• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUKADIMAH. Hal 1 dari 32 11/15/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MUKADIMAH. Hal 1 dari 32 11/15/2011"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MUKADIMAH

Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, hubungan Pengusaha dengan Pekerja diatur oleh Hubungan Industrial Pancasila. Inti Hubungan Industrial Pancasila adalah untuk menjamin keserasian dan keselarasan hubungan antara Pengusaha dan Pekerja demi kelangsungan Pembangunan. Tujuan Perjanjian Kerja Bersama ini untuk membina keserasian dan keselarasan hubungan antara Pengusaha dan Pekerja sebagai mitra di dalam usaha, dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta memperha tikan lingkungan hidup.

Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, pembinaan keserasian dan keselarasan antara Pengusaha dengan Pekerja terwujud dalam pengaturan syarat–syarat kerja dan syarat–syarat ketenagakerjaan.

Apabila terdapat perbedaan pendapat antara pihak–pihak yang mengadakan perjanjian kerja dan/atau menimbulkan keluh kesah, sedapat mungkin diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat.

Telah sama-sama diakui bahwa jalannya Perusahaan adalah fungsi dan tanggungjawab Pengusaha. Dalam menjalankan usaha Perusahaan, Pimpinan Perusahaan menyetujui untuk mentaati syarat-syarat dalam Perjanjian Kerja Bersama ini dan peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

Telah sama–sama diakui pula bahwa fungsi Serikat Pekerja adalah mewakili Anggota–

Anggotanya yang bekerja pada Pengusaha, baik perorangan atau secara bersama, dalam bidang-bidang ketenagakerjaan atau dalam soal-soal mengenai hubungan kerja dan syarat- syarat kerja bagi para Pekerja.

Sesungguhnya Pimpinan Perusahaan dan Serikat Pekerja mempunyai tanggungjawab yang besar dalam memelihara serta memajukan prinsip-prinsip perlakuan yang sama, baik dan adil di dalam Perusahaan. Dalam perlakuan, tidak ada perbedaan melainkan karena dan berdasarkan kecakapan, tanggungjawab kerja, jabatan atau keahlian.

Untuk mencapai kerjasama yang baik, dalam suasana saling menghargai dan menghormati satu sama lain, penting adanya kejujuran dan itikad baik dari kedua belah pihak dalam segala hal Pekerja harus menerima ketenangan serta kepastian dalam bekerja tanpa merasa khawatir karena keanggotaannya dalam Serikat Pekerja. Pimpinan Perusahaan dan Pekerja apabila memandang perlu dapat memperbincangkan perihal kesejahteraan dan hal -hal yang berkenaan dengan kelancaran Perusahaan.

Pimpinan Perusahaan dan para Pekerja dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya masing-masing atau secara bersama-sama untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya guna menjaga kelangsungan hidup Perusahaan, perbaikan tingkat perekonomian dan perbaikan tingkat kehidupan kaum Pekerja pada khususnya dan Rakyat Indonesia pada umumnya.

Perjanjian Kerja Bersama ini sudah semestinya merupakan kesepakatan yang memuat syarat - syarat kerja yang baik dan maksud Perjanjian Kerja Bersama ini tidak lain merupakan landasan musyawarah, apabila dikemudian hari kedua belah pihak menghendaki adanya perubahan- perubahan.

Mengingat hal-hal tersebut di atas kedua belah pihak bersepakat selama berlakunya Perjanjian ini, tidak ada satu pihak akan mengajukan suatu permintaan apa pun yang dapat melampaui atau mengurangi makna dari ketentuan-ketentuan yang telah disetujui, kecuali jika pihak lainnya menyetujuinya.

Sesungguhnya segala sesuatu yang tersebut dalam Perjanjian Kerja Bersama ini merupakan pengejawantahan seutuhnya dari Falsafah Bogasari (Visi, Misi, dan Nila i-nilai Integritas, Keunggulan, Kepedulian, Kebersamaan, dan Keterbukaan) dan tunduk pada peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan serta Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia yang dijiwai oleh Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup Bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah:

1. UUD 1945 pasal 28 tentang Hak untuk Berserikat dan Berkumpul;

2. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

3. UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

4. UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

5. UU No 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial;

(2)

6. Keppres No. 83 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 87 tentang Tatacara Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi;

7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-48/MEN/IV/2004 tentang Tatacara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;

8. Undang-Undang atau Peraturan Ketenagakerjaan lainnya yang berlaku di Indonesia.

Baik Pengusaha maupun Pekerja sama-sama bertanggung jawab untuk memenuhi semua hak dan kewajiban yang telah disetujui dalam Perjanjian Kerja Bersama ini atau yang berhubungan dengan pelaksanaannya.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Istilah-istilah

Istilah–istilah yang dipakai dalam Perjanjian Kerja Bersama ini adalah:

1. Perusahaan : adalah P.T. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk.-Divisi Bogasari Pabrik Jakarta di Jalan Raya Cilincing No. 1 Tanjung Priok dan Pabrik Surabaya di Jalan Nilam Timur 16 Tanjung Perak dari Badan Hukum yang berkedudukan di Jakarta, berkantor di Jl Jenderal Sudirman Kav 76-78 Jakarta Selatan.

2. Pengusaha : adalah Pimpinan Perusahaan P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk.- Divisi Bogasari, Badan Hukum yang berkedudukan di Jakarta.

3. Pimpinan Perusahaan : adalah Pimpinan Divisi Bogasari yang ditunjuk dan mendapatkan kuasa dari Dewan Direksi P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk.

serta diberikan kepercayaan dan wewenang untuk mengatur jalannya operasional Divisi Bogasari.

4. Serikat Pekerja : adalah Serikat Pekerja P.T. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk.-Divisi Bogasari Pabrik Jakarta dan Pabrik Surabaya yang tercatat pada instansi Pemerintah di bidang Ketenagakerjaan.

5. Pimpinan Serikat Pekerja : adalah Pimpinan Unit Kerja (PUK) SP RTMM SPSI P.T.

INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk.- Divisi Bogasari Pabrik Jakarta dan Pabrik Surabaya yang mewakili seluruh Anggotanya dalam bentuk kepengurusan yang disahkan oleh Pengurus yang lebih tinggi dan diketahui oleh Pengusaha serta tercatat pada instansi Pemerintah di bidang Ketenagakerjaan.

6. Hubungan Kerja : adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

7. Lokasi Kerja : adalah tempat dimana Pekerja bekerja dan melakukan aktivitas kerja sehari-hari untuk kepentingan Perusahaan.

8. Jam Kerja : adalah jangka waktu antara pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi berikutnya, atau pukul 08.00 sampai dengan pukul 08.00 pagi berikutnya.

9. Hari Kerja : adalah hari dimana Pekerja ditetapkan dan diwajibkan berada di lokasi kerja/Perusahaan untuk melakukan suatu pekerjaan.

10. Waktu Kerja Normal : a. 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 hari kerja.

b. 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 hari kerja.

11. Hari Libur : adalah suatu hari dimana Pekerja dibebaskan dari tugas pekerjaannya sehari-hari di Perusahaan dengan tetap menerima

(3)

upah.

12. Hari Libur Resmi : adalah hari yang ditetapkan dan diumumkan oleh Pemerintah secara resmi sebagai hari libur.

13. Istirahat Mingguan : adalah hari-hari dimana oleh Perusahaan, Pekerja dibebaskan dari tugas pekerjaannya sehari-hari karena telah mencapai 40 (empat puluh) jam kerja normal dalam seminggu dan hari istirahat mingguan tidak harus jatuh pada hari yang sama antara pekerja yang satu dengan yang lainnya, baik dalam satu regu, atau satu seksi ataupun satu departemen.

14. Waktu Kerja Bergilir (Shift) : Adalah waktu kerja yang dilakukan secara teratur menurut jadwal kerja bergilir yang ditetapkan oleh Perusahaan dengan jumlah jam kerja yang sama untuk setiap hari kerja.

15. Shift Pagi : adalah gilir waktu kerja bagi regu kerja yang bekerja mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00, atau mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00.

16. Shift Sore : adalah gilir waktu kerja bagi regu kerja yang bekerja mulai pukul 15.00 sampai dengan pukul 23.00, atau mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 24.00.

17. Shift Malam : adalah gilir waktu kerja bagi regu kerja yang bekerja mulai pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00, atau mulai pukul 24.00 sampai dengan pukul 08.00.

18. Kerja Lembur : adalah kerja yang dilakukan di luar waktu kerja normal, atau kerja yang dilakukan pada hari istirahat mingguan dan pada hari libur resmi, atau kerja yang dilakukan oleh Pekerja karena Pekerja Pengganti untuk shift berikutnya belum/tidak datang.

19. Waktu Kerja Lembur : adalah waktu kerja dimana Pekerja melakukan kerja di luar waktu kerja normal.

20. Hubungan Keluarga : adalah istri/suami, orang tua kandung, anak, saudara kandung, ipar, keponakan, menantu, paman/bibi, mertua, dan saudara sepupu dari Pekerja.

21. Keluarga : adalah istri/suami dengan maksimum tiga orang anak yang menjadi tanggungan Pekerja dan terdaftar di fungsi Human Resources.

22. Suami/Istri : adalah suami/istri sah menurut hukum dan terdaftar di fungsi Human Resources. Perusahaan hanya mengakui satu orang suami/istri.

23. Anak : Semua anak pekerja yang sah dan anak angkat yang diakui oleh keputusan pengadilan sesuai dengan peraturan berlaku ditanggung sepenuhnya, belum kawin, dan berusia sampai 21 (dua puluh satu) tahun.

24. Ahli Waris : adalah istri/suami atau anak yang terdaftar di Perusahaan atau orang yang menurut hukum ditetapkan sebagai ahli waris dalam hal tidak ada penunjukan oleh Pekerja.

25. Pekerja : adalah semua orang yang mempunyai hubungan kerja dengan Pengusaha dan mendapat upah dari Perusahaan serta terdaftar sebagai Pekerja Tetap (bulanan).

26. Atasan Langsung : adalah Pimpinan Langsung Pekerja yang membawahi pekerjaannya.

27. Upah : adalah hak Pekerja yang wajib dibayar Pengusaha kepada Pekerja berdasarkan Skala Upah yang berlaku, sebagai imbalan atas tenaga, pikiran dan waktu yang telah diberikan Pekerja tersebut.

28. Surat Edaran Manajemen : adalah setiap surat yang dikeluarkan oleh manajemen untuk mengatur jalannya operasional perusahaan. Surat Edaran

(4)

Manajemen yang terkait dengan Perjanjian Kerja Bersama ini akan disosialisasikan kepada Serikat Pekerja dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan serta tidak mengurangi makna dari isi Perjanjian Kerja Bersama ini.

Pasal 2

Pihak-pihak yang Mengadakan Perjanjian Kerja Bersama Perjanjian Kerja Bersama ini diadakan antara:

Pimpinan Perusahaan P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk.-Divisi Bogasari, Badan Hukum yang berkedudukan di Jakarta, selanjutnya disebut „PENGUSAHA‟,

dengan

Pimpinan Unit Kerja (PUK) SP RTMM SPSI P.T. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk- Divisi Bogasari Pabrik Jakarta dan Pabrik Surabaya yang mewakili seluruh Anggotanya dalam bentuk kepengurusan yang disahkan oleh Pengurus yang lebih tinggi dan diketahui oleh Pengusaha serta tercatat pada instansi Pemerintah di bidang Ketenagakerjaan: No. 593/III/P/I/2005 tertanggal: 7 Januari 2005

“SERIKAT PEKERJA SP RTMM–SPSI” P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk.-Divisi Bogasari Tanjung Priok–Jakarta dan No. 250/248/436.4.14/SP-52/2005 tertanggal: 11 Januari 2005 “SERIKAT PEKERJA SP RTMM–SPSI P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk.-Divisi Bogasari Tanjung Perak–Surabaya, yang selanjutnya disebut “SERIKAT PEKERJA”

Pasal 3

Maksud dan Tujuan Perjanjian Kerja Bersama

1. Melaksanakan Syarat-syarat Kerja sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Ketenagakerjaan lainnya.

2. Selain melaksanakan UU No. 13 tahun 2003 sebagaimana tersebut di atas, Perjanjian Kerja Bersama ini juga bertujuan:

a. Untuk menciptakan Hubungan Industrial Pancasila yang harmonis dan berkesinambungan.

b. Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-Nilai Falsafah Bogasari yang selaras dengan Nilai-Nilai Inti Grup Indofood.

c. Agar kedua belah pihak (Pengusaha dan Pekerja) memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing secara benar dan konsekuen.

d. Untuk menghindari keragu-raguan ataupun salah pengertian antara Pengusaha dan Pekerja.

Pasal 4

Luasnya Perjanjian Kerja Bersama

Telah disepakati bersama oleh Pengusaha dan Serikat Pekerja bahwa Perjanjian Kerja ini terbatas dan hanya berlaku untuk hal-hal yang ada di dalam Perjanjian Kerja ini serta mengikat Pengusaha maupun Pekerja. Ketentuan-ketentuan yang merupakan pengaturan teknis lebih lanjut dan/atau hal-hal yang belum termuat di dalam Perjanjian Kerja Bersama ini dituangkan oleh Pengusaha dalam Buku

„Kebijakan dan Prosedur di Bidang Sumber Daya Manusia‟ yang disetujui oleh Direksi, selama tidak bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5

Pengakuan Hak-Hak Pengusaha dan Serikat Pekerja

Dengan mengindahkan hal-hal yang secara jelas diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama, Undang- Undang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah yang ada, maka disepakati serta diakui bahwa pengawasan, pengelolaan dan pengamanan jalannya Perusahaan adalah sepenuhnya fungsi dan tanggung jawab Pengusaha. Sedangkan Serikat Pekerja berfungsi mewakili Anggotanya yang mempunyai hubungan kerja dengan Pengusaha dalam bidang-bidang ketenagakerjaan dalam hal-hal yang berhubungan dengan hubungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi Pekerja.

(5)

Pasal 6

Hubungan Pengusaha dan Serikat Pekerja Kedua belah pihak bersepakat:

1. Untuk mengembangkan Lembaga Kerjasama Bipartit sebagai wadah kerjasama yang bersifat konsultatif dan komunikatif secara berkala untuk kepentingan bersama.

2. Bahwa dalam hal terdapat masalah ketenagakerjaan, maka akan dibahas terlebih dahulu secara musyawarah dalam pertemuan khusus Bipartit agar dapat diselesaikan secepatnya, dengan sebaik- baiknya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Untuk hal yang bersifat luas dan mencakup seluruh Perusahaan serta semua Anggota Serikat Pekerja maka pertemuan/perundingan akan diselenggarakan antara Pengusaha dengan PUK SP RTMM SPSI Bogasari Pabrik Jakarta dan PUK SP RTMM SPSI Bogasari Pabrik Surabaya.

4. Bahwa dalam hal tertentu, apabila diadakan pertemuan/musyawarah dengan Pengusaha, baik Unit Kerja SP RTMM SPSI Bogasari Pabrik Jakarta maupun Unit Kerja SP RTMM SPSI Bogasari Pabrik Surabaya diwakili oleh satu delegasi dengan jumlah Anggota sama banyak.

5. Untuk masalah-masalah yang sifatnya lokal, maka pertemuan/perundingan akan diselenggarakan antara Pengusaha setempat dan delegasi PUK SP RTMM SPSI setempat.

6. Bahwa dalam hal terjadi perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan, masalah yang menjadi perselisihan itu dapat diteruskan oleh pihak Pengusaha dan/atau Serikat Pekerja kepada Pihak Ketiga sesuai dengan UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Pasal 7

Keberadaan Serikat Pekerja

Serikat Pekerja yang sah adalah Serikat Pekerja yang diketahui oleh Perusahaan dan Pemerintah.

Serikat Pekerja ini diakui keberadaannya dalam:

a. Menjembatani hubungan Perusahaan dan Pekerja, khususnya mewakili dan mengayomi Pekerja dalam menyampaikan aspirasi kepada Perusahaan.

b. Ikut menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang sehat, kondusif, harmonis, efisien dan produktif.

c. Membantu menerapkan persyaratan kerja yang baik bagi Pekerja.

d. Mengadakan rapat, pertemuan resmi dan hal-hal lain yang menurut Undang-Undang memungkinkan untuk itu.

e. Mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Ketenagakerjaan.

f. Menjadi pendorong dan penggerak Pekerja untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

g. Wahana peningkatan kesejahteraan Pekerja dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.-Divisi Bogasari pada khususnya dan Pekerja Indonesia pada umumnya.

h. Mitra dan pelaku dalam proses perwujudan Visi, Misi dan Nilai-Nilai Falsafah Bogasari yang selaras dengan Nilai-Nilai Inti Grup Indofood pada khususnya dan sebagai pilar pembangunan ekonomi negara pada umumnya.

Pasal 8 Kepengurusan

1. Setiap pembentukan/pemilihan dan perubahan Kepengurusan Serikat Pekerja harus diketahui oleh Perusahaan.

2. Perusahaan bisa memberi saran/pertimbangan atas pembentukan/pemilihan Kepengurusan Serikat Pekerja, bila diperlukan.

3. Perusahaan mengakui dan menyetujui pemilihan Pengurus dan pertemuan Anggota dengan sistem perwakilan Anggota, minimal 25 (dua puluh lima) Pekerja diwakili oleh satu Pekerja yang disebut Anggota Pleno, bagi Pekerja yang tidak terwakili ditentukan oleh PUK SPSI.

(6)

Pasal 9

Fasilitas Serikat Pekerja

1. Perusahaan menyediakan Ruang Kantor Serikat Pekerja yang berfungsi sebagai sekretariat kegiatan organisasi yang dilengkapi dengan sarana, seperti meja, kursi, pendingin udara, komputer, saluran telepon dan lain-lain (Perusahaan membantu penerimaan dan pengiriman faximili untuk kepentingan Serikat Pekerja).

2. Dengan ijin Perusahaan, pada jam kerja Serikat Pekerja dapat mengadakan rapat dan kegiatan- kegiatan lain yang berhubungan dengan organisasi.

3. Perusahaan menyediakan fasilitas kendaraan bagi PUK SP RTMM SPSI.

4. Perusahaan menyediakan Papan Pengumuman dan Papan Nama untuk Serikat Pekerja SP RTMM SPSI PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.-Divisi Bogasari.

5. Perusahaan membantu pengadaan seragam bagi PUK SP RTMM SPSI sebagai identitas organisasi untuk keperluan Rapat Kerja di luar organisasi.

Pasal 10

Bantuan Pemungutan Iuran Anggota

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Perusahaan akan membantu PUK SP RTMM SPSI untuk memungut iuran anggota dengan sistem Check Off dan pengelolaannya oleh PUK SP RTMM SPSI.

BAB II

PROSES PENERIMAAN PEKERJA

Pasal 11

Persyaratan Penerimaan Pekerja

1. Perusahaan menyadari bahwa Pekerja merupakan mitra yang penting bagi Perusahaan, oleh karena itu penerimaan dan pengangkatannya harus melalui suatu proses yang selektif, adil dan obyektif untuk memperoleh tenaga kerja yang berkompetensi, bertanggung jawab, berdedikasi, sehat jasmani dan rohani serta berdasarkan kebutuhan Perusahaan.

2. Perusahaan dalam penerimaan Pekerja, senantiasa memperhatikan ketentuan yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia, maka dari pada itu dalam penentuan calon Pekerja tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, kebangsaan, kesukuan, agama dan jenis kelamin (gender).

3. Proses penerimaan Pekerja dimulai dari kebutuhan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada, mencari calon Pekerja, menyeleksi, memberlakukan masa percobaan yang lamanya 3 (tiga) bulan dan pengangkatannya.

4. Setiap calon Pekerja harus memenuhi seluruh persyaratan yang dibutuhkan, termasuk syarat-syarat kesehatan terutama tidak berpenyakit menular dan bukan pengguna ataupun pengedar narkoba.

5. Prioritas penerimaan Pekerja diberikan kepada anak dari Pekerja yang meninggal dunia, atau anak dari Pekerja yang sudah pensiun, dan/atau anak dari Pekerja yang masih aktif yang memiliki kemampuan dan memenuhi seluruh persyaratan.

6. Pengaturan lebih lanjut mengenai proses penerimaan Pekerja ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

Pasal 12 Hubungan Keluarga

1. Perusahaan tidak menerima calon Pekerja yang suami atau isterinya telah bekerja di Perusahaan.

2. Perusahaan tidak menerima calon Pekerja yang memiliki 3 (tiga) orang yang mempunyai hubungan keluarga dengannya yang telah bekerja di Perusahaan atau yang jika ia diterima akan menyebabkan seorang Pekerja menjadi mempunyai lebih dari 2 (dua) orang yang memiliki hubungan keluarga.

(7)

BAB III PENGUPAHAN

Pasal 13

Dasar Pemikiran Pengupahan

1. Perusahaan memandang Pekerja sebagai manusia seutuhnya, oleh karena itu sebagai imbalan atas tenaga, pikiran, dan waktu yang telah diberikan oleh Pekerja untuk memenuhi kepentingan Perusahaan, maka Perusahaan wajib membayarkan upah kepada Pekerja tersebut.

2. Tujuan pengupahan adalah memberikan imbalan atas tenaga, pikiran, dan waktu yang telah diberikan oleh Pekerja untuk memenuhi kepentingan Perusahaan, meningkatkan motivasi kerja, menjaga perimbangan (equity) nilai dan bobot setiap jabatan, menjamin tingkat upah yang kompetitif sesuai dengan kemampuan Perusahaan, serta turut meningkatkan kesejahteraan Pekerja dan keluarganya.

Pasal 14 Skala Upah

1. Skala upah adalah batas upah terendah dan batas upah tertinggi untuk tiap-tiap golongan jabatan, dan ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

2. Dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sekali, Perusahaan melakukan evaluasi dan bila dipandang perlu tanpa memperhitungkan waktu dapat pula melakukan perubahan skala upah.

3. Upah yang diberikan kepada seorang Pekerja harus berdasarkan skala upah yang berlaku untuk golongan jabatannya, dan pembayarannya dilakukan selambat–lambatnya pada setiap akhir bulan.

4. Dalam hal seorang Pekerja menjabat lebih dari 1 (satu) jabatan (yang ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen) dengan golongan jabatan yang berbeda, maka upah yang menjadi hak Pekerja yang bersangkutan ditentukan berdasarkan skala upah dari golongan jabatan yang tertinggi.

Pasal 15 Upah Pekerja Baru

Upah yang diberikan kepada seorang Pekerja baru, ditentukan berdasarkan Skala Upah pada golongan jabatan Pekerja tersebut, dan ditetapkan bersama oleh Pimpinan yang berwenang dari fungsi Human Resources dan fungsi terkait dengan mempertimbangkan pengalaman kerja dan kompetensinya, serta tingkat kebutuhan Perusahaan dengan tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, kebangsaan, kesukuan, agama dan jenis kelamin.

Pasal 16

Kenaikan Upah Tahunan

1. Kenaikan upah tahunan merupakan kenaikan upah yang diberlakukan secara berkala setiap tahun kalender sejak tanggal 1 Januari, dengan mempertimbangkan hasil Penilaian Prestasi Kerja dan tingkat inflasi dari periode tahun sebelumnya, yang besarnya tidak harus selalu sama untuk tiap-tiap golongan jabatan.

2. Kenaikan upah tahunan diberikan secara penuh kepada Pekerja yang telah memiliki Masa Kerja minimal 12 (dua belas) bulan berturut-turut.

3. Bagi Pekerja yang telah melampaui masa percobaan namun masa kerjanya kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan kenaikan upah tahunan secara proporsional menurut Masa Kerja yang bersangkutan.

4. Pekerja yang masih menjalani masa percobaan 3 (tiga) bulan tidak berhak atas kenaikan upah tahunan.

5. Besarnya kenaikan upah tahunan (unsur Inflasi dan Penilaian Prestasi Kerja terpisah) bagi Pekerja ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

(8)

Pasal 17

Kenaikan/Penyesuaian Upah Khusus

Untuk menjaga perimbangan (equity), sewaktu-waktu Perusahaan berhak sepenuhnya mengadakan kenaikan atau penyesuaian upah, baik terhadap seluruh Pekerja maupun Perorangan.

Pasal 18

Kenaikan Upah Karena Promosi

1. Apabila seorang Pekerja dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, maka sejak Surat Keputusan Promosi berlaku Pekerja tersebut berhak menerima kenaikan upah karena promosi dan segala fasilitas pada jabatan baru tersebut.

2. Besarnya kenaikan upah karena promosi ditentukan berdasarkan Skala Upah pada golongan jabatan yang baru dan ditetapkan oleh Pejabat yang secara hukum berwewenang dalam hal itu, dengan mempertimbangkan: perimbangan (equity), tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, kebangsaan, kesukuan, agama dan jenis kelamin (gender).

Pasal 19

Upah Pekerja Saat Sakit, Skorsing, dan Dalam Tahanan

1. Upah Pekerja yang Menderita Sakit :

a. Pembayaran upah selama sakit bagi Pekerja yang telah selesai masa percobaan sampai dengan Masa Kerja 4 (empat) tahun, dilaksanakan berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 pasal 93 ayat (3) tentang Upah Pekerja saat Sakit, yaitu sebagai berikut:

a.1. Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah;

a.2. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah;

a.3. Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah;

a.4. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh Perusahaan.

b. Pembayaran upah selama sakit bagi Pekerja dengan Masa Kerja lebih dari 4 (empat) tahun adalah sebagai berikut:

b.1. Untuk bulan ke-1 s/d bulan ke-6, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah;

b.2. Untuk bulan ke-7 s/d bulan ke-10, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah;

b.3. Untuk bulan ke-11 s/d bulan ke-12, dibayar 60% (enam puluh perseratus) dari upah;

b.4. Untuk bulan selanjutnya dibayar 30% (tigapuluh perseratus) dari upah.

c. Jika setelah melewati masa 12 bulan secara terus menerus, Pekerja masih tetap dalam perawatan maka dapat dinyatakan melalui surat keterangan dokter sebagai Pekerja yang tidak mampu lagi bekerja karena tidak memenuhi syarat kesehatan dan dapat diputuskan hubungan kerjanya berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 dan Peraturan Ketenagakerjaan lainnya.

2. Upah Pekerja dalam Masa Pembebasan Tugas Sementara (Skorsing) dalam proses PHK:

Dalam hal Pekerja dikenakan Pembebasan Tugas Sementara (Skorsing) sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 155 ayat (3) UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maka pembayaran upahnya mengikuti ketentuan sesuai dengan pasal tersebut.

3. Upah Pekerja dalam Tahanan :

Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana, maka Pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga Pekerja/Buruh yang menjadi tanggungannya sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pasal 20 Upah Lembur

1. Upah Lembur adalah upah yang dibayarkan Perusahaan kepada Pekerja yang telah menjalankan Pekerjaan melebihi jam kerja normal.

(9)

2. Upah Lembur dihitung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP- 102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur sebagai berikut:

a. Lembur yang dilakukan pada hari kerja biasa:

- 1 (satu) jam pertama : 1,5 (satu setengah) kali upah sejam - Jam ke-2 dan seterusnya : 2 (dua) kali upah sejam

b. Lembur yang dilakukan pada hari libur/hari istirahat mingguan:

- Jam ke-1 s/d ke-7 : 2 (dua) kali upah sejam - Jam ke-8 : 3 (tiga) kali upah sejam - Jam ke-9 dan seterusnya : 4 (empat) kali upah sejam

c. Lembur yang dilakukan pada hari libur yang jatuh pada hari kerja pendek:

- Jam ke-1 s/d ke-5 : 2 (dua) kali upah sejam - Jam ke-6 : 3 (tiga) kali upah sejam - Jam ke-7 dan seterusnya : 4 (empat) kali upah sejam

3. Rumus untuk menentukan besarnya upah sejam bagi Pekerja adalah 1/173 (satu per seratus tujuh puluh tiga) kali upah per bulan.

Pasal 21 Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan atas upah merupakan tanggung jawab setiap Pekerja yang pemungutan dan penyetorannya dilaksanakan oleh Perusahaan sesuai dengan ketentuan perpajakan dan Perusahaan yang berlaku selama ini.

BAB IV

WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT

Pasal 22

Waktu Kerja Bergilir (Shift)

1. Kerja bergilir terdiri atas 3 (tiga) gilir waktu (Shift), yaitu Shift Pagi, Shift Sore, dan Shift Malam yang masing-masing terdiri dari 8 (delapan) jam sehari, termasuk 1 (satu) jam istirahat dengan jumlah hari kerja 6 (enam) hari dalam seminggu yang pembagian kerjanya tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, kebangsaan, kesukuan, agama dan jenis kelamin (gender).

2. Pekerja yang bekerja Shift diharuskan mengikuti jadwal Kerja Shift yang ditetapkan dan diumumkan oleh Perusahaan secara berkala.

3. Pergantian gilir Waktu Kerja bagi regu kerja berlangsung tiap minggu.

4. Pekerja Shift harus sudah berada di tempat dimana Pekerja ditugaskan untuk bekerja, 15 (lima belas) menit sebelumnya.

5. Bagi Pekerja yang melaksanakan tugas Shift Sore dan Shift Malam, diberikan insentif yang besarnya ditinjau setiap 2 (dua) tahun sekali dan ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

Pasal 23

Waktu Kerja Tidak Bergilir (Non-Shift)

1. Dengan tetap memperhatikan ketentuan mengenai Waktu Kerja Normal, Perusahaan menerapkan 2 (dua) pola kerja Non-Shift yaitu 5 (lima) hari kerja dan 6 (enam) hari kerja dalam seminggu.

2. Perusahaan dapat menugaskan Pekerja Non-Shift untuk melakukan Kerja Bergilir (Shift) dan sebaliknya.

Pasal 24 Waktu Kerja Lembur

1. Pada dasarnya kerja lembur dilakukan dengan suka rela dan disetujui oleh Pekerja kecuali ada hal- hal yang sangat mendesak seperti:

(10)

a. Dalam keadaan darurat dimana pekerjaan tersebut dapat membahayakan kesehatan/keselamatan orang lain jika tidak segera diselesaikan;

b. Pekerjaan-pekerjaan yang bila tidak diselesaikan akan menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, atau dapat mengganggu kelancaran jalannya kegiatan Perusahaan;

c. Pekerjaan yang bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda;

d. Pekerjaan Shift yang penggantinya tidak datang dan pekerjaan tersebut tidak dapat ditinggalkan;

e. Perusahaan dalam keadaan bahaya.

2. Setiap kerja lembur harus berdasarkan perintah lembur yang diberikan oleh atasan (pejabat yang berwenang) dengan Surat Perintah Kerja Lembur.

3. Perusahaan dapat memerintahkan lembur kepada Pekerja pada hari libur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Memberitahukan kepada Pekerja yang bersangkutan terlebih dahulu;

b. Mengisi formulir yang telah disediakan.

4. Dalam 1 (satu) jam pertama di atas jam kerja normal, Pekerja dianggap kerja lembur apabila telah bekerja minimal 1 (satu) jam, sedangkan jika kurang dari 1 (satu) jam tidak diperhitungkan sebagai kerja lembur. Untuk kerja lembur selanjutnya yang kurang dari 15 (lima belas) menit, tidak diperhitungkan, sedangkan mulai dari 15 (lima belas) menit diperhitungkan secara proporsional dengan memperhatikan menit aktual.

5. Bagi Pekerja yang melakukan kerja lembur setiap 4 (empat) jam berturut-turut diberikan Waktu Istirahat selama ½ (setengah) jam.

Pasal 25 Waktu Istirahat

1. Pekerja memperoleh Waktu Istirahat selama 1 (satu) jam, dalam setiap hari dalam Waktu Kerja Normal.

2. Bagi Pekerja non-shift yang mengikuti pola 5 (lima) hari kerja dalam seminggu akan memperoleh istirahat mingguan selama 2 (dua) hari dan Pekerja yang mengikuti pola 6 (enam) hari kerja dalam seminggu akan memperoleh istirahat mingguan selama 1 (satu) hari.

3. Bagi Pekerja shift, istirahat mingguan tidak harus jatuh pada hari yang sama antara Pekerja yang satu dengan yang lainnya, baik dalam satu regu, satu seksi, ataupun satu departemen.

BAB V CUTI

Pasal 26 Cuti Tahunan

1. Cuti Tahunan adalah cuti yang diberikan kepada Pekerja sebanyak 12 (dua belas) hari kerja apabila Pekerja tersebut telah bekerja selama 1 (satu) tahun atau 12 (dua belas) bulan berturut-turut tanpa terputus, sedangkan untuk Pekerja baru, pada tahun pertama hak cuti diberikan secara proporsional dari tanggal masuk bekerja sampai dengan akhir tahun berjalan.

2. Pelaksanaan Cuti Tahunan mulai bulan Januari pada tahun berikutnya dan setiap Pekerja harus melaksanakan hak cuti tersebut.

3. Pengambilan Cuti Tahunan dapat dilakukan sebagian sesuai kebutuhan atau secara keseluruhan, dan dapat digabung dengan Cuti Tahunan periode berikutnya yang sudah memasuki periode pelaksanaannya.

4. Masa berlaku hak Cuti Tahunan adalah 12 (dua belas) bulan sejak akhir tahun lahirnya hak cuti, yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun berikutnya. Apabila dalam kurun waktu tersebut Pekerja yang bersangkutan sama sekali tidak melaksanakan hak cutinya, maka hak cuti tahun pertama yang bersangkutan otomatis menjadi gugur (hangus), kecuali Perusahaan (minimal Manajer) setuju untuk menundanya karena alasan-alasan tertentu, paling lama sampai dengan 6 (enam) bulan berikutnya.

5. Hak Cuti Tahunan harus dilaksanakan dan tidak boleh ditukar dengan uang.

(11)

6. Pekerja yang akan melaksanakan Cuti Tahunan harus mengajukan permohonan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk disetujui Atasannya dan diketahui oleh Fungsi Human Resources, sekurang–kurangnya 2 (dua) hari kerja sebelumnya.

Pasal 27 Cuti Besar

1. Cuti Besar adalah cuti yang diberikan kepada Pekerja apabila Pekerja tersebut telah bekerja minimal 6 (enam) tahun tanpa terputus, dengan ketentuan sebagai berikut:

MASA KERJA CUTI BESAR 6 tahun 30 hari kerja 12 tahun 30 hari kerja 18 tahun 30 hari kerja 23 tahun 30 hari kerja 28 tahun 30 hari kerja 33 tahun 30 hari kerja

Bagi Pekerja yang akan memasuki pensiun normal/dipercepat, perhitungan hak Cuti Besarnya dilakukan secara proporsional.

2. Dengan timbulnya hak Cuti Besar yang tercantum pada ayat 1, maka :

a. Hak Cuti Besar tersebut pola penggunaannya adalah maksimal 6 (enam) hari per tahun;

b. Hak Cuti Besar tersebut yang belum dilaksanakan dalam butir a. dapat diakumulasikan pada tahun berikutnya, sampai dengan timbul Hak Cuti Besar periode berikutnya dan tidak dapat digabungkan dengan Hak Cuti Besar periode berikutnya.

c. Bagi Pekerja yang bermaksud menggunakan Hak Cuti Besar lebih dari 6 (enam) hari per tahun, maka harus disertai dengan ijin tertulis yang telah disetujui minimal oleh pimpinan Departemen terkait atau yang mewakilinya.

3. Pekerja yang akan melaksanakan Cuti Besar harus mengajukan permohonan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk disetujui atasannya dan diketahui oleh Fungsi Human Resources sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari.

4. Cuti Besar yang dapat diberi kompensasi adalah jika cuti tersebut masih utuh dan belum pernah dilaksanakan sebelumnya.

5. Perusahaan akan memberikan Uang Cuti Besar kepada Pekerja yang Cuti Besar ke-1 (satu) hingga ke-2 (dua) timbul atau Pekerja yang mendapatkan kompensasi Cuti Besar atas permintaan Perusahaan yang besarannya diatur dalam Surat Edaran Manajemen dan khusus bagi Pekerja Golongan Jabatan 1 & 2 diberikan sebesar 110 % upah.

Terhadap Pekerja dengan Golongan Jabatan 3 kebawah yang memasuki Cuti Besarnya periode ke-3 (tahun ke 18) dan seterusnya terhitung sejak tanggal 19 Oktober 2009 Uang Cuti Besar/Kompensasi Cuti Besar diatur dalam Surat Edaran Manajemen Tersendiri.

Bagi Pekerja yang akan memasuki pensiun normal/dipercepat, hak Uang Cuti Besarnya diberikan secara proporsional.

6. Uang Cuti Besar akan diberikan oleh Perusahaan secara otomatis, sejak timbulnya hak Cuti Besar Pekerja.

7. Pengaturan pelaksanaan Cuti Besar diatur dalam Surat Edaran Manajemen.

Pasal 28 Cuti Melahirkan

Cuti Melahirkan adalah cuti yang diberikan kepada Pekerja Wanita yang melakukan persalinan atau mengalami keguguran dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pekerja tersebut berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.

(12)

2. Pekerja yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

3. Lamanya istirahat, baik sebelum maupun setelah melahirkan, dapat diperpanjang berdasarkan surat keterangan dokter kandungan/bidan yang telah diverifikasi oleh Dokter Perusahaan.

Pasal 29 Cuti Haid

Cuti Haid diberikan kepada Pekerja Wanita yang sedang haid, sebanyak 2 (dua) hari dalam sebulan dengan surat keterangan Dokter Perusahaan.

Pasal 30

Cuti Massal/Cuti Bersama

1. Pada hari atau hari-hari tertentu, Perusahaan dapat mengambil kebijakan untuk memberlakukan Cuti Massal/Cuti Bersama bagi sebagian atau seluruh Pekerja.

2. Pada Shift Sore dan Shift Malam menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Nyepi, Waisak, dan Imlek, dalam rangka memberi kesempatan bagi Pekerja untuk mempersiapkan diri beribadah pada hari raya tersebut, Perusahaan dapat memberlakukan Cuti Massal/Cuti Bersama bagi seluruh atau sebagian Pekerja.

3. Cuti Massal/Cuti Bersama akan diperhitungkan dari Cuti Tahunan Pekerja yang bersangkutan.

BAB VI

MENINGGALKAN TEMPAT KERJA

Pasal 31 Dispensasi

1. Dispensasi adalah kebijakan Perusahaan untuk memperbolehkan Pekerja meninggalkan pekerjaan tanpa diperhitungkan dari hak cutinya dan tidak berpengaruh terhadap pembayaran upah, karena alasan sebagai berikut:

NO ALASAN LAMA SYARAT KELENGKAPAN DOKUMEN

1 Perkawinan Pekerja/Anak 3 hari Surat Keterangan dari Lurah/Camat setempat dan Surat Nikah yang disusulkan

2 Khitanan/Pembaptisan anak Pekerja 2 hari Surat Keterangan dari Lurah/Dokter/

Gereja 3 Pekerja menjadi wali perkawinan

saudara kandung, wisuda diploma/

sarjana bagi Pekerja/Istri/Suami/ Anak

1 hari Surat Keterangan Nikah/Surat Keterangan lain yang menunjukkan bahwa pekerja menjadi wali nikah dari Saudara Kandung ybs/ Keterangan Lulus.

4 Istri sah Pekerja melahirkan/

mengalami keguguran

2 hari Surat Keterangan dari Dokter/Bidan 5 Suami/Isteri, Orang tua/Mertua atau

Anak (termasuk anak yang meninggal dalam kandungan)/Menantu meninggal dunia

3 hari Surat kematian

6 Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, atau Saudara Kandung Pekerja, meninggal dunia

2 hari Surat kematian dan Kartu Keluarga atau KTP

7 Atas nasihat dokter menjaga isteri/

suami/anak yang sakit keras

2 hari Surat Keterangan dari dokter. Apabila dirawat di rumah selain Surat Keterangan Dokter juga disertai dengan Surat Keterangan dari RT/RW setempat yang menyatakan bahwa anak pekerja ybs sakit keras.

(13)

NO ALASAN LAMA SYARAT KELENGKAPAN DOKUMEN 8 Korban penggusuran dan harus pindah

tempat tinggal

3 hari Surat Keterangan penggusuran dari Lurah setempat

9 Pindah rumah (kecuali kost) 2 hari Maksimum 1 (satu) tahun sekali dan menyerahkan Surat Keterangan Pindah 10 Korban Kebakaran/Bencana Alam 3 hari Menyerahkan Surat Keterangan Lurah

setempat 11 Pergi ke dokter luar/Rumah Sakit untuk

mengantar suami / isteri/ anak/

orangtua atau mertua yang tinggal serumah untuk opname / tindakan darurat atas anjuran dokter yang harus didampingi di Rumah Sakit

1 hari Surat Keterangan dokter yang merawat di Rumah Sakit dan Kartu Keluarga atau KTP

12 Pembuatan/Perpanjangan SIM atau KTP atau Passport

1 hari Menyerahkan foto copy SIM atau KTP atau Passport lama dan baru

13 Pekerja menjalankan Tugas Negara Selama waktu yang diperlukan

Memperlihatkan surat tugas dari instansi/

lembaga Pemerintah yang bersangkutan 14 Mendapat panggilan dari instansi

Pemerintah seperti dari Kepolisian, Kejaksaan, atau Lembaga Peradilan

Selama waktu yang diperlukan

Terlebih dahulu harus sepengetahuan Perusahaan tentang berapa lama waktu yang diberikan

15 Pekerja yang menunaikan ibadah agama (Haji) untuk pertama kali

Selama waktu yang diperlukan

Harus menunjukkan bukti-bukti bahwa akan melaksanakan/menunaikan ibadah Haji

16 Pengurus Lembaga Formal Perusahaan yang menjalankan tugas organisasi atas perintah/rekomendasi aparat di atasnya

Selama waktu yang diperlukan

Surat Undangan atau Surat Penunjukan

17 Pimpinan/Anggota Pleno Serikat Pekerja dan/atau yang mewakilinya untuk mengikuti kongres/konferensi/

rapat/seminar/pendidikan yang berhubungan dengan masalah kegiatan SPSI yang diselenggarakan oleh SPSI atau Pemerintah.

Selama waktu yang diperlukan

Surat Undangan atau Surat Penunjukan

2. Batas waktu pemberitahuan:

a. Apabila Pekerja bermaksud meninggalkan kerja seperti yang disebutkan dalam No. 1, 2, 3, 8, 9, 12, 15, 16, dan 17 maka Pekerja harus melaporkan maksud tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelumnya melalui Atasannya untuk kemudian diteruskan kepada fungsi Human Resources.

b. Untuk kejadian yang mendadak seperti No. 4, 5, 6, 7, 10, 11, 13, dan 14 maka Pekerja wajib memberitahukannya dengan cara apapun kepada Atasannya untuk kemudian diteruskan kepada fungsi Human Resources.

c. Pekerja yang akan meninggalkan pekerjaan seperti No. 1, 2, 3, 7, 9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 akan diberi Surat Ijin Meninggalkan Tempat Kerja oleh fungsi Human Resources.

d. Untuk kejadian seperti No. 8 dan 10 Pekerja harus melaporkan ke fungsi Human Resources selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah kejadian.

Pasal 32

Istirahat Atas Nasihat Dokter

1. Perusahaan memberikan ijin kepada Pekerja untuk tidak masuk kerja atas nasihat Dokter Perusahaan atau rekomendasi Dokter Luar yang telah diverifikasi dan didukung oleh Dokter Perusahaan.

(14)

2. Perusahaan juga mengijinkan Pekerja untuk meninggalkan pekerjaan jika Pekerja tersebut mengalami kecelakaan kerja, dan menurut diagnosa dokter yang tertera di dalam Surat Keterangan dokter diharuskan istirahat.

Pasal 33 Permisi dan Mangkir

1. Permisi:

a. Permisi adalah tindakan Pekerja tidak masuk kerja dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan di luar ketentuan dispensasi, yang pemberitahuannya disampaikan secara tertulis atau lisan/telepon kepada Atasan dan fungsi Human Resources.

b. Bagi Pekerja yang tidak masuk kerja dengan alasan yang berkaitan dengan pekerjaan dan disetujui oleh Atasan, maka Permisinya diberlakukan sebagai cuti.

c. Terhadap Permisi yang telah melampaui Hak Cuti Tahunan dapat diterapkan azas „tidak bekerja tidak dibayar‟ (no work no pay) dan Permisi mempengaruhi Penilaian Prestasi Kerja.

2. Mangkir:

a. Mangkir adalah tindakan Pekerja tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah atau alasannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

b. Terhadap Mangkir diterapkan azas „tidak bekerja tidak dibayar‟ (no work no pay) dan Mangkir mempengaruhi Penilaian Prestasi Kerja.

3. Pengaturan lebih lanjut mengenai Permisi dan Mangkir dituangkan dalam Surat Edaran Manajemen.

BAB VII JAMINAN SOSIAL

Pasal 34

Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan bagi Pekerja dan Keluarga Pekerja

1. Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan bagi Pekerja meliputi:

1.1. Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan diselenggarakan oleh Perusahaan Asuransi.

1.2. Ruang lingkup jaminan pengobatan dan kesehatan diberikan kepada seluruh Pekerja yang telah melampaui masa percobaan.

1.3. Luas Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan terdiri dari:

Luas Jaminan Golongan Jabatan

Operator / Foreman / Officer Rawat Inap Rp. 75.000.000 per tahun Rawat Jalan Rp. 3.600.000 per tahun Perawatan Gigi Rp. 400.000 per tahun Melahirkan Rp. 2.500.000 per tahun

1.4. Khusus untuk Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan bagi Pekerja yang mengalami sakit, dalam hal telah melebihi plafon sebagaimana diatur dalam butir 1.3. dapat diusulkan kepada manajemen untuk dibantu.

1.5. Pemeriksaan Kesehatan:

a. Mengingat Perusahaan memproduksi bahan makanan, maka secara berkala Perusahaan mengadakan pemeriksaan ulang kesehatan bagi seluruh/sebagian Pekerja, termasuk foto rontgen, vaksinasi dan/atau test narkoba.

b. Bagi Pekerja yang telah mencapai usia 45 (empat puluh lima) tahun, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh oleh Perusahaan.

c. Pemeriksaan ulang kesehatan dan vaksinasi adalah wajib bagi seluruh Pekerja dan akan diberikan sanksi bagi yang tidak mematuhinya.

1.6. Pemeriksaan Mata dan Pembelian Kacamata:

Perusahaan akan mengganti biaya pemeriksaan/pengobatan mata dan pembelian kacamata bagi Pekerja yang telah bekerja minimum 1 (satu) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

(15)

a. Pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter ahli mata yang ditunjuk atas permintaan Dokter Perusahaan dan biaya pemeriksaan merupakan bagian dari biaya rawat jalan;

b. Penggantian biaya pembelian lensa kacamata standard tunggal maupun ganda diberikan setiap 2 (dua) tahun sekali terhitung sejak tanggal pembelian seharga maksimum Rp.

450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) dengan melampirkan bukti, dan dimungkinkan penggantian 1 (satu ) tahun sekali atas rekomendasi dari dokter;

c. Penggantian gagang (frame) kacamata dapat diberikan setiap 2 (dua) tahun sekali terhitung sejak tanggal pembelian, seharga maksimum Rp. 550.000,- (lima ratus lima puluh ribu rupiah) dengan melampirkan bukti;

d. Dalam hal Pekerja memilih untuk menggunakan lensa kontak (contact lens), maka penggantiannya dapat diberikan setiap 2 (dua) tahun sekali terhitung sejak tanggal pembelian, seharga maksimum Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) dengan melampirkan bukti;

e. Pembelian lensa, gagang atau lensa kontak yang dimaksud di atas dapat dilaksanakan oleh Pekerja yang bersangkutan;

f. Apabila timbul kerusakan pada lensa atau gagang atau lensa kontak sewaktu melaksanakan tugas kerja, diberikan penggantian setelah diketahui dan disetujui oleh Atasan Langsung.

2. Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan bagi Keluarga Pekerja

2.1. Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan diselenggarakan oleh Perusahaan Asuransi.

2.2. Ruang lingkup jaminan pengobatan dan kesehatan diberikan kepada Keluarga dari Pekerja yang telah melampaui masa percobaan.

2.3. Luas Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan terdiri dari:

Luas Jaminan Golongan Jabatan

Operator / Foreman / Officer Rawat Inap Rp. 75.000.000 per tahun Rawat Jalan Rp. 2.595.000 per tahun Perawatan Gigi Rp. 400.000 per tahun Melahirkan Rp. 2.500.000 per tahun

3. Pengaturan lebih lanjut mengenai tatacara dan prosedur pelaksanaan Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan bagi Pekerja dan Keluarga Pekerja dituangkan dalam Surat Edaran Manajemen.

4. Untuk Jaminan Pengobatan dan Perawatan Kesehatan bagi Pekerja dan Keluarga Pekerja dengan Golongan Jabatan Kepala Seksi ke atas diatur dalam Surat Edaran Manajemen tersendiri.

Pasal 35

Bantuan Pemilikan dan Perbaikan Rumah

1. Perusahaan menyadari bahwa kepemilikan rumah merupakan kebutuhan primer bagi setiap Pekerja yang pemenuhannya sangat mempengaruhi ketenangan bekerja dan ketenangan hidup Pekerja beserta keluarganya.

2. Perusahaan menyediakan 3 (tiga) macam bantuan perumahan, yaitu:

a. Pembelian tanah berikut rumah yang siap huni;

b. Pembangunan rumah di atas tanah yang dimiliki;

c. Perbaikan rumah yang telah dimiliki.

3. Pengaturan lebih lanjut mengenai perolehan bantuan perumahan ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

Pasal 36

Peminjaman Uang dalam Keadaan Mendesak bagi Pekerja

1. Perusahaan menyadari bahwa pada saat–saat tertentu Pekerja dihadapkan pada keadaan yang sangat mendesak dan membutuhkan dana yang melebihi kemampuan keuangan Pekerja. Oleh

(16)

karena itu, sebagai wujud dari perhatian dan kepedulian Perusahaan terhadap keadaan Pekerja tersebut, maka Perusahaan memandang perlu mengadakan program bantuan peminjaman uang dalam keadaan mendesak bagi Pekerja.

2. Perusahaan hanya dapat mempertimbangkan untuk memberikan bantuan pinjaman uang kepada Pekerja yang mengalami musibah:

a. Anak/isteri/suami/orang tua/mertua/saudara kandung Pekerja meninggal dunia;

b. Bencana alam, kebakaran, dan penggusuran;

c. Orang yang tinggal serumah/Anak/isteri/suami/orangtua/mertua Pekerja dirawat di rumah sakit.

3. Pengaturan lebih lanjut mengenai program pinjaman uang dalam keadaan mendesak diatur dengan Surat Edaran Manajemen.

Pasal 37 Pinjaman Pendidikan

1. Bantuan Pinjaman Pendidikan adalah bantuan yang diberikan Perusahaan dalam bentuk pinjaman uang untuk membantu meringankan beban Pekerja yang anaknya memasuki tahun pertama jenjang pendidikan TK, SD, SLTP, SLTA, dan Diploma 3 (D3) dan/atau Perguruan Tinggi.

2. Pengaturan lebih lanjut mengenai program Pinjaman Pendidikan diatur dengan Surat Edaran Manajemen.

Pasal 38

Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan

1. Pengusaha memandang perlu untuk membantu mengembangkan kemampuan intelektual Anak Pekerja dan Pekerja yang berprestasi tinggi di bidang pendidikan melalui Program Beasiswa atau Bantuan Biaya Pendidikan.

2. Beasiswa diberikan untuk tingkat pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi (D3 dan S1).

3. Penerima Beasiswa adalah Anak sah Pekerja dan Pekerja, yang memenuhi syarat.

4. Program Bantuan Biaya Pendidikan diberikan kepada Anak dari Pekerja yang meninggal dunia dalam Hubungan Kerja. Pengertian Meninggal dalam hubungan kerja pada ayat ini adalah meninggal yang dikarenakan kecelakaan yang terjadi pada saat berangkat kerja dari rumah ke kantor melalui jalan yang biasa atau wajar dilampaui dan sebaliknya dan di lokasi kerja atau penyakit yang disebabkan hubungan kerja.

5. Penentuan pemberian Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan diatur dengan Surat Edaran Manajemen dengan memperhatikan kebijakan Pemerintah di bidang pendidikan.

Pasal 39

Sumbangan Kepedulian

1. Dasar Pemberian:

a. Sumbangan Kepedulian adalah pemberian sukarela Perusahaan kepada Pekerja yang mengalami peristiwa suka maupun duka sebagai tanda simpati dan kepedulian Perusahaan.

b. Sumbangan Kepedulian dapat diberikan dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi Perusahaan untuk memberi tambahan berupa karangan bunga.

c. Sumbangan Kepedulian diberikan sama besar untuk setiap Pekerja tanpa memperhatikan golongan jabatan.

d. Bagi suami dan isteri yang sama–sama bekerja dalam Perusahaan, maka Sumbangan Kepedulian hanya diberikan kepada salah satu Pekerja.

2. Jenis-jenis Sumbangan Kepedulian, adalah sebagai berikut:

A. Sumbangan Pernikahan :

1. Sumbangan Pernikahan diberikan kepada Pekerja yang melangsungkan pernikahan pertama kali, dan telah bekerja minimal 1 (satu) tahun tanpa terputus.

2. Besarnya Sumbangan Pernikahan adalah Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

B. Uang Duka:

(17)

1. Besarnya Uang Duka yang diberikan apabila Keluarga Pekerja meninggal dunia adalah sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah).

2. Besarnya Uang Duka yang diberikan apabila Pekerja meninggal dunia adalah Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah).

3. Besarnya Uang Duka yang diberikan apabila Pekerja meninggal dunia dalam melaksanakan tugas Perusahaan adalah sebesar Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah).

C. Sumbangan Musibah Bencana Alam:

1. Sumbangan Musibah Bencana Alam diberikan apabila Pekerja mengalami musibah akibat bencana alam yang menyebabkan kerusakan dan kerugian harta benda, seperti banjir, gempa bumi, dan kebakaran terhadap rumah yang ditempati.

2. Besarnya sumbangan diberikan berdasarkan kasus per kasus dengan jumlah maksimum Rp.

2.000.000,- (dua juta rupiah) dan disertai bukti keterangan musibah.

3. Kelengkapan Dokumen:

Setiap permohonan sumbangan yang diajukan ke Perusahaan harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:

Jenis Sumbangan Kepedulian

Dokumen yang harus dilengkapi

Pernikahan Surat Keterangan Nikah yang sah dari Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

Uang Duka Surat Keterangan Meninggal dari Rumah Sakit/ Puskesmas/Mantri dan/atau dari Ketua RT setempat.

Musibah Bencana Alam - Surat Keterangan tentang bencana alam dari Lurah setempat.

- Perincian kerugian akibat musibah bencana alam.

Pasal 40 Koperasi

1. Anggota Koperasi Pekerja adalah Pekerja Perusahaan dan setiap Pekerja berhak menjadi Anggota Koperasi Pekerja.

2. Perusahaan ikut bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengawasan Koperasi Pekerja dalam rangka untuk memastikan peningkatan kesejahteraan Pekerja, termasuk :

a. Mengawasi pengelolaan harta kekayaaan koperasi;

b. Membantu penyediaan sarana koperasi;

c. Membantu pemotongan Simpanan Wajib Anggota dan Hutang Anggota pada setiap pembayaran upah;

3. Perusahaan dan PUK SP RTMM SPSI yang diwakili oleh Ketua atau yang diberi wewenang oleh Ketua secara ex-officio duduk sebagai Pengawas Koperasi.

4. Untuk menjamin terlaksananya mekanisme pembinaan dan pengawasan Koperasi Pekerja, maka perlu diadakan pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Nota Kesepakatan antara Perusahaan dan Pengurus Koperasi.

5. Apabila Perusahaan menjual saham baru kepada masyarakat, maka prioritas utama untuk memesan saham adalah Koperasi Pekerja, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 41

Rekreasi, Olah Raga, dan Kesenian

Perusahaan menyelenggarakan rekreasi bagi Pekerja dan keluarganya 1 (satu) tahun sekali, dan menyediakan fasilitas olah raga dan kesenian serta lain–lain sesuai dengan kemampuan Perusahaan.

(18)

BAB VIII

FASILITAS TRANSPORTASI

Pasal 42

Pengaturan Perolehan Fasilitas Transportasi

Pemberian Fasilitas Tranportasi untuk Pekerja diatur dalam Surat Edaran Manajemen dan khusus untuk Pekerja Golongan Jabatan Operator dan Foreman/Staff, Perusahaan menyediakan fasilitas transportasi sebagai berikut :

a. Bantuan uang transport;

b. Kendaraan Antar - Jemput yang layak dan nyaman (Car Pool).

BAB IX

TUNJANGAN HARI RAYA dan BONUS

Pasal 43

Dasar Pemberian THR dan Bonus

1. Mengingat bahwa Tunjangan Hari Raya (THR) adalah penyisihan sebagian keuntungan Perusahaan yang diberikan kepada Pekerja dalam rangka membantu Pekerja menghadapi Hari-hari Raya Keagamaan: Idul Fitri, Natal , Waisak, Nyepi, dan Imlek maka pemberian THR kepada Pekerja tidak harus selalu dikaitkan dengan masa kerja.

2. Mengingat bahwa Bonus adalah penyisihan sebagian keuntungan Perusahaan yang diberikan sebagai penghargaan atas kontribusi Pekerja dalam pencapaian keuntungan Perusahaan, maka pemberian Bonus kepada Pekerja harus selalu dikaitkan dengan prestasi kerja.

Pasal 44

Pengaturan Pemberian THR dan Bonus

Pengaturan lebih lanjut mengenai pemberian THR dan Bonus diatur dengan Surat Edaran Manajemen.

BAB X

PERJALANAN DINAS

Pasal 45

Perjalanan Dinas Dalam Negeri

Perjalanan Dinas Dalam Negeri adalah semua jenis perjalanan yang dilakukan Pekerja untuk kepentingan Perusahaan dalam rangka pelaksanaan tugas–tugas dan tanggung-jawabnya yang dilakukan keluar lokasi kerja tetapi masih dalam wilayah Republik Indonesia, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Mempunyai jarak minimum 120 (seratus dua puluh) km dari lokasi kerja, atau

b. Memerlukan waktu minimum 45 (empat puluh lima) menit dengan pesawat terbang, atau c. Bermalam di tempat tujuan walaupun jaraknya tidak memenuhi kondisi di atas.

Pasal 46

Perjalanan Dinas Luar Negeri

Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah semua jenis perjalanan ke luar wilayah Republik Indonesia, yang dilakukan Pekerja dalam rangka pelaksanaan tugas–tugas dan tanggung-jawabnya.

(19)

Pasal 47

Biaya Perjalanan Dinas

1. Perusahaan menanggung seluruh biaya wajar yang dikeluarkan dalam rangka perjalanan dinas serta dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.

2. Pengaturan lebih lanjut mengenai perjalanan dinas ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

BAB XI PAKAIAN KERJA

Pasal 48 Jenis Pakaian Kerja

1. Pakaian Kerja Profesi:

Pakaian Kerja Profesi diberikan kepada Pekerja tertentu, yaitu:

No Pekerja Jenis Warna Jumlah

1 Pekerja Laboratorium Jas Laboratorium Putih 2 stel

2 Tenaga paramedis Standar paramedis Putih 2 stel

3 Pekerja Security

& Fire Brigade

Standar pakaian Security

& Fire Brigade

Putih/Biru Tua Kaos Jingga [lengan panjang]

3 stel 1 stel 4 Pekerja Bakery/

Pengawas Canteen

Standar Bakery/Canteen Putih 2 stel

2. Pakaian Kerja Standar Perusahaan :

Selain kepada Pekerja di atas, Perusahaan memberikan Pakaian Kerja Standar Perusahaan.

Bahan, model, jenis, warna, dan penjahit ditentukan oleh Perusahaan/Committee sesuai dengan kebutuhan dan jabatan Pekerja.

3. Pekerja yang karena sifat pekerjaannya harus melakukan tugas di udara terbuka yang memungkinkan kehujanan, diberikan jas hujan dan jaket yang layak satu stel per 2 (dua) tahun per- orang.

Pasal 49

Pemberian dan Pemakaian Pakaian Kerja

1. Setiap tahun Pekerja mendapat jatah pakaian kerja minimal sebanyak 3 (tiga) stel.

2. Seluruh Pekerja wajib memakai/mengenakan pakaian kerja selama jam kerja dan berada di tempat kerja.

3. Setiap Pekerja yang berhak menerima pakaian kerja wajib menjaga, merawat, dan memelihara pakaian tersebut.

4. Perusahaan tidak memberikan pakaian kerja baru sebagai pengganti pakaian kerja yang rusak atau hilang pada tahun berjalan kecuali dalam kasus-kasus tertentu dan disetujui atasan yang bersangkutan minimal Manajer/Department Head.

BAB XII PENGHARGAAN

Pasal 50 Jenis Penghargaan

1. Penghargaan Masa Bakti dan Purna Bakti Pekerja diberikan kepada Pekerja dengan kriteria sebagai berikut:

a. Mempunyai masa kerja tertentu dan tidak terputus;

b. Mempunyai kondite dan tingkah laku baik;

c. Berjasa kepada Perusahaan.

(20)

2. Penghargaan atas prestasi/jasa diberikan kepada Pekerja yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Pekerja yang menemukan sesuatu yang berguna bagi kepentingan Perusahaan;

b. Pekerja yang menyelamatkan Perusahaan dari ancaman yang sangat membahayakan;

c. Pekerja yang mempunyai peringkat Penilaian Prestasi Kerja yang istimewa.

Pasal 51 Bentuk Penghargaan

1. Pengusaha memberikan Piagam Penghargaan atas Masa Bakti Pekerja di Perusahaan untuk Masa Bakti 6 tahun, 12 tahun , 20 tahun dan 25 tahun.

2. Pekerja yang mengakhiri masa baktinya di perusahaan karena mencapai usia Purna Bakti 55 (lima puluh lima) tahun akan mendapatkan penghargaan Purna Bakti sebagai berikut:

Purna Bakti Tanda Penghargaan 6 tahun Piagam + Emas 22 karat 5 gram 12 tahun Piagam + Emas 22 karat 10 gram 16 tahun Piagam + Emas 22 karat 15 gram 20 tahun Piagam + Emas 22 karat 20 gram 25 tahun atau lebih Piagam + Emas 22 karat 30 gram

3. Untuk penyeragaman pemberian, tanggal perhitungan Masa Bakti adalah tanggal masuk Pekerja yang bersangkutan berdasarkan Surat Pengangkatan dengan tanggal patokan (cut off date) 29 November.

4. Bentuk penghargaan atas prestasi/jasa sesuai dengan kriteria pada pasal 50 ayat 2 di atas, ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

BAB XIII

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 52

Penilaian Prestasi Kerja

1. Untuk memperoleh umpan balik bagi Perusahaan dan Pekerja dalam rangka menjamin integrasi kebutuhan Perusahaan dengan Pekerja, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi obyektif terhadap prestasi kerja Pekerja secara berkala melalui sistem Penilaian Prestasi Kerja (PPK) yang berorientasi pada hasil kerja dan upaya pencapaiannya.

2. Hasil PPK harus dapat dipertanggungjawabkan oleh Atasan Langsung dan Atasan Penilai , termasuk diantaranya dengan melakukan koreksi apabila terjadi kesalahan penilaian, dan Hasil PPK dapat menjadi dasar untuk pengembangan potensi dan pemberian imbalan bagi Pekerja.

3. Penilaian Prestasi Kerja dilaksanakan minimum 1 (satu) kali dalam setahun

4. Kriteria Kehadiran dalam Penilaian Prestasi Kerja tidak mempertimbangkan unsur Cuti, Istirahat atas Nasihat Dokter dan Dispensasi.

5. Pengaturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja diatur dalam Surat Edaran Manajemen.

Pasal 53

Pelatihan dan Pengembangan

1. Perusahaan menyadari bahwa untuk mendukung perkembangan usaha dan menjaga kesinambungan sukses Perusahaan, Perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang handal, inovatif dan berdedikasi tinggi. Untuk memiliki sumber daya manusia yang demikian, salah satunya adalah dengan cara memberikan kesempatan kepada Pekerja untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang baik semaksimal mungkin.

(21)

2. Secara umum, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan Pekerja adalah tugas bersama antara Pekerja yang bersangkutan dengan Atasannya.

3. Secara khusus, bagian Training bertanggung jawab untuk:

a. Mendisain dan melaksanakan program–program pelatihan dan pengembangan;

b. Menciptakan kultur Perusahaan di Perusahaan;

c. Membantu pelaksanaan dan mencatat seluruh kegiatan program pelatihan dan pengembangan;

d. Mendorong dan membimbing sumber daya manusia di Perusahaan untuk turut serta dalam pelatihan dan pengembangan.

Pasal 54

Mutasi, Promosi, dan Demosi

1. Mutasi:

a. Mutasi adalah tindakan Perusahaan untuk memindahkan Pekerja dari suatu bagian/lokasi ke bagian/lokasi lain, baik atas pemintaan Pekerja ataupun pertimbangan Perusahaan, tanpa perubahan golongan jabatan, dengan kewenangan sepenuhnya ada pada Perusahaan.

b. Perusahaan dapat melakukan mutasi kepada Pekerja dengan pertimbangan sebagai berikut::

b.1. Memperkuat kinerja di bagian baru;

b.2. Optimalisasi alokasi sumber daya manusia;

b.3. Mempersiapkan jenjang karir yang lebih tinggi;

b.4. Menambah pengetahuan dan ketrampilan Pekerja;

b.5. Alasan Kesehatan.

c. Kepangkatan, upah Pekerja dan fasilitas bagi Pekerja yang mengalami mutasi dapat disesuaikan menurut posisi yang baru.

2. Promosi:

a. Promosi adalah tindakan Perusahaan untuk menempatkan Pekerja pada golongan jabatan yang lebih tinggi daripada golongan jabatan sebelumnya dengan memperhatikan kesempatan (lowongan) yang ada serta kemampuan (termasuk pengalaman kerja/kompetensi) dari Pekerja tersebut.

b. Perusahaan dapat melakukan promosi kepada Pekerja dengan pertimbangan sebagai berikut:

b.1. Optimalisasi perwujudan potensi diri Pekerja bagi Perusahaan.

b.2. Mengisi lowongan yang sangat dibutuhkan.

b.3. Meningkatkan jenjang karir Pekerja yang bersangkutan.

3. Demosi:

a. Demosi adalah tindakan Perusahaan untuk menempatkan Pekerja pada golongan jabatan yang lebih rendah daripada golongan jabatan sebelumnya, baik atas permintaan Pekerja maupun atas pertimbangan Perusahaan, dengan kewenangan sepenuhnya ada pada Perusahaan.

b. Perusahaan dapat melakukan demosi kepada Pekerja dengan pertimbangan sebagai berikut:

b.1. Terbukti tidak cakap.

b.2. Atas permintaan Pekerja sendiri.

4. Imbalan yang diterima Pekerja yang dipromosi atau didemosi akan disesuaikan dengan golongan jabatan yang baru terhitung sejak tanggal promosi atau demosi dinyatakan berlaku.

5. Pengaturan lebih lanjut mengenai Mutasi, Promosi dan Demosi ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

Pasal 55

Pengaturan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengaturan lebih lanjut mengenai Pengembangan Sumber Daya Manusia ditetapkan dengan Surat Edaran Manajemen.

(22)

BAB XIV

PERUBAHAN DATA KEPEGAWAIAN

Pasal 56 Pengertian

Perubahan Data Kepegawaian adalah setiap penambahan, pengurangan atau perubahan data Pekerja dan Keluarga yang sebelumnya telah tercatat di fungsi Human Resources.

Pasal 57

Laporan Perubahan Data Kepegawaian

1. Setiap perubahan Data Kepegawaian Pekerja harus dilaporkan ke fungsi Human Resources dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak perubahan terjadi dengan menyerahkan dokumen pendukung sementara, dan dokumen sah terkait diserahkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak perubahan terjadi.

2. Setiap Pekerja wajib melaporkan perubahan data kepegawaian sebagai berikut:

a. Perubahan nama diri, dilengkapi dengan bukti Surat Keputusan Pengadilan Negeri;

b. Perubahan alamat rumah, dibuktikan dengan surat–surat keterangan pindah yang sah;

c. Kelahiran anak, dibuktikan dengan Surat Keterangan/Akte Kelahiran;

d. Pernikahan, dibuktikan dengan Surat Nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Departemen Agama (KUA) setempat atau Akte Perkawinan yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil;

e. Perceraian, dibuktikan dengan Surat Keputusan Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri;

f. Anggota keluarga (suami/isteri/anak) meninggal dunia, dilengkapi dengan Surat Keterangan Dokter atau Surat Tanda Bukti Kematian/Pemakaman.

3. Mengingat pentingnya pencatatan perubahan data kepegawaian tersebut, maka ketidakpatuhan pada ketentuan ini adalah suatu pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi oleh Perusahaan.

BAB XV

KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA (K3)

Pasal 58 Dasar Pemikiran

Perusahaan berpedoman pada Konsep Mutu Terpadu yang sangat memperhatikan unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk mencapai produktivitas dan efisiensi. Oleh karena itu Perusahaan bertanggung jawab atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan batas kewajaran dan bertanggung jawab untuk meningkatkan aktivitas K3 dengan partisipasi aktif dari seluruh Pekerja.

Pasal 59

Program Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perusahaan bersama-sama dengan seluruh Pekerja bertekad untuk merealisasikan tercapainya tujuan K3, melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1. Mewujudkan tempat kerja yang bersih, aman, dan bebas dari kecelakaan.

2. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

3. Membentuk Sumber Daya Manusia yang berwawasan K3.

4. Meningkatkan mutu, memperkecil penyimpangan secara terus menerus.

5. Mematuhi dan melaksanakan Hukum, Peraturan Pemerintah dan persyaratan lain yang berhubungan dengan K3.

6. Wajib menyediakan peralatan K3 bagi Pekerja di masing-masing Seksi/Departemen.

7. Membentuk Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (P2K3 dan LK) untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama, saling pengertian dan pertisipasi

Referensi

Dokumen terkait

Memperoleh persetujuan dari Pimpinan/Sekretaris Unit Eselon I dan Pimpinan Unit Eselon II (khusus pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal) masing-masing untuk mengikuti seleksi

dampak dari komponen lingkungan.. Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013. VII-4 3. Metoda ini berbentuk daftar komponen lingkungan yang

Gambar 4.10 Layar Utama Aplikasi dengan Submenu Dari Menu Help Pada Sistem Operasi Windows

[r]

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi pemasaran, pengalaman, dan kualitas jasa wisata terhadap citra tempat rekreasi air terjun di

Jika nyala tidak tertarik maka besarin apinya caranya klik edit parameter ,kemudian pilih atomizer/gas flow rate dan klik incrase flue ( max 4, min 2) .Jika apinya telah

Bangka TA 2016 akan melaksanakan pelelangan paket pekerjaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka, kategori Pekerjaan

Keadaan yang demikian akan tetap selamanya dan tidak akan hilang, akan tetapi dapat tertutup atau terpengaruh oleh faktor lingkungan dan pengalaman pendidikan (Budiyanto,