Urqensl l(eberadaan Komisi Pengawasan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara
Oleh: Nurmin K. Martam
Abstract
In practice, many police qctians categorized as arbitrary action
of
which is not based on'duty and function of police institute as arranged in tugirtotion applied. Be awate
of
arbitrary action done b''- policement''i;r"ri*"r,
iiovides potting to every public or citizen to report the arbitrary
action to national policement commision'
National
policement Commission basically undertakes givesobservation to
all
businessor
activity about implementation of duty or policeactivity that matchingwith the onewhich is expected'
Kata Kunci: Urgensi. Komisi Pengawasan, Kepolisian, Hukum administrasi
Latar
BelakangSaat
ini
masYarakat Indonesia menumpukkan haraPan Yang sangatbesar akan tegaknya hukum
di
negaraIndonesia kepada lembaga Kepolisian.
Kepolisian secara
formal
tetapmerupakan
institusi utama
Yangbertanggung
jawab atas
Penegakanhukum
di
Indonesia.
KePolisian memikul tanggung jawab yang sangatbesar dalam penegakan hukum serta
memelihara keamanan dan ketertiban umum dalam
masYarakat-Dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir ini
kePolisian
selalu meningkatkan j'umlah keanggotaannya' Semuaini
mengandungarti
dalam rangka meningkatkan pelayanan {an menciptakan rasa kepada masyarakatluas.
Namun,
Peningkatan jumlahkeanggotaan
kePolisian
tersebut,ternyata
masih
juga
menYisakan berbagai permasalahan yang muncul' Praktik kepolisian di bidang penegakan hukurn mengundang gugatan publik'Masyarakat
menilai
adanya bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia,KKN,
diskriminasi
1'ang
masihmewarnai
oprasionalisasi kepolisian.tugas
Berbagai keluhan
Yang dilayangkanatas
layanan
lembagakepolisian
yang
menf imPang terungkap diberbagai media elelctronik maupun pers, bahkan menjadi toPikheadlines
yang
mervarnai
setiaPperkembangan
berita
Penegakanhukum yang ada.
Polisi
sering dicap lalai dan gagal memberi perlindungan kepada masyarakat atau bahkan lemah dalam melakukan penegakan hukum, terkadangdipandang
sarat
denganpenyelewengan kekuasaan (Abuse
Of
Power\ akibat praktik korupsi, kolusidan
nepotisme.
SamPai-samPailembaga
kepolisian
diPlesetkanmenjadi
"Polisi India"
atau
Polisi Bombay mirip seperti padafilm
India, di mana diceritakan bahu'a Polisi yang mudah melakukanKKN,
menegakanaturan sesuai dengan kehendak sendiri, dan lain sebagainya.
Penyelewengan
kekuasaanyang
dilakukan
oleh
lembaga kepolisian selain dalam bentuk korupsijuga
dalam bentuk
kekerasan.Mengenai kekerasan dan pelanggaran
hukum
yang
dilakukan
aparat kepolisian hampir semua media yangada di
negeri ini
selalumenayangkannya.
Dalammelaksanakan
tugas
dan
fungsinyaterkadang
lembaga
kepolisianmenggunakan
kekerasan
dalam penyelesaian sengketa. penggunaan kekerasan pada hakekatnya dilakukanapabila
keadaan terpaksa. Sehingga penggunaan kekerasantidak
dapatdilakukan secara
sewenang-wenang melainkan dibatasi oleh hukum, dengankata lain hukum mencegah penggunaan kekerasan yang sewenang-wenang.
Namun
di
sisi lain hukum jugamemperbolehkan
penggunaankekerasan
oleh
lembaga kepolisianapabila
dalam
keadaan
terpaksa,misalnya dalam Pasal
49
ayat
(l)
KUHP yang menyatakan "barang siapa
dalam
hal
ini
polisi yang
bertugis melakukan perbuatanyang
terpaksadilakukan
untuk
mempertahankandirinya
atau diri
orang
lain,mempertahankan
kehormatan
atauharta
bendasendiri atau
kepunyaanorang
lain, ,dari
serangan
yang melawan hak dan mengancam dirinya dan segera pada saatitu
juga,
tidak boleh dihukum".Oleh karenanya sangat menarik
membahas
hal
tersebut
terutamamenghubungkan
antara
tindakankekerasan
yang
dilakukan
oleh Iembaga kepolisian dalam penyelesaian sengketadengan
perlindungan hakasasi manusi4 serta tindakan apa yang
dapat dilakukan
oleh
masyarakat menghadapi sikap arogansi kepolisiantersebut.
Pada umumnya hukum yang mengatur tentang Kepolisian adalah Ketetatpan
MPR
No.
VII/MPR/2000tentang Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan UU No 2 tahun2002
tentang Kepolisian
NegaraRebulik
Indonesia,serta
peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian Nasional. Landasanyuridis tentang lembaga Kepolisian ini merupakan amanat dari konsitusi dasar
negara Republik Indonesia yakni UUD 1945.
Uraian di atas
yangmenyatakan
bahwa dalam
praktek masih banyak tindakan kepolisian yangdkategorikan
sebagai
tindakansewenang-wenang
yang
tidak didasarkanpada tugas
dan
fungsi lembaga kepolisian sebagaimana diaturdalam
perundang-undangan yangberlaku. Menyadari
tindakansewenang-wenang yang dilakukan oleh
kepolisian,
maka
pemerintah menyediakanwadah
kepada
setiapmasyarakat atau warga negara untuk
melaporkan
tindakan
sewenang-wenang tersebut kepada
Komisi Kepolisian nasional.Menarik
untuk
dikaji
dandibahas mengenai keberadaan komisi kepolisian nasional tersebut melihat kenyataan sekarang ini banyak praktek-praktek yang dilakukan oleh
oknum-oknum
kepolisian
yang
tidakmencerminkan
lembaga
kepolisian sebagaimanadiatur oleh
UU
No
2 tahun 2002. Berdasarkan hal tersebut,maka penulis
mencoba
memberigambaran
yang begitu
simpelmengenai
keberadaan
komisi kepolisian tersebut. Dalam tulisan ini,penulis
mencoba
mengeloborasikanantara bidang
Politik
hukum
danhukum
administrasi negara terutama menyangkut sistem Pengawasan.Mengugat
Tugas KepolisianDan
Peran Dalam Pasal 1 aYat (1) UU No2
tahun
2002
tentang
KePolisian Negara Rebulik Indonesia, disebutkan bahwa kepolisian adalah segala halihwal
yang
berkaitan dengan fungsidan
lembagapolisi
sesuai denganperaturan perundang-undangan. Istilah kepolisian
dalam Pasal
i
aYat (1) tersebut, mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lenrbagapolisi-Pengertian
tentang
fungsi polisi diatur dalam Pasal2
UUNo
2tahun 2002 yang
berbunYi fungsi kepolisian adalahsalah satu
fungsipemerintahan
negara
di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertibanmasyarakat,
Penegkan
hukum,perlindungan, Pengayoman
danpelayanan
kepada
masYarakat.Selanjutnya dalam penjelasan UU No 2 tahun
2002
dikatakan bahwa fungsikepolisian
harus
memPerhatikansemangat penegakan
hak
asasi manusia, hukum dan keadilan.Rumusan Pasal UU No 2 tahun 2002 mengisyaratkan bahwa substansi
tugas pokok
KePolisian
Negara Republik Indonesia senantiasa berada dalam format keamanan dalam negeri. Selain memuat tujuan Kepolisian, juga memuat arahan dan rambu-rambu bagi penyelenggaraanfungsi
Kepolisian yaitu "dengan menjunjungtinggi
hak asasi manusia".Hal
ini
menegaskankepada
kita
semua bahwahak
asasimanusia
(HAM)
bukan
meruPakantujuan Kepolisian
tetapi
merupakansesuatu
yang harus
senantiasamewarnai
dan
harus
diPerhatikan dalam setiap gerak pelaksanaan tugasKepolisian Negara Republik Indonesia.
Dalam
masYarakat
Yangsedang mengalami transisi, keberadan
kepolisan
sangatdiperlukan
sekali'Pada
masyarakatdemikian
sering terjadi pergeseran nilai kehidupan yangmengimbas
pada terjadinya penyimpangan perilaku sosial. Karenaitu
keberadaankepolisian
semakin urgen untuk menjaga ketentraman dankeamanan
serta
keteriban
dalammasyarakat. Pengemban
fungsikepolisiaan
ditemukan
melalui penguraian dimensi fungsi Kepolisian yangterdiri dari
dimensi 1'uridis dansosiologis.
