• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi dan Modifikasi Motif Hias pada Benda Cagar Budaya Periode Majapahit Sebagai Desain Pengembangan Usaha Batik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi dan Modifikasi Motif Hias pada Benda Cagar Budaya Periode Majapahit Sebagai Desain Pengembangan Usaha Batik."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

IDENTIFIKASI DAN MODIFIKASI MOTIF HIAS PADA BENDA

CAGAR BUDAYA PERIODE MAJAPAHIT SEBAGAI DESAIN

PENGEMBANGAN USAHA BATIK

Tahun ke-2 dari rencana 2 tahun

PENELITI:

ROCHTRI AGUNG BAWONO, S.S, M.SI (NIDN 0019117405) ZURAIDAH, S.S, M.SI (NIDN 0027088103)

Dibiayai dari Dana BOPTN Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian No: 311-66/UN14.2/PNL.01.03.00/2015 tanggal 30 Maret 2015

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

Judul Penelitian : Identifikasi dan Modifikasi Motif Hias pada Benda Cagar Budaya Periode

Majapahit Sebagai Desain Pengembangan Usaha Batik

Kode/Rumpun Ilmu : 615/Arkeologi

: ROCHTRI AGUNG BAWONO, S.S, M.Si : 0019117405

Tahun Pelaksanaan : Tahun Ke-2 dari Rencana 2 Tahun

Biaya Tahun Berjalan : Rp60.000.000,-

Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp110.250.000,-

Mengetahui, Denpasar, 15 - 11 - 2015

Ketua LPPM UNUD Ketua Peneliti,

(Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng) (ROCHTRI AGUNG BAWONO, S.S, M.Si)

(3)

iii

RINGKASAN BAB I Pendahuluan

Majapahit dahulu merupakan kerajaan yang besar dengan penguasaan wilayah hingga mancanegara memiliki tinggalan budaya yang beragam. Keragaman budaya tersebut sangat terlihat di Situs Trowulan yang diperkirakan sebagai pusat Kerajaan Majapahit pada msaa lalu. Tinggalan yang dapat ditemukan di Situs Trowulan antara lain candi, arca, keramik, terakota, kolam, struktur bangunan, mata uang, serta lainnya. Kemelimpahan tinggalan tersebut juga tersebar hampir seluruh wilayah Jawa Timur yang kaya tentang tinggalan-tinggalan candi pada masa Majapahit.

Kompleks Candi Panataran merupakan salah satu candi kerajaan yang telah dibangun dan dihormati oleh kerajaan Kediri, Singasari, dan majapahit sehingga Candi Panataran memiliki kedudukan yang penting. Candi tersebut ternyata memiliki keragaman motif hias dan cerita yang kemungkinan dapat dijadikan ide pembuatan desain batik. Memperhatikan kondisi ini maka perlu adanya identifikasi motif dan desain yang pernah berkembang pada periode Majapahit khususnya di Kompleks Candi Panataran sehingga nantinya dapat dimanfaatkan sebagai desain pengembangan usaha batik yang bercorak khas Majapahit di Panataran Kabupaten Blitar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(4)

iv

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu mengklasifikasi motif hias dan pola-pola yang berkembang periode Majapahit pada benda-benda arkeologi yang ditinggalkannya khususnya di Kompleks Candi Pantaran sehingga dapat dikembangkan dalam desain batik.

Penelitian ini ingin memberikan kontribusi langsung terhadap masyarakat Indonesia dan pengangkatan citra Nusantara khususnya penghormatan kekayaan lokal yang berkembang pada masa lalu dan merupakan hasil budaya leluhur Bangsa Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data dan pengolahan data. Metode pengumpulan data meiputi observasi, wawancara dan studi pustaka, sedangkan metode pengolahan datanya menggunakan analisis stilistik, tipologi, fungsional, dan simbolik.

Kedua metode tersebut digunakan secara bertahap untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL YANG DICAPAI

Merunut batik khas Blitar ternyata menemui banyak kendala yaitu sedikitnya pengusaha batik, tidak adanya individu/kelompok yang menyimpan, minimnya penanaman filosofi batik dalam masyarakat sehingga masyarakat kurang memedulikan keberadaan batik Blitar serta Kabupaten Blitar mengembangkan pola-pola batik yang berkarakter kekinian.

(5)

v

bentuk yang berbeda walaupun sebenarnya masih dapat menangkap pesan jenis binatang yang disampaikan antara lain kuda terbang, alam, serta singa dengan wajah kupu-kupu. Kemungkinan batik tersebut memiliki maksud dan makna tertentu dalam pembuatannya.

Menelusuri tentang ragam hias yang terdapat di Kompleks Candi Panataran antara lain dapat dibagi menjadi:

a. Motif Medalion

Motif ini merupakan hiasan yang paling banyak terdapat di Kompleks Candi Panataran selain relief yang bercerita tentang Ramayana. Medalion tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu medalion sulur-suluran dan medalion binatang. Terdapat 88 buah yang terdiri atas 80 medalion di Candi Induk dan 8 medalion di Candi Naga yang dibuat menembus dinding. Terdapat 44 jenis binatang yang dipahatkan dan 24 binatang berhubungan dengan dewa-dewi atau cerita Tantri.

b. Motif Geometris

Motif ini yang paling banyak yaitu motif tumpal yang dalam pembahasan dipisahkan tersendiri, motif meander, untaian mutiara, jajaran genjang, dan kawung yang dikenakan pada arca dwarapala Candi Induk.

c. Motif Flora

Hiasan flora dapat dibagi berdasarkan bentuknya yaitu lung-lungan, sulur-suluran, ukel-ukelan, padma, antefik, dan sulur-suluran serupa makhluk. d. Motif Fauna

Motif ini hampir sama dengan motif yang dipahatkan di medalion tetapi motif ini lebih memiliki makna filosofis dan nilai nasehat terutama yang bersumber dari cerita Tantri Kamandaka atau Hikayat Kalila dan Damina. Keduanya banyak dirujuk dalam cerita fabel di Nusantara. Walaupun demikian masih terdapat binatang yang tidak diketahui ceritanya misalnya badak dan bunglon.

(6)

vi

Motif ini lebih menonjolkan pada bentuk-bentuk kala atau kedok yang dijadikan penolak bala dan diletakkan paa ambang pintu candi ataupun ambang pintu semu pada miniatur candi. Berbagai bentuk kala dapat dijumpai di Kompleks Candi Panataran ini selain motif manusia dalam cerita di relief dinding candi.

Berdasarkan pada penelusuran terhadap motif/gaya/langgam kesenian yang berkembang di Candi Panataran pada masa Majapahit maka dapat diketahui jika hampir sebagian besar hiasan sangat terinspirasi pada cerita binatang atau fabel sehingga menghiasi hampir setiap bagian candi. Selain itu juga cerita tentang Panji dan Ramayana juga menjadi cerita inspirasi bagi seniman Majapahit sebagai unsur lokal dan India yang terpahatkan pada relief-relif candi di Kompleks Candi Panataran.

Motif, pola, dan unsur-unsur yang terdapat dalam bangunan maupun fragmen lepas tersebut kemudian didata kembali dan diolah sehingga dapat dikembangkan menjadi beberapa motif batik yang sangat indah.

BAB V PENUTUP

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT selalu Penulis panjatkan karena telah memberikan kesempatan menyelesaikan karya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menglasifikasi dan memodifikasi motif hias dan pola-pola hias benda cagar budaya yang berkembang pada Masa Majapahit khususnya di Trowulan – Majokerto dan Panataran – Blitar sehingga dapat dikembangkan menjadi desain batik. Pengembangan batik ini diawali dengan pendataan kembali motif-motif Nusantara yang telah berkembang sejak dahulu dan selanjutnya dapat dikembangkan melalui ekonomi kreatif.

Penelitian ini banyak melibatkan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga penulis mengucapkan terimaksih terutama kepada perajin batik Sanggar Bagaskara di Trowulan dan Batik Djojokoesoema di Blitar, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto, Program Studi Arkeologi Universitas Udayana, keluarga Rizky Susanti, keluarga Nugroho Hardjolukito, dan Bapak Bondan selaku Juru Pelihara di Kompleks Candi Panataran.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana atas bantuan dana melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana.

(8)

viii

5.2 Sejarah Perkembangan Batik di Blitar ………...………. 27

5.3 Penelusuran Motif-motif Hias di Candi Panataran ………...…….. 47

5.4 Pemilihan Motif dan Pembuatan Desain Batik ………...…… 95

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Klasifikasi Ragam Hias Medalion di Candi Panataran Lampiran 2. Klasifikasi Ragam Hias Tumpal di Candi Panataran Lampiran 3. Klasifikasi Ragam Hias Geometris di Candi Panataran Lampiran 4. Klasifikasi Ragam Hias Flora di Candi Panataran Lampiran 5. Klasifikasi Ragam Hias Fauna di Candi Panataran Lampiran 6. Klasifikasi Ragam Hias Manusia di Candi Panataran Lampiran 7. Biodata Personil Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan unsur-unsur dalam sedimen aktif sungai sangat berkaitan dengan kandungan unsur-unsur tersebut di daerah yang dilalui oleh aliran sungai baik secara alamiah

Penrtrunan kanctungan serai terjadi karena penam- bahan enzim cairan rumen sebelum terfadinlta proses ensilase. Semakin efektif aktivitas enzim menghidrolisis fraksi

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui frekuensi, periode pemijahan dan produksi telur ikan kerapu tikus keterkaitannya dengan jumlah induk yang digunakan pada

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel kualitas sumber daya manusia, sistem informasi pengelolaan keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi

Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah menyampaikan materi yang sulit yaitu 9,62, hal ini menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing

Berdasarkan uji analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tidak sama diketahui bahwa tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan

After activity, the students need feedback to see their mistake. Where group work has formed part of a practice session, our feedback may take the form of having a few

Menurut Gonzales (2008) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya mengatasi permasalahan karir siswa SMA antara lain kegiatan yang memiliki tujuan