LAPORAN KINERJA TAHUN 2016
KEDEPUTIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL DAN KEMANUSIAAN (IPSK)
i KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LKj) Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPSK-LIPI) tahun 2016 di susun sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas berbagai program kegiatan yang direncanakan dan telah dijalankan selama satu tahun anggaran dari lima satker yang ada di bawah koordinasi Kedeputian IPSK. Tersusunnya LKj ini menjadi media penyampaian pertanggungjawaban dan evaluasi atas pencapaian kinerja Kedeputian IPSK-LIPI selama satu tahun anggaran. Laporan Kinerja (LKj) secara umum menjelaskan berbagai aktivitas penelitian dan kelembagaan berdasar perencanaan yang disusun pada awal tahun anggaran 2016. Berdasarkan LKj 2016 kami berharap para pihak dapat lebih memahami kondisi, aktivitas dan capaian serta kontribusi akademis maupun rekomendasi dari civitas IPSK terhadap isu-isu sosial, ekonomi, politik dan kependudukan yang terjadi.
Laporan Kinerja Kedeputian IPSK tahun 2016 terdiri dari empat bagian.
Pertama, berisi tentang kondisi umum, kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi Kedeputian IPSK-LIPI. Kedua, penjelasan atas Rencana Strategis (Renstra) Kedeputian IPSK sebagai rujukan dan arah kebijakan kegiatan penelitian dan non- penelitian, serta perencanaan dan Perjanjian Kerja (PK) tahun 2016. Ketiga, menjelaskan capaian dari kegiatan penelitian dan non penelitian serta analisis keberhasilan dan hambatan yang dihadapi. Keempat, merupakan bagian penutup yang terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi untuk perbaikan kinerja lembaga kedepan.
Kami berharap Laporan Kinerja (LKj) ini dapat di gunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi dari program yang direncanakan dan di jalankan Kedeputian IPSK. Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam proses penyusunan laporan ini. Harapan kami tersususnya Laporan Kinerja (LKj) dapat bermanfaat bagi semua pihak baik di lingkungan LIPI maupun luar LIPI.
Jakarta, 1 Februari 2017 Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI
Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, MA NIP. 196302011987032001
ii DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Kondisi Umum Organisasi 2
1.2 Isu Strategis 7
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA 13
2.1 Umum 13
2.2 Rencana Strategis Tahun 2015-2019 13
2.3 Kebijakan 18
2.4 Strategi 18
2.5 Program dan Kegiatan 23
2.6 Perjanjian Kerja 2016 27
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA KEDEPUTIAN BIDANG IPSK-LIPI 2015
29
3.1 Capaian Kinerja Kedeputian IPSK 2015 29
3.2 Akuntabilitas Keuangan 75
BAB IV PENUTUP 83
4.1 Kesimpulan 85
4.2 Rekomendasi 87
iii RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja (LKj) 2016 adalah laporan tahun kedua dari Rencana Strategis (Renstra) Koordinatif IPSK 2015-2019. Ada yang berbeda dengan LKj 2016 dengan adanya penetapan arah kebijakan penelitian yang ―baru,‖ Kedeputian Bidang IPSK dengan fokus pada TRANSFORMASI SOSIAL ERA GLOBALISASI: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi. Fokus yang ingin dicapai oleh Kedeputian IPSK LIPI tersebut merupakan respon atas berbagai perubahan dan dinamika masyarakat di tengah arus global yang sedang mendunia. Arah kebijakan penelitian Kedeputian IPSK LIPI 2016-2019 merupakan arah baru sebagai hasil dari evaluasi atas renstra IPSK LIPI 2015-2019. Refocusing dilakukan terhadap seluruh program penelitian dan non-penelitian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peran ilmu-ilmu sosial kemanusian dalam menjawab tantangan bangsa.
Proses transisi dari Renstra Koordinatif (lama) ke Renstra Koordinatif Refocusing IPSK 2016-2019 turut memengaruhi capaian kinerja IPSK sejak 2016 dan utamanya pada tahun-tahun berikutnya. Perubahan Renstra dan juga ―pengurangan‖
anggaran DIPA menyebabkan target capaian kinerja IPSK 2016 tidak sama dengan target yang telah ditetapkan pada Renstra LIPI 2015-2019. Salah satu perubahan yang menonjol terjadi pada Kegiatan Global Village dan Laboratorium Sosial yang mengalami perubahan filosofi dan konseptual secara mendasar. Tata ulang filosofi, paradigma, dan konsep pada Program Global Village dan Laboratorium Sosial paling tidak memengaruhi sejumlah Sasaran Strategis (SS) yang telah ditetapkan, utamanya pada SS yang berkaitan dengan meningkatnya hasil penelitian yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya dan perlindungan lingkungan pada tingkat LIPI, karena terdapat perubahan kegiatan pada GV dan Labsos yang perubahannya sangat mendasar.
Kedeputian Bidang IPSK-LIPI terdiri dari 5 (lima) Satuan Kerja (Satker).
Walaupun dimensi indikator kinerja yang ditetapkan pada masing-masing satuan kerja lebih enekankan pada output sementara pada tingkat kedeputian lebih menitik beratkan pada hasil lanjutan (outcome), akuntabilitas kinerja lima satker tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan Kedeputian Bidang IPSK-LIPI dalam menjalankan tugas negara yang telah dirumuskan di dalam Renstra Koordinatif Kedeputian 2015-2019. Dalam rangka mewujudkan tujuan Kedeputian Bidang IPSK-
iv LIPI untuk menghasilkan karya-karya penelitian ilmu sosial dan kemanusiaan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat luas, telah ditetapkan 11 (sebelas) indikator kinerja utama Kedeputian IPSK yang mengacu pada 6 (enam) Indikator Kinerja Utama LIPI sebagai berikut:
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Kedeputian IPSK 1 Meningkatnya kontribusi LIPI
terhadap daya saing bangsa berbasis hasil penelitian
Jumlah buku yang diterbitkan dengan ISBN Jumlah sitasi dari publikasi
Jumlah hasil penelitian dan HKI bidang sosial dan kemanusiaan yang dimanfaatkan
Jumlah pengguna jasa LIPI 3 Meningkatnya rekomendasi
kebijakan berbasis hasil penelitian
Jumlah policy paper/ rekomendasi kebijakan/
keputusan yang dimanfaatkan 5 Meningkatnya hasil penelitian
yang berorientasi pada nilai tambah Sumber Daya dan perlindungan lingkungan
Jumlah potensi budaya (local wisdom) yang memiliki kotribusi pada keutuhan NKRI Jumlah konsep/model yang bernilai tambah 6 Meningkatnya jejaring dan
kerjasama ilmiah nasional dan internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan
Jumlah perjanjian kesepakatan kerjasama (PKK)
Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi/ pertemuan untuk internasional 7 Meningkatnya rujukan ilmiah
dan informasi iptek yang diakses masyarakat
Jumlah peserta pemasyarakatan IPTEK
8 Meningkatnya pengembangan kompetensi SDM penelitian Indonesia
Jumlah peneliti yang terindeks global
Sebagai tahun awal dari Renstra, pada tahun 2016, Kedeputian Bidang IPSK-LIPI telah cukup berhasil mencapai 11 IKU Kedeputian yang telah ditetapkan. Hampir semua capaian memenuhi target dan bahkan sebagian melampaui tingkat 100 persen.
Berikut ini akan diuraikan pencapaian IKP tersebut secara ringkas:
v Pertama, secara umum capaian kinerja IPSK dari yang ditargetkan pada awal tahun 2016 sebagaimana tercantum pada Dokumen Penetapan Kinerja IPSK, telah dilaksanakan dengan akumulasi capaian kinerja sebanyak 139 persen. Sebagain kegiatan awal dari seluruh rangkaian kegiatan lima tahun, pada Tahun 2016 ini IPSK capaian kinerja IPS telah melampaui target setiap tahun (rata-rata 20 persen) dari keseluruhan capaian kinerja IPSK 2015-2019. Walaupun demikian beberapa catatan perlu dikemukaan antara lain:
Jumlah buku yang diterbitkan dengan ISBN yang ditargetkan 51 judul, hanya terealisasi 46 judul (90 persen). Hal tersebut salah satunya akibat dari skema pemotongan anggaran yang dihadapi oleh setiap satker dan ketidakpastian penggunaan anggaran akibat kebijakan anggaran negara. Selain itu, ini juga dampak dari ketersediaan naskah yang dimiliki di setiap satuan kerja, dengan kendala tidak tersedianya dana penerbitan yang mencukupi.
