• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN PERPUSTAKAAN Universitas Surabaya ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BULETIN PERPUSTAKAAN Universitas Surabaya ISSN :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LIBRARY COACHING SERIES:

Peningkatan Literasi Informasi Bagi Civitas Akademika Oleh

Kristina

kristina@staff.ubaya.ac.id

Pendahuluan

Era informasi ditandai dengan besarnya jumlah informasi yang ada serta kemudahan aksesnya, terutama melalui internet. Informasi tersebut tentunya memberikan banyak manfaat terutama dalam bidang pendidikan. Perguruan tinggi yang sangat membutuhkan informasi ilmiah guna mendukung kegiatan Tri Dharma yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena tingginya kebutuhan informasi ilmiah oleh sivitas akademika di perguruan tinggi, maka diperlukan suatu keterampilan untuk dapat memilih informasi tersebut agar dapat digunakan secara efektif, efisien serta etis.

Keterampilan seseorang dalam mengakses dan memilih informasi pada dasarnya sudah dimiliki oleh seseorang namun dengan tingkatan yang berbeda. Prasetyo, et. al. (2017) mengutarakan seseorang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mendapatkan informasi, sehingga hal ini akan menentukan hasil analisis informasi serta produk informasi yang dihasilkan.

Literasi informasi merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk dapat mengenali kebutuhan informasi, melakukan pencarian, mengakses dan mengevaluasi informasi, kemudian menggunakan informasi tersebut untuk menghasilkan informasi baru dan mendiseminasikannya secara etis. The Association of College and Research Libraries mendefinisikan “information literacy is the set of integrated abilities encompassing the reflective discovery of information, the understanding of how information is produced and valued, and the use of information in creating new knowledge and participating ethically in communities of learning”. Oleh karena itu, keterampilan literasi informasi wajib dimiliki oleh sivitas akademika dalam menunjang kegiatan Tri Dharma. Keterampilan ini tidak hanya dapat digunakan dalam ranah akademik saja, namun juga dapat diaplikasi dalam kehidupan sosial.

Sivitas akademika memiliki kewajiban untuk menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan, selain itu dalam hal pembelajaran dibutuhkan informasi yang terpercaya dan valid sebagai bahan ajar. Seorang mahasiswa juga memiliki kebutuhan informasi yang tinggi untuk menyelesaikan tugas perkuliahan. Prasetyo et. al. (2017) menyatakan bahwa perguruan tinggi merupakan lembaga yang mengembangkan pembelajaran seumur hidup sehingga harus dapat menghasilkan mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual penalaran dan berpikir kritis. The Association of College and Research Libraries (2000) menegaskan bahwa literasi informasi merupakan komponen kunci dalam penerapan life long learning, karena keterampilan ini tidak sekedar digunakan dalam pembelajaran akademik saja namun juga digunakan dalam ruang lingkup yang luas misalnya dalam dunia kerja.

Kegiatan literasi informasi sudah dilaksanakan oleh perpustakaan sejak tahun 2016 dan menggunakan metode tatap muka. Selain itu, pihak perpustakaan juga sering diminta oleh pihak fakultas dan KSM mahasiswa untuk memberikan materi literasi informasi baik untuk dosen maupun mahasiswa. Pada pertengahan tahun 2019, kelas literasi informasi ini

(2)

diperkenalkan dengan nama baru InfoLite. InfoLite ini memiliki konsep berkelanjutan dimana mahasiswa wajib mengikuti step by step materi literasi informasi yang diberikan agar dapat memahami materi literasi informasi secara utuh (lihat pada gambar 4). Namun dalam perkembangannya InfoLite ini kurang diminati oleh mahasiswa dikarenakan kurangnya sosialisasi dan promosi oleh pihak perpustakaan serta adanya pandemi Covid 19 pada tahun 2020.

Pandemi Covid 19 telah merubah segala aspek kehidupan tak terkecuali perpustakaan. Pemerintah pada Maret 2020 menyatakan bahwa jumlah penderita virus Covid 19 di Indonesia terus melonjak setiap hari, oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk bekerja, bersekolah dan beribadah dari rumah demi mencegah meluasnya penyebaran virus Covid 19 (Intan, 2020). Hal tersebut telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap segala bentuk aktivitas sosial ekonomi masyarakat, hingga pendidikan. Tammaro (2020) menyebutkan Covid 19 membawa dampak yang luar biasa pada dunia pendidikan, dengan ditutupnya sekolah hingga perguruan tinggi dan mulai transisi dengan pembelajaran jarak jauh. Pemberlakuan pembelajaran jarak jauh di lingkungan perguruan tinggi berdampak pula dengan ditutupnya layanan fisik perpustakaan.

Dalam mengantisipasi penyebaran virus ini, Rektor Ubaya melalui Instruksi Rektor Universitas Surabaya Nomor 0540/UM/SR/III/2020 tentang kewaspadaan dan pencegahan penyebaran Virus Covid 19 agar seluruh aktivitas mahasiswa Universitas Surabaya dan Politeknik Universitas Surabaya dilakukan di kediaman masing-masing. Hal ini kemudian ditindaklanjuti kembali melalui Surat Keputusan Rektor Universitas Surabaya Nomor 0560/UM/SR/III/2020 tentang perpanjangan masa kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring dan bekerja dari kediaman hingga 9 Juni 2020. Selain itu, Ubaya juga telah menyiapkan mekanisme back to a new normal yang terdiri dari 6 (enam) fase hingga menuju pada normal baru pada Januari 2021. Fase ini disiapkan dengan tujuan berfokus pada pemulihan aktivitas akademik dan perlindungan bagi mahasiswa dan karyawan Ubaya.

Berdasarkan peraturan tersebut, maka kegiatan perpustakaan yang bersifat offline mulai dikurangi dan dimodifikasi dalam bentuk online termasuk kegiatan literasi informasi.

Selama pandemi perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia harus menciptakan

layanan baru secara online yang disesuaikan dengan kondisi saat ini dikarenakan akses e-resources saja tidaklah cukup, tetapi juga layanan mencakup koleksi, sirkulasi, serta

informasi untuk menunjang penelitian (Winata, et.al, 2020). Perpustakaan Ubaya selama pandemi juga tetap memberikan layanan edukasi pemustaka melalui user education untuk mahasiswa baru, literasi informasi serta penyediaan video tutorial akses koleksi e-resources.

Mehta and Wang (2020) menyatakan selama penerapan pembelajaran secara online, perpustakaan harus mengembangkan layanan digital yang mendukung kegiatan pembelajaran dan penelitian salah satunya yaitu layanan referensi online. Masih menurut Mehta and Wang (2020) salah satu yang termasuk layanan referensi yaitu instruktur bibliografi yang memberikan layanan secara virtual selama pandemi mulai kelas online dengan zoom, information literacy guide online, video tutorial akses database yang terintegrasi.

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan kemampuan literasi informasi pemustaka dalam mendukung pembelajaran dan penelitian. Perkembangan dunia pendidikan yang pesat dengan diiringi kemajuan teknologi informasi kemampuan literasi informasi di perguruan tinggi sangat dibutuhkan. The Association of College and Research Libraries (2016) menyatakan bahwa mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam

(3)

penciptaan pengetahuan baru, memahami pola dan dinamika perubahan informasi serta penggunaan data, informasi dan pengetahuan secara etis, sedangkan pustakawan memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi untuk dapat mengidentifikasi ide utama dari pengetahuan mereka yang nantinya digunakan untuk pengembangan pembelajaran, mengembangkan kurikulum literasi informasi serta bekerja sama secara intensif dengan fakultas.

Selama masa study from home ini khususnya mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri karena komunikasi dengan dosen atau teman terbatas hanya dilakukan secara online saja, begitu pula dengan akses perpustakaan. Penerapan sistem pembelajaran problem-based learning juga mewajibkan mahasiswa untuk secara mandiri memecahkan permasalahan yang diberikan oleh dosennya melalui proses berpikir kritis dan penalaran dalam hal ini informasi yang valid dan kredibel sangat dibutuhkan. Menurut Savery (2006) problem-based learning dapat dikatakan sebagai pergeseran paradigma dalam pembelajaran yang dulunya berpusat pada dosen berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student- center).

Model pembelajaran dengan problem-based learning menyebutkan tutorial merupakan terdiri dari beberapa tahapan, dimana salah satu menyebutkan bahwa pembelajaran secara mandiri menuntut mahasiswa untuk dapat menggunakan berbagai sumber untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pembelajaran (Harsono, 2008, Simurat, et. al., 2017). Wenger (2014) menambahkan bahwa pembelajaran dengan problem-based learning memberikan ruang bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan belajar mandiri, berpikir kritis, berkolaborasi, menelusur dan melakukan evaluasi informasi hinga peningkatan kemampuan verbal dan menulis. Keterampilan tersebut pada dasarnya sudah dimiliki oleh seorang individu dengan tingkatan yang berbeda.

Oleh karena itu, melalui kegiatan literasi informasi ini pemustaka khususnya mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan literasi informasi yang dimiliki untuk ke tingkat yang lebih advanced agar dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran dan penelitian.

Masa pandemi Covid 19 tidak menyurutkan perpustakaan untuk tetap dapat memberikan kelas literasi informasi bagi pemustakanya baik mahasiswa maupun dosen. Hal ini merupakan salah satu fungsi perpustakaan sebagai lembaga edukasi yang bertujuan tidak sekedar memberikan pelatihan pada akses layanan, koleksi dan fasilitas perpustakaan saja tetapi juga pelatihan dalam meningkatkan keterampilan literasi informasi pemustakanya.

Keterampilan literasi informasi tidak hanya dibutuhkan pada saat pembelajaran offline saja tetapi juga sangat dibutuhkan pada masa study from home. Hal ini dikarena dalam mendukung study from home pemustaka khususnya mahasiswa membutuhkan informasi ilmiah yang valid dan kredibel. Oleh karena itu kegiatan literasi informasi yang berhenti sementara sejak adanya pandemi harus mulai diselenggarakan kembali dengan konsep dan brand baru untuk menarik minat pemustaka.

Berdasarkan latar belakang di atas, perpustakaan menilai bahwa keterampilan literasi informasi wajib dimiliki oleh siapa pun, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Keterampilan literasi informasi ini merupakan keterampilan dasar yang sudah dimiliki oleh seseorang dengan tingkatan yang berbeda. Bagi seorang mahasiswa, dosen maupun peneliti keterampilan ini perlu ditingkatkan secara kontinyu, dikarenakan dalam mendukung aktivitas pembelajaran dan penelitian mereka selalu berhubungan dengan penelusuran dan akses informasi, penggunaan informasi, penciptaan sebuah pengetahuan baru hingga diseminasi pengetahuan baru tersebut kepada masyarakat. Sehingga agar pengetahuan baru atau karya ilmiah yang dihasilkan tersebut berkualitas dan sesuai

(4)

integritas akademik maka keterampilan literasi informasi dalam tingkatan advanced harus dimiliki.

Perpustakaan mengusulkan kelas literasi informasi dengan nama Library Coaching Series (LCS) ini karena terinspirasi pada makna kata “Coaching”. Pemustaka yang mengikuti kelas LCS telah memiliki keterampilan literasi informasi dengan tingkatan yang berbeda, kemudian mereka mengikuti LCS dengan memilih sesuai kebutuhan mereka berdasarkan materi yang diberikan. Ketika mengikuti LCS mereka akan dilatih sedemikian rupa, step by step hingga mereka dapat mencapai pemahaman yang diharapkan. Pemustaka juga dapat mengikuti LCS dengan materi kelas yang sama, bahkan LCS juga dapat dilakukan secara privat agar lebih fokus. Dalam masa study from home, pemustaka lebih membutuhkan kegiatan literasi informasi karena pemustaka pada masa tersebut dituntut untuk lebih mandiri dalam proses pembelajaran dan penelitian.

Kegiatan literasi informasi yang merupakan agenda rutin perpustakaan ini bertujuan tidak hanya sekedar meningkatkan literasi informasi pemustaka saja, tetapi secara tidak langsung juga pustakawan. Pustakawan sebagai narasumber dalam kegiatan literasi informasi ini mau tidak mau akan melakukan upgrading keilmuannya terkait literasi informasi, komunikasi dan menulis. Keterampilan komunikasi verbal dibutuhkan untuk presentasi materi yang diberikan sedangkan keterampilan menulis digunakan dalam penyampaian materi presentasi tertulis. Selain itu, melalui kegiatan literasi informasi pustakawan akan melakukan sharing baik dengan pemustaka maupun pustakawan lainnya, sehingga secara tidak langsung menambah wawasan dalam bidang keilmuawan yang bersifat pengetahuan umum.

Seorang pustakawan ketika seseorang rajin memberikan pelatihan literasi informasi kepada orang lain maka secara tidak langsung kita juga mengalami peningkatan keterampilan tersebut. Ketika menyiapkan materi atau akan menjadi narasumber LCS, pustakawan wajib memberikan materi yang terbaru sehingga dalam proses ini terjadi upgrading keilmuwan secara kontinyu. Selain itu, dengan seringnya pustakawan menjadi narasumber dalam LCS dapat meningkatkan keterampilan public speaking mereka.

Pembahasan

a. Library Coaching Series (LCS)

Pada masa pandemi Covid 19 perpustakaan berkomitmen untuk tetap menyelenggarakan kegiatan literasi informasi dengan cara online. Selain itu, kegiatan literasi informasi memiliki konsep dan brand baru. Library Coaching Series (LCS) merupakan brand baru dari kegiatan literasi informasi yang diberikan dalam bentuk pelatihan berseri.

Library Coaching Series ini mengambil kata “coaching” yang didefinisikan sebagai proses latihan seseorang dalam berolah raga, untuk menyelesaikan tugas lebih baik atau meningkatkan kemampuan (Oxford Dictionary). Dalam penjabaran lain coaching merupakan serangkaian usaha atau proses yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih baik lagi.

Istilah coaching sering digunakan dalam bidang olah raga. Apabila diibaratkan olah raga sepak bola, seorang pemain sepak bola pada dasarnya sudah memiliki keterampilan bermain sepak bola dengan level yang berbeda, kemudian mereka mendapatkan latihan dari coach untuk meningkatkan level keterampilan mereka secara individu serta bermain secara tim dan hal itu dilakukan secara terus menerus hingga pemain sepak bola dapat bermain profesional dan mencapai tujuan tertentu yaitu menang dalam pertandingan sepak bola.

(5)

International Coaching Community (2020) menyatakan Coaching memiliki 3 (tiga) makna inti yaitu : (1) membantu seseorang untuk berubah dan menentukan arah tujuan mereka; (2) mendukung perubahan yang dilakukan seseorang pada tiap levelnya; (3) membangun kepercayaan diri dan memimpin perubahan. Library Coaching Series memiliki tujuan untuk melatih, mengedukasi pemustaka dengan keterampilan informasi yang sudah dimilikinya agar menjadi lebih baik atau meningkatnya levelnya. Ketika pemustaka memiliki keterampilan literasi informasi yang baik maka harapannya adalah keterampilan ini diimplementasikan dalam kehidupan mereka terutama guna mendukung pembelajaran dan penelitian. Selain itu, dengan keterampilan ini dapat digunakan pemustaka untuk mencapai tujuan dan memecahkan permasalahan yang dihadapai.

b. Tujuan LCS

LCS memiliki tujuan meningkatkan keterampilan literasi informasi pemustaka, terutama selama masa pandemi untuk mendukung study from home. Selama study from home pemustaka dipastikan membutuhkan banyak informasi sehingga mereka perlu memiliki keterampilan menelusur, mengakses evaluasi dan menggunakan informasi secara efektif, efisien dan beretika. Sehingga dengan mengikuti LCS pemustaka dapat meningkatkan keterampilan literasi informasi sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian.

Harapan lain dengan adanya LCS adalah pemustaka dapat menghasilkan sebuah karya baik dalam bentuk tulisan maupun produk yang tetap berpegang teguh pada integritas akademik. Hasil karya ilmiah pemustaka tersebut nantinya juga dapat dipublikasikan melalui media yang bereputasi seperti karya tulis dapat dipublikasikan pada jurnal yang memiliki reputasi baik dalam skala nasional maupun internasional, sedangkan karya dalam bentuk produk dapat didaftarkan pada HAKI. Sehingga dapat berdampak pada jumlah prestasi dan meningkatkan ranking universitas.

Mengingat pentingnya kegiatan LCS dalam meningkatkan keterampilan literasi informasi pemustaka, perpustakaan berharap agar kegiatan ini dapat dijadikan agenda rutin dan wajib diikuti oleh pemustaka khususnya mahasiswa dan dosen baru di lingkungan Universitas Surabaya. Apabila memungkinkan agar materi literasi informasi ini dapat menjadi mata kuliah umum di lingkup universitas.

c. Pihak-pihak Terkait

Dalam penyelenggaraan kegiatan LCS ini perpustakaan bekerja sama dengan unit terkait untuk mendukung keberhasilan kegiatan ini, salah satunya bekerja sama dengan Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (PPI) untuk menjadi narasumber tentang penerbitan dan publikasi karya ilmiah. Selain itu, perpustakaan juga bekerja sama dengan Fakultas, Program Studi, Dosen maupun KSM mahasiswa dalam bidang promosi kegiatan LCS kepada mahasiswa agar mengikuti kegiatan ini.

Dalam mendukung kegiatan LCS di perpustakaan, Direkotrat SIM telah menyediakan fasilitas akses wifi “VIP” agar kegiatan ini berjalan dengan lancar. Selain itu, perpustakaan juga bekerja sama dengan pihak PPKP dalam hal penyediaan course literasi informasi pada Ubaya Learning Space (ULS).

d. Hasil Pelaksanaan LCS

(6)

LCS secara resmi diselenggarakan oleh perpustakaan Ubaya pada bulan Oktober 2020, namun pihak perpustakaan juga mengisi kelas literasi informasi online atas permintaan fakultas maupun program studi. LCS ini merupakan komitmen perpustakaan Ubaya untuk tetap dapat memberikan layanan literasi informasi meskipun dalam masa pandemi. Tujuan dari LCS ini adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada sivitas akademika tentang pentingnya kemampuan literasi informasi dalam mendukung pembelajaran dan penelitian khususnya pada masa study from home.

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan LCS

Kegiatan rutin LCS diselenggarakan setiap hari Selasa dan Kamis pukul 12.00- selesai dengan rata-rata peserta di tiap kegiatan 25-30 orang. Namun kegiatan LCS juga diselenggarakan atas permintaan fakultas maupun program studi dengan jumlah peserta

±> 50 orang. LCS juga memberikan kelas privat bagi sivitas akademika dengan jumlah peserta 1-5 orang dikarenakan jadwal kelas rutin bersamaan dengan jadwal kuliah atau kegiatan yang lain. Selama tahun akademik 2020-2021 kegiatan LCS telah diselenggarakan sebanyak 36 kali secara online.

LCS terbagi menjadi beberapa seri untuk mewakili tema materi yang disampaikan. Sivitas akademika bebas memilih seri materi yang diinginkan dan dengan menyesuaikan kebutuhannya. Adapun seri materi yang disampaikan dan dapat dipilih oleh sivitas akademika antara lain :

▪ Pemanfaatan Reference Manager (Mendeley)

▪ Integritas Akademik dan Antiplagiarime (Turnitin)

(7)

▪ Strategi Penelusuran Informasi Ilmiah

▪ Unggah Mandiri Tugas Akhir

▪ Publikasi Karya Ilmiah

▪ Optimalisasi Ms. Word untuk Penulisan Ilmiah

▪ Optimalisasi Media Presentasi

  Gambar 2. Materi Kegiatan LCS

Kesimpulan

Berkreasi dan berinovasi selama masa pandemi wajib dilakukan oleh semua perpustakaan jika ingin mempertahankan eksistensinya. Masa pandemi telah merubah seluruh bentuk aktivitas sosial masyarakat tak terkecuali aktivitas di perpustakaan.

Menghadirkan Library Coaching Series secara online merupakan sebuah komitmen perpustakaan untuk tetap aktif memberikan layanan edukasi dan literasi informasi kepada pemustaka. Perpustakaan telah mengkonsep secara apik dan bernuansa baru kegiatan ini dengan tujuan memberikan peningkatan keterampilan dan wawasan literasi informasi pemustaka dalam mendukung study from home.

Berdasarkan hasil evaluasi kepada pemustaka, mereka sudah merasakan besarnya manfaat dari kegiatan ini selama masa study from home dan menilai bahwa kegiatan ini sangat baik untuk mendukung dalam kegiatan penulisan ilmiah dan tugas kuliah.

Pemustaka menyatakan bahwa kebutuhan informasi mereka semakin meningkat selama masa study from home ini, sehingga dibutuhkan kemampuan analisis kritis dan evaluasi informasi untuk problem solving mereka.

Mendapatkan tanggapan yang baik dari pemustaka, kegiatan Library Coaching Series belum bisa dikatakan sempurna. Kurangnya publikasi dan promosi kegiatan ini

(8)

menjadi kelemahan yang harus ditindaklanjuti. Selain itu, pemustaka menginginkan agar kegiatan ini diselenggarakan dalam durasi yang lebih lama.

Daftar Pustaka

Harsono. (2008). Pengantar Problem-Based Learning. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM; 2008.

Instruksi Rektor Universitas Surabaya Nomor 0540/UM/SR/III/2020 tentang kewaspadaan dan pencegahan penyebaran Virus Covid 19 agar seluruh aktivitas mahasiswa Universitas Surabaya dan Politeknik Universitas Surabaya dilakukan di kediaman masing-masing.

Intan, Ghita. (2020). Cegah Penyebaran Corona, Jokowi Imbau Masyarakat Bekerja, Belajar

dan Beribadah di Rumah. VOAIndonesia tersedia pada https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/cegah-penyebaran-virus-corona-

jokowi-himbau-masyarakat-bekerja-sekolah-dan-beribadah-di-rumah/5329634.html

International Coaching Community. (2018). What is Coaching?

https://internationalcoachingcommunity.com/what-is-coaching/

Mehta, D. & Wang, X. (2020). Covid-19 and Digital Library Service - a Case Study of a University Library. Digital Libraries Perspective. https://doi.org/10.1108/DLP-05-2020- 0030

Oxford Learner’s Dictionaries. https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/

Prasetyo, Djoko, et. al. (2017). Keterampilan Literasi Informasi Mahasiswa Menurut Standar Kompetensi Literasi Informasi Association of College and Research Libraries (ACRL).

Baca : Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 39 (1), pp. 37-49. DOI:

http://dx.doi.org/10.14203/j.baca.v0i0.346

Savery JR. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions.

Interdisciplinary Journal of problem-based learning. 1(1), pp. 3-13.

Simurat, Yohana C., Zulharman, Amtarina, Rina. (2017). Pola Keterampilan Literasi

Informasi dalam Proses Pembelajaran Problem-Based Learning Pada Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Riau. JOM FK 4(2) Oktober 2017, pp. 1-12.

Surat Keputusan Rektor Universitas Surabaya Nomor 0560/UM/SR/III/2020 tentang

perpanjangan masa kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring dan bekerja dari kediaman hingga 9 Juni 2020.

Tammaro, A.M. (2020). COVID 19 and libraries in Italy. International Information and Library Review: Taylor and Francis, pp. 1-5.

The Association of College and Reserach Libraries. (2016). Framework for Information Literacy for Higher Education. Chicago : ACRL.

The Association of College and Research Libraries. (2000). Information Literacy Competency Standards for Higher Education. American Library Association.

Winata, A.P., Fadelina, R., Basuki, S. (2020). New Normal and Library Services in Indonesia:

a Case Study of University Libraries. Digital Libraries Perspective.

https://doi.org/10.1108/DLP-07-2020-0059

Wenger K. Problem-based learning and information literacy. Pennsylvania Libraries: Research

& Practice; 2014. 2(2): 142–54. https://doi.org/10.5195/palrap.2014.61

Gambar

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan LCS

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Hasil analisis deskriptif variabel kompetensi tergolong baik. Dengan demikian, maka guru SMA di Kota Masohi memiliki

Untuk pertanyaan terkait perolehan informasi mengenai Kebijakan Lingkungan Perusahaan dan Tujuan, Sasaran dan Program Lingkungan Perusahaan, sebanyak 58% atau 70

( syu>ra ) pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya. 10 Dengan kata lain, keputusan musyawarah tidak dapat diterapkan

Hal ini karena pendidikan karakter merupakan proses untuk membentuk, menumbuhkan, me- ngembangkan dan mendewasakan ke- pribadian anak menjadi pribadi yang bijaksana dan

Indikator pemantauan dan evaluasi dalam Badan Penelitian dan Pengembangan dilakukan untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh Unsur

Potensi utama kampung diantaranya yang terdiri dari sejarah kawasan, bangunan, lingkungan, home industry khususnya batik, tradisi sosial, seni budaya dikembangkan

laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan. Kompetensi Dasar: 4.1 Menginterprestasi makna teks laporan hasil observasi baik secara lisan maupun

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas VIII D SMPN 19 Pontianak. Penelitian dilakukan dengan menganalisis uji pengaruh