• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEMINAR NASIONAL II. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN DAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

242 Pengaruh Interaksi Genetik Lingkungan (Sistem Perkandangan) pada Tiga Jenis Ayam Kampung Terhadap Pertambahan Bobot Badan

Jozi Arsa Demasani

1

, Eko wiyanto

2*

, Helmi Ediyanto

2

, Silvia Erina

2

1 Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

2 Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

ABSTRAK

*Korespondensi Penulis e-mail : ekowiyanto@unja.ac.id

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pertambahan bobot badan pada 3 (tiga) jenis ayam kampung yang dipelihara dalam sistem perkandangan berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Materi penelitian yang digunakan adalah: ayam kampung lokal, super dan KUB. Alat dan bahan yang digunakan adalah: kandang baterai, kandang litter tanpa tengger dan kandang litter tengger, timbangan digital, ransum merk Novo produksi Charoen Phokphand. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 162 ekor ayam yang terdiri dari:

ayam kampung lokal, super dan KUB masing-masing sebanyak 54 ekor yang dipelihara mulai umur DOC sampai umur 70 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian yang tertinggi pada ayam kampung lokal dan KUB dicapai pada minggu kedelapan yaitu 15,82 ± 3,98 gr dan 21,25 ± 4,26 gr, sedangkan pada ayam super tercapai pada minggu kesepuluh yaitu 19,79 ± 4,59 gr. Ada perbedaan bobot badan umur 10 minggu yang nyata (P<0,05) antara ayam kampung lokal, super dan KUB, yaitu sebesar 927,81 ± 112,32 gr, 1.098,22 ± 157,15 gr dan 1.125,88 ± 147,20 gr.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ayam KUB dan super yang dipelihara pada kandang baterai dan litter tengger bobot badannya lebih tinggi dibandingkan dengan litter tanpa tengger.

Kata kunci: pertambahan bobot, ayam kampung, ayam super, ayam KUB,sistem perkandangan

PENDAHULUAN

Ayam kampung adalah ayam lokal yang populasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia seperti ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB), ayam kampong super dan lokal. Ayam KUB, super dan lokal berpotensi besar untuk dikembangkan karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga karena daging dan telur ayam kampung memiliki preferensi lebih baik dibandingkan ayam ras, namun dalam memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras (Fitriani dkk, 2019) Ayam KBU adalah ayam hasil persilangan antara sesama ayam kampung yang telah diseleksi dari persilangan ayam lokal di Jawa Barat selama 6 generasi, yang memiliki kelebihan produktivitas telurnya tinggi. Sedangkan ayam kampung super adalah jenis ayam kampung pedaging hasil persilangan dari

ayam bangkok jantan dengan ayam petelur betina.

Fenotip merupakan suatu karakteristik, baik struktural, biokimiawi, fisiologis dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme. Fenotip meliputi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan atau sifat yang dapat dideskripsikan, meliputi warna bulu, warna cakar, dan bentuk jengger sedangkan sifat kuantitatif adalah sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan ataupun sifat yang dapat diukur meliputi: panjang femur, panjang tibia, tinggi jengger dan bobot badan.

Pertambahan bobot badan ayam kampung sangat dipengaruhi oleh sifat kuantitatif dan juga dari genetiknya. Genetik sendiri dapat diartikan sebagai karateristik yang diturunkan dari induk ke anaknya melalui gen. genetik ayam kampung dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki produktivitas genetiknya, yaitu dengan cara sistem

(2)

243

pemeliharaan semi insentif. Sistem pemeliharaan ini dapat meningkakan produktivitas ayam lokal lebih dari 100% walaupun angka kematian juga cukup tinggi yaitu 20% (Nataamijaya, 2000).

Kandang adalah tempat tinggal ayam dalam melakukan semua aktivitasnya. Mulai dengan makan, minum dan tentu saja tumbuh maupun menghasilkan telur. Perlu sekiranya diperhatikan kenyamanan kandang sehingga mampu mendukung tercapainya performan ayam yang optimal, oleh karena itu saya membuat kandang baterai, litter dan litter dengan tempat tengger.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan yang optimal diantara tiga jenis ayam kampung yang dipelihara pada sistim perkandangan berbeda.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas Jambi dangan waktu yang dibutuhkan untuk penelitian selama 10 minggu terhitung dari 14 Juli 2020 - 25 September 2020. Materi yang digunakan yaitu:

DOC ayam K U , super dan lokal masing masing sebanyak 54 ekor. Alat dan bahan yang digunakan adalah: kandang baterai, kandang litter tanpa tempat bertengger dan kandang litter dengan tempat bertengger untuk memelihara ayam, timbangan digital, ransum merk Novo produksi Charoen Phokphand.

Metode Penelitian

Penelitian Pengaruh interaksi genetik lingkungan (sistim perkandangan) pada tiga jenis ayam kampung terhadap pertambahan bobot badan ini menggunakan metode percobaan dan termasuk kedalam kategori eksperimen, 162 unit ayam kampung dipelihara dengan menggunakan 3 (tiga) perlakuan, yaitu:

1. Kandang baterai dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 meter sebanyak 9 (sembilan) kandang, setiap kandang di isi 6 (enam) ekor ayam.

2. Kandang litter dengan tempat bertengger

dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 meter sebanyak 9 (sembilan) unit setiap kandang di isi 6 ekor ayam.

3. Kandang baterai tanpa tempat bertengger dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 meter sebanyak 3 (tiga) unit setiap kandang 6 (enam) ekor ayam.

Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Steel and Torrie, 1995). Sebelum data dianalisis, bobot badan ayam betina disetarakan atau disamakan ke bobot jantan. Caranya dengan membagi rata-rata bobot ayam jantan dengan ayam betina untuk didapatkan faktor koreksinya, setelah itu masing-masing ayam betina dikalikan dengan faktor koreksi tersebut, selanjutnya melakukan analisis ragam dan apabila berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjut dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot badan Day Old Chick (umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu)

Rataan dan keragaman bobot badan umur 1 hari, 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu dapat dilihat pada tabel 1. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata pada umur DOC, 4 dan 8 minggu diantara ketiga jenis ayam kampung tersebut.

Pada umur 2 minggu tidak berbeda nyata antara ketiga jenis ayam kampung, sedangkan pada umur 6 dan 10 minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara ayam kampung lokal terhadap ayam kampung super dan KUB, tetapi tidak berpengaruh nyata antara ayam kampung super dan KUB.

Tabel 1 Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung Umur 1 Hari, 2, 4, 6, 8 dan 10 Minggu

Bobot badan menurut umur (gr) Jenis Ayam Kampung

Lokal Super KUB

DOC 30,56 ± 3,64a 38,22 ± 4,12c 33,64 ± 2,70b 2 Minggu 111,38 ± 13,69a 112,96 ± 15,50a 115,60 ± 14,52a 4 Minggu 297,75 ± 29,57a 312,96 ± 45,29b 328,52 ± 37,69c 6 Minggu 501,06 ± 66,98a 556,65 ± 92,24b 565,28 ± 90,20b 8 Minggu 722,50 ± 89,50a 812,17 ± 136,31b 862,84 ± 109,37c 10 Minggu 927,81 ± 112,32a 1098,22 ± 157,15b 1125,88 ± 147,20b Keterangan: Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,05).

(3)

244

Hasil analisis ragam pada bobot DOC menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara ketiga jenis ayam kampung. Bobot DOC ayam kampung super sangat nyata paling berat dibandingkan dengan ayam kampung lokal dan KUB. Hal ini disebabkan ayam kampung super adalah jenis ayam kampung pedaging hasil persilangan dari ayam bangkok jantan dengan ayam petelur betina. Habiburahman (2018) menyatakan dilakukannya persilangan guna memperbaiki pertumbuhan ayam kampung karena bobot yang dihasilkan lebih besar. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Ediyanto. dkk (2018) yang menyatakan bahwa bobot DOC ayam KUB lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung lokal dan ayam kampung super, dikarenakan ayam KUB telah mengalami seleksi pada bobot tetas dan bobot potong selama beberapa generasi sehingga terjadi peningkatan pada bobot DOC nya. Penelitian Ediyanto, dkk.

(2018) menunjukkan bahwa bobot DOC ayam lokal adalah sebesar : 25,4-31,8 gr, super 26,4- 33,8 gr dan KUB 30,4-37,4 gr.

Berdasarkan hasil analisis ragam, menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata pada bobot ayam umur 8 minggu.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bobot badan dan ukuran ukuran tubuh ayam kampung lokal lebih kecil dibandingkan dengan ayam kampung super dan KUB, sesuai dengan Ediyanto, dkk. (2018) dimulai dari DOC hingga umur 8 minggu bobot badan ayam kampung lokal lebih rendah dibandingkan dengan ayam kampung super dan ayam KUB, yaitu: ayam kampung lokal 593,4 gr, super 722,2 gr dan KUB 793,5 gr. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung dari jenis ayam dan pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak dapat mencapai bobot badan yang tinggi.

Bobot hidup ke tiga jenis ayam kampung selama pemeliharaan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, antara ayam kampung lokal terhadap ayam kampung super dan KUB, yaitu masing-masing sebesar: 1040 gr, 941-1255 gr dan 979-1273 gr. Yunianti (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis ternak, umur, kualitas ransum dan jenis kelamin.

Bobot potong diperoleh dengan cara penimbangan, bobot potong merupakan bobot ayam yang ditimbang sebelum dipotong setelah ayam dipuasakan beberapa jam. Bobot potong ayam super hasil penelitian ini 1,098 gr, lebih berat dibandingkan hasil penelitian Munira, dkk.

(2015) yang hanya sebesar : 874 gr, 903 gr, 838 gr dan 839 gr pada setiap perlakuannya dan Selviana, dkk. (2019) yang hanya sebesar: 718 gr, 812 gr, 758 gr dan 728 gr setiap perlakuannya. Hal tersebut membuktikan bahwa pertumbuhan ayam kampung super yang menggunakan pakan komersil sedikit lebih berat bila dibandingkan pakan rasional yang disusun sendiri dikarenakan ada kebutuhan nutrisi yang belum terpenuhi. Rataan dan keragaman bobot badan umur 1 hari, 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu dari ke tiga jenis ayam yang dipelihara pada 3 (tiga) jenis kandang yang berbeda dapat dilihat pada tabel 2. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak nyata pada umur 2 dan 4 minggu. Perbedaan yang sangat nyata pada umur 6 minggu antara kandang baterai dengan kandang litter dan litter tengger, tetapi tidak nyata antara kandang litter dan litter tengger, sedangkan lanjut ke umur 8 dan 10 minggu kandang litter berpengaruh nyata terhadap kandang baterai dan litter tengger, kandang baterai tidak berpengaruh nyata terhadap kandang litter tengger

Tabel. 2. Bobot Badan tiga jenis ayam yang dipelihara pada tiga sistem perkandangan yang berbeda Bobot badan menurut

umur (gr)

Jenis Ayam

Jenis Kandang

Baterai Litter Litter Tengger

DOC Lokal 30,34 ± 3,44 30,46 ± 4,29 30,38 ± 3,33 2 Minggu Lokal 110,67 ± 13,11a 111,38 ± 13,74a 112,07 ± 14,91a 4 Minggu Lokal 293,19 ± 30,45a 293,02 ± 30,00a 307,04 ± 27,61a 6 Minggu Lokal 521,42 ± 56,48b 469,36 ± 72,70a 512,41 ± 62,23a 8 Minggu Lokal 738,94 ± 65,91b 681,24 ± 101,64a 747,32 ± 87,19b 10 Minggu Lokal 956,16 ± 93,73b 884,33 ± 119,91a 942,94 ± 114,34b DOC Super 37,89 ± 16,25 38,74 ± 3,98 38,02 ± 4,38 2 Minggu Super 113,99 ± 16,25a 114,77 ± 12,98a 110,10 ± 17,42a 4 Minggu Super 316,02 ± 43,68a 312,75 ± 41,27a 310,10 ± 52,60a 6 Minggu Super 599,37 ± 72,51b 524,25 ± 79,53a 546,33 ± 108,58a 8 Minggu Super 865,64 ± 134,09b 757,94 ± 120,24a 839,94 ± 137,08b 10 Minggu Super 1148,11 ± 142,45b 1028,19 ± 126,95a 1118,36 ± 179,81b DOC KUB 34,22 ± 2,53 33,23 ± 3,07 33,64 ± 2,52 2 Minggu KUB 118,16 ± 16,26a 113,86 ± 12,50a 114,78 ± 15,04a 4 Minggu KUB 338,11 ± 41,96a 327,69 ± 35,29a 319,76 ± 35,28a 6 Minggu KUB 627,59 ± 66,27b 531,34 ± 81,22a 536,91 ± 90,52a 8 Minggu KUB 929,81 ± 100,58b 814,92 ± 87,48a 843,79 ± 109,36b 10 Minggu KUB 1165,27 ± 160,56b 1060,64 ± 115,41a 1151,73 ± 146,96b Ket: superskrip huruf yang berbeda pada umur yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,05)

(4)

245

Hasil penelitian pada umur 8 minggu menunjukkan bobot badan ayam lokal yang dipelihara pada kandang baterai, litter dan litter tengger berturut turut adalah 738,94 gram, 681,24 gram dan 747,32 gram. Menurut penelitian Rajab (2017) menyatakan bahwa pemeliharaan secara intensif pada ayam kampung lokal umur 8 minggu dapat mencapai rata rata bobot badan 732,21 gram. Menurut Resnawati dan Bintang (2012) Faktor tingginya bobot badan adalah dengan perbaikan genetik dan peningkatan dalam manajemen pemeliharaan ayam kampung yang harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan, Pola

pemeliharaan secara insentif dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal dan sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki penampilan produksi ayam lokal dibandingkan dengan pemeliharaan secara tradisional dengan rata rata bobot ayam lokal 553 gram.

Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada umur 10 minggu pada kandang litter berpengaruh nyata terhadap kandang baterai dan litter tengger, kandang baterai tidak berpengaruh nyata terhadap kandang litter tengger yang disajikan pada gambar 1.

Gambar 7. Bobot badan 3 jenis ayam kampung yang dipelihara di kandang yang berbeda

Pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa bobot badan dari ke-3 jenis ayam kampung yang dipelihara pada kandang yang berbeda bobot badannya tidak sama tinggi. Ukuran tubuh mampunyai keragaman pada ayam disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Ayam kampung yang dipelihara pada kandang baterai dan litter tengger bobot badannya lebih tinggi dibandandingkan dengan ayam kampung yang dipelihara pada kandang litter tanpa tengger. Hal ini karena aktivitas yang dilakukan ayam pada setiap jenis kandang berbeda beda. Pada kandang baterai aktivitas ayam lebih sedikit bila dibandingkan dengan kandang lainnya,yaitu makan dan minum, pada kandang litter ayam bisa makan, minum dan mengais, sedangkan pada kandang litter tengger ayam melakkan aktivitas mulai dari makan, minum, mengais dan bertengger, sehingga di duga ada pertambahan masa otot ayam dikarenakan aktivitas bertengger tersebut. Tempat bertengger disediakan untuk

mengarah pada manfaat kesejahteraan dalam hal berkurangnya rasa takut dan agresi serta kondisi tubuh yang lebih baikdan ayam akan naik ketempat yang lebih tinggi untuk bertengger karena bertengger termasuk dalam salah satu tingkah laku berlindung (shelter behavior) Umumnya ayam akan mencari perlindungan ketika merasa datangnya gangguan ( Donaldson dan O’Connell, 2012).

Pertambahan Bobot Badan Harian (umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu)

Nilai rataan dan keragaman pertambahan bobot badan harian (umur 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu) dapat dilihat pada tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap 3 jenis ayam.

Pertambahan bobot badan dihitung 2 minggu sekali dengan cara menghitung selisih Bobot minggu ke-n dengan bobot badan minggu n-2

Tabel. 3 Pertambahan Bobot Badan Harian 3 Jenis Ayam Kampung

Pertambahan Bobot Badan Menurut Umur (gr) Jenis Ayam Kampung

Lokal Super KUB

2 Minggu 5,77 ± 0,90b 5,34 ± 0,92a 5,85 ± 0,97b

4 Minggu 13,31 ± 1,63a 14,29 ± 2,83b 15,21 ± 2,09c

6 Minggu 14,52 ± 3,74a 17,41 ± 5,69b 16,91 ± 4,88b

8 Minggu 15,82 ± 3,89a 18,89 ± 5,82b 21,25 ± 4,26c

10 Minggu 14,67 ± 3,49a 19,79 ± 4,59b 18,79 ± 7,46b

Ket: Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,05)

(5)

246

Hasil penelitian pada minggu ke- 2 memiliki pertambahan bobot badan yang rendah dibandingkankan dengan minggu lainnya, hal ini sesuai dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) pertambahan bobot badan paling rendah terjadi

pada minggu ke 2 yaitu ayam kampung lokal 81,1 gram, super 101,3 gram dan KUB 104,30 gram.

Hal ini dikarenakan pada ayam pada umur 1 sampai 28 hari masih pada fase starter.

Hasil pengamatan pada tabel 3 dapat di lihat pertambahan bobot hidup 3 jenis ayam kampung dari umur 0-10 minggu, berjalan lebih cepat pada minggu ke 8 untuk ayam lokal dan KUB, sedangkan ayam super pada minggu ke 10.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kompiang (2001) pertumbuhan ayam kampung lokal paling tinggi pada minggu ke 8 yaitu 214±16,44 gram dan ayam KUB pada penelitian Urfa (2017) minggu ke 8 juga memiliki pertumbuhan yang tinggi yaitu 144,47 gram. Hal ini menunjukkan bahwa secara fisiologis ayam telah mampu untuk mengkonsumsi pakan secara optimal, kemudian

kondisi tulang- tulang yang mendukung kerangka tubuh yang masih tulang rawan memungkinkan untuk cepat tumbuh, sehingga dengan konsumsi pakan yang adlibitum serta seimbang unsur imbangan proteinnya maka unsur pakan dimetabolisir untuk kegunaan hidup pokok dan pertumbuhan.

Rataan dan keragaman pertambahan bobot badan umur 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu 3 jenis ayang yang dipelihara 3 jenis kandang berbeda dapat dilihat pada tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap 3 jenis ayam.

(6)

247

Tabel. 4 Pertambahan Bobot Badan Harian 3 Jenis Ayam Kampung yang dipelihara di 3 sistem perkandangan berbeda pada Umur 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu.

Bobot badan menurut umur (gr)

Jenis Ayam

Jenis Kandang

Baterai Litter Litter Tengger

2 Minggu Lokal 5,73 ± 0,82a 5,78 ± 0,93a 5,80 ± 1,01a

4 Minggu Lokal 13,04 ± 1,61a 12,79 ± 1,41a 13.93 ± 1,75a 6 Minggu Lokal 16,30 ± 2,48a 12,60 ± 4,34b 14,67 ± 3,37b

8 Minggu Lokal 15,54 ± 2,35ab 15,13 ± 3,68a 16,78 ± 5,16b

10 Minggu Lokal 15,52 ± 3,38a 14,51 ± 3,59a 13,97 ± 3,51a

2 Minggu Super 5,44 ± 0,94a 5,43 ± 0,80a 5,15 ± 1,04a

4 Minggu Super 14,43 ± 3,15a 14,14 ± 2,68a 14,29 ± 2,80a 6 Minggu Super 20,24 ± 5,22a 15,11 ± 4,78b 16,87 ± 6,04b

8 Minggu Super 19,02 ± 5,70ab 16,69 ± 6,91a 20,97 ± 3,94b

10 Minggu Super 20,18 ± 4,65a 19,30 ± 3,57a 19,89 ± 5,56a

2 Minggu KUB 6,00 ± 1,06a 5,76 ± 0,81a 5,81 ± 1,05a

4 Minggu KUB 15,71 ± 2,19a 15,27 ± 1,77a 14,64 ± 2,27a

6 Minggu KUB 20,68 ± 2,19a 14,55 ± 4,45b 15,51 ± 5,15b

8 Minggu KUB 21,59 ± 3,93ab 20,16 ± 4,10a 21,92 ± 4,77b

10 Minggu KUB 16,82 ± 6,05a 17,55 ± 5,75a 20,00 ± 9,34a

Ket: superskrip huruf yang berbeda pada umur yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,05)

Pada minggu ke-2, ke-4 dan ke-10, pertambahan bobot badan harian tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jenis kandang. Artinya ketiga jenis kandang memberikan pengaruh yang sama terhadap pertambahan bobot badan. Hal ini diduga karena 3 jenis kandang yang digunakan dalam penelitian ini memiliki ukuran luasan yang sama.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ayam KUB dan super yang dipelihara pada kandang baterai dan litter tengger bobot badannya lebih tinggi dibandingkan dengan litter tanpa tengger.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Faklutas Peternakan yang telah membiayai penelitian ini melalui dana DIPA PNBP Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

DAFTAR PUSTAKA

Donaldson, C.J. and N.E. O’Connell. 2012. The Influence of Access to Aerial Perches on Fearfulness, Social Behaviour and Production Parameters in Free-Range Laying Hens.

Animal Behaviour Science. 142:1-2.

Fitriani, A., Alim, S., Herlina, L., 2019. Strategi Pengembangan Usaha Pemeliharaan Ayam Pelung di Kabupaten Cianjur. J. Peternak.

Indonesia. 21(1). p 34– 50.

Habiburahman, R., S. Darwati, dan C. Sumantri.

2018. Pola Pertumbuhan Ayam Silangan Pelung Sentul Kampung Ras Pedaging (IPB D- 1) G4 Umur 1-12 Minggu. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 06, 81-89.

Helmi E, Eko. W. Dan Silvia .E. 2018. Perbedaan Performans Antara Ayam Kampung Lokal, Ayam Kampung Unggul dan Ayam Kampung Super. Seminar Nasional. Fakultas Pertananian. Universitas. Jambi Tahun 2018, 708–714.

Heti