• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRASTIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRASTIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 268

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRASTIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Siti Syahraini Harahap Universitas Negeri Medan

Corresponding author: [email protected]

Abstrak

Pendidikan dewasa ini harus bisa berfungsi ikut membangun kapasitas bangsa sebagai manusia pembelajar, sehingga bisa diandalkan dan percaya diri dalam menghadapi dampak globalisasi sekarang ini serta rancangan ke masa depan.

Pengembangan nilai-nilai demokratis di sekolah juga perlu diterapkan untuk menghadapi era globalisasi yang kini diyakini akan menghadirkan banyak perubahan global seiring dengan akselerasi keluar masuknya berbagai kultur dan peradaban baru dari berbagai bangsa di dunia. Itu artinya, dunia pendidikan dalam mencetak sumber daya manusia yang bermutu dan profesional harus menyiapkan generasi yang demokratis, sehingga memiliki pertahanan yang kokoh di tengah-tengah konflik peradaban. Penggunaan model pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak terlalu tertatik untuk dapat memahami materi yang sedang diajarkan guru. Harus ditekankan bahwa saat ini guru bukan lagi satu- satunya sumber belajar yang hanya mentransfer ilmu dan siswa diharuskan untuk mendengar. Dengan berbagai macam model pembelajaran yang ada saat ini, guru seharusnya dapat menggunakannya untuk menciptakan suasana kelas yang demokratis sehingga penanaman nilai-nilai demokratis dalam diri siswa dapat dilaksanakan dan di masa yang akan datang siswa siap untuk berpikir kritis dan saling menghargai serta dapat mengungkapkan pendapat untuk kepentingan umum dan siswa dapat menjadi warga negara yang demokratis sesuai dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi dalam diri siswa guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Kata kunci : Pendidikan Karakter, Sikap Demokratis, Model Pembelajaran, Tipe Group Investigation

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan dan peningkatan efesiensi serta efektivitas pendidikan.

Perubahan dalam hal peningkatan efesiensi dan efektivitas pendidikan mengarah kepada penataan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter dengan memberi kepercayaan yang luas kepada sekolah untuk meningkatkan sumber daya manusia bagi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Proses mewujudkan karakter pada peserta didik tidak mudah, dalam mewujudkan karakter tersebut membutuhkan proses yang panjang salah satunya melalui pendidikan di sekolah. Ada sekitar 18 nilai yang harus dikembangkan oleh sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu karakter yang sangat perlu ditanamkan kepada siswa untuk menghadapi permasalahan kenegaraan yang sering terjadi saat ini adalah karakter demokrasi.

Implementasi demokrasi dalam suatu negara sangat memerlukan sikap demokratis dari setiap warga negaranya.

Oleh karena itu, setiap warga negara memiliki kewajiban untuk mengembangkan sikap demokratis dalam berbagai kehidupan. Dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangannya adalah ketidakmampuan untuk bermusyawarah dan kurangnya permusyawaratan yang jujur dan sehat.

Untuk itu diperlukan pendidikan demokrasi dalam menumbuhkan sikap demokrasi sejak dini.

Salah satu tempat yang strategis untuk menanamkan sikap demokratis adalah di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi muda yang beriman, bertaqwa, berilmu, bermoral dan memiliki sikap demokratis. Secara khusus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berusaha untuk menanamkan nilai, norma, dan moral, kepada peserta didik dengan tujuan agar memiliki pengetahuan tentang hukum, politik, moral, dan sikap demokratis.

Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru berorientasi pada terbentuknya masyarakat madani (civil society), dengan memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis (Deny Setiawan, 2017: 11)

Pendidikan demokrasi yang merupakan tuntutan dari terbentuknya masyarakat madani Indonesia mengandung bahwa manusia memerlukan kebebasan politik, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing didalam perwujudan diri sendiri. Adapun tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan berpikir

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 269

demokratis, selain itu agar warga negara mengerti, menghargai kesempatan dan tanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis.

Pendidikan demokrasi bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan berpikir demokratis.

Pendidikan dapat menjadi salah satu upaya strategis pendemokrasian bangsa Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. Pendidikan yang dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran melalui cara-cara pembelajaran yang demokratis, partisipatif, kritis, kreatif, dan menantang aktualisasi diri mereka. Dalam konteks ini, proses belajar tidak lagi menjadi monopoli guru, tetapi menjadi milik bersama dan menjadikan proses belajar sebagai wadah untuk dialog dan belajar bersama.

Pendidikan demokrasi mutlak diperlukan sebagai sosialisasi nilai-nilai demokrasi supaya bisa diterima dijalankan oleh rakyat (warga dan pemerintahan). Tujuannya mempersiapkan warga negara berperilaku serta bertindak demokratis, melalui aktivitas pembelajaran yang menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan, kesadaran dan nilai-nilai demokrasi. Pendidikan demokrasi pada hakikatnya membimbing peserta didik atau masyarakat agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis.

Pendidikan dewasa ini harus bisa berfungsi ikut membangun kapasitas bangsa sebagai manusia pembelajar, sehingga bisa diandalkan dan percaya diri dalam menghadapi dampak globalisasi sekarang ini serta rancangan ke masa depan. Pengembangan nilai-nilai demokratis di sekolah juga perlu diterapkan untuk menghadapi era globalisasi yang kini diyakini akan menghadirkan banyak perubahan global seiring dengan akselerasi keluar masuknya berbagai kultur dan peradaban baru dari berbagai bangsa di dunia. Itu artinya, dunia pendidikan dalam mencetak sumber daya manusia yang bermutu dan profesional harus menyiapkan generasi yang demokratis, sehingga memiliki pertahanan yang kokoh di tengah- tengah konflik peradaban.

Diperlukan upaya agar dunia pendidikan mampu menaburkan benih-benih demokrasi kepada peserta didik dan melahirkan generasi penerus bangsa yang kritis, cerdas, dan andal. Beratnya beban kurikulum yang harus dituntaskan telah membuat proses belajar mengajar menjadi kehilangan ruang berdiskusi, berdialog dan berdebat, guru menjadi satu- satunya sumber belajar. Akibatnya setelah lulus peserta didik menjadi asing di tengah-tengah rakyat.

Metode mengajar guru selama ini lebih banyak menggunakan ceramah, yang hanya mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) kepada peserta didik. Hal ini mengakibatkan situasi belajar membosankan, siswa pasif, dan kurang mendukung untuk pembentukan sikap demokratis. Strategi pembelajaran guru tersebut harus dapat diubah dengan strategi pembelajaran yang mengakibatkan siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat menumbuhkan sikap demokratis sejak dini dalam diri siswa.

Pembelajaran yang berpusat pada guru tidak akan mampu menanamkan nilai-nilai demokrasi dalam diri siswa.

Siswa jadi lebih monoton dan dipaksakan untuk memiliki pola pikir yang sama dengan yang disampaikan guru padahal seharusnya siswa harus berpikir sendiri serta mencari sendiri materi yang akan dibahas, sehingga akan timbul sikap ingin tahu dan pemikiran yang kritis. Selain itu, siswa akan lebih sering untuk mengutarakan pendapatnya serta menghargai pendapat orang lain dan tanpa disadari sikap demokratis yang diharapkan pun akan tertanam dalam diri siswa.

Penggunaan model pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak terlalu tertatik untuk dapat memahami materi yang sedang diajarkan guru. Harus ditekankan bahwa saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar yang hanya mentransfer ilmu dan siswa diharuskan untuk mendengar. Dengan berbagai macam model pembelajaran yang ada saat ini, guru seharusnya dapat menggunakannya untuk menciptakan suasana kelas yang demokratis sehingga penanaman nilai-nilai demokratis dalam diri siswa dapat dilaksanakan dan di masa yang akan datang siswa siap untuk berpikir kritis dan saling menghargai serta dapat mengungkapkan pendapat untuk kepentingan umum dan siswa dapat menjadi warga negara yang demokratis sesuai dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi dalam diri siswa guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Teori atau Konsep

Pada saat ini demokrasi tumbuh dan berkembang sangat pesat di berbagai belahan dunia. Para ahli ketatanegaraan dan tokoh-tokoh politik meyakini bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Demokrasi memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk berpartisipasi atau turut aktif di dalam penyelenggaraan negara. Dengan demokrasi penyelenggaraan negara dapat disesuaikan dengan kondisi dan aspirasi yang berkembang di dalam masyarakat.Demokrasi dipandang memiliki arti yang sangat penting bagi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengingat pentingnya demokrasi maka perlu diwujudkan kehidupan yang demokratis di lingkungan keluarga, masyarakat atau kenegaraan.

Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah satu fungsi pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas. Di tengah-tengah gencarnya tuntutan dan suara untuk membangun Indonesia baru yang lebih demokratis di bawah pemerintahan yang bersih, berwibawa dan reformatif justru banyak politisi

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 270

yang berkarakter oportunis, arogan dan mau menang sendiri, yang sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang mengembangkan nilai kebebasan, kesamaan, persaudaraan, kejujuran, dan keadilan. Padahal harus diakui, mereka memiliki kualifikasi pendidikan formal yang tinggi. Fenomena ini tentu sangat menarik untuk disimak, sebab ada kecenderungan asumsi, tinggi-rendahnya tingkat pendidikan kurang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tumbuhnya iklim demokrasi yang sehat.

Sekolah merupakan tempat mendidik anak-anak bangsa yang akan melahirkan calon-calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang maka perlu diwujudkan kehidupan yang demokratis. Apabila di sekolah sudah mampu mewujudkan kehidupan yang demokratis maka akan terbentuk negara yang demokratis. Kehidupan demokratis memang sangat diperlukan dan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan sekolah.

Implementasi pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam proses pembelajaran di kelas tentu tidak akan terlepas dari peran guru. Terpenuhinya misi pendidikan sangat tergantung pada kemampuan guru untuk menanamkan sikap demokrasi pada siswa, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk belajar. Menciptakan suasana yang hangat di sekolah sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk semaksimal mungkin dalam belajar.

Rosyada dalam bukunya Paradigma Pendidikan Demokratis (2004: 19) menyatakan bahwa sekolah bukan menjadi tempat pertunjukan bagi guru tetapi tempat bagi siswa untuk menambah dan memperkaya pengalaman belajarnya.

Oleh sebab itu, guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang memberi peluang bagi siswa untuk belajar.

Inilah makna lain dari sekolah demokratis, yaitu sekolah itu untuk siswa bukan untuk guru dan kepala sekolahnya. Sekolah harus menjadi rumah kedua bagi siswa, mereka betah menghabiskan waktunya di sekolah, dengan belajar, berdiskusi, menyelesaikan tugas-tugas kelompok, membaca, dan melakukan aktivitas lainnya.

Kelas merupakan forum yang strategis bagi guru dan murid untuk sama-sama belajar menegakkan pilar-pilar demokrasi. Prinsip kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan kewajiban, misalnya siswa dan guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menjaga kebersihan kelas, kenyamanan kelas, terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Tumbuhnya semangat persaudaraan antara siswa dan guru harus menjadi iklim pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran apapun. Interaksi guru dan siwa bukan sebagai subjek-objek, melainkan subjek-subjek yang sama-sama membangun karakter dan jati diri. Profil guru yang demokratis tidak bisa terwujud dengan sendirinya tetapi membutuhkan proses pembelajaran. Kelas merupakan forum yang strategis bagi guru dan murid untuk sama-sama belajar menegakkan pilar-pilar demokrasi.

Selain demokrasi dapat dikenalkan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, demokrasi serta nilai- nilai yang terkandung di dalamnya dapat dikenalkan melalui kegiatan-kegiatan di sekolah yang dapat mendukung civic education. Strategi guru dalam pembelajaran pun sangat berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai demokrasi dalam diri siswa. Penggunaan model pembelajaran tertentu juga dapat dijadikan sarana untuk menanamkan sikap demokrasi dalam diri siswa. Salah satunya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

PEMBAHASAN

Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan dimana pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu dengan bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan persoalan bersama dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik.

Dalam membangun karakter siswa sangat diperlukan model pembelajaran yang bervariasi untuk dapat lebih menggali potensi siswa dan menanamkan nilai demokrasi dala diri siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif siswa akan langsung berkomunikasi dengan temannya tanpa adanya perantara sehingga dalam pembelajaran siswa akan terbiasa untuk saling bertukar pengalaman dan saling menghargai pendapat yang berbeda. Pembelejaran kooperatif pun memiliki beberapa tipe pembelajaran. Dalam menumbuhkan sikap demokratis pada siswa sangat cocok untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe group investigation.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Menumbuhkan Sikap Demokratis

Pembelajaran yang demokrasi harus menyampaikan pesan dan isi yang bermakna. Materi dalam pembelajaran harus berbobot teoritis dan dipadukan dengan realitas masyarakat sekitar sehingga dapat mendorong critical thinking dan kemauan mempraktekan nilainilai yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran dikelas dikemas dengan kegiatan kelompok. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok yang dilakukan.

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 271

Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak dalam Harisantoso, 2005:2).

Sedangkan menurut Sharan (dalam Slavin, 1995:11), group investigation merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau penyelidikan.

Menurut Slavin (dalam Vierwinto, 2012) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) tahapan, yaitu:

1) Mengidentifikasikan topik dan membuat kelompok

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari

a. Para siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajari? bagaimana mempelajarinya?

siapa melakukan apa? untuk tujuan atau kepentingan apa menginvestigasi topik tersebut?) 3) Melaksanakan investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasn dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

6) Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik menganai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini siswa akan lebih sering berdiskusi dengan teman kelompoknya. Adanya diskusi kelompok memotivasi semangat belajar siswa. Siswa mampu membangun dan mengembangkan pengetahuannya melalui ide-ide yang muncul pada dirinya yang kemudian dikomunikasikan. Dengan penggunaan model kooperatif tipe group investigation ini siswa akan terbiasa untuk mendengarkan pendapat teman dan mengemukakan pendapatnya sendiri. Hal ini merupakan salah satu proses penanaman nilai-nilai demokrasi dan sikap demokratis. Dengan membiasakan siswa dalam berkomunikasi maka secara tidak langsung guru pun telah menanamkan nilai demokrasi dalam siswa, sehingga terwujudlah sikap demokrasi siswa sejak dini.

SIMPULAN

Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan dimana pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu dengan bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan persoalan bersama dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik.

Penanaman nilai demokrasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation di sekolah dasar adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menanamkan nilai-nilai sila keempat pancasila melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Penanaman nilai demokrasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, mengasah kemampuan untuk berbicara, bersosial, dan merangsang rasa ingin tahu agar siswa mampu mengemukakan pendapat didepan umum. Selain itu, model pembelajaran kooperatif dengan tipe group investigation di sekolah dasar juga dapat mendorong siswa untuk berpikir dan berbicara secara kritis dan ilmiah serta dapat mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur sehingga siswa kedepannya bisa berfikir kritis agar siswa bisa menjalankan musyawarah mufakat sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 272

REFERENSI

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;

Harisantoso, John. 2005. Pendekatan kooperatif model group investigation suatu analisis pengantar. Edusaintek. Vol 1, No 1, P 1-8.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Primada Media;

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media.

Setiawan, Deny. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: Madenatera;

Mufti, Muslim et.al. 2013. Teori-Teori Demokrasi. Bandung: Pustaka Setia;

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan pelayaran memiliki 3.000 TEUs untuk salah satu rutenya, maka dapat dilihat yang paling efisien pada rute tersebut dengan jumlah

Argu-men: Hukum agama adl kebenaran dlm Quran, yaitu wahyu Allah & kesempurnaan moral di satu pihak, & di pihak lain akal budi sbg sumber ketajaman

Apakah selama bekerja, Anda memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kulit4. Jika “Ya”, gejala apa saja yang

Siti : Penting, kalau kita udah ada hubungan, udah, maksudnya udah nikah, itu harus setia sama suami, jangan, sebanyak rejeki kita, itu doa suami, itu, kalau kita mengkhianati

Secara kumulatif volume impor yang melalui Pelabuhan Gorontalo Januari-Maret 2015 adalah sebesar 4.609,4 ton dengan kontribusi impor terbesar adalah kelompok bahan bakar

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Dengan demikian, seseorang yang sedang melakukan bersiwak tidaklah hanya untuk membersihkan kotoran sisa-sisa makanan yang ada di mulut, akan tetapi ia juga

Tujuan : Membandingkan persentase pengurangan jumlah kuman oleh produk "X" dengan kontrol (Air), segera setelah pengepelan, lalu 120 menit setelah pengepelan, dan