• Tidak ada hasil yang ditemukan

Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

South Sumatra Forest Fire Management Project

Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa

Desa Ujung Tanjung

Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

12 – 14 September 2005

Dendi Satria Buana dan Pokja-3 Ogan Komering Ilir

(2)

TIM PRODUKSI

Penyusun : Dendi Satria Buana dan Amir Hamzah Desain dan Layout : Dendi Satria Buana

©

S O U T H S U M A T R A F O R E S T F I R E M A N A G E M E N T P R O J E C T ( S S F F M P )

Proyek Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 2837 KM 3,5 – PO. Box 1229 Palembang 30129 – Sumatera Selatan Indonesia

Telp: (62) 711-377821, Fax: (62) 711-353176

Email: ssffmp.eu@telkom.net

(3)

Penyusunan laporan

workshop perencanaan tata guna lahan ini

di dedikasikan untuk “masyarakat Desa Ujung

Tanjung Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten

Ogan Komering Ilir.

(4)

DAFTAR ISI

TIM PRODUKSI i

LEMBAR PERSEMBAHAN ii

DAFTAR ISI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

II METODOLOGI KEGIATAN 3

2.1. Metode dan Pendekatan 3

2.2. Peserta Workshop 5

2.3. Pelibatan Perempuan 5

2.4. Waktu dan Tempat 5

2.5. Fasilitator dan Tim Pendukung 5

2.6. Bahan dan Alat 5

III PELAKSANAAN WORKSHOP dan HASIL 6

3.1. Persiapan Pelaksanaan Workshop 6

3.2. Proses Pelaksanaan Workshop 13

3.3. Hasil Workshop 13

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-Foto Proses Workshop 15

Lampiran 2. Profil Desa Ujung Tanjung 17

Lampiran 3. Sketsa Desa Ujung Tanjung 18

Lampiran 4. Matrik Kajian Kondisi Desa Ujung Tanjung 19 Lampiran 5. Matrik Skala Prioritas Rencana Penggunaan Lahan dan Pembangunan 45 Lampiran 6. Sketsa Rencana Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung 49 Lampiran 7. Matrik Rencana Penggunaan Lahan Desa Ujung Tanjung 50

Lampiran 8. Rekomendasi 55

Lampiran 9. Peta Desa Ujung Tanjung 56

Lampiran 10. Daftar Hadir 57

(5)

KATA PENGANTAR

Penulisan laporan Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini merupakan salah satu bentuk pendokumentasian rangkaian kegiatan participatory land use planning dalam rangka mencari model pendekatan yang efektif untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun terjadi pada beberapa wilayah dalam provinsi Sumatera Selatan.

Ide yang melandasi konsep ini berangkat dari pengalaman dan pembelajaran di beberapa tempat yang memperlihatkan cerminan bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik kalau hanya ditangani oleh instansi pemerintah saja. Keterlibatan dan peran serta masyarakat lokal merupakan sesuatu yang penting dalam upaya melestarikan hutan dan lahan dari bencana kebakaran.

Workshop perencanaan tata guna lahan desa merupakan salah satu pendekatan yang bertolak dari pengembangan pengetahuan masyarakat setempat terhadap potensi, kebutuhan dan pengelolaan sumber daya hutan dan lahan di tingkat desa dengan memperhatikan prinsip kesesuaian lahan, dampak terhadap sosial-ekonomi dan kaidah hukum yang berlaku.

Laporan workshop ini memuat tahapan-tahapan proses perencanaan tata guna lahan desa yang diawali dengan pengkajian kondisi desa secara partisipatoris menggunakan alat-alat Participatory Rural Appraisal seperti sketsa desa, sejarah penggunaan ruang desa, kalender musim dan bagan kelembagaan desa. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam workshop adalah menentukan skala prioritas rencana yang terangkum dalam 5 kategori yakni: 1) rencana penggunaan lahan desa untuk keperluan ekonomi, 2) rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan fisik desa, 3) rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi, 4) rencana penyusunan aturan dan kesepakatan desa dan 5) rencana pengembangan kapasitas kelembagaan desa serta masyarakat. Skenario rencana penggunaan lahan desa ini melalui proses partisipatoris digambarkan ke dalam sketsa rencana tata guna lahan desa yang meliputi:

a) kawasan pemukiman dan fasilitas umum, b) kawasan pengembangan tanaman pangan, c) kawasan pengembangan perkebunan dan d) kawasan untuk konservasi, semuanya dalam skope wilayah desa.

Terima kasih kepada Pokja – 3 Multi Stakeholders Forum Kabupaten Ogan Komering Ilir dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya workshop perencanaan tata guna lahan desa Ujung Tanjung. Semoga dokumen ini memberikan manfaat dan dapat membantu misi South Sumatra Forest Fire Management Project untuk meyakinkan berbagai pihak khususnya masyarakat dan aparat pemerintahan desa di Sumatera Selatan untuk mulai menata pemanfaatan kawasan hutan dan lahan di desa mereka secara lebih baik dan minim dari kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Palembang, 22 November 2005 Tim Penyusun

(6)

DAFTAR GAMBAR.

Halaman

1. Gambar 1. Sketsa Desa Ujung Tanjung 7

2. Gambar 2. Sketsa Dusun I Ujung Tanjung 7

3. Gambar 3. Sketsa Dusun II Ujung Tanjung 7

4. Gambar 4. Sketsa Dusun III Ujung Tanjung 8

5. Gambar 5. Sketsa Dusun IV Ujung Tanjung 8

6. Gambar 6. Tabel Sejarah Penggunaan Lahan Desa Ujung Tanjung 9

7. Gambar 7. Kalender Musim Desa Ujung Tanjung 10

8. Gambar 8. Bagan Kelembagaan Desa Ujung Tanjung 11

9. Gambar 9. Sketsa Draft Skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung

14

10. Gambar 10. Proses Fasilitasi Kajian Sketsa Desa 15 11. Gambar 11. Proses Pengkajian Potensi Desa Melalui Sketsa Desa 15 12. Gambar 12. Proses Kerja Kelompok Menggunakan Alat Kajian Sketsa Desa 15 13. Gambar 13. Kesetaraan Gender dalam Workshop Perencanaan Tata Guna

Lahan Desa

16

14. Gambar 14. Buzz Group diskusi 16

15. Gambar 15. Kajian Diagram Kelembagaan Desa 16

(7)

1.1. Latar Belakang

Penatagunaan lahan desa selama ini telah terabaikan, walau jelas-jelas hal tersebut sangat penting dan dibutuhkan. Adanya rencana tata guna lahan desa yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pedoman dalam pemanfaatan lahan, baik dari aspek kesesuaian, fungsi dan status lahan, serta dalam urusan kejelasan dan kepastian hukum akan batas dan kepemilikan.

Penatagunaan lahan desa akan memetakan kawasan-kawasan yang potensial dan bernilai tinggi ataupun kawasan rawan bencana dan kerusakan, seperti kebakaran hutan dan lahan. Selain itu tata guna lahan desa yang terencana dengan baik dapat pula mencegah terjadinya konflik antara masyarakat di dalam satu desa atau antara satu desa dengan desa yang lain, terutama yang menyangkut batas- batas kepemilikan.

Kebakaran hutan dan lahan, kerusakan habitat dan kepunahan spesies endemik bisa jadi bermula dari penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik atau hanya mengakomodir kepentingan sekelompok orang saja dan mengabaikan kebutuhan banyak pihak terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Untuk meminimalkan hal tersebut makan upaya pelibatan berbagai kelompok kepentingan (stakeholders) dalam merencanakan kebutuhan penggunaan lahan merupakan jalan keluar yang perlu untuk dilakukan.

Ide dari Perencanaan Tata Guna Lahan adalah memberdayakan masyarakat untuk merencanakan, mengelola dan memanfaatkan serta memonitor pengunaan lahan desa dengan pola-pola yang bijaksana dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan mereka. Konsep partisipatif dalam perencanaan tata guna lahan bertumpu pada proses yang dibangun lewat dialog para pihak (pemerintah, masyarakat, swasta, NGO) yang melahirkan kesepakatan tentang zona serta pola pemanfaatan sumber daya alam berlandaskan potensi dan kebutuhan masyarakat setempat, tentu saja dengan tetap berpedoman kepada hukum dan peraturan yang berlaku.

Keterlibatan masyarakat pada perencanaan tata guna lahan partisipatif sangat menjadi penting pada tahapan verifikasi data dan pencapaian kesepakatan tentang tata guna lahan. Konsep tata guna lahan yang telah disepakati oleh masyarakat desa selanjutnya dapat menjadi salah satu acuan dalam penyusunan rencana tata ruang desa dan rencana pembangunan desa. Pada tahapan yang lebih tinggi rencana tata guna lahan ditingkat desa dapat menyediakan data yang komprehensif bagi penyusunan rencana tata ruang makro di tingkat kabupaten dan propinsi.

BAB I

PENDAHULUAN

(8)

South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) mencoba mengemas model pendekatan Perencanaan Tata Guna Lahan tersebut kedalam konsep “Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa” yang disingkat dengan P3LD. Konsep ini diharapkan menjadi sesuatu yang efektif dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta mudah untuk di replikasi oleh instansi pemerintah setempat sesuai dengan Tupoksinya.

Melalui konsep ini South Sumatera Forest Fire Management Project bersama pokja-3 MSF Ogan Komering Ilir membantu memfasilitasi masyarakat Desa Ujung Tanjung Kecamatan Tulung Selapan dalam menyusun skenario perencanaan tata guna lahan desa dengan tetap memperhatikan aspek kesesuaian lahan, sosial ekonomi dan hukum. Proses ini dilangsungkan melalui workshop di tingkat desa yang melibatkan berbagai kelompok kepentingan yang ada di desa.

1.2. Tujuan

Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini bertujuan untuk :

1. Membantu proses pemberdayaan masyarakat desa prioritas dalam merencanakan konsep pengembangan desa untuk menyongsong masa depan.

2. Membantu desa prioritas dalam menyusun rencana pembangunan desa secara partisipatif.

3. Membantu desa prioritas dalam menyusun draft skenario rencana

tata guna lahan desa yang diharapkan mengakomodir kebutuhan

masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang

berkelanjutan di masa depan.

(9)

Perencanaan tata guna lahan desa dilakukan melalui pendekatan partisipatif mengadopsi beberapa alat kajian Participatory Rural Appraisal yang penggalian informasinya disesuaikan untuk kerangka Perencanaan Tata Guna Lahan.

Partisipasi masyarakat yang merupakan keunggulan dari model perencanaan ini dikemas dalam metode dan pendekatan berikut:

2.1. Metode dan Pendekatan

Workshop ini dalam proses pelaksanaannya berpedoman pada prinsip- prinsip partisipatoris dimana masyarakat desa merupakan subjek pelaku perencanaan dengan fasilitasi dari fasilitator. Pada tahap pengkajian kondisi desa digunakan alat kajian yang mempedomani modul perencanaan partisipatif penatagunaan lahan desa, terdiri dari:

A. Sketsa Desa

Alat kajian sketsa desa digunakan untuk menghasilkan informasi tentang tipe lahan desa, penggunaan lahan desa, jumlah pengguna lahan, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya buatan, lokasi-lokasi yang rawan dengan kebakaran hutan dan lahan, lokasi sumber-sumber air yang bisa digunakan untuk pengendalian kebakaran, dan gambaran umum tentang kondisi desa saat ini. Informasi yang ditampilkan dalam sketsa desa menjadi acuan bagi 3 alat kajian lainnya.

B. Sejarah Penggunaan Ruang Desa

Alat kajian sejarah penggunaan ruang desa digunakan untuk mengkaji informasi tentang kecenderungan perubahan penggunaan lahan desa dari waktu ke waktu hingga saat sekarang, apa saja yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan dan pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat. Hal paling penting dari penggunaan alat ini adalah untuk mengajak masyarakat mengamati dengan seksama tentang apa saja sumber daya alam desa yang berkurang atau hilang/punah, apa penyebab kepunahannya dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk merehabilitasi kembali sumber daya alam tersebut jika termasuk dalam golongan sumber daya alam yang terbaharukan.

C. Kalender Musim

Alat kajian kalender musim digunakan untuk mengkaji aktifitas penting yang dilakukan oleh masyarakat desa, sumber-sumber penghasilan masyarakat,

BAB II

METODOLOGI

(10)

kapan saat memulai sonor, kapan saat berlebung dan kapan waktu-waktu tertentu di desa yang rawan dengan bencana kebakaran hutan dan lahan sehubungan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat menggarap lahan pertanian atau perkebunan. Informasi tentang pola tanam dan cara pembukaan atau pembersihan lahan pertanian biasanya muncul dari alat kajian ini.

D. Bagan Kelembagaan Desa

Bagan kelembagaan desa digunakan untuk mengkaji berapa jumlah kelembagaan yang ada didesa, bagai mana hubungan antar kelembagaan dan lembaga apa saja di desa yang bisa fokus untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di wilayah desa.

Kajian kondisi desa menggunakan keempat alat PRA tersebut di atas menghasilkan Usulan Rencana untuk Pengembangan Kawasan Perdesaan yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yakni:

1. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan pengembangan ekonomi

2. Rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan pusat perdesaan dan fasilitas umum

3. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian alam desa

4. Rencana peraturan-peraturan yang dibutuhkan desa khususnya dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan

5. Rencana kebutuhan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan di desa

Untuk memvisualkan rencana tata guna lahan desa melalui proses partisipatif dibuat sketsa rencana tata guna lahan desa berdasarkan kajian dan kebutuhan rencana pengembangan kawasan perdesaan. Dalam proses ini kawasan perdesaan dibagi menjadi 2 kategori yakni:

1. Kawasan Budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembangan ekonomi masyarakat. Kawasan budidaya ini meliputi:

- Pemukiman, fasilitas umum, sarana-prasarana

- Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan 2. Kawasan Non Budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan guna kepentingan konservasi dan pelestarian alam. Kawasan non-budidaya ini meliputi:

- Kawasan hutan lindung - Rawa dalam

- Buffer zone

- Gambut dengan kedalaman di atas 2.5 meter

Berdasarkan kategori diatas dilakukan perencanaan pengembagan kawasan

perdesaan melalui proses partisipatif.

(11)

2.2. Peserta Kegiatan

Peserta workshop perencanaan tata guna lahan desa merupakan perwakilan masyarakat dan kelompok kepentingan yang ada di Desa Ujung Tanjung sebagai berikut:

Tabel 1.

Peserta Workshop Rencana Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung Peserta Dusun 1 Dusun 2 Dusun 3 Dusun 4

Pemerintahan Desa 2 1 1 1

BPD 1 1 1 1

Kepala Dusun 1 1 1 1

Tokoh Masyarakat 1 1 1 1

Kelompok Perempuan 1 1 2 2

Kelompok Pemuda 1 1 1 1

Komite Pengarah P3LD 2 1 1 1

Tim Teknis P3LD 3 2 2 2

TOTAL 12 9 10 10

2.3. Pelibatan Perempuan

Workshop perencanaan tata guna lahan desa juga memperimbangkan aspek sensitif gender. Perempuan dilibatkan dalam seluruh rangkaian workshop mulai dari mengkaji kondisi, memilih prioritas rencana penggunaan lahan desa dan pembangunan desa. Perempuan yang ikut berpartisipasi pada workshop ini berjumlah 6 orang.

2.4. Waktu Dan Tempat

Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 12 hingga 14 September 2005 bertempat di rumah Kepala Desa Ujung Tanjung.

2.5. Fasilitator dan Tim Pendukung

Workshop perencanaan Tata Guna Lahan di Desa Ujung Tanjung prosesnya difasilitasi empat orang fasilitator:

- Drs Irawan Syafril (BPMD Ogan Komering Ilir): Sketsa Desa.

- Ir. Ifna Nurlela (Bappeda Ogan Komering Ilir/Pokja-3): Sejarah Penggunaan Ruang Desa.

- Roseka (Solidaritas Perempuan/Pokja-3) : Kalender Musim.

- Drs Rudi Sutatmo (BPMD Ogan Komering Ilir/Pokja-3): Bagan Kelembagaan Desa.

- Supervisi kegiatan oleh: Dendi Satria Buana dan Eris Achyar (SSFFMP).

- Tim pendukung: Ir. Dahlia (Dinas Pertanian Tanaman Pangan), Najamudin (KTNA), Amir Hamzah (Foslima) dan Alfa Riska (Yayasan Spora).

2.6. Bahan Dan Alat.

a. Ruangan interaksi dan perlengkapan b. Alat-alat tulis, meta plan, kertas plano c. Zopp Board dan perlengkapan

d. Infokus + screen

(12)

3.1. Persiapan Pelaksanaan Workshop

Pengkajian secara cepat terhadap desa merupakan proses awal yang penting untuk dilakukan dengan maksud mendapatkan data-data mendasar tentang desa seperti data monografi, kecendrungan perubahan, sketsa desa, informasi konflik dan peran gender.

Pengumpulan data awal bisa dilakukan melalui survey sosial ekonomi, diskusi terfokus dengan petani pengguna lahan dan melakukan transek lintasan untuk mengamati dari dekat tipe dan penggunaan lahan di desa.

Pengembangan kapasitas kelembagaan desa untuk perencanaan tata guna lahan desa dilakukan melalui pelatihan komite pengarah P3LD yang juga diikuti oleh Sekretaris Desa Ujung Tanjung. Pelatihan yang diselenggarakan di Hotel Teluk Gelam Tersebut seyogyanya telah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta dari Desa Ujung Tanjung tentang kerangka pengkajian dan perencanaan tata guna lahan desa secara partisipatif.

3.2. Proses Pelaksanaan Workshop

Pelaksanaan workshop perencanaan tata guna lahan desa berlangsung selama tiga hari, proses ini melibatkan 40 orang perwakilan masyarakat yang berasal dari ke 4 dusun di Desa Ujung Tanjung.

Hari pertama, Senin, 12 September 2005

Hari pertama, peserta workshop dibagi menjadi 2 kelompok yang akan membahas sketsa desa yang telah dihasilkan selama kegiatan ini berlangsung, dan satu kelompok lainnya akan membahas sketsa dusun. Kelompok pertama, yang terdiri dari 3 orang dari tiap-tiap dusun khusus melakukan pengecekan kembali sketsa desa Ujung Tanjung. Sedangkan kelompok kedua, yang terdiri dari 7 (tujuh) orang per dusun akan membuat sketsa dusun dan mengisi tabel tipe lahan, klasifikasi penggunaan dan luas.

BAB III

PELAKSANAAN WORKSHOP

DAN HASIL

(13)

Sketsa Desa yang dikerjakan kelompok I (Sketsa Desa) ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.

Sketsa Desa Ujung Tanjung

Gambar 2.

Sketsa Dusun I Ujung Tanjung

Gambar 3.

Sketsa Dusun II Ujung Tanjung

(14)

Melalui hasil kerja kelompok pada hari pertama workshop ini, terlihat kalau lahan darat di Desa Ujung Tanjung lebih luas daripada lahan rawa ataupun lahan pasang surut. Namun, lahan rawa yang sejatinya lebih kecil dari pada lahan darat ini menyumbang persoalan yang besar, karena kalau dilihat dari klasifikasi penggunaan lahan saat ini, terlihat kalau lahan rawa tersebut hanya digunakan sebagai lahan untuk sistem padi sonor.

Alokasi dan penggunaan lahan darat di desa Ujung Tanjung terlihat didominasi oleh kebun karet dengan luas penggunaan lahan hampir mencapai 95 persen dengan jumlah pengguna mencapai 720 KK (90 persen dari jumlah penduduk desa). Di sini juga terlihat, ada sekitar 4 hektar lahan darat di desa Ujung Tanjung yang dijadikan sebagai lahan percobaan untuk budidaya tanaman sawit. Dari penuturan beberapa peserta workshop, bahwa sawit yang ditanam sejak 2 tahun yang lalu tersebut menunjukkan pertumbuhan yang baik. Perkembangan tanaman sawit sawit yang menjadi unit percontohan masyarakat tersebut semakin meningkatkan keinginan masyarakat desa untuk menjadikan lahan rawa sebagai areal kebun sawit.

Gambar 4.

Sketsa Dusun III Ujung Tanjung

Gambar 5.

Sketsa Dusun IV Ujung Tanjung

(15)

Mengenai batas Desa Ujung Tanjung dengan desa-desa sempadan, relatif tidak ada masalah yang berarti karena pada masa pemerintahan kepala desa sebelumnya sudah dibuat beberapa kesepakatan batas wilayah dengan desa tetangga. Namun kesepakatan tersebut hanya diketahui oleh sebagian anggota masyarakat ataupun hanya para tetua kampung dan tokoh masyarakat. Ada indikasi kalau hasil kesepakatan mengenai tata batas desa tidak tersosialisasikan dengan baik kepada anggota masyarakat lainnya.

Dari proses workshop pada hari pertama ini juga terlihat, batas dusun di desa Ujung Tanjung hanya terbatas pada areal pemukiman penduduk. Pemerintah desa dan masyarakat dari keempat dusun di Desa Ujung Tanjung belum menentukan batas wilayah dusun untuk lahan perkebunan dan pertanian. Ke depan, batas dusun yang disepakati pada workshop ini melalui proses konsultasi publik di tingkat desa secara iteratif diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi pemerintahan desa dalam merencanakan batas administrasi dusun di Ujung Tanjung.

Hari kedua, Selasa, 13 September 2005

Pada hari kedua ini peserta workshop dibagi menjadi 4 (empat kelompok) yang membahas 4 (empat) alat kajian kondisi desa.

- kelompok pertama; membahas sketsa desa yang difasilitasi oleh Irawan Safri, S.Ip (BPMD Ogan Komering Ilir),

- kelompok dua; membahas sejarah penggunaan ruang desa dengan fasilitator Ir. Ifna Nurlela (Bappeda Ogan Komering Ilir),

- kelompok tiga; membahas kalender musim dengan fasilitator Roseka Sari (Solidaritas Perempuan (SP) Palembang), dan

- kelompok empat; membahas bagan kelembagaan yang difasilitasi Rudi Sutatmo S.Sos (BPMD Ogan Komering Ilir).

Dari hasil kerja kelompok berbagai metode dalam pengkajian keadaan desa Ujung Tanjung ini muncul sejumlah permasalahan, terutama mengenai pemukiman, fasilitas umum, lahan rawa, pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan, misalnya kebun karet serta permasalahan lainnya.

Gambar 6.

Tabel Sejarah Penggunaan Lahan Desa Ujung Tanjung

(16)

Pemukiman masyarakat di Desa Ujung Tanjung berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 1975, jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Ujung Tanjung berjumlah sekitar 425 KK. Jumlah penduduk desa ini terus bertambah hingga menjadi 975 KK pada tahun 2005. Pertambahan jumlah penduduk ini menyebabkan perubahan penggunaan lahan untuk perluasan pemukiman dan kebun.

Dari kajian sejarah penggunaan lahan desa diketahui bahwa luas lahan sonor yang dikelola masyarakat relatif tidak berubah dari tahun ke tahun.

Sebenarnya sudah muncul keinginan sebagian masyarakat untuk menghentikan tradisi sonor, karena pengelolaan areal rawa ini hanya sebatas 5 tahun sekali.

Harapan masyarakat ke depan, akan ada semacam teknologi yang mampu mengubah areal rawa-rawa tersebut sebagai areal pertanian baru, misalnya teknologi irigasi, atau jalur / kanal buatan yang mendukung pencetakan sawah baru bagi masyarakat. Keinginan lainnya yang juga ada yakni mengkonversi lahan rawa yang terdapat di desa menjadi areal kebun sawit.

Dari kajian kalender musim diketahui bahwa sebagian besar tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang dibudidayakan masyarakat sudah tidak produktif lagi.

Salah satu penyebabnya dikarenakan umur tanaman karet yang sudah tua ataupun jenis bibit karet yang ditanam bukan merupakan klon unggulan, sehingga hasil dan kualitas getahnya relatif rendah. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah masih rendahnya tingkat penguasaan masyarakat dalam melakukan penyadapan. Hal ini diperburuk dengan jarangnya penyuluhan yang dilakukan pihak terkait mengenai teknik-teknik dalam penyadapan karet.

Penyadapan lateks karet di Desa Ujung Tanjung tidak bisa dilakukan sepanjang tahun, karena saat musim kemarau biasanya jumlah lateks berkurang sedangkan namun pada musim hujan, seringkali lateks justru banyak tercampur dengan air hujan.

Gambar 7.

Kalender Musim Desa Ujung Tanjung

(17)

Mayoritas masyarakat Desa Ujung Tanjung menggantungkan mata pencaharian sebagai petani karet. Ini terlihat dari laju perkembangan kebun karet yang cenderung menigkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 1975 diperkirakan luas kebun karet yang dikelola masyarakat hanya berkisar 1.200 hektar, saat ini diperkirakan sudah mencapai hampir 9.500 hektar. Namun, seperti yang disebutkan, bahwa pertambahan lahan karet juga menyebabkan munculnya berbagai persoalan misalnya produktifitas getah karet semakin menurun, masalah penggunaan klon unggulan yang saat pertama kali ditanam belum dikenal masyarakat, hama babi dan monyet serta akibat lainnya, misalnya metode pembukaan lahan dengan pembakaran yang sering kali juga menjalar ke kebun karet sebelah ataupun areal hutan.

Untuk mengatasi masalah penurunan produksi getah karet akibat umur pohon karet yang sudah tua, ada keinginan warga untuk melakukan peremajaan tanaman karet dengan bibit atau klon unggulan, namun karena kendala harga bibit yang terlalu mahal menyebabkan keinginan ini tidak pernah terlaksana.

Beberapa potensi sumber daya alam di desa Ujung Tanjung seperti areal rawa-rawa, selama ini dimanfaatkan masyarakat sebagai lokasi penangkapan ikan, terutama di sungai yang tidak kering sepanjang tahun. Potensi areal rawa sebagai lokasi penangkapan ikan memang tinggi, apalagi menurut penuturan masyarakat ikan yang didapatkan pun cukup banyak. Namun, akhir-akhir ini hasil dari penangkapan ikan menurun drastis. Beberapa peserta menuding bahwa pengerukan sungai yang dilakukan di Tulung Selapan sebagai penyebab turunnya hasil ikan di Ujung Tanjung dan sekitarnya.

Selain sebagai lokasi penangkapan ikan, arel rawa juga digunakan masyarakat sebagai areal sonor. Sonor merupakan suatu cara tradisional bertanam padi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Tulung Selapan dan Kecamatan Pampangan, dengan cara membakar saat proses land clearing atau pembersihan lahan. Dari penuturan masyarakat, bahwa sistem padi sonor dapat dilakukan hanya pada saat musim kemarau panjang, sekitar 5 (lima) tahun sekali, namun ada kalanya kegiatan ini juga dilakukan setiap musim kemarau datang. Hal inilah yang menyebabkan setiap tahun, areal rawa-rawa ini mempunyai sejarah kebakaran di areal rawa-rawa yang tinggi. Kebakaran di areal ini cenderung tidak terkendali dan luasan areal yang terbakar pun sangat tinggi.

Gambar 8.

Bagan Kelembagaan Desa Ujung Tanjung

(18)

Kelembagaan Desa Ujung Tanjung yang teridentifikasi melalui kajian kelembagaan ada sebelas lembaga (formal dan non formal) yakni: pemerintah desa, BPD, lembaga adat, karang taruna, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD, regu pemadam kebakaran desa, kelompok PKK, kelompok pengajian perempuan, TPA, kelompok tani. Dari ke sebelas lembaga tersebut yang diperkirakan dapat berperan untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Desa Ujung Tanjung ada tujuh lembaga yakni: pemerintah desa, BPD, lembaga adat, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD, regu pemadam kebakaran desa dan kelompok tani.

Pada sesi terakhir dari workshop hari kedua, disepakati juga beberapa prioritas pemecahan masalah yang muncul saat dilakukan pengkajian kondisi desa.

Seluruh masalah yang muncul, kemudian dicari solusi penyelesaian masalah serta dirumuskan menjadi 4 (empat) kategori rencana dalam pembangunan masyarakat desa yakni:

1. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pengembangan ekonomi.

2. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pembangunan fisik desa.

3. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian sumber daya alam desa.

4. Rencana Pembuatan Peraturan dan Kesepakatan Desa.

5. Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat.

Dari usulan yang muncul berdasarkan kategori diatas kemudian susun skala prioritasnya dengan melalkukan scoring (penilaian) secara partisipatif bersama masyarakat yang menjadi peserta workshop. Adapun indikator yang digunakan dalam penentuan skala prioritas adalah:

a. Dampak kegiatan terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga.

b. Dampak kegiatan terhadap upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan.

c. Kelayakan usulan kegiatan berdasarkan kondisi dan potensi desa.

d. Kelayakan usulan kegiatan berdasarkan waktu dan kebutuhan.

Pada workshop hari ke dua ini masih ada beberapa usulan yang belum dibahas secara intensif seperti:

 Adanya usulan pembukaan kebun kelapa sawit di lahan rawa yang terdapat di Ujung Tanjung.

 Adanya usulan agar peraturan adat desa dibuat tertulis dan disosialisasikan kepada masyarakat.

