• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Perusahaan Dengan Rasio Keuangan Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Perusahaan Dengan Rasio Keuangan Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Modal Kerja

2.1.1 Pengertian Modal Kerja

Menurut Kasmir (2009:250),modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aset lancar atau aset jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan dan aset lancar lainnya.

(2)

Sundjaja (2003:187) mendefenisikan modal kerja sebagai aset lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha.

Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam (Kasmir, 2009:250), yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aset lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencakupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). Kelemahan konsep ini adalah pertama, tidak mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan, dan kedua, konsep ini tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang atau jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah aset lancar yang menjamin belum menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin.

2. Konsep Kualitatif

(3)

3. Konsep Fungsional

Konsep fungsional menekankan pada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba akan menurun.

2.1.2 Jenis-Jenis Modal Kerja

Menurut Djarwanto (2004:94) Modal kerja menurut jenisnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni:

1. Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:

a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

(4)

Modal kerja variabel dapat dibedakan dalam:

a. Modal kerja musiman, yaitu modalkerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.

2.1.3 Unsur-Unsur Modal Kerja

Adapun unsur-unsur ataupun komponen modal kerja adalah sebagai berikut :

1. Kas

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu membutuhkan uang kas.Kas (cash) meliputi koin, uang kertas, cek, wesel, dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan (Warren, 2006:362). Kas dan surat-surat berharga adalah aset perusahaan yang paling likuid.Setiap perusahaan selalu membutuhkan kas untuk membiayai aktivitas usahanya. Pengelolaan kas yang baik akan membuat perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya kepada pihak ketiga misalnya pemasok atau bank sehingga proses produksi maupun aktivitas penjualan perusahaan tidak terhambat (Sundjaja:2003).

(5)

Piutang timbul dari aktivitas penjualan yang dilakukan perusahaan secara kredit dalam rangka memperbesar volume penjualan barang dan jasa mereka. Penjualan secara kredit tidak akan menghasilkan penerimaan kas namun menimbulkan nilai piutang yang akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek seperti 30 atau 60 hari. Pada waktu jatuh pembayaran piutang terjadi penerimaan kas.Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, maupun organisasi lainnya (Warren, 2006:404).

3. Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaa dalam suatu tempat (gudang). Sediaan merupakan cadangan perusahaan untuk proses produksi atau penjualan pada saat yang dibutuhkan. Jenis sediaan dibagi dua, yaitu: untuk perusahaan dagang adalah semua barang yang diperdagangkan, sedangkan untuk perusahaan manufaktur adalah barang mentah, barang dalam proses, dan barang jadi (Kasmir, 2009:41).

2.1.4 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup

(6)

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

2. Memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang secara tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebaginya.

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konnsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan.

7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan supplies yang dibutuhkan.

8. Memungkin perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi ataupun depresi.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja pada suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Djarwanto, 2004:91):

(7)

Modal kerja yang dibutuhka perusahaan jasa relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual dan harga per satuan barang tersebut.

Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dubutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akam modal kerja.

3. Syarat pembelian dan penjualan.

Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan kredit. Semakin lunak kredit (jangka waktu kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan pada piutang.

(8)

Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuha modal kerja yang ditanamkan untuk persediaan akan semakin rendah. Karena hal ini kana mengurangi risiko penurunan harga barang, perubahan perimntaan ataupun mode, juga meghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan.

5. Tingkat perputaran piutang.

Bila piutang terkumpul dalam jangka waktu yang pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil.

6. Pengaruh konjungtur (business cycle).

Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah.Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresiasi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barang-barangnya dan menarik piutang-piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang-utang atau untuk menutupi kerugian.

(9)

modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.

8. Pengaruh musim.

Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan modal maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.

9. Credit rating dari perusahaan.

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada: (a) credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek, (b) perputaran persediaan dan piutang, (c) kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.

2.1.6 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Menurut Djarwanto (2004:95), modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni:

1. Pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek.

(10)

Surat-surat berharga dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja.

3. Penjualan aset tetap, investasi jangka panjang, dan aset tidak lancar lainnya.

4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik. 5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Pinjaman jangka pendek bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

6. Kredit dari supplier atau trade creditor.

Salah satu modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier.

Lebih lanjut lagi Djarwanto (2004:98) memaparkan penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aset lancar. Diantaranya adalah:

a. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang dividen).

b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan ataupun persekutuan).

(11)

d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran utang obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aset tidak lancar.

e. Pembelian tambahan aset tetap, aset tak berwujud, dan investasi jangka panjang.

f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan.

2.1.7 Efisiensi Modal Kerja

Pengertian efisiensi menurut Danfar yang mengutip pernyataan H. Emerson dalam Rumui (2011:34), yaitu “ Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas”.

Manajemen modal kerja yang efisien sangat diperlukan dalam perusahaan sebagai syarat pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan.Kesalahan dalam manajemen modal kerja dapat mengakibatkan kelebihan ataupun kekurangan modal kerja

Kelebihan modal kerja menurut Djarwanto (2004:90) dapat disebabkan oleh:

(12)

3. Pendapatan ataupun keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aset tetap, dan sebagainya.

4. Konversi operating aset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.

5. Akuntansi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain sebaginya.

Djarwanto juga menjelaskan kelebihan modal kerja menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan menunjukkan pemborosan pada inevestasi untuk proyek-proyek yang tidak perlu. Kekurangan modal kerja juga dapat ditimbulkan oleh berbagai hal. Diantaranya adalah:

1. Adanya kerugian usaha.

2. Adanya kerugian insidentil, sepertinya misalnya turunnya harga pasar persediaan barang, pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak dapat ditutup dengan asuransi.

3. Kegagalan mendapatkan modal kerja pada waktu melakukan perluasan usaha.

4. Menggunakan modal kerja untuk membeli aset tidak lancar. 5. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat.

(13)

Modal kerja selalu dalam kedaan beroperasi atau berputar dalam perusahaan itu sendiri selama perusahaan yang bersangkutan masih aktif dalam menjalankan aktivitas usahanya. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerjanya dan dalam hal ini perusahaan dapat dikatakan efisien dalam penggunaan modal kerjanya (Riyanto:2001).

2.1.8 Kebijakan Modal kerja

Menurut Syahyunan (2004:41), terdapat 3 kebijakan modal kerja yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu:

1. Kebijakan Moderat

Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen dengan menggunaan sumber dana jangka panjang, baik dari hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo, perusahaan tidak dapat membayar kembali.

2. Kebijakan Konservatif

(14)

sendiri. Proporsi kewajiban lancar dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan kebijakan modal kerja moderat. Keputusan ini dimaksudkan untuk memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang terssedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) pada umumnya lebih besar daripada kewajiban lancar.

3. Kebijakan Agresif

Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan sebagian aset lancar permanen dengan sumber dana dari hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) dan sebagian aset lancar permanen lainnya dan semua aset lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menanggunng pengembalian hutang yang lebih besar sehingga risiko fluktuasi bunga kewajiban lancar juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar.

2.2 Analisis Rasio Keuangan 2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Van Horne (2005:202) rasio keuangan adalah sebuah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

(15)

keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian, angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu periode maupun beberapa periode.

Jadi dapat juga dikatakan bahwa rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja sebuah perusaahaan berupa indeks yang membandingkan angka-angka dalam laporan keuangan.Setelah melakukan perbandingan dapat dilihat posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.

Ada dua jenis cara yang dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan (Syamsuddin, 2007:39), yaitu:

1. Cross sectional approach

Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.

2. Time series analysis

Time series analysis dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio

keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.

2.2.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan

(16)

rasio keuangan ini akan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah sudah mencapai target yang ditetapkan ataupun sudah memberdayakan semua sumberdaya perusahaan secara efektif. Setelah dapat melihat hasil kinerja yang dihasilkan, hal ini dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi perusahaan untuk kedepannya (Kasmir:2009).

Informasi tersebut tidak hanya ditujukan bagi pihak manajemen perusahaan. Menurut Syamsuddin (2007:38) pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terkait dengan rasio keuangan adalah para pemegang saham ataupun calon pemegang saham dan juga para kreditur.

Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan di masa yang akan datang, karena tingkat keuntungan akan mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Disamping tingkat keuntungan, para pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat likuiditas, aktivitas, serta laverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income di masa yang akan datang.

(17)

Menurut Syamsuddin (2007: 39), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rasio-rasio ini, antara lain:

1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.

2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada saat yang sama.

3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat.

4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

2.2.3 Kelemahan Analisis Rasio

Analisis rasio juga memeliki keterbatasan yang harus diketahui dan disadari dalam penggunaannya sehingga manajer keuangan harus hati-hati dalam melakukan penafsiran terhadap rasio keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan (Syahyunan, 2004:82). Kelemahan tersebut diantaranya adalah:

(18)

2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutanatau metode penilaian persediaan.

3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan dapat berupa hasil manipulasi.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

2.2.4 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan (Kasmir, 2009:110). Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin baik kemampuan perusaahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan tepat waktu. Dengan demikian, perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid (Warsono, 2003:34). Alat ukur rasio likuiditas terdiri dari:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

(19)

lancar untuk masing-masing perusahaan (Syamsuddin, 2007:45). Rumus rasio lancar adalah:

���� ������ ��������� ������

Apabila rasio lancar rendah, maka perusahaan dianggap kurang likuid ataupun kurang modal dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Namun, apabila hasil pengukuran rasio lancar tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik.Hal ini dapat terjadi karena adanya uang kas yang berlebihan. Current ratio yang tinggi memang baik baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandang pemegang saham kurang menguntungkan karena aset lancar tidak didayagunakan dengan efektif (Djarwanto, 2004: 150).

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat hampir sama dengan rasio lancar, hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aset lancar harus dikeluarkan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan komponen aset lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya, sementara dengan rasio cepat dimaksudkan untuk membandingkan aset yang lebih lancar dengan kewajiban lancar. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar dengan aset paling likuid (cepat) (Syamsuddin, 2007:45). Rumus rasio cepat adalah:

(20)

Kondisi rasio cepat yang yang baik menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasikewajiban lancar, tetapi dapat menjual aset lainnya seperti surat berharga dan piutang. Demikian juga halnya jika rasio cepat perusahaan dalam keadaan tidak baik, maka perusahaan harus menjual persediannya untuk melunasi kewajiban lancar. Padahal menjual persediaan dengan harga yang normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjualnya dibawah harga pasar yang tentunya menambah kerugian bagi perusahaan (Kasmir, 2009:138).

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Artinya, dalam hal ini perusahaan tidak perlu menjual atau menagih utang lancar lainnya. Dapat dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayara utang-utang jangka pendeknya (Kasmir, 2009:138). Rumus rasio kas adalah:

��� ��� ������ ��� ��������� ������

(21)

baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aset lancar lainnya.

d. Rasio Modal Kerja (Net Working Capital)

Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aset lancar diatas kewajiban lancar suatu perusahaan. Hal inilah yang disebut dengan modal kerja bersih.Menurut Brealey, Bayers dan Marcus (2008: 78), selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar disebut modal kerja bersih. Modal kerja bersih mengukur potensi cadangan kas perusahaan secara kasar.Rumusnya cukup sederhana, yakni:

���� ������ − ������ ������

Jumlah net working capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di dalam perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan lain. Perbandingan net working capital dari tahun ke tahun juga dapat memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan (Syamsuddin 2007: 43).

2.2.5 Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

(22)

1. Total Assets Turn Over (Perputaran Total Aset)

Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan

total aset suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aset dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aset perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2007:19). Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa baik aset perusahaan yang digunakan. Rumusnya adalah:

��������� ����� ����

2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)

Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Over merupakan salah satu rasio keuangan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyakmodal kerja berputar selama suatu periode.Untuk mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan penjualan dengan modal kerja bersih, dimana modal kerja bersih adalah aset lancar dikurangi utang lancar (Kasmir, 2009:182). Rumusnya adalah:

��������� ����� ����� �����ℎ

(23)

tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau piutang, atau saldo kas yang dimiliki terlalu kecil (Kasmir, 2009:182).

3. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)

Inventory turnover menunjukkan berapa kali kemampuan dana yang

tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini dapat juga diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Cara menghitung rasio perputaran persediaan adalah dengan membandingkan nilai penjualan dengan persediaan rata-rata (Djarwanto, 2004:155). Rumusnya adalah:

���������

���������� ���� − ����

Apabila rasio yang diperoleh tinggi, hal ini menunjukkkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Hal yang sebaliknya juga apabila perputaran persediaan perusahaan rendah, berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk (overstock). Hal ini mengakibatkan tingkat investasi dalam pengendalian rendah (Kasmir, 2009:180).

4. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

(24)

piutang dapat dihitung dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Rumusnya adalah:

��������� ������� ���� − ����

Referensi

Dokumen terkait

Figure 7: The initial terrain points (black crosses) detected from the Gaussian decomposition method (performed over the whole waveform) and the new terrain points (blue

After considering the recommendation from the Audit Committee and the Public Accountant Procurement Team, the Board of Commissioners appointed KAP Tanudiredja, Wibisana &

yang dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank serta Divisi Kepatuhan sebagai Risk Control Unit dan third line of defence yaitu Satuan Pengawas Internal sebagai Risk

Pola Kota Gorontalo untuk tahun 2006 hampir sama dengan pola Kota Gorontalo tahun 2000, dimana membentuk konsentris di bagian pusat kota dan memanjang dan terserak

Apabila dokumen asli sedang dipergunakan untuk kepentingan lain sehingga tidak dapat dibawa/ditunjukkan, maka wajib membawa Copy/Rekamannya yang telah

Berdasarkan karakteristik objek, penelitian ini menggunakan pendekatan survei dan wawancara terbatas, berdasarkan karakeristik populasi, lima kawasan kumuh yang telah

[r]

Analisis dan rekayasa sistem : perangkat lunak merupakan bagian dari sebuah sistem, untuk mendapatkan gambaran yang meluas pada aras sistem.. Analisis persyaratan