• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI

Widia Wati1, Erma Puspita Sari 2, Afifa Ramadanti3, Diah Sukarni4

Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan, Universitas Kader Bangsa Palembang1,2,3,4

[email protected]1 [email protected]2 [email protected]3

[email protected]4

DOI: https://doi.org/10.36729 ABSTRAK

Latar Belakang: Imunisasi merupakan salah satu cara upaya preventif pencegahan penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh. Hasil studi pendahuluan di Poskesdes Panang Jaya setelah dilakukan wawancara pada 10 ibu yang memiliki bayi, mayoritas ibu memiliki pengetahuan yang kurang tentang imunisasi, sikap yang kurang baik tentang imunisasi serta kurangnya dukungan keluarga terhadap imunisasi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Wilayah Kerja Poskesdes Panang Jaya. Metode: Penelitian menggunakan jenis survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Poskesdes Panang Jaya Kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muara Enim, pada bulan Agustus 2021. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki bayi usia > 9 bulan–12 bulan yang ada di Desa Panang Jaya berjumlah 39 orang, sampel penelitian menggunakan total populasi. Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dengan diuji statistik Chi-square.

Hasil: Hasil penelitian dari uji statistik chi-square menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p value 0,016), dan sikap (p value 0,047) dan tidak ada hubungan dukungan keluarga (p value 0,608) dengan imunisasi dasar. Saran: Diharapkan pada petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi dan pendekatan persuasif pada ibu yang memiliki bayi agar dapat merubah persepsi ibu yang kurang baik terhadap imunisasi sehingga imunisasi dasar pada bayi didapat secara lengkap.

Kata Kunci: Imunisasi Dasar, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga

ABSTRACT

Background: Immunization is one way of preventing disease through the provision of immunity. The results of the preliminary study at Poskesdes Panang Jaya after interviewing 10 mothers with babies, the majority of mothers had less knowledge about immunization, bad attitudes about immunization and lack of family support for immunization. Purpose: This study aim was aimed to find out the correlation between knowledge, attitude and family support with the completeness of basic immunization given to babies at Panang Jaya village Health Post. Method: The study used an analytical survey type with a cross sectional approach which was carried out in the Panang Jaya Poskesdes Work Area, Gunung Megang District, Muara Enim Regency, in August 2021. The population was taken from all mothers living at Panang Jaya village who has babbies aged > 9 months old – 12 months old with a total of 39 people. The samples of this study were taken from the total number of populations. This study was primary data were taken from interview using qustionnaires, then analyzed using chi square statistics. Results: The result of this study with chi square statistics showed that there was a significant correlation knowledge (p value 0,016) and attitude (p value 0,047) but there was not acorrelation family support (p value 0,608) with basic immunization. Suggestion: It is hoped that health workers can improve counseling about immunization and a persuasive approach to mothers who have babies so that they can change the perception of mothers who are not good at immunization so that basic immunizations for babies are obtained completely.

(2)

Keywords: Basic Immunization, Knowledge, Attitude, Family Support

PENDAHULUAN

Paradigma sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah pencegahan penyakit.

Sebagai upaya menghasilkan generasi sehat memerlukan motivasi dan koordinasi semua pihak terutama orang tua, tenaga kesehatan, aparat pemerintah dengan mendukung program- program dalam bidang kesehatan sehingga angka kesakitan dan angka kematian dapat di tekan secara maksimal. Salah satu program kesehatan untuk menghasilkan generasi sehat berkualitas di lakukan melalui kegiatan imunisasi (Lisnawati, 2011).

Imunisasi merupakan program kelas dunia yang dimotori oleh World Health Organization (WHO) dan dilaksanakan oleh semua negara sebagai program nasional. Prinsip dasar imunisasi adalah memberikan antigen lewat vaksin kedalam tubuh sehingga tubuh merespon dengan membentuk antibodi (Arifianto, 2019). Menurut WHO, pada tahun 2018 ada sekitar 20 juta anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, bahkan ada yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali. Padahal untuk mendapatkan kekebalan komunitas (Herd Immunity) dibutuhkan cakupan imunisasi yang tinggi (paling sedikit 95%) dan merata.

(Kemenkes RI, 2020).

Pada bulan April 2020, Kemenkes bekerjasama dengan UNICEF melakukan penilaian cepat dengan survei daring pada 5329 puskesmas di 388 kabupaten/kota di Indonesia. Hasil survei menunjukkan kurang lebih 84% fasilitas kesehatan layanan imunisasi mengalami gangguan yang signifikan akibat wabah covid-19 dan kebijakan pemerintah dalam penerapan physical distancing. Secara kumulatif, layanan imunisasi terganggu di lebih 90%

posyandu dan 65% puskesmas. Gangguan terhadap layanan imunisasi disebabkan oleh berbagai alasan, seperti kurangnya pemahaman terhadap panduan kemenkes, besarnya resiko penularan covid-19 di wilayah puskesmas, kurangnya dana akibat pengalihan dukungan rencana respon pandemi, terbatasnya jumlah vaksinator berpengalaman yang di alihtugaskan untuk menangani pandemi covid-19, gangguan transportasi akibat pembatasan perjalanan, dan penutupan sekolah-sekolah (Patriawati, 2020).

Cakupan program imunisasi dasar berlanjutan di Sumatera Selatan pada juni 2020 baru mencapai 35% karena terjadi penyusutan akumulasi sejak pandemi covid 19 merebak (Dinkes SumSel, 2020). Pada tahun 2020 di Sumatera selatan tercatat kasus AFP sebanyak 8 kasus AFP. (Profil Dinkes, 2021). Pada tahun 2018 di Kabupaten Muara Enim tercatat 47 kasus

(3)

campak klinis, 1 kasus Difteri dan 4 kasus AFP. Pada tahun 2019 tercatat 32 kasus campak terjadi di Kabupaten Muara Enim dan 485 kasus TB anak. Pada tahun 2020 di Kabupaten Muara Enim tercatat 2 kasus AFP Dan 4 kasus campak klinis. (Profil Dinkes Muara Enim, 2020).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada bayi yaitu faktor pendorong yang mencakup dukungan keluarga yang mencakup pada dukungan petugas kesehatan. Selanjutnya faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan sikap, pendidikan, paritas dan pekerjaan ibu (Rahma, 2021). Hasil studi pendahuluan di Poskesdes Panang Jaya setelah dilakukan wawancara pada 10 ibu yang memiliki bayi mayoritas ibu memiliki pengetahuan yang kurang tentang imunisasi, sikap yang kurang baik tentang imunisasi serta kurangnya dukungan keluarga terhadap imunisasi. Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Poskesdes Panang Jaya Tahun 2021”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional dimana data variabel dependen (imunisasi dasar pada bayi) dan variabel

independen (pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga) dikumpulkan secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Poskesdes Panang Jaya Kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muara Enim, pada bulan Agustus 2021.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi yang berusia > 9-12 bulan yang ada di Desa Panang Jaya pada tahun 2021 dengan jumlah 39 orang. Sampel penelitan ini adalah total populasi dengan menggunakan teknik total sampling. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang dilakukan dengan kuesioner melalui wawancara langsung terhadap responden.

Data yang telah terkumpul diolah melalui tahap-tahap editing (pengeditan data), coding (pengkodean), entry data (pemasukan data), cleaning data (pembersihan data). Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN Analisa Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel dependen yaitu imunisasi dasar pada bayi dan variabel independen meliputi pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga.

(4)

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

No Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Imunisasi Dasar Bayi

 Lengkap 25 64

 Tidak lengkap 14 36

2 Pengetahuan

 Baik 33 84,6

 Kurang 6 15,4

3 Sikap

 Positif 34 87,2

 Negatif 5 12,8

4 Dukungan Suami

 Mendukung 23 59

 Tidak mendukung 16 41

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden yang imunisasi dasar bayi tidak lengkap (36%), pengetahuan kurang (15,4%), sikap negatif (12,8%) dan yang tidak mendapat dukungan suami (41%).

Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan secara simultan dan parsial antara variabel independen (pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga) dengan variabel dependen (imunisasi dasar pada bayi).

Tabel 2.

Hubungan Pengetahuan dengan Imunisasi Dasar pada Bayi

No Pengetahuan

Imunisasi Dasar Bayi Jumlah

p value OR Lengkap Tidak Lengkap

N %

n % n %

1 Baik 24 72,7 9 27,3 33 100

0,016 13,333

2 Kurang 1 16,7 5 83,3 6 100

Jumlah 25 14 39 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa 33 responden, dari 33 responden yang berpengetahuan baik, ada 24 responden (72,7%) dengan status imunisasi dasar lengkap dan 9 responden (27,3%) dengan status imunisasi dasar tidak

lengkap, sedangkan dari 6 responden berpengetahuan kurang yang berstatus imunisasi dasar lengkap ada 1 responden (16,7%) dan yang status imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 5 responden (83,3%).

(5)

Hasil uji statistik chi-square pada tingkat kemaknaan α 0,05 di peroleh nilai p 0,016 value yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan imunisasi dasar pada bayi sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan imunisasi dasar pada

bayi terbukti secara statistik. Hasil Odds Ratio diperoleh nilai 13,333 yang berarti bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 13,333 kali lebih besar memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan kurang.

Tabel 3.

Hubungan Sikap dengan Imunisasi Dasar pada Bayi

No Sikap

Imunisasi Dasar Bayi Jumlah

p value OR Lengkap Tidak lengkap

N %

n % n %

1 Positif 24 70,6 10 29,4 34 100

0,047 9,600

2 Negatif 1 20 4 80 5 100

Jumlah 25 14 39 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat 34 responden bersikap positif, ada 24 responden (70,6%) berstatus imunisasi dasar lengkap, dan 10 responden (29,4%) berstatus tidak lengkap. Sedangkan dari 5 responden bersikap negatif, ada 1 responden (20%) yang berstatus imunisasi dasar lengkap, dan yang berstatus tidak lengkap sebanyak 4 responden (80%).

Hasil uji statistik chi-square pada tingkat kemaknaan α 0,05 di peroleh nilai p value 0,047 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan

imunisasi dasar pada bayi sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan imunisasi dasar pada bayi terbukti secara statistik. Hasil Odds Ratio diperoleh nilai 9,600 yang berarti bahwa responden yang bersikap postif berpeluang 9,600 kali lebih besar untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi dibandingkan responden yang bersikap negatif.

(6)

Tabel 4.

Hubungan Dukungan Suami dengan Imunisasi Dasar pada Bayi

No Dukungan Suami

Imunisasi Dasar Bayi Jumlah

p value OR Lengkap Tidak lengkap

N %

n % n %

1 Mendukung 16 69,6 7 30,4 23 100

0,608 1,778 2 Tidak

mendukung 9 56,2 7 43,8 16 100

Jumlah 25 14 39 100

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat dari 23 responden yang mendapat dukungan keluarga, ada 16 responden (69,6 %) yang berstatus imunisasi dasar lengkap, dan ada 7 responden (30,4%) yang berstatus tidak lengkap. Sedangkan dari 16 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga, ada 9 responden (56,2%) yang berstatus imunisasi dasar lengkap, dan 7 responden (43,8%) berstatus tidak lengkap.

Hasil uji statistik chi-square pada tingkat kemaknaan α 0,05 di peroleh nilai p value 0,608 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar pada bayi sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar pada bayi tidak terbukti secara statistik. Hasil Odds Ratio diperoleh nilai 1,778 yang berarti bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga berpeluang 1,778 kali dalam memberikan imunisasi dasar pada bayi dibandingkan

dengan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga.

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan dengan Imunisasi Dasar pada Bayi

Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa dari 33 responden yang berpengetahuan baik, ada 24 responden (72,7%) dengan status imunisasi dasar lengkap dan 9 responden (27,3%) dengan status imunisasi dasar tidak lengkap, sedangkan dari 6 responden berpengetahuan kurang yang berstatus imunisasi dasar lengkap ada 1 responden (16,7%) dan yang status imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 5 responden (83,3%).

Hasil uji statistik chi-square di peroleh nilai p value 0,016 ≤ α 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan imunisasi dasar pada bayi sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan imunisasi dasar pada bayi terbukti secara

(7)

statistik. Hasil Odds Ratio diperoleh nilai 13,333 yang berarti bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 13,333 kali lebih besar memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan kurang.

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Dilyana dan Ira (2019), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status kelengkapan imunisasi dasar dikarenakan semakin rendah pengetahuan ibu, maka semakin banyak berkontribusi terhadap ketidaklengkapan imunisasi. Buruknya pengetahuan tentang imunisasi juga berkaitan dengan peran ibu dalam melengkapi imunisasi bayinya.

Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai cara diantaranya metode cara coba otoritas kekuasaan berdasarkan prinsip-prinsip seseorang, berdasarkan pengalaman pribadi serta melalui jalan pikiran (Notoadmodjo dalam Wawan, 2017). Pengetahuan yang cukup tentang imunisasi mencakup tahu akan pengertian imunisasi, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, manfaat imunisasi, tempat pelayanan imunisasi, waktu pemberian imunisasi, dan jenis imunisasi diharapkan dapat mempengaruhi tindakan ibu dalam memberikan imunisasi secara lengkap pada bayinya (Agus, 2014).

Peneliti menganalisa bahwa ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi maka orang tersebut akan memberikan imunisasi dasar secara lengkap. Pengetahuan ibu memegang peranan penting dalam pemberian kelengkapan imunisasi dasar, karena pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan masyarakat, sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi secara lengkap. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan karena latar belakang pendidikan ibu baik secara formal maupun informal.

Pada penelitian ini masih ada responden berpengetahuan baik tetapi tidak lengkap dalam pemberian imunisasi.

Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan responden tidak memiliki waktu yang cukup untuk membawa anaknya ke tempat imunisasi disebabkan kendala letak geografis, jarak tempuh yang cukup jauh untuk menuju tempat imunisasi. Selain itu, karena tingkat pendidikan ibu yang rendah dan juga kurangnya pemahaman informasi tentang imunisasi dasar pada bayi. Hal tersebut terlihat dari hasil pengisian kuesioner. Sebaliknya ada responden yang berpengetahuan kurang tetapi lengkap mengimunisasi anaknya karena responden hanya mengikuti informasi dan jadwal

(8)

kegiatan imunisasi di posyandu yang ada di Desa.

Hubungan Sikap dengan Imunisasi Dasar pada Bayi

Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa dari 34 responden yang bersikap positif, ada 24 responden (70,6%) dengan status imunisasi dasar lengkap dan 10 responden (29,4%) dengan status imunisasi dasar tidak lengkap, sedangkan dari 5 responden bersikap negatif yang berstatus imunisasi dasar lengkap ada 1 responden (20%) dan yang status imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 4 responden (80%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value0,047 ≤ α 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan imunisasi dasar pada bayi sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan imunisasi dasar pada bayi terbukti secara statistik. Sedangkan Odds Ratio diperoleh nilai 9,600 yang berarti bahwa responden yang bersikap postif berpeluang 9,600 kali lebih besar untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi dibandingkan responden yang bersikap negatif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Budiarti (2019), yang menyatakan bahwa terdapat kolerasi sikap ibu terhadap kepatuhan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar. Hal ini dikarenakan ibu

yang memiliki sikap setuju dengan kelengkapan imunisasi dasar akan patuh untuk melakukan imunisasai pada bayinya agar anak bebas dari penyakit dan memberikan kekebalan pada bayi atau mencegah penyakit sehingga angka morbiditas, moratalitas dan kecacatan dapat ditekan seminimal mungkin.

Menurut Notoatmodjo sikap adalah reaksi atau respon dari seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan, 2017).

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dan bertindak atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang terhadap sesuatu dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang diyakini dan norma-norma yang dianut.

Untuk dapat mempengaruhi seseorang, informasi perlu disampaikan secara perlahan-lahan dan berulang-ulang dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi informasi tersebut (Wawan, 2017).

Selain itu sikap orang tua juga memiliki hubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Perbedaan sikap yang dimiliki ibu mempunyai hubungan signifikan dengan prilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi. Ibu dengan sikap negatif memiliki peluang lebih besar untuk memiliki prilaku negatif dalam pemberian imunisasi dasar dan sikap

(9)

postif mempunyai peluang lebih besar untuk memiliki prilaku positif dalam pemberian imunisasi dasar, namun demikian peluang tersebut tidak menjadi patokan bahwa pemilik sikap negatif tidak akan melakukan kegiatan yang positif dikarenakan ada dukungan lain selain daripada sikap itu sendiri (Sarimin dkk, 2014).

Peneliti menganalisa bahwa mayoritas responden bersikap positif dengan status imunisasi dasar lengkap 24 responden (61,5%) responden memiliki kecenderungan mengetahui tentang imunisasi (manfaat, macam-macam imunisasi dasar, jadwal imunisasi dasar) akan membawa responden untuk berpikir dan berusaha supaya imunisasi dasar anaknya lengkap. Sikap positif ini adalah bentuk dari kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu khususnya imunisasi. Kepercayaan ini diperoleh dari orang tua, kakek atau orang lain terdekat atau dari penyuluhan-penyuluhan dari petugas kesehatan dan menilai bahwa manfaat imunisasi lebih banyak daripada efek samping yang ditimbulkan karena imunisasi.

Penelitian ini juga mengungkap bahwa sebagian kecil ibu yang memiliki sikap positif yaitu sebanyak 10 responden (3,9 %) ternyata tidak melakukan imunisasi secara lengkap. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor budaya dan

faktor keagamaan. Responden memiliki kenyakinan bahwa imunisasi hanya membuat bayi menjadi sakit dan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan bayi. Selain daripada itu faktor akses kemudahan pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan responden tidak lengkap dalam memberikan imunisasi dasar pada bayi.

Namun demikian, terdapat 1 responden (2,5 %) yang memiliki sikap negatif namun status imunisasinya lengkap. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor luar seperti adanya dukungan dari petugas kesehatan, kader atau pemerintah setempat yang tidak bisa ditolak, selain itu juga bisa disebabkan oleh dorongan dari tetangga atau orang di lingkungan sekitar yang membuat responden perlu melakukan imunisasi.

Hubungan Dukungan Suami dengan Imunisasi Dasar pada Bayi

Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa dari 23 responden yang mendapat dukungan keluarga, ada 16 responden (69,6%) dengan status imunisasi dasar lengkap dan 7 responden (30,4%) dengan status imunisasi dasar tidak lengkap, sedangkan dari 16 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga yang berstatus imunisasi dasar lengkap ada 9 responden (56,2%) dan yang status imunisasi dasar tidak lengkap sebanyak 7 responden (43,8%).

(10)

Berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh p value 0,608 > α 0,05yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar pada bayi sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan imunisasi dasar pada bayi tidak terbukti secara statistik, sedangkan Odds Ratio diperoleh nilai 1,778 yang berarti bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga berpeluang 1,778 kali dalam memberikan imunisasi dasar pada bayi dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mita (2020) di Desa Sungso Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar. Hal ini dikarenakan diperlukannya beberapa himbauan atau informasi tentang imunisasi dasar lengkap yang dapat mengarahkan individu yang khususnya seorang ibu ataupun anggota keluarga lainnya agar munculnya dukungan keluarga terhadap ibu untuk melaksanakan imunisasi dasar lengkap dan membentuk opini keluarga maupun ibu yang baik tentang imunisasi.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Dalam hal ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010).

Peneliti menganalisa bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik dan lengkap dalam pemberian imunisasi, menunjukkan bahwa anggota keluarga (suami, mertua dan saudara) telah turut mengambil peran dalam memberikan dukungan sehingga pemberian imunisasi pada bayi dapat terlaksana sesuai jadwal. namun ada pula responden yang mendapat dukungan keluarga tetapi tidak lengkap dalam memberikan imunisasi karena motivasi yang kurang dari diri responden yang disebabkan karena faktor budaya dan salahnya informasi yang didapat responden tentang pemberian imunisasi yang dapat menimbulkan anak menjadi sakit setelah diberikan imunisasi.

Responden yang tidak mendapat dukungan keluarga dan berstatus imunisasi dasar lengkap dikarenakan responden mengerti serta menerima informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan mengenai pentingnya imunisasi dasar, sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga dan berstatus tidak lengkap dikarenakan responden mengikuti keinginan suami atau keluarga agar tidak

(11)

mengimunisasikan bayinya karena takut terjadi kejadian ikutan pasca imunisasi dan ibu merasa tidak mampu menjaga bayinya sendirian apabila terjadi demam setelah imunisasi dan sebagian responden mengatakan bahwa keluarga tidak mau memfasilitasi responden menuju tempat pelayanan imunisasi.

Diperlukannya beberapa himbauan ataupun informasi tentang imunisasi dasar lengkap yang dapat mengarahkan responden ataupun anggota keluarga lainnya agar munculnya dukungan keluarga terhadap responden untuk melaksanakan imunisasi dasar lengkap dan membentuk opini yang baik tentang imunisasi sehingga besar kemungkinan tercipta opini, percaya, nyaman dan prilaku melaksanakan imunisasi dasar, serta diperlukan komunikasi yang persuasif melalui promosi kesehatan sehingga responden memahami pentingnya imunisasi dasar pada bayi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi dimana didapatkan uji statistik ρ value 0,016 dengan Odds Ratio 13,333 .

2. Ada hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi dimana didapatkan uji statistik ρ value 0,047 dengan Odds Ratio 9,600.

3. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi dimana didapatkan uji statistik ρ value 0,608 dengan Odds Ratio 1,778.

Saran

Diharapkan pada petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi dan pendekatan persuasif pada ibu yang memiliki bayi agar dapat merubah persepsi ibu yang kurang baik terhadap imunisasi sehingga imunisasi dasar pada bayi didapat secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Budiman. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Arifianto. (2019). Yakin dengan Vaksin dan Imunisasi?. Katadepan. Depok.

Budiarti, Astrida. (2019). Hubungan Faktor Pendidikan, Pekerjaan, Sikap dan Dukungan Keluarga Terhadap Imunisasi Dasar di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Kenjeran Surabaya. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 5 (2): 53-58

(12)

Dilyana, Tri Anisca dan Ira Nurmala. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Ibu dengan Status Imunisasi Dasar di Wonokusumo. The Indonesian Journal Of Health Promotion and Health Education, 7(1): 67-77

Dinas Kesehatan Muara Enim. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Muara Enim 2020.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sumsel 2019.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Edisi Kelima. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta

Lisnawati, Lilis. (2011). Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info Media

Mita, Zhura. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Songso Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare Techonogy dan Medicine. 6(2)

Patriawati, Aji Keswari. (2020). Imunisasi Bayi dan Anak pada Masa Pandemi Covid-19.

Jakarta: FK UKI Lecturer`s Scientific Meeting

Rahma, Marliana. (2021). Buku Ajar Panduan Lengkap Imunisasi. Jakrta: Trans Info Media Sarimin, Sisfiani dkk. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu

dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Balita di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara Wilayah Kerja Puskesmas Walantakan. Jurnal Keperawatan, 2(2)

Wawan, A. (2017). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuha Medika

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis statistik uji analisis Chi-Square didapatkan nilai signifikan p=0,157 atau p> 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi-square diketahui bahwa nilaip < 0,001, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi-square diketahui bahwa nilaip < 0,001, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square test diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi remaja

Hubungan sikap dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar bayi pada analisis diperoleh hasil uji statistic chi- square nilai α = 0,001 (<0,05), Nilai tersebut

Hasil uji statistik menggunakan Chi- square didapatkan hasil p value = 0,200 > α = 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan keaktifan

Data yang dapat dianalisis dengan menggunakan uji statistic Chi- Square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dengan pelaksanaan imunisasi campak dan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square test diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi remaja di