 Adanya peremajaan kayu gelam/perepat sehingga produksi meningkat.

 Diadakan jadwal piket bagi tim pemadam kebakaran Desa Ujung Tanjung berkoordinasi dengan desa sekitarnya terutama musim kemarau.

 Adanya pelatihan tim teknis P3LD dari SSFFMP

 Usulan diintensifkannya penyuluhan perkebunan di Desa Ujung Tanjung

.

(19)

Hari ketiga, Rabu, 14 September 2005

Pada hari ke tiga, dilakukan penyusunan skenario Draft Rencana Tata Guna Lahan Desa (RTGLD) Ujung Tanjung. Hal ini merupakan tahap lanjutan dalam proses perencanaan tata guna lahan desa secara partisipatif yang berdasarkan kajian dan kebutuhan rencana pengembangan kawasan pedesaan. Dalam proses ini, kawasan perdesaan dibagi menjadi 2 kategori yakni :

a. Kawasan budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembangan ekonomi masyarakat. Kawasan budidaya ini meliputi :

- Pemukiman, fasilitas umum, sarana dan prasarana

- Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

b. Kawasan Non Budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan guna kepentingan konservasi dan pelestarian alam. Kawasan non budidaya ini meliputi :

- Kawasan hutan lindung - Rawa dalam

- Buffer Zone

- Gambut dengan kedalaman di atas 2,5 meter.

Skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa yang diusulkan adalah:

 kawasan budidaya, untuk kawasan budidaya masyarakat mengusulkan agar: 1) lahan rawa-rawa yang memenuhi persyaratan di Desa Ujung Tanjung dimanfaatkan untuk lokasi perkebunan sawit, 2) lokasi yang potensial di pinggir rawa digunakan untuk budidaya tanaman pangan dan sayur-sayuran, 3) perluasan areal pemukiman dan pembangunan fasilitas umum seperti kantor kepala desa, mushola, pos hansip dan 4) mengalokasikan lahan yang khusus digunakan untuk pemakaman umum desa.

 Kawasan non budidaya, untuk kawasan non budidaya masyarakat mengusulkan agar tanah kas desa yang berlokasi di kaki talang batang gadung dan beberapa lokasi hutan di Ujung Tanjung dijadikan sebagai hutan desa. Tata cara dan aturan pemanfaatannya dapat di atur melaui peraturan desa.

3.3 Hasil Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung

Workshop perencanaan tata guna lahan Desa Ujung Tanjung menghasilkan skenario rencana penggunaan lahan desa, rencana aturan dan kesepakatan yang dibutuhkan di tingkat desa seta rencana pengembangan kapasitas masyarakat dan kelembagaan desa. Secara terperinci usulan yang ada pada masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut:

Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan pengembangan ekonomi 1. Usulan penggunaan lahan desa untuk perkebunan sawit dengan pola inti-

plasma. Lokasi usulan ini diutamakan untuk lahan rawa yang ada di desa, di mana persoalan kebakaran lahan yang tidak terkendali sering bermula.

2. Usulan peremajaan tanaman karet. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin

tuanya umur tanaman karet yang diusahakan masyarakat, dibuktikan

dengan semakin rendahnya kualitas dan kuantitas getah yang dihasilkan.

(20)

Rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan pusat perdesaan dan fasilitas umum

1. Usulan pengaspalan jalan desa di dusun 1, 2 dan 3 2. Usulan pemindahan lokasi pemakaman

3. Usulan listrik masuk desa

Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian alam desa

1. Usulan reboisasi hutan di wilayah desa yang berlokasi di Pulau Batin.

2. Usulan menjadikan tanah kas desa yang berlokasi di Rimba Sekampung sebagai hutan desa.

Rencana peraturan dan kesepakatan yang dibutuhkan desa khususnya dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan

1. Usulan pembuatan peraturan desa / adat tentang penjagaan penyekatan dalam proses pembakaran lahan saat pembukaan lahan serta tata cara pembukaan dan pembersihan lahan pertanian-perkebunan di desa.

2. Usulan pembuatan peraturan desa yang mengatur tentang pelarangan penyetruman ikan.

Rencana kebutuhan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan di desa

1. Usulan penyuluhan dari dinas terkait mengenai bahya dan akibat-akibat dari kebakaran hutan dan lahan.

2. Usulan penyuluhan dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pertanian tanaman karet.

3. Usulan peningkatan keterampilan masyarakat dengan pelatihan pembibitan karet klon unggulan.

4. Usulan pelatihan tim pemadam kebakaran secara rutin.

Rencana ini kemudian di muat dalam Sketsa Skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung.

Setelah itu, draft skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa yang telah disepakati masyarakat kemudian divisualisasikan dalam bentuk sketsa rencana penggunaan lahan desa.

Gambar 9.

Sketsa Draf SkenarioRencana Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung

(21)

Photo Kegiatan Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung

Gambar 10.

Fasilitasi Kajian Sketsa Desa dilakukan oleh Bapak Irawan Syafri (BPMD Kab. OKI).

Gambar 11.

Melalui sketsa desa masyarakat mengkaji potensi dan peluang pemanfaatan sumber daya hutan dan lahan yang ada di desa.

Gambar 12.

Proses kerja kelompok

menggunakan alat kajian sketsa desa

(22)

Gambar 13.

Kesetaraan “Gender”

merupakan hal penting yang diperhatikan dalam pelaksanaan workshop perencanaan tata guna lahan desa.

Gambar 14.

BUZZ GROUP merupakan salah satu teknik fasilitasi yang digunakan dalam workshop perencanaan tata guna lahan desa.

Gambar 15.

Kajian Diagram Kelembagaan Desa menginformasikan kualitas dan kuantitas kelembagaan desa yang dapat berperan dalam pengelolaan kebakaran hutan dan lahan di wilayah desa dan sekitarnya

(23)

Profil Desa Ujung Tanjung

Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Desa Ujung Tanjung merupakan desa dengan topografi yang didominasi oleh dataran rendah yang dikelilingi oleh rawa-rawa. Berdasarkan letak geografis desa ini berada pada koordinat 3014’ 9.26’’ LS dan 10502’ 1.86’’ BT. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan sekitar 4 kilometer, jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 102 kilometer dan jarak dari ibu kota propinsi 177 kilo meter. Transportasi keluar desa lancar, hampir semua jenis kendaraan dapat masuk ke pusat desa melalui melalui jalan aspal dan jalan pengerasan.

Secara administratif Desa Ujung Tanjung termasuk dalam wilayah Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Lebung Gajah, sebelah selatan berbatasan dengan Lebak Tulung Selapan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tulung Selapan dan di bagian timur berbatasan dengan Desa Simpang Tiga.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Tanjung tahun 2002 diperkirakan luas desa 17.000 ha.

Hampir ¾ wilayah desa merupakan lahan rawa sedangkan sisanya berupa lahan darat yang digunakan sebagai areal perkebunan yang didominasi tanaman karet, pemukiman dan fasilitas umum. Lahan darat sebagian kecil juga dimanfaatkan untuk persawahan pola menetap. Lahan rawa yang ada di desa hingga saat ini hanya digunakan untuk lokasi sonor pada musim kemarau dan tempat menangkap ikan ketika rawa tergenang air di musim hujan.

Desa Ujung Tanjung memiliki empat buah dusun yaitu dusun I, dusun II, dusun III dan dusun IV.

Letak masing-masing dusun berdampingan dengan akses yang lancar ke pusat desa. Jumlah penduduk desa berdasarkan data monografi tahun 2003 adalah sebanyak 2.962 jiwa (624 KK) dengan rincian 1.536 jiwa laki-laki dan 1.426 jiwa perempuan.

Sarana dan prasarana umum yang sudah ada di desa saat ini berupa 1 unit mesjid, 1 unit mushola, 1 unit jembatan permanen, jalan aspal dan jalan pengerasan. Sarana telekomunikasi relatif lancar seperti handy talky dan telpon seluler. Fasilitas pendidikan yang telah ada berupa 1 unit Sekolah Dasar Negeri dan 1 unit Sekolah Menengah Pertama Negeri. Fasilitas kesehatan yang tersedia didesa berupa 1 unit poliklinik dengan 2 orang bidan desa sebagai tenaga medis. Fasilitas olah raga berupa 1 unit lapangan volly dan 1 unit lapangan sepak bola. Kantor kepala desa yang ada kondisinya sudah rusak berat, sehingga segala urusan administrasi pemerintahan desa dilaksanakan di rumah kepala desa. Sedangkan fasilitas air bersih relatif tidak ada, Masyarakat memanfaatkan lebak sebagai tempat mandi, cuci, kakus, dan kadang-kadang untuk air minum. Selain dari lebak, sebagai sumber air minum masyarakat juga membuat sumur. Fasilitas penting yang belum ada didesa hingga saat ini adalah listrik, untuk penerangan masyarakat menggunakan diesel dan lampu petromak.

Mata pencaharian utama penduduk desa sangat mengandalkan sektor perkebunan dilahan kering.

Tanaman utama yang dibudidayakan di lahan kering adalah karet dengan klon lokal dan unggul. Lahan rawa yang mengelilingi desa pada musim kering digunakan untuk bertanam padi dengan varietas IR 6 dan IR 8. Berdasarkan data monografi desa tahun 2003 sekitar 624 jiwa adalah petani karet, 523 jiwa mendapatkan penghasilan dari beternak, 117 jiwa adalah pencari ikan di rawa, 16 jiwa pedagang dan 17 jiwa merupakan PNS. Pasar kalangan pada hari Sabtu merupakan sarana utama desa ini selain itu juga terdapat banyak warung yang ada di desa ini. Angkutan umum merupakan sarana transportasi efektif bagi masyarakat desa untuk menjual hasil panen mereka ke pasar.

Kelembagaan formal yang ada di desa adalah pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa dibantu sekretaris desa, kaur desa, kepala dusun, ketua RT. Lembaga formal lainnya seperti Badan Perwakilan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PKK, Karang Taruna, Komite Pengarah P3LD, Tim Teknis P3LD dan Regu Pemadam Kebakaran Hutan. Kelembagaan non formal yang ada seperti lembaga adat desa, kelompok tani, kelompok pengajian perempuan.

(24)

Lampiran 3.

Sketsa Desa Ujung Tanjung Kecamatan Tulung Selapan

Kabupaten Ogan

Komering Ilir

(25)

LAMPIRAN 4.

Matrik Kegiatan Kajian Kondisi Desa dalam Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung

MATRIK KAJIAN KONDISI DESA :

* Sketsa Desa

* Sejarah Penggunaan Lahan Desa

* Kalender Musim

* Bagan Kelembagaan Desa

(26)

Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 12 - 14 September 2005

Tabel F1. Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas

Tipe Lahan Deskripsi Tipe Lahan Luas

Lahan Darat Merupakan wilayah desa yang bebas dari pengaruh banjir dan pasang surut 10.000 ha

Lahan Rawa Merupakan wilayah desa yang tergenang air pada musim hujan 7000 ha

Lahan pasang surut Merupakan wilayah desa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut 500 ha

Matrik Kajian Sketsa Desa

(27)

Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F2.Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas

Tipe lahan Klasifikasi penggunaan lahan saat ini

Luas (ha)

Jumlah Pengguna (KK)

Status kepemilikan

Pemukiman 24 800 Tidak ada data

Pasar 1 2.420 Tidak ada data

Kebun Karet 9.471 720 Tidak ada data

Kebun Sawit 4 2 Tidak ada data

Lahan darat

Belukar 500 Tidak ada data Tidak ada data

Sonor 7000 800 Tidak ada data

Pasang surut 500 Tidak ada data Tidak ada data

Lahan Rawa

Lokasi penangkapan ikan Tidak ada data 100 Tidak ada data

(28)

Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F3 a. Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah

Klasifikasi Penggunaan

lahan

Deskripsi/

kondisi

Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan lahan

Penyebab masalah

Jalan dalam desa rusak Tenaga Kerja

Swadaya

Pada musim kemarau jalan jadi jelek

Belum ada pengerasan jalan

Siring belum tertata rapi Tenaga Kerja

Swadaya

Pada musim hujan air tergenang tak bisa mengalir

Siring di sebagian desa belum ada

Pagar desa belum tertata rapi Tenaga Kerja

Swadaya

Kerapian desa kurang Pagar desa di rumah penduduk belum ada dan sebagian rusak

Sapi, kambing tidak dikandangkan di malam hari

Sapi & kambing banyak

Kandang ternak rata-rata ada

Sapi, kambing pada malam hari berkeliaran di desa

Masyarakat tidak mengandangkan ternaknya Pemukiman

Sumur bor tidak berfungsi Sumur ada

Swadaya

Pompa sumur rusak berat Kurang perawatan masyarakat

Kualitas pompa jelek Pasar Kondisi los pasar sempit Lokasi pasar tersedia Pedagang tidak seluruhnya bisa

masuk dan berjualan di pasar

Los pasar terbatas

Kebun Karet Banyak kebun rakyat yg tidak produktif

Hama babi menyerang dan merusak tanaman karet muda, umur 1-3 tahun

Produksi getah menurun, khusus pd musim kemarau

Lahan kebun cukup luas

Tenaga kerja tersedia

Ada kelompok tani

Hasil karet turun

Karet muda diserang babi dan monyet

Sebagian karet ada yang diremajakan

masyarakat tidak menggunakan bibit unggul

Kurang pemupukan dan perawatan

Sukar dlm membasmi hama babi/monyet

PPL ada tp tidak pernah memberikan penyuluhan

Masyarakat kurang mampu membeli varietas karet unggul

masyarakat tidak mempunyai

pengetahuan dalam membuat bibit sendiri

(29)

Klasifikasi Penggunaan

lahan

Deskripsi/

kondisi

Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan lahan

Penyebab masalah

Kebun sawit Masih milik perorangan yang belum dikelola secara sempurna dan pertumbuhan cukup subur

Tenaga Kerja tersedia

Lahan tersedia cukup luas

Belum ada pengetahuan masyarakat ttg sawit

Belum ada investor yang menanam

Belukar Merupakan semak belukar yang rawan terbakar

Tenaga kerja tersedia

Lokasi cukup luas

Ada kelompok tani

PPL ada

Masyarakat tidak mampu mengelola tanah kritis

Pd musim kemarau sering terjadi kebakaran hutan

Masyarakat tidak ada kemampuan mengelola tanah kritis

PPL tidak pernah memberikan penyuluhan

Kelompok tani belum aktif

Teknologi tidak ada Pasang surut dan

lokasi penangkapan ikan

Merupakan daerah perikanan Sungai sukarkering sepanjang tahun

Ikan cukup banyak

Peralatan penangkpan ikan tersedia milik masyarakat

Tidak bisa diolah Karena masih ada pengaruh air laut

Sonor Merupakan lahan yang sering terbakar setiap tahun

Tenaga kerja banyak

Tumbuhan purun dan rumbai cukup banyak

Kemarau panjang dapat ditanami sonor

Purun &rumbai tdk dimanfaatkan

Ikan sudah hampir punah

Rawa tidak bisa diolah setiap tahun

Rawan kebakaran pd musim kemarau

Tidak ada teknologi dan kemampuan masyarakat dalam mengelola rawa

Belum ada campur tangan investor dan pemerintah

Sering terjadi penyetruman ikan

Masyarakat tidak mempunyai pengetahuan dalam memanfaatkan purun/rumbai

(30)

Tabel Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target

Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan, Rencana Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F 3 b. Tabel Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan, Rencana Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan

Klasifikasi penggunaan lahan

Model pengelolaan yang diharapkan Target penggunaan lahan berdasarkan

kebutuhan

Rencana penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan

A. Pemukiman

1. Jalan desa Pengerasan jalan desa 2.400 m x 6 m Pengaspalan jalan

2. Pagar desa Pemagaran di sepanajang jalan dalam desa 4.800 m Pembangunan pagar esa 3. Siring Pembangunan siring di sepanjang jalan dalam desa 4.800 m Pembangunan siring beton 4. Pasar desa Penambahan pembangunan los dan kios pasar 50 m x 50 m Pembangunan los dan kios 5. Sarana penerangan(PLN) Pemasangan jaringan dari dan kerumah-rumah

penduduk

520 rumah Listrik masuk desa

B. Perkebunan

1. Kebun Karet Menggunakan bibit unggul 9.471 m2 Peremajaan kebun karet rakyat

2. Kebun Sawit Dengan menggunakan alat teknologi modern 7.500 m2 Perkebunan inti plasma

(31)

SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ZONASI DARI TAHUN KE TAHUN

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Lahan Kering Lahan basah

Tahun

Karet Rumah Tanah

Kosong

Rambutan Lap Bola kaki

Pasar Sekolah Pemakaman Sungai Purun Belidang Sonor Rumbai Rawa- rawa

Jumlah KK

1975

1200 25 5 1 - - - 1 1,9 260 1200 2100 150 3200 425

1985

2000 40 5 - - - 1 1 1,9 251 1400 2100 210 2250 550

1995

4859 46 5 2 - - 1 1 1,9 245 1423 1900 350 3350 85

2005

9859 111 5 2 1 0,5 2 1 1,7 226 1425 1899 400 3545 975

* angka yang ada dalam tabel diatas hanya berdasarkan perkiraan dari peserta workshop perencanaan tata guna lahan Desa Ujung Tanjung

Matrik Kajian Sejarah Penggunaan Lahan Desa

(32)

Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F1. Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

No Topik bahasan Detil masalah Skor

Terjadinya penambahan lahan karet dari tahun ke tahun 4

1. Lahan Karet

Produktivitas karet menurun 4

2. Perumahan  Bertambah jumlah bangunan rumah dari tahun ke tahun

 Bahan bangunan kurang bermutu

 Belum ada listrik

3 3 3

3. Tanah Kosong Kondisi tanah basah sepanjang tahun 2

4. Kebun Rambutan Tidak dirawat dengan baik 2

Pasar, kurang lokal dan lokasi bergabung dengan pemakaman. 3

Sekolah, bangunan sdh rusak 4

5. Fasilitas Umum

Lapangan bola kaki statusnya tanah pinjaman 3

6. Sungai Sungai dangkal dan buntu 3

7. Sonor Jangka waktu terlalu lama 5-10 tahun 3

8. Rawa-rawa Jangka waktu terlalu lama 5-10 tahun 3

(33)

Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F2. Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

Topik Bahasan

Detil masalah Penyebab masalah Potensi Skor

Terjadinya penambahan lahan karet dari tahun ke tahun

Karena bertambahnya jumlah penduduk Tersedia SDM 4

Lahan karet

Produktivitas karet menurun  Pohon karet tua

 Bibit non unggul

 Kurang pupuk

 Tidak ada penyuluhan

 Hama babi

Tersedia tenaga 4

4 4 4 4 Perumahan  Bertambah jumlah bangunan

rumah dari tahun ke tahun

 Bahan bangunan kurang bermutu

 Belum ada listrik

 Bertambahnya jumlah penduduk

 Harga bahan baku meningkat

 Biaya transport tinggi

 Tidak ada jaringan PLN

 Penghasilan meningkat dan tersedia lahan

 Tersedia tenaga kerja

 Peminatnya cukup banyak

3 3 3 3 Tanah kosong Kondisi tanah basah sepanjang tahun Lahan rawa dalam Tidak dapat digunakan 2 Kebun rambutan Tidak dirawat dengan baik Tidak mempunyai hasil yg tinggi Untuk digunakan lahan perumahan 2

(34)

Topik Bahasan

Detil masalah Penyebab masalah Potensi Skor

Pasar kurang lokal dan lokasi bergabung dengan pemakaman

 Banyak jumlah pedagang

 Karena tidak ada lahan untuk pasar

 Pemakaman tidak teratur

 Banyak pembeli

 Lahan pemakaman tersedia

3 3

Sekolah, bangunannya sudah rusak  Bahan baku tidak bermutu dan bangunan sdh tua

Murid banyak 4

Fasilitas Umum

Lapangan bola kaki, status tanah pinjaman.

Tidak ada lahan desa Banyak orang yg memerlukan lap bola kaki

3

Sungai Sungai dangkal dan buntu  Karena Sungai buatan

 Banyak terdapat belidang dan rumbai

 Tidak pernah ada pengerukan

 Masyarakat banyak menggunakan

 Untuk mengembangkan sumber daya alam

3

3

Sonor Jangka waktu terlalu lama 5-10 tahun Tergantung Musim kemarau Lahannya luas 3

Rawa Jangka waktu terlalu lama 5-10 tahun Tergantung Musim kemarau Lahannya luas 3

* Peserta sepakat masalah yang dibahas adalah yang mendapat skor 3 dan 4

Catatan;

Setiap masalah diberi penilaian sendiri kemudian diambil kesepakatan masalah apa saja yang akan diteruskan pembahasannya untuk mencari pemecahannya berdasarkan nilai masalah.

Nilai masalah;

4 = sangat penting 3 = penting 2 = kurang penting 1 = tidak penting

(35)

Inventarisasi Masalah dan Usulan Pemecahan Masalah berdasarkan Potensi

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN RUANG DESA Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F3. Inventarisasi Masalah dan Usulan Pemecahan Masalah berdasarkan Potensi

No Detil masalah yang ada Usulan pemecahan masalah berdasarkan potensi desa

Pengelompokan usulan pemecahan masalah

1 Terjadinya penambahan lahan karet dari tahun ke tahun

Produktivitas karet menurun

Disediakan bibit unggul

Disediakan pupuk

Dilakukan penyuluhan

Harus ada penangkapan babi dengan lapun

Peremajaan kebun karet 2 Bertambah jumlah bangunan rumah dari

tahun ke tahun

Bahan bangunan kurang bermutu

Belum ada listrik

Perlu adanya pemugaran rumah

3. Terdapat tanah kosong sepanjang lahan basah Supaya dapat digunakan (ditanami) 4. Kebun rambutan tidak dirawat Untuk digunakan lahan perumahan 5. Pasar, kurang lokal dan lokasi bergabung

dg pemakaman

Sekolah, bangunan sudah rusak

Lapangan bola kaki, status tanah pinjaman

Perlu ditambah lokal baru

Pemakaman dipindahkan Perlu rehabilitasi

Lapangan bola kaki pindah ke tempat lain

6. Sungai dangkal dan tertutup semak-semak Perlu pengerukan 5 km

Perlu pembersihan rumbai/belidang

Perlu pelebaran sungai 7 Proses sonor memerlukan waktu yang panjang Perlu irigasi untuk persawahan 8 Proses sonor memerlukan waktu yang panjang Perlu irigasi untuk persawahan atau

A. Kategori Pertama; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk ATURAN DESA/ADAT

B. Kategori Kedua; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PENGEMBANGAN EKONOMI

Disediakan bibit unggul

Disediakan pupuk

Peremajaan kebun Karet

Tanah kosong dapat diusahakan

Irigasi untuk persawahan

C. Kategori Ketiga; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PEMBANGUNAN FISIK DESA (SARANA dan PRASARANA)

Perlu adanya pemugaran rumah

Pembangunan los pasar

Pengerukan sungai

Pelebaran sungai

D. Kategori Keempat; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT

Penyuluhan tanaman karet

E. Kategori Kelima; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan KONSERVASI

(36)

Kalender Musim Ujung Tanjung Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 12-14 September 2005

MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU Panca

KEGIATAN EKONOMI Roba

MASYARAKAT 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A. Lahan Darat 1. Karet

Penebangan x

Pembakaran x x

Penanaman x

Penyadapan x x x x x x x x x x x x

2. Padi

Penanaman x

Panen x x

B. Lahan Rawa/basah

Purun/Kerajinan x x x x x x x x x x x x

Matrik Kajian Kalender Musim Lahan Desa

(37)

MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU Panca KEGIATAN EKONOMI Roba

MASYARAKAT 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kayu Gelam untuk bahan

bangunan x x x x x x x x x x x x

Kayu Perepat untuk bahan

bangunan x x x x x x x x x x x x

Penangkapan ikan di rawa x x x x x x x x x x x x

Penangkapan ikan di lebung x x x x x x x x x x x x

C. Sungai

Penangkapan ikan x x

Merendam karet x x x x x x x x x x x x

D. Gambut

Pembakaran/tidak tentu pertahun

x

Penanaman sonor x

Panen x x

(38)

Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 12-14 September 2005

Tabel F1. Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

No Topik Pembahasan Masalah yang ada Skor

LAHAN DARAT Tanaman Karet

Penebangan 2

Pembakaran Sering merambat ke kebun sebelah karena belum semuanya

menerapkan sekat bakar

4

Penanaman/pemeliharaan Gangguan hama babi dan monyet 4

Getah sedikit saat musim kemarau 4

Penyadapan

Tak bisa nyadap saat musim hujan 2

1.

Produksi Produksi karet makin menurun 4

LAHAN RAWA PASANG SURUT Tanaman Padi

Penanaman Gangguan hama babi, tikus, monyet dan serangga penggerek 4

2.

Panen Pengangkutan hasil susah karena sarana jalan tidak tersedia dengan

memadai

2

3. SUNGAI

Penangkapan ikan Ikan sudah tidak memuaskan 2

(39)

No Topik Pembahasan Masalah yang ada Skor

GAMBUT

Pembakaran Sering merambat ke kebun orang/daratan

4. 4

Penanaman Gangguan hama tikus dan monyet 4

LAHAN RAWA TERGENANG

Pemanfaatan Purun Kalau musim sonor terbakar 2

Pemanfaatan kayu gelam Belum ada aturan pemanfaatan dan pengelolaan 2

Pemanfaatan kayu perepat Belum ada aturan pemanfaatan dan pengelolaan 2

Penangkapan ikan di rawa Sering menggunakan racun dan sentrum 1

5.

Penangkapan ikan di lebung Bibit ikan banyak yg mati karena diracun/disetrum 1

* Peserta sepakat masalah yang dibahas adalah yang mendapat skor 3 dan 4

Catatan;

Setiap masalah diberi penilaian sendiri kemudian diambil kesepakatan masalah apa saja yang akan diteruskan pembahasannya untuk mencari pemecahannya berdasarkan nilai masalah.

Nilai masalah;

4 = sangat penting 3 = penting 2 = kurang penting 1 = tidak penting

(40)

Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

Desa : UJUNG TANJUNG

Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 12 – 14 September 2005

Tabel F2. Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

No Masalah Penyebab Potensi

1. Pembakaran lahan untuk kebun karet sering merambat ke kebun karet sebelah

Kelalaian manusia dan peraturan yg tidak tertulis tentang membakar lahan masih ada yang belum memahami

Penyekatan

Alat kebakaran

Ada petugas

2. Tanaman karet sering diserang hama babi Binatang/hama Diracun

3. Getah sedikit saat musim kemarau Cuaca/alam -

4. Tidak bisa nyadap saat musim hujan Cuaca/alam -

5. Padi sering diserang babi, tikus dan monyet Hama/binatang Diracun

6. Pembakaran gambut sering merambat ke darat dan membakar kebun orang

Pengadaan lahan untuk sonor Ada alat pemadam

ada petugas

(41)

No Masalah Penyebab Potensi

7. Hasil penangkapan ikan sudah tidak memuaskan Tempat perlindungan ikan sudah berkurang

Bibit ikan disetrum/racun

8. Produksi karet makin menurun Karet sudah tua

Bibit bukan unggul

Peremajaan kembali

9. Purun terbatas saat musim sonor Terbakar saat musim sonor Penyuluhan kepada masyarakat Untuk tidak

membakar rawa

10. Kayu gelam/perepat terbatas Terbakar saat musim sonor

Tidak ada peremajaan

Penyuluhan Kepada masyarakat

11. Peremajaan karet selalu diserang hama babi/monyet Belum ada teknik/cara penanggulangan Penyuluhan Kepada masyarakat

Gambar

Tabel 1. Peserta Workshop Rencana Tata Guna Lahan Desa Ujung Tanjung Peserta Dusun 1 Dusun 2 Dusun 3 Dusun 4
Tabel F2.Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas
Tabel F3 a. Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah
Tabel Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kini, tawaran syukur Natal bagi kita semua adalah membangun sebuah perjuangan bersama agar Sukacita Sejati itu selalu tumbuh dan bersinar di dalam diri kita dan keluarga kita.. Rasul

4.12 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis, pendek dan sederhana yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait kegiatan/tugas-tugas

Pada awal keberadaan usaha konveksi di Tingkir Lor, bahan baku yang digunakan adalah kain limbah industri konveksi Damatex. Kain limbah ini diperoleh atas

Contoh praktek baik untuk keterlibatan mahasiswa atau dosen muda dalam berbagai kegiatan akademik, mulai dari asistensi/responsi mata kuliah sampai menjadi “grader”

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan (1) terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan timbulnya penyakit skabies di

Hal tersebut dapat menyebabkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies dengan karakteristik demografi santri yang meliputi

Penelitian oleh Ruthdiah Aprilia dengan judul Kontrol Kualitas Hasil Pengukuran Pihak Ketiga Pada PTSL Tahun 2017 di Kabupaten Semarang adalah bagaimana Kontrol

Setelah penjualan dan bagi hasil panen pertama selesai, pemilik lahan hanya mengeluarkan biaya bibit, pemeliharaan, keamanan, dan asuransi untuk periode berikutnya