• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini dapat memberikan manfaat dalam bidang sosial budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri masyarakat lokal yang memiliki kebudayaan tersebut. Dewasa ini, pariwisata budaya berkembang dengan cepat karena adanya tren baru di kalangan wisatawan yaitu kecenderungan untuk mencari sesuatu yang unik dan autentik dari suatu kebudayaan.

Kebudayaan memiliki tujuh unsur universal, yaitu: (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi, dan (7) kesenian (Alfian, 1985:102).

Museum merupakan salah satu objek wisata budaya (cultural tourism object) karena bangunan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-

benda warisan kebudayaan (cultural heritage). Benda-benda yang tersimpan di museum memiliki nilai leluhur yang tinggi karena benda inilah yang menjadi bukti fisik kebudayaan suatu masyarakat di masa lampau. Pengunjung museum bisa mendapatkan gambaran suatu kehidupan masyarakat di masa lampau dengan melihat benda-benda yang tersimpan di suatu museum.

(2)

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak museum yang tersebar di berbagai daerah. Masing–masing museum menyimpan koleksi yang berbeda-beda.

Museum Batak di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo merupakan salah satu museum di Indonesia yang menyimpan benda-benda warisan kebudayaan masyarakat Suku Batak. Museum ini sangat unik karena memiliki bentuk bangunan yang sama dengan rumah adat tradisional Suku Batak yaitu Rumah Bolon. Selain itu, museum ini juga menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Batak pada zaman dahulu kala. Potensi yang terdapat di museum ini dinilai dapat memenuhi kriteria kebutuhan tren wisata yang ada sekarang karena museum ini memiliki bangunan yang unik dan menarik serta koleksi bersifat autentik (asli) yang layak dikomunikasikan dengan pengunjung.

Museum Batak memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu atraksi wisata budaya yang unik di kawasan Desa Tomok, Kecamatan Simanindo akan tetapi tidak didukung oleh perencanaan pengembangan pariwisata yang baik. Oleh karena itu, penulis mengambil Museum Batak di Desa Tomok sebagai lokasi untuk meneliti konsep dan strategi pengembangan museum yang efektif dalam rangka mewujudkan Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya yang layak dan menarik untuk dikunjungi wisatawan di Desa Tomok.

(3)

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

a. Lokus

Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

b. Fokus

Penelitian difokuskan untuk menganalisis aspek-aspek perencanaan pariwisata di Museum Batak untuk mengetahui kondisi Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu berupa konsep dan strategi pengembangan yang bisa digunakan sebagai rekomendasi di masa yang akan datang untuk mewujudkan Museum Batak di Desa Tomok sebagai atraksi wisata budaya yang menarik dan layak dikunjungi oleh wisatawan. Museum ini dapat digunakan sebagai tempat untuk melihat dan mempelajari kebudayaan maupun sejarah di dalam masyarakat Batak.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya di Desa Tomok?

2. Bagaimana konsep perencanaan pengembangan pariwisata yang cocok diterapkan untuk mewujudkan Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya di Desa Tomok?

1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya di Desa Tomok.

(4)

2. Untuk merumuskan rancangan strategi pengembangan yang bisa digunakan sebagai rekomendasi di masa yang akan datang untuk diterapkan di Museum Batak dalam rangka mewujudkannya sebagai atraksi wisata budaya di Desa Tomok serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke museum tersebut.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu lebih memahami tentang strategi perencanaan pengembangan yang sesuai untuk mewujudkan Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya yang layak dan menarik untuk dikunjungi wisatawan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

a. Dalam dunia pariwisata, penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan Museum Batak di Desa Tomok, Kabupaten Samosir. Informasi ini dapat membantu pihak-pihak pengelola dan pihak yang mengembangkan untuk mengambil keputusan mengenai upaya-upaya efektif yang dapat digunakan untuk mengembangkan Museum Batak di Desa Tomok.

(5)

b. Dalam dunia akademik, penelitian ini diharapkan mampu dijadikan acuan oleh pihak/peneliti selanjutnya khususnya penelitian dalam bidang kepariwisataan di Kabupaten Samosir. Penelitian ini dapat dijadikan pustaka untuk penelitian tersebut. Untuk kalangan akademisi lainnya seperti mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai konsep yang bisa digunakan sebagai rekomendasi pengembangan atraksi wisata di masa yang akan datang.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian atraksi wisata museum sudah banyak dilakukan baik dari segi manajemen koleksi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, manajemen administrasi dan analisis daya tarik berdasarkan studi terhadap pengunjung.

Penelitian yang mengambil tema manajemen koleksi ditulis oleh Adya Grahita, mahasiswa dari jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini merupakan sebuah skripsi yang berjudul

“Manajemen Koleksi Museum Affandi Yogyakarta: Sebuah Evaluasi”.

Sebuah penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Tri Winarni, mahasiswa jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul “Evaluasi Pengelolaan Koleksi Museum Wayang Kekayon Yogyakarta”. Penelitian mengenai manajemen museum ditulis oleh

Miftah Fauzi di dalam skripsinya dengan judul “Manajemen Museum Kereta Api Ambarawa”. Di dalam penelitian ini, Miftah mengumpulkan data mengenai manajemen koleksi, manajemen sumberdaya manusia dan

(6)

manajemen administrasi museum. Selain itu, juga dibahas mengenai masalah non fisik museum dalam perannya sebagai museum sekaligus objek wisata.

Penelitian yang mengambil tema mengenai daya tarik suatu museum dilakukan oleh Gun Kuntara Adhiarta dalam skripsinya yang berjudul “Daya Tarik Museum Gunungapi Merapi: Kajian Berdasarkan Visitor Studies”.

Penelitian membahas mengenai tujuan, lokasi dan aksesibilitas museum di dalam gambaran umumnya. Di dalam penelitian ini juga terdapat segmentasi wisatawan yang berkunjung ke museum.

Sejauh ini, penelitian mengenai rencana pengembangan museum sebagai atraksi wisata budaya pada Museum Batak di Desa Tomok belum pernah dilakukan. Namun, penelitian dalam bidang pariwisata yang bertema rencana pengembangan museum sebagai objek wisata telah dilakukan oleh Ika Setyorini M. S., mahasiswi jurusan Kepariwisataan Universitas Gadjah Mada sebagai laporan akhir dengan judul “Rencana Pengembangan Museum Wayang Kekayon sebagai Objek Wisata Alternatif Berbasis Pendidikan”.

Penelitian tersebut memang menyangkut rencana pengembangan museum sebagai objek wisata, namun dilakukan pada lokus yang berbeda.

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang pariwisata yang membahas mengenai konsep pengembangan yang cocok diterapkan dalam Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya di Desa Tomok. Seluruh komponen yang berhubungan dengan perencanaan dan pengembangan Museum Batak dibahas dan diteliti dalam penelitian ini seperti segmentasi wisatawan, transportasi atau aksesibilitas, atraksi seperti koleksi, fasilitas,

(7)

serta informasi dan promosi. Analisis manajemen museum yang berfungsi untuk tujuan perencanaan (planning) juga sedikit banyaknya akan dibahas di dalam penelitian ini.

1.7 Landasan Teori

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan dengan keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara melakukan kunjungan ke tempat lain atau luar negeri, mempelajari keadaan, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat, cara hidup, budaya serta seni yang dimiliki oleh mereka.

Perjalanan ini biasanya dilakukan wisatawan untuk mengambil kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya seperti seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara atau kegiatan yang memiliki motif sejarah dan sebagainya. Wisata budaya adalah jenis wisata yang paling populer di negeri kita. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa wisata jenis inilah yang menjadi pilihan utama bagi wisatawan mancanegara yang ingin mengetahui kebudayaan dan kesenian kita serta segala sesuatu yang berhubungan dengan adat istiadat dan kehidupan seni budaya kita (Pendit, 1994:41).

“Dalam perspektif budaya, aktivitas kepariwisataan merangsang tumbuh kembangnya kreasi seni budaya yang dapat diperkenalkan kepada para wisatawan. Untuk itu, perlu digali kebudayaan daerah (lokal), dikembangkan, bahkan dilestarikan” (Munawaroh, dkk., 1999:93-94).

Museum adalah bangunan yang menyimpan benda-benda warisan budaya dan bisa dikunjungi oleh masyarakat umum untuk kepentingan studi maupun wisata. Menurut Sri Soejatmi Satari dalam buku berjudul “Pedoman Pemeliharaan dan Pemugaran Bangunan Museum” (1992), museum memiliki

(8)

tugas untuk melestarikan warisan budaya dengan cara mengumpulkan, merawat, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan warisan budaya tersebut kepada masyarakat.

ICOM (International Council of Museums) mendefinisikan museum sebagai suatu institusi non-profit permanen yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum serta mengumpulkan, memelihara, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan benda–benda bukti keberadaan manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, edukasi atau pendidikan dan kesenangan.1 Dari pendapat ini jelas dikemukakan bahwa koleksi yang terdapat di dalam suatu museum bisa dipamerkan untuk tujuan wisata maupun edukasi yang terbuka untuk umum.

Museum mengalami pengembangan konsep dalam fungsinya sebagai komunikator budaya. Museum berperan sebagai pengawal warisan budaya.

Museum juga bisa disebut sebagai cagar budaya karena fungsinya yang melestarikan warisan budaya serta menampilkannya kepada masyarakat. Pada saat ini telah bertumbuh konsep-konsep museum baru yang bertujuan menampilkan kehidupan dengan cara yang lebih utuh melalui keterlibatan pengunjung dalam suatu kegiatan yang terdapat di museum. Fungsi pokok museum terhadap pengunjung adalah mengkomunikasikan koleksi berupa warisan budaya. Komunikasi yang dilakukan oleh museum selalu mempunyai tema tertentu tergantung dari tujuan sebuah museum didirikan serta jenis koleksi yang disimpan di dalamnya (Sumadio, 1996:21). Museum Batak

1 Diakses dari http://archives.icom.museum/ethics.html, pada tanggal 26 Januari 2013 pukul 17.50 WIB.

(9)

didirikan dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan dengan jenis koleksi berupa benda-benda peninggalan masyarakat Batak dari zaman dahulu sehingga museum ini bisa disebut sebagai komunikator kebudayaan Batak.

Makna koleksi suatu museum tidak tampil dengan sendirinya dan mendapat apresiasi dari pengunjung tetapi diperlukan pemahaman mengenai koleksi dan kreativitas agar tercipta komunikasi antara museum dan pengunjung (Sumadio, 1996:17). Suatu konsep komunikasi antara Museum Batak dan pengunjungnya perlu dirancang dengan baik agar koleksi museum ini mendapatkan apresiasi yang baik di mata pengunjungnya.

Sebuah museum harus mempunyai sarana pokok dan sarana penunjang agar dapat berfungsi dengan baik seperti yang diinginkan oleh masyarakat penggunanya. Sarana pokok museum meliputi bangunan, sarana penyimpanan koleksi, sarana penelitian dan perawatan koleksi, sarana penyajian koleksi serta sarana edukasi. Sarana penunjang museum meliputi sarana pemeliharaan bangunan, sarana pembuat rencana gambar, sarana administrasi, serta papan petunjuk yang terdapat di dalam lokasi museum (Hadiasmara, 1991:16).

Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya harus memiliki dan menyediakan fasilitas yang membuat para wisatawan merasa nyaman pada saat melakukan kunjungan ke museum. Selain itu, museum ini juga sebaiknya memiliki fasilitas untuk merawat koleksi yang dimiliki agar koleksi tersebut tidak hancur dimakan oleh waktu.

Museum sebagai bangunan yang dipergunakan oleh masyarakat hendaknya dirancang dan dikelola sesuai dengan kebutuhan masyarakat

(10)

seperti kebutuhan rekreasi, kebutuhan edukasi, kebutuhan proteksi, penyaluran ekspresi serta kebutuhan informasi (Hadiasmara, 1991:26). Rancangan pengembangan dan pengelolaan Museum Batak diarahkan pada suatu konsep berupa atraksi wisata budaya yang komunikatif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekarang akan hiburan, pendidikan, keamanan, penyaluran ekspresi dalam suatu kegiatan serta informasi.

Untuk mewujudkan Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya yang komunikatif perlu diadakan perencanaan dan pengembangan dalam setiap aspek–aspek wisatanya termasuk proses wisatawan mencapai lokasi museum, hal–hal yang dapat dilihat, dilakukan dan dibeli wisatawan di lokasi museum, fasilitas serta informasi dan promosi yang bisa didapatkan wisatawan sehubungan dengan museum.

Menurut Oka A. Yoeti dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata” (1997:2), aspek aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata adalah:

a. Wisatawan (tourist)

b. Pengangkutan (transportations) c. Atraksi/Objek wisata (attractions) d. Fasilitas pelayanan (service facilities) e. Informasi dan Promosi (informations)

Pada dasarnya perencanaan dimaksudkan untuk memberikan batasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dan menentukan cara–cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan, alasan untuk merencanakan

(11)

pengembangan kepariwisataan adalah agar pengembangannya tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan dan yang lebih penting ialah agar dapat mencapai sasarannya (Yoeti, 1997:9).

“Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumber daya, memperluas kesempatan, mengakui keberhasilan, dan mengintegrasikan kemajuan. Dari segi kualitatif, pengembangan berfungsi sebagai peningkatan meliputi penyempurnaan program ke arah yang lebih baik. Pengembangan dalam hal ini mencakup pengembangan kuantitas dan kualitas, keterampilan produktif dan perluasan pasar. Dari segi kuantitatif, fungsi pengembangan adalah memperluas program dengan titik berat perluasan jangkauan wilayah dan jangkauan sasaran program” (Ramly, 2007:45).

Museum Batak menawarkan warisan kebudayaan sebagai produk yang akan dikembangkan di bidang pariwisata. Pada dasarnya, pengembangan suatu produk adalah usaha terencana yang secara sadar dilakukan untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan atau menambah jenis produk yang dihasilkan atau yang akan dipasarkan dan umumnya suatu produk yang dihasilkan itu disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Modifikasi produk lama juga perlu dilakukan untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang berubah–ubah. Dengan cara demikian, pemakaian suatu produk dapat diperluas sehingga dapat memperkuat posisinya dalam pasar yang telah ada.

Variasi objek dan atraksi yang akan dijual perlu diciptakan untuk konsumsi wisatawan dan untuk memelihara keasliannya. Untuk itu pengembangan produk (product development) diperlukan dalam industri kepariwisataan. Banyaknya objek dan atraksi yang akan dijual memiliki

(12)

pengaruh yang sangat besar untuk memperpanjang lamanya tinggal (length of stay).

Museum Batak sebagai suatu atraksi wisata sebaiknya memenuhi kriteria product-style yang baik yaitu :

a. Atraksi harus menarik untuk disaksikan dan dipelajari.

b. Memiliki sesuatu yang khusus dan berbeda dari atraksi yang lain.

c. Prasarana menuju ke tempat atraksi harus terpelihara dengan baik.

d. Tersedia fasilitas : something to see, something to do, dan something to buy.

e. Jika diperlukan, dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi dan hal lain yang dianggap perlu (Yoeti, 1997).

Pariwisata yang berkembang dengan baik dapat memberikan manfaat bagi wisatawan maupun komunitas masyarakat. Pariwisata dapat membantu menaikkan standar hidup masyarakat dengan keuntungan ekonomi yang didapat dari suatu kawasan wisata. Selain itu, pengembangan infrastruktur dan penyediaan fasilitas wisata juga dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun masyarakat lokal (Mill, 1990:153).

1.8 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

“Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar-fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat“

(Kusmayadi dan Endar, 2000:29).

(13)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penyajian analisis dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (naratif).

1.8.1 Sumber data

a. Data Primer : data diperoleh langsung dari sumbernya berupa data hasil wawancara dari beberapa responden serta data yang diperoleh selama proses observasi dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder : data diperoleh dari sumber-sumber lain yang menunjang penelitian ini yang bukan merupakan pihak pertama berupa data dari instansi terkait misalnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Samosir berupa laporan tahunan di bidang kepariwisataan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir (Samosir dalam Angka 2012).

1.8.2 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah (1) peneliti sendiri, (2) aplikasi perekam suara (recorder), dan (3) kamera digital untuk mendapatkan data yang diperlukan dari semua pihak terkait sehingga data yang diperoleh dapat menjawab semua permasalahan yang diteliti.

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Pengamatan/observasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Utama dan Mahadewi, 2012:52).

(14)

Observasi dilakukan di kompleks Museum Batak untuk mengamati bangunan museum, benda-benda koleksi, fasilitas serta amenitas yang tersedia di kompleks museum. Selain itu, observasi juga dilakukan di lokasi Museum Batak yaitu Desa Tomok untuk mengetahui akses menuju museum, alat transportasi, fasilitas pelayanan seperti akomodasi, restoran serta pelayanan umum yang terdapat di desa tersebut.

b. Wawancara bebas terpimpin.

Teknik wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Wawancara hanya memuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti dan selanjutnya proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. (Utama dan Dewi, 2012:65)

Penulis menggunakan pedoman interview sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah. Wawancara dilakukan dengan beberapa responden yaitu pemilik Museum Batak dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum Batak.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan ke berbagai sumber data seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Samosir berupa data kepariwisataan di Kabupaten Samosir serta pengumpulan data dari berbagai buku dan hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan landasan pelaksanaan studi kepustakaan.

(15)

1.8.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan antara lain sebagai berikut : a. Analisis deskriptif

Teknik analisis data dengan menggunakan metode ini adalah dengan cara mengubah data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan serta menyusunnya sedemikian rupa dan menyajikannya menjadi suatu informasi. (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:179)

b. Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT.

Di dalam matriks SWOT akan diidentifikasi kondisi internal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki Museum Batak pada aspek-aspek perencanaan pariwisata, serta situasi eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Hasil identifikasi ini akan menghasilkan strategi alternatif untuk pengembangan Museum Batak sebagai atraksi wisata budaya di Desa Tomok. (Utama dan Mahadewi, 2012:150).

Referensi

Dokumen terkait

Topik bidang ini pada dasarnya merupakan penerapan atau pengembangan serta analisisnya dari pendekatan komunikasi data, dan networking system pada perusahaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ulkus diabetikum di bangsal penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

Model logit regresi ZIP menjelaskan bahwa peluang jumlah penderita filariasis di kabupaten/kota yang bernilai nol dipengaruhi oleh persentase penduduk yang tidur

Identifikasi unsur dalam cuplikan lapisan tipis yang terdeposit pada permukaan substrat kaca dilakukan dengan menggunakan metode analisis aktivasi neutron cepat menunjukkan bahwa

Yang dimaksud dengan Pergeseran dalam penelitian ini adalah permasalahan mengenai penggunaan bahasa Buol (kosa kata yang digunakan) sebagai bahasa sehari- hari oleh masyarakat

Steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain tidak akan menyadari

Stations) pada stasiun data kampus baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa yang dioperasikan sejak bulan Agustus 2013 hingga sekarang. Pengolahan dan

Banyak komplikasi yang muncul akibat penyakit diabetes ini, hal yang dapat dilakukan oleh penderita DM adalah mencegah komplikasi dengan cara mengontrol dan mengendalikan