• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas Antara Ibu Primipara dengan Multipara Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas Antara Ibu Primipara dengan Multipara Chapter III VI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang

akan diamati dan diukur melalui penelitian yang dilakukan. Pada skema kerangka

konsep dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah ibu primipara dan

multipara pada periode nifas.

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas ibu primipara dan

multipara. Maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan

dengan skema dibawah ini:

Skema 1. Kerangka konseptual kemampuan perawatan mandiri periode nifas ibu

primipara dan multipara

Baik

Kemampuan Perawatan Mandiri

Periode Nifas Ibu Primipara

Sedang

(2)

2. Defenisi Operasional pada diri dan bayinya yang dilakukan secara mandiri yang meliputi: A. Perawatan diri ibu selama masa nifas

8. Personal hygiene dan pakaian

9. ASI dan perawatan payudara

B. Perawatan Bayi Baru Lahir

1. Memandikan bayi dan Perawatan pada mata, hidung dan telinga bayi serta alat kelamin

2. Merawat tali pusat 3. Merawat kulit dan bila skornya 56-80 Kemandirian Sedang bila skornya 28-55 Kemandirian buruk bila skornya 0-27

Ordinal

3. Hipotesa

Terdapat perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas ibu

(3)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

komparatif,yaitu jenis penelitian dengan menggunakan metode studi perbandingan

atau memeriksa dan menguraikan perbedaan variabel pada 2 atau lebih kelompok

sampel (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas ibu primipara dan

multipara.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmodjo,

2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu periode nifas baik primipara dan

multipara. Populasi dibagi atas dua yaitu jumlah ibu primipara dan juga multipara

selama tahun 2016 sebanyak 198 orang.

Jumlah ibu primipara

Jumlah ibu multipara

Total

63 orang 95 orang 158 orang

2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(4)

digunakan adalah metode purposive sampling, dimana pemilihan sekelompok

subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang ada sangkut pautnya

dengan penelitian (Nursalam, 2003).

No Rumah Bersalin Frekuensi

Primipara Multipara 1. Klinik Bersalin Sally pancing 17 orang 21 orang 2. Rumah Bersalin Ibu Sumiariani 21 orang 17 orang

Total 38orang 38 orang

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu nifas dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir sehat

b. Ibu dengan periode nifas dini pada hari ke 3

c. Ibu nifas primipara

d. Ibu nifas multipara ( < 5 bayi viable)

Penentuan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan berdasarkan jumlah

subjeknya yaitu dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2012). Untuk

populasi primipara dengan jumlah 63 orang diperoleh sampel sebanyak 38 orang

dengan batas toleransi kesalahan (error tolence) 10%, maka untuk populasi

multipara diambil jumlah yang sama dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan agar tidak mempengaruhi hasil penelitian.

n = 1+N

��2 n = 63

1+6310%2 n = 38

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Sally Pancing. Namun dikarenakan

jumlah responden diklinik tersebut tidak memenuhi jumlah sampel yang

(5)

48

Mei – Juni). Waktu penelitian baik di klinik Sally Pancing maupun di rumah

bersalin Ibu Sumiariani dilakukan bersamaan tergantung tersedianya responden

ditempat tersebut. Lokasi tersebut dipilih karena melayani ibu-ibu bersalin dengan

persalinan spontan. Klinik tersebut berada pada lokasi strategis yaitu berada

ditengah pemukiman yang berpenduduk padat serta satu-satunya klinik khusus

bersalin pada lokasi tersebut sehingga memungkinkan pasien nifas memilih

tempat tersebut. Hal ini dapat membantu untuk mendapatkan sampel yang

diinginkan. Penelitian ini dimulai dari bulan September 2016 hingga Juni 2017.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan

memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang telah bersedia harus

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Calon responden yang

bersedia diteliti tetapi tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka

persetujuan dilakukan secara lisan. Jika calon responden menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Kerahasiaan catatan

tentang data calon responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden

pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan inisial namanya saja untuk

menjaga semua kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang telah

diperoleh dari calon responden juga hanyadigunakan untuk kepentingan penelitian

(6)

5. Instrumen Penelitian 5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk

kuesioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuesioner ini terdiri dari

kuesioner data demografi calon responden yang berisi identitas calon responden

dan kuesioner kemampuan ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode

nifas .

a. Kuesioner Data Demografi

Data demografi calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik

calon responden. Kuesioner data demografi meliputi nama (inisial), usia, suku

bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per bulan, persalinan

dan status obstetri.

b. Kuesioner kemampuan ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode

nifas .

Kuisioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan perawatan

mandiri periode nifas ibu primipara dan multipara dalam merawat diri selama

periode nifas. Perawatan diri terdiri dari mobilisasi, berkemih dan defekasi,

perawatan perinium, kebersihan vagina, pemenuhan nutrisi, istirahat, personal

hygiene dan pakaian, perawatan payudara, memandikan bayi, perawatan

mata/hidung/telinga/genitalia, perawatan tali pusat, perawatan kulit/kuku,

mengganti popok, dan pemberian makan/minum. Kuesioner perawatan mandiri

terdiri dari 40 pernyataan. Mobilisasi atau aktivitas terdiri dari pernyataan 1-4,

(7)

9-50

10,kebersihan vagina pernyataan 11-14, pemenuhan nutrisi pernyataan 15-18,

istirahat pernyataan 19-20, personal hygiene dan pakaian pernyataan 21-24,

perawatan payudara pernyataan 25-27, memandikan bayi/perawatan

mata/hidung/telinga/genitalia 28-31 pernyataan, perawatan tali pusat 32

pernyataan, perawatan kulit/kuku pernyataan 33-34, mengganti popok pernyataan

35-38, pemberian makan dan minum pernyataan 39-40. Untuk jawaban “sendiri”

diberi skor 2, jawaban “dibantu sebagian” diberi skor 1 dan jawaban “dibantu

penuh” diberi skor 0. Dengan penilaian kemandirian baik bila skornya 56-80,

Sedang bila skornya 28-55, kemandirian buruk bila skornya 0-27.

5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen (kuesioner) yang

digunakan mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukurmenurut situasi dan

kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini

adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen penelitian memuat isi yang

dikehendaki menurut tujuan tertentu.Validitas merupakan suatu derajat yang

menjadi alat ukur yang dianggap benar untuk mengukur (Polit & Beck, 2004).

Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi

jika alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan uji validitas

isi, yaitu instrumen dibuat dengan mengacu pada isi yang sesuai dengan variabel

yang diteliti. Apakah isi atau substansi ukurannya sudah mewakili muatan berupa

(8)

berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus

diukur. Content Validity Index diukur dengan menetapkan ahli mengevaluasi

instrumen dan menentukan relevansi dan kesesuaian pernyataan (Polit & Beck,

2004). Untuk mengukur CVI pada instrumen, peneliti memberikan kepada expert

yang memahami kemampuan perawatan mandiri periode nifas ibu primipara dan

multipara. Uji validitas telah dilakukan pada instrumen ini pada 3 experter. Level

Acceptable adalah koefisien korelasi dalam nilai 0,80 yang dianggap sebagai nilai

minimal predictor individual (Polit & Beck, 2004). Ada pun kevalidan yang

diperoleh yaitu 0.973.

5.3 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil

pengukuran dapat dipercaya hanya jika dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah

(Danang, 2012). Kuesioner mengenai kemampuan perawatan mandiri periode

nifas ibu primipara dan multipara disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada kerangka konseptual dan tinjauan pustaka (oleh karena itu perlu

dilakukan uji reliabilitas). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di

Klinik Bersalin Martua Sudarlis Mandala-Medan. Nilai reliabilitas pada pengujian

kuisioner terhadap responden primipara 10 orang dengan menggunakan

Cronbachs alpha yaitu 0.947 dan multipara 1 orang yaitu 0.854.

Pengujian reliabilitas menggunakan internal consistency, yaitu mencobakan

(9)

52

tertentu. Internal consistency diukur dengan menggunakan koefisien Cronbach

alpha. Jika koefisiensi alpha lebih besar daripada 0.70 maka dinyatakan bahwa

instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel. Maka

dari hasil pengujian, instrumen dapat dikatakan reliabel.

6. Pengumpulan Data

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal

peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara). Kemudian surat

permohonan izin akan disampaikan ke tempat penelitian (Klinik Sally Pancing

Medan dan Klinik Ibu Sumiariani). Setelah mendapatkan izin, peneliti

melaksanakan pengumpulan data penelitian. Setelah mendapatkan data, yaitu

berupa alamat pasien, maka peneliti mengelompokkan pasien primipira dan

multipara untuk dijadikan responden. Calon responden yang sudah

dikelompokkan akan diteliti melalui homevisit, selanjutnya peneliti menjelaskan

kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan

penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan

menjadi responden penelitian. Jika calon responden bersedia diteliti tetapi

tidakbersedia menandatangani lembar persetujuan, maka persetujuan dilakukan

secara lisan. Responden yang bersedia akan diwawancarai dengan berpedoman

pada pertanyaan yang terdapat di lembar kuesioner. Selanjutnya data yang

(10)

7. Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa

data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa

kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua

jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti

dalam melakukan tabulasi data kemudian dilakukan pengolahan.

7.1 Analisa Univariat

Pada penelitian ini, metode analisa univariat akan digunakan untuk

menganalisa data demografi. Data ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbedaan kemampuan

perawatan mandiri periode nifas ibu primipara dan multipara. Data yang diperoleh

diuji normalitasnya menggunakan menggunakan Shapiro-Wilk karena sampel

lebih kecil dari 50.

Apabila data yang diperoleh normal, maka analisis data secara bivariat,

pengujian data dilakukan dengan statistik uji T independen yaitu Uji Beda 2 mean

independen untuk melihat perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas

(11)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

`Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah

dilakukan pengumpulan data sejak April sampai dengan Juni 2017 di Rumah

bersalin Ibu Sumiariani dan Klinik bersalin Sally Pancing Medan.

1. Hasil Penelitian

Adapun hasil penelitian dijabarkan mulai dari data demografi responden,

kemampuan perawatan ibu primipara dan kemampuan ibu multipara pada periode

nifas.

1.1Karakteristik Demografi

Responden pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu ibu primipara

dan ibu multipara dengan kondisi ibu nifas dan bayi baru lahir sehat. Data

demografi yang akan dipaparkan mecakup usia, suku bangsa, tingkat pendidikan,

pekerjaan, penghasilan per bulan, status paritas, pendamping selama masa nifas

(12)

Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi

Karakteristik Demografi Primipara Multipara

Frekuen

a. Dibawah 35 tahun b. Diatas 35 tahun

c. Tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi)

a. Rendah (dibawah Rp

1.900.00,-)

b. Tinggi (Diatas Rp 1.900.000,-) Pendamping selama masa nifas

a. Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data karakteristik responden untuk

primipara mayoritas berada pada rentang usia dibawah 35 tahun sebanyak 34

orang (89.5%), Suku Batak 16 orang (42.1%) dan suku Jawa sebanyak 16 orang

(42.1%), Pendidikan terakhir SMU sebanyak 34 orang (89.5%), Tidak bekerja

(13)

56

17 orang (44.7%), pendamping selama masa nifas terbanyak adalah keluarga

berjumlah 27 orang (71.1%).

Sedangkan hasil penelitian dari data karakteristik responden untuk multipara

mayoritas berada pada rentang usia dibawah 35 tahun sebanyak 27 orang (71.1%),

Suku Jawa 19 orang (50.0%), Pendidikan terakhir yaitu tinggi (SMU dan

Perguruan Tinggi) sebanyak 28 orang (73.7%), Tidak bekerja dan bekerja sama

yaitu sebanyak 19 orang (50%), Penghasilan rata-rata untuk ibu tidak ada

sebanyak 16 orang (42.1%), pendamping selama masa nifas terbanyak adalah

keluarga berjumlah 30 orang (21.1%).

1.2Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas

5.3.1 Tabel distribusi frekuensi dan persentase kemampuan perawatan mandiri

periode nifas

Kategori Primipara Multipara

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Baik 13 34.2 38 100

Sedang 25 65.8 - -

Total 38 100 38 100

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kemandirian ibu nifas

primipara dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas mayoritas

ditemukan berada dalam kategori sedang 25 orang (65.8%). Hasil penelitian untuk

(14)

1.3Perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas

Sebelum dilakukan uji bivariat yaitu uji Mann Whitney untuk mengetahui

perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas antara ibu primipara

dengan multipara, maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan

Shapiro-Wilk karena sampel lebih kecil dari 50. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari pada

tabel 5.4.1.

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas

Signifikansi (p) Kemampuan perawatan mandiri primipara

Kemampuan perawatan mandiri multipara

0.000 0.000

Dari tabel uji normalitas dengan uji Shapiro-wilk dan setelah dilakukan

transformasi data dengan menggunakan log 10 diperoleh hasil bahwa data tidak

terdistribusi normal, maka uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan perawatan mandiri periode nifas antara ibu primipara dengan

multipara adalah uji non parametrik Mann Whitney Test. Taraf signifikan yang

digunakan yaitu (α= 0.05), dengan pedomandalam menerima hipotesis : jika nilai

(p) < (α = 0,05) maka H0 ditolak atau ada perbedaan kemampuan perawatan

mandiri periode nifas ibu primipara dan multipara (Kusuma, 2011). Sehingga

diperoleh hasil seperti tabel 5.4.2.

Tabel 5.4.2 Uji Mann whitney

N Mean Sig.

Kemampuan Perawatan Mandiri Primipara 38 54.63

(15)

58

Dari tabel 5.4.1 dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan

perawatan mandiri antara ibu primipara dan multipara. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil signifikansi atau p-value = 0.000 atau p<(α=0.05)

2. Pembahasan

2.1 Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Primipara

Dari hasil penelitian dengan jumlah sampel 38 orang diperoleh bahwa

mayoritas ibu primipara berkemampuan sedang sebanyak 25 responden dalam

melakukan perawatan mandiri pada periode nifas. Ibu primipara cenderung

memperlihatkan rasa ketergantungan atau menunjukkan ketidakmandirian. Hal ini

sesuai dengan penelitian Lubis, Tajun mursidah (2016) yaitu kemandirian ibu

nifas dalam merawat diri dan bayinya berada dalam kategori sedang (38.9%)

namun berbeda dengan penelitian Harianti (2010) tingkat kemandirian ibu berada

dalam tingkat kemandirian baik. Mungkin hal ini disebabkan oleh jenis persalinan

dimana ibu yang bersalin secara seksio akan mempengaruhi kondisi fisiologis dan

akan mempengaruhi cara perawatan diri pada ibu post partum meskipun

kebutuhan perawatan pasca pastum antara ibu yang melahirkan secara vaginam

dan seksiosesaria tetap sama sesuai dengan teori Kasdu (2003). Persalinan yang

dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di rumah

sakit. Hal ini tergantung dari cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat proses

(16)

A. Perawatan diri ibu selama masa nifas

1. Mobilisasi Dini

Ada pun mobilisasi dini dalam penelitian ini yaitu membolakbalikkan badan

di tempat tidur, duduk di tempat tidur, berdiri di sisi tempat tidur, berjalan di

sekitar ruangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ibu primipara

cenderung masih tergantung dan membutuhkan bantuan orang lain dalam

memobilisasi dirinya yaitu membolakbalikkan badan mayoritas dibantu sebagian

30 orang, duduk ditempat tidur 27 orang, berdiri disisi tempat tidur 19 orang, dan

berjalan disekitar ruangan 19 orang.

Menurut Chapman (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

mobilisasi pasca persalinan adalah rendahnya pengetahuan, ketidakmampuan atau

kelemahan fisik dan mental, depresi, nyeri atau rasa tidak nyaman dan kecemasan.

Dalam penelitian ini, ibu nifas primipara termasuk memiliki pendidikan yang

tinggi, maka kemungkinan ibu belum dapat mandiri dalam melakukan perawatan

disebabkan belum memiliki pengalaman sebelumnya. Hal ini didukung oleh

penelitian Runiari (2005) yaitu kelahiran anak pertama dalam keluarga merupakan

situasi yang krisis bagi keluarga atau potensial untuk menjadi krisis karena

perubahan peran, hubungan, dan pola hidup untuk menjadi orang tua. Krisis

paling utama dialami oleh kalangan ibu, terlebih ibu postpartum primipara karena

belum memiliki pengalaman dalam melakukan perawatan mandiri setelah

melahirkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kemampuan ibu primipara

masih kurang dalam pelaksanaaannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu nifas

(17)

60

akan mengambil sikap dalam pelaksanaan mobilisasi sehingga ibu primipara

masih membutuhkan bantuan ataupun dukungan dari berbagai pihak.

Persalinan merupakan proses yang melelahkan, saat persalinan ibu

mengerahkan seluruh tenaganya untuk melewati proses persalinan yang panjang.

Tidak jarang setelah melahirkan ibu lebih sering memilih tidur dari pada

melakukan pergerakan secara bertahap (Chapman, 2006). Selama 2-3 hari

pertama setelah melahirkan, pengeluaran darah dari vagina tergantung pada

perubahan ambulasi seperti berdiri dan duduk. Jumlah lokia dapat meningkat pada

ambulasi awal karena vagina terasa terdorong dan peningkatan uterus (Grifin, K.,

Martin., Reeder, 1997). Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab ibu

postpartum primipara merasa takut untuk melakukan mobilisasi

Penelitian yang dilakukan Afianti (2002), melaporkan sekitar 13% wanita

melahirkan anak pertama mengalami depresi postpartum pada periode tahun

pertama persalinan, didukung oleh penelitian Regina, dkk (2001) dan Astuti,

Dyah Puji., Hendriyanti, Susi (2015). Depresi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi (Chapman, 2006). Maka, depresi

memungkinkan ibu tidak dapat melakukan mobilisasi dini dengan mandiri.

2. Berkemih dan Defekasi

Pemenuhan eliminasi urin dan bowel pada ibu primipara dapat dilihat dari

komponen diantaranya mayoritas ibu melakukan buang air kecil (BAK) dibantu

sebagian 25 orang responden, melakukan buang air besar (BAB) dibantu

(18)

responden, dan melakukan usaha untuk BAB mayoritas dapat dilakukan sendiri

sebanyak 35 responden. Data penelitian memperlihatkan bahwa ibu primipara

melakukan usaha untuk BAK/BAB. Hal ini mungkin terjadi karena pada saat

persalinan mengalami tekanan oleh kepala janin juga karena adanya edema

kandung kemih yang terjadi selama persalinan (Heryani, 2012).

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ibu primipara memperlihat

kecenderungan dalam melakukan pemenuhan eliminasi dan bowel atau dibantu

sebagian. Dari catatan peneliti, ibu primipara tidak mengetahui bagaimana

mengosongkan kandung kemih yang benar dan ibu merasakan nyeri pada saat

BAK/BAB diakibat oleh luka jahitan ataupun nyeri persalinan yang masih

dirasakan.

3. Perawatan Perinium dan Kebersihan Vagina

Perawatan perinium yang dapat dilakukan oleh ibu postpartum primipara dari

beberapa komponen diantaranya menggganti pembalut 5 kali dalam sehari dapat

dilakukan sendiri oleh 12 responden sedangkan 25 responden membutuhkan

bantuan sebagian dan 1 responden membutuhkan bantuan penuh. Adapun

responden membutuhkan bantuan penuh, dikarenakan jumlah jahitan perinium ibu

yang membatasi mobilisasi ibu. Membersihkan luka jahitan dengan bersih

mayoritas dibantu penuh yaitu 22 responden, dibantu sebagian 8 responden dan

dapat melakukan sendiri 8 responden. Menurut catatan peneliti, bahwa perawatan

perinium seperti membersihkan luka dilakukan oleh tenaga kesehatan. Latihan

kegel dapat dilakukan sendiri oleh ibu yaitu 22 responden dan sebanyak 16

(19)

62

BAB/BAK dapat dilakukan sendiri oleh 36 responden dan 2 diantaranya

membutuhkan bantuan sebagian. Hal ini terjadi dikarenakan ibu masih sering lupa

tentang cara membersihkan atau membasuh kemaluan yang benar.

Menurut Simkin (2008) ibu primipara biasanya melakukan perawatan diri

pascasalin dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat diri

maupun bayinya. Dalam hal ini ibu nifas primipara dibantu oleh perawat ataupun

suami/keluarga karena suami/keluarga merasa memiliki tanggung jawab untuk

membantu memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan.

4. Pemenuhan Nutrisi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemenuhan nutrisi ibu primipara

mayoritas sudah dapat dilakukan sendiri meskipun masih ada sebagian dari ibu

primipara yang membutuhkan bantuan dalam melakukannya. Hal ini dapat dilihat

dari komponen diantaranya Makan dengan gizi seimbang dapat dilakukan mandiri

oleh 29 responden, minum air putih dilakukan sendiri oleh 35 responden dan

minum susu oleh 25 responden.

5. Istirahat

Dengan menjaga serta mengatur pola istirahat yang pas bagi ibu nifas akan

memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan dari sang ibu sendiri. Setelah

proses persalinan yang melelahkan ibu membutuhkan cukup istirahat. Pemenuhan

istirahat dan tidur dapat dilihat dari komponen diantaranya Istirahat/tidur siang

(20)

12 responden. Sedangkan Istirahat/tidur malam dapat dilakukan sendiri oleh 25

responden dan terdapat 13 responden membutuhkan sebagian bantuan.

Sebagian Ibu membutuhkan bantuan atau tidak dapat memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur dikarenakan ibu postpartum sering terganggu karena harus

memenuhi kebutuhan bayi pada malam hari sehingga sering terbangun, waktu

tidur lebih ssedikit, pola tidur tidak teratur (Hung, 2005). Oleh karena untuk

memenuhi istirahat dan tidur, ibu primipara sering meminta bantuan baik terhadap

suami maupun sanak saudara seperti ibu kandung/ mertua dalam perawatan bayi

baru lahir. Berdasarkan catatan lapangan peneliti dijumpai hampir sebagian besar

responden tinggal bersama dengan orang tua/mertua.

6. Personal Hygiene dan Pakaian

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa personal hygiene ibu primipara

mayoritas sudah dapat dilakukan sendiri meskipun masih ada sebagian dari ibu

primipara yang membutuhkan bantuan dalam melakukan personal hygiene yaitu

menggosok gigi 2 kali sehari 38 responden dapat melakukan sendiri, Melakukan

keramas dapat dilakukan oleh 36 responden, dan 2 responden masih

membutuhkan bantuan, serta mengganti pakaian 27 responden dapat

melakukannya sendiri dan 11 responden membutuhkan bantuan sebagian. Adapun

catatan peneliti yaitu bahwa sebagian ibu membutuhkan pertolongan hanya dalam

(21)

64

7. Perawatan Payudara

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perawatan payudara ibu primipara

mayoritas sudah dapat dilakukan sendiri meskipun masih ada sebagian dari ibu

primipara yang membutuhkan bantuan. Hal tersebut dapat dilihat dari komponen

yaitu membersihkan area puting susu dapat dilakukan sendiri oleh 27 responden.

Dari catatan peneliti hal ini dapat dilakukan mandiri oleh responden dikarenakan

klinik tempat bersalin telah memberikan informasi tentang cara membersihkan

area puting susu.

Astari & Djuminah (2012) melaporkan bahwa tingkat pendidikan merupakan

salah satu hal yang mempengaruhi perawatan payudara. Semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu nifas maka semakin baik perawatan payudaranya.Kasnodiharjo

(2006, dalam Annisa 2011) mengatakan bahwa, pendidikan seseorang yang

berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Pada

ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan

ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah diterima dan

dilaksanakan. Dari hasil demografi diperoleh bahwa pendidikan ibu primipara

mayoritas berpendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) yaitu sebanyak 34

responden.

Penghasilan ibu primipara dalam penelitian ini mayoritas tinggi (diatas Rp

1.900.000) yaitu sebanyak 17 responden. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Harahap, Yuliatil Adawiyah (2013) dan Zahara (2001, dalam

(22)

antara penghasilan dengan perilaku perawatan payudara ibu nifas dengan p=

0,006. Berarti semakin tinggi penghasilan keluarga maka semakin baik perilaku

perawatan payudara ibu nifas.

Namun untuk komponen membersihkan tangan sebelum memegang payudara

ibu primipara dapat melakukannya meski membutuhkan bantuan sebagian

sebanyak 38 responden. Ibu masih sering lupa untuk mencuci tangan, dikarenakan

kesibukan yang dilakukan ibu sebelum menyusui sehingga membuat ibu tidak

sempat ataupun lupa untuk membersihkan tangan.

B. Perawatan bayi baru lahir

1. Memandikan Bayi, Perawatan Mata, Hidung, Telinga dan Genitalia

Dari hasil penelitian diperoleh hasil mayoritas ibu primipara membutuhkan

bantuan penuh dalam memandikan bayi, yaitu dapat dilihat dari komponen

diantaranya merawat/membersihkan kepala, mata, hidung, telinga dan alat

genitalia mayoritas sebanyak 24 responden membutuhkan bantuan penuh.

Responden cenderung menyerahkan kegiatan ini pada tenaga kesehatan tempat

bersalin sebelumnya. Hal ini sesuai dengan Kelly (2010), saat memandikan dan

memakaikan baju bayi untuk pertama kalinya membuat ibu gemetar dan

membutuhkan minimal empat tangan.

2. Perawatan Tali Pusat

Berdasarkan hasil analisa data kemandirian ibu dalam perawatan tali pusat

diperoleh data bahwa membersihkan tangan sebelum mengganti balutan dan

mengganti balutan tali pusat saat basah atau kotor mayoritas dibantu penuh yaitu

(23)

66

dan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Notoatmojo,(2007) bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng bila dibandingkan yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengalaman merupakan salah satu sumber dari

pengetahuan. Pengalaman membuat seseorang dapat belajar tentang suatu masalah

atau pengalaman yang dapatdigunakan sebagai suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Kurangnya pengalaman yang diperoleh ibu primipara

meembuat ibu primipara membutuhkan bantuan orang disekitarnya termasuk

petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajarsari,

dkk (2015) terdapat hubungan yang kuat antara paritas dengan kemandirian ibu

dalam melakukan perawatan tali pusat. Paritas yang lebih banyak akan

berpengaruh kepada pengalaman ibu dalam mengasuh anak dan mengembangkan

kemampuan ibu dalam melakukan perawatan tali pusat.

3. Perawatan Kuku dan Kulit

Perawatan kuku dan kulit pada bayi baru lahir dapat dilihat dari komponen

diantaranya merawat kulit bayi agar tidak kering dapat dilakukan sendiri oleh 8

responden, bantuan sebagian 17 responden dan dibantu penuh sebanyak 13

responden, sedangkan untuk komponen memotong kuku bayi yang panjang dapat

dilakukan sendiri oleh 4 responden, dibantu sebagian 21 responden, dan dibantu

penuh sebanyak 13 responden. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ibu primipara

memperlihatkan kecenderungan membutuhkan bantuan.

Kelahiran anak pertama dalam keluarga merupakan situasi yang krisis bagi

keluarga atau potensial untuk menjadi krisis karena perubahan peran, hubungan,

(24)

Krisis paling utama dialami oleh kalangan ibu, terlebih ibu postpartum/primipara

belum memiliki pengalaman dalam melakukan perawatan mandiri setelah

melahirkan. Hal ini terjadi karena melahirkan bagi ibu postpartum primipara

merupakan peristiwa pertama yang dialami sehingga membutuhkan banyak

dukungan. Ibu primipara cenderung memperlihatkan rasa ketergantungan atau

menunjukkan ketidakmandirian yaitu dengan meminta pertolongan tenaga

kesehatan tempat bersalin untuk merawat bayi baru lahir. Dari catatan peneliti ibu

menyerahkan kegiatan ini kepada tenaga kesehatan, yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan saat memandikan bayi dirumah responden.

4. Mengganti Popok

Mengganti popok pertama kali mungkin ibu merasa tidak mampu. Kegiatan

mengganti popok dapat dilihat dari komponen diantaranya mengganti popok yang

basah dapat dilakukan sendiri oleh 10 responden, dibantu sebagian oleh 17

responden, dan dibantu penuh oleh 10 responden, komponen mengganti pakaian

dan membedong bayi dengan rapi dilakukan sendiri oleh 7 orang dan dibantu

sebagian oleh 31 orang.

5. Pemberian Makan dan Minum

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban ibu yang

mengasuh anaknya, karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6

bulan pertama kehidupannya (Pieter, 2011). Pemberian makan dan minum dapat

dilihat dari beberapa komponen diantaranya membersihkan tangan sebelum

menggendong bayi dapat dilakukan sendiri oleh 32 responden, dibantu sebagian 6

(25)

68

dapat dilakukan sendiri oleh 25 responden, dibantu sebagian oleh 113 responden,

komponen menyusui bayi dengan posisi yang tepat dapat dilakukan sendiri oleh

22 responden, dibantu sebagian oleh 16 responden, dan komponen menyusui bayi

on demand 24 responden membutuhkan bantuan sebagian dan dilakukan sendiri

oleh 14 orang.

2.2 Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Multipara

Kemampuan perawatan mandiri ibu nifas multipara berada dalam kategori

baik yaitu 38 responden (100%). Ibu nifas multipara dapat melakukan perawatan

nifas baik pada diri sendiri dan bayi baru lahir dengan mandiri.

Kemampuan mandiri merupakan suatu hal yang perlu dipelajari (Shvoong,

2009). Ibu multipara dapat belajar dari pengalaman sebelumnya. Paritas

berpengaruh terhadap pengalaman ibu dalam mengasuh anak. Paritas yang lebih

banyak akan berpengaruh kepada pengalaman ibu dalam merawat diri dan

mengasuh anak, pengalaman yang diperoleh dapat memeberikan pengetahuan dan

keterampilan serta dapat mengembangkan kemampuan ibu dalam melakukan

perawatan nifas.

Dari 40 item untuk kemampuan perawatan mandiri hampir seluruh item

dapat dilakukan ibu secara mandiri yaitu membolakbalikkan badan ditempat tidur

dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri sebanyak 37 responden, duduk ditempat

tidur dapat dilakukan sendiri oleh 38 responden, berdiri ditempat tidur dapat

dilakukan sendiri 35 orang responden, berjalan disekitar ruangan dapat dilakukan

(26)

responden, melakukan usaha BAK dilakukan sendiri oleh 33 responden,

melakukan BAB dilakukan sendiri oleh 34 responden, makan buah, sayur, minum

untuk mengatasi susah BAB dilakukan sendiri oleh 38 responden, mengganti

pembalut dilakukan sendiri oleh 33 responden, membersihkan luka jahitan dapat

dilakukan sendiri oleh 30 responden, menghindari posisi yang dapat menekan area

perinium dilakukan sendiri oleh 37 responden, melakukan latihan kegel dilakukan

sendiri oleh 36 responden, Membasuh kemaluan dengan air setelah BAK/BAB

dengan cara cebok dari arah depan ke belakang dilakukan sendiri oleh 38

responden, Mengganti pembalut setiap kali mandi, Buang Air Kecil (BAK), dan

Buang Air Besar (BAB) dilakukan sendiri oleh 37 responden, Mengganti

pembalut setiap penuh dilakukan sendiri oleh 30 responden, Makan dengan gizi

seimbang dilakukan sendiri oleh 38 responden, Minum air putih 2-3 liter perhari

(8-13 gelas) dilakukan sendiri oleh 38 responden, Minum susu 1-2 gelas

sehari/pengganti (Sari kacangan-kacangan, Yogurt, Jus) dilakukan sendiri oleh 35

responden, Istirahat/ tidur siang selama 1 jam dilakukan sendiri oleh 34

responden, Istirahat/ tidur malam dilakukan sendiri oleh 38 responden,

Menggosok gigi 2 kali sehari dilakukan sendiri oleh 38 responden, Melakukan

keramas/ mencuci rambut dilakukan sendiri oleh 35 responden, Mengganti

pakaian setelah mandi dilakukan sendiri oleh 37 responden, Membersihkan tangan

sebelum memegang payudara dilakukan sendiri oleh 38 responden,

Membersihkan area putting susu dan sekitarnya sebelum menyusui dilakukan

sendiri oleh 36 responden, Melakukan pengurutan pada payudara dilakukan

(27)

70

oleh 29 responden, merawat/membersihkan mata dilakukan sendiri oleh 31

responden, merawat/membersihkan hidung dan telinga dilakukan sendiri oleh 30

responden, merawat/membersihkan alat kelamin/genitalia bayi setelah BAK dan

BAB dilakukan sendiri oleh 30 responden, Membersihkan tangan sebelum

mengganti balutan dilakukan sendiri oleh 27 responden, Mengganti balutan tali

pusat saat basah/kotor dilakukan sendiri oleh 25 responden, Memotong kuku bayi

yang panjang dapat dilakukan dengan dibantu sebagian oleh 32 responden,

Merawat kulit bayi agar tidak kering dilakukan sendiri oleh 33 responden,

Mengganti popok yang basah dilakukan sendiri oleh 33 responden, Mengganti

pakaian dan membedong bayi dengan rapi dilakukan sendiri oleh 34 responden,

Membersihkan tangan sebelum menggendong bayi dilakukan sendiri oleh 36

responden, Memompa ASI Apabila bayi tidak mengisap semua ASI dilakukan

sendiri oleh 36 responden, Menyusui bayi dengan posisi yang tepat dilakukan

sendiri oleh 37 responden, Menyusui bayi on demand (permintaan bayi) atau saat

bayi kelaparan dilakukan sendiri oleh 36 responden.

2.3 Perbedaan Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan

perawatan mandiri antara ibu primipara dan multipara. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil signifikansi atau p-value = 0.000 atau p)<(α = 0.05).

Kemampuan mandiri merupakan suatu hal yang perlu dipelajari (Shvoong,

2009). Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu nifas multiparasebanyak 38 orang

(28)

Paritas berpengaruh terhadap pengalaman ibu dalam mengasuh anak. Paritas yang

lebih banyak akan berpengaruh kepada pengalaman ibu dalam mengasuh anak,

pengalaman yang diperoleh dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan

serta dapat mengembangkan kemampuan ibu dalam melakukan perawatan nifas.

Kelahiran anak pertama dalam keluarga merupakan situasi yang krisis bagi

keluarga atau potensial untuk menjadi krisis karena perubahan peran, hubungan,

dan pola hidup untuk menjadi orang tua ( Sheehan, 1981 dalam Runiari 2005).

Krisis paling utama dialami oleh kalangan ibu, terlebih ibu postpartum/primipara

belum memiliki pengalaman dalam melakukan perawatan mandiri setelah

melahirkan. Hal ini terjadi karena melahirkan bagi ibu postpartum primipara

merupakan peristiwa pertama yang dialami sehingga membutuhkan banyak

dukungan.Dukungan dari berbagai pihak seperti keluarga dan perawat yang

membantu persalinan sangat diperlukan oleh ibu postpartum primipara.

Dari hasil peneltian dengan jumlah sampel 38 orang diperoleh bahwa

mayoritas ibu primipara berkemampuan sedang dalam melakukan perawatan

mandiri pada periode nifas. Ibu primipara cenderung memperlihatkan rasa

ketergantungan atau menunjukkan ketidakmandirian.Saat seorang bayi pertama

kali lahir, ibu mungkin merasa bingung memikirkan cara merawatnya. Bahkan

tugas-tugas yang rutin seperti mengganti popok dan mendandaninya dapat

membuat ibu cemas.

Menurut Simkin (2008) ibu primipara biasanya melakukan perawatan diri

pascasalin dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat diri

(29)

72

suami/keluarga karena suami/keluarga merasa memiliki tanggung jawab untuk

membantu memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan. Orang yang dapat

membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam

kehidupannya seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau dokter/tenaga

kesehatan. Berdasarkan catatan lapangan peneliti dijumpai hampir sebagian besar

responden tinggal bersama dengan orang tua/mertua. Setelah seminggu atau dua

minggu, ibu biasanya memerlukan bantuan keluarga atau tetangga untuk

melakukan perawatan bayi.

Adapun perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode nifas antara ibu

primipara dan multipara dapat dilihat dari hasil penelitian. Dari hasil penelitian

diperoleh hasil bahwa dari keseluruhan item baik merawat diri dan bayinya ibu

primipara cenderung sangat bergantung atau tidak mandiri dalam hal merawat diri

yaitu membersihkan luka jahitan dan menghindari posisi penekanan pada luka

jahitan serta dalam merawat bayinya yaitu dalam hal memandikan bayi dan

perawatan tali pusat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Herawati

(2015) bahwa masalah perawatan nifas yang dialami masyarakat adalah

kemandirian ibu dalam perawatan BBL yang kurang.

Salah satu perawatan BBL adalah perawatan tali pusat dan memandikan bayi.

Perawatan tali pusat maupun memandikan bayi bukanlah hal yang mudah

terutama bagi para ibu baru. Pertama kali mungkin ibu akan merasa cemas

terutama diperhatikan oleh orang lain yaitu tetangga atau kerabat, dan setiap

gerakan akan tampak canggung dan tidak alamiah. Saat dilakukan penelitian atau

(30)

dalam hal perawatan tali pusat sampai tali pusat bayi terputus. Memandikan bayi

baru lahir bukanlah hal yang mudah terutama, terutama bagi para ibu baru. Ibu

harus ekstra hati-hati serta memiliki persiapan yang benar agar memandikan bayi

tidak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi mereka. Dalam

penelitian ini ibu primipara mayoritas menyerahkan kegiatan memandikan bayi

baru lahir pada tenaga kesehatan dengan alasan memiliki kekhawatiran akan

melukai BBL pada saat memandikan bayi.

Dalam hal mobilisasi dini seperti berjalan disekitar ruangan atau pun ke kamar

mandi, membedong atau mengganti popok atau pakaian bayi dan memberi

makan/nutrisi bayi atau menyusui dengan posisi yang benar dapat dilakukan ibu

primipara meski membutuhkan bimbingan atau pun sedikit bantuan dari orang

lain baik dari keluarga atau sanak saudara yang memiliki pengalaman dalam hal

merawat bayi serta tenaga kesehatan.

Personal hygiene setelah melahirkan sudah banyak dilakukan ibu postpartum

primipara untuk meningkatkan kebersihan dirinya terutama mandi, menggosok

gigi, mencuci tangan, mencuci rambut dan mengganti pakaian. Hal tersebut

menunjukkan pola hidup bersih dan sehat telah mulai dilakukan oleh masyarakat.

Kemampuan ibu dalam hal personal hygiene baik primipara dan multipara

mayoritas dapat dilakukan sendiri atau dalam kemandirian baik walaupun ibu

primipara masih butuh bantuan dalam hal membersihkan tangan sebelum

memegang payudara dan sebelum menyusui. Hal ini terjadi karena ibu primipara

tidak terbiasa sehingga faktor lupa menjadi alasan utama tidak melakukannya. Hal

(31)

74

kebersihan diri yang masih kurang dilakukan oleh ibu postpartum primipara

adalah kebiasaan mencuci tangan terutama sebelum menggendong bayi dan

(32)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

perawatan mandiri periode nifas antara ibu primipara dan multipara dengan

nilai signifikasnsi (p = .000, dimana kemampuan ibu primipara mayoritas

(65.8%) adalah sedang dimana ibu primipara masih cenderung membutuhkan

bimbingan atau pun bantuan dari keluarga atau tenaga kesehatan yaitu dalam

hal merawat diri yaitu membersihkan luka jahitan dan menghindari posisi

penekanan pada luka jahitan serta dalam merawat bayinya yaitu dalam hal

memandikan bayi dan perawatan tali pusat.Sedangkan ibu nifas multipara

(100 %) memiliki kemampuan baik atau mandiri dalam melakukan perawatan

mandiri periode nifas baik perawatan terhadap diri sendiri maupun bayinya.

2. SARAN

2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Klinik Sally agar lebih

meningkatkan lagi pemberian informasi tentang perawatan mandiri periode

nifas pada ibu guna memandirikan ibu.

2.2Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan agar hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai

(33)

76

wawasan bagi mahasiswa maupun pembaca lainnya khususnya tentang

kemampuan perawatan mandiri periode nifas baik pada ibu primipara maupun

multipara

2.3Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini masih bersifat sederhana, maka diharapkan kepada

peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dengan judul yang

berbeda seperti analisis perbedaan kemampuan perawatan mandiri periode

Gambar

Tabel 5.2.1  Distribusi frekuensi dan persentase data demografi
Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas

Referensi

Dokumen terkait

To create leadership processes to help produce changes needed to cope with a changing business environment.. Establishing direction ( vision,

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana upaya pemerintah Kota Surakarta dalam mewujudkan Kota Layak Anak sebagai bentuk implementasi

Permukaan enamel pada gigi yang tidak dilakukan bleaching ………….. Gambaran SEM enamel yang telah di

berganda dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas, yaitu inovasi, integrasi, perilaku kepemimpinan, stabilitas, orientasi detail dan orientasi hasil memiliki

Apakah financial literacy, financial satisfaction, income, dan pendidikan orang tua secara serempak berpengaruh signifikan terhadap financial behavior pada siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pola personal hygiene anak-anak usia sekolah dasar yang tinggal di TPA Ngronggo, Salatiga.. Penelitian ini bersifat

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk membuktikan bahwa ketidakpastian lingkungan serta karakteristik informasi akuntansi manajemen berpengaruh baik secara

Namun dari hasil penelitian 5 dari 7 anak pemulung belum dapat melakukan cuci tangan dengan baik dan benar secara teratur, mereka tidak menggunakan sabun