• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA : Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA : Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED

LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : Melly Lydea NIM.1006570

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertandatangan di bawahini : Nama Lengkap : Melly Lydea

NIM : 1006570

Program Studi : Pendidikan Akuntansi FPEB UPI Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi yang berjudul :

Pengaruh Penerapan Model Participant Centered Learning Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)

Adalah hasil karya saya sendiri.

Saya menyatakan pula bahwa saya tidak melakukan pengutipan sebagian atau seluruh gagasan, pemikiran, atau tulisan orang lain dengan cara-cara yang melanggar hukum dan etika penulisan karya ilmiah. Sebagian atau seluruh gagasan, pemikiran atau tulisan orang lain yang saya kutip dalam skripsi ini telah saya cantumkan sumbernya dalam naskah skripsi dan daftar pustaka.

Atas pernyataan ini saya bersedia menerima sanksi apapun jika dikemudian hari ditemukan adanya bukti pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi ini atau jika ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan

(3)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING

TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

(STUDI QUASI EKSPERIMEN DI KELAS XI IPS SMAN 5 BANDUNG)

Oleh : Melly Lydea NIM. 1006570 Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Arvian Triantoro, S.Pd, M.Si NIP. 19801112 200501 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

(4)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

(5)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARTICIPANT CENTERED

LEARNING (PCL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

(Studi Quasi Eksperimen Di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)

Oleh :

Melly, Arvian

ABSTRAK

Permasalahan penelitian ini yaitu rendahnyaprestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 5 Bandung. Faktor yang menjadi penyebab permasalahan yaitu cara penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru masih monoton dengan pendekatan yang berpusat pada guru. Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penerapan model pembelajaran

Participant Centered Learning agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran

Participant Centered Learning berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain non equivalent(pre test - post

test)Control-Group Design pada siswa kelas XI IPS A yang berjumlah 40 siswa

sebagai kelas eksperimen dan Kelas XI IPS B yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaraan Participant Centered Learningberpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian, model pembelajaran Participant

Centered Learningdijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi guru

dalam kegiatan pembelajaran karena model pembelajaran Participant Centered

Learningdapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam mempelajari akuntansi.

(6)

ii

THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF PARTICIPANT

CENTERED LEARNING TYPE OF STUDENT LEARNING

ACHIEVEMENT IN ACCOUNTING SUBJECT

(Study of Quasi experiment in class XI Social SMAN 5 Bandung)

Oleh :

Melly, Arvian

ABSTRACT

The problem of this research is the inferior learning achievementof the students on accounting subject in Model SMAN 5 Bandung. The factor that has became the cause of the problem is at the delivery of the materials of the subject that has been doing by the monotonous teachers with teacher-center approaching way. One of the effort to overcome the problem is by applying the Participant Centered Learning model in order to enhance the students’ learning motivation. This research was done to find out if the Participant Centered Learning model gave impact positive to students’ learning motivation on accounting subject at Class XI IPS in Model SMAN 5 Bandung at Academic Year 2013/2014.This research is using experiment method with non equivalent (pre test - post test) Control-Group Design to the students of Class XI-IPS A, which is amounting to 40 students as experiment sample and Class XI-IPS B, which is amounting to 40 students as control class. According to the research result, it can be concluded that theParticipant Centered Learningmodel gave impactpositive to the students’ learning achievement. Therefore, Participant Centered Learningmodel used as one of alternative learning for teachers in learning activities because Participant Centered Learningmodel can involve the students actively and enhance students’ learning motivation in learning accounting.

(7)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

DAFTAR ISI

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Teori Pembelajaran ... 9

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran... 9

2.1.2 Tujuan Pembelajaran... 11

2.2 Konsep Model Pembelajaran ... 12

2.3 Model Participant Centered Learning ... 14

2.4 Prestasi Belajar Siswa ... 20

2.4.1 Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 20

2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi... 21

2.4.3 Indikator Prestasi Belajar Akuntansi ... 23

2.5 Pembelajaran Akuntansi ... 24

2.5.1 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi... 24

2.5.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Akuntansi di SMA... 26

2.6 Kerangka Pemikiran ... 27

2.7 Penelitian Terdahulu ... 31

2.8 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Desain Penelitian ... 33

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

(8)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

3.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 36

3.5.1 Analisis Data ... 36

3.5.2 Pengujian Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 50

4.1.1 Identitas SMA Negeri 5 Bandung ... 50

4.1.2 Sejarah Singkat Perkembangan SMA Negeri 5 Bandung... 51

4.1.3 Visi dan Misi di SMA Negeri 5 Bandung... 52

4.1.4 Struktur Organisasi SMA Negeri 5 Bandung ... 53

4.2 Hasil Pengolahan Data... 49

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 61

4.2.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 62

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN

(9)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiap individu dituntut mengembangkan kapasitasnya secara

optimal untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul dan

mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang amat bervariasi dan cepat

berubah. Selain itu juga, setiap individu dituntut memiliki daya nalar

kreatif dan ketrampilan tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan

aspek universal yang selalu ada dalam kehidupan manusia karena

pendidikan merupakan suatu tonggak peradaban. Di dalamnya terdapat

suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dijadikan sebagai

pedoman dalam hidup manusia.

Hal ini berarti sejalan dengan apa yang menjadi harapan dari sistem

pendidikan nasional terhadap generasi-generasi penerus bangsa di masa

yang akan datang, seperti dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional dikemukakan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mengarahkan peserta didik

agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri dapat dilihat

(10)

memiliki skill yang profesional sesuai dengan ilmu yang didapatnya di

sekolah.

Melihat berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini,

kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompleks

diantaranya yaitu mutu pendidikan. Dalam laporan The United Nations for

Education, Science and CultureOrganization(UNESCO) pada tahun 2012

Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian

Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan

Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat

kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek

huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan

gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. 14 Maret

2013 dilaporkan Indonesia berada diperingkat ke-121 dari 185 negara.

Peringkat Indonesia masih dibawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

dan Filipina dimana Singapura berada diperingkat ke-18 dan Malaysia

peringkat ke-64. Thailand dan Filipina termasuk dalam peringkat medium

namun memiliki peringkat yang lebih baik dari Indonesia dimana secara

berurutan Thailand berada diperingkat ke-103 dan Filipina berada

diperingkat ke-114. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan

pendidikan. Dilihat dari kedudukan peringkat memang menunjukkan

kenaikan, tetapi jika dilihat dari jumlah negara partisipan, hasilnya tetap

saja Indonesia tidak naik peringkat.

Gambar 1.1 Data Indeks Peringkat Pendidikan di Dunia

(Sumber:www.edukasi.kompasiana.com)

0 50 100 150

Singapura Malaysia Thailand Filipina Indonesia

(11)

3

Hal ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan masyarakat

Indonesia masih rendah. Mutu pendidikan sering dinilai berdasarkan

kualitas prestasi keluarannya (output pendidikan) sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan atau tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

menilai kualitas outputpendidikan adalah melalui pengukuran prestasi

belajar siswa yang diperoleh setelah melalui proses belajar dan

pembelajaran. Pengukuran tersebut dilakukan terhadap semua aspek yaitu

dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Upaya pembelajaran yang dilakukan khususnya pada mata

pelajaran Akuntansi seharusnya mampu membantu siswa agar mampu

meningkatkan prestasi belajarnya. Pembelajaran Akuntansi di dalamnya

lebih banyak melatih siswa untuk terampil, cermat dan teliti dalam

menghitung angka-angka yang berkaitan dengan kegiatan Akuntansi

sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Seperti

halnya di SMAN 5 Bandung yang menjadi SMA negeri unggulan di kota

Bandung, serta prestasi di bidang akademik yang cukup banyak diraih.

SMAN 5 Bandung juga mendapatkan nilai akreditasi yang tinggi termasuk

pada mata pelajaran Akuntansi. Namun, pada kenyataannya masih terdapat

rendahnya prestasi belajar khususnya mata pelajaran Akuntansi. Seperti

data yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pra penelitian berikut ini:

Tabel 1.1

Persentase Siswa yang Belum MemenuhiKKMPada Nilai UTS Mata Pelajaran AkuntansiKelas XI A & XI B SMAN 5 Bandung 2014

Kelas Jumlah

Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

siswa XI IPS yang berjumlah 74, siswa masih belum memenuhi KKM

yang ditentukan yaitu 75.Kasus rendahnya prestasi belajar siswa ini sangat

(12)

karena akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan–tujuan pendidikan

yang ditetapkan serta pada penilaian terhadap mutu pendidikan. Hal ini

merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan juga peneliti untuk

mengetahui faktor apa yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran Akuntansi di sekolah tersebut.

Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika adanya

interaksi dalam proses belajar mengajar. Interaksi selama proses belajar

mengajar terjadi antara kedua belah pihak, yaitu antara guru dan siswa.

Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Mengacu

juga kepada anjuran agar guru berpegang pada empat pilar pendidikan

universal seperti yang dirumuskan UNESCO (United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization), yaitu (1) learning to know yang

berarti learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)

learning to live together.

Gambar 1.2 4 Pilar Pendidikan UNESCO (Sumber:www.unescobkk.org)

Salah satu pendekatan pembelajaran yang mencakup keempat pilar

tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan suasana

pembelajaran yangefektif adalah pendekatan pembelajaran menggunakan

(13)

5

pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (Student Centered

Learning).Participant Centered Learning (PCL) sangat membantu

terjadinya perubahan terhadap peningkatan kemampuan siswa. Dalam

sistem ini, siswa dituntut untuk lebih proaktif dalam proses belajar dan

menjadikan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang esensial.

Model PCL ini sebagai upaya meningkatkan suasana belajar yang

kondusif dan aplikatif, membangun budaya membaca, dan

menyelenggarakan program mentoring. Dengan model PCL, siswa

menjadi pusat pembelajaran, sedangkan tugas utama guru adalah sebagai

fasilitator diskusi dalam kelas, menyimpulkan prestasi diskusi, dan

mengaitkannya dengan teori-teori yang relevan.

Selama ini akademisi Asia cenderung membiarkan siswa larut

dalam obrolan tidak terarah, pasif tanpa kesiapan membaca, bahkan

cenderung teoretik-complicated hafalan. Dengan model PCL, gairah

mengeksplorasi pengetahuan di negara-negara yang siswanya cenderung

pasif dapat ditingkatkan sehingga memicu kegembiraan dalam

berpartisipasi dan menumbuhkan kecerdasan sosial-emosional.

ModelParticipant Centered Learningini dapat digunakan dalam

pembelajaran Akuntansi karena di dalamnya terdapat beberapa bahasan

pokok yang relevan yang dapat mendukung pelaksanaan dan penerapan

modelParticipant Centered Learningini. Bahasan-bahasan pokok tersebut

diantaranya harus memiliki karakteristik yang dapat dibagi ke dalam sub

bab terkecil sehingga sesuai dengan karakteristik Participant Centered

Learning.

Beberapa para pengajar Indonesia yang telah menerapkan

Participant Centered Learning adalahRhenald Kasali danSumardianta.

Rhenald Kasalimenerapkan model PCL di Kampus UI dan akhirnya pada

tahun 2013, UI menerima akreditasi internasional dari ABEST 21

(Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow) di

Tokyo, Jepang. Satu pesan untuk guru Indonesia dalam tulisan Guru dan

(14)

Guru berpikir jauh ke depan, bukan terbelenggu ilmu masa lalu. Sebab tak banyak orang yang melihat anak-anak telah hidup di sebuah peradaban yang berbeda dengannya. Sementara kurikulum baru yang belum tentu sempurna sudah dihujat, kaum muda mengatakan kurikulum lama sudah tidak relevan mengisi masa depan mereka.

Sama halnya dengan Sumardianta seorang guru SMA Kolese De

Britto Yogyakarta yang telah menerapkan modelParticipant Centered

Learning (PCL) beberapa tahun silam sebelum kurikulum 2013 terbentuk.

Menurut Sumardianta(2013:96):

Pembelajaran Participant Centered Learning (PCL) berpusat pada peserta didik. Bukan lagi Fasilitator Centered Learning (FCL). Konsekuensinya gurusedikit mengalokasikan waktu buat mengajar. Siswa yang lebih banyak belajar. Jika guru terlalu banyak memboroskan waktu untuk mengajar, belum tentu murid mau belajar. Bisa jadi murid hanya melamun, mengantuk, dan ribut.

Beberapa penelitian mengenai penerapan PCL (Carlos, 2006)

menemukan bahwa “PCL berpengaruh terhadap pengalaman belajar siswa

di bidang simulasi bisnis (manajemen dan Akuntansi)”. Sedangkan

penelitian lainnya Lyu, Shieh dan Cheng (2007) menunjukkan bahwa

“penerapan modelParticipant Centered Learning memiliki dampak positif

terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa di Taiwan”.

Berdasarkan pendapat peneliti terdahulu diatas, peneliti

menyimpulkan penelitian ini merupakan penelitian yang sejalan dengan

hasil-prestasi penelitian di atas dengan mencoba pada objek dan materi

yang berbeda dan membandingkannya dengan model pembelajaran yang

sudah digunakan oleh sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh

penerapan model yang dilakukan. Adapun peneliti memberi judul

penelitian adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Participant

Centered Learning terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Akuntansi (Studi Quasi Eksperimendi Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang diatas, peneliti merumuskan

(15)

7

pembelajaran ParticipantCentered Learning terhadap prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi eksperimen di kelas XI

IPS SMAN 5 Bandung)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam

mengenai prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk

mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa terkait dengan masalah rendahnya aktivitas belajar yang

diduga menjadi faktor penyebab terkait dengan model yang digunakan

guru dalam pembelajaran.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penerapan model pembelajaran Participant Centered Learning

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi

eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

1.4 Kegunaan Penelitian

Peneliti mengungkapkan dua manfaat dari prestasi penelitian,

yaitu teoritis (akademik) dan empiris (praktis).

1. Manfaat Teoritis

- Prestasi penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi

penelitianselanjutnya yang relevan.

- Prestasi penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan,

khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang

tepat.

2. Manfaat Praktis

(16)

Model pembelajaran PCL dapat mengembangkan

kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan pendapat di

depan kelas sehingga siswa terbiasa aktif berbicara dimana

mampu berkomunikasi dengan bahasa yang ilmiah karena

semua aktivitas dilakukan oleh siswa-siswa yang bekerja

dalam kelompok secara kooperatif.

- Bagi Guru

Sebagai motivasi untuk menerapkan pendekatan

keterampilan proses dalam pembelajaran untuk

menghasilkan output yang berkualitas. Selain itu sebagai

media alternatif dalam mengajarkan materi yang lebih

menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.

- Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon

guru dapat berusaha sejak sekarang untuk belajar

menerapkan model pembelajaran yang tepat.

- Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Prestasi penelitian ini sebagai bahan referensi dan

sumbangan koleksi berupa bahan pustaka dan bacaan bagi

siswa Pendidikan Akuntansi pada khususnya dan siswa

(17)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan

yang mungkin timbul selama proses penelitian. Hal ini penting karena

desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau menjawab

pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang

berpengaruh dalam penelitian.

Modelpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

eksperimen. “Penelitian Eksperimen diartikan sebagai modelpenelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono 2012:109). Alasan menggunakan model ini karena peneliti ingin mengetahui pengaruh

penerapan model pembelajaran Participant Centered Learning terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.

Desain eksperimen yang digunakan adalah metode quasi

eksperimen dengan desain penelitianNonequivalen Control Group Design

(rancangan tes awal/tes akhir kelompok kontrol tidak dengan sampel

acak). Dikatakan eksperimen karena dalam pengunaan subjeknya yaitu

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen tidak dilakukan secara

random tetapi menggunakan kelas yang telah ada. Desain ini dapat

dituangkan ke dalam skema sebagai berikut:

Gambar3.1 Desain Eksperimen

01 x 02

(18)

(Sugiyono, 2012:118)

Keterangan:

01 = Tes awal (pretest) pada kelompok eksperimen

02= Tes akhir (posttest) pada kelompok eksperimen

03= Tes awal (pretest) pada kelompok kontrol

04= Tes akhir (posttest) pada kelompok kontrol

X = Treatment (perlakuan) pembelajaran menggunakan model PCL

Dalam penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Kedua kelompok ini diberikan pretest (01 dan 03) untuk

mengetahui kondisi awal adakah perbedaan kemampuan yang dimiliki

oleh kedua kelompok tersebut. Prestasi pretest yang baik adalah jika nilai

kelompok eksperimen dan nilai kelompok kontrol tidak mengalami

perbedaan secara signifikan. Selanjutnya setelah dilakukan pretest,

kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) berupa pembelajaran

dengan menggunakan model Participant Centered Learning (PCL).

Sedangkan, kelompok kontrol tidak diberikan treatment.

Setelah pemberian perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol diberi posttest (02 dan 04) untuk melihat prestasi dari penggunaan

model Participant Centered Learning pada kelompok eksperimen dan

melihat perbedaan nilai rata-rata antara siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol, serta melihat apakah ada peningkatan nilai rata-rata siswa ketika

pretest.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Arikunto (2006:118) variabel adalah “objek penelitian,

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010) variabel merupakan “atribut atau sifat atau nilai

dari orang atau obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

(19)

35

Adapun operasionalisasi variabel dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep

Teoritis Indikator Instrumen Skala

Prestasi

Menurut Sugiyono (2002:55) bahwa: “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka

yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS

SMAN 5 Bandung.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel

purposive. Menurut Sudjana (2004:73) sampel purposive adalah “sampel

yang dilakukan atas dasar pertimbangan perorangan atau peneliti”. Oleh

karena itu, sampel dari penelitian ini yaitu siswa pada kelas XI IPS A dan

XI IPS B yang telah direkomendasikan dari guru yang memegang

kompetensi dasar Akuntansi perusahaan jasa. XI IPS A sebagai kelas

(20)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengadakan suatu penelitian penyusunan metode dan

instrumen penelitian merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang sangat

penting dalam penelitian, karena data yang digunakan untuk menjawab

masalah diperoleh melalui instrumen test. Dalam penelitian ini, tes yng

dilakukan oleh peneliti terdiri dari dua kali tes, yaitu:

a. Pretest atau tes awal adalah tes yang dilakukan oleh peneliti

pada awal pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui dan mengukur kemampuan siswa sebelum

dilaksanakan eksperimen dengan menggunakan model PCL.

b. Posttest atau tes akhir dilakukan pada akhir penelitian dengan

tujuan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan siswa

setelah dilaksanakan eksperimen dengan model pembelajaran

PCL.

3.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.5.1 Analisis Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan instrumen test. Postest dilakukan setelah materi jurnal

penyesuaian Akuntansi perusahaan jasa selesai disampaikan. Skor

perkembangan individu diperoleh dari perbandingan antara skor awal

(pretest) dengan skor yang diperoleh siswa setelah diadakan

pembelajaran model pembelajaran ParticipantCentered

Learning(posttest).Adapun alur penelitian sebagai berikut:

- Tahapan Perencanaan

Pada tahap awal perencanaan ini peneliti melakukan:

1. Menentukan kelas eksperimen yaitu kelas XI IPS A yang

terdiri dari 40 siswa di SMA Negeri 5 Bandung berdasarkan

pertimbangan tertentu yaitu adanya karekteristik yang sama

antara kedua kelas dan rekomendasi dari guru mata pelajaran

(21)

37

2. Menentukan kelas kontrol yaitu XI IPS B yang terdiri dari 40

siswa di SMA Negeri 5 Bandung.

3. Mengadakan konsultasi dan pengarahan/informasi kepada

guru mata pelajaran ibu Dra. Hj. Jojoh Sri Nurdiah mengenai

model pembelajaran Participant Centered Learningyang

akan diteliti untuk mempermudah dan membantu dalam

penelitian karena posisi peneliti sebagai observer.

4. Kelas eksperimen diberi perlakuan (X) berupa model

pembelajaran Participant Centered Learningsedangkan kelas

kontrol dengan pembelajaran non Participant Centered

Learning atau tanpa model pembelajaran Problem Based

learning.

5. Menyusun perangkat pembelajaran seperti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

(terlampir).

6. Menyusun soal pretest dan postest untuk mengukur prestasi

belajar siswa.

- Tahap Pelaksanaan

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan adalah:

1. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

2. Melaksanakan pretest pada siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

3. Memberikan treatment pada kelas eksperimen dengan

menerapkan model pembelajaran PCL.

4. Melaksanakan posttest pada siswa kelas eksperimen dan

(22)

- Tahap Uji Instrumen

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis

data adalah:

a. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2005:40) reliabilitas adalah

“serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang

memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan

dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang”. Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang

tinggi jika tes tersebut memberikan prestasi yang tetap.

Skala koefisien reliabilitas yaitu antara 0-1. Semakin

tinggi koefisien reliabilitas atau mendekati 1, maka

semakin tinggi juga keajegan atau ketetapannya.

Kriterianya adalah dengan cara membandingkan nilai

hitung r dan nilai tabel r dimana rumus yang digunakan

Rumus penjumlahan semua varians item:

(23)

39

Berikut hasil pengujian instrumen untuk reliabilitas soal

dengan menggunakan Anates adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal Rata-rata =12,63 Korelasi XY = 0,58 Simpang Baku =3,76 Reliabilitas Tes =0,73

(24)

Subyek Ganjil Genap Total

(Sumber:Lampiran, data diolah)

Berdasarkan tabel 3.2, perhitungan reliabilitas dilakukan

dengan cara membandingkan antara ℎ� � dengan .

Nilai ℎ� � yang diperoleh sebesar 0,73 sedangkan nilai sebesar 0,349 maka soal tersebut dinyatakan reliabel

karena memiliki nilai ℎ� � > .

b. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2009:64) validitas adalah “suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen dikatakan

valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur

secara tepat. Sesuai dengan yang telah disebutkan

(25)

41

diberikan berupa soal pilihan ganda. Oleh karena itu,

kriterianya adalah dengan cara membandingkan nilai r

hitung dan nilai tabel r dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

rhitung = Koefisien korelasi

X = Skor tiap butir soal untuk responden uji coba

Y = Skor total tiap responden uji coba

n = Jumlah responden uji coba

Berikut ini hasil perhitungan yang diperoleh melalui

bantuan aplikasi program pengolahan data Anates.

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas

(26)

No.

ini menunjukkan keseluruhan butir-butir soal tersebut

tersebut layak untuk dijadikan instrumen penelitian yang

akan digunakan oleh peneliti.

c. Taraf kesukaran

Menurut Arikunto (2009:207) “bilangan yang

menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut

indeks kesukaran (difficulty index).” Analisis tingkat

kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi

kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana

yang termasuk rendah, sedang, dan sukar. Angka indeks

kesukaran butir itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai

(27)

43

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Selanjutnya, hasil yang diperoleh dari pengujian instrumen

menggunakan Anates adalah tingkat kesukaran soal. Hasil

pengujian Anates menggunakan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal

No.

Tingkat Kesukaran (P) Kriteria

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Cukup

(28)

No.

soal dengan tafsiran sukar. Komposisi tersebut

memperlihatkan distribusi tingkat kesukaran soal cukup

baik. sebagaimana dinyatakan oleh Arikunto (2007:207)

“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah/ tidak terlalu sukar”.

d. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2013:226) daya pembeda adalah

“kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan

rendah”. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi atau disingkat (D).

Seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok atas (uppergroup) dan

kelompok bawah (lower group).

Daya pembeda digunakan untuk menganalisis data prestasi

(29)

45

setiap butir soal, dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

JA = Banyaknya kelompok atas menjawab benar

JB = Banyaknya kelompok bawah menjawab benar

PA = Proporsi kelompok atas menjawab benar

PB = Proporsi kelompok bawah menjawab benar

Tabel 3.6

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (D) Kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal

diperoleh data pada tabel berikut:

Tabel 3.7Daya Pembeda Butir Soal

(30)

No Indeks DP (%) Klasifikasi

diujikan masih memiliki tingkat daya pembeda yang baik

3.5.2 Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak. Menurut Arikunto (2013):

Jika berdistribusi normal maka proses selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistik

parametrik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat

menggunakan perhitungan statistik non parametrik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Uji Chi Kuadrat. Berikut ini langkah-langkah untuk

menguji normalitas distribusi data dengan Uji Chi Kuadrat:

a) Menentukan skor terbesar dan terkecil

b) Menentukan Rentangan (R)

R = skor terbesar – skor terkecil

(31)

47

BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess)

d) Menetukan panjang kelas (P)

� =

e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong

No. Kelas Interval F Nilai Tengah

(xi) f . xi f . xi

2

1 ....

2

Jumlah

f) Menentukan rata-rata atau Mean

� =∑ . �

g) Menentukan simpangan baku (S)

= √�. ∑ �� � −� − ∑ ��

h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1. Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval

pertamadikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan

kelas intervalditambah 0,5.

2. Mencari nilai Z-score batas kelas interval dengan rumus:

= � − �

3. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z

denganmenggunakan angka-angka untuk batas kelas.

4. Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan

mengurangkan angka-angka 0-Z.

5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara

mengalikanluas tiap interval dengan jumlah responden (n).

6. Mencari Chi Kuadrat ( 2 hitung ) dengan rumus:

(32)

{ untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = k-1}

Kaidah keputusan:

 jika ( 2hitung ) > ( 2tabel ) maka distribusi data tidak

normal.

 jika ( 2hitung ) < ( 2 tabel) maka distribusi data normal.

(Sudjana, 2004:180)

b. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat

perbandingan antara dua sampel yang diambil dari dua populasi

tersebut memiliki perbedaan rata-rata atau tidak terhadap kemampuan

siswa dalam mata pelajaran Akuntansi yaitu dengan menggunakan uji t

perbedaan rata-rata. Rumus uji t perbedaan rata-rata adalah sebagai

berikut:

= � − �

+

(Sudjana, 2004: 162)

Keterangan:

� = Rata- rata tes akhir kelompok eksperimen

� = Rata-rata tes akhir kelompok kontrol n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 = Jumlah sampel kelompok eksperimen

s = Simpangan baku gabungan

Adapun rumus untuk mencari s adalah:

= √∑ � �� − �̅� −

Adapun rumus untuk mencari s gabungan adalah :

= √ � − + � −

� + � −

(33)

49

H0: μ1= μ2

Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran Participant

Centered Learning terhadap prestasi belajar siswa (studi

eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

H1: μ1>μ2

Terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran

Participant Centered Learning terhadap prestasi belajar siswa

(studi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

Kriteria: jika thitung> ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak

(34)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian 4.1.1 Identitas SMA Negeri 5 Bandung

1. Nama sekolah : SMA Negeri 5 Bandung

2. Jenis Sekolah :Negeri

3. Akreditasi :A+

4. Alamat Sekolah : Jalan Belitung 8Kelurahan Merdeka

Kecamatan Sumur Bandung 40113

ProvinsiJawa Barat

5. Nomor Telepon : (022) 4206921

6. Nomor Fax : (022)4216385

7. Email :sman5bandung@yahoo.com

4.1.2 Sejarah Singkat Perkembangan SMA Negeri 5 Bandung

Seiring dengan gagasan politik etis pada akhir abad 19

danpenyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat Belanda yang bermukim

di Hindia Belanda, maka dibangunlah Hooge Burgere School (HBS) pada

tahun 1915 yang terletak di Beliton Straat ( Jl. Belitung ) Bandung. HBS

menerima murid untuk pertama kalinya tahun 1916 dan dibuka bagi

masyarakat Belanda serta bagi kaum bangsawan pribumi. Pendidikannya

berorientasi pada sistem pendidikan Eropa kontinen dengan lama masa

belajar tiga tahun. Bangunan asli dari HBS ini adalah yang kini menjadi

bangunan induk di bagian depan, yang dipergunakan bersama-sama

(35)

51

dari barat sampai timur yang saat ini digunakan sebagai ruang BP/BK,

perpustakaan, dan ruang audio visual SMAN 5.

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) dan

masa mempertahankan kemerdekaan (1945-1949) tidak didapat keterangan

tentang keberadaan dan kelanjutan HBS ini. Akan tetapi pada tahun 1950

dibentuklah SMA Belitung dan setahun kemudian dipecah menjadi tiga,

yaitu SMA A (sekarang SMAN 1) dan SMA B (sekarang SMAN 2, 3 dan

4) serta SMA C menjadi SMAN 5.

Ketika jabatan kepala sekolah (dulu sebutannya Direktur) dipegang

oleh Tan Kiem Hay dimulailah kewajiban mengenakan seragam sekolah

dan upacara bendera setiap hari senin, yang tentunya didasarkan atas

keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada masa inilah

tidak jarang siswa putri SMA 5 diundang menari di istana Merdeka

manakala Presiden Sukarno menerima tamu negara.

Seiring dengan bertambahnya jumlah siswa maka kemudian

dibentuklah sekolah baru dan menggunakan gedung yang sama. SMA 3

dan SMA 5 memiliki filial yang kemudian mandiri yaitu SMA 9, 12, 14,

dan 19. Sesuai dengan ketentuan pemerintah mengenai kurikulum maka

SMA 5 pun menerapkan 1968,1975,1984,1994,2004 (KBK) yang

menyebabkan jurusan-jurusan seperti A1, A2, dan A3 (kurikulum 1984),

kurikulum KTSP(IA dan IS), tahun 2007 sampai sekarang masih berstatus

R-SMA-BI.

Dan jurusan IPA dan IPS (kurikulum 1994). Dengan tuntutan

kurikulum yang ada, maka secara berangsur-angsur SMA 5 melengkapi

dirinya dengan berbagai sarana seperti laboratorium kimia, fisika, dan

biologi serta laboratorium bahasa dan komputer. Mengingat bahwa siswa

juga perlu dibina mentalnya serta memenuhi kewajiban agama maka

dibangunlah mushola yang diberi nama Nurul Khomsah pada masa

kepemimpinan kepala sekolah Drs. H.R. Suharto dan diresmikan pada

bulan Desember 1984 oleh K.H. E.Z. Muttaqien yang saat itu adalah Ketua

(36)

memenuhi kebutuhan sekolah akan ruangan yang dapat digunakan untuk

berbagai kegiatan serta untuk pembinaan Kepramukaan di lingkungan

SMA 5 Bandung.

Pada tahun 1996 terjadilah perubahan nomenklatur, yang

menyebabkan diubahnya dari SMA 5 menjadi SMU 5. Pada masa

kepemimpinan Drs. H. Supomo Masiin, MP.d diupayakan agar sekolah

berlangsung satu shift saja (masuk pagi), sehingga dibangun ruang kelas

serta mesjid. Sejak tahun 1997 SMA 5 menyelenggarakan pendidikan di

pagi hari saja karena kebutuhan ruangan untuk sementara telah terpenuhi,

walaupun ruang laboratorium dikorbankan juga sebagai ruangan kelas.

Pada masa inilah laboratorium Komputer diresmikan, termasuk

pembangunan green house serta pembangunan Mesjid Masi’ina Sholihin

di lantai 2, untuk menggantikan tempat ibadah shalat Jumat yang biasanya

dilakukan di aula Belitung.

Kemudian pada tahun pelajaran 2004/2005 SMAN 5 diberi

kepercayaan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai salah satu

sekolah yang masuk dalam proyek Mini Piloting melaksanakan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) bagi siswa kelas 1 dan di kurikulum 2004

kelas menjadi X untuk kelas 1, XI untuk kelas 2 dan XII untuk kelas 3.

4.1.3 Visi dan Misi di SMA Negeri 5 Bandung a. Visi

Sekolah Unggul yang Berdaya Saing Tinggi, Berpijak pada

Agama, Budaya, dan Iptek, serta berwawasan Lingkungan.

b. Misi

1. Membentuk karakter dan kepribadian siswa yang bermartabat dan

berjiwa Pancasila.

2. Mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan

(37)

53

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan

budaya yang unggul.

4. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan,

dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat pengembangan pendidikan

berdasarkan standar nasional dan internasional.

