• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reproduksi

N/A
N/A
rindaaul utamii

Academic year: 2022

Membagikan "Reproduksi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuburan Tanah 1. Faktor Alami

Kesuburan tanah alami adalah kesuburan tanah yang tergantung dari jumlah dan jenis mineral mudah lapuk yang terdapat di dalam tanah atau cadangan mineralnya ( Van Der Plas,1966)

a. Bahan Induk Tanah

Menurut Jenny (1980) yang dimaksud dengan bahan induk tanah adalah kondisi tanah sejak ia diendapkan . Bahan induk yang sejenis dapat membentuk tanah yang berbeda apabila iklim dan vegetasi berbeda. Bahan induk adalah faktor pasif.

Bahan induk dengan tektur halus membentuk tanah dengan bahan organik yang lebih tinggi dari pada bahan bahan induk bertekstur kasar, karena ketersediaan air lebih tinggi dan tanaman tumbuh dengan baik. Dengan keberadaan bahan organik itu dapat berperan sebagai tangan tanah. Tangan ini memegang bagi unsur-unsur tanah. Sehingga unsur-unsur tersebut dapat digunakan dan tersedia bagi tanaman.

Contoh tanah yang terbentuk dari bahan induk yang berasal dari batuan masam ( kandungan SiO2 tinggi dan kandungan mineral kelam rendah), pada umumnya akan mempunyai cadangan mineral yang rendah.

b. Topografi

Topografi dipandang oleh Hale (1976) dalam Gerrard (1981) adalah sebagai sekelompok tanah yang berkembang dari bahan yang pada awalnya sama dan tidak menutup kemungkinan berbeda pada singkapan berlereng tunggal karena perbedaan geologi. Sedangkan Arsyad (2010) menuliskan bahwa topografi adalah faktor pasif pembentuk tanah yang mendorong proses erosi dan perpindahan materian dari satu tempat ke tempat lain. Topografi mempengaruhi proses hidrologi. Semakin besar kemiringan lereng maka limpasan permukaan juga semakin besar. Pengaruh topografi terhadap kesuburan tanah yaitu semakin besar limpasan yang dihasilkan akan membuat tanah banyak terkikis unsur-unsur dan humusnya. Contoh kasus pada lahan yang berada pada kelerangan yang tinggi serta memilki sedikit tutupan di permukaan tanahnya, akan lebih rentan terjadi

(2)

erosi. Hal ini membuat tanah kurang subur dan produktivitas tanaman juga akan berkurang.

c. Iklim

Curah hujan dan suhu udara adalah faktor iklim yang menurut Buckman dan Brady (1982) paling berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Jika curah hujan yang tinggi akan membuat bermacam dampak. Beberapa dampak itu antara lain, besarnya infiltrasi dilanjutkan dengan perkolasi akan mampu mengangkut unsur-unsur hara serta adanya proses Leaching atau pencucian. Peningkatan konsentrasi H+ di dalam larutan air tanah yang berarti membuat tanah menjadi asam. Kondisi ini tidak terlalu baik bagi tanaman, selaras dengan Hakim dkk.

(1986), yang mengatakan bahwa pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi, koloid tanah akan lebih banyak didominasi oleh ion H+, sedangkan kation-kation basa terjerap lemah dan berada pada larutan bebas. Sedangkan Winarso (2005), menambahkan, tingginya curah hujan mengakibatkan kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan semakin rendah karena proses pencucian berjalan intesif.

Contoh kasus pada lahan yang sering terbuka, seperti pada lahan pertanaman ubi kayu, juga akan menambah pemicu terjadinya leaching. Hal ini akan dapat menyebabkan penurunan kandungan kation basa di dalam tanah.

Suhu udara mempengaruhi jenis tanah dengan mempengaruhi suhu badan tanah. Tanah bersifat konduktor. Akibatnya tanah lebih panas dibandingkan udara di atasnya. Variasi suhu juga berpengaruh pada proses pelapukan.

Selain itu Purnomo ( 2006), juga menjelaskan bahwa suhu merupakan salah satu faktor penyebab penurunan bahan organik tanah yang mana suhu di Indonesia yang hangat juga akan menambah tingginya laju dekomposisi bahan organik sehingga bahan organik akan cepat terkuras. Masalah ini jika dikaitkan dengan kesuburan tanah tentu akan menjadi faktor yang kurang menguntungkan. Hal ini dikarenakan tanah yang berkurang bahan organiknya maka unsur-unsur yang dipegang semakin sedikit tersedia bagi tanaman.Sehingga akan membuat tanah kurang subur dan tanaman mungkin akan defisiensi baik itu berupa unsur makro ataupun mikro.

(3)

2. Faktor Buatan

a. Pola penggunaan lahan

Untuk menunjang kesuburan tanah berbeda kondisi dengan pola penggunaan sebagai lahan kebun campuran yang merupakan sistem polikultur, yaitu menanami suatu lahan dengan berbagai macam tanaman.