Selain persoalan buku, pada capaian kinerja 2016 ini juga terlihat pada SS3, SS4 dan SS6, yang secara indikaotr kinerja kegiatan (IKK) tidak mencapai target seperti Jumlah policy paper/ rekomendasi kebijakan/ keputusan yang dimanfaatkan hanya 86 persen; Jumlah potensi budaya (local wisdom) yang memiliki kotribusi pada keutuhan NKRI hanya mencapai 87 persen; dan Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi/ pertemuan untuk internasional yang mencapai 79 persen.
Secara sekilas memang tampak menurun, tetapi dibandingkan dengan LKj 2015 tidak terlalu jauh berbeda, kisaran angka kinerjanya.
Secara umum, capaian kinerja IPSK 2016 berbeda dengan kinerja IPSK 2015 (126%), dengan capaian yang meningkat yaitu 139% dari akumulai persentase target dengan capaian yang dihasilkan.Realisasi sitasi juga cukup signifikan karena peneliti yang dikutip terus mengalami peningkatan jumlah, yang dibuktikan oleh data yang ada pada google scholar, dan jumlah peneliti IPSK yang terindeks global (Scopus, google scholar h indeks=3).
Sehubungan dengan target dalam renstra yang menjadi acuan adalah lima tahun (2015-2019), maka idealnya secara rata-rata tingkat capaian sampai tahun 2015 adalah 20 persen. Dengan demikian dapat dikatakan, realisasi kegiatan Kedeputian IPSK LIPI sudah berjalan pada jalur rencana strategi yang tepat. Hampir seluruh kegiatan telah mampu dicapai bahkan melampaui target lima tahun yang ditetapkan.
vi Kedeputian IPSK sebagai satuan kerja setingkat eselon 1 di lingkungan LIPI membawahi 5 (lima) Satker. Dalam menjalankan kegiatan penelitian dan perkantoran Satker yang ada di bawah Kedeputian IPSK mendapatkan alokasi anggaran DIPA sesuai pengusulan pada tahun anggaran sebelum tahun anggaran berjalan. Pada tahun anggaran 2016, Kedeputian IPSK secara total mendapatkan alokasi pagu anggaran sebesar Rp. 81.031.111.000,- (delapan puluh satu milyar tiga puluh juta serratus sebelas ribu rupiah). Jumlah pagu anggaran tahun 2016 tersebut dialokasikan bagi kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan lembaga, dimana setiap Satker mendapatkan alokasi pagu anggaran sesuai pengusulan yang telah direncanakan pada tahun sebelumnya. Secara umum pada tahun anggaran 2016, Kedeputian IPSK dapat menyerap anggaran per kuartal IV sebesar Rp. 75.848.264.325,- (tujuh puluh lima milyar delapan ratus empat puluh juta dua ratus enam puluh empat ribu tiga ratus dua puluh lima rupiah) atau 93,60 persen dari total pagu anggaran tahun 2016.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengantar
Tanggungjawab yang diemban oleh LIPI pada umumnya dan Kedeputian Bidang IPSK pada khususnya tidak saja terkait dengan upaya memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan masukan kebijakan kepada pemerintah, namun juga harus diwujudkan dalam bentuk manajemen keorganisasian yang sistematis. Sehubungan dengan itu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi-monitoring kegiatan didasarkan pada kapasitas sumberdaya dan timeline yang jelas dan terarah. Sistem manajemen itu tercermin dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP).
Melalui sistem AKIP, LIPI sebagai instansi pemerintah diwajibkan membuat Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK), serta laporan Pertanggungjawaban Kinerja. Sistem AKIP ini berorentasi pada hasil dan sekaligus menjadi suatu instrumen untuk mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel, yang dapat beroperasi secara efisien, efektif, transparan, dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan tantangan lingkungan. Dengan demikian, diharapkan tanggungjawab untuk memberikan manfaat kepada publik dapat lebih terukur dan meningkat.
Setiap tahun, sebagai bagian dari lembaga pemerintah, Kedeputian Bidang IPSK memiliki kewajiban melaporkan kinerjanya dalam bentuk Laporan Kinerja (LKj), yang dulu disebut sebagai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Penyusunan LKj didasarkan atas Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kerja, Laporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja ini merupakan bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang disusun oleh kedeputian bidang IPSK-LIPI dalam rangka menyajikan catatan kinerja selama tahun 2016. Laporan Kinerja ini dapat dijadikan parameter keberhasilan IPSK-LIPI dalam melaksanakan misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja tahunan 2016.
2 1.1.1 Kondisi Umum Organisasi
Kedeputian Bidang IPSK – LIPI merupakan salah satu dari lima (5) kedeputian yang berada di bawah LIPI. Kedeputian Bidang IPSK – LIPI terdiri dari lima (5) satuan kerja (satker), yaitu: (1) Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), (2) Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB), (3) Pusat Penelitian Kependudukan (PPK), (4) Pusat Penelitian Politik (P2P), dan (5) Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR)
Tugas pokok Kedeputian IPSK – LIPI adalah melaksanakan perumusan kebijakan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Selanjutnya, fungsi Kedeputian IPSK – LIPI adalah sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan, pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.
2. Pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.
3. Pelaksanaan tugas-tugas yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Berdasarkan fungsi kedeputian bidang IPSK di atas maka setiap satuan kerja di lingkungan kedeputian bidang IPSK-LIPI mempunyai fungsi di bidangnya, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis penelitian.
2. Pelayanan jasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
3. Tata Usaha.
Struktur Organisasi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI dibangun berdasarkan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI, yang kemudian disempurnakan melalui Keputusan Kepala LIPI Nomor 3212/M/2004, tentang Perubahan atas Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151/M/2001. Kedeputian bidang IPSK-LIPI dipimpin oleh seorang Deputi dengan dibantu oleh lima Kepala Pusat Penelitian yang berada di bawah Kedeputian (Lihat Skema 1). Masing-masing mempunyai tugas yang spesifik sesuai dengan core competence Satuan Kerja untuk menjawab berbagai permasalahan sosial dan kemanusian serta ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan nasional dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru bagi kebaikan umat manusia.
3 Skema 1
Pada tahun 2016, jumlah seluruh Sumber Daya Manusia atau pegawai di Kedeputian Bidang IPSK sebanyak 351 orang, terdiri dari 251 orang peneliti (72%) dan 100 orang non-peneliti (28%).
Gambar1. Perbandingan Jumlah Peneliti dan Non Peneliti IPSK
Sumber: Simpeg.bok.lipi.go.id, Juni 2016
Berdasarkan data terakhir yang diolah dari Simpeg LIPI per Juni 2016, dapat dilihat bahwa mayoritas pegawai IPSK telah menyelesaikan pendidikan hingga S2 sebanyak 138 orang (40%) diikuti pegawai dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 107 orang (30%). Sementara, pegawai yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan hingga S3 sebanyak 49 orang (14%).
DEPUTI BIDANG IPSK LIPI Dr. Tri Nuke Pujiastuti
Ketua Tim PME Dr. Cahyo Pamungkas
Pusat Penelitian Ekonomi Dr Agus Eko
Nugroho
Pusat Penelitian Kemasyakatan dan
Kebudayaaan Dr. Narti Purwaningsih
Pusat Penelitian Kependudukan
Dra. Haning Romdiati, MA
Pusat Penelitian
Politik Dr.Adriana Elizabeth, MA
Pusat Penelitian Sumberdaya
Regional Dr. Ganewati
Wuryandari
4 Sedangkan 57 orang (16%) pegawai IPSK telah menyelesaikan pendidikan D3 dan atau SLTA sederajat. Sementara dari sisi perbandingan jumlah peneliti dan non-peneliti di tingkat IPSK belum sepenuhnya ideal, dalam arti sesuai dengan ukuran perbandingan 3:1. Selain itu, hal ini juga mengabaikan kondisi peneliti dan non peneliti yang telah memasuki masa pensiun dalam waktu dekat.