5. Memberdayakan peran serta stakeholders dalam penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu dan berdaya saing global berdasarkan

prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

4.1.4 Struktur Organisasi SMA Negeri 5 Bandung

Kepala Sekolah :Drs. H. Jumdiat Marzuki

1. Bidang Manajemen Mutu

Wakil Manajemen Mutu : Drs. Eka Harijanto

1. Quality Assurance : Benny Amran, S.Pd.

2. Quality Control : Benny Amran, S.Pd.

2. Bidang Akademik

Wakil Kepala Sekolah : Suhendri, S.Pd.

1. Seksi Pengajaran :Drs. Isis

2. Seksi Evaluasi dan Penilaian :Jenar Sukaningsih, S.Pd.

3. Seksi Pengolahan Data :B.E Soegiharto, S.Pd.

4. Seksi Pengembangan Kurikulum :Dra. Sri Kurniatin, M.Si.

3. Bidang Kesiswaan

Wakil Kepala Sekolah : Drs. Japar Sidik IP, M.M.

1. Pembina OSIS Organisasi :Muhsin Saidy Syarif, S.Si.

2. Pembina OSIS Akademik :Dra. Hj. Hermin Yacob

3. Pembina OSIS Olah Raga :Yaya, S.Pd

4. Pembina OSIS Seni :Dra. Naningsih

5. Pembina OSIS Tata Tertib :Asep Osad, S.Pd.

4. Bidang Sarana Prasarana

Wakil Kepala Sekolah : Drs. Marinsan Habeahan

(38)

2. Seksi Pengadaan :Drs. Mudjiono

5. Bidang Hubungan Masyarakat

Wakil Kepala Sekolah : Dra. Hj. Henny Warnika

1. Seksi Hubungan Internal : Zulya Mardiana, S.Pd.

2. Seksi Hubungan Eksternal : Drs. Sumantri, M.Pd.

6. Kepala Urusan Administrasi : Dharma Nirwana, S.AP.

Koordinator dan Kepala

1. Koordinator Pro. R-SMA-BI : Drs. H. Rahmat Effendi

2. Koordinator BK : Dra. Alfinur

3. Kepala Laboratorium : Dra. Hj. Nining Sugiarti

4. Kepala Perpustakaan : Dra. Rostasih

5. Kepala Teknologi dan Informasi : Samsu Hadi, S.Kom.

4.2 Hasil Pengolahan Data

Sebagaimana telah disebutkan pada bahasan sebelumnya, bahwa

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari

penerapan model pembelajaran PCL terhadap prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa merupakan variabel dengan skala interval diperoleh

melalui tes yang dilakukan pada pre-test dan post-test. Dalam

pelaksanaannya, penelitian melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Berikut ini deskripsi hasil penelitian yang dilakukan

baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol:

1. Hasil Pre-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berikut ini adalah hasil dari pre-test yang dilakukan di kelas

(39)

55

Gambar 4.1Data Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen

Hasil dari pre-test kelas eksperimen menunjukkan data yang tersaji

padagambar 4.1,pada kelas eksperimen 2 siswa (5,0%) memperoleh nilai

dengan rentang antara 45-50, 3 siswa (7,5%) memperoleh nilai dengan

rentang 51-56, 10 siswa (25%) memperoleh nilai dengan rentang 57-62, 15

siswa (37,5%) memperoleh nilai pada rentang63-68, dan pada rentang

69-74 terdapat 4 siswa (10,0%) yang memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 6

orang siswa (15,0%) memperoleh nilai pada rentang 75-81. Melihat

sebaran nilai yang diperoleh siswa,85,0% siswa berada di bawah level 75

atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut

menunjukkan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar yang

bersangkutan masih rendah.

Gambar 4.2Data Hasil Pre-Test Kelas Kontrol

45-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-81

fi 2 3 10 15 4 6

40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81

(40)

Tidak berbeda jauh dengan kelompok ekperimen, hasil dari pre-test

kelas kontrol menunjukan data yang tersaji padagambar 4.2. Pada kelas

kontrol,2 siswa ( 5,0%) memperoleh nilai dengan rentang antara 40-46, 7

siswa (17,5%) memperoleh nilai dengan rentang 47-53,12 siswa (30,0%)

memperoleh nilai pada rentang 54-60,10 siswa (25,0%) memperoleh nilai

pada rentang 61-67, dan pada rentang 68-74 terdapat 3 siswa (7,5%) yang

memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 6 siswa (15,0%) memperoleh nilai

pada rentang 75-81. Melihat sebaran nilai yang diperoleh 85,0% siswa

berada di bawah level nilai 75, atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Hal tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa pada standar

kompetensi yang bersangkutan mengalami masalah.

Apabila kita perhatikan, nilai yang diperoleh antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen relatif tidak jauh berbeda sehingga bisa disimpulkan

bahwa kondisi awal siswa antara kedua kelompok ini dalam kondisi yang

relatif sama, sehingga memenuhi syarat untuk melakukan eksperimen.

Berikut ini perbandingan rata-rata nilai (mean) antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen:

Gambar 4.3Perbandingan Rata-Rata/Mean Antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Rata-rata kelompok eksperimen adalah 64,7dan kelompok kontrol

adalah 61,90. Sedangkan simpangan baku pada pre-test untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,41 dan 9,75.

Eksperimen, 64.7

(41)

57

Untuk membuktikan apakah kondisi awal kedua kelas memenuhi

syarat pelaksanaan metode eksperimen sebagaimana yang dinyatakan

dalam asumsi bahwa harus memiliki karakteristik yang relatif sama. Maka

penulis melakukan uji beda rata-rata terlebih dahulu terhadap rata-rata

nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan

perhitungan uji beda rata-rata didapat standar deviasi gabungan pre-test

kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 9,115. Derajat kebebasan

untuk data pre-test sebesar db = 40 + 40 – 2 = 78.Taraf nyata yang

digunakan untuk uji satu pihak 5%. Dengan demikian perolehan untuk

ttabel adalah (0,05;78) = 1,991.

Setelah diperoleh ttabel maka langkah selanjutnya adalah

membandingkan thitung dengan ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh

thitung= 1,263 dan ttabel= 1,991. Hal ini menunjukkanbahwa thitunglebih kecil

dari ttabel, dengan demikian maka H0diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kedua kelas

tersebut atau kondisi awal kedua kelompok relatif sama. Keseluruhan

perhitungan bisa dilihat pada lampiran. Adapun berikut kesimpulan dari

kondisi kedua kelas tesebut yang disajikan dalam gambar 4.4:

Gambar 4.4Perbandingan Keseluruhan AntaraKelasEksperimen Dengan Kelas Kontrol

2. Hasil Post-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Eksperimen

(42)

Setelah dilakukan pretest pada kedua kelas tersebut, maka yang

dilakukan selanjutnya oleh peneliti adalah memberikan perlakuan terhadap

kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan. Pada

akhir proses penelitian, peneliti kemudian melakukan post-testkepada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui

perubahan nilai yang diperoleh siswa pada kedua kelas tersebut untuk

kemudian diperbandingkan.

Gambar 4.5Data Hasil Post-Test Kelas Eksperimen

Berdasarkan gambar 4.5, hasil post-test pada kelas eksperimen

yang diperoleh setelah adanya perlakuan (treatment) menunjukkan telah

terjadi perbedaan hasil dengan nilai pre-test. Pada saat pre-test, rentang

nilai terendah yang diperoleh adalah 45 dan tertinggi adalah 81, sedangkan

pada post-test rentang nilai terendah menjadi 60 dan tertinggi menjadi 100.

Adapun penjabarannya, pada kelas eksperimen4 siswa (10,0%) siswa

memperoleh nilai dengan rentang antara 60-66, kemudian 3 siswa (7,5%)

siswa memperoleh nilai dengan rentang 67-73. 6 siswa (15,0%)

memperoleh nilai pada rentang nilai 74-80. Pada rentang 81-87 terdapat 7

siswa (17.5%) dan pada rentang 88-94 terdapat 5 siswa (12,5%) yang

memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 15 orang siswa (37,5%) memperoleh

nilai pada rentang 95-100. Dengan demikian terjadi perubahan komposisi

siswa yang memenuhi KKM, data awal menunjukkan perolehan persentase

sebesar15,0%, berubah menjadi 82,5% memenuhi KKM. Sedangkan data

hasil post-test pada kelas kontrol disajikan dalam gambar 4.6 berikut:

(43)

60-59

Gambar 4.6Data Hasil Post-Test Kelas Kontrol

Post-test juga dilakukan pada kelas kontrol meskipun tanpa ada

perlakuan yang diberikan. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada rentang

waktu antara pretest dan post-test, proses pembelajaran pada kelas kontrol

diisi dengan menggunakan metode yang sudah biasa digunakan sekolah.

Dari gambar 4.6 bisa ditafsirkan telah terjadi perbedaan hasil dengan nilai

menunjukkan perolehan persentase sebesar 15,0%, menjadi 70,0% lulus

KKM.

Dari penjabaran perolehan rentang nilai dan perubahan persentase

pemenuhan KKM pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,dapat dilihat

bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal

(44)

terendah yaitu antara interval 40-50, masih terdapat 2 siswa yang

memperoleh nilai tersebut, sedangkannilai terendah diperoleh kelompok

eksperimen dimulai pada interval 60-69 dengan frekuensi 4 orang siswa.

Adapun Perbedaan yang paling menonjol bisa terlihat pada interval nilai

tertinggi antara95-100, mayoritas kelompok eksperimen memperoleh nilai

pada interval ini yaitu sebanyak 15 siswa, sedangkan pada kelompok

kontrol hanya ada 5 orang siswa yang memperolehnya.

Dari sebaran-sebaran angka tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pada kelas eksperimen telah terjadi perubahan dalam perolehan nilai antara

pre-test dan post-test. Untuk melihat lebih jelas perubahan yang terjadi,

bisa dilihat dari perubahan meanpada gambar 4.7 berikut:

Gambar 4.7Perbandingan Perubahan Mean

AntaraKelompok Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar 4.7, rata-rata kelompok eksperimen setelah

dilakukan post-test menjadi 86,05, hal ini menunjukkan bahwa kelas

eksperimen telah mengalami peningkatan sebesar 21,375 poin dan

kelompok kontrol adalah 69,9yang menunjukkan peningkatan sebesar 8,0

poin.Dari pemaparan yang telah dijabarkan di atas belum bisa ditarik

kesimpulan apakah model PCLlebihbaikdari model pembelajaran yang

digunakan di kelas kontrol, karena untuk menarik kesimpulan tersebut

harus melalui uji hipotesis statistik melalui Uji-t.

64.675 61.9

86.05

69.9

(45)

61

1.2.1 Uji Normalitas Data

Sebelum melakukan uji hipotesis, maka langkah yang harus

dilakukan adalah menguji terlebih dahulu apakah data berdistribusi normal

atau tidak dengan menggunakan uji normalitas. Pada pre-test kelas

kontrol,berdasarkan perhitungan untuk data prestasi belajar siswa,

diperoleh �2hitung sebesar 9,845, sedangkan �2tabel yang diperoleh dengandk

= k – 1 = (6-1) =5 pada tingkat kepercayaan 95% adalah 11,0705. Dengan

demikian, diketahui bahwa �2hitung (9,845) <�2tabel (11,0705), yang berarti

menunjukkan bahwa data dinyatakan berdistribusi

normal.Sedangkanpre-test pada kelas eksperimen, berdasarkan perhitungan untuk data prestasi

belajar siswa, diperoleh � 2hitung sebesar 9,8715 sedangkan �2tabel dengandk

= k – 1 = (6-1) = 5 pada tingkat kepercayaan 95% adalah 11,0705.

Dengan demikian, diketahui bahwa � 2hitung (9,8715) <� 2tabel (11,070), yang

berarti bahwa data dinyatakan berdistribusi normal.

Adapun padapost-test kelas eksperimen, berdasarkan perhitungan

untuk data prestasi belajar siswa, diperoleh �2hitung sebesar 7,311

sedangkan �2tabel dengan dk = k – 1= (6-1) = 5 pada tingkat kepercayaan

95% adalah 11,0705. Dengan demikian, diketahui bahwa �2hitung (7,311)

<�2tabel (11,070), yang berarti bahwa data dinyatakan berdistribusi normal.

Sedangkanpost-test pada kelas kontrol, berdasarkan perhitungan

untuk data prestasi belajar siswa, diperoleh � 2hitung sebesar 9,373

sedangkan � 2tabel dengandk = k – 1 (6-1) = 5 pada tingkat kepercayaan

95% adalah 11,0705. Dengan demikian, diketahui bahwa � 2hitung (9,373)

<� 2tabel (11,0705), yang berarti bahwa data dinyatakan berdistribusi

normal. Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada lampiran.

(46)

Pre-Berdasarkan perhitungan uji normalitas dengan rumus chi kuadrat

diperoleh hasil bahwa � 2tabel >� 2hitung maka semua data berdistribusi

normal, baik untuk pretest maupun posttest. Implikasinya, pengujian

hipotesis bisa dilakukan dengan statistik parametrik. Jika tidak

berdistribusi normal maka dapat menggunakan perhitungan statistik

non-parametrik.

4.2.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Langkah pertama dalam pengujian ini yaitu dengan merumuskan

formulasi hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan aplikasi dari hipotesis

penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, apakah hipotesis tersebut

akan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:

H : μ1 = μ2, Tidak ada pengaruh penerapan model

pembelajaran Participant Centered Learning

terhadap prestasi belajar siswa (studi eksperimen

di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

H1: μ1>μ2, Terdapat pengaruh positif penerapan model

pembelajaran Participant Centered Learning

terhadap prestasi belajar siswa (studi eksperimen

di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

Untuk menguji kebenaran hipotesis di atas, maka digunakan rumus

uji-t. Pengujian dengan uji t dilakukan dengan cara membandingkan thitung

dengan ttabel. Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran.

Apabila thitung > ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Begitu juga

(47)

63

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai uji statistik yaitu

dengan mencari thitung. Setelah dilakukan perhitungan (perhitungan lengkap

pada lampiran) maka diperoleh data sebagai berikut:

1. Rata-rata (Mean) perubahan kelompok eksperimen setelah

pre-test dan post-test adalah sebagai berikut:

Setelah dilakukan perhitungan uji beda rata-rata

didapat rata-rata pre-test kelas eksperimen sebesar 64,475.

Rata-rata post-test kelas eksperimen 86,05 dan standar

deviasi gabungan pre-test dan post-test kelas eksperimen

sebesar 10,084. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung

sebesar 8,931 Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada

lampiran.

2. Rata-rata (Mean) perubahan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol setelah post-test adalah sebagai berikut:

Setelah dilakukan perhitungan uji beda rata-rata

didapat rata-rata post-test kelas eksperimen sebesar 86,05.

Rata-rata post-test kelas kontrol 69,9 dan standar deviasi

gabungan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

sebesar 14,780. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung=

4,887. Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada lampiran.

t = X̅ −X̅

Langkah selanjutnya, yaitu menentukan taraf

(48)

ini ditetapkan sebesar 95%, atau α = 0,05. Pengetesan yang dilakukan adalah pengetesan 2 ekor maka konsultasi pada t

tabel dilakukan pada kolom taraf signifikansi/nyata 0,05 atau

5% (Arikunto 2010: 352). Keseluruhan perhitungan bisa

dilihat pada lampiran. Derajat kebebasan (db) yang

digunakan adalah db = 40 + 40 – 2 = 78. Uji beda rata-rata

menggunakan uji satu pihak dengan taraf nyata yang akan

digunakan 5%. Dengan demikian t(0,05; 78) = 1,991.

Dari perhitungan rata-rata perubahan kelas

eksperimen setelah pre-test dan post-test di atas didapatkan

nilai t hitung sebesar 8,931 sedangkan ttabel sebesar 1,991.

Kemudian untuk rata-rata perubahan kelas eksperimen dan

kelas kontrol setelah post-test didapatkan thitungsebesar 4,887

dan ttabel sebesar 1,991 sehingga bila dimasukan pada

rumusan hipotesis yaitu ttabel≤ thitung maka H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwaTerdapat pengaruh positif penerapan model

pembelajaran Participant Centered Learning terhadap

prestasi belajar siswa (studi eksperimen di kelas XI IPS

SMAN 5 Bandung) dimana prestasi belajar pada kelas yang

diberikan model pembelajaran Participant Centered

Learningtersebut lebih tinggi/meningkat.

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2014 sampai

dengan tanggal 3 Juni 2014 pada kelas XI IPS A sebagai kelas eksperimen

dan kelas XI IPS B sebagai kelas kontrol di SMAN 5 Bandung. Kelas XI

IPS A diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran

Participant Centered Learning (PCL) pada materi laporan keuangan,

sedangkan pada kelas XI IPS B diberikan perlakuan tanpa mengunakan

(49)

65

Pada hakikatnya model pembelajaran merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar siswa termasuk pada mata pelajaran

Akuntansi. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran

perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif

dalam meningkatkan prestasi pembelajaran. Dalam penerapannya, model

pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena

masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan sasaran

yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis

menunjukan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan

sesudah menerapkan model pembelajaran Participant Centered

Learningpada kelas eksperimen dinyatakan diterima. Hal ini ditunjukkan

dari pengujian hipotesis menggunakan kriteria uji t dimana perhitungan

rata-rata perubahan kelas eksperimen setelah pre-test di atas didapatkan

nilai t hitung sebesar 8,931 sedangkan t tabel sebesar 1,991. Kemudian untuk

rata-rata perubahan kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah post-test

didapatkan t hitung sebesar 4,887 dan t tabel sebesar 1,991 sehingga bila

dimasukan pada rumusan hipotesis yaitu ttabel< thitung artinya hipotesis

yang telah dirumuskan sebelumnya yang menyatakan bahwa model

pembelajaran Participant Centered Learning berpengaruh positif terhadap

prestasi belajar siswa diterima atau terbukti sesuai teori.

Diterimanya hasil penelitian ini mendukung pendapat Baharuddin

(2008:19) bahwa “salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi adalah

faktor eksternal dilihat dari aspek lingkungan non sosial yaitu model

pembelajaran.” Prestasi belajar siswa sebelum menggunakan model

pembelajaran Participant Centered Learning berada pada kategori rendah

kemudian mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran

Participant Centered Learning sehingga prestasi belajar berada pada

kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Putra

Gambar

Gambar 1.2 4 Pilar Pendidikan UNESCO (Sumber:www.unescobkk.org)
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas
Tabel 3.5Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khusus tahun II adalah untuk merumuskan model pendidikan karakter yang aktif dan menyenangkan di lingkungan peserta didik Sekolah Dasar berbudaya Jawa kemudian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi serutan kayu meranti dan batang kelapa sawit terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dan untuk

Penulis melihat dengan munculnya banyaknya software pendukung pembuatan gambar dan animasi, program dalam bentuk multimedia ini bisa dikreatifitaskan lebih interaktif lagi. Salah

Multimedia merupakan suatu konsep dan teknologi baru dalam bidang teknologi informasi, dimana dalam bentuk teks, gambar, suara, animasi dan video disatukan dalam komputer

Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros.. Puli dibuat dari besi cor atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa pada Telkomsel Selaku penyelenggara operator seluler kartu Simpati berdasarkan

Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara

Pada simpulan hasil belajar siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan. melalui permainan sundul bola di matras mengalami