Keragaman vegetasi tanaman tahunan pada lahan kebun campuran akan menciptakan konfigurasi tajuk yang berlapis. Menurut Banuwa (2013), tajuk yang berlapis akan memberikan perlindungan yang efektif terhadap proses erosi yang disebabkan oleh pukulan langsung butir-butir air hujan. Arsyad (2010) juga menambahkan, keragaman vegetasi yang tinggi mampu berperan dalam usaha konservasi tanah dan air melalui intersepsi air hujan dan mengurangi daya pukul air hujan. Contoh dalam penggunaan lahan sebagai lahan pertanaman ubi kayu, harus di selingi oleh tanaman yang bertajuk strata seperti pohon pepaya.

b. Bahan kimia beracun

Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0 untuk menghindari toksisitas. Menurut Hidayah (2011), pada reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B, Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo.

Contoh terbukanya lahan menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah dan intensifnya pencucian hara oleh air hujan. Hal ini mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga akan menurunkan kejenuhan basa yang menyebabkan pH tanah menurun.

c. Pemupukan

Pengertian pemupukan menurut Daud ( 2008) adalah proses menambahkan bahan untuk menambah hara bagi tanah. Pemberian ini bertujuan untuk memperbaik berbagai sifat, seperti sifat fisika, kimia dan

(4)

biologi tanah. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk hijau dari tanaman legum atau berupa pupuk organik. Keberadaan input pupuk ini mampu memperbaiki keadaan lingkungan tanaman untuk menyerap hara pupuk dan meningkatkan kesuburan tanah .Contohnya pemberian pupuk kandang pada lahan sawah akan menjadikan tanaman padi akan lebih baik dalam menyerap unsur hara pada pupuk itu. Hal ini dikarenakan pupuk hijau atau pupuk kandang mampu berfungsi ganda yaitu sebagai menambah hara dan sekaligus mengamandemenkan tanah. Bahan amandemen ini mampu melepaskan ion hara dari komplek mineral organik dan melancarkan pertukaran ion

d. Genangan air /Aerasi Tanah

Pengertian aerasi menurut Hakim (2005) yaitu istilah yang mengindikasikan kondisi tata udara dalam tanah. Aerasi baik berarti keluar-masuknya udara dari dan kedalam tanah terjadi tanpa hambatan, sedangkan aerasi buruk berarti sebaliknya pada tanah bereaksi buruk.

Yuwono (2002) mengemukakan akan terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman akibat tertekannya sehingga menghambat pertumbuhannya perakaran, respirasi akar dan proses absorsi atau penyerapan air dan hara. Contoh permasalahn pada tanah rawa yang mengandung banyak genangan air. Tingkat kesuburan tanah yang tergenang air akan mampu menurunkan pH, sehingga cenderung bersifat lebih asam. Sehingga diperlukan untuk membuat aliran drainase yang baik agar mengatasi kelebihan air saat musim hujan tiba.

(5)

Daftar Pustaka

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. IPB Press. Bogor. 472 hal.

Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 206 hal.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara.

Jakarta 778 hal.

Daud, N. M., 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi Pada Pertumbuhan dan Produksi Padi, Palawija dan Sayuran. Dalam http://www.deptan.go.id, 19/02/2010

Gerrard, J. 1981. Soil And Landform. An Integration Of Geomorphology And Pedology. London: G. Allan & Uwin

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugroho, M. R.Saul, M. A. Diha, B.

H. Go, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung University. 485 hlm.

Hidayah, N. 2011. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Singkong (Manihot utilissima) Berbasis Produksi dan Kadar Pati Daerah Bogor, Sukabumi dan Karawang dalam Rangka

Jenny, H., 1980. The Soil Resource, Origin and Behaviour, Springer-Verlag, New York.

Purnomo, E. 2006. Peranan Bahan Organik untuk Menyuburkan Tanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Info Teknologi Pertanian No.7), dalam www.Jatim.litbag.deptan.go.id/penyuluhan/pertanian organik.pdf.

Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya. 140 Hlm

Winarso,S., 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.

Penerbit Gava Media, Yogyakarta. Pengembangan Bioenergi. Skripsi.69 hal.

Yuwono. N.W., dan Rosmarkan, A., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Berkata Syaikh Abdul Aziz As-Salman rahimahullah dalam kitabnya: Mawarid adz-Dzam-aan : "Jika ia sadar bahwa ia akan di tanya dalam perhitungan nanti tentang

Mahasiswa tidak dapat menjelaskan metode biomol yang digunakan dalam suatu jurnal ilmiah. Mahasiswa

dalam Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2005 disebutkan bahwa tugas Komisi Kepolisian Nasional adalah sebagai berikut: Pertama, membantu

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan system drainase sudut bilik mata depan (glaukoma

Program yang dibuat dalam bentuk script file dengan perintah input atau fungsi masukan memungkinkan anda melakukan perhitungan matematika yang sama untuk nilai variabel

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi berupa check list yang terdiri atas lembar observasi A digunakan untuk mengetahui

Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir September 2018 sebesar Rp1.512,55 triliun, mencapai sekitar 68,1 persen dari pagu APBN, atau meningkat 10,00 persen jika dibandingkan

dicatat dalam penelitian ini, diusahakan kemantapan dan kebenaranya. Temuan atau data yang diperoleh peneliti di lapangan, perlu diadakanya. pengecekan keabsahan data