• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

148 Bobot Karkas Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Ikan Rucah Difermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus

Rahmat Ardiansyah

1

, Pudji Rahayu

2*

, Yusrizal

2

1 Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

2 Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

ABSTRAK

*Korespondensi Penulis e-mail : pudjisikoen@gmail.com

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus terhadap bobot karkas ayam broiler.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang diberikan yaitu P0: Tepung Ikan Komersil 12,5 % P1: Tepung Ikan Rucah 10% P2: Tepung Ikan Rucah 12,5%

P3: Tepung Ikan Rucah 15%. Peubah yang diamati adalah: konsumsi ransum, bobot potong, bobot karkas mutlak, bobot karkas relatif dan lemak abdominal. Data yang terhimpun dianalisis menggunakan analisis ragam sesuai rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap. Bila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dalam ransum menunjukan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum, bobot potong, bobot karkas mutlak, bobot karkas relatif dan lemak abdominal. Uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan level 12,5% sangat nyata meningkatkan bobot karkas.

Kesimpulkan penelitian ini yaitu: penggunaan tepung ikan rucah fermentasi dengan level 12,5% dapat meningkatkan bobot karkas ayam broiler.

Kata Kunci : tepung ikan rucah fermentasi, bakteri Lactobacillus bulgaricus, bobot karkas, ayam broiler.

PENDAHULUAN

Secara ekonomi, Indonesia merupakan negara berkembang. Populasi ayam pedaging di Indonesia semakin meningkat seiring dengan tingginya tingkat konsumsi daging unggas. Ayam broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat, karena dapat dipanen pada umur 5 minggu. Penampilan ayam broiler yang bagus dapat dicapai dengan sistem peternakan intensif modern yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan berkualitas, serta perkandangan yang memperhatikan aspek kenyamanan dan kesehatan ternak (Nuriyasa, 2003). Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler, harus di dukung pemenuhan pakan yang berkualitas.

Pakan adalah asupan nutrisi yang diberikan kepada hewan ternak, untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi, nutrisi yang sangat berperan dan harus disediakan dalam jumlah

cukup, salah satunya yaitu protein karena diperlukan untuk pertumbuhan. Protein merupakan nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan karkas.

Kualitas protein hewani yang bagus salah satunya dapat dipenuhi oleh tepung ikan, karena tepung ikan pakan yang biasa digunakan dalam ransum ternak unggas.

Tepung ikan merupakan produk yang diperoleh dari penggilingan ikan berkadar air rendah dan diperoleh dari bahan mentah menjadi suatu produk yang sebagian besar terdiri dari komponen protein ikan (Irianto, 2002). Tetapi mengingat harga yang mahal, sulit didapat, seringkali tepung ikan dipasaran yang dibeli kurang baik maka dicari alternatif lain sebagai pengganti dengan kualitas yang baik. Alternatif yang dapat dipakai adalah tepung ikan rucah, karena harga yang murah dan protein yang relatif tinggi. Menurut hasil penelitian Hendalia et al., (2018) tepung ikan rucah berprobiotik (TIRB) mengandung protein

(2)

149

kasar 43,77–45,81%. Kualitas tepung ikan tergantung dari bahan baku yang digunakan serta proses pembuatannya, tepung ikan rucah difermentasi dengan probiotik mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus, fermentasi dilakukan agar tepung ikan tersebut memiliki kualitas yang baik untuk digunakan seperti menambah waktu simpan dan kandungan tepung ikan tersebut tetap terjaga nutrisinya. Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, salah satunya Waspodo (2001) menyatakan Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri probiotik yang telah lolos dari uji klinis, enzimnya mampu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Lactobacillus bulgaricus bersifat proteolitik yang mampu memecah protein sehingga mudah dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan (Chaitow dan Tranev, 1990). Sehingga pemberian pakan tepung ikan rucah fermentasi dapat

meningkatkan bobot karkas serta menurunkan lemak abdmoninal. Proses penyerapan makanan ke dalam tubuh ayam broiler akan menjadi optimal, dan berdampak pada bertambahnya bobot badan yang akan berkaitan terhadap persentase karkas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kandang Fapet Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi mulai tanggal 3 Desember 2019 sampai dengan 7 Januari 2020. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) sebanyak 140 ekor, tepung ikan rucah, tepung beras, bakteri Lactobacillus bulgaricus, jagung, dedak halus, bungkil kedele, premix dan minyak kelapa. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 20 unit kandang koloni, tempat pakan, tempat minum, lampu 40 watt, neraca digital, serbuk gergaji, koran, desinfektan cair, kapur, kuas, pisau, ember, terpal, dan kantong plastik.

Tabel 1. Kebutuhan Zat Nutrient Ransum Ayam Broiler

Zat Makanan (%) Starter

(umur 0-3 minggu)

Finisher (umur 3-5 minggu) Protein Kasar 23,00 20,00

Lemak Kasar 4,00 4,00

Serat Kasar 4,00 4,00

Kalsium 1,00 0,90

Phospor 0,45 0,35

Lysin 1,10 1,00

Methionin 0,50 0,38

Energi Metabolisme (kkal/kg) 3200,00 3000,00 Sumber: SNI (2008)

Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Bahan Pakan Penyusun Ransum Perlakuan Bahan Pakan ME (Kkal/kg) PK (%) LK

(%)

SK (%)

Ca

(%) P (%) Lys (%)

Met (%)

Jagung 3370,00 8,60 3,90 2,00 0,02 0,10 0,20 0,18

Dedak Halus 2693,50 11,98 5,20 12,40 0,15 0,35 0,71 0,27

Bungkil Kedele 2240,00 44,00 0,90 6,00 0,32 0,29 2,90 0,65 Tepung Ikan Komersil 2970,00 58,00 9,00 1,00 7,70 3,90 6,50 1,80 Tepung Ikan Rucah

Fermentasi 4529,00 45,81 11,53 5,97 8,08 4,61 0,00 0,00

Premix 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Minyak Kelapa a129,00 0,00 a1,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber: Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fapet UNPAD (2009), aWahju (2006) dan

Hartadi, dkk (2005)

Tabel 3. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Perlakuan

Bahan Pakan Fase Starter Fase Finisher

P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3

Jagung Kuning 52,00 46,00 46,50 45,00 57,00 52,00 53,00 52,00

TepungIkan Komersil 12,50 - - - 12,50 - - -

TepungIkan Rucah - 10,00 12,50 15,00 - 10,00 12,50 15,00

Dedak Halus 14,50 13,00 12,00 14,00 13,50 15,00 13,50 15,00 Bungkil Kedele 19,00 29,00 27,00 24,00 15,00 21,00 19,00 16,00

Premix 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Minyak 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(3)

150

Tabel 4. Komposisi Zat Makanan Ransum Perlakuan Fase Starter

Zat Makanan (%) P0 P1 P2 P3

Protein Kasar 21,82 22,85 23,04 22,98

Lemak Kasar 4,09 3,90 4,14 4,44

Serat Kasar 4,10 4,87 4,78 4,97

Kalsium 1,06 0,69 1,12 1,32

Phospor 0,65 0,64 0,74 0,86

Lysin 0,57 1,03 0,96 0,89

Methionin 0,48 0,31 0,29 0,27

EM (kkal/kg) 2941,10 3004,15 3062,49 3111,83

Keterangan: Hasil perhitungan berdasarkan Tabel 2. dan 3.

Tabel 5. Komposisi Zat Makanan Ransum Perlakuan Fase Finisher

Zat Makanan (%) P0 P1 P2 P3

Protein Kasar 20,37 22,85 23,04 20,18

Lemak Kasar 4,20 3,90 14,14 4,70

Serat Kasar 3,84 4,87 4,78 4,76

Kalsium 1,04 0,93 1,12 1,30

Phospor 0,64 0,64 0,74 0,84

Lysin 1,46 1,03 0,96 0,67

Methionin 0,46 0,31 0,29 0,24

EM (kkal/kg) 2993,06 3004,15 3062,49 3195,47

Keterangan: Hasil perhitungan berdasarkan Tabel 2 dan 3

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Kandang yang digunakan sebanyak 20 unit kandang, setiap unit diisi dengan 7 ekor ayam broiler. Perlakuan pada penelitian ini adalah:

P0 = tepung ikan komersil 12,5 %, P1 = tepung ikan rucah fermentasi 10,0 %, P2 = tepung ikan rucah fermentasi 12,5 %, P3 = tepung ikan rucah fermentasi 15,0 %.

Peubah yang diamati yaitu konsumsi ransum, Bobot potong, Bobot karkas mutlak,Bobot karkas relatif dan Lemak Abdominal. Data yang

terhimpun dianalisis menggunakan analisis ragam sesuai rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap. Bila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Pengaruh perlakuan pemberian tepung ikan dalam ransum terhadap rataan konsumsi ransum ayam broiler disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konsumsi ransum ayam broiler umur 5 minggu dengan pemberian tepung ikan dalam ransum (g/ekor)

Ulangan Perlakuan Jumlah

P0 P1 P2 P3

U1 328,46 467,51 372,91 434,14 1603,02

U2 283,80 476,00 440,83 344,37 1545,00

U3 356,46 510,14 464,69 413,49 1744,77

U4 329,71 493,00 484,49 410,34 1717,54

U5 336,63 464,46 426,60 322,53 1550,22

Jumlah 1635,06 2411,11 2189,51 1924,88 8160,56

Rataan 327,01a 482,22c 437,90c 384,98b 1632,11

SD 26,62782 19,14745 42,56499 48,53215

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum ayam broiler. Uji lanjut duncan menunjukan peningkatan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri

lactobacillus bulgaricus hingga 10% (P1) dan 12,5% (P2) dapat meningkatkan konsumsi ransum dan terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap pemberian tepung ikan komersil (P0) dan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri lactobacillus bulgaricus 15% (P3).

(4)

151

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam broiler terendah pada perlakuan pemberian tepung ikan komesil 12,5% (P0) yaitu 327,01g dan tertinggi pada perlakuan pemberian tepung ikan fermentasi dengan lactobacillus bulgaricus 10% (P1) yaitu 482,22g. Hasil tersebut lebih tinggi dari hasil penelitian Razak et al., (2016) menunjukkan bahwa konsumsi ransum ayam broiler umur 6 minggu dengan level pemberian tepung daun sirih yaitu 280,72g/ekor/minggu. Hasil tersebut mendekati hasil penelitian Idayat et al., (2012) menunjukkan bahwa konsumsi ransum ayam broiler umur 5 minggu dengan frekuensi pemberian pakan dan pembatasan pakan yaitu 552,80-555,42g.

Berdasarkan hasil rataan konsumsi ransum ayam broiler bahwa semakin tinggi penambahan tepung ikan rucah fermentasi dalam ransum menyebabkan semakin menurunnya konsumsi ransum ayam broiler tersebut, hal ini di pengaruhi oleh Palatabilitas dan bentuk ransum. Palatabilitas ditentukan dari bau dan kualitas rasa dari ransum tersebut, palatabilitas tertinggi dapat diketahui dari jumlah ransum yang dikonsumsi (Manullang et al., 2016).

Bobot Potong

Pengaruh perlakuan pemberian tepung ikan dalam ransum terhadap rataan bobot potong ayam broiler disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot potong ayam broiler umur 5 minggu dengan pemberian tepung ikan dalam ransum (g/ekor)

Ulangan Perlakuan Jumlah

P0 P1 P2 P3

U1 677,00 1144,00 1012,50 972,50 3806,00

U2 448,50 1021,00 1060,00 893,00 3422,50

U3 563,00 1022,00 1174,50 935,00 3694,50

U4 610,50 1105,00 1171,00 1025,50 3912,00

U5 633,00 1005,00 984,00 855,50 3477,50

Jumlah 2932,00 5297,00 5402,00 4681,50 18312,50

Rataan 586,40a 1059,40c 1080,40c 936,30b 3662,50

SD 87,3566 61,37833 88,57581 66,4686

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa Pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.05) terhadap bobot potong ayam broiler. Uji lanjut duncan menunjukkan peningkatan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus hingga 12,5% (P2) dan 10% (P1) dapat meningkatkan bobot potong dan terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap pemberian tepung ikan komersil 12,5 % (P0) dan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus 15% (P3).

Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa rataan bobot potong ayam broiler terendah pada perlakuan pemberian tepung ikan komesil 12,5%

(P0) Yaitu 586,40g dan tertinggi pada perlakuan pemberian tepung ikan fermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus 12,5% (P2) yaitu 1080,40g. Hasil dari penelitian ini mendekati hasil penelitian Siregar dan Harefa (2019) yaitu bobot potong selama 5 minggu sebesar 1033,53 gr/ekor.

Berdasarkan hasil rataan Bobot potong dapat dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan konversi ransum ayam broiler. Sesuai dengan

pendapat Nurhayati et al. (2010), bahwa bobot potong erat kaitannya dengan konsumsi ransum, dimana semakin banyak ransum yang dikonsumsi maka semakin besar peluang zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan daging yaitu protein akan terkonsumsi sehingga akan terjadi peningkatan bobot badan yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot potong.

Bobot Karkas Mutlak

Pengaruh perlakuan pemberian tepung ikan dalam ransum terhadap rataan bobot karkas mutlak ayam broiler disajikan pada Tabel 8. Hasil analisi ragam menunjukan bahwa pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap bobot karkas mutlak.

Uji lanjut duncan menunjukkan peningkatan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri lactobacillus bulgaricus hingga 12,5% (P2) dapat meningkatkan bobot karkas mutlak dan terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap pemberian tepung ikan komersil 12,5 % (P0) dan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri lactobacillus bulgaricus 15% (P3).

.

(5)

152

Tabel 8. Rataan bobot karkas mutlak ayam broiler umur 5 minggu dengan pemberian tepung ikan dalam ransum (g/ekor

Ulangan Perlakuan

Jumlah

P0 P1 P2 P3

U1 440,00 783,50 691,50 672,50 2587,50

U2 282,50 701,50 702,50 628,00 2314,50

U3 357,50 692,00 824,00 663,00 2536,50

U4 390,00 493,00 791,50 690,50 2365,00

U5 396,50 618,00 642,50 540,00 2197,00

Jumlah 1866,50 3288,00 3652,00 3194,00 12000,50

Rataan 373,30a 657,60bc 730,40c 638,80b 2400,10

SD 58,65215 109,1131 75,02033 59,73337

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas mutlak ayam broiler terendah pada perlakuan pemberian tepung ikan komesil 12,5% (P0) Yaitu 373,30g dan tertinggi pada perlakuan pemberian tepung ikan fermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus 12,5% (P2) yaitu 730,40g. Hasil ini lebih rendah dari hasil penelitian Kusuma et al. (2014) yaitu bobot potong ayam broiler yang diberi ransum tepung daun S. Moleta yaitu 915g. Dan sama dengan hasil penelitian TNI (2013) bahwa ayam broiler umur 5 minggu yang di beri ransum dengan penambahan kulit pisang fermentasi yaitu 712,23g.

Pemberian tepung ikan rucah fermentasi menyebabkan meningkatkan bobot karkas mutlak dibandingkan dengan pemberian tepung ikan komersil dikarenakan tepung ikan rucah fermentasi mengandung protein yang lebih tinggi, dimana

protein membantu dalam proses pembentukan karkas mutlak. Hal ini sesuai dengan Ibrahim (2016) yaitu pemberian tepung ikan dalam ransum ayam broiler mempengaruhi bobot karkas. Bobot karkas dipengaruhi dengan bobot hidup, sehingga bobot potong yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas yang besar pula, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nelwida et al. (2008) bahwa bobot potong akan berbanding lurus dengan bobot karkas yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot potong maka akan semakin berat bobot karkas yang dihasilkan dan sebaliknya.

Bobot Karkas Relatif

Pengaruh perlakuan pemberian tepung ikan dalam ransum terhadap rataan bobot karkas relatif ayam broiler disajikan pada Tabel .

Tabel 9. Rataan bobot karkas relatif ayam broiler umur 5 minggu dengan pemberian tepung ikan dalam ransum (%)

Ulangan Perlakuan Jumlah

P0 P1 P2 P3

U1 64,99 68,49 68,30 69,15 270,93

U2 62,99 68,71 66,27 70,32 268,29

U3 63,50 67,71 70,16 70,91 272,28

U4 63,88 65,48 67,59 67,33 691,81

U5 62,64 61,49 65,29 63,12 252,55

Jumlah 318,00 332,24 337,61 340,84 1755,85

Rataan 63,60a 66,45ab 67,52b 68,17b 351,17

SD 0,912275 2,990997 1,875478 3,134579

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisi ragam menunjukan bahwa Pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap bobot karkas relatif ayam broiler. Uji lanjut duncan menunjukkan peningkatan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus hingga 15% (P3) dan 12,5% (P2) dapat meningkatkan bobot karkas relatif dan terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap pemberian tepung ikan komersil 12,5 % (P0). Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas relatif ayam broiler terendah pada

perlakuan pemberian tepung ikan komesil 12,5%

(P0) Yaitu 63,60% dan tertinggi pada perlakuan pemberian tepung ikan fermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus 15% (P3) yaitu 68,17%.

Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian Pontoh et al. (2019) menunjukkan bahwa bobot karkas relatif ayam broiler umur 5 minggu dengan level pemberian bonggol pisang sepatu yang berbeda dalam ransum berkisar antara 63,04- 66,32%. Dan lebih rendah dari hasil penelitian Salam et al. (2013) yaitu bobot karkas relatif ayam broiler yang diberi ransum basal yaitu 71,66 %.

Penggunaan tepung ikan fermentasi degan

(6)

153

Lactatobacillus bulgaricus dalam ransum menghasilkan kadar protein berbeda protein dalam ransum mampu mempengaruhi bobot karkas relatif dikarenakan protein berperan dalam pembentukan karkas. Protein berperan penting dalam pencapaian bobot karkas yang diinginkan sehingga dapat

mempengaruhi bobot karkas relatif (Jumiati et al.

2017).

Lemak Abdominal

Pengaruh perlakuan pemberian tepung ikan dalam ransum terhadap rataanlemak abdominal ayam broiler disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot lemak abdominal ayam broiler umur 5 minggu dengan pemberian tepung ikan dalam ransum (g/ekor)

Ulangan Perlakuan

Jumlah

P0 P1 P2 P3

U1 4,38 8,08 5,71 5,53 23,70

U2 2,97 5,97 6,16 5,19 20,29

U3 3,09 5,38 7,20 6,12 21,78

U4 4,44 6,86 6,00 6,04 23,34

U5 4,31 5,54 6,04 5,21 21,09

Jumlah 19,18 31,83 31,10 28,08 110,18

Rataan 3,84a 6,37b 6,22b 5,62b 22,04

SD 0,74 1,12 0,57 0,44

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa Pengaruh pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri lactobacillus bulgaricus memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap bobot lemak abdominal ayam broiler. Uji lanjut duncan menunjukkan pemberian tepung ikan rucah fermentasi dengan bakteri lactobacillus bulgaricus 10% (P1), 12,5% (P2) dan 15% (P3) terdapat perbedaan yang nyata terhadap pemberian tepung ikan komersil 12,5 % (P0).

Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa rataan bobot lemak abdominal ayam broiler terendah pada perlakuan pemberian tepung ikan komesil 12,5% (P0) Yaitu 3,84g dan tertinggi pada perlakuan pemberian tepung ikan fermentasi dengan lactobacillus bulgaricus 10% (P1) yaitu 6,37g. %. Hasil tersebut lebih rendah dari hasil penelitian Nurhayati (2008) bahwa bobot lemak abdominal yang diberi pakan dengan tingkat penggunaan campuran bungkil inti sawit dan onggok yang difermentasi yaitu 8,44g. Berdasarkan hasil dapat dilihat Semakin banyak bahan pakan yang difermentasi yang di tambahkan dalam ransum ayam broiler maka lemak abdominalnya semakin kecil. Sesuai dengan pendapat Gombo et al. (2015) bahwa semakin tinggi pemberian tepung limbah pengalengan ikan dalam ransum makin rendah persentase lemak abdominal ayam broiler.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung ikan rucah fermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus level 12,5% dapat meningkatkan bobot karkas ayam broiler tetapi tidak menurunkan bobot lemak abdominal

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu drh. Pudji Rahayu, M.P dan Bapak Ir. Yusrizal, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dan juga teman teman yang telah memberikan saran kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Cahitow L dan Trenev N. 1990. Probiotics. London:

Harper T Collins Publishers

Gombo, E., Najoan, M., Wolayan, F.R., Imbar, M.R., 2015. Penggunaan Tepung Limbah Pengalengan Ikan Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Broiler. J. Zootek 35, 178–186.

Hendalia, E., F. Manin, dan Adriani. 2018.

Peningkatan Kualitas Tepung Ikan Rucah Berprobiotik Sebagai Pakan Sumber Protein.

Artikel Ilmiah. Hal 1-23

Ibrahim, S., 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Ikan Lemuru (Sardenella Fimbriata) Terhadap Persentase Karkas Broiler. J. Agripet 6, 39–43.

https://doi.org/10.17969/agripet.v7i2.3213 Idayat, A., Atmomarsono, U., Sarengat, W., 2012.

Pengaruh Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan Pada Pembatasan Pakan Terhadap Performans Ayam Broiler. Anim. Agric. J. 1, p 379-388.

Irianto. 2002. Teknologi Pengolahan Hasil Perairan.

Jakarta : Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional

(7)

154

Jumiati, S., Nuraini, Aka, R., 2017. Bobot Potong, Karkas, Giblet, Dan Lemak Abdominal Ayam Broiler Yang Temulawak (Curcumaxanthorrhiza, Roxb) Dalam Pakan). J. Ilmu dan Teknol.

Peternak. Trop. Vol.4 (2) p.11–19.

https://doi.org/ 10.33772/jitro.v4i3.3634

Kusuma, R.A., Dwiloka, B., Mahfudz, L.D., 2014.

Berat Karkas, Nonkarkas Dan Lemak Abdominal Pada Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Salvina Molesta. Animal Agriculture Journal. Vol 3(2). p.249–257.

Manullang, R., Wahyuni, T.H., Ginting, N., 2016.

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Karkas Ayam broiler.Jurnal Peternakan Integratif. Vol. 4 (2).

p163–172.

Nelwida, Hendalia, E., Resmi, Haroen, U., 2008.

Pengaruh Suplementasi Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa) Dalam Ransum Terhadap Bobot Karkas Ayam Broiler. J.

Indones. Trop. Anim. Agric. Vol.33 (2). p 218–

222.

Nurhayati, 2008. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran Bungkil Inti Sawit Dan Onggok Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Dalam Pakan Terhadap Bobot Dan Bagian-Bagian Karkas Broiler. Anim. Prod. Vol.10 (1) p. 55–59.

Nuriyasa, I.M. 2003. Pengaruh Tingkat Kepadatan dan Kecepatan Angin Dalam Kandang Terhadap Indeks Ketidaknyamanan dan Penampilan Ayam Pedaging. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud. Hal 99-103.

Pontoh, S.G., Mandey, J., F.R, W., Y, K., 2019.

Pengaruh Pemanfaatan Bonggol Pisang Sepatu (Musa Paradisiaca L) Dalam Ransum Terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler. Zootec. Vol.39 (2).

Razak, A.D., Kiramang, K., Nurhidayat, M., 2016.

Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Konversi Ransum Ayam Ras Pedaging yang Diberikan Tepung Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai Imbuhan Pakan. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan. Vol.3 (1); p.135–147.

Salam, S., Fatahilah, A., Sunarti, D., Isroli, 2013.

Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang Diberi Tepung Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Ransum Selama Musim Panas.

Sains Peternak. 11, 84–90.https://doi.org/10.

20961/ sainspet.11.2.84-90

Siregar, M., Harefa, N., 2019. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Indigofera Sp. Dalam Ransum Terhadap Bobot Potong, Bobot Karkas Dan Persentase Karkas Ayam Broiler (Gallus domesticus). Jurnal of Animal and Agonomi Panca Budi. Vol.4 (2).p 39–42

Standar Nasional Indonesia. 2008. Kumpulan SNI Bidang Pakan. Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

TNI, K., 2013. Pengaruh Pemanfaatan Kulit Pisang Yang Difermentasi Terhadap Karkas Broiler. J.

Ilmu Ternak dan Vet. 18, 153–157.

https://doi.org/10.14334/jitv.v18i2.315

Wahju, J. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Kelima.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Waspodo I, S. 2001. Efek Probiotik, Prebiotik dan

Sinbiotik bagi Kesehatan. http//www.kompas.

com/kompas-cetak/0109/30/iptek/efek22.htm.

Diakses pada 2 September 2019.

Referensi

Dokumen terkait

1) Ikan Garra rufa (Cyprinion macrostomus) yang diperiksa dalam penelitian ini terindikasi mengandung bakteri (+) Motile Aeromonas Septicaemia dan (-) Motile

dilakukan antar pengurus organisasi secara vertikal dan horizontal. Komunikasi ekstern adalah tata hubungan penyampaian informasi resmi IPKI yang dilakukan oleh pengurus

Dengan asumsi marjin bersih naik menjadi 8% maka laba bersih diperkirakan mencapai Rp.1,27 triliun atau tumbuh 32,41% dari tahun 2010 sebesar Rp.959,16 miliar. EPS tahun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dari bakteri Bacillus Cereus V9 didalam ransum hidrolisis yang mengandung bungkil inti sawit

menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan hasil fermentasi pelepah nipah menggunakan mikro organisme lokal (MOL) sayur, maka kadar serat kasar semakin menurun, hal ini

Pada umur 2 minggu tidak berbeda nyata antara ketiga jenis ayam kampung, sedangkan pada umur 6 dan 10 minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara

Namun seiring dengan kemajuan teknologi, wisata agro Nusa pelangi harus berkompetisi dengan industri pengolahan susu yang melalukan ekspansi pasar dengan

Saran yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat nelayan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok Tarusan untuk mempertahankan penggunaan alat tangkap yang ramah