• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK : 10 1. REVIA MONALIKA 2. RIA PRANSISKA 3. RENI

4. RIKA

DOSEN PEMBIMBING : VERA YUANITA, SST

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

PALEMBANG

2017

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Komunikasi Konseling pada Ibu Nifas. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Konseling.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian baca selengkapnya ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas.

Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

Bantuan konseling pada ibu nifas meliputi adaptasi padfa masa nifas,

teknik menyusui dan perawatan payudara atau manajemen laktasi.

(4)

2

Pemahaman klien terhadap keadaan dirinya perlu memperoleh bantuan, hal tersebut karena klien masih dalam keadaan lelah akibat persalinan, adanya perasaan nyeri setelah bersalin, engorgement, proses involusi, proses lokhea, laktasi. Pelaksanaan asuhan kebidanan dengan rawat gabung (rooming in) yang artinya pelaksanaan rawat gabung ibu dan bayinya. Dalam keadaan tersebut, ibu diajak untuk mulai memperhatikan bayinya dan mulai melakukan kedekatan antar ibu dan bayinya.

Dalam proses konseling, bidan sebagai konselor harus mampu

mendengarkan klien dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan kepada ibu

dalam rangka memandirikan ibu dalam rangka merawat dan memenuhi

kebutuhan bayinya. Bidan memeriksa keadaan fundus uteri dengan penuh

kelembutan perabaan serta melakukan komunikasi dengan klien dan

menerima segala keluhan klien. Bidan membimbing klien dalam

melaksanakan proses menyusui yang baik pada proses rawat gabung. Bidan

mencontohkan cara memegang bayi dengan kasih sayang penuh.

(5)

3 BAB II PERMASALAHAN

Yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian masa nifas?

2. Bagaimana tahapan dalam masa nifas?

3. Apa tujuan dari asuhan masa nifas?

4. Bagaimana terjadinya proses perubahan pada organ reproduksi ibu masa nifas?

5. Adaptasi psikologis seorang ibu dalam masa nifas?

6. Aspek-aspek klinis masa nifas?

7. Apa saja kebijakan program nasional masa nifas?

8. Apa tujuan dari kunjungan masa nifas?

9. Bagaimana cara perawatan masa nifas?

10. Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan pada ibu nifas?

11. Asuhan apa saja yang termasuk ke lanjutan masa nifas dirumah?

(6)

4 BAB III PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Rukiyah, 2013).

2.2 Tujuan Masa Nifas

Tujuan masa nifas antara lain :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

2. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya

(7)

5

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari

4. Memberikan pelayanan KB 2.3 Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas terdiri dari:

1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode early post partum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periode lat post partum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

2.4 Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas terdiri dari empat kunjungan yaitu:

1. Kunjungan pertama

Kunjungan pertama yaitu dilakukan pada waktu 6-8 jam setelah persalinan

dengan tujuan :

(8)

6

a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas karena persalinan atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.

c. Mendirikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f. Menjaga agar bayi tetap hangat dan sehat dengan cara mencegah

hipotermia.

2. Kunjungan kedua

Kunjungan yang kedua yaitu dilakukan pada waktu enam hari setelah persalinan dengan tujuan:

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak adanya perdarahan abnormal dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan, seperti perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.

(9)

7

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

3. Kunjungan ketiga

Kunjungan yang ketiga yaitu dilakukan pada waktu dua minggu setelah persalinan dengan tujuan yang sama seprti kunjungan yang dilakukan pada waktu enam hari setelah melahirkan yaitu:

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda penyulit.

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

4. Kunjungan ke empat

Kunjungan yang keempat yaitu dilakukan setelah enam minggu persalinan dengan tujuan:

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(10)

8 2.5 Komplikasi Pada Masa Nifas

Komplikasi pada masa nifas, antara lain:

1. Infeksi masa nifas

2. Perdarahan dalam masa nifas 3. Infeksi saluran kemih

4. Masalah dalam pemberian ASI a. Putting susu lecet

b. Payudara bengkak c. Saluran susu tersumbat d. Mastitis

e. Abses payudara

2.6 Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas

Kebutuhan ibu pada masa nifas antara lain : 1. Kebutuhan nutrisi dan cairan

2. Kebutuhan ambulasi Kebutuhan eliminasi a. Buang air kecil b. Buang air besar

3. Kebutuhan personal hygiene

4. Kebutuhan istirahat dan tidur

5. Kebutuhan aktivitas seksual

(11)

9 2.7 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Saleha (2009), perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas, yaitu:

1. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2

0

C. sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5

0

C dari keadaan normal, namun tidak akan kembali normal.

2. Nadi dan pernapasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita.

Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

3. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.

2.8 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Perubahan psikologis yang terjadi pada masa nifas, antara lain:

1. Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih

(12)

10

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

3. Letting go period

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya

2.9 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk : 1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya. Asuhan yang diberikan sewaktu

melakukan kunjungan masa nifas.

(13)

11

2.10 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain : 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional.

(14)

12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bantuan konseling pada ibu nifas meliputi adaptasi padfa masa nifas, teknik menyusui dan perawatan payudara atau manajemen laktasi.

Pemahaman klien terhadap keadaan dirinya perlu memperoleh bantuan, hal tersebut karena klien masih dalam keadaan lelah akibat persalinan, adanya perasaan nyeri setelah bersalin, engorgement, proses involusi, proses lokhea, laktasi. Pelaksanaan asuhan kebidanan dengan rawat gabung (rooming in) yang artinya pelaksanaan rawat gabung ibu dan bayinya. Dalam keadaan tersebut, ibu diajak untuk mulai memperhatikan bayinya dan mulai melakukan kedekatan antar ibu dan bayinya.

4.2 Saran

Dewasa ini penerapan asuhan pada ibu nifas sangat di perlukan karena

sangat membantu ibu dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu ketika

mengalami kesulitan dalam mengasuh bayinya. Serta, dengan adanya

konseling masa nifas ibu menjadi lebih memahami betapa pentingnya

menjaga kebersihan, pemenuhan nutrisi, waspada akan terjadinya kelainan-

kelainan yang dapat membahayakan ibu dan bayinya. Selain itu juga dapat

membantu mahasiswa dalam belajar tentang betapa pentingnya asuhan

kebidanan untuk ibu nifas khususnya mahasiswa kebidanan.

(15)

13

DAFTAR PUSTAKA

Marmi. 2011. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Maryunani. 2015. Asuhan ibu nifas dan asuhan ibu menyusui. Bogor : In Media Ratna. 2015. Komunikasi dan Konseling pada ibu nifas.

http://www.ratna.blogspot.com, diakses 3 Oktober 2017

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2013. Asuhan kebidanan patologi kebidanan.

Jakarta : Trans Info Media.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta : Salemba Medika Wulandari, Diah. 2012. Komunikasi Dan Konseling Dallam Praktek Kebidanan.

Jakarta : Salemba Medika

Referensi

Dokumen terkait

Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan media booklet terhadap pengetahuan ibu nifas tentang perawatan masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Basuki

Menurut Suhemi, 2008 masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim

Semua bidan mengatakan bahwa kun- jungan masa nifas sangat penting untuk memantau keadaan ibu dan bayi sehingga sebagian besar responden bidan melakukan asuhan kebidanan masa nifas

Berdasarkan uraian diatas, teori mendukung fakta bahwa istirahat merupakan kebutuhan dasar ibu nifas yang harus dipenuhi dan jika kebutuhan tidur ibu nifas tidak

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi ibu nifas di Puskesmas Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto terhadap pelayanan kunjungan nifas

Kemampuan ibu nifas melakukan perawatan pada diri dan bayinya yang dilakukan secara mandiri yang meliputi: A.. Perawatan diri ibu selama masa nifas

Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi