• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Depkes RI, 2006).

Posyandu dilakukan agar memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Posyandu merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan (Widiastuti dan Kristiani, 2006).

Thaha (1990) menyebutkan bahwa posyandu diperkenalkan pada tahun 1985 dan diakui membawa dampak positif terutama dalam mengikut sertakan masyarakat

(2)

dalam program kesehatan preventif. Posyandu terlaksana dengan baik dan banyak hal positif yang diberikan oleh posyandu untuk peningkatan kesehatan ibu dan anak.

Posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dan gizi mengalami banyak masalah yaitu keterbatasan fasilitas dan masih rendahnya cakupan penimbangan. Cakupan penimbangan balita yang rendah mengakibatkan banyak balita yang tidak termonitor keadaan gizinya (Depkes RI, 2006). Untuk mengoptimalkan fungsi posyandu maka dilakukanlah revitalisasi posyandu yang tertuang dalam surat edaran Departemen Dalam Negeri (Depdagri) RI Nomor 193/697/BPM tahun 2006. Pedoman umum revitalisasi posyandu menyebutkan bahwa dengan revitalisasi posyandu diharapkan posyandu berfungsi secara optimal untuk menyelamatkan dan meningkatkan status gizi maupun derajat kesehatan anak dan ibu sebagai upaya mencegah hilangnya generasi penerus. Fungsi dasar posyandu sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, menyampaikan pesan kepada ibu dan anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita untuk mengupayakan pemeliharaan anak secara baik guna mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya (Soedirdja, 2001).

Upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, tentunya akan berhasil apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik unsur pemerintahan maupun unsur masyarakat dan dunia usaha. Kemudian untuk mengintegrasikan kegiatan seluruh kepentingan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, maka Posyandu menjadi

(3)

salah satu lembaga yang paling tepat, karena keberadaannya sudah cukup lama dan terbukti berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pemberantasan penyakit menular dan lain- lain, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Depkes RI, 2006).

Pelaksanaan penimbangan di posyandu berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, dilaporkan dari 15 juta balita yang berusia 0 -59 bulan di Indonesia, cakupan penimbangan balita 4 – 6 kali dalam 6 bulan hanya 46%.

Sementara masih terdapat 25,5% balita tidak pernah ditimbang. Kondisi ini menerangkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan balita tidak dapat dipantau secara kontinyu dan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kasus gizi kurang maupun gizi buruk. Akibatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) juga akan menurun(Riskesdas, 2010).

Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2013 bahwa jumlah balita di Kabupaten Aceh Selatan adalah 194.642 orang. Jumlah balita yang ditimbang per seluruh balita (D/S) adalah 71,6%. Pencapaian D/S ini masih di bawah target nasional yaitu 90%. Puskesmas Kluet Selatan memiliki wilayah kerja sebanyak 9 desa dengan jumlah posyandu sebanyak 55 posyandu dengan kriteria pratama.

Kegiatan posyandu berjalan secara rutin setiap bulan dengan jumlah kehadiran kader 2-3 orang. Jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Kluet Selatan sebanyak 9354 orang dan jumlah ibu balita sebanyak 4430 orang. Jumlah ibu balita ini diperoleh dari

(4)

pendataan yang dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2013. Pendataan dilakukan petugas kesehatan dibantu kader dengan cara home visite.

Profil Puskesmas Kluet Selatan tahun 2013 menjelaskan bahwa cakupan partisipasi masyarakat melalui rekapitulasi penimbangan balita di Puskesmas Kluet Selatan tahun 2013 menunjukkan bahwa pencapaian D/S adalah 77,6%. Hasil rekapitulasi ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi di posyandu bahwa hanya 6 dari 55 posyandu yang dikunjungi balita untuk ditimbang. Dari 9354 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kluet Selatan hanya 124 balita yang datang ke posyandu (1,3%). Rumor yang berkembang di masyarakat bahwa posyandu adalah tempat imunisasi bayi.

Kegiatan penimbangan yang rutin dilakukan adalah penimbangan bayi. Bila usia bayi sudah mencapai 9 bulan dan imunisasinya sudah lengkap maka kunjungan bayi maupun balita ke posyandu untuk penimbangan juga akan menurun. Informasi- informasi tentang manfaat posyandu oleh petugas kesehatan sudah diberikan, namun tidak memberi dampak terhadap tindakan ibu balita untuk memanfaatkan posyandu.

Suami tidak melarang ibu untuk membawa balita ke posyandu, tetapi ibu-ibu balita tetap tidak memanfaatkan posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Kondisi ini menyebabkan rendahnya pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Kluet Selatan.

Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khusus di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat

(5)

bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.

Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikut sertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adaya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan. Keluarga mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Puryaning, 2010).

Banyak faktor yang memengaruhi tindakan masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan di masyarakat, diantaranya faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya), faktor pendukung (lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan), dan faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan ibu yang baik tentang manfaat posyandu akan memengaruhi tindakan ibu untuk membawa balita ke posyandu di.

Selain pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu untuk kesehatan balita, dukungan keluarga juga memberi kontribusi terhadap perilaku ibu untuk membawa balita ke posyandu. Bentuk dukungan keluarga yang diterima oleh ibu balita berupa dukungan

(6)

nyata, dukungan informasi, dukungan emosional, dan dukungan invisible (Taylor, 2009).

Program posyandu dan peran serta keluarga dapat berjalan secara optimal dengan upaya-upaya diantaranya pemahaman yang berasal dari pengetahuan yang baik, pelatihan/bimbingan dari puskesmas setempat dan pemberian penghargaan untuk meningkatkan motivasi. Dukungan keluarga dalam pelaksanaan posyandu merupakan suatu faktor dominan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan penimbangan balita (Widiastuti, 2007).

Prihardjo (2005) seperti dikutip Tarigan (2010) bahwa rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang.

Tingkat pengetahuan yang dimaksud dapat bersifat dualis. Di satu sisi rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah. Disisi lain, tingkat pengetahuan yang tinggi dapat juga menyebabkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Masyarakat telah mengerti keterbatasan sarana di pelayanan kesehatan menyebabkan masyarakat tidak mau memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal yang sama juga dapat terjadi pada pemanfaatan posyandu oleh ibu balita.

Faktor lainnya yang mempengaruhi ibu balita untuk membawa balitanya ke posyandu adalah adanya dukungan dari keluarga atau suami. Dukungan kepada ibu balita dapat diberikan oleh keluarga/ suami, kader dan petugas kesehatan dalam bentuk-bentuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

(7)

dukungan informasi, dan dukungan penilaian agar ibu balita mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu dan dapat menikmati hasil dari program posyandu tersebut (SA, Harahap, 2011).

Beberapa penelitian tentang pemanfaatan posyandu menyimpulkan bahwa pengetahuan memengaruhi pemanfaatan posyandu secara signifikan. Selain pengetahuan, pemanfaatan posyandu juga dipengaruhi oleh dukungan sosial termasuk dukungan keluarga. Keluarga tidak mengantar ibu dan balita ke posyandu merupakan penyebab rendahnya kunjungan balita ke posyandu (Thaha, 1990; Widiastuti dan Kristiani, 2006; Kresno, 2008; Oktaviani, dkk, 2008; Mardiati, 2010). Kuntjoro (2002) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan pada istri adalah adanya kedekatan emosional, keluarga mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat dan perhatian, keluarga menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, keluarga dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan keluarga merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri.

Survei awal terhadap 20 ibu balita di posyandu Kluet Selatan menunjukkan bahwa seluruh ibu tahu tentang posyandu tetapi ibu masih belum mengerti tentang manfaat dari posyandu serta kurangnya dukungan dari keluarga itu sendiri. Masalah- masalah tersebut yang menyebabkan mereka tidak memanfaatkan posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan balita termasuk untuk menimbang balita secara teratur setiap bulan. Hasil-hasil penelitian sejenis tentang posyandu mengemukakan bahwa

(8)

pengetahuan ibu yang kurang tentang posyandu memengaruhi tindakan ibu balita untuk memanfaatkan posyandu. Pengetahuan ibu tentang posyandu dan manfaatnya dapat memengaruhi tindakan ibu untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan posyandu balita.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Kunjungan Balita Ke Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut “ Bagaimana Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Kunjungan Balita Ke Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan kunjungan balita ke posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan.

(9)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan pengetahuan keluarga dengan keaktifan kunjungan balita ke posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan.

2. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan kunjungan balita ke posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi berkaitan dengan pengetahuan dan dukungan dengan keaktifan kunjungan balita ke posyandu sehingga diharapkan dapat mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.

1.4.2. Bagi Pelaksana Kegiatan Posyandu

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah informasi sehingga dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam bentuk pemberian dukungan untuk melakukan kunjungan ke posyandu.

1.4.3. Bagi Responden

Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan dukungan keluarga agar lebih aktif dalam kunjungan balita ke posyandu.

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan karya tulis ilmiah dalam bidang kebidanan khususnya bagi Mahasiswa D-III Kebidanan Audi Husada Medan.

(10)

1.4.5. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran dalam melakukan riset keperawatan selanjutnya dalam bentuk yang lebih komprehensif.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara melalui media modified flipchart pada anak usia 3-4 tahun di PAUD Plus

Pendekatan kontekstual dijadikan alternatif dalam pembelajaran IPA konsep bagian daun dan fungsinya karena pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa dalam

Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan, bahwa efektifitas zakat produktif terhadap pengentasan tingkat kemiskinan pada BAZNAS Kabupaten bengkalis

Hasil perhitungan survey ini akan dijadikan acuan bagi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh untuk terus berinovasi dan akan terus meningkatkan

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Bank Syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon

Sebagaimana telah disampaikan pada prinsip penilaian hasil belajar, penilaian hasil belajar dilakukan secara (1) terpadu, yang berarti penilaian mencakup ranah sikap,

Mutiara Mukti Farma belum pernah mengukur pengembalian investasi dari sumber daya manusia atas biaya yang telah dikeluarkan untuk Sumber daya Manusia sehingga perusahaan tidak