Dalam dimensi
yuridis fungsi kepolisiaanterdiri
atas fungsiKepolisian
umum dan
fungsi kepolisiaan khusus.Fungsi
kepolisian
Umumberkaitan
dengan
kervenanganKepolisian
berdasarkan
Undang-Undang dan atau peraturanperundang-undangan
yang
meliPuti
semua lingkungan kuasahukum Yaitu:
(1)Lingkungan
kuasa
soal-soal
Yangtermasuk kompetensi Hukum Publik;
(2)
Lingkungan
kuasa orang;
(3) Lingkungan kuasatempat;
dan
(4)Lingkungan
kuasa
waktu
(Kelana, 2A02:61).Pengembangan fungsi
kepolisian
umum
sesuai
undang-undangini
adalah Kepolisian NegaraRepublik
Indonesia
yang
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnyadengan sendirinya
akan
mencakuP lingkungankuasa
tersebutdi
atas.kepolisian,
kewenangan KepolisianNegara
Republik
Indonesia
juga mencakup tataran represif, prventif dan pre-emtif .Sementara
fungsi
Kepolisian khusus berkaitan dengan kewenangan Kepolisian yang oleh atau atas kuasaundang-undang
secara
khususditentukan
untuk satu
lingkungankuasa.
Badan-badan
pemerintahanyang
oleh
atau atas
kuasa
diberi wewenang untuk melaksanakan fungsiKepolisian
khusus
di
bidangnya masing-masingdinamakan
alat-alat Kepolisian khusus.Fungsi
Kepolisian
khusus, sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya, berada dalamlingkungan instansi tertentu
seperti antaralain:
Bea dan Cukai, Imigrasi,Kehutanan,
PengawasanObat
danMakanan,
Patent
dan Hak
Cipta. Pejabat pengemban Kepolisian khusus,ada yang
diberi
kewenangan refresifyustisial
selaku penyidik dan disebut sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Rahardi, 2007:58).Dalam
dimensi
sosiologis,fungsi
Kepolisian
terdiri
ataspekerjaan-pekerjaan
tertentu
yang dalam praktek kehidupan masyarakat dirasakanperlu
dan
ada manfaatnyaguna
mewujudkan
keamanan danketertiban
di
lingkungannya, sehingga dari waktu ke waktu dilaksanakan atasdasar
kesadaran
dan
kemauan masyarakatsendiri
secara swakarsaserla kemudian melembaga dalam tata
kehidupan
masyarakat.
FungsiKepolisian sosiologis
dalammasyarakat
hukum
adat
dapatdisebutkan antara lain: Penguasa Adat dan Kepala Desa.
Selanjutnya
tugas
dan wewenangdari
lembaga kepolisian sendiri dijelaskan dalam Pasal 13 UUNo
2
tahun
2002,yakni:
Pefiam4 memelihara keamanan dan ketertibanmasyarakat.
Kedua,
menegakkanhukum. Ketiga,
memberikanperlindungan, pengayoman
danpelayanan
kepada
masyarakat. Selanjutnyatugas
tersebut mengacu pada susunan rumusan tugas pokok yang memuat3
(tiga) substansi yaitu: Peftama, memelihara keamanan danketertiban
masyarakat.
Kedua,menegakkan
hukum.
Ketiga,memberikan
perlindungan,pengayoman
dan
pelayanan kepada masyarakat.Substansi
tugas
pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat bersumberdari
kewajibanumum
Kepolisian
untuk
menjamin keamanan umurn. Sementara substansipokok menegakkan hukum bersumber
dari
ketentuan peraturan perundang-undangan yang memuat tugas pokokPolri
dalam
kaitannya
denganpenegakan
hak
asasi
manusia. Selanjutnya substansitugas
pokok Polri untuk memberikan perlindungan, pengayomandan
pelayanan kepada masyarakat bersumber dari kedudukan dan fungsi Kepolisian sebagai bagian dari fungsi pemerintahan negara yangpada
hakekatnyabersifat
pelayananpublik (public
servis) yang termasuk dalam kewajiban umum Kepolisian.Pada dasarnya seorang petugas
Kepolisian
yang
bertugasdi
tengah-tengah
masyarakat,harus
mampumengambil
keputusan
berdasarkan penilaiannyasendiri
apabila
terjadiganguan
terhadap ketertiban
dan keamananumum. Dalam
keadaanI I
L
seperti
ini
tidak
mungkin
baginYauntuk
meminta
pengarahan terlebihdahulu
dari
atasannYa, sehinggapetugas
Kepolisian
tersebut
harusberani
memutuskan
sendiritindakannya.
