bagian konvergen (subsonik) dan tekanan yang rendah pada bagian divergen (supersonik). Disini terjadi pula beban kompresi (compresion load) sebagai akibat tekanan yang sangat besar. Beban kompresi maksimum terjadi pada kerongkongan nosel (throat), sedang beban zero aksial terjadi pad a sambungan nose I dan ruang bakar'". Keadaan ini akan berakibat timbulnya tegangan yang sang at tinggi pada nosel.
Di bagian konvergen, kecepatan aliran gas akan membesar sampai mendekati kecepatan suara (Mach Number) atau M=1, dan tepat pada kerongkongan kecepatan mencapai M=1. Di bagian divergen, kecepatan aliran gas akan membesar dari kecepatan suara sampai melebihi beberapa kali kecepatan suara (tergantung rancangan nosel). Perbedaan kecepatan aliran gas yang sangat tinggi pada bagian konvergen dan divergen akan mengakibatkan timbulnya tegangan geser pad a material nosel.
Disamping aliran gas yang sangat tinggi, gas hasil pembakaran akan membawa partikel logam yang digunakan sebagai bahan tambahan propelan (propel/ant metal additive partiCles). Partikel-partikel logam tersebut mengakibatkan erosi pada
PEMILlHAN MATERIAL
NOSEL MOTOR ROKET PADAT DENGAN
METODA
PENDEKATAN
KONDISI OPERASI
Sarmidi Amin
Peneliti Utama Bidang Teknologi Alat dan Mesin Produk Industri Pusat Teknologi Agroindustri-BPPT
e-mail: [email protected]
Abstract
The purpose of
a
solid propel/ant motor nozzle is to channel very high temperature gas coming from the combustion chamber in order to accelerate them and create the motor rocket thrust. Beside temperature gas is very high; the gas flow is also change from subsonic to supersonic. Therefore, nozzle must withstanda
very severe environment. Choosing of nozzle material is very important, because failure of the nozzle will make alsoa
fail the entire rocket mission. Choosing of material needs experience and accurate calculation; otherwise there are many unknown condition of the gas flow. For simplicity the calculation, we used some assumption and by using operation condition approach method can be determined material and dimension of nozzle. The aim of this paper is to show the procedure of the method by using heat transfer calculation. The result should be checked in the laboratory for knowing the disparity caused of the assumption.Kata kunci: Material, Nosel, Motor roket, Kondisi operasi
PENDAHULUAN
Bentuk nosel (nozzle) motor roket propelan padat yang biasa digunakan adalah simple conical divergent atau sering disebut dengan nosel konvergen-divergen De Laval. Nosel motor roket (propelan) padat membutuhkan perhatian lebih dibanding dengan motor roket (propelan) cair karena nosel motor roket padat tidak menggunakan sistem pendinginan.
Nosel merupakan bagian yang sangat kritis, karena pada bagian ini kena langsung
-
--
.
gas panas dan tekanan yang sangat tinggi, aliran gas yang sangat cepat dan segala akibat yang ditimbulkan oleh kondisi yang ekstrim terse but. Motor roket kecil bekerja hanya beberapa detik, pada umumnya hanya sekitar 10 detik, sedang motor roket pad at yang besar hanya sekitar satu menit.Walaupun bekerja sangat sing kat, suhu gas hasil pembakaran sangat tinggi, sebagai contoh suhu pembakaran bisa mencapai Tc = 3430oK(1). Waktu yang sangat singkat menyebabkan penyebaran panas dari gas ke dinding nosel tidak homogen, sehingga dapat menimbulkan kerusakan material. Nosel juga mendapat tekanan yang sang at tinggi pad a
Pemilihan Material Nosel Motor Roket Padat Dengan Metoda Pendekatan Kondisi Operasi (Sarmidi Amin)
permukaan nosel'". Erosi pada nosel akan berakibat menurunnya prestasi nosel dan gaya dorong motor roket.
Gaya dorong aksial adalah integral gaya tekanan yang bekerja pada nosel dan ruang bakar dalam arah aksial'". Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus:
F
=
J
P dA(1)
dimana:
F
=
gaya dorong aksial (axial thrust) p=
gaya tekan (pressure force)A
=
luas noselMengingat pada nosel terjadi kondisi yang sangat ekstrim, pemilihan material nosel menjadi sangat penting dan sulit, karena banyak hal yang tidak diketahui dengan pasti. Untuk mengurangi banyaknya ketidakpastian, diambil beberapa asumsi
sehingga pemecahan permasalahan dapat
dipermudah.
Sesuatu yang tidak pasti adalah aliran
gas panas melalui nosel, apakah satu
dimensi atau banyak dimensi, apakah
kondisinya steady atau transient, apakah ada perpindahan kalor dari gas ke dinding atau tidak, apakah gas homogen atau tidak.
Makalah ini menyajikan suatu metode pemilihan material sekaligus diperoleh dimensi ketebalan komponen nasal. Metode yang digunakan disebut dengan pendekatan kondisi operasi. Dengan pendekatan kondisi operasi diharapkan pemilihan material yang memenuhi persyaratan dan cocok dengan kondisi operasinya lebih mudah diperoleh.
Dengan adanya beberapa asumsi yang ditentukan, keakuratan dari perhitungan perlu diuji kembali dalam laboratorium. Namun
usaha pendekatan kondisi operasi ini
merupakan langkah awal yang dapat
mempersingkat pemilihan material.
PERSYARATAN MATERIAL
a. Ringan
Pad a pnnsipnya material yang
digunakan pada wahana terbang (kapal
terbang, roket atau peluru kendali) harus ringan. Hal ini disebabkan wahana terbang harus bisa mengangkut beban (payload)
yang banyak, jarak jangkauan yang jauh, dan
biaya yang ringan. Makin besar
perbandingan massa (mass ratio) berarti makin baik wahana terse but. Massa awal
roket adalah massa badan roket ketika
selesai pembakaran ditambah massa bahan
bakar'"
ISSN 1410-3680 Mj=
Mb + Mp Mb=
Ms + Me + Mu (2) (3) dimana:Mj
=
massa awal roketMb
=
massa ketika selesai pembakaran Mp=
massa propelanMs
=
massa struktur Me=
massa motor (engine)Mu
=
massa barang yang dibawa (payload) c=
kecepatan gas buang efektifKecepatan ideal roket ditentukan oleh massa
roket'"
:
1
tN =
cIn--- (4)1 -
MpfMjdari rumus tersebut terlihat bahwa Mj yang
semakin kecil, kecepatan terbang akan
bertambah sehingga jarak jangkauan akan bertambah jauh.
b. Tahan panas
Diatas telah dijelaskan bahwa gas
pembakaran yang dihasilkan sangat tinggi.
Ketika melewati nosel, sebagian panas akan dipindahkan dinding nasal. Oleh karena itu perlu material yang tahan panas dan tahan atas perubahan panas yang tiba-tiba.
c. Tahan erosi
Bahan bakar propelan padat dicampur dengan logam agar prestasinya meningkat.
Logam yang ditambahkan pad a propelan antara lain AI, Li, Be, Mg, B. Yang paling banyak digunakan adalah aluminium (AI),
karena murah dan tidak beracun'". Partikel logam tersebut mengakibatkan erosi pad a dinding nosel, terutama terjadi pada bagian kerongkongan.
-""
d. Mudah dalam pembuatan
Persyaratan lain dalam pembuatan nosel adalah kemudahan dalam manufaktur atau tidak memerlukan teknologi tinggi, serta material mudah didapat dan relatif murah.
MATERIAL NOSEL
Material yang digunakan untuk
pembuatan nosel motor roket padat dapat dibedakan menjadi (1) material struktur, (2) pengikat (adhesives), (3) pengisi (sealants
dan grease), (4) pelindung panas (thermal insulators), dan (5) material ablative.
Material struktur yang dipakai
bermacam-macam sesuai dengan tingginya suhu yang dltenmanya'";
a
.
A
lu
minium
pa
duan
d
igunakan
pada
bagi
an ya
n
g
k
en
a
te
mpera
t
ur sekitar
500°F
.
b.
F
i
be
r glass bi
a
s
an
ya
d
i
pakai
bersama-sam
a
d
e
n
ga
n alu
m
inium paduan.
c.
Baja paduan dipakai untuk daerah yang
kena
s
u
h
u
tinggi
500-1900°F.
Baja
padua
n y
ang dipakai sering disebut baja
padu
an
lebih
(superal/oy)contoh
berb
a
s
is be
si
(iron-base:19-190L,
16-25
-
6, A-286), berbasis besi-nikel
(iron-nickel-base:
0-979,
Incoloy)
tahan
sampai
suhu
1500°F; berbasis
nikel
(nickel-base:
Rene
41,
Waspaloy
,
Udimet 500), berbasis kobalt
(cobalt-base:
V-36
, X
-
4
0) dan berbasis
besi-nikel-kobalt-kromium:
(iron-nickel-cobalt-chromium-base:
N-155,
5-590)
yang
tahan suhu sampai 1900°F.
d
.
Material yang tahan suhu diatas 1900°F
sampai 4500°F seperti paduan
refractorymetals,
grafit, atau pirolitik grafit
.
Material
pengikat
digunakan
untuk
menghubungkan material yang berbeda dan
juga berfung
s
i mencegah kebocoran gas dari
bagian yang disambung
.
Contoh material
pengikat adalah Armstrong A-2 yang sering
digunakan untuk mengikat alumin
i
um dan
grafit
,
Arm
s
t
r
ong C
-
7 adalah pengikat yang
digu
n
ak
a
n
un
tuk
men
g
hubungkan
grafit
dengan gr
a
f
i
t
.
Material pengisi digunakan agar tidak
terjadi kebo
cor
an karena ada tekanan yang
tinggi
.
Mat
e
r
i
al
y
ang d
i
gunakan misalnya
zinc chromatedan
silicone grease.Material yang digunakan untuk pelindung
panas
misa
l
nya
asbestos fiber, phenolicresin,
keramik terutama
zirconium dioxide.Material ablatif adalah material yang
tahan terhadap
erosi,korosi dan dekomposisi
yang terjadi pada nosel, Bahan ablatif yang
umum digunakan adalah grafit
.
PEMBAHASA
N
Oleh
k
a
r
ena nosel dilewati oleh gas
panas denga
n
kondisi (suhu dan tekanan)
yang sangat ekstrim,
maka akan terjadi
perpindahan kalor yang sangat tinggi pula
.
Perpindahan kalor dari gas ke dinding nosel
di bagian konvergen terjadi secara radiasi
dan konveksi, sedang pada daerah divergen,
perpindahan
kalor
akan
terjadi
secara
konveksi dan
r
adiasi
.
Perp
i
ndahan kalor di
dalam dinding nosel terjadi secara konduksi,
dengan kondis
i
unsteadyatau transient6).Agar perp
i
ndahan kalor merata pada
suatu bagian dipe
r
lukan waktu. Kecepatan
p
eme
rata
a
n
su
h
u
s
a
ngat tergantung pada
jeni
s
mat
e
r
ia
l
a
tau
tergantung
pada
konduktifitas th
e
rmal
(thermal conductivity),kerapatan
mas
s
a
(density)dan
panas
spesifik
(specific heat)rnaterlal'".
Jika
material dipanaskan dengan cepat, akan
terjadi kejut thermis
(thermal shock).Kejut
thermis akan mengak
i
batkan kerusakan pada
material
.
Prosedur pendekatan kondisi operasi dapat
dilihat dalam Gambar 1
.
Gambar 1.
Pemilihan Material Melalui Pendekatan
Kondisi Operasi
Untuk mempermudah penentukan material
suatu nosel
,
l
e
bih dulu dibuat gambaran awal
ketebalan seluruh dinding nosel yang terdiri
dari komponen struktur (misalnya aluminium
dan
aSbestos-phenolic),pelindung
panas
(misalnya
fiberglass-epoxy tape)silica-phenolic tape, zirconium dioxide,
material
ablatif misalnya grafit. 5etelah
ditentukan
semua material yang digunakan, kemudian
dibuat rancangan bentuk
nosel,Oalam perhitungan banyak
hal yang
tidak
diketahui
sehingga
perlu
diambil
beberapa asumsi seperti
:
(1) proses berjalan
secara adiabatis
,
(2) proses ekspansi gas
melewati noseI merupakan proses isentropis
dan aliran satu dimensi,
(3) aliran gas
berjalan
steady,memenuhi persamaan gas
la
la
'), IS ta Inut
la
at
Pemilihan Material Nosel Motor Roket Padat Dengan Metoda Pendekatan Kondisi Operasi (Sarmidi Amin)
temperatur dan tekanan,
(4)nosel selalu
dianggap
adaptedatau tekanan udara luar
sama dengan tekanan gas pada ujung keluar
nosel
.
Asumsi yang lain adalah komposisi
gas
di
ruang
pembakaran
dan
nosel
dianggap
tidak
berubah,
komposisi
gas
pembakaran
selalu
dalam
keseimbangan
kimia dan sesuai dengan keadaan tekanan
dan temperatur pada saat tertentu
.
Gambar 2 adalah contoh bentuk umum
(typical)suatu nosel motor roket padat'"
.
Ketebalan
masing-masing
bagian
harus
ditentukan
lebih dahulu
agar
kita dapat
menghitung perpindahan kalor pada
masing-masing bagian.
Gambar2.
Bentuk Umum Nosel Motor Roket Padat(3)
Dalam
gambar
tru
terlihat
bagian
terdepan yang menerima panas adalah grafit
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
grafit phenolik dan silika phenolik
.
Di lapisan
kedua terdapat asbes phenolik
.
Antara grafit
dan
asbes
phenolik
diisi
dengan
Zr02
.
Sebagai
material
struktur
digunakan
aluminium paduan dan di bagian luarnya
dilapisi
dengan
fiberglass epoxy.Jenis
material struktur yang digunakan tergantung
lamanya gas buang melewati nosel
.
Pada
motor roket kecil, dimana pembakaran terjadi
hanya
sekitar
10
detik,
penggunaan
aluminium biasanya sudah cukup memadai,
sedang
untuk
motor
roket
besar
dan
pembakaran berlangsung sekitar satu rnenit
-;
atau
lebih,
bahan
struktur
biasanya
menggunakan
besi
atau
baja
paduan
.
Dibagian divergen dilapis dengan pita
(tape)silika phenolik dengan maksud agar asbes
phenolik terlindungi dari panas langsung.
Untuk pemilihan
material yang akan
digunakan
pada
nosel,
perlu
dilakukan
perhitungan perpindahan kalor lebih dulu
agar dapat diketahui berapa suhu pada satu
tempat tertentu sehingga dapat ditentukan
material
yang
cocok
dengan
kondisi
operasinya
.
Jika dalam perhitungan ternyata
tidak sesuai, maka ketebalan harus dirubah.
ISSN 1410-3680Dengan menggunakan metode ini, ternyata
cukup cepat dalam mendapatkan dimensi
yang sesua
i
.
Perhitungan perpindahan kalor sangat
tergantung
pada
konduktifitas
thermal,
kerapatan
massa
dan
panas
spesifik
material
.
Ketebalan dari bagian yang dilalui
panas juga dipakai dalam perhitungan
.
Pada bagian kerongkongan menerima
perpindahan kalor secara
konveksi yang
tertinggi
.
Persamaan umum yang dipakai
untuk menghitung konveksi adalah
:
(5)
dimana
:
h
=
koefis
i
en konveksi
A
=
luas bidang yang dilewat
i
panas
T
g= temperatur gas
T
w= temperatur permukaan dinding
Untuk menghitung
koefisien
konveksi
dapat
digunakan
pe
r
samaan
Stanton
-Colburn. Koefisien konveksi dihitung dar
i
persamaan berikut(3)
:
(6)
dimana
:
D = jarak yang diukur dari bidang injeksi
k
=
konduktivitas thermis
u
=
viskositas mutlak
(absolute viscosity)Cp = panas jenis
G = kecepatan massa
(mass velocity)Persamaan Colburn dapat juga dipakai
untuk menentukan koefisien konveksi bagian
lain dari noseI sehingga dapat digambarkan
kurva koefisien konveksi pada setiap tempat
dinosel
.
Perambatan panas pada d
i
nd
i
ng nosel
terjadi secara konduksi
.
Untuk menghitung
perubahan temperatur, dapat digunakan cara
yang
sederhana
misalnya
dengan
menggunakan
variabel
tanpa
dimensi
bilangan Fourier, Biot, perbandingan tebal
dan perbandingan temperatur
.
Umumnya perpindahan kalor konduksi
pada
dinding
noseI
dihitung
dengan
menggunakan rumus
:
(7)
dimana:
A = luas b
i
dang yang dilewati panas
T
wg=
temperatur gas
T
w1= temperatur dinding
Ra
d
i
asi panas ke dinding sering disebut
deng
an daya em
i
si panas
.
Daya e
m
isi sanga
t
tergantu
ng
pada
panjang
gelomb
a
ng,
t
e
mpera
t
u
r dan w
arn
a s
uatu be
n
da
.
Ada
b
eb
erapa
rumus
y
a
n
g
dip
akai
untuk
menghitung
r
adia
si
,
nam
u
n
y
ang ban
y
ak
dipakai a
da
l
ah ru
m
us
Stefan-
Bo
lt
z
m
ann:
O
,
=
CJA
T'
(8
)
dimana
:
Qr
=
radiant fluxCJ
=konsta
nta St
e
fan
-
Bol
tzm
ann
A = luas bi
d
ang
r
ad
i
asi
T = tempe
r
at
ur
Setela
h d
ik
eta
hu
i m
a
sal
a
h p
e
r
pindahan
kalor, lan
gk
a
h be
r
i
k
u
t
nya ada
l
ah
m
emeriksa
kekuatan b
aha
n sebaga
i
ak
ib
at
a
dan
ya a
l
ir
an
gas dengan ke
c
epatan
ti
ngg
i d
a
n
s
u
h
u
yang
t
ingg
i
pula
apakah
masih
dalam
ba
t
as
to
l
eransi
atau
sudah
melewat
i
batas
k
ekua
t
an bahan
.
Tegangan
g
ese
r
p
a
da dindin
g
n
o
se
l
ka
r
ena aliran gas yang berja
l
an
c
epa
t
, dan
d
i
n
yat
a
kan dalam rumus(3)
:
T
= (nD
V22
g (8)d
imana
:
T=
t
egangan geser
f = koefisien f
r
iks
i
p = densit
as
gas
g
= gravitasi
Panas yang tinggi a
k
a
n
menyebabkan
turunnya kekuatan bahan
.
Ada dua macam
yang berhubungan dengan penga
r
uh waktu
da
n
t
e
mperatur t
i
nggi yaitu material yang
se
nsit
if
(time-sensitive al/oy)dan
k
urang
sen
sitif
(non-time-sensitive alloy).Aluminium
pa
duan
termasuk
material
yang
sensitif
te
rhadap panas
,
sedang titanium
d
an baja
te
rmasuk material yang kurang sensit
i
f
.
Gambar
3
ad
al
ah
contoh
kekuatan
alum
i
ni
um paduan j
en
is 7075-T6 dan RR 1
0
0
-v,yang
m
e
nurun dengan cepat jika kena pan
a
s
t
i
ngg
i
.
P
ada tem
pe
ratur
700°F misa
l
nya,
keku
ata
n
bahan
ak
a
n
men
u
run
deng
an
s
anga
t ce
p
at yaitu anta
r
a 1 sa
m
pai 10 m
e
n
i
t
.
Jika
t
em
peratur di
t
ur
un
kan
me
n
j
adi
550°F
dan bers
inggungan
de
ngan mate
r
ial s
elam
a
600
m
en
it, maka ke
k
uatan m
a
terial
a
kan
men
urun
sama
dengan
yang
terkena
tem
p
er
atur 700°F selama beberapa menit(
2
)
.
P
e
rtimbangan
lain
dalam
pemil
i
han
ma
terial nose
l
adalah waktu pemakaiannya
h
a
nya satu kali
.
Adalah kurang bijaksana jika
m
en
ggunakan material
y
ang s
angat mahal
da
n
d
ipak
ai
satu
kal
i
se
rta
hanya
berlangsung beberapa det
i
k.
Belum pernah
te
rj
a
di
s
uatu
nosel
motor
r
o
ket
padat
digu
nak
a
n
ber
k
ali-kali
.
30
20
J~I ---'--"100b;----;;200!v;---"30Ivi'O'-";<40Ivi'0--':;50l;,,o-<'66"' '"o~ Temperature, -F
Gam
ba
r
3
.
Pe
nga
r
uh
S
uhu T
er
hadap
Keku
ata
n
Material(2)
Ji
k
a
teg
a
ng
an ya
n
g
t
erjadi masih dalam
b
atas
to
le
r
a
ns
i
deng
an
ma
terial
yang
digu
nakan
, mak
a
pemilih
an
material dan
ranc
an
gan nosel
s
udah cukup dan dianggap
aman. Sebaliknya
,
jika teganga
n
yang te
rja
d
i
mendekat
i
atau bahkan melebihi keku
a
t
an
bahan pada temperatur operas
i
, maka pe
rlu
dila
k
u
k
an perubahan
,
terutama jenis materia
l
atau dimen
s
i ketebalann
y
a.
Dalam
pendekatan
kondisi
ope
r
asi
diambil beberapa asums
i
seh
i
ngga akur
a
si
perhitungan pe
r
lu diteliti
kembali den
g
an
percobaan d
i
laboratorium. Pengukuran su
hu
pada beber
a
pa t
i
tik meng
g
unakan beb
er
apa
sensor
temperatur
(thermoe/ement)k
e
mudian
diband
i
ngkan
dengan
has
il
perhitunga
n
sehingga dapat dibuat pred
ik
s
i
kekuatan material yang lebi
h
baik
.
KESIMPULAN
•
Metode
pend
e
ka
t
an
kondisi
operasi
adalah metode yang dapat dig
u
na
ka
n
untuk mempermudah pemilihan mat
eria
l
dan seka
li
gus diperoleh dimensi
nosel,Untuk
menyederhanakan
per
h
itu
n
g
an
ISSN 1410-3680
Pemilihan Material Nosel Motor Roket Padat Dengan Metoda Pendekatan Kondisi Operasi (Sarmidi Amin)
I
a
gas mengalir satu arah, komposisi gas
hasil pembakaran dianggap gas ideal
,
pembakaran
dianggap
sama
pada
semua
tempat.
Oleh
karena
ada
beberapa asumsi, akurasi perhitungan
masih memerlukan pembuktian dengan
melakukan percobaan nyata
.
Cara ini
dapat mempersingkat waktu pemi
l
ihan
material
dan
sekaligus
penentuan
ketebalan bagian-bagian suatu nosel.
•
Dar
i
kelima material yang digunakan,
material struktur adalah material utama
yang harus diperhatikan
,
disusul dengan
material pelindung panas dan material
ablatif.
Material pelindung panas yang
umum dipakai adalah zirconium dioks
i
da
,
fiber glass epoxy dan sil
i
ka phenolik
berbentuk pita, sedang material ablatif
yang umum dipakai adalah grafit.
•
Material
struktur
yang
dipilih
pada
metode
ini
dapat
berupa
aluminium
paduan atau dapat pula berbahan dasar
bes
i
atau baja, tergantung pada tinggi
suhu dan lama waktu bersinggungan
dengan bagian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1
.
Abraham,
L.H.
,
Structural
Design of
Missiles
and
Spacecraft,
McGraw-Hill
Book Co., New York, 1998
.
2.
Barrere, M
.
, A
Joumotte, B.
F
.
De
Veubeke,
J.vandenkerckhove,
Rocket
Propulsion, Els
i
vier Publishing Company,
Amsterdam, 1999
.
3
.
Brinsmade, A,
Nozzle Design
,
dalam
Solid Rocket Technology, Chapter 6,
John Wiley and Sons, Inc, New York,
1997
.
4.
Sutton,
G.P
.
,
D
.
M.
Ross,
Rocket
Propulsion
Elements,
John
Wiley
&
Sons, New York
,
1998
.
5
.
Susilo, H
.
, Diktat Kuliah Propulsi Roket,
Pasca Sarjana ITB, tidak diterbitkan,
1998
.
6
.
Zaehringer, AJ
.,
Propellant Chemistry
,
dalam Solid Rocket Technology
,
Chapter
2, John Wiley and Sons, lnc, New York,
1997.
RIWAYAT PENULlS
Sarmidi
Amin, lahir di Tanjung Kalimantan
Selatan 20 Nopember 1947. Menamatkan
pendidikan di FKT-IKIP Yogyakarta jurusan
Teknik Mesin, 1973 dan Pasca Sarjana ITB
-1978 jurusan
Teknik
Propulsi.
Industrial
Training
tentang
Perancangan
Pabrik
(Anlagenplannung)
di
Dortmund
Jerman
,
1988
.
Saat
ini
bekerja
sebagai
Peneliti
Utama pada Pusat Teknologi
Agroindustri-BPPT.
--"