• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILlHAN MATERIAL NOSEL MOTOR ROKET PADAT DENGAN METODA PENDEKATAN KONDISI OPERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMILlHAN MATERIAL NOSEL MOTOR ROKET PADAT DENGAN METODA PENDEKATAN KONDISI OPERASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

bagian konvergen (subsonik) dan tekanan yang rendah pada bagian divergen (supersonik). Disini terjadi pula beban kompresi (compresion load) sebagai akibat tekanan yang sangat besar. Beban kompresi maksimum terjadi pada kerongkongan nosel (throat), sedang beban zero aksial terjadi pad a sambungan nose I dan ruang bakar'". Keadaan ini akan berakibat timbulnya tegangan yang sang at tinggi pada nosel.

Di bagian konvergen, kecepatan aliran gas akan membesar sampai mendekati kecepatan suara (Mach Number) atau M=1, dan tepat pada kerongkongan kecepatan mencapai M=1. Di bagian divergen, kecepatan aliran gas akan membesar dari kecepatan suara sampai melebihi beberapa kali kecepatan suara (tergantung rancangan nosel). Perbedaan kecepatan aliran gas yang sangat tinggi pada bagian konvergen dan divergen akan mengakibatkan timbulnya tegangan geser pad a material nosel.

Disamping aliran gas yang sangat tinggi, gas hasil pembakaran akan membawa partikel logam yang digunakan sebagai bahan tambahan propelan (propel/ant metal additive partiCles). Partikel-partikel logam tersebut mengakibatkan erosi pada

PEMILlHAN MATERIAL

NOSEL MOTOR ROKET PADAT DENGAN

METODA

PENDEKATAN

KONDISI OPERASI

Sarmidi Amin

Peneliti Utama Bidang Teknologi Alat dan Mesin Produk Industri Pusat Teknologi Agroindustri-BPPT

e-mail: [email protected]

Abstract

The purpose of

a

solid propel/ant motor nozzle is to channel very high temperature gas coming from the combustion chamber in order to accelerate them and create the motor rocket thrust. Beside temperature gas is very high; the gas flow is also change from subsonic to supersonic. Therefore, nozzle must withstand

a

very severe environment. Choosing of nozzle material is very important, because failure of the nozzle will make also

a

fail the entire rocket mission. Choosing of material needs experience and accurate calculation; otherwise there are many unknown condition of the gas flow. For simplicity the calculation, we used some assumption and by using operation condition approach method can be determined material and dimension of nozzle. The aim of this paper is to show the procedure of the method by using heat transfer calculation. The result should be checked in the laboratory for knowing the disparity caused of the assumption.

Kata kunci: Material, Nosel, Motor roket, Kondisi operasi

PENDAHULUAN

Bentuk nosel (nozzle) motor roket propelan padat yang biasa digunakan adalah simple conical divergent atau sering disebut dengan nosel konvergen-divergen De Laval. Nosel motor roket (propelan) padat membutuhkan perhatian lebih dibanding dengan motor roket (propelan) cair karena nosel motor roket padat tidak menggunakan sistem pendinginan.

Nosel merupakan bagian yang sangat kritis, karena pada bagian ini kena langsung

-

--

.

gas panas dan tekanan yang sangat tinggi, aliran gas yang sangat cepat dan segala akibat yang ditimbulkan oleh kondisi yang ekstrim terse but. Motor roket kecil bekerja hanya beberapa detik, pada umumnya hanya sekitar 10 detik, sedang motor roket pad at yang besar hanya sekitar satu menit.

Walaupun bekerja sangat sing kat, suhu gas hasil pembakaran sangat tinggi, sebagai contoh suhu pembakaran bisa mencapai Tc = 3430oK(1). Waktu yang sangat singkat menyebabkan penyebaran panas dari gas ke dinding nosel tidak homogen, sehingga dapat menimbulkan kerusakan material. Nosel juga mendapat tekanan yang sang at tinggi pad a

(2)

Pemilihan Material Nosel Motor Roket Padat Dengan Metoda Pendekatan Kondisi Operasi (Sarmidi Amin)

permukaan nosel'". Erosi pada nosel akan berakibat menurunnya prestasi nosel dan gaya dorong motor roket.

Gaya dorong aksial adalah integral gaya tekanan yang bekerja pada nosel dan ruang bakar dalam arah aksial'". Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus:

F

=

J

P dA

(1)

dimana:

F

=

gaya dorong aksial (axial thrust) p

=

gaya tekan (pressure force)

A

=

luas nosel

Mengingat pada nosel terjadi kondisi yang sangat ekstrim, pemilihan material nosel menjadi sangat penting dan sulit, karena banyak hal yang tidak diketahui dengan pasti. Untuk mengurangi banyaknya ketidakpastian, diambil beberapa asumsi

sehingga pemecahan permasalahan dapat

dipermudah.

Sesuatu yang tidak pasti adalah aliran

gas panas melalui nosel, apakah satu

dimensi atau banyak dimensi, apakah

kondisinya steady atau transient, apakah ada perpindahan kalor dari gas ke dinding atau tidak, apakah gas homogen atau tidak.

Makalah ini menyajikan suatu metode pemilihan material sekaligus diperoleh dimensi ketebalan komponen nasal. Metode yang digunakan disebut dengan pendekatan kondisi operasi. Dengan pendekatan kondisi operasi diharapkan pemilihan material yang memenuhi persyaratan dan cocok dengan kondisi operasinya lebih mudah diperoleh.

Dengan adanya beberapa asumsi yang ditentukan, keakuratan dari perhitungan perlu diuji kembali dalam laboratorium. Namun

usaha pendekatan kondisi operasi ini

merupakan langkah awal yang dapat

mempersingkat pemilihan material.

PERSYARATAN MATERIAL

a. Ringan

Pad a pnnsipnya material yang

digunakan pada wahana terbang (kapal

terbang, roket atau peluru kendali) harus ringan. Hal ini disebabkan wahana terbang harus bisa mengangkut beban (payload)

yang banyak, jarak jangkauan yang jauh, dan

biaya yang ringan. Makin besar

perbandingan massa (mass ratio) berarti makin baik wahana terse but. Massa awal

roket adalah massa badan roket ketika

selesai pembakaran ditambah massa bahan

bakar'"

ISSN 1410-3680 Mj

=

Mb + Mp Mb

=

Ms + Me + Mu (2) (3) dimana:

Mj

=

massa awal roket

Mb

=

massa ketika selesai pembakaran Mp

=

massa propelan

Ms

=

massa struktur Me

=

massa motor (engine)

Mu

=

massa barang yang dibawa (payload) c

=

kecepatan gas buang efektif

Kecepatan ideal roket ditentukan oleh massa

roket'"

:

1

tN =

cIn--- (4)

1 -

MpfMj

dari rumus tersebut terlihat bahwa Mj yang

semakin kecil, kecepatan terbang akan

bertambah sehingga jarak jangkauan akan bertambah jauh.

b. Tahan panas

Diatas telah dijelaskan bahwa gas

pembakaran yang dihasilkan sangat tinggi.

Ketika melewati nosel, sebagian panas akan dipindahkan dinding nasal. Oleh karena itu perlu material yang tahan panas dan tahan atas perubahan panas yang tiba-tiba.

c. Tahan erosi

Bahan bakar propelan padat dicampur dengan logam agar prestasinya meningkat.

Logam yang ditambahkan pad a propelan antara lain AI, Li, Be, Mg, B. Yang paling banyak digunakan adalah aluminium (AI),

karena murah dan tidak beracun'". Partikel logam tersebut mengakibatkan erosi pad a dinding nosel, terutama terjadi pada bagian kerongkongan.

-""

d. Mudah dalam pembuatan

Persyaratan lain dalam pembuatan nosel adalah kemudahan dalam manufaktur atau tidak memerlukan teknologi tinggi, serta material mudah didapat dan relatif murah.

MATERIAL NOSEL

Material yang digunakan untuk

pembuatan nosel motor roket padat dapat dibedakan menjadi (1) material struktur, (2) pengikat (adhesives), (3) pengisi (sealants

dan grease), (4) pelindung panas (thermal insulators), dan (5) material ablative.

Material struktur yang dipakai

bermacam-macam sesuai dengan tingginya suhu yang dltenmanya'";

(3)

a

.

A

lu

minium

pa

duan

d

igunakan

pada

bagi

an ya

n

g

k

en

a

te

mpera

t

ur sekitar

500°F

.

b.

F

i

be

r glass bi

a

s

an

ya

d

i

pakai

bersama-sam

a

d

e

n

ga

n alu

m

inium paduan.

c.

Baja paduan dipakai untuk daerah yang

kena

s

u

h

u

tinggi

500-1900°F.

Baja

padua

n y

ang dipakai sering disebut baja

padu

an

lebih

(superal/oy)

contoh

berb

a

s

is be

si

(iron-base:

19-190L,

16-25

-

6, A-286), berbasis besi-nikel

(iron-nickel-base:

0-979,

Incoloy)

tahan

sampai

suhu

1500°F; berbasis

nikel

(nickel-base:

Rene

41,

Waspaloy

,

Udimet 500), berbasis kobalt

(cobalt-base:

V-36

, X

-

4

0) dan berbasis

besi-nikel-kobalt-kromium:

(iron-nickel-cobalt-chromium-base:

N-155,

5-590)

yang

tahan suhu sampai 1900°F.

d

.

Material yang tahan suhu diatas 1900°F

sampai 4500°F seperti paduan

refractory

metals,

grafit, atau pirolitik grafit

.

Material

pengikat

digunakan

untuk

menghubungkan material yang berbeda dan

juga berfung

s

i mencegah kebocoran gas dari

bagian yang disambung

.

Contoh material

pengikat adalah Armstrong A-2 yang sering

digunakan untuk mengikat alumin

i

um dan

grafit

,

Arm

s

t

r

ong C

-

7 adalah pengikat yang

digu

n

ak

a

n

un

tuk

men

g

hubungkan

grafit

dengan gr

a

f

i

t

.

Material pengisi digunakan agar tidak

terjadi kebo

cor

an karena ada tekanan yang

tinggi

.

Mat

e

r

i

al

y

ang d

i

gunakan misalnya

zinc chromate

dan

silicone grease.

Material yang digunakan untuk pelindung

panas

misa

l

nya

asbestos fiber, phenolic

resin,

keramik terutama

zirconium dioxide.

Material ablatif adalah material yang

tahan terhadap

erosi,

korosi dan dekomposisi

yang terjadi pada nosel, Bahan ablatif yang

umum digunakan adalah grafit

.

PEMBAHASA

N

Oleh

k

a

r

ena nosel dilewati oleh gas

panas denga

n

kondisi (suhu dan tekanan)

yang sangat ekstrim,

maka akan terjadi

perpindahan kalor yang sangat tinggi pula

.

Perpindahan kalor dari gas ke dinding nosel

di bagian konvergen terjadi secara radiasi

dan konveksi, sedang pada daerah divergen,

perpindahan

kalor

akan

terjadi

secara

konveksi dan

r

adiasi

.

Perp

i

ndahan kalor di

dalam dinding nosel terjadi secara konduksi,

dengan kondis

i

unsteadyatau transient6).

Agar perp

i

ndahan kalor merata pada

suatu bagian dipe

r

lukan waktu. Kecepatan

p

eme

rata

a

n

su

h

u

s

a

ngat tergantung pada

jeni

s

mat

e

r

ia

l

a

tau

tergantung

pada

konduktifitas th

e

rmal

(thermal conductivity),

kerapatan

mas

s

a

(density)

dan

panas

spesifik

(specific heat)

rnaterlal'".

Jika

material dipanaskan dengan cepat, akan

terjadi kejut thermis

(thermal shock).

Kejut

thermis akan mengak

i

batkan kerusakan pada

material

.

Prosedur pendekatan kondisi operasi dapat

dilihat dalam Gambar 1

.

Gambar 1.

Pemilihan Material Melalui Pendekatan

Kondisi Operasi

Untuk mempermudah penentukan material

suatu nosel

,

l

e

bih dulu dibuat gambaran awal

ketebalan seluruh dinding nosel yang terdiri

dari komponen struktur (misalnya aluminium

dan

aSbestos-phenolic),

pelindung

panas

(misalnya

fiberglass-epoxy tape)

silica-phenolic tape, zirconium dioxide,

material

ablatif misalnya grafit. 5etelah

ditentukan

semua material yang digunakan, kemudian

dibuat rancangan bentuk

nosel,

Oalam perhitungan banyak

hal yang

tidak

diketahui

sehingga

perlu

diambil

beberapa asumsi seperti

:

(1) proses berjalan

secara adiabatis

,

(2) proses ekspansi gas

melewati noseI merupakan proses isentropis

dan aliran satu dimensi,

(3) aliran gas

berjalan

steady,

memenuhi persamaan gas

(4)

la

la

'), IS ta In

ut

la

at

Pemilihan Material Nosel Motor Roket Padat Dengan Metoda Pendekatan Kondisi Operasi (Sarmidi Amin)

temperatur dan tekanan,

(4)

nosel selalu

dianggap

adapted

atau tekanan udara luar

sama dengan tekanan gas pada ujung keluar

nosel

.

Asumsi yang lain adalah komposisi

gas

di

ruang

pembakaran

dan

nosel

dianggap

tidak

berubah,

komposisi

gas

pembakaran

selalu

dalam

keseimbangan

kimia dan sesuai dengan keadaan tekanan

dan temperatur pada saat tertentu

.

Gambar 2 adalah contoh bentuk umum

(typical)

suatu nosel motor roket padat'"

.

Ketebalan

masing-masing

bagian

harus

ditentukan

lebih dahulu

agar

kita dapat

menghitung perpindahan kalor pada

masing-masing bagian.

Gambar2.

Bentuk Umum Nosel Motor Roket Padat(3)

Dalam

gambar

tru

terlihat

bagian

terdepan yang menerima panas adalah grafit

kemudian dilanjutkan dengan pemasangan

grafit phenolik dan silika phenolik

.

Di lapisan

kedua terdapat asbes phenolik

.

Antara grafit

dan

asbes

phenolik

diisi

dengan

Zr02

.

Sebagai

material

struktur

digunakan

aluminium paduan dan di bagian luarnya

dilapisi

dengan

fiberglass epoxy.

Jenis

material struktur yang digunakan tergantung

lamanya gas buang melewati nosel

.

Pada

motor roket kecil, dimana pembakaran terjadi

hanya

sekitar

10

detik,

penggunaan

aluminium biasanya sudah cukup memadai,

sedang

untuk

motor

roket

besar

dan

pembakaran berlangsung sekitar satu rnenit

-;

atau

lebih,

bahan

struktur

biasanya

menggunakan

besi

atau

baja

paduan

.

Dibagian divergen dilapis dengan pita

(tape)

silika phenolik dengan maksud agar asbes

phenolik terlindungi dari panas langsung.

Untuk pemilihan

material yang akan

digunakan

pada

nosel,

perlu

dilakukan

perhitungan perpindahan kalor lebih dulu

agar dapat diketahui berapa suhu pada satu

tempat tertentu sehingga dapat ditentukan

material

yang

cocok

dengan

kondisi

operasinya

.

Jika dalam perhitungan ternyata

tidak sesuai, maka ketebalan harus dirubah.

ISSN 1410-3680

Dengan menggunakan metode ini, ternyata

cukup cepat dalam mendapatkan dimensi

yang sesua

i

.

Perhitungan perpindahan kalor sangat

tergantung

pada

konduktifitas

thermal,

kerapatan

massa

dan

panas

spesifik

material

.

Ketebalan dari bagian yang dilalui

panas juga dipakai dalam perhitungan

.

Pada bagian kerongkongan menerima

perpindahan kalor secara

konveksi yang

tertinggi

.

Persamaan umum yang dipakai

untuk menghitung konveksi adalah

:

(5)

dimana

:

h

=

koefis

i

en konveksi

A

=

luas bidang yang dilewat

i

panas

T

g

= temperatur gas

T

w

= temperatur permukaan dinding

Untuk menghitung

koefisien

konveksi

dapat

digunakan

pe

r

samaan

Stanton

-Colburn. Koefisien konveksi dihitung dar

i

persamaan berikut(3)

:

(6)

dimana

:

D = jarak yang diukur dari bidang injeksi

k

=

konduktivitas thermis

u

=

viskositas mutlak

(absolute viscosity)

Cp = panas jenis

G = kecepatan massa

(mass velocity)

Persamaan Colburn dapat juga dipakai

untuk menentukan koefisien konveksi bagian

lain dari noseI sehingga dapat digambarkan

kurva koefisien konveksi pada setiap tempat

dinosel

.

Perambatan panas pada d

i

nd

i

ng nosel

terjadi secara konduksi

.

Untuk menghitung

perubahan temperatur, dapat digunakan cara

yang

sederhana

misalnya

dengan

menggunakan

variabel

tanpa

dimensi

bilangan Fourier, Biot, perbandingan tebal

dan perbandingan temperatur

.

Umumnya perpindahan kalor konduksi

pada

dinding

noseI

dihitung

dengan

menggunakan rumus

:

(7)

dimana:

A = luas b

i

dang yang dilewati panas

T

wg

=

temperatur gas

T

w1

= temperatur dinding

(5)

Ra

d

i

asi panas ke dinding sering disebut

deng

an daya em

i

si panas

.

Daya e

m

isi sanga

t

tergantu

ng

pada

panjang

gelomb

a

ng,

t

e

mpera

t

u

r dan w

arn

a s

uatu be

n

da

.

Ada

b

eb

erapa

rumus

y

a

n

g

dip

akai

untuk

menghitung

r

adia

si

,

nam

u

n

y

ang ban

y

ak

dipakai a

da

l

ah ru

m

us

Stefan-

Bo

lt

z

m

ann:

O

,

=

CJ

A

T'

(8

)

dimana

:

Qr

=

radiant flux

CJ

=konsta

nta St

e

fan

-

Bol

tzm

ann

A = luas bi

d

ang

r

ad

i

asi

T = tempe

r

at

ur

Setela

h d

ik

eta

hu

i m

a

sal

a

h p

e

r

pindahan

kalor, lan

gk

a

h be

r

i

k

u

t

nya ada

l

ah

m

emeriksa

kekuatan b

aha

n sebaga

i

ak

ib

at

a

dan

ya a

l

ir

an

gas dengan ke

c

epatan

ti

ngg

i d

a

n

s

u

h

u

yang

t

ingg

i

pula

apakah

masih

dalam

ba

t

as

to

l

eransi

atau

sudah

melewat

i

batas

k

ekua

t

an bahan

.

Tegangan

g

ese

r

p

a

da dindin

g

n

o

se

l

ka

r

ena aliran gas yang berja

l

an

c

epa

t

, dan

d

i

n

yat

a

kan dalam rumus(3)

:

T

= (nD

V2

2

g (8)

d

imana

:

T

=

t

egangan geser

f = koefisien f

r

iks

i

p = densit

as

gas

g

= gravitasi

Panas yang tinggi a

k

a

n

menyebabkan

turunnya kekuatan bahan

.

Ada dua macam

yang berhubungan dengan penga

r

uh waktu

da

n

t

e

mperatur t

i

nggi yaitu material yang

se

nsit

if

(time-sensitive al/oy)

dan

k

urang

sen

sitif

(non-time-sensitive alloy).

Aluminium

pa

duan

termasuk

material

yang

sensitif

te

rhadap panas

,

sedang titanium

d

an baja

te

rmasuk material yang kurang sensit

i

f

.

Gambar

3

ad

al

ah

contoh

kekuatan

alum

i

ni

um paduan j

en

is 7075-T6 dan RR 1

0

0

-v,

yang

m

e

nurun dengan cepat jika kena pan

a

s

t

i

ngg

i

.

P

ada tem

pe

ratur

700°F misa

l

nya,

keku

ata

n

bahan

ak

a

n

men

u

run

deng

an

s

anga

t ce

p

at yaitu anta

r

a 1 sa

m

pai 10 m

e

n

i

t

.

Jika

t

em

peratur di

t

ur

un

kan

me

n

j

adi

550°F

dan bers

inggungan

de

ngan mate

r

ial s

elam

a

600

m

en

it, maka ke

k

uatan m

a

terial

a

kan

men

urun

sama

dengan

yang

terkena

tem

p

er

atur 700°F selama beberapa menit(

2

)

.

P

e

rtimbangan

lain

dalam

pemil

i

han

ma

terial nose

l

adalah waktu pemakaiannya

h

a

nya satu kali

.

Adalah kurang bijaksana jika

m

en

ggunakan material

y

ang s

angat mahal

da

n

d

ipak

ai

satu

kal

i

se

rta

hanya

berlangsung beberapa det

i

k.

Belum pernah

te

rj

a

di

s

uatu

nosel

motor

r

o

ket

padat

digu

nak

a

n

ber

k

ali-kali

.

30

20

J~I ---'--"100b;----;;200!v;---"30Ivi'O'-";<40Ivi'0--':;50l;,,o-<'66"' '"o~ Temperature, -F

Gam

ba

r

3

.

Pe

nga

r

uh

S

uhu T

er

hadap

Keku

ata

n

Material(2)

Ji

k

a

teg

a

ng

an ya

n

g

t

erjadi masih dalam

b

atas

to

le

r

a

ns

i

deng

an

ma

terial

yang

digu

nakan

, mak

a

pemilih

an

material dan

ranc

an

gan nosel

s

udah cukup dan dianggap

aman. Sebaliknya

,

jika teganga

n

yang te

rja

d

i

mendekat

i

atau bahkan melebihi keku

a

t

an

bahan pada temperatur operas

i

, maka pe

rlu

dila

k

u

k

an perubahan

,

terutama jenis materia

l

atau dimen

s

i ketebalann

y

a.

Dalam

pendekatan

kondisi

ope

r

asi

diambil beberapa asums

i

seh

i

ngga akur

a

si

perhitungan pe

r

lu diteliti

kembali den

g

an

percobaan d

i

laboratorium. Pengukuran su

hu

pada beber

a

pa t

i

tik meng

g

unakan beb

er

apa

sensor

temperatur

(thermoe/ement)

k

e

mudian

diband

i

ngkan

dengan

has

il

perhitunga

n

sehingga dapat dibuat pred

ik

s

i

kekuatan material yang lebi

h

baik

.

KESIMPULAN

Metode

pend

e

ka

t

an

kondisi

operasi

adalah metode yang dapat dig

u

na

ka

n

untuk mempermudah pemilihan mat

eria

l

dan seka

li

gus diperoleh dimensi

nosel,

Untuk

menyederhanakan

per

h

itu

n

g

an

(6)

ISSN 1410-3680

Pemilihan Material Nosel Motor Roket Padat Dengan Metoda Pendekatan Kondisi Operasi (Sarmidi Amin)

I

a

gas mengalir satu arah, komposisi gas

hasil pembakaran dianggap gas ideal

,

pembakaran

dianggap

sama

pada

semua

tempat.

Oleh

karena

ada

beberapa asumsi, akurasi perhitungan

masih memerlukan pembuktian dengan

melakukan percobaan nyata

.

Cara ini

dapat mempersingkat waktu pemi

l

ihan

material

dan

sekaligus

penentuan

ketebalan bagian-bagian suatu nosel.

Dar

i

kelima material yang digunakan,

material struktur adalah material utama

yang harus diperhatikan

,

disusul dengan

material pelindung panas dan material

ablatif.

Material pelindung panas yang

umum dipakai adalah zirconium dioks

i

da

,

fiber glass epoxy dan sil

i

ka phenolik

berbentuk pita, sedang material ablatif

yang umum dipakai adalah grafit.

Material

struktur

yang

dipilih

pada

metode

ini

dapat

berupa

aluminium

paduan atau dapat pula berbahan dasar

bes

i

atau baja, tergantung pada tinggi

suhu dan lama waktu bersinggungan

dengan bagian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1

.

Abraham,

L.H.

,

Structural

Design of

Missiles

and

Spacecraft,

McGraw-Hill

Book Co., New York, 1998

.

2.

Barrere, M

.

, A

Joumotte, B.

F

.

De

Veubeke,

J.vandenkerckhove,

Rocket

Propulsion, Els

i

vier Publishing Company,

Amsterdam, 1999

.

3

.

Brinsmade, A,

Nozzle Design

,

dalam

Solid Rocket Technology, Chapter 6,

John Wiley and Sons, Inc, New York,

1997

.

4.

Sutton,

G.P

.

,

D

.

M.

Ross,

Rocket

Propulsion

Elements,

John

Wiley

&

Sons, New York

,

1998

.

5

.

Susilo, H

.

, Diktat Kuliah Propulsi Roket,

Pasca Sarjana ITB, tidak diterbitkan,

1998

.

6

.

Zaehringer, AJ

.,

Propellant Chemistry

,

dalam Solid Rocket Technology

,

Chapter

2, John Wiley and Sons, lnc, New York,

1997.

RIWAYAT PENULlS

Sarmidi

Amin, lahir di Tanjung Kalimantan

Selatan 20 Nopember 1947. Menamatkan

pendidikan di FKT-IKIP Yogyakarta jurusan

Teknik Mesin, 1973 dan Pasca Sarjana ITB

-1978 jurusan

Teknik

Propulsi.

Industrial

Training

tentang

Perancangan

Pabrik

(Anlagenplannung)

di

Dortmund

Jerman

,

1988

.

Saat

ini

bekerja

sebagai

Peneliti

Utama pada Pusat Teknologi

Agroindustri-BPPT.

--"

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan Sampel dari penelitian ini adalah menggunakan

Coplin tersebut, penulis akan mencoba menjelaskan terkait proses pengambilan kebijakan politik luar negeri dari studi kasus yang menjadi objek penelitian dalam

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan di Kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera II sebanyak 124 orang Data yang diperoleh menggunakan Skala Perilaku inovatif

Dalam analisis berikut tidak ditekankan pada metode untuk menentukan ukuran struktur sistem propulsif yang merupakan kekuatan dan ketahanan material yang digunakan, tapi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tampilan struktur mikro dari bahan yang kita teliti sehingga dapat dipelajari lebih lanjut hal-hal yang berhubungan

Bahwa perbuatan tidak jujur berupa kejahatan politik uang kepada pemilih yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 dan Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor

Pada penelitian sekarang yang dilakukan adalah untuk menganalisis efisiensi tenaga kerja, bahan baku, dan energi mesin yang digunakan dalam proses produksi