Dalam
ilmu
KePolisian, adabeberapa syarat yang harus dipenuhi
apabila
seorang petugas Kepolisianakan
melakukan tugasnya,
Yaitu: Pertama, tindakan harus benar-benar diperlukan atau dikenal dengan asaskeperluan.
Kedua, tindakan
Yangdiambil
harus
benar-benar
untuk kepentingan tugas Kepolisian. Ketiga,tindakan
yang Paling tePat
untuk mencapai sasaran yaitu hilangnya suatugangguan atau tidak terjadinya sesuatu
yang
dikhawatirkan.Dalam
hal
iniyang dipakai
sebagai ukuran adalah tercapainyatujuan.
Keempat,
asaskeseimbangan.
Dalam
mengambiltindakan,
harus
senantiasa dljaga keseimbanganantara
sifat
(keras lunaknya) tindakan atau sarana yang dipergunakan dengan besar kecilnya suatu gangguan atau berat ringannyasuatu objek yang harus ditindak. Reformasi Kepolisian
Mulai
era reformasiini
rakYatIndonesia memimPikan
memilikilembaga
kePolisian
kuat
danprofesional namun penuh cinta kasih. Lembaga
kepolisian
Yangtak
lagiberdarah
panas. Tak
lagi mengedepankanotot,
tetapi otak danhati
nurani.
SaYangsaja
imPian masyarakat tersebut sampai sekarangini
belum terwujud. Substansi tugas dan peran lembaga kepolisian seperti yang terdapat dalam rumusan undang-undang seolah-olah hanya merupakan pajangan yang dibaca aia, tapi dalamaktualisasi
di diwujudkan.lapangan
Selaku penegak hukum serta
pemelihara keamanan
dan
ketertibanumum,
lembagakepolisian
dituntutuntuk
memahami, mempercayai, dan menjunjungtinggi
hukum.
Kendatibegitu,
lembaga kepolisian
Yangsedang
menjalankan
tugas
tidak semestinya menihilkan diskresi ataumenutup
diri
sama sekali
darikemungkinan
melakukan
langkah-langkah fleksibel, terutama dalam hal diskresi penahanan (Barkley, 1996).Sejak
mereformasidiri
danberpisah
dari
Tentara
NasionalIndonesia
atau
TNI
tahun
1999, Kepolisian Negara Republik Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.Salah
satunya
masih
ada
image kekuasaan dan keservenang-wenangan yang melekat pada polisi.Reformasi lembaga KePolisian
telah
lama digulirkan, namuntanda-tanda
perbaikankinerja
Kepolisianbelum dapat
dirasakan
olehmasyarakat.
Hal
ini
sudah tentu akanmendatangkan kekecewaan, minimal
kedongkolan
masyarakat
terhadaPlembaga Kepolisian. Masyarakat dapat
dikatakan telah mengalami disonansi
berfikir
(terkait dengan adanya faktayang
berbeda dengan
keinginan, harapan dan tujuan awal).Kepolisian dewasa ini memang sungguh bukan Kepolisian yang dulu. Selain jumlah personel yang semakin
hari
bertambah, anggaranpembangunan dan peralatan teknologi Kepolisian yang digunakan bertambah modern, serta yang tidak kalah penting adalah tunjangan
hidup yang
sangatsignifikan bahkan dapat
dikatakan lebih dari cukup dibandingkan dengantunjangan
hidup
Tentara
RepublikIndonesia.
Berbagai revisi dan kreasi telah
dilakukan
terkait
dengan
materirekrutmen,
kurikulum
di
lembaga-lembaga pendidikan,
infrastrukiurterkait
dengan manajemen keuangan maupun manajemen operasional, sertaperubahan menyangkut prosedur tetap
menyangkut berbagai
jenis
kegiatan Kepolisian.Terkait dengan
modelreformasi
yang lebih
banyakmengandalkan
dorongan
internalKepolisian
sendiri,
tampaknyareformasi disesuaikan dengan' selera para
Polisi
itu
sendiri. Rasanya akanberbeda
situasinya,jika
reformasi benrbentuk programyang
didesakanoleh
kekuatan eksternal Kepolisian,apalagi disertai kerangka
p.og.u*
yung jelas. Soal selera inilahyangl"*ualui
menjadikan Kepolisian dianggap tidak berubah. Memang amat susah memintaKepolisian
menghilangkan
hal_halyang membuat dirinya berselara.
Hasil
penelusuran
dariberbagai sumber literatur yang ada ini
terkait
dengan3
(tiga)
hal
yakni:Pertama,
.
keenganan
menetapkanindikator
kerja.
Kedua,
*"ngrbuh
kondisi yang menyenangkan. Kltiga, dilenggengkannya
Kepoisian
Uetela dengan pengawasan yang minimal.Penyusunan strategi penegakan
lu.kum oleh Kepolisian dianggap-perlu
dalam rangka
cita-cita
*.LUungunmasyarakat
yang
mendapatperlindungan keamanan dan ketertiban akan semakin dekat dengan kenyataan.
Pada
akhirnya dengan
pu.udig*useperti
ini,
tidak hanya keamanan dan ketertiban masyarakatakan
semakin meningkat, karakterotentik
lernbagaKepolisian
juga
diharapkan
akanmengalami reformasi dan revitalisasi.
Dengan
demikian
tujuan
utamaKepolisian
yaitu
menegikkun hukumserta
memelihara keamanan
danketertiban umum dapat direalisasikan
melalui
kinerja
yang
berpendekatan "Melayani dan Melind ungi,; (to ser-ve and to protect).Hakekat
pengawasan
DalamKonteks Hukum Administrasi
Kamus Bahasa
Inggrismenentukan
bahwa
ada
dua
isiilahyang
digunakanuntuk
pengawasanyaitu control
dansupervision
Baikc-9ntr.ol maupun
supervision diterjemahkan dengan pengawasan dan penge;rdalian. pengertianini
tampak luas, karena tidak hanya terbatas padakegiatan
mengawasi
saja
danmelaporkan hasil kegiatan dengawasi
tadi,
melainkan
juga
melikukankegiatan
pengendalian
yakni;menggerakkan,
memperbaiki,
danmeluruskan menuju arah yang benar.
_
Kendatipun demikian terdapatperbedaan
antara
control
du,supervision
yaitu
bahwa
dalam supervision, kegiatan pengawasan danpengendalian
disertai
dengankewenangan
untuk
*"ngunibil
tindakan-tindakan
konkrit,
maiakala,..judi
penyimpangan/pelanggaran1?fu9up
apa yang tetah
diteiapkan (Murhani2008: 3).Menurut Muchsan (2007: 36),
istilah
pengawasan
dikenal
dandikembangkan dalam ilmu manajemen,
karena
memang
pengawasan
ini merupakansalah
satu
unsur
dalam kegiatan pengelolaan. Wajarlah apabila pengertian tentang pengawasan lebihpengawasan
berakhir
dengan disusunnyaevaluasi
akhir
terhadapkegiatan
yang
dilaksanakan
sefta pencocokan hasil yang dicapai denganrencana sebagai tolok ukurnya kelima, tindakan pengawasan akan diteruskan
dengan
tindak lanjut
baik
secaraadministratif maupun secara yuridis.
Tentang pengawasan
berikut:
Pertama, mengetahuibatas-batas
kewenangannya.
Kedua,memahami
dan
terampil
dalam melaksanakanhukum. Ketiga,
tidak mengharapkanimbalan
uang
dalamtugasnya.
Keempat,
mempunyai kebanggan terhadap profesinya (So,an, 2004:157).Komisi
Pengawasan
Kepolisian NasionalKomisi Pengawasan
Kepolisian
Nasional
(selanjutnyadisebut
Kompolnas)
merupakansebutan
dari
Lembaga
KepolisianNasional yang
eksistensi bersamaandengan keluarnya ketetapan
MpR
No VIVMPR/2000 danUU
No
2
tahun2002
(Sadjijono,
2005:
269).Sebagaimana diamanatkan
olehundang-undang
bahwa
KomisiKepolisian Nasional dibentuk melalui Peraturan Presiden
yakni
peraturan Presiden Republik Indonesia Nomorl7
tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian Nasional.Kedudukan
Komis
Kepolisian Nasional berkedudukandi
bawah danbertanggung
jawab
kepada presiden, sebagai pembantu Presidenpasal
2Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 17
tahun 2005.
Selanjutnyadalam
Pasal39
ayat
(2)
peraturan Presiden Republik Indonesia Nomorl7
tahun 2005
disebutkan
bahwakeanggotaan
Komis
Kepolisian Nasional berjumlah 9 (sembilan) orangyang
berasal
dari
unsur-unsur pemerintah, pakar kepolisian dan tokoh masyarakat. Adapun susunannya terdiridari
seorangKetua,
seorang WakilKetua,
seorang
Sekretaris,dan
6(enam)
anggotanya.
Sementara Susunan Keanggotaanterdiri
dari: hubungannya denganperan
KomisiKepolisian
Nasional
pada
dasarnya bahwa pengawasan adalah segala usaha atau kegiatanuntuk
mengetahui danmenilai
kenyataanyang
sebenarnyamengenai
pelaksanaantugas
ataukegiatan
Polri,
apakah sesuai denganyang
semestinya. Dengan dernikian manifestasidari
kinerja
pengawasanpada
Polri
adalah kegiatan
untuk menilai suatu pelaksanaan fugas secara de facto, sedangkan tujuan pengawasanitu
pada
hakekatnya adalah sebagaimedia
terbatas
untuk
melakukansemacam cross check atau pencocokan, apakah kegiatan
yang
dilaksanakan telah sesuai dengantolok
ukur
yang telah ditentukan sebelumnya atau tidak.Demikian
pula
bagaimana dengantindak lanjut dari hasil
pengawasantersebut.
Secara
garis
besar
bentuk pengawasan yang dimaksudkan dalam tulisanini
adalah bentuk pengawasan sebagaimanadiatur
dalam
ketetapan MPR No VII/MPR/2000 dan UU No 2 tahun 2002 serta Peraturan presiden Republik IndonesiaNomor
17 tahun 200s.Harus
diakui
masyarakat saatini
mendampakankehadiran
polisi yang ideal yang benar-benar berpihak pada kepentingan masyarakat, bukan menjadi alat penguasa. Adapun kriteriaPertama, Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang yang terdiri dari Menteri Negara Koordinator
Bidang
Politik,
Hukum, dan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan MenteriHukum
danHak
AsasiManusia.
Kedua, Pakar
Kepolisian sebanyak 3 (tiga) orang. Ketiga, Tokoh Masyarakat sebanyak 3 (tiga) orang.Kalau kita
melihat
ke belakang,dalam
Pasal8
Ketetapan MPR No VIVMPR/2000 merumuskansecara
jelas
eksistensi
lembaga kepolisian nasional sebagai berikut: Pasal8
ayat(1)
berbunyi Presidendalam
menetapkanarah
kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesiadibantu
oleh
Lembaga
Kepolisian Nasional. Ayat(2)
berbunyi LembagaKepolisian
Nasional dibentuk
oleh Presidendan diatur oleh
undang-undang.Ayat (3)
berbunyi LembagaKepolisian
Nasional
memberikan pertimbangan kepada Presiden dalampengangkatan
dan
pemberhentian Kapolri.Adapun tugas
KomisiKepolisian
Nasional
sebagaimanadisebutkan dalam Pasal 38 ayat (1) UU
No
2
tahun 2002
adalah
sebagai berikut: Pertama, membantu Presidendalam
menetapkanarah
kebijakanPolri.
Kedua, memberikan pertimbangan kepada Presiden dalampengangkatan
dan
pemberhentianKapolri.
lHal
yang
samajuga
diaturdalam
Pasal
3
Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor
17 tahun 2005 disebutkan bahwa tugas Komisi KepolisianNasional
adalah sebagai berikut: Pertama, membantu Presidendalam
menetapkanarah
kebijakan Polri. Kedua, memberikanpengangkatan
danKapolri.
pemberhentian
Sementara Pasal
4
PeraturanPresiden Republik Indonesia Nomor
l7
tahun 2005
disebutkan
bahwakewenangan
Kornisi
KepolisianNasional adalah sebagai
berikut:Pertama,
mengumpulkan
dan menganalisisdata
sebagai
bahanpemberian saran kepada Presiden yang berkaitan dengan anggaran Kepolisian
Negara
Republik Indonesia,pengembangan sumber daya manusia Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan
pengembangansarana
danprasarana Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kedua, memberikan saran
dan pertimbangan lain kepada Presiden
dalam upaya mewujudkan Kepolisian
Negara Republik
Indonesia
yangprofesional
dan
mandiri.
Ketiga, menerimasaran
dan
keluhan
darimasyarakat
mengenai
kinerjakepolisian
dan
menyampaikannyakepada Presiden.
Selain
tugas
sebagaimanadiatur
dalam
Pasal3
dan
Pasal 4tersebut,
Komisi
Kepolisian Nasionaljuga
menampung pengaduan dari berbagai masyarakat mengenai kinerja polisi. Kalau diperhatikan secara detailbahwa
keberadaantugas
KomisiKepolisian
Nasional
sebagaimanadiatur
dalam
Pasal3
dan
Pasal 4Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 17
tahun2005
mempertegasketentuan yang terdapat dalam Pasal 38 ayat (1) UU No
2tahw2002.
Dilihat
dari tugaskewenangannya, sebagaimana tertuang pada UU No 2 tahun 2002 dan Pasal 3
dan Pasal
4
Peraturan Presiden Nomor17
tahun 2A05,
Komisi
Kepolisian terkesan kurang gregat dan cenderung pertimbangan kepada Presiden dalamhanya
memenuhi tuntutan
politis pemerintah. Dengan kewenangannyayang hanya bersifat
saran
Komisi Kepolisian Nasionalsulit
diharapkan dapat mengawasi kinerja dan perilaku Polri.Padahal
Komisi
Kepolisian Nasional diharapkan dapat mengawasi, mengontrol merekomendasikan saksi,dan mengubah
citra
buruk kepolisianyang telah
mendarahdaging.
pada intinya alasan yang melatar belakangi kesangsianterhadap
polri
tersebut adalah: Pertama, Polri selamaini
sulit diawasi dan dikontrol oleh masyarakat.Polri
secara institusional bukan sajasulit
dikontrol
pemerintah
danmasyarakat akan tetapi seakan menjauh
dari
masyarakat sekitarnya. Kedua, faktor budaya dan perilakupolri
yangcenderung masih militeristik ketirnbang
sipil.
Ketiga,
reformasipolri
belum mendasar karena masih belum mampu mengarahkanjati
diri
polri
sebagaipolisi
sipil.
Keempat,yang
cukuppenting adalah
Komisi
KepolisianNasional,
dengan
wewenang yang sangat terbatas, diharapkan berperansecara
optimal dalam
melakukan penataan institusiPolri
sebagai polisisipil.
Independensi
keanggotaanKomisi Kepolisian
Nasionalmerupakan faktor penting agar dalam memberikan masukan, komisi ini tidak
dipengaruhi
, oleh
kepentingan-kepentingan
tertentu
(Sirajudi, Zulkamaen Sugianto, 2A07:
146).Pasal 14
Peraturan presiden Republik IndonesiaNomor
17 Tahun 2005 menyebutkan Pelaksanaan tugas Komisi Kepolisian Nasional dilakukandengan
mengutamakan musyawarahuntuk
mufakat.
Ketentuan
pasaltersebut mengindikasikan kepada kita
semua bahwa
Komisi
KepolisianNasional dalam
mengarnbil
suatutindakan
tidak
didasarkan
padakemauan
semata
dari
pribadi anggotanya,tapi
didasarkan
pada musyawarah dan mufakat.Melihat
sepak terjang aparatkepolisian
saat
ini, kita
perlu melakukan terobosan baru dalam upayahukum
untuk
memintapertanggungjawaban
atas
kegagalanpenegakan
hukum yang
mereka lakukan.Polisi memiliki
kewenanganuntuk
melakukan penegakan hukum berdasarkan undang-undang, tetapi merekajuga
dibebani tanggungjawabuntuk
menjalankan kewenangannyasecara benar dan bertanggung jawab. Fakta adanya kecerobohan dan
tidak
profesionalnya aparat hukumkepolisian bisa dilihat dari kasus-kasus
yang
dipaksakan, bahkan tersangka dipaksa ditahanmesti
kurang bukti. Tidak jarang para tersangka yang telahdisandera
kemerdekaannya secarapaksa
itu
akhirnya dilepas begitu sajasetelah
tidak
ditemukanbukti
cukup, tanpa kompensasi apa-apa.Dalil
yang berkembangdi
pihak kepolisian yang menyatakanbahwa mereka
hanya melaksanakan undang-undang, kiranya perlu mendapat perhatian serius, karenajustru
hanya
menciptakan kepastianhukum saja, sementara
di
lain
pihak justru menimbulkan ketidak adilan.Pada dasarnya
hukum
yang berlaku di negara Indonesia terdiri dari hukum normatif(positif)
seperti yangtertera dalam
undang-undang dan hukum sosiologis,yaitu
hukum yangberlaku
di
masyarakatyang
tidaktertulis.
Seharusnyapihak
kepolisian mengetahui dan mengerti kedua hukum tersebut dantidak
selalu berpatokankepada
hukum
yang
tertulis
dalam menanganitindak
kejahatan. Pihak kepolisianyang tidak
mengerti dan memahami biasanya bersikaP agakkaku
dibandingkan
dengan
Yangmemahaminya.
Hukum
yang
hiduP
danberlaku dalam masyarakat seharusnya
dijadikan
pertimbangan
dalammenerapkan
suatu
undang-undang, karena menurut penilaian orang justru hukum yang hidup dan berlaku dalam masyarakatlahyang lebih
aspiratif.Dengan
mendasarkanhukum
Yang hidup dan berlaku dalam masyarakat,hal
ini
bukan berarti
bahwa Pihak kepolisian lepas dari undang-undang.Fokus
integritas
aParutpenegak
hukum
terutama
PihakKepolisian sudah
menjadi
masalah legendadi
tanah air, tidak
rnudahmendapatkan aparat kepolisian yang
baik
dan
jujur.
Masyarakat
kitaseharusnya
disadarkan,
mereka mempunyai hak untuk menuntut, baiksecara perdata maupun
Pidana,terhadap perbuatan aparat kepolisian yang merugikan hak-hak asasi mereka. Mereka tidak perlu takut menghadapi sepak
terjang
aparat kepolisian yang melanggarhukum,
sesuai
adagiumyang berlaku
bahwa
hukum
harusditegakan terhadap siapaPun.
Dengan adanYa Penegakan
hukum yang
sifatnYa
sesatsebagaimana
diuraikan
di
atas,sewajarnya
Komisi
PengawasanKepolisian
ikut
memonitor
Proseskasus-kasus
yang
berkembang Pada masyarakat yang notabene melibatkanpihak kepolisian. Bahkan kalau perlu
Komisi
Pengawasan
Kepolisian mengambilalih
kasus
itu,
karenawewenang
Komisi
Pengawasan Kepolisiantidak
hanay
memberikan pertimbangan kepada Presiden, tetapi juga menerima saran dan keluhan darimasyarakat
mengenai kepolisian.Penutup
kinerja
Berkaitan dengan
tugaspengawasan dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku kepolisian, maka pihak kepolisian dituntut menjunjung
tinggi
kehormatan
dan
keluhuranmartabat,
serta
perilaku
dalammelaksanakan
wewenangnya
dantugasnya sebagai penjaga keamanan
dan
ketertiban
dalam
masyarakat. Selain tidak menodai kehormatan dankeluhuran
martabatnya, pihak kepolisianharus
harus
menunjukan perilaku ang berbudi pekerti luhur.Tugas
pengawasan
dalarnrangka
menjaga
dan
menegakan kehormatan, keluhuran martabat danperilaku
kepolisian,
merupakanwewenang
Komisi
PengawasanKepolisian
yang
konstitusional dan bersifatmandiri.
Kedudukan Komisi PengawasanKepolisian
ditentukanoleh
Ketetapan
MPRVII/MPR/2000
dan
peraturan perundang-undanganUU No 2
tahun 2002 serta Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2005.No
Daftar Pustaka
Barkley, G.E, 1996, The Democratic policmen, Beacon,Boston USA
Kelan.
Momo, 2002, Mentahami unding-()ndangx"piiri*
nepubrik Indonesia, Sinar Crafika. Jakarta.
Muchsan, 2007, sistem pengmuasan Terhadap perbuatan Aparat pemerintah Dan p e r ad i r an
Ta t a [Js a ha Ne gar a D
i
Indb ne s i a,,ri{"rty
press. yogykarta. Rahardi, Pudi, 2007, HukumKepotiian;
profesionar;r;
D;*
Reformasi porri, Cetakan per!rm1, Laksbang Mediaiama.i;;;;y;
"
Sirajudi,
zulkarnaen,,S-ugianto,
z06i,
{omisi-
rrngo*i,
penegak Hukum, Mampukah Merubqwa perubarzan,cetatii
pertama,MCw
dan
appika. Malang
so'an, sholeh, 2004, Momr-penegak Hukum_Di Indonesia (pengacara, Hakim,
P o I i s i,
h
k y-?) _
D1!a1t
!
a n d an S an r s bm,
Agungtim u-. e and un g.Ketetapan MPR No vIVMpR/2000 tentaig peran TNI
Dan peran
porri
undang- undang Repubrik IndonesiaNlmor
2
tahun 2002tentang Keporisian Negara Republik Indones ia
Peraturan Presiden Repubrik Indonesia
Nomor
17 tahun 2005tentan
g
Komisi Kepolisian Nasional.