggaran 2019 belum ditetapkan. Apabila terdapat perbedaan alokasi DBH-CHT antara Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri Keuangan dimaksud dengan alokasi yang telah ditetapkan dalam Perda APBD 2019, pemerintah daerah akan menyesuaikan alokasi DBH-CHT dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2019 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 26
Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai illegal) sesuai dengan amanat dalam Pasal 66C Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan Peraturan Menteri Keuangan yang dijabarkan dengan keputusan gubernur.
c. Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang terdiri dari DBH- Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral dan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi Kabupaten Tanjung Jabug Timur Tahun 2019 didasarkan pada realisasi pendapatan DBH (tiga) tahun terakhir (Tahun 2018, tahun 2017, dan tahun 2016). Hal ini dikarenakan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA) Tahun Anggaran 2019 belum ditetapkan. Apabila terdapat perbedaan alokasi DBH-SDA antara Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri Keuangan dimaksud dengan alokasi yang telah ditetapkan, pemerintah daerah akan menyesuaikan alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA) dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2019 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
2) Dana Alokasi Umum (DAU):
Penganggaran Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2019 Kabupaten Tanjung Jabung Timur didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2018. Hal ini dikarenakan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau informasi resmi oleh Kementerian Keuangan mengenai Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun Anggaran 2019 belum diterbitkan. Apabila ada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 27
perbedaan alokasi antara Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh Kementerian Keuangan mengenai Dana Alokasi Umum (DAU) dimaksud dengan alokasi yang telah ditetapkan dalam Perda APBD 2019, Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) akan disesuaikan pada Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau akan dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
3) Dana Alokasi Khusus (DAK):
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam Kebijakan Umum Anggaran 2019 belum menganggarkan Dana Alokasi Khusus (DAK). Apabila Peraturan Presiden tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DAK Tahun Anggaran 2019 terbit setelah Peraturan Daerah tentang APBD 2019 ditetapkan maka maka pemerintah daerah akan menyesuaikan alokasi DAK dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2018 dengan pemberitahuan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
C. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dana Otonomi Khusus dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dan Khusus Tahun Anggaran 2019, apabila Peraturan tersebut belum ditetapkan maka penganggaran Dana Alokasi Khusus tersebut didasarkan pada alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2018.
2) Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2019 dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 28
Keuangan mengenai Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2019, apabila Peraturan tersebut belum ditetapkan maka penganggaran Dana Tambahan DBH- Minyak dan Gas Bumi tersebut didasarkan pada alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2018.
3) Pendapatan Hibah Dana BOS yang diterima langsung oleh Satuan Pendidikan Negeri yang diselenggarakan Kabupaten pada Tahun Anggaran 2019, mekanisme pencatatan dan pengesahan dana BOS dimaksud dianggarkan pada Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD), Akun Pendapatan, Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, Jenis Hibah, Obyek hibah Dana BOS, Rincian Obyek Hibah Dana BOS masing-masing Satuan Pendidikan Negeri sesuai dengan kode rekening berkenaan.
4) Dana Desa dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2019, apabila Peraturan tersebut belum ditetapkan maka penganggaran Dana Alokasi Khusus tersebut didasarkan pada alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2018.
5) Pendapatan kabupaten yang bersumber yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada penganggaran belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2019.
6) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan. Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat umum tersebut diterima setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 29
Tahun Anggaran 2019. Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2019 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
7) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud. Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian hibah antara kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber dari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketiga selaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima.
8) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud.
9) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat dari pemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 30
jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat. Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk mendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
4.1.2. Target Pendapatan Daerah
Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dimana Pendapatan Daerah pada tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp. 1.085.323.299.902,06 sedangkan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2019 ditargetkan Rp. 944.652.838.144,06 atau turun sebesar 12,96 persen. Penurunan ini lebih dikarenakan Rencana pendapatan daerah dari sumber Dana Alokasi Khusus belum dapat dicantumkan.
Untuk lebih rinci penerimaan pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.1
Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran 2018-2019
No. Uraian APBD TA. 2018 TARGET APBD
TA. 2019 Selisih Bertambah (Berkurang)
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN DAERAH
1.1 Pendapatan Asli Daerah 73.171.211.797,00 46.530.390.039,00 (26.640.821.758,00)
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 17.398.350.000,00 17.808.350.000,00 410.000.000,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 2.049.441.758,00 1.702.020.000,00 (347.421.758,00) 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 6.000.000.000,00 6.500.000.000,00 500.000.000,00 1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 47.723.420.039,00 20.520.020.039,00 (27.203.400.000,00)
1.2 Dana Perimbangan 907.092.822.062,85 765.134.782.062,85 (141.958.040.000,00) 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/bagi Hasil Bukan Pajak 156.265.318.062,85 156.265.318.062,85 - 1.2.2 Dana Alokasi Umum 540.400.531.000,00 540.400.531.000,00 - 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 210.426.973.000,00 68.468.933.000,00 (141.958.040.000,00)
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 105.059.266.042,21 132.987.666.042,21 27.928.400.000,00 1.3.1 Pendapatan Hibah - - - 1.3.2 Dana Darurat - - -
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 31
No. Uraian APBD TA. 2018 TARGET APBD
TA. 2019 Selisih Bertambah (Berkurang)
1 2 3 4 5
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Dan Pemerintah Daerah Lainnya 35.899.831.042,21 35.899.831.042,21 -
1.3.4 Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus 60.579.435.000,00 88.507.835.000,00 27.928.400.000,00 1.3.5 Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemda Lainnya 8.580.000.000,00 8.580.000.000,00 -
Jumlah Pendapatan 1.085.323.299.902,06 944.652.838.144,06 (140.670.461.758,00) Sumber : Badan Keuangan Daerah Kab. Tanjung Jabung Timur
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah pada tahun anggaran 2019 ditargetkan sebesar Rp. 46.530.390.039,00 atau turun sebesar 36,41 persen dari Tahun Anggaran 2018, hal ini dikarenakan adanya pengeseran akun pendapatan dana BOS.
b. Dana Perimbangan
Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada Tahun Anggaran 2019 diproyeksikan sebesar Rp. 765.134.782.062,85 atau turun sebesar 15,65 persen dari Tahun Anggaran 2018. Penetapan target Dana Perimbangan sebesar tersebut mengacu kepada alokasi bahwa penganggaran DBH Pajak, DBH SDA tahun sebelumnya. Begitu halnya dengan target Dana Alokasi Umum yang mengacu ke tahun sebelumnya, sedangkan target Dana Alokasi Khusus harus menunggu Perpres dan atau informasi dari kementerian keuangan.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada Tahun Anggaran 2019 diproyeksikan akan mencapai sebesar Rp. 132.987.666.042,21 atau naik sebesar 26,58 persen dari tahun angggan 2018, kenaikan ini lebih dikarenakan adanya akun pendapatan baru (BOS) pada kelompok ini .
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 32 4.1.3. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Penerimaan
Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam rangka pencapaian realisasi target penerimaan pendapatan daerah antara lain :
a. Melakukan identifikasi potensi penerimaan asli daerah baik yang sudah digarap maupun yang belum;
b. Melakukan Evaluasi dan peninjauan kembali terhadap Perda yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi Daerah;
c. Menyusun dan menetapkan PERDA dan PERBUP terkait dengan potensi PAD yang belum memiliki dasar dalam pemungutannya;
d. Melakukan upaya penagihan Pajak dan Retribusi Daerah pada wajib pajak dan wajib retribusi daerah dengan melibatkan beberapa pihak/stakeholder terkait;
e. Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat melalui kementerian teknis untuk mengupayakan penambahan dana transfer pemerintah pada daerah.
4.2. BELANJA DAERAH
4.2.1. Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan