• Tidak ada hasil yang ditemukan

FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI P"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN

DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT Dr. SOEDIRAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI

DISUSUN OLEH :

FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI P.12 028

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

(2)

i

PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN

DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT Dr. SOEDIRAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI P.12 028

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

(3)

ii

Nama : FLORENSIA BERLIAN S.R

NIM : P.12 028

Program Studi : D III KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis : PEMBERIAN TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM

SPONTAN DI RS SOEDIRMAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI.

Menyatakan yang sebenarnya bahwa proposal yang saya tulis ini benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 21 Mei 2015 Yang membuat pernyataan

FLORENSIA BERLIAN

NIM. P.12 028

(4)

iii

Nama : FLORENSIA BERLIAN S.R

NIM : P.12 028

Program Studi : D III KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis : PEMBERIAN TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM

SPONTAN DI RS SOEDIRMAN MANGUN

SUMARSO WONOGIRI.

Telah disetujui oleh dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Mei 2015

Pembimbing : Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns. (………..)

NIK. 201183063

(5)

iv

Nama : FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI

NIM : P.12 028

Program Studi : D III KEPERAWATAN

Judul : APLIKASI TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE

TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.W DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI RUANG MELATI RSUD Dr.SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Selasa 23 Juni 2015 DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Siti Mardiyah, S. Kep ( ) NIK. 201183063

Penguji I : Ns. Diyah Ekarini, S. Kep ( ) NIK : 200179001

Penguji II : Ns. Noor Fitriyani, S. Kep ( ) NIK : 201187805

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murharyati, S.Kep. Ns.,M.Kep

NIK. 20068002

(6)

v

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul ’’APLIKASI TEHNIK EFFLURAGE MESSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERIDI RUMAH SAKIT SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI.”

Dalam penyusunan Penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Diyah Eka Rini, S.Kep.,Ns., selaku Penguji I yang telah menguji saya dengan sepenuh hati.

5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns., selaku Penguji II yang telah menguji saya dengan sabar dan sepenuh hati.

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Bapak dan Almh Mamah, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

(7)

vi

10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memeberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Mei 2015

Florensia Berlian Sekar R

(8)

vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanag ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 2

C. Manfaat Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tujuan Teori ... 4

1. Masa Nifas ... 4

2. Penurunan Tinggi Fundus Uteri... 18

3. Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri ... 20

B. Asuhan Keperawatan ... 23

C. Nyeri ... 33

D. Efflurage Massage ... 36

E. Kerangka Teori ... 37

(9)

viii

B. Tempat dan Waktu ... 39

C. Media dan Alat Yang Di Gunakan ... 39

D. Prosedur Tindakan ... 39

E. Alat Ukur ... 40

BAB IV LAPORAN KASUS A. Pengkajian ... 41

B. Analisa Data ... 44

C. Intervensi Keperawatan ... 45

D. Implementasi Keperawatan... 46

E. Evaluasi ... 51

BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian ... 52

B. Diagnosa Keperawatan ... 60

C. Intervensi Keperawatan ... 63

D. Implementasi Keperawatan... 66

E. Evaluasi ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ix 2. Lembar Konsul

3. Surat Pernyataan 4. Daftar Riwayat Hidup 5. Jurnal

6. Asuhan Keperawatan 7. Loog Book

8. Pendelegasian

(11)

1

Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil.

Masa nifas di mulai sejak 2 jam lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 hari) (Sunarsih dkk, 2011).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan yang normal (Nugroho, 2014).

Berdasarkan WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa post partum normal dari tahun 1990-2008 mengalami penurunan sebesar 40%

dari 546.000 menjadi 358.000.

Pada ibu post partum akan terjadi nyeri karena rasa kontraksi pada saat bayi akan keluar, kontraksi yang sangat hebat mengakibatkan nyeri yang sangat hebat.

Berdasarkan data yang di himpun oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri di Wonogiri jumlah ibu melahirkan pada akhir Desember adalah sebanyak 58.27%.

Nyeri, merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,

bersifat sangat subyektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal

skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Kosasih, 2015).

(12)

Teknik effluarge adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang tidak putu-putus teknik ini menimbulkan efek relaksasi (Mons dragon, 2005).

Studi kasus yang di lakukan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri di dapatkan kasus bahwa Ny. W umur 33 tahun melahirkan tanggal 10 Maret 2015 jam 03.00 WIB, dari hasil pengkajian dari Ny. W mengatakan nyeri di perut karena kontraksi.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Parulian (2014) , yang berjudul pemberian teknik effluarge massage terhadap penurunan nyeri pada asuhan keperawatan ibu post partum. Hasil penelitian tersebut adalah pada 1 responden yang dilakukan teknik effluarge message bisa menurunkan nyeri pada ibu post partum.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan teknik effluarge pada ibu post partum dengan nyeri yang berjudul pemberian teknik effluarge message terhadap penurunan nyeri dengan post partum.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Melaporkan tindakan mengaplikasikan teknik effluarge message terhadap penurunan nyeri pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. W dengan post

partum

(13)

b. Penulis mampu menetukan diagnosa keperawatan data Ny. W dengan post partum

c. Penulis mampu melakukan rencana tindakan segera pada Ny. W dengan post partum

d. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan tindakan Ny. W dengan post partum

e. Penulis mampu melaksanakan evaluasi pada Ny. W dengan post partum

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian teknik effluarge message pada Ny. W dengan post partum.

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah wawasan pada siswa didik sehingga mampu mengaplikasikan pada pasien pada saat praktik keperawatan.

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan tindakan keperawatan yang luas mengenai masalah keperawatan pasien.

3. Bagi Rumah Sakit

Bahan masukan dan evaluasi yang di perlukan dalam pelaksanaan

praktek, pelayanan keperawatan.

(14)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan Teori 1. Masa Nifas

a. Pengertian

Post partum atau masa nifas adalah masa yang di mulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran meliputi minggu- minggu selanjutnya pada waktu saluran reproduksi kembali dalam keadaan tidak hamil yang normal (Nugroho, 2014).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam minggu (Saleha, 2009)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti semula.

Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Mochtar, R., 2012).

b. Tahapan masa nifas

Menurut Ambarwati (2010), masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

(15)

1) Puerperium dini

Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan pervaginam tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.

2) Puerperium intermedial

Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Masa ini berlangsung selama kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.

3) Remote puerperium

Waktu yang diperlukanan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan.

c. Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Wulandari dan Handayani (2011), perubahan

fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi :

(16)

1) Perubahan sistem reproduksi a) Uterus

Pangerutan uterus atau involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

b) Bekas implantasi plasenta

(1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.

(2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

(3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.

(4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea.

(5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena

pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka

dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh

sempurna pada 6-8 minggu postpartum.

(17)

c) Lochea

Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Proses keluarnya lochea terdiri dari 4 tahapan :

(1) Lochea rubra (cruenta)

Lochea ini muncul pada haro ke 1-4 masa post partum.

Berisi darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo (rambut bayi) dan meconium.

(2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung selama hari ke 4-7 pascapersalinan.

(3) Lochea serosa

Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta.Muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

(4) Lochea alba

Mengandung leukosit sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Berlangsung selama 2-6 minggu pasca persalinan.

(18)

d) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat laserasi (perlukaan kecil). Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.

Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi terdapat perbatasan antara korpus uteri dan serviks berbentuk cincin.

Muara serviks yangberdilatasi 10cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga Rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari dan pada minggu ke 6 pasca persalinan serviks menutup.

e) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses persalinan

akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu

postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa pasca

persalinan berperan dalam penipisan mukosa vagina dan

(19)

hilangnya rugae. Rugaeakan terlihat kembali sekitar minggu ke 4.

2) Perubahan sistem pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi penurunan produksi progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi terutama pada hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktifitas motilitas usus karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomi, pengeluaran cairan yang berlebihan waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikanmakanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2-3 hari dapat dibantu dengan pemberian huknah atau spuit gliserin atau pemberian obat laksan yang lain.

3) Perubahan sistem perkemihan

Deuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari pasca persalinan.

Hal ini merupakan salah satu pengaruh selama kehamilan

dimana saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan

kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal pasca

persalinan kandung kemih akan mengalami edema, kongesti dan

hipotonik, hal ini sebabkan karena adanya overdistensi pada saat

(20)

kala II persalinan dan pengeluiaran urin yang tertahanselama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan karena adanya trauma saat perslinan yang berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam pasca persalinan.

4) Perubahan sistem endokrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar Hormon Chrinonis Gonadotropin (HCG), Human Plasental Lactogen (HPL), secara berangsur menurun dan normal setelah 7 hari postpartum.

a) Hormon plasenta

Selama periode pasca persalinan terjadi perubahan hormon yang signifikan. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Penurunan hormon humanplasental lactogen (HPL), estrogen dan progesteron serta plsenta enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun. Human Chrinonis Gonadotropin (HCG) menurun dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke 7 pasca persalinan dan sebagai pemenuhan mamae pada hari ketiga pasca persalinan.

b) Hormone pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusi menurun dalam waktu 2 minggu. Follicle

(21)

Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3 dan Leutinizing Hormon (LH) tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c) Hormon oksitoksin

Oksitoksin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ke tiga persalinan, oksitoksin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan.

Pada wanita yang memilih menyusi bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitoksin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.

d) Hormone pituitary ovarium

Untuk wanita yang menyusi dan tidak menyusi akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.

Seringkali menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kada restrogen dan progesteron.

Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi

selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara

wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu,

(22)

65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anvolusi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama menstruasi.

5) Perubahan tanda tanda vital a) Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik (37,5-38 C) karena kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Pada hari ke 3 suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak.

b) Nadi

Denyut nadi nadi normal 60-100X/menit. Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

c) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah menjadi turun setelah melahirkan karena ada perdarahan dan tekanan darah akan tinggi pada postpartum dapat menandakan preeklamsia.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak

normal pernafasan juga akan mengikuti kecuali ada

gangguan pernafasan.

(23)

6) Perubahan sistem kardiovaskuler

Kardiac output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke tiga post partum.

7) Perubahan hematologi

Terjadi peningkatan sel darah putih berkisar antara 15.000-30.000 merupakan adnya infeksi pada persalinan. Pada hari 2-3 post partum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2%

atau lebih.

8) Perubahan sistem muskuluskeletal

Ligamen,fasia dan diagfragma pelvis yang meregang pada waktu kehamilan dan persalinan beangsur-angsur pulih kembali seperti sediakala. Setelah persalinan tidak jarang ligamen rotundum mengendur. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapatdiatasi dengan latihan tertentu.

Mobilitas sendi yang berkurang dan posisi lordosis akan kembali secara perlahan.

a. Tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas

Menurut Ambarwati (2010), tahap adaptasi psikologis yang

terjadi pada ibu masa nifas yaitu :

(24)

1) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari 1-2 setelah melahirkan. Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakanya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Wanita post partum ini berpusat pada kemampuan dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan merawat banyinya, menimang,menyusui dan mengganti popok. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya merawat bayinya. Selain itu sangat sensitif sehingga mudah tersinggung

3) Fase letting go

Pada fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya. Ibu harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

b. Kebutuhan dasar ibu masa nifas

Menurut Maritalia (2012), kebutuhan dasar ibu masa nifas adalah :

(25)

1) Nutrisi dan cairan

Nutisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk bayi.

2) Ambulasi

Ambulansi dini disebut juga early ambulation adalah kebijakan untuk secepat mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing klien secepatmungkin untuk berjalan.

Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur setelah 24-48 jam setelah melahirkan. Kontraindikasi ambulansi dini yaitu pada klien dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru dll. Keuntungannya ambulansi dini adalah:

a) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c) Dapat lebih cepat untuk mengajari ibu untuk merawat bayinya 3) Eminilasi

a) Miksi

Buang air kecil normal apabila setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan untuk buang air kecil sendiri, bila tidak bisa dilakukan tindakan:

(1) Dirangsang dengan air mengalir didekatkan ke klien

(26)

(2) Mengompres air hangat diatas simpisis pubis. Apabila tidak behasil bisa dilakukan pemasangan katater

b) Defekasi

Biasanya 2-3 hari setelah melahirkan masih sulit utuk buang air besar. Jika pasien pada hari ke 3 belum buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar bisa buang air besar teratur maka perlu dilakukan diet, pemberian cairan, serta olahraga.

4) Kebersihan diri

a) Perawatan perineum

Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihakan dengan air sabun yang lembut minimal sekali sehari. Dimulai dari simphisis sampai anus sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu juga diberi tahu untuk mengganti pembalut minimal 4 kali sehari.

Apabila ada luka episiotomi atau laserasi sarankan utuk ibu menyentuh daerah luka.

b) Perawatan payudara

(1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH menyokong payudara (2) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar puting susu setiap kali menyusui.

(27)

Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting yang tidak lecet

(3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok (4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan tablet

analgetik 4-6 jam.

5) Istirahat

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan, istirahat selagi bayi masih tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dan malam hari 7-8 jam.Kurang istirahat pada ibu nifas dapat mengakibatkan kurangnya produksi ASI, memperlambat involusi, yang berakhirnya bisa menyebabkan perdarahan serta depresi

6) Seksual

Apabila perdarahan telah berhenti dan epsiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu setelah melahirkan.

Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatanya maupun lamanya, juga orgasme pun akan menurun.

Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah

masa nifas berdasarkan teori proses penyembuhan luka post partum

(28)

sampai dengan 6 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti.

7) Senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut mengendur, longgarnya liangsenggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan ke keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Senam nifas berupa gerakan-gerakan untuk mengencangkan otot, terutama otot -otot perut yang mengendur akibat kehamilan.

2. Penurunan Tinggi Fundus Uteri

1. Pengertian Penurunan tinggi fudus atau involusi uteri

Involusio uteri adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar diakibatkan kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, et al., 2008).

Involusio uteri adalah proses yang dimulai setelah pengeluaran plasenta, dimana korpus uteri yang berkontraksi terletak kira-kira di pertengahan antara umbilikus dan simfisis, dan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam waktu sekitar empat minggu (Williams, et al., 2005).

2. Proses penurunan tinggi fundus uteri

Menurut Ambarwati (2012), proses terjadinya penurunan tinggi

fundus uteri sebagai berikut:

(29)

1) Autoliysis

Autoliysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot urine. Enzim proteolitikakan memendekkan jaringan otot yang telah tepat sempat mengendur hingga 1 kali panjang dari semula dan 5 kali lebih lebar dari semula.

2) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penurunan produksi estrogenyang menyertai pelepasan plasenta.

Selain itu, lapisan desidua mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium baru

3) Efek oksitoksin

Intensitas kontraksi uterus terus meningkat secara bermaknasegera

setelah bayi lahir. Hormonoksitoksinyang dilepas dari kelenjar

hipofise memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi

pembuluhndarah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan

retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses

ini akan memabantu mengurangi bekas luka tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan.

(30)

3. Faktor yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri

Berdasarkan penelitan yang dilakukan Martini (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri yaitu:

1) Usia ibu

Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan. Usia 20 – 30 tahun merupakan usia yangsangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik disebabkan karena faktor elastisitas dari otot uterus mengingatibu yang telah berusia 35 tahun lebih elastisitas ototnya berkurang. Pada usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belummaksimal karena organ reproduksi yang belum matang.

2) Paritas

Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas pada ibu

multipara cenderung menurun kecepatannya dibandingkanibu yang

primipara karena pada primipara kekuatan kontraksiuterus lebih

tinggi dan uterus teraba lebih keras, sedangkanpada multipara

kontraksi dan retraksi uterus berlangsung lebih lama. Semakin

sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan

dan kelahiran, elastisitas uterussemakin terganggu, akibatnya

uterus tidak berkontraksi secarasempurna dan mengakibatkan

lamanya proses pemulihan organreproduksi pasca persalinan.

(31)

3) Pendidikan

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang.

Kematangan intelektual ini berpengaruh terhadapwawasan, cara berfikir seseorang, baik dalam tindakan maupuncara pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Ibuyang berpendidikan tinggi dalam penerimaan pendidikankesehatan lebih baik penerapannya dalam perawatan diri.Keadaan ini akan meningkatkan pemulihan kesehatan dalamproses involusi uteri.

4) Senam nifas

Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani masa nifas. Tujuannya untuk mempercepatpemulihan kondisi ibu setelah melahirkan, mencegahkomplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas,memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan memperlancar sirkulasi pembuluh darah, membantu memperlancar terjadinyainvolusi uterus.

5) Mobilisasi dini

Mobilisasi dinimerupakan kebijaksanaan untuk membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan berjalan.

Mobilisasimenyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam

dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Dengan

mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri

keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan,

karena kontraksi menyempitan pembuluh darahyang terbuka.

(32)

6) Menyusui

Memberikan ASI segera setelah bayi lahir memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Kontak fisik setelah bayi lahir antara ibu dan bayi mengakibatkan konsentrasi periferoksitosin dalam sirkulasi darah meningkat dengan responhormonal oksitosin di otak yang memperkuat kontraksi uterusyang dapat membantu penurunan tinggi fundus uteri.

4. Perubahan uterus masa nifas

Proses involusi belangsung sekitar 6 minggu. Selam proses ini berat uterus akan mengalami penurunan dari 1000 gram menjadi 60 gramdan ukuran uterus berubah dari 15x11x7,5 cm menjadi 7,5x5x2,5 cm. Proses involusi ini disertai penurunan tinggi fundus uteri (TFU).

Pada hari pertama TFU diatas simpisis pubis atau sekitar 12 cm. hal ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya., sehingga pada hari ke 7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke 10 TFU tidak teraba disimpisis pubis.

Involusi uterus

Tinggi fundus uterus

Berat uterus

Diameter uterus

Palpasi serviks Plasenta

lahir

Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut /lunak 7 hari Pertengahan

anatra

umbilicus dan

500 gr 7,5 cm 2 cm

(33)

simpisis pubis

14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm menyempit

Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu denga memeriksa fundus uteri dengan cara:

1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah dibawah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba (Ambarwati, 2010).

B. Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan bentuk pelayanan keperawatan professional kepada klien dengan menggunakan metodelogi proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkatan fokus.

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah sistematik yang digunakan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien guna mencapai dan

mempertahankan keadaan bio-sosio-spiritual yang optimal

(Asmadi, 2008).

(34)

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et al., 1991).

Menurut Doenges (2001), pengkajian yang dilakukan pada pasien post partum yaitu :

1) Aktivitas atau istirahat

Aktifitas atau istirahat klien bisa tampak berenergi, kelelahan atau mengantuk.

2) Sirkulasi

Nadi biasanya melambat menjadi sekitar 50-70 x/menit karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariasi, dapat lebih rendah sebagai respon terhadap analgesik atau meningkat pada respon pemberian oksitoksin atau hipertensi karena kehamilan.

Terdapat edema pada ekstermitas atas, wajah atau umum karena kehamilan. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira- kira 400-500 ml untuk kelahiran pervaginam atau 600-800 ml untuk kelahiran dengan pembedahan sectio caesaria

3) Integritas ego

Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misalnya

prilaku yang menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat

(kelelahan) atau kecewa. Dapat mengekspresikan masalah atau

(35)

meminta maaf untuk prilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.

4) Eliminasi

Pada eliminasi sering konstipasi. Kandung kemih mungkin teraba diatas simphisis pubis. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urin.

5) Makanan atau cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal, bising usus tidak ada, samaratau jelas. Klien dapat mengeluh lapar, haus atau mual akibat kelelahan pada saat persalinan.

6) Nyeri atau ketidaknyaman

Klien akan mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya luka jahit diperineum, kandung kemih penuh atau perasaan dingin atau otot tremor dengan menggigil.

7) Keamanan

Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan tenaga, dehidrasi). Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.

8) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi

umbilikus. Drainase vagina atau lokea jumlahnya sedang, merah

gelap dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum bebas dari

(36)

kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara. Payudara lunak dengan puting susu tegang.

9) Pemeriksaan fisik

Menurut Stright (2004), pemeriksaan fisik pada klien post partum normal meliputi:

a) Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi , suhu dan pernapasan

b) Inspeksi

Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, nanah, dan karakteristik episiotomi. Inseksi karakteristik lokea yakni warna, jumlah, bau. Inspeksi kaki apakah ada edema. Inspeksi payudara apakah ada area kemerahan. Inspeksi puting susu apakah menonjol atau masuk kedalam

c) Palpasi

Palpasi uterus lembek atau keras,lokasi dan nyeri tekan. Palpasi apakah ada nyeri tekan, hangat, benjolan dan nyeri pada kaki.

Palpasi payudara untuk memeriksa apakah ASI sudah keluar, apakah ada nyeri tekan dan benjolan pada payudara.

10) Uji laboraturium dan pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin, hematokrit: mengkaji kehilangan darah selama persalinan

Ultrasonografi : untuk mengetahui letak plasenta

(37)

Urinalis, kultururine, darah, vagina, dan lokea : pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individu.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu respon, faktor berhubungan, tanda dan gejala (Setiadi, 2012)

Menurut NANDA (2009), Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan postpartum normal adalah :

1) Nyeri berhubungan agen cidera biologis (kontraksi uterus) 2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik

3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (luka epiostomi)

c. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatansebagai pedoman untuk mengarahakan

tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,

memecahkan maslah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses

perencanaan keperawatan meliputi penetapan tujuan perawatan,

penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat dan rasional

(38)

dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawat (Hidayat, 2008).

Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indicator keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kriteria hasil berorientasi pada SMART yaitu Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan jelas, M : Measurable, dapat diukur, A:

Achieveble, realistis, R: Reasonable, ditentukan oleh perawat dank lien, Time : Kontrak waktu (Walid, 2012).

Menurut NANDA (2009), intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa diatas yaitu :

1) Nyeri fisk berhubungan dengan agen cidera fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC :

a) Mampu mengontrol nyeri

b) Melaporkan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri c) Mampu mengenali nyeri

d) Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan darah 110/70- 120/80 mmhg, nadi 60-100X/menit, pernapasan 16-20X/menit, suhu 36,5-37,5

0

C.

Intervensi NIC :

a) Kaji skala nyeri (P, Q, R, S, T) pasien

Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri

b) Pantau tanda-tanda vital

(39)

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan merencanakan intervensi selanjutnya.

c) Berikan posisi nyaman

Rasional : Memberikan posisi nyaman untuk menurunkan spasme otot.

d) Ciptakan lingkungan yang nyaman

Rasional:meningkatkan kenyamanan pasien e) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

Rasional : Membantu pasien meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri

f) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik Rasional : Menurunkan atau menghilangkan nyeri

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (luka epiostomi)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah resiko tinggi infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil berdasrkan NOC : a) Tidak ada tanda-tanda infeksi

b) Leukosit dalam batas normal (3,6-11 10ˆ3/uL)

c) Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan darah 110/70- 120/80 mmhg, nadi 60-100X/menit, pernapasan 16- 20X/rmenit, suhu 36,5-37,5

0

C

d) Pasien mampu mengetahui tanda-tanda infeksi

(40)

Intervensi NIC : a) Kaji tanda infeksi

Rasional : dugaan adanya infeksi b) Kaji leukosit pasien

Rasional : leukosit meningkat menandakan terjadi infeksi c) Pantau tanda-tandaa vital

Rasional : menentukan intervensi selanjutnya d) Lakukan perawatan luka dengan vulva hygiene

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

e) Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda infeksi

Rasional : meningkatkan kemampuan pasien untuk menetahui tanda-tanda infeksi

f) Ajarkan pasien untuk mencegah infeksi

Rasional : meningkatkan kemampuan pasien untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi

g) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic

Rasional : menurunkan mikroorganisme didalam tubuh h) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet

Rasional : untuk menjaga daya tahan tubuh dan mempercepat

penyembuhan luka

(41)

d. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencanan tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

(Nursalam, 2008)

Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010), komponen tahap implementasi terdiri dari :

1) Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan tanpa instruksi dari dokter

2) Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktik American nurses association : undang-undang praktik keperawatan negara bagian dan kebijakan institusi perawatan kesehatan

3) Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaboratif di lakukan apabila perawat bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam membantu keputusan bersama yang bersetujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

4) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan

5) Frekuensi dokumentasi terganung pada kondisi klien dan terapi

yang diberikan.

(42)

e. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2008).

Pada evaluasi klien dengan post partum normal kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :

1) Mampu mengontrol nyeri, Melaporkan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri, Mampu mengenali nyeri, Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan darah 110/70-120/80 mmhg, nadi 60- 100 kali permenit, pernapasan 16-20X/menit, suhu 36,5-37,5

0

C 2) Kandung kemih kosong, Intake cairan dalam rentang normal 1-2

liter/hari, Bebas infeksi saluran kemih, Balance cairan seimbang 3) Bising usus dalam batas normal 5-35X/menit, tidak ada hemoroid,

Klien mampu defekasi

4) Kehilangan darah selama post partum kurang dari 500 cc, Kandung kemih kosong, Kontraksi uterus baik, Klien tidak pucat, Kadar hemoglobin dan hematokit dalam batas normal, Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan darah110/70-120/80 mmhg, nadi 60- 100X/menit, pernapasan 16-20X/menit, suhu 36,5-37,5

0

C

5) Tidak ada tanda-tanda infeksi, Leukosit dalam batas normal (3,6-

11 10ˆ3/uL), Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan

(43)

darah110/70-120/80 mmhg, nadi 60-100X/menit, pernapasan 16- 20X/menit, suhu 36,5-37,5

0

C, Pasien mampu mengetahui tanda- tanda infeksi, Pasien mampu melaporkan rasa nyaman

C. Nyeri

Nyeri, merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,bersifat sangat subyektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Nyeri pada ibu post partum banyak dialami meskipun pada persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ibu.

Menurut Nugroho (2014) gangguan rasa nyeri yang di alami ibu antara lain :

1. After pains/kram perut.hal ini disebabkan kontraksi yang terus menerus pada uterus.

2. Pembengkakan payudara 3. Nyeri perineum

4. Konstipasi 5. Hemoroid

Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari keperawatan kesehatan. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri.

Nyeri merupakan sumber penyebab prustasi baik klien maupun

bagi tenaga kesehatan. Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada

(44)

pasien setelah mengalami suatu tindakan pembedahan. Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri (Potter & Perry, 2005).

1. Teori-Teori Nyeri

Menurut Eli Kosasih (2015) sebagai berikut : a. Teori Spesivitas (Specivicity Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari reseptor-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respon nyeri yang bersifat langsung dan invariabel. Prinsip teori ini adalah reseptor somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi untuk berespon secara optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu dan tujuan perjalanan neuro aferen primer dan jalur ascendens merupakan faktor kritis dalam membedakan sifat stimulus perifer (Price & Wilson, 2002).

b. Teori pola (Pattern Theory)

Teori pola ini menjelaskan bahwa nyeri yang disebabkan oleh

berbagai reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu. Nyeri

merupakan akibat stimulus reseptor yang menghasilkan pola tertentu dari

inpuls saraf. Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neurolgia teori

pola ini bertujuan bahwa rangsangan yang kuat mengakibatkan

berkembangnya gaung terus menerus pada spinal cord sehingga saraf

tranmisinyeri bersifat hipersensitif yang mana rangsangan dengan

intensitas rendah dapat menghasilkan tranmisi nyeri (Andarmoyo, 2013).

(45)

c. Teori Affect

Menurut teori ini, nyeri suatu emosi. Intensitasnya bergantung pada bagaimana klien mengartikan nyeri tersebut (Monahan, Neighbors, Sands, Marek & Green, 2007).

d. Teori Intensity

Teori ini berpendapat, bahwa nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan reseptor sensasi mempunyai potensi untuk menimbulkan nyeri jika menggunakan intensitas yang cukup.

1) Tipe Nyeri

Menurut Kozier (1996), ada tipe-tipe dasar neurologik yang mempengaruhi terbuka atau tertutupnya nyeri, yaitu sebagai berikut : a) Tipe I

Tipe ini meliputi aktivitas serabut saraf yang dipengaruhi oleh sensori nyeri. Jika serabut saraf berdiameter besar maka akan menutupi pintu yang dilalui oleh impuls nyeri. Tehnik ini dipergunakan untuk mengurangi nyeri dengan cara merangsang kulit dimana terdapat serabut saraf berdiameter besar.

Intervensi yang dapat diterapkan dengan menggunakan

teori ini adalah melakukan massage, rangsangan panas dingin,

perabaan dan transcutaneus electric stimulation.

(46)

b) Tipe II

Rangsang dari batang otak mempengaruhi sensasi nyeri karena formasi retikuler di batang otak memonitor pengaturan input sensori. Apabila seseorang menerima rangsangan secara terus menerus atau berlebihan, maka batang otak akan mengirimkan impuls untuk menutup pintu sehingga rangsang nyeri dapat dihambat.

Intervensi yang dapat diterapkan oleh teori ini adalah tehnik distraksi, guided imagery dan evaluasi.

c) Tipe III

Tipe ini meliputi aktivitas neurologik dalam sensori dan thalamus. Pikiran, emosi, dan ingatan seseorang dapat mengaktifkan impuls nyata yang dapat disadari.

Intervensi yang dapat diterapkan dalam teori ini adalah mengajarkan berbagai tehnik relaksasi dan pemberian obat analgetik.

D. Efflurage Massage

Effluarge Message adalah bentuk massage yang menggunakan telapak

tangan yang memberikan tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan

arah sirkular yang berulang teknik ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi

darah, memberi tekanan, dan menghangatkan otot abdomen serta

meningkatkan relaksasi fisik maupun mental. Effluarge merupakan teknik

(47)

masase yang aman dan mudah untuk di lakukan. (dalam jurnal Parulian. T, 2014).

Langkah prosedur teknik effluarge message adalah dengan kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas, dan konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen dimulai dari bagian bawah di atas simphisis pubis, arahlan kesamping perut terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilikus bentuk pola gerakan seperti kupu-kupu (dalam jurnal Parulian. T, 2014).

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tahap Adaptasi : a. Taking in b. Taking hold c. Letting go Post Partum

Terjadi Perubahan Fisiologis : a. Sistem reproduksi b. Sistem

pencernaan c. Sistem

perkemihan d. Sistem endokrin e. Tanda-tanda vital f. Sistem

kardiovaskuler g. Hematologi h. Sistem

muskuloskeleta

Nyeri

Efflurage

Massage

(48)

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Nyeri Efflurage Massage Nyeri Teratasi

(49)

39 BAB III

RANCANGAN METODE KARYA TULIS ILMIAH

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek penelitan ini adalah ibu post partum usia 33 tahun.

B. Tempat dan Waktu

Aplikasi riset ini di laksanakan di ruang Melati RSUD.dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada tanggal 9-10 Maret 2015.

C. Media dan Alat yang di guanakan

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang di gunakan adalah Handbody lotion untuk memijat, Tisu untuk mengelap, Jam untuk menentukan waktu.

D. Prosedur Tindakan 1. Mencuci tangan

2. Melakukan usapan ringan pada jedua telapak tangan 3. Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen

4. Di mulai dari abdomen bagian bawah 5. Arahkan tangan kesamping

6. Kemudian turun ke umbilicus

7. Bentuk pola seperti kupu-kupu (Dari jurnal T.Parulian,dkk,2014)

(50)

E. Alat Ukur

Nyeri menggunakan Skala Numeric Rating scale.

Gambar 1.1. Skala Numeric Rating scale (dari jurnal T,Parulian,dkk 2014) Pengukuran derajat nyeri yaitu nilai:

1= tidak nyeri

2= nyeri sangat ringan

3= nyeri ringan

4= nyeri tidakk begitu berat

5= nyeri sedang

6= nyeri cukup berat

7= nyeri berat

8= nyeri hampir tak tertahankan

9= nyeri berat terkontrol

10= nyeri berat tidak terkontrol

(51)

41 BAB IV LAPORAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 maret 2015 pada jam 09.00 WIB.

Pasien masuk pada tanggal 10 maret 2015 pada jam 01.00 WIB. Pengkajian di lakukan dengan metode Autoanamnesa dan Alloanamnesa, pengamatan observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat.

A. Pengkajian

Dari Hasil dari pengkajian di dapatkan data identitas klien bahwa klien bernama Ny. W umur 33 tahun yang bertanggung jawab adalah Tn. R umur 35 tahun pekerjaan swasta pendidikan SMA hubungan dengan klien adalah suami alamat Giriwono, Wonogiri.

Riwayat persalinan lalu. Klien mengatakan persalinan yang dulu juga spontan dengan berat 3300 gram keadaan saat lahir baik tidak ada komplikasi persalinan dan ananya sekarang berumur 5 tahun.

Riwayat kehamilan saat ini. Klien mengatakan 11X periksa dan pada Trimester I Klien melakukan tiga kali, pada Trimester ke II melakukan empat kali kunjungan dan Trimester ke III empat kali kunjungan tidak ada masalah kehamilan saat periksa dan lahir secara normal dengan letak kepala jenis kelamin bayi perempuan dengan berat 3600 gram dengan panjang 47 cm.

Pengeluaran darah saat persalinan perdarahan kurang lebih 150 cc dan tidak ada masalah dalam persalinan.

Dari pengkajian riwayat ginekologi di dapatkan data Klien mengatakan

tidak mempunyai masalah ginekologi seperti kanker serviks,

(52)

mioma uteri, kanker payudara, kista klien memakai alat kontrasepsi suntik selama 2 tahun.

Data post natal klien Status obtrikus , Keadaan umum baik, Kesadaran Composmentis, Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg, Nadi 80X/menit, S : C, RR : 20X/menit.

Pemeriksaan fisik pada klien. Kepala mesochepal, rambut hitam, bersih, mata konjungtiva anemis tidak ikterik pupil isokor, hidung kanan kiri simetris, bersih tidak ada sekret, mulut simetris, warna merah tua, mukosa bibir kering, telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran, leher tidak ada perbesaran kelenjar tyroid.

Jantung inspeksi dada simetris, ictus cordis tak nampak, palpasi ictus cordis teraba dan tidak terlalu kuat, perkusi suara pekak tidak ada pelebaran jantung, auskultasi bunyi jantung I-bunyi jantung II murni tidak ada tambahan. Paru-paru inspeksi bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu, palpasi vacal premitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vasikuler. Payudara tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, simetris kanan dan kiri, aerola hyperpigmentasi, kolostrum dan ASI sudah keluar.

Pada pemeriksaan abdomen klien mengatakan nyeri pada uterusnya

dengan penilaian nyeri provocate nyeri karena kontraksi, quality nyeri seperti

tersayat-sayat region di uterus scala 5, time saat kontraksi involusi uterus

belum kembali seperti semula, fundus uteri berada dua jari dibawah pusar,

kontraksi teratur dan keras, posisi globuler atau membulat, kandung kemih

(53)

kosong, diastasis rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm, fungsi pencernaan baik, peristaltik usus 20x/menit, buang air besar baik.

Pada pemeriksaan perenium dan genetalia vagina intregitas kulit baik, tidak ada edema, tidak hematom, perinium di episiotomi tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak, tidak ada echimosis, tidak ada discharge, approximate baik, kebersihan baik, lokhea rubra jumlah setengah pembalut

, hemoroid tidak menonjol.

Pada pemeriksaan ekstremitas, ekstremitas atas simetris kanan dan kiri dan yang kiri terpasang infus, ekstremitas bawah tidak edema, ada varises di bawah lutut, tidak ada homan.

Pada pemeriksaan eliminasi pada BAK klien mengatakan sesudah melahirkan sudah BAK sebanyak 2X, dan BAK tidak ada keluhan, BAB ibu mengatakan belum BAB.

Pada pemeriksaan istirahat dan kenyamanan pada pola tidur ibu mengatakan tidak bisa tidur ibu mengatakan tidak nyaman karena sering terbangun.

Pada pemeriksaan mobilisasi dan latihan tingkat mobilisasi ibu suda bisa duduk dan saat ini sedang latihan berjalan dan belum melakukan senam nifas.

Pada pemeriksaan nutrisi dan cairan ibu mengatakan kalo nafsu

makannya bertambah porsinya seperti nasi, lauk, sayur dan buah, ibu

mengatakan minum 6 gelas air putih setiap 6 jam sekali dan sesekali

meminum teh hangat dan terpasang infus ringer laktat 20 tetes per menit.

(54)

Pada pemeriksaan keadaan mental ibu mengatakan senang menerima bayinya dan ibu menerima bayinya dengan sangat senang.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 9 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (72 mg/dL), SgoT (39 u/L), SgpT (16 u/L), ureum (20 mg/Dl), kreatinin (1,0 mg/Dl) HbsAg (negatif), leukosit (8,9 u/L).

Terapi yang didapat pasien saat dirawat yaitu terapi intravena infus Ringer Laktat berfungsi mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi 20 tetes/menit. Oksitosin 1 amp = 10 unit = 1mg berfungsi untuk meningkatkan kontraksi uterus agar persalinan lebih cepat, amoxilin 1x3sehari 500 mg berfungsi sebagai antibiotik, asam mefenamat 1x3 sehari 500mg berfungsi sebagai anti nyeri, cefotaxim 50mg/12jam berfungsi untuk saluran kemih.

B. Analisa Data

Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi di dapatkan data :

Pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data fokus, data subyektif pasien mengatakan nyeri P : pasien mengatakan nyeri pada uterus karena kontraksi, Q : pasien mengatakan nyeri seperti tersayat-sayat, R : di uterus, S : skala 5, T : saat beraktivitas dan di dapatkan data obyektif pasien meringis kesakitan,problem nyeri akut etiologi agen cidera biologis (kontraksi uterus).

Pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data, data subyektif pasien

mengatakan sukit tidur karena nyeri, dan di daoatkan data obyektif pasien

(55)

nampak lemas, mata nampak cekung dan mengantuk.problem gangguan pola tidur etiologi restrain fisik.

Pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan data fokus, data fokus dengan data subyektif pasien mengatakan melahirkan secara normal pada tanggal 10 Maret 2015 jam 03.00 WIB dini hari dan di dapatkan data obyektif terdapat epiostomi pada perinium, tidak di terdapat tanda-tanda REEDA, suhu 36,5

o

C dan didapatkan problem resiko infeksi dan etiologi prosedur invasif (Luka Epiostomi).

C. Prioritas Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi uterus) 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tingkat kenyamanan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Luka Epiostomi)

D. Intervensi Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi uterus) Tujuannya adalah setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil pasien dapat mengotrol nyeri, skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 2, pasien tampak nyaman, tanda- tanda vital normal.

Intervensi atau rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. W

adalah kaji skala nyeri(P, Q, R, S, T) untuk mengetahui skala nyeri, periksa

tanda-tanda vital untuk mengetahui tanda tanda vital dalam batas normal,

(56)

mengajarkan teknik effluarge message untuk mengurangi nyeri kontraksi uterus, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri ketika nyeri terjadi lagi,kolaorasi dengan dokter pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri ketika terjadi lagi.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan tingkat kenyamanan

Tujuannya adalah setelah di lakuikan tindakan 2x24 jam di harapkan gangguan pola tidur tidur teratasi dengan kriteria hasil jumlah tidur dalam batas normal 6-8 jam, pola tidur tidak terganggu, pasien nampak rileks.

Intervensi atau rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. W adalah observasi gangguan pola tidur untuk mengetahui gangguan pola tidur, ciptakan lingkungan yang nyaman untuk memberikan suasana yang tenang dan nyaman bagi pasien, membatasi jumlah pengunjung yang menengok pasien untuk memberikan susana yang tenang dan nyaman, memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang biasa menjadikan pasien susah tidur umtuk memberikan pengetahuan suapaya pasien mengerti makanan yang menyebabkan sulit tidur.

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Luka Epiostomi)

Tujuannya adalah setelah di lakukan tindakan 2x24 jam di harapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil pasien mengerti cara merawat luka epiostomi, pasien tidak mengalami infeksi, pasien mengerti cara menjaa kebersihan luka epiostomi.

Intervensi atau rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. W

adalah observasi tanda REEDA untuk mengetahui ada tidaknya infeksi,

(57)

mengajarkan pasien melakukan vulva hygiene supaya pasien mampu melakukan vulva hyegiene sendiri di rumah, memberikan pendidikan kesehatan tentang prmtingnya menjaga kebersihan untuk menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya menjaga gnetalia, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik untuk mencegah infeksi.

E. Implementasi keperawatan

Tindakan yang dilakukan pada 10 maret 2015 yaitu diagnosa yang pertama, mengkaji skala nyeri pasien, jam 10.00 WIB melakukan dengan respon subyektif oleh pasien mengatakan abdomennya nyeri karena kontraksi P : pasien megatakan nyeri kontraksi, Q : nyeri seperti disayat-sayat R : nyeri pada uterus S : skala 5 T : nyeri saat kontraksi dan didapatkan data obyektif TD : 110/70 mmhg, S : 36,5

o

C, RR : 20X/menit, N : 80X/menit. Pasien tampak meringis kesakitan, Jam 10.15 WIB memberikan tehnik eflurage massage dan didapatkan respon subyektif pasien mau diajarkan dan didapatkan respon obyektif pasien nampak mengerti 10.30 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan didapatkan respon subyektif pasien mau di ajari dan didapatkan respon obyektif pasien nampak mengikuti apa yang di ajarkan.

Jam 10.45 WIB memeriksa tanda-tanda vital dan didapatkan respon

subyektif pasien mau di periksa tanda-tanda vitalnya TD : 120/70 mmhg, S :

365

o

C, N : 80X/menit, RR : 20X/menit, Jam 11.00 WIB kolaborasi dengan

dokter pemberian obat antibiotik dan didapatkan respon subyektif pasien mau

Gambar

Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas
Gambar 1.1. Skala Numeric Rating scale (dari jurnal T,Parulian,dkk 2014)  Pengukuran derajat nyeri yaitu nilai:

Referensi

Dokumen terkait

Posisi vokal dalam bahasa Jerman untuk fonem yang termasuk ke dalam fonem segmental sangat unik, karena sangat susah (bahkan mungkin tidak ada) mecari kata dengan akhir /u/

Hasil penelitian dan diskusi untuk menjelaskan kebijakan hukum pidana terhadap resiko kejahatan di bidang ketenagakerjaan adalah ketentuan peraturan mengenai masalah hukum

Kegiatan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Balai PSDA Bengawan

Asosiasi antara Kadalan dengan beberapa primata endemik Sulawesi merupakan interaksi atau hubungan simbiosis tipe komensalisme, dimana burung Kadalan mendapat

Perusahaan memperoleh Penghargaan Konstruksi Indonesia dari Menteri Pekerjaan umum (PU) di bulan Nopember 2011.. Penghargaan Kinerja Proyek di bulan Nopember 2011 juga

Berdasarkan Gambar 2 konstruksi pohon filogeni ini didapatkan sekuen Tanaman Pala dari Tahuna menunjukan bahwa pala yang terdapat di Tahuna masih belum bisa

Hasil simulasi model sediaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada tingkat upaya tangkap optimum sebesar 43587 trip kapal, sediaan maksimum lestari Xmsy sumberdaya ikan

Apakah anda bertanggung jawab melaksanakan kegiatan Promkes meliputi Penyuluhan Kesehatan, Pembinaan PSM / UKBM, Pembinaan PHBS dan koordinasi lintas program sesuai dengan