Dilihat dari komposisi pegawai menurut jenis kelamin, jumlah pegawai laki-laki dan perempuan relatif seimbang yaitu 180 laki-laki (51%) dan 171 perempuan (49%). Di tingkat satuan kerja P2E, P2K, dan P2P perbandingan antara pegawai laki-laki dan perempuan relatif sama dengan perbandingan di tingkat IPSK. Di satuan kerja P2KK, perbandingan jumlah pegawai laki-laki dan perempuan paling tinggi dengan jumlah pegawai laki-laki 46 orang dan pegawai perempuan 37 orang. Sebaliknya di satuan kerja P2SDR jumlah pegawai perempuan lebih tinggi, yaitu 23 orang dibandingkan pegawai laki-kali yang berjumlah 19 orang (lihat gambar 8).
Gambar 2. Jumlah Pegawai IPSK Berdasarkan Usia
Sumber: Simpeg.bok.lipi.go.id, Juni 2016
Berdasarkan gambar 2, jumlah tertinggi pegawai IPSK baik peneliti maupun non peneliti berusia 51 tahun atau di atasnya adalah 42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di IPSK dalam lima tahun ke depan banyak yang memasuki masa pensiun terutama fungsional non peneliti. Sebaliknya pegawai dengan usia 41-50 tahun merupakan proporsi terendah di tingkat IPSK dengan persentase sebesar 12 persen.
5 Gambar 3. Jumlah Pegawai IPSK Berdasarkan Pendidikan
Sumber: Simpeg.bok.lipi.go.id, Juni 2016
Dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas pegawai IPSK telah menyelesaikan pendidikan hingga S2 sebanyak 138 orang (40%) diikuti pegawai dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 107 orang (30%). Sementara, pegawai yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan hingga S3 sebanyak 49 orang (14%). Sedangkan 57 orang (16%) pegawai IPSK telah menyelesaikan pendidikan D3 dan atau SLTA sederajat.
Gambar 4. Jumlah Pegawai IPSK Berdasarkan Golongan
Sumber: Simpeg.bok.lipi.go.id, Juni 2016
Dilihat dari komposisi jabatan fungsional peneliti, sebagian besar peneliti IPSK memiliki jabatan fungsional pada jenjang Peneliti Madya sebanyak 81 orang (32%). Pada posisi kedua sebanyak 51 orang (20%) peneliti IPSK memiliki jabatan fungsional sebagai Peneliti Muda
6 diikuti oleh peneliti dengan jabatan fungsional sebagai Peneliti Utama sebanyak 47 orang (19%). Kedeputian IPSK telah memiliki peneliti dengan jabatan fungsional Profesor Riset sebanyak 16 orang (6%). Sementara 17 orang (7%) memiliki jabatan fungsional sebagai Peneliti Pertama. Sedangkan sebanyak 39 orang (16%) peneliti IPSK mememiliki jabatan fungsional sebagai pengolah data IPSK/Kandidat peneliti yang berasal dari proses perekrutan tahun 2014-2015.
Untuk memenuhi jumlah ideal peneliti di masing-masing satuan kerja di lingkungan Kedeputian IPSK, setiap satuan kerja melakukan evaluasi secara berkala sehingga dapat melakukan pengajuan formasi peneliti baru berdasarkan kebutuhan, baik yang dilakukan melalui mekanisme perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan atau pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Selain itu, mengikuti kebutuhan akan peningkatan kompetensi SDM yang selalu bergerak dinamis seiring dengan perubahan internal dan eksternal, evaluasi berkala juga dilakukan untuk memetakan kebutuhan peneliti di setiap jenjang fungsional peneliti. Proses pembinaan dan kaderisasi jenjang fungsional peneliti dilakukan tidak hanya menjaga kesinambungan kepakaran yang sudah dibangun sejak lama di setiap kelompok peneliti (Kelti) dalam bentuk kegiatan-kegiatan penelitian maupun kegiatan ilmiah lain di level nasional maupun internasional. Hal ini untuk merespon secara cepat perkembangan ilmu pengetahun sosial dan kemanusiaan di dalam menjawab dinamika dan permasalahan masyarakat dunia yang semakin kompleks.
Sebagai lembaga riset nasional, LIPI memosisikan pegawai non peneliti memiliki tugas utama untuk mendukung tugas dan fungsi kegiatan penelitian. Pegawai non peneliti selalu dituntut profesional dalam melakukan tugas-tugasnya untuk mendukung pengembangan Kedeputian IPSK sebagai lembaga riset di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan. Jumlah ideal yang dibutuhkan untuk pegawai non peneliti di setiap satuan kerja adalah 22 orang hingga tahun 2019 dengan komposisi sebagai berikut:
a. Pranata Perencana : 2 orang
b. Arsiparis : 3 orang
c. Analis Kepegawaian : 3 orang
d. Pranata Humas : 3 orang
e. Pranata Komputer : 3 orang
f. Pustakawan : 2 orang
g. BMN : 2 orang
h. Bendahara : 2 orang
7 i. Pengelola Administrasi Keuangan : 1 orang
j. Pengelola Jurnal : 1 orang
Dilihat dari jumlah pegawai non peneliti di Kedeputian IPSK saat ini, pegawai dengan fungsional staf administrasi merupakan pegawai terbanyak, yaitu 61 orang (61%) diikuti oleh pranata humas dengan jumlah 17 orang (17%). Sementara, jumlah pegawai dengan fungsional Analis Kepegawaian 8 orang (8%), pegawai dengan fungsional Pustakawan sebanyak 7 orang (7%), pegawai dengan fungsional Pranata Komputer sebanyak 4 orang (4%), fungsional arsiparis sebanyak 3 orang (3%), pranata perencana sebanyak 1 orang (1%) (lihat gambar 12).
Komposisi ini tidak seimbang dengan kondisi ideal yang dicanangkan oleh Kedeputian IPSK dikarenakan pegawai non peneliti terkonsetrasi pada satu fungsional, yaitu staf administrasi. Di tingkat satuan kerja, komposisi pegawai non peneliti di P2KK, P2E, P2K, dan P2P dilihat dari jumlahnya mendekati posisi ideal. Namun, sebagaimana di tingkat Kedeputian IPSK, komposisi pegawai non peneliti terkonsetrasi di fungsional staf administrasi. Sementara di satuan kerja P2SDR jumlah pegawai non peneliti berjumlah 8 orang jauh dari jumlah ideal yang dicanangkan. Hal ini terjadi dikarenakan satuan kerja P2SDR relatif muda yang baru berdiri sejak tahun 2001. Oleh karenanya, setiap satuan kerja merencanakan jumlah pegawai non peneliti disesuaikan dengan kebutuhan satuan kerja yang merujuk pada jumlah dan persebaran fungsional yang merata sesuai komposisi ideal yang ditetapkan oleh Kedeputian IPSK serta disesuaikan dengan jumlah peneliti yang ada.
I.2. Isu Strategis
Sebagai salah satu kedeputian dalam struktur Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) terus melakukan pembenahan dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan yang selaras dengan visi nasional dan visi LIPI. Kedeputian IPSK-LIPI memiliki tiga visi utama, yaitu:
(1)Menghasilkan temuan-temuan penelitian yang menjadi rujukan pengembangan ilmu sosial dan kemanusiaan; (2) Menghasilkan pemikiran dalam bidang sosial dan kemanusiaan yang berkontribusi dalam prosesperumusan kebijakan dan pemberdayaan masyarakat; dan (3) Memperkuatperan IPSK sebagai rujukan dan jembatan aktivitas ilmiah dalam bidang sosial dan kemanusiaan pada tingkat nasional dan internasional.
Ketiga visi utama tersebut selaras dengan visi Pemerintahan Joko Widodo-Juf Kalla yang berjudul ―Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
8 Berkepribadian.‖ Visi tersebut diinpirasi oleh Trisaksi Bung Karno dan dipayungi secara ideologis oleh Pancasila 1 Juni 1945. Trisakti akan diwujudkan dalam tiga bidang yaitu: (1) Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, Kedaulatan rakyat menjadi karakter, nilai dan semangat yang dibangun melalui gotong royong dan persatuan bangsa; (2) Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di dalam pengelolaan keuangan Negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional; dan (3) Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan kegotong- royongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan.
Selain Trisakti, juga terdapat Sembilan (9) agenda prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu: (1) Negara hadir untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; (2) Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan; (4) Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
(6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; (7) Mewujudkan ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8) Revolusi karakter bangsa; dan (9) Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Komitmen untuk mengembangkan great science dalam bidang sosial dan kemanusiaan, serta seiring dengan arah kebijakan pemerintahan yang baru, Kedeputian IPSK telah menetapkan arah kebijakan penelitian yang ―baru,‖ dengan fokus pada TRANSFORMASI SOSIAL ERA GLOBALISASI: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi. Fokus yang ingin dicapai oleh Kedeputian IPSK LIPI tersebut merupakan respon atas berbagai perubahan dan dinamika masyarakat di tengah arus global yang sedang mendunia. Arah kebijakan penelitian Kedeputian IPSK LIPI 2016-2019 merupakan arah baru sebagai hasil dari evaluasi atas renstra IPSK LIPI 2015- 2019. Refocusing dilakukan terhadap seluruh program penelitian dan non-penelitian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peran ilmu-ilmu sosial kemanusian dalam menjawab tantangan bangsa. Arah baru kebijakan penelitian Kedepuitan IPSK LIPI 2016-2019 juga
9 telah menetapkan empat tipe penelitian yang menjadi flagship Kedeputian IPSK 2016-2019 yaitu riset dasar, riset terapan (applied research), riset pengembangan (advance research), dan kajian aktual strategis (strategic isu). Keempat tipe penelitian tersebut dikembangkan oleh IPSK dalam rangka terciptanya flagship masing-masing Satuan Kerja. Secara akumulatif, capaian flagship tersebut dalam jangka panjang akan mendukung capaian flagship Kedeputian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (PSK).
Penetapan fokus kajian IPSK 2016-2019 pada TRANSFORMASI SOSIAL ERA GLOBALISASI: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi, didasari oleh perkembangan isu-isu strategis di tingkat nasional, regional, dan global. Indonesia saat ini berada dalam era globalisasi ditandai dengan pergerakan orang, barang, modal, dan pengetahuan semakin besar dan semakin cepat, melintasi batas-batas wilayah dan negara. Hal tersebut difasilitasi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi, yang membuat jarak semakin pendek, sehingga batas-batas negara perlu pemaknaan kembali. Dalam Future Shock, Alvin Toffler (1970) menggambarkan terjadinya berbagai perubahan besar dan mendalam akibat kemajuan ilmu dan teknologi. Jika peradaban gelombang pertama ditandai oleh penemuan pertanian, dan gelombang kedua oleh revolusi industri, dalam The Third Wave, Toffler (1980) memperlihatkan bagaimana berbagai perubahan akibat akselerasi teknologi ini kemudian menjelma menjadi peradaban baru yang disebutnya sebagai gelombang ketiga.
Globalisasi menciptakan pemenang dan pecundang. Apa yang bisa dilakukan untuk mengambil manfaat dan memanfaatkan peluang sekaligus melindungi diri dari resiko globalisasi? Dalam bidang ekonomi, arus investasi melewati batas negara atau kawasan penting untuk menggerakkan perekonomian negara-negara sedang berkembang, namun pada sisi lain juga membawa resiko. Dengan sistem ekonomi dan keuangan yang semakin terintegrasi, krisis di suatu negara dapat menular ke negara lain dengan mudah, seperti Krisis Asia tahun 1990-an dan krisis keuangan global tahun 2000-an.
Kemudahan untuk bergerak melewati batas-batas negara juga meningkatkan resiko yang berupa kejahatan transnasional,sepertidrugs dan human trafficking yang merupakan masalah besar di Asia. Untuk mengantisipasi hal tersebut,diperlukan tidak hanya pendekatan keamanan baru, namun juga manajemen perbatasan. Pergerakan orang lintas batas negara dan munculnya kelompok-kelompok diaspora juga memungkinkan munculnya gesekan atau konflik sosial, akibat identitas atau budaya yang berbeda, yang perlu untuk dipahami.
Demikian juga pengelolan masyarakat multibudaya merupakan tantangan yang terus berkembang karena semakin masyarakat semakin dinamis dan komplek.
10 Seiring dengan integrasi ekonomi yang semakin dalam dan pergerakan modal yang semakin cepat, muncul tantangan tentang keberlanjutan lingkungan. Nilai-nilai tentang keberlanjutan lingkungan tidak lagi dapat dipertahankan hanya dalam skala lokal, namun harus diperjuangkan dalam arena global. Pengembangan energi terbarukan yang diputuskan oleh Uni Eropa dan Amerika, misalnya, dengan cepat memicu ekspansi perkebunan jagung, sawit, tebu dan tanaman-tanaman untuk biomass yang lain di berbagai wilayah dunia. Dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam skala global, upaya mendesakkan keberlanjutan lingkungan dan sosial perlu dilakukan pada arena lokal, nasional dan global.
Saling silang dan negosiasi beragam aktor dalam berbagai arena tersebut menghasilkan pilihan atas nilai keberlanjutan lingkungan dan sosial yang ingin dikembangkan, namun juga menjadi komoditas politik ekonomi perdagangan antar negara.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadikan penyebaran berbagai ide dan pengetahuan semakin mudah. Penyebaran paham radikal kelompok garis keras yang mengatasnamakan agama atau ketimpangan ekonomi melalui website dan media-media sosial menjadi hal yang begitu mudah bisa dilakukan. Namun, pemblokiran situs-situs yang dianggap radikal juga bisa menular pada pemasungan kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat. Pemahaman secara kritis terhadap isu terorisme yang tengah berkembang saat ini, termasuk penyebarannya, diperlukan agar tidak memberi justifikasi baru untuk mengekang ekpresi keagamaan ataupun melakukan intervensi ke dalam batas negara lain.
Untuk menjawab berbagai tantangan dan persoalan dalam globalisasi tersebut, diperlukan model transformasi sosial yang mampu mengarahkan Indonesia lebih baik. Dalam merespons perubahan yang semakin cepat, masyarakat dan negara perlu mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Transformasi sosial diperlukan supaya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan untuk berkompetisi dan beradaptasi dengan arus globalisasi.
Selama ini transformasi sosial di negara berkembang banyak mengikuti model dari negara- negara industri yang sudah terbukti tidak berkelanjutan, sehingga perlu dicari model transformasi yang baru (Korten 1981:609).
Transformasi sosial ini tidak hanya berkaitan dengan perubahan struktur sosial, namun juga perubahan nilai (Alfian 1986:vii). Perubahan sosial yang diharapkan tidak hanya menyangkut kualitas struktur sosial, namun juga kondusif bagi pengembangan tata nilai baru, pandangan dan sikap-sikap dan perilaku baru, cara-cara serta pranata baru yang ada di masyarakat secara berkesinambungan.
Dalam model transformasi ini, diharapkan masyarakat menjadi subyek, bukan obyek, perubahan. Dengan demikian di dalam konsep transformasi, masyarakat dilibatkan secara
11 aktif untuk berpartisipasi di dalam menyusun dan melakukan perubahan. Keterlibatan masyarakat ini penting karena transformasi terjadi ketika masyarakat membuat perubahan, dan ada proses penyesuaian yang dilakukan masyarakat terhadap perubahan yang terjadi.
Untuk itu maka diperlukan saluran perubahan, yang berfungsi agar perubahan itu dikenal, diterima dan diakui oleh masyarakat, sehingga dapat terjadi pelembagaan (institusionalisasi) terhadap perubahan.
Mengacu pada tema payung Kedeputian IPSK 2016-2019 ―Transformasi Sosial Era Globalisasi: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi‖ kegiatan kompetensi inti setiap Satker diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan rekomendasi kebijakan strategis.
Dalam mendukung/mencapai tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan rekomendasi kebijakan strategis, setiap Satker di bawah Kedeputian IPSK telah merumuskan dan menetapkan tema payung (flagship) sesuai dengan kekuatan keilmuan masing-masing Satker.
Berdasar pada kekuatan kelimuan masing-masing Satker maka setiap Satker menetapkan tema payung (flagship) sehingga memberikan ciri/identitas ilmu sosial humaniora. Berbagai isu strategis yang menjadi kekuatan Satker berdasar kekuatan keilmuan yang ada meliputi aspek dinamika sosial, budaya, ekonomi dan politik keamanan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional menjadi penting sebagai upaya menegaskan identitas Kedeputian IPSK.
12
13 BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Umum
Kedeputian Bidang IPSK merupakan satu dari lima kedeputian di LIPI. Berdasarkan Perka LIPI No. 1 Tahun 2014 Pasal 273, Kedeputian Bidang IPSK mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian IPSK. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kedeputian IPSK menyelenggarakan fungsi (a) perumusan kebijakan, pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang IPSK; (b) pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan di bidang penelitian IPSK; (c) pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala LIPI.
Dalam rangka mencapai tujuan serta melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, disusun suatu perencanaan dan perjanjian kinerja yang merupakan komitmen kuat dari segenap elemen dalam lingkup Kedeputian Bidang IPSK. Perencanaan dibuat agar tujuan dan sasaran organisasi tercapai dengan baik. Target capaian tersebut bisa terlaksana apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, serta ketersediaan sarana prasarana dan anggaran untuk melaksanakan program.
2.2. Rencana Strategis Tahun2015-2019
Rencana Strategis (Renstra)merupakansebuah dokumen yang dijadikan acuan untuk menentukan arah organisasi dalam periode 5 tahun kedepan, memberi cara mencapai tujuan organisasi, serta mengevaluasi apakah jalannya organisasi telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Sebagai sebuah unit kerja eselon I, Renstra Kedeputian Bidang IPSK bersifat koordinatif. Hal ini disebabkan implementasi kegiatan berada pada satuan kerja di bawahnya, yaitu Pusat Penelitian Politik (P2P), Pusat Penelitian Kependudukan (P2K), Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK), Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), dan Pusat Penelitian Sumberdaya Regional (PSDR). Dokumen Renstra Koordinatif IPSK Tahun2015- 2019 merupakan dokumen strategis yang berkelanjutan dan menjadi pedoman utama dalam upaya mewujudkan rencana program dan kegiatan seluruh satuan kerja dibawahnya serta mewujudkan Visi dan Misi LIPI.
Meskipun Kedeputian Bidang IPSK telah berusaha dengan optimal masih ada beberapa persoalan yang belum terselesaikan, antara lain: pertama, belum adanya ―branding”
IPSK sebagai ikon dalam pengembangan ilmu pengetahuan sosial-kemanusiaan. Karena itu
14 diperlukan revitalisasi IPSK pada tahun 2016. Kedua, perkembangan lima pusat penelitian di lingkungan kedeputian IPSK belum sepenuhnya dalam kerangka dan standar yang setara.
Ketiga, kebutuhan revitalisasi IPSK dimulai melalui refocusing topik penelitian di tingkat Satuan Kerja (Satker) menjadi flagship Satker. Keempat, dari flagship Satker itu diharapkan dapat disusun tema besar (identitas) penelitian IPSK-LIPI lima tahun mendatang.
Kedeputian IPSKmenekankan pentingnya reorientasi dan memfokuskan kembali kebijakan penelitian, serta mengoptimalkan kekuatan peneliti dan non-penelitinya. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi tingginya tuntutan perubahan atas dinamika sosial, budaya, ekonomi dan politik keamanan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. Penguatan kompetensi Satker merupakan prioritas yang diharapkan membawa perubahan IPSK agar memiliki peran yang lebih nyata.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, Kedeputian IPSK memandang perlu untuk me-review, merevisi, dan memfokuskan kembali Renstra Koordinatif IPSK 2016-2019.
Proses ini dilakukan Tim PME Kedeputian IPSK yang melibatkan Tim Review Kedeputian IPSK dan seluruh Satker melalui rangkaian Rapat Kerja (Raker) Kedeputian IPSK 2016, termasuk proses pra-Raker dan proses pasca-Raker. Hasil perumusan dari Raker IPSK ini kemudian dijadikan dasar rujukan penyusunan Renstra Koordinatif (Revisi) Kedeputian IPSK 2015 – 2019 (hasil rumusan Raker IPSK 2016 dapat dilihat pada lampiran). Inti dari memfokuskan kembali Renstra Koordinatif ini adalah untuk memberikan arahan pada kerangka regulasi dan kebijakan di kedeputian bidang IPSK yakni pada tema besar
―Transformasi Sosial Era Globalisasi: menuju penguatan demokrasi, daya saing ekonomi dan penduduk, dan identitas budaya.‖ Diharapkan dengan Renstra hasil refocusing, kontribusi IPSK pada pengembangan ilmu-ilmu sosial dan pada perumusan kebijakan pemerintah akan meningkat pada masa mendatang.
2.2.1. Visi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI
Visi Kedeputian Bidang IPSK merujuk kepada visi nasional dan juga visi LIPI. Visi pembangunan nasional sesuai dengan UU RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 ialah menuju Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. RPJPN ini dibagi menjadi 4 tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu RPJMN I (2005-2009), RPJMN II (2010-2014), RPJMN III (2015-2019), RPJMN IV (2020-2024). Sementara itu, visi nasional dalam RPJMN III (2015-2019) berbunyi:
15
"memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi."
Dalam upaya mencapai visi jangka panjang tersebut, dan sejalan dengan Visi Pembangunan 2015-2019, LIPI menetapkan Visi tahun 2015-2019, sebagai berikut:
Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perekonomian melalui pengelolaan SDA berkelanjutan dan mencerdaskan masyarakat.
Visi tersebut kemudian diadopsi ke dalam visi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI sebagai berikut:
Menjadi lembaga penelitian berkelas dunia dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa dan masyarakat global.
2.2.2. Misi Kedeputian Bidang IPSK-LIPI
Untuk mencapai visi besar tersebut di atas, Kedeputian IPSK - LIPI menyusun tiga visi utama yaitu:
• Menghasilkan temuan-temuan penelitian yang menjadi rujukan pengembangan ilmu sosial dan kemanusiaan.
• Menghasilkan pemikiran dalam bidang sosial dan kemanusiaan yang berkontribusi dalam proses perumusan kebijakan dan pemberdayaan masyarakat.
• Memperkuat peran IPSK sebagai rujukan dan jembatan aktivitas ilmiah dalam bidang sosial dan kemanusiaan pada level nasional dan internasional.
2.2.3. Tujuan Kedeputian Bidang IPSK-LIPI
Tujuan mencerminkan capaian yang akan dicapai dalam 5 tahun mendatang. Tujuan Kedeputian IPSK LIPI 2015-2019 adalah:
1. Dihasilkannya penelitian yang berkualitas dan terdepan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.
2. Berkontribusi terhadap pemecahan persoalan dalam lingkup nasional, regional dan global.
16 3. Membangun kapasitas untuk menjadi lembaga yang memiliki otoritas keilmuwan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan serta membangun komunitas ilmiah pada tingkat nasional, regional dan global dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan.
2.2.4. Sasaran Kedeputian Bidang IPSK-LIPI Sasaran tujuan 1 adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya jumlah publikasi ilmiah nasional dan internasional.
b. Meningkatnya sitasi/kutipan.
c. Meningkatnya aktivitas ilmiah pada tingkat nasional dan internasional.
Sasaran tujuan 2 adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya permintaan jasa kepakaran.
b. Meningkatnya jumlah naskah kebijakan.
c. Meningkatnya jumlah rumusan dan model hasil penelitian yang diimplementasikan oleh pemangku kepentingan.
Sasaran tujuan 3 adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya jumlah kerjasama penelitian.
b. Meningkatnya jumlah publikasi bersama.
c. Menjadi tuan rumah seminar internasional.
d. Meningkatnya pertukaran peneliti.
e. Menguatnya peran menjadi focal point.
f. Meningkatnya partisipasi dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional.
g. Meningkatnya keanggotaan dalam organisasi ilmiah nasional dan internasional.
h.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka Indikator Kinerja IPSK LIPI dalam kaitannya dengan sasaran, dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah publikasi ilmiah nasional dan internasional, yang diukur dari:
■ Jumlah buku ilmiah yang diterbitkan oleh penerbit nasional/internasional
■ Jumlah tulisan ilmiah dalam jurnal nasional/internasional
■ Jumlah prosiding yang diterbitkan oleh penerbit nasional/internasional 2. Meningkatnya sitasi/kutipan, yang diukur dari:
■ Jumlah sitasi peneliti LIPI yang dikutip dalam tulisan ilmiah
3. Meningkatnya aktivitas ilmiah pada tingkat nasional dan internasional, yang diukur dari:
17
■ Jumlah seminar nasional/internasional yang diselenggarakan
■ Jumlah workshop nasional/internasional yang diselenggarakan
■ Diseminasi dalam bentuk penerbitan jurnal nasional/internasional yang terakreditasi
4. Meningkatnya permintaan jasa kepakaran, yang diukur dari:
■ Jumlah profesor riset.
■ Jumlah SDM berpendidikan S2, S3
■ Jumlah peneliti/pakar yang menjadi narasumber.
■ Jumlah lembaga yang memanfaatkan jasa peneliti.
5. Meningkatnya jumlah naskah kebijakan, yang diukur dari:
■ Jumlah konsep kebijakan (timbangan ilmiah, policy paper) di bidang sosial kemanusiaan (ekonomi, sosial, budaya, politik, kependudukan) yang dipakai penyelenggara Negara.
6. Meningkatnya rumusan dan model hasil penelitian yang diimplementasi oleh pemangku kepentingan, yang diukur dari:
■ Jumlah rumusan dan model hasil penelitian yang diterapkan pemangku kepentingan
7. Meningkatnya jumlah kerjasama penelitian, yang diukur dari:
■ Jumlah kesepakatan kerjasama (MoU) yang ditandatangani
■ Jumlah kerjasama penelitian yang berlandaskan kesepakatan (MoU) terlaksana
8. Meningkatnya jumlah publikasi bersama, yang diukur dari:
■ Jumlah tulisan ilmiah bersama yang diterbitkan 9. Menjadi tuan rumah seminar internasional, yang diukur dari:
■ Jumlah seminar internasional yang terselenggara 10. Meningkatnya pertukaran peneliti, yang diukur dari:
■ Jumlah peneliti yang menjadi fellowship
11. Menguatnya peran menjadi focal point, yang diukur dari:
■ Jumlah kehadiran sebagai delegasi RI
■ Jumlah saran/masukan untuk delegasi Indonesia
■ Jumlah pertemuan koordinasi dengan instansi terkait
■ Jumlah lembaga yang diperani
12. Meningkatnya partisipasi dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, yang diukur dari:
18
■ Jumlah peneliti yang terlibat aktif dalam pertemuan ilmiah nasional/internasional;
13. Meningkatnya keanggotaan dalam organisasi ilmiah nasional dan internasional, yang diukur dari:
■ Jumlah peneliti yang menjadi anggota organisasi ilmiah
■ Jumlah organisasi ilmiah yang diikuti.
2.3. Kebijakan
Tujuan dan sasaran di atas akan dapat dapat dicapai apabila ada kebijakan dan program yang didukung dengan anggaran yang baik. Secara umum kebijakan Kedeputian Bidang IPSK pada upaya peningkatan kualitas hasil-hasil bidang sosial dan kemanusiaan.Dalam pelaksanaannya, kebijakan yang dibuat merupakan perwujudan dari visi dan misi berkaitan dengan perbaikan arah dan manajemen penelitian, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan kinerja, dan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Hal tersebut akan dicapai terutama melalui:
a. Refocusing penelitian di Kedeputian IPSK sehingga lebih mampu menjawab tantangan dan persoalan dalam tataran lokal, nasional dan global, serta pengembangan keilmuan.
b. Peningkatan pembinaan fungsional peneliti dan non peneliti
c. Mendesain fungsi Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian supaya lebih efektif dan optimal.
d. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana untuk staf peneliti dan staf administrasi.
2.4. Strategi
Guna menjalankan kebijakan-kebijakan yang sudah diuraikan diatas, strategi yang diterapkan Kedeputian Bidang IPSK untuk mencapai tujuan dan sasaran, adalah sebagai berikut:
a. Membuat refocusing arah penelitian, baik pada level kedeputian maupun pada level satuan kerja (pusat penelitian) di bawahnya
b. Menyusun rencana penelitian jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan staf peneliti sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
c. Mengembangkan penelitian-penelitian frontiers dan terapan.
d. Mengembangkan program-program penelitian kerjasama.
19 e. Mengembangkan bentuk-bentuk penghargaan yang mendorong staf peneliti
melakukan kegiatan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah yang bermutu.
f. Mengadakan pertemuan secara berkala antara pimpinan dan staf peneliti untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan ilmu dan kelembagaan.
g. Mendorong agar peneliti mempertanggung-jawabkan mutu hasil penelitian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
h. Memberi peluang kepada staf peneliti untuk studi lanjut S-2 dan S-3 di luar dan dalam negeri.
i. Meningkatkan penguasaan metodologi penelitian, kualitas analisis dan penulisan hasil penelitian di kalangan staf peneliti.
j. Meningkatkan dan merintis kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian di luar dan di dalam negeri dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
k. Meningkatkan kemampuan bahasa asing peneliti baik lisan maupun tulisan, melalui kursus bahasa asing.
l. Mengembangkan website IPSK dan website puslit-puslit di bawahnya.
m. Mengembangkan jurnal-jurnal ilmiah sebagai media hasil penelitian staf peneliti dan karya ilmiah yang dihasilkan kelompok-kelompok studi.
n. Meningkatkan profesionalitas staf administrasi, melalui kerjasama dengan instansi/lembaga kursus-kursus dengan pelatihan dalam bidang perpustakaan, komputer, kepegawaian dan keuangan.
o. Memberlakukan sistem reward dan punishment yang adil dan transparan p. Meningkatkan kesejahteraan staf peneliti dan staf administrasi
q. Menata ruang kerja, ruang seminar/diskusi, perpustakaan dan komputer untuk pimpinan, staf peneliti dan staf administrasi sesuai dengan kebutuhan standar minimal.
r. Melakukan sosialisasi kegiatan Kedeputian IPSK-LIPI kepada mitra dan calon mitra kerjasama termasuk para pemangku kepentingan.
s. Mengembangkan kelembagaan mencakup publikasi ilmiah elektronik dan non- elektronik serta mewujudkan pangkalan data sesuai dengan kompetensi inti di lingkungan Kedeputian Bidang IPSK.
Sementara itu, untuk mencapai fokus Kedeputian Bidang IPSK yang baru (2016-2019), IPSK LIPI telah menetapkan refocusing seluruh program penelitian dan non-penelitiannya. Salah satu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari reformulasi renstra Kedeputian Bidang IPSK
20 yang baru adalah strategi apa yang akan dilakukan oleh IPSK untuk dapat mencapai atau meningkatkan target penelitiannya. Dalam kaitan itu, mengacu pada Renstra LIPI bahwa penelitian harus mampu memenuhi indikator Kerja Utama (IKU) yang telah disepakati sebagai ukuran. IKU tersebut telah di SK-kan oleh Kedeputian IPSK pada 2016. Selain itu, Kedeputian IPSK juga menerapkan pencapaian penelitiannya melalui bagaimana setiap jenis penelitian dapat menerjemahkan Level Kesiapaan Teknologi (Technological Readiness Level (TRL), yang juga diadopsi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek). Dalam mencapai IKU di satu sisi, dan TRL di sisi lain, setiap satuan kerja akan membangun flagship yang berbasis Indikator Kerja Utama (IKU).
Dalam mencapai tujuan dan peran IPSK sesuai dengan kerangka besar RPJMN, Sasaran Srategis LIPI, riset ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan pada Kedeputian IPSK LIKI menetapkan empattipe penelitian yang menjadi flagship-nya, yaitu riset dasar, riset terapan (applied research), riset pengembangan (advance research), dan kajian aktual strategis (strategic isu). Khusus mengenai riset pengembangan (advance research), IPSK LIPI menerapkan dua program yaitu pertama Global Village: Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Menjawab Tantangan Global; dan Laboratorium Sosial (Labsos).
Keempat tipe penelitian tersebut dikembangkan oleh IPSK dalam rangka terciptanya flagship masing-masing Satuan Kerja. Secara akumulatif, capaian flagship tersebut dalam jangka panjang akan mendukung capaian flagship Kedeputian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (PSK). Keempat tipe riset yang dikembangkan tersebut memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Secara garis besar perbedaannya digambarkan sebagai berikut:
Tipe
Penelitan Pengertian Pendekatan Output IKU
Penelitian Dasar
Penelitian ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan untuk pengembangan kompetensi inti/dasar (core comptence) para peneliti IPSK
Riset Dasar Sumbangan keilmuan
Keahlian dasar para peneliti IPSK
Manuskrip
Laporan penelitian
Artikel jurnal
Working Paper
Buku Penelitian
Terapan
Penelitian ilmiah yang bertujuan untuk menghasilkan
Terapan Sumbangan untuk
menyelesaikan
Model
Policy Paper
Policy Brief
21 rekomendasi kebijakan,
dalam rangka menyelesaikan persoalan yang berkembang di masyarakat
masalah (problem solving)
Naskah Akademik
Timbangan Ilmiah
Penelitian Pengembangan Frontier
Research
Penelitian yang
memiliki potensi untuk memberikan kontribusi penemuan
teori/paradigma/perspek tif/metodologi baru yang bisa membantu memecahkan masalah- masalah sosial
kemanusiaan dalam jangka panjang
Out of the box dan/atau pendekatan khusus yang bersifat frontier
Penemuan baru/reformula si/diskursus/pe rspektif baru/model/
teori/metoda
Intervensi jangka pendek:
model, skenario, policy
brief/kebijakan
Intervensi jangka menengah/
panjang: Teori, Paradigma, Proposisi, Diskursus, Metode Baru Laboratori
um Sosial
Penelitian sosial yang dilakukan untuk
menguji model, konsep, teori, proposisi,
skenario, sehingga menjadi model, konsep, teori, proposisi,
skenario yang terbukti (proven).
Pengembang an (advance)
Uji model, konsep, teori, proposisi, skenario
Laporan Uji:
model,
konsep,
teori,
proposisi,
skenario
Kajian Aktual Strategis
Kajian aktual strategis berisi dua yaitu:
1. Penelitian terhadap
Terapan Sumbangan untuk
menyelesaikan
Skenario Penyelesaian Masalah
22 (Strategic
Isue)
masalah-masalah lama yang belum terselesaikan (unresolved problems) dan berdampak jangka panjang bagi sebuah negara.
2. Penelitian terhadap isu-isu baru dan strategis yang berkembang sesuai dengan situasi dan dinamika social, politik, ekonomi, dan budaya baik dalam konteks domestik, global dan internasional.
masalah (problem solving
Dari keempat kategori riset yang dilakukan oleh IPSK, apabila dihubungkan dengan konsep TRL, tingkat TRL riset-riset ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan meliputi level 1 hingga 9, dengan perincian sebagai berikut:
TRL Definisi
9 Hasil labsos dan frontier research yang dimanfaatkan oleh user (stakeholder dan masyarakat)
8
7 Bukti Uji Pengujian Final (Laboratorium Sosial) 6 Bukti Uji Pengujian Awal (Laboratorium Sosial) 5 Frontier Research (Academic Insight, Teori)
4 Laboratorium Ilmu Sosial (Uji Model/Konsep/Proposisi) 3 1. Frontier Research (mencari posisi frontier research)
2. Riset strategic issue
23 3. Problem solving
2
Riset Terapan (model/policy brief/kebijakan/timbangan kebijakan) Kajian Aktual Strategis (model/policy brief/kebijakan/timbangan kebijakan)
1 Riset Dasar (Publikasi ilmiah buku, jurnal ilmiah nasional dan internasional)
2.5.Program dan Kegiatan 2.5.1. Penelitian Kompetensi Inti
Mengacu pada tema payung Kedeputian IPSK 2016-2019 ―Transformasi Sosial Era Globalisasi: Penguatan Demokrasi dan Identitas Budaya serta Daya Saing Penduduk dan Ekonomi‖ kegiatan kompetensi inti setiap Satker diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan rekomendasi kebijakan strategis.
Dalam mendukung/mencapai tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan rekomendasi kebijakan strategis, setiap Satker di bawah Kedeputian IPSK telah merumuskan dan menetapkan tema payung (flagship) sesuai dengan kekuatan keilmuan masing-masing Satker.
Berdasar pada kekuatan kelimuan masing-masing Satker maka setiap Satker menetapkan tema payung (flagship) sehingga memberikan ciri/identitas ilmu sosial humaniora. Berbagai isu strategis yang menjadi kekuatan Satker berdasar kekuatan keilmuan yang ada meliputi aspek dinamika sosial, budaya, ekonomi dan politik keamanan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional menjadi penting sebagai upaya menegaskan identitas Kedeputian IPSK.
Penegasan atas identitas Kedeputian IPSK menjadi sebuah kerja bersama antar Satker, walaupun masing-masing memiliki tema payung (flagship) 2016-2019 sebagai dasar penetapan tema strategis yang akan diturunkan menjadi program kegiatan per tahun. Adapun tema payung (flagship) dari setiap Satker dijabarkan menjadi tema strategis tersebut, sebagai berikut:
A. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK) mengusung tema payung (flagship) ―Transformasi Sosial dan Budaya Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera‖.
Berdasar tema payung (flagship) tersebut Satker P2KK menetapkan tiga tema strategis, yaitu:
(1) Dinamika Masyarakat
(2) Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB)
24 (3) Perubahan-Revitalisasi Sistem Nilai
B. Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) mengusung tema payung ―Penguatan Daya Saing Ekonomi Menuju Pertumbuhan yang Inklusif‖. Berdasar tema payung tersebut Satker P2E menetapkan tiga tema strategis, yaitu:
(1) Infrastruktur Ekonomi Bagi Peningkatan Daya Saing
(2) Penguatan Daya Saing Institusi Keuangan Dalam Pengembangan UMKM (3) Pertumbuhan Inklusif dan Strategi Pemerataan Pembangunan
C. Pusat Penelitian Kependudukan (P2K) mengusung tema payung ―Daya Saing Penduduk Menuju Ketahanan Bangsa‖. Berdasar tema payung (flagship) tersebut Satker P2K menetapkan empat tema strategis yang ditetapkan oleh Satker P2K, yaitu:
(1) Penguatan Hubungan Antar Generasi Dalam Keluarga Di Era Globalisasi (2) Pengelolaan Mobilitas Penduduk di Era Globalisasi
(3) Kualitas Tenaga Kerja di Era Globalisasi
(4) Resiliensi Penduduk Menghadapi Perubahan Lingkungan dan Bencana di Era Globalisasi
D. Pusat Penelitian Politik (P2P) mengusung tema payung ―Penguatan Demokrasi dan Peran Internasional Indonesia untuk Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa‖. Berdasar tema strategis tersebut Satker P2P menetapkan tiga tema strategis, yaitu:
(1) Penguatan Institusi Demokrasi Lokal
(2) Reformasi Sistem Politik dan Sektor Keamanan
(3) Penguatan Peran Indonesia dalam Dinamika Politik Regional dan Global
E. Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (P2SDR) mengusung tema payung ―Identitas Budaya dan Ketahanan Sosial di Asia, Afrika, dan Eropa‖. Berdasar tema strategis tersebut Satker P2SDR menetapkan dua tema strategis, yaitu:
(1) Identitas Budaya dalam Masyarakat Multikultural (2) Ketahanan Sosial dalam Merespon Tantangan Global
2.5.2. Penelitian Terapan (applied research)
Penelitian sosial terapan merupakan salah satu strategi untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan dalam rangka menyeleseikan persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat maupun persoalan-persoalan kebangsaan. Penelitian ini memiliki karakter aplikatif, artinya hasil-hasilnya diharuskan untuk memiliki kontribusi pada pengambilan kebijakan pemerintah.
Output yang dihasilkan berupa rekomendasi kebijakan yang berbentuk antara lain policy paper, policy brief, naskah akademik, dan timbangan ilmiah. Dalam konteks kedeputian
25 bidang IPSK-LIPI, penelitian sosial terapan berupa Kegiatan Unggulan LIPI yang merupakan kelanjutan dari penelitian kompetitif pada periode renstra sebelumnya. Dengan demikian, program penelitian ini memiliki fokus pada pencarian alternatif solusi bagi persoalan terkini yang dihadapi bangsa dan negara dan dapat diimplementasikan untuk mengatasi persoalan tersebut, dengan mengacu pada program Nawa Cita dan amanat RPJMN 2015-2019.
Karakteristik lain dari penelitian ini adalah pada pendekatannya yang bersifat multidisipliner dan melibatkan peneliti lintas satker dan kedeputian.
Pada tingkat LIPI, topik Kegiatan Unggulan LIPI periode 2015-2019 terdiri atas:
Ketahanan Pangan dan Obat, Pengembangan Material, Energi dan Rekayasa Manufaktur, Daya Saing Wilayah dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Ketahanan Sosial Ekonomi dan Budaya. Dari kelima topik itu, sub program yang dikelola oleh Kedeputian Bidang IPSK adalah ketahanan sosial ekonomi dan budaya. Ketahanan sosial merupakan daya tahan dan daya pulih pada tingkat individu, warga, komunitas hingga negara bangsa terhadap tantangan yang bersifat internal dan eksternal. Daya tahan yang dimaksud terkait dengan situasi dalam negeri dan luar negeri sebagai akibat pengaruh globalisasi; kondisi geografis dan lingkungan, termasuk kebencanaan dan dampak perubahan iklim; serta penggunaan teknologi tertentu.
Ketahanan sosial merupakan fungsi dari kapasitas yang dimiliki oleh individu/warga/komunitas dalam menghadapi kerentanan dan ancaman yang ada pada entitas tersebut. Semakin tinggi kualitas kapasitas yang dimiliki oleh suatu komunitas dan semakin rendah tingkat ancaman dan kerentanan maka tingkat ketahanan warga/komunitas tersebut akan semakin tinggi. Oleh sebab itu, ketahanan sosial bersifat multi-dimensi, dapat dilihat dalam perspektif demografis (jumlah, kualitas dan persebaran penduduk), ekonomi (keberlangsungan mata-pencaharian), politik dan tata kelola pemerintahan, ikatan-ikatan kebudayaan, dimensi regional, pengelolaan SDA hayati dan nonhayati, serta dimensi penggunaan teknologi.
Tujuan Kegiatan Unggulan LIPI adalah untuk ―memecahkan persoalan bangsa‖, akan tetapi dalam konteks penelitian ilmu sosial adalah ―upaya memecahkan persoalan bangsa melalui hasil penelitian dengan fondasi kerangka teori ilmu sosial yang kuat, relevan dan dapat menjadi jembatan antara science to policy‖. Hal ini berarti bahwa rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dalam penelitian ini berdasarka atas proses penelitian yang didasari atas penggunaan konsep-konsep dan teori-teori sosial yang kuat. Rekomendasi kebijakan yang baik akan dihasilkan oleh penelitian yang baik, proses penelitian tersebut tentunya akan dilandasi oleh kerangka teori atau kerangka konsep yang mendalam sehingga kebijakan yang dihasilkan akan tepat pada sasaran dan realitas yang menjadi subjeknya. Hasil
26 dari Kegiatan Unggulan LIPI berupaya untuk mengkombinasikan outcome yang berasal dari setiap tim peneliti yang menyasar pada ―program/kegiatan/kebijakan‖ yang bersifat ―mikro- meso‖, sedangkan ―pembulatan‖ kegiatan yang bersifat ―makro‖ menjadi tanggung jawab korsub, dan dalam proses menjadi outcome yang berdampak dibantu oleh Deputi dan pimpinan LIPI lainnya.
2.5.3. Program Global Vilage (GV): Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Menjawab Tantangan Global
Program GV IPSK LIPI merupakan program nasional yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasonal (RPJMN) 2015–2019untuk jangka waktu 2016–
2019. Program GV sudah diinisiasi sejak tahun 2014. Untuk tahun 2016, Program Global Village memasuki tahun ketiga. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan oleh Tim Review Program Global Village Kedeputian IPSK terhadap program GV sebelumnya (tahun 2014–
2015). Hasil review menyimpulkan bahwa Program Global Village IPSK LIPI perlu dilakukan reorientasi program, perubahan manajemen dan kegiatan. Hasil evaluasi mengubah program lama menjadi Program GV baru dengan tema besar ―Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Menjawab Tantangan Global: Penguatan Masyarakat dan Negara Melalui Research Frontier.‖
Program GV merupakan program kegiatan kedeputian sehingga dalam pelaksanaannya lebih melibatkan masing-masing satuan kerja (Satker) di lingkungan IPSK LIPI. Selain itu, program GV juga membuka peluang kerja sama dengan lembaga penelitian/universitas di seluruh Indonesia. Targetnya, hingga 2019 ada sekitar 7 sampai10 perguruan tinggi/universitas yangturut serta dalam program GV.
2.5.4. Laboratorium Sosial
Program Laboratorium Sosial (Labsos) dirancang sebagai sarana penelitian tingkat lanjut (advanced research) bagi peneliti bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan untuk menguji (validasi dan perbaikan) konsep/proposisi/model/teori berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebelum diimplementasikan secara luas di masyarakat. Penelitian lanjutan (advance research) dimaknai sebagai penelitian yang bertujuan untuk menguji konsep/proposisi/ model/ teori yang dihasilkan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, khususnya oleh peneliti di lingkungan Kedeputian IPSK-LIPI.
27 2.5.5. Kajian Aktual Strategis (Strategic Issues)
Perkembangan isu-isu dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sifatnya sangat dinamis dan tidak bisa diprediksi (unpredictable). Isu-isu sosial sebagai fenomena dan fakta sosial dalam kaitan riset sebagian bisa diprediksikan, khususnya dalam menentukan tema-tema yang dianggap penting dan akan memiliki dampak mendasar bagi kehidupan bangsa dan negara.
Namun demikian, sifat isu-isu ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan yang dinamis membutuhkan satu ruang perlunya suatu kajian yang bersifat aktual strategis. Kajian ini dapat berupa kajian terhadap masalah-masalah lama yang belum terselesaikan (unresolved problems) dan berdampak jangka panjang bagi sebuah negara. Selain isu-isu yang berkaitan dengan masalah lama yang belum terselesaikan, kajian ini diharapkan dapat menjawab isu-isu baru dan strategis yang berkembang sesuai dengan situasi dan dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya, baik dalam konteks domestik, global dan internasional yang terjadi secara cepat dan mendadak. Selain itu, durasi waktunya juga cukup singkat, tetapi memiliki dampak yang luas terhadap kehidupan masyarakat.
Salah satu contoh dari kategori ini misalnya ialah kerusuhan sosial yang terjadi di Tanjung Balai yang dipicu oleh persoalan ―SARA‖ yang berdampak sangat cepat. Sementara dalam konteks ekonomi, isu-isu baru bisa saja berkaitan dengan dampak krisis ekonomi suatu negara bagi sebuah negara atau kawasan seperti yang pernah terjadi pada 1998, 2008, dan 2015. Sementara pada konteks lingkungan dan kependudukan misalnya dapat berkaitan dengan isu energi dan kedaulatan pangan, Sustainable Development Goals (SDGs), pengangguran akibat krisis, ledakan penduduk dan dampaknya bagi sebuah negara, dan lain sebagainya.Dalam konteks keamanan misalnya, isu-isu seperti ledakan bom, ISIS, radikalisme, dan lainnya acapkali belum bisa diprediksi pada kategori penelitian yang ada.
Kedeputian IPSK menilai bahwa kajian aktual strategis (strategic issue) tersebut perlu satu kajian khusus yang sifatnya cepat antara 4 sampai 6 bulan untuk memberikan masukan kepada para stakeholders terkait untuk menyelesaikan masalah.
2.6. Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, setiap tahunnya dibuat perjanjian kinerja (PK). PK Kedeputian IPSK-LIPI 2016 merupakan target output dan outcome yang dijanjikan oleh deputi IPSK sebagai tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2016. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program yang sudah ditetapkan digunakan indikator kinerja kegiatan (output) dan indikator kinerja program (outcome). Indikator kerja