• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal hadir sejak jaman kolonial belanda tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Sejak diaktifkannya kembali pasar modal oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1977, pasar modal mengalami banyak perkembangan dan perubahan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Salah satunya pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) sehingga mengalami perubahan nama menjadi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks kompas100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRI- KEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan, dan Indeks Individual (Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI tahun 2010).

Sektor Pertambangan merupakan salah satu sektor yang terdapat pada indeks sektoral BEI. Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification) (Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI tahun 2010). Dari keseluruhan sektor terdapat 478 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (IDX Fact Book tahun 2013). Untuk jumlah perusahaan di setiap sektornya dapat dilihat pada tabel 1.1.

(2)

2

Tabel 1.1

Jumlah Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2013

No Sektor Jumlah

Perusahaan

1. Pertanian 20

2. Pertambangan

(Subsektor: Pertambangan Batu Bara (Subsektor: Minyak Mentah dan Gas Bumi (Subsektor: Pertambangan Logam dan Mineral (Subsektor: Pertambangan Tanah/Batu

21) 7) 7) 2)

37

3. Manufaktur 140

4. Properti, Real Estate, dan Konstruksi 54

5. Infrstuktur, Utility, dan Transportasi 45

6. Keuangan 75

7. Perdagangan, Pelayanan, dan Investasi 107

Sumber: IDX Fact Book 2013 (www.idx.co.id)

Pertambangan merupakan sektor primer (ekstraktif) yang melakukan kegiatan penambangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan luar biasa di sektor pertambangan batubara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan meningkatnya produksi dan ekspor batu bara sebesar lima kali lipat antara tahun 2000 dan 2012 (http://www.greenpeace.org/). Sektor pertambangan yang didukung oleh kekayaan sumber daya alam di Indonesia menjadikan perusahaan- perusahaan yang bergerak di sektor ini dapat menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik. Namun berdasarkan hasil survei BPS yang ditulis oleh Bank

(3)

3 Indonesia dalam laporan perekonomian Indonesia tahun 2013, pertumbuhan sektor pertambangan berada dalam tren melambat sejak tahun 2009 hingga 2013.

Tren melambat dalam pertumbuhan PDB menunjukkan melambatnya pertumbuhan produksi sektor pertambangan yang membuat investor memerlukan kepastian akan keberlangsungan hidup perusahaan yang berada pada sektor ini.

Tabel 1.2

Pertumbuhan PDB Sisi Sektoral (Persen, Year On Year)

Sektor Ekonomi 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 4,0 3,0 3,4 4,2 3,5

Pertambangan 4,5 3,9 1,6 1,6 1,3

Industri Pengolahan 2,2 4,7 6,1 5,7 5,6

Listrik, Gas dan Air 14,3 5,3 4,7 6,3 5,6

Bangunan 7,1 7,0 6,1 7,4 6,6

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,3 8,7 9,2 8,2 5,9 Pengangkutan dan Komunikasi 15,8 13,4 10,7 10,0 10,2 Keuangan, Persewaan dan Jasa 5,2 5,7 6,8 7,2 7,6

Jasa-jasa 6,4 6,0 6,8 5,3 5,5

Produk Domestik Bruto 4,6 6,2 6,5 6,3 5,8

Sumber : Hasil Survei BPS dalam Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia 2013 (www.bi.go.id)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator penting untuk mengukur perekonomian. PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (www.bi.go.id). Pada sektor pertambangan pertumbuhan PDB di tahun 2009 naik 4,5 persen dari tahun sebelumnya, selanjutnya mulai tahun 2010 hingga tahun 2013 pertumbuhan PDB sektor ini terus melambat yaitu 3,9 persen di tahun 2010, 1,6 persen ditahun 2011, 1,6 persen di tahun 2013 dan 1,3 persen ditahun 2013. Sedangkan untuk sektor

(4)

4

lain persentase pertumbuhan PDB mengalami fluktuasi kecuali pada sektor keuangan, persewaan dan jasa yang mengalami peningkatan sejak tahun 2009 hingga 2013.

1.2 Latar Belakang

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memungkinkan investor dan yang lainnya untuk membuat peramalan. Informasi mengenai suatu perusahaan tertentu harus disajikan dalam cara di mana pemakai laporan keuangan dapat membuat penilaian mereka sendiri mengenai masa depan perusahaan (Hendriksen, 2008:155). Oleh karena itu, data perusahaan akan lebih dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lain bila laporan keuangan mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor lewat opini (Sussanto, 2012).

Pemegang saham maupun pengguna laporan keuangan lainnya membutuhkan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going concern) melalui opini auditor. Hal tersebut dikarenakan auditor independen memiliki akses untuk mengetahui operasi perusahaan dan rencana masa yang akan datang. Auditor independen juga memiliki akses yang lebih terhadap manajemen melalui proses audit. Selanjutnya auditor akan mempertimbangkan informasi penting didalam perusahaan guna disampaikan dalam penjelasan khususnya tentang kemungkinan kelangsungan hidup perusahaan (Setyowati, 2013).

Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.30 (SA seksi 341, 2011:341.1) auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Alichia (2013) mengungkapkan bahwa opini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut dimungkinkan mengalami masalah untuk survive.

(5)

5 Fenomena di Indonesia menunjukkan kondisi perekonomian sejak dahulu tidak terlepas dari pengaruh siklus ekonomi global. Siklus tersebut mempengaruhi perekonomian domestik, bukan hanya jalur perdagangan tetapi juga jalur keuangan yang sangat terasa di masyarakat (Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia 2013). Sebagai akibatnya, Indonesia telah mengalami beberapa kondisi keterpurukan yang menyebabkan banyak perusahaan tidak dapat mempertahankan kegiatan usahanya dan memilih untuk gulung tikar (Drajati, 2011).

Pada tahun 1997, krisis keuangan yang terjadi membawa dampak bagi sebagian besar perekonomian di wilayah regional Asia Pasifik termasuk Indonesia. Keadaan ini memporak-porandakan perekonomian global, mempengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga asset lainnya di beberapa negara Asia. Rangkaian krisis moneter di tahun 1997 berlanjut dengan terjadinya krisis global pada tahun 2008. Sejak saat itu, dampak yang signifikan terhadap perkembangan bisnis di Indonesia masih terasa. Hal ini mengakibatkan makin meningkatnya opini Unqualified Going concern dan Disclaimer untuk penugasan (Arma, 2008).

Runtuhnya instansi-instansi besar seringkali ikut menguakan kasus-kasus manipulasi akuntansi didalamnya. Salah satu kasus yang menghebohkan publik adalah mengenai skandal kebangkrutan Lehman Brothers yang merupakan lembaga keuangan terbesar dalam sejarah korporasi di Amerika Serikat. Kasus ini memicu terjadinya krisis finansial global yang juga berdampak kepada negara Indonesia. Lehman Brothers merupakan salah satu investment bank terbesar di AS yang sudah berusia 150 tahun. Kebangkrutan bank ini merupakan yang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perbankan AS. Bangkrutnya Lehman Brothers juga merupakan titik awal serangan badai krisis terdahsyat pasca Perang Dunia II yang melanda pada tahun 2007 dan 2008. Kejahatan window dressing kembali menjadi bahan perdebatan setelah keluarnya laporan audit investigasi penyebab bangkrutnya Lehman Brothers tanggal 11 Maret 2010. Audit dilakukan oleh Anton R. Valukas, yang ditunjuk oleh pengadilan Southern District (Manhattan) (Priyanto B. Nugroho, www.ekonomi.kompasiana.com). Praktik yang disebut

(6)

6

window dressing bahkan sudah diakui sendiri oleh salah satu pejabat eksekutif Lehman Brothers dalam percakapan melalui email internal. Kekhawatiran terhadap praktik akuntansi tidak sehat menyangkut transaksi repo Lehman Brothers sebenarnya sudah disampaikan oleh salah satu senior vice president Lehman Brothers, Matthew Lee, sekitar bulan Mei atau Juni 2008. Hal itu disampaikan baik kepada pejabat senior di bank maupun kepada auditor Ernst &

Young (E&Y), namun tidak memperoleh tanggapan. Para pejabat tinggi Lehman Brothers juga disebut melakukan ‘actionable balance sheet manipulation’.

Valukas menyebut E&Y–yang merupakan the biggest five public accountant, auditor Lehman Brothers waktu itu tidak memenuhi standar professional sebagai auditor dan melakukan ‘malpraktek’ (halaman 990/91). Opini audit E&Y terakhir menyatakan semuanya masih ‘ok’ atau ‘fairly presented in accordance with general accepted accounting principles’ (GAAP) (Pratiwi, 2013).

Selain dalam kasus Lehman Brothers terdapat banyak perusahaan lain yang melakukan tindakan manipulasi. Januarti (2008) menyatakan bahwa banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar banyaknya kasus tersebut, maka AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan.

Prediksi bahwa suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan dimasa mendatang juga merupakan pertimbangan dalam mengeluarkan opini audit going concern. Indikasi kebangkrutan suatu perusahaan yang mengalami financial distress, yaitu suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk mengambil suatu langkah perbaikan (Ningtias, 2011). Financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kebangkrutan juga sering disebut

(7)

7 likuidasi perusahaan atau insolvensi. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan keuangan (financial failure) dan kegagalan ekonomi (economic faiure) (Indrianty dan Cahyaningsih, 2012). Terdapat tiga jenis model dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan, yaitu Zmijewski model, Springate model, dan Altman model. Menurut Haron (2009) analisis diskriminan Altman mampu memprediksi kesulitan keuangan dengan tingkat akurasi yang paling tinggi yaitu 95%.

Sehingga berdasarkan hal tersebut peneliti memilih Altman model sebagai model dalam memprediksi kondisi keuangan.

Beberapa penelitian terdahulu telah mengungkapkan pengaruh financial distress terhadap pemberian opini going concern. Ramadhany (2004) menyatakan bahwa variabel kondisi keuangan yang juga diproksikan dengan Altman ZScore memiliki arah negatif terhadap opini audit going concern pada perusahaan, hal ini didukung dengan hasil penelitian Susanto (2009) yang menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang buruk (financial distress) membuat auditor cenderung memberikan opini audit going concern. Penelitian berikutnya mengenai financial distress memperoleh hasil yang berbeda, Januarti (2009) menemukan bahwa financial distress tidak dapat digunakan untuk memprediksi penerimaan opini audit going concern.

Strategi emisi saham merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan manajemen untuk mengatasi kesulitan keuangan karena tambahan modal diharapkan dapat mengakibatkan aliran kas masuk yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan kewajiban perusahaan (Setyowati, 2013). Sudarsaman dan lai (2001) dalam setyowati (2013) memberi bukti empiris bahwa bagi perusahaan yang mengalami financial distress dapat melakukan berbagai strategi yang dapat meningkatkan kinerjanya melalui strategi jangka pendek (operational turnaround approach) dan strategi jangka panjang (strategic turnaround approach). Rencana dan tindakan stratejik yang dapat dilakukan manajemen meliputi, rencana dan tindakan untuk emisi saham, menambah hutang baru atau melakukan restrukturisasi hutang, menjual asset tidak produktif dan mengurangi biaya (PSA 30, 2001).

(8)

8

Mutchler (1997) mengidentifikasikan bahwa perusahaan yang memiliki strategi emisi saham sebagai salah satu berita baik atau good news yang dipertimbangkan auditor dalam keputusan opini going concern. Penelitian yang dilakukan Setyowati (2013) pun menunjukkan hasil yang sependapat yaitu strategi emisi saham baru merupakan faktor mitigasi dalam penerimaan opini going concern, hal ini memberikan bukti bahwa perusahaan yang sedang mengalami financial distress dapat mengatasi kesulitan keuangannya dengan melakukan strategi tersebut guna menghindari diterimanya opini going concern. Berlawanan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2012) memberikan bukti empiris bahwa strategi emisi saham tidak mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini going concern.

Mutchler (1985) melakukan pengujian terhadap keputusan opini audit going concern dengan variabel ukuran perusahaan. Hasilnya menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil.

Mutchler et. Al (1997) dan Warnida (2011) memberikan bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan opini audit going concern.

Artinya bahwa semakin besar ukuran perusahaan meminimalisir kemungkinan diberikannya modifikasi pendapat (going concern) oleh akuntan publik. Berbeda dengan hasil penelitian tersebut, Junaidi dan Hartono (2010) dan Dewayanto (2011) membuktikan bahwa tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan dan pemberian opini going concern oleh kantor akuntan publik.

Profitabilitas merupakan salah satu variabel yang sering digunakan dalam penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi going concern. Penelitian ini menggunakan return on assets sebagai proksi dari profitabilitas. Hal ini dikarenakan analisa menggunakan return on assets bersifat menyeluruh atau komprehensif. Return on assets dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2002; dalam Arma, 2013). Menurut Sussanto (2012) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan

(9)

9 yang diproksikan dengan return on assets, maka perusahaan tidak akan memperoleh opini audit going concern. Hal ini dibuktikan dalam analisis Drajati (2011) bahwa rasio profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Sedangkan Januarti dan Fitrianasari (2008) tidak menemukan bukti adanya hubungan profitabilitas yang diproksikan dengan return on assets terhadap pemberian opini audit modifikasi going concern.

Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh perusahaan berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan tersebut akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan di masa yang akan datang. Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari kreditur akan menyulitkan perusahaan dalam hal tambahan dana guna membiayai operasional usahanya (Drajati, 2011).

Berdasarkan paparan latar belakang diatas mengenai besarnya pengaruh diberikannya opini audit going concern atas laporan keuangan auditee, maka peneliti termotivasi untuk meneliti pengaruh faktor-faktor tertentu baik keuangan, non keuangan maupun strategi manajemen yang berkaitan dengan pemberian opini going concern oleh Kantor Akuntan Publik. Selain itu dapat dilihat bahwa keempat variabel baik financial distress, strategi emisi saham, ukuran perusahaan maupun profitabilitas masih menunjukkan adanya hasil yang kontradiktif.

Dalam penelitian ini penulis memilih objek penelitian yaitu perusahaan yang terdapat dalam sektor pertambangan pada Bursa Efek Indonesia, hal ini dikarenakan pertumbuhan sektor pertambangan berada dalam tren melambat sejak tahun 2009 hingga 2013 yang dapat dilihat pada tabel 1.2. Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan disebabkan terjadinya penurunan produksi minyak akibat terbatasnya produksi sumber minyak baru. Selain itu, melemahnya permintaan ekspor pertambangan nonmigas yang diakibatkan oleh penurunan akan permintaan ekspor dan harga komoditas. Peneliti memilih periode penelitian 2009 hingga 2013 karena peneliti melihat selama periode tersebut terdapat

(10)

10

beberapa perusahaan yang menderita kerugian lebih dari dua tahun berturut-turut sehingga meningkatkan pemberian opini going concern dan juga telah dikeluarkannya UU No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara yang berisi pelarangan terhadap perusahaan tambang untuk mengekspor mineral mentah, Dengan penerapan UU tersebut, sekitar 95% perusahaan tambang kemungkinan akan mengurangi produksi, bahkan hingga gulung tikar (www.beritabatavia.com). Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Analisis Pengaruh financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern (Studi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013)”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan, profitabilitas dan penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013?

2. Bagaimana pengaruh secara simultan financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013?

3. Bagaimana pengaruh secara parsial financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013, yaitu:

a. Bagaimana pengaruh financial distress terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013?

(11)

11 b. Bagaimana pengaruh strategi emisi saham terhadap penerimaan opini audit

modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013?

c. Bagaimana pengaruh size perusahaan terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013?

d. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan identifikasi masalah dan penjelasan diatas penulis mengemukakan tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan, profitabilitas dan penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

2. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan, dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial financial distress, strategi emisi saham, size perusahaan, dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

a. Untuk menganalisis pengaruh financial distress terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

b. Untuk menganalisis pengaruh strategi emisi saham terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

(12)

12

c. Untuk menganalisis pengaruh size perusahaan terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

d. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:

1.5.1 Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan terkait auditing khususnya mengenai going concern serta sebagai bahan kajian dalam penelitian di masa yang akan datang.

2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk belajar serta referensi dan bahan acuan dalam penelitian yang berkaitan dengan permasalahan going concern.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Auditor dan Kantor Akuntan Publik

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam melakukan audit dan pertimbangan dalam hal pemberian opini audit going concern mengacu kepada aspek keuangan, non keuangan maupun strategi manajemen.

2. Bagi Investor

Sebagai bahan untuk mengetahui kondisi keuangan dari beberapa perusahaan publik sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta

(13)

13 membantu dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi dengan melihat kelangsungan usaha yang dimiliki perusahaan.

3. Bagi Perusahaan

Khususnya bagi perusaan pada sektor pertambangan dapat membuat rencana serta kebijakan untuk memperbaiki kondisi usaha serta menghindari kebangkrutan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori auditing, opini audit modifikasi going concern dan variabel penelitian yaitu financial distress, strategi emisi saham, sizeperusahaan dan profitabilitas. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan secara rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi

(14)

14

operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (financial distress, strategi emisi saham, sizeperusahaan dan profitabilitas) terhadap variabel dependen (opini audit modifikasi going concern).

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap opini audit modifikasi going concern dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Perangkat Bahan Ajar Matematika berbasis Karakter di kelas 4 yang berada pada kategori Baik dan

spektroskopi inframerah (FTIR) merupakan metode yang menjanjikan yang mampu menganalisis adanya senyawa pemalsu dalam minyak buah alpukat secara cepat, akurat, dan terpercaya

Data hasil percobaan untuk mengetahui pengaruh waktu pemanasan terhadap nilai serap air, kuat tekan dan karakteristik pelindian (kadar Cr terlindi dalam media lindi) dari

Malcollm Brownlee yang dikutip oleh Inu Kencana Syafiie, menerangkan bahwa etika, moral, atau akhlak dalam Islam itu adalah berbuat baik, seperti menolong, mencintai,

[CPPS 11 CPPS 15 CPMK 11.1 CPMK 15.1]: Mahasiswa mampu memahami konsep Mobile Forensik, Jenis-jenis Mobile device serta perangkat lunak yang dapat digunakan.. Kemampuan

Pai merupakan jenis biskuit berserpih (flaky) yang dibuat dari adonan yang dilapis lemak padat atau emulsi lemak, sehingga mengembang selama pemanggangan dan bila

Sebelum dilakukan pemberdayaan wartawan siswa dalam pembuatan majalah sekolah, siswa-siswi telah memiliki media untuk menyalurkan bakat menulis mereka melalui majalah