• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIAGNOSTIK MISKONSEPSI SISWA SMA NEGERI 6 KUPANG PADA MATERI ALAT OPTIK MENGGUNAKAN METODE THREE TIER DIAGNOSTIK TEST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DIAGNOSTIK MISKONSEPSI SISWA SMA NEGERI 6 KUPANG PADA MATERI ALAT OPTIK MENGGUNAKAN METODE THREE TIER DIAGNOSTIK TEST"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

79 DIAGNOSTIK MISKONSEPSI SISWA SMA NEGERI 6 KUPANG PADA MATERI

ALAT OPTIK MENGGUNAKAN METODE THREE TIER DIAGNOSTIK TEST Fakhruddin1), I Wayan Sukarjita2

Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Undana e-mail : fakhruddinkamaruddin@gmail.com

Abstrak

Diagnostik miskonsepsi menggunakan metode three tier diagnostik test adalah salah satu kegiatan dalam menentukan besarnya miskonsepsi siswa yang tidak sesuai konsep para pakar atau ilmuwan dalam bidang tertentu. Materi yang didiagnostik adalah alat optik pada siswa SMAN 6 Kupang yang berjumlah 30 siswa berdasarkan teknik pengambilan sampel purposive sampling.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian diperoleh bahwa siswa SMA N 6 Kupang mengalami miskonsepsi materi alat optik sebesar 58,90% ya n g be ra da dalam kate gor i se dan g. Mi sk on se p si siswa ya n g p alin g ba n ya k terja di pa da menentukan kekuatan lensa kacamata penderita miopi sebesar 84,60,% sedangkan yang paling rendah pada memahami jenis kelainan pada mata berdasarkan ciri- ciri ataupun gambar cacat mata sebesar 46,2%.

Kata Kunci : Miskonsepsi, Tes diagnostik Three Tier Test , Alat Optik.

PENDAHULUAN

Miskonsepsi adalah pemahaman konsep yang dimiliki oleh seseorang yang tidak sama dengan para pakar dibidang tertentu. Miskonsepsi banyak terjadi pada siswa, khususnya pada mata pelejaran fisika di sekolah menengah atas (SMA) seeperti yang ditemukan oleh Uyun (2017) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat miskonsepsi pada materi alat-alat optik disebabkan oleh cakupan materi yang sangat luas, rumus-rumus yang digunakan, dan ketidaksiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang dilakukan guru.

Dalam proses belajar fisika di sekolah perlu dilakukan pemahaman konsep yang benar pada siswa karena dapat terjadi miskonsepsi jika proses pembelajarannya tidak sesuai dengan hakikat sains, yaitu melalui proses menghasilkan produk berupa prinsip, konsep, hukum, dan tori. Apabila sisiwa telah menguasai konsep fisika maka hal itu menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi-materi fisika dengan baik. Selain itu, dengan pemahaman tentang konsep fisika dalam pembelajaran fisika maka pengetahuan siswa tersebut akan cenderung bertahan lama meskipun materi sudah lama dipelajari.

(2)

80 Proses untuk merubah konsepsi siswa

dari prakonsepsi atau miskonsepsi menjadi sebuah konsep yang benar dan tepat sesuai konsep fisika yang sebenarnya melalui serangkaian pengalaman dan latihan agar dapat tertanam pada siswa secara permanen.

Namun, salah satu permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi tantangan bagi guru fisika di adalah rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa pada materi fisika setelah proses pembelajaran dilakukan. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran guru dalam memperhatikan prakonsepsi dan miskonsepsi siswa sebelum proses pembelajaran. Menurut Malikha & Amir (2018) prakonsepsi adalah pemahaman siswa sebelum mereka mempelajari konsep secara formal di sekolah, sedangkan miskonsepsi adalah pemahaman yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan.

Miskonsepsi siswa dapat diketahui apabila dilakukan diagnostik dengan metode tertentu. Salah satu metodenya adalah metode three tier diagnatic test yang merupakan pengambangan dari dari two-tier test yang dikombinasikan dengan Certainty Response Index (CRI).

Instrumen diagnostic three tier test memiliki tiga tingkatan yaitu: tingkat pertama menanyakan pertanyaan deskriptif atau akibat, tingkat kedua menanyakan alasan atau sebab dari jawaban yang diberikan, dan tingkat ketiga menanyakan keyakinan siswa dalam menjawab soal (Pesman, 2005). Tes diagnostik tiga tingkat dengan kriteria sesuai pada Tabel 1(Setyaningsih, 2018).

Tabel 1

Kategori Pengelompokan Siswa Berdasarkan Keyakinan

Tier 1 Tier 2 Tier 3 Kategori

Benar Benar Yakin Paham Benar Benar Tidak

Yakin

Menebak Benar Salah Yakin Miskonsepsi Salah Benar Yakin Miskonsepsi Salah Salah Yakin Miskonsepsi Benar Salah Tidak

Yakin

Tidak Paham Konsep Salah Benar Tidak

Yakin

Tidak Paham Konsep Salah Salah Tidak

Yakin

Tidak Paham Konsep Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dilaksanakan pada SMA Negeri 6 Kupang dari tanggal 15 februari 2021 sampai dengan tnggal 8 maret 2021 dengan instrument pengumpulan data menggunakan tes miskonsepsi metode hree tier diagnostic test pada materi alat optik..

Populasi yang digunakan ialah seluruh siswa SMA Negeri 6 Kelas XII IPA berjumlah 182 siswa sehingga yang menjadi sampel adalah 26 orang yang diambil secara purposive sampling

Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengelompokan Data

Berdasarkan perolehan data setiap siswa dari masing-masing sekolah, data dianalisis dengan berpedoman pada kombinasi jawaban yang diberikan ditingkat pertama, kedua dan ketiga.

a. Pada tingkat pertama untuk menilai tes objektif pilihan ganda.

b. Untuk tingkat kedua diskor tiap alasan sesuai dengan kunci.

(3)

81 c. Untuk tingkat ketiga yaitu tingkat

keyakinan siswa dapat diihat pada tabel 3.2 (Setyaningsih, 2018). Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis data siswa yang masuk kategori miskonsepsi.

2. Penafsiran Data

Pada tahap ini dilakuakn analisis data melalui bentuk persentase untuk mengetahui persentase siswa pada kategori miskonsepsi, dalam setiap butir soal dengan menggunakan

rumus (Sugiyono :2016)

𝑃 = 𝑓 × 100% (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahawa siswa SMA Negeri 6 Kupang mengalami miskonsepsi pada semua butir soal tes diagnostik yang diujikan yang disusun berdasarkan indikator soal tentang alat optik sepeti pada Tabel 1

Tabel 1

Miskonsepsi Siswa SMAN 6 Kupang menggunakan Three Tier diagnostic Test

No Indikator Soal No Soal Persentase

(%)

Kriteria

1 Siswa memahami sifat- sifat cahaya 1 61.5 Sedang

2 Siswa memahami mata sebagai alat optik bagian- bagian mata serta dan fungsinya

2,3 53,9 Sedang

3 Siswa memahami tentang daya akomodasi mata 4,9,10,11 59,2 Sedang 4 Siswa memahami jenis kelainan pada mata

berdasarkan ciri-ciri ataupun gambar cacat mata

5,13 53,8 Sedang

5 Siswa menentukan kekuatan lensa kacamata penderita miopi

6 84.6 Tinggi

6 Siswa menentukan jarak terdekat yang dapat dilihat penderita hipermetropi

8 57.7 Sedang

7 Siswa memahami persamaan karakteristik antara mata dan kamera

14 56.7 Sedang

8. Siswa memahami karakteristik bayangan yang dihasilkan lensa cembung

7 65.4 Sedang

9 Siswa menghitung jarak lensa pada kamera 15 42.3 Sedang

10 Siswa mampu menentukan perbesaran anguler pada lup

12 69.3 Sedang

11 Siswa mampu mendekripsikan karakteristik penggunaanya Lup dan

16 69.2 Sedang

12 Siswa memahami karakteristik bayangan yang mikroskop dihasilkan oleh

17 57.7 Sedang

13 Siswa menentukan perbesaran pada mikroskop 18 58,0 Sedang 14 Siswa memahami karakteristik bayangan yang

dihasilkan oleh teropong bintang

19 50,0 Rendah

15 Siswa menentukan panjang teropong bumi 20 53.8 Sedang

Rata-Rata Persentase Miskonsepsi (%) 58.9 Sedang

(4)

82 Berdasarkan rincian miskonsepsi siswa SMAN

6 Kupang pada Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi dari terbanyak ke yang paling sedikit berturut-turut adalah pada soal tentang menentukan kekuatan lensa kacamata penderita miopi sebesar 84,60,%, sedangkan yang paling rendah adalah Siswa memahami jenis kelainan pada mata berdasarkan ciri-ciri ataupun gambar cacat mata sebesar 46,2%.

Berdasarkan wawancara kepada guru pengampu mata pelajaran fisika, maka faktor penyebab miskonsepsi materi alat optik pada siswa SMAN 6 Kupang disebabkan oleh beberapa indikator yaitu dari siswa berupa siswa merasa kesulitan mempelajari materi alat optik secara daring, prakonsepsi yang salah, kemampuan siswa tentang materi alat optik kurang, dan siswa kurang berminat dalam mempalajari materi alat optik.

Penyebab miskonsepsi dari buku teks berupa siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi materi alat optik dari buku sumber.

Penyebab miskonsepsi dari konteks berupa makna istilah-istilah pada materi tersebut masih asing, materi alat optic berbeda dengan pengalaman yang dialami pada kehidupan sehari-hari, dan materi sebelumnya kurang dipahami. Penyebab miskonsepsi dari metode mengajar guru yaitu guru mengajar

menggunakan metode ceramah.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMAN 6 Kupang mengalami miskonsepsi materi alat optik sebesar 58,90% ya n g be rada dalam k ate gor i se dan g. . Mi s ko ns ep si Siswa ya n g p ali n g ban ya k te rja di pad a menentukan kekuatan lensa kacamata penderita miopi sebesar 84,60,% sedangkan yang paling rendah adalah memahami jenis kelainan pada mata berdasarkan ciri-ciri ataupun gambar cacat mata sebesar 46,2%.

Saran

1. Pengggunaan diagnostik miskonsepsi siswa three tier test diharapkan guru menggunakannya agar dapat mengetahui seberapa besar miskonsepsi siswa pada materi tertentu.

2. Dalam penelitian ini hanya untuk mendiagnostik miskonsepsi siswa, menggunakan three tier daignostic test sehingga untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode four tier diagnostic test

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Y., & Muliyani, R. (2018). Identifikasi Kuantitas Siswa Yang miskonsepsi pada materi listik dinamis menggunakan three tier -test ( TTT ). 3(2), 38–41.

Malikha, Z., & Amir, M. F. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas V-B Min Buduran Sidoarjo Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Pi: Mathematics Education Journal, 1(2), 75–81. https://doi.org/10.21067/pmej.v1i2.23

29

Munawaroh & Satyarsih.2016. Identifikasi Miskonsepsi Siswa daan Penyebabnya pada Materi Alat Optik Menggunakan Three-tier Multiple Choice Tes. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 05(2), 79-81

Pertiwi, C. A., & Setyarsih, W. (2015).

Konsepsi Siswa Tentang Pengaruh Gaya pada Gerak Benda Menggunakan Instrumen Force Concept Inventory (FCI) Termodifikasi. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 04(02),

(5)

83 162–168.

Pesman, Haki. 2005. Development of a three-tier test to asses ninth grade Student misconceptions about simple electric circuits. Tesis Master in Middle East Technical University.

Purwaningtias & Putra. (2020). Analisis Tingkat Pemahaman Konsep dan Miskonsepsi Fisika pada Pokok Bahasan Alat-alat Optik di SMA Negeri 1 Purwodadi. Unnes Physics Education Journal 9(2), 140-148

Setyaningsih, E. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Materi Medan Magnet Menggunakan Three Tier Test pada Siswa Kelas XII Sma di Jember. Seminar Nasional Pendidikan Fisika

2018, 3(2015), 167–172.

Siswaningsih, W., Hernani, H., & Rahmawati, T. (2014). Profil Miskonsepsi Siswa Sma Pada Materi Hidrokarbon Menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia: Kajian Hasil Penelitian Pendidikan Kimia, 1(2), 200–206.

https://doi.org/10.36706/jppk.v1i2.18 98

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (2013). miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: Grasindo.

Thoifah, I. (2015). Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitaif. Malang: Madani.

Uyun, S. Q. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Konsep Alat-alat Optik Melalui Certainty of Response Index (CRI)

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya untuk eksperimen kuasi, data yang digunakan adalah ex post facto yaitu data yang berasal dari aktivitas atau kejadian yang sudah terjadi yang tidak diintervensi

Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 Tentang Pemilu Serentak Dengan Tujuan Memperoleh Kualitas Pemilu Yang Lebih Baik. Skripsi Bagian Hukum

Dengan  penyajian  keuangan  yang  baik  dan  sesuai  dengan  standar  yang  berlaku  dapat 

 Jurnal Ilmiah Nasional/Nasional terindeks di DOAJ, CABI, COPERNICUS * Hasil Penilaian Peer Review :. Komponen yang dinilai Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah Nilai Akhir yang

Dengan ditetapkannya Batik sebagai bagian dari kebudayaan oleh UNESCO, maka pada dasarnya bangsa Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar untuk

Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi

Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi

Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2016 tentangi. Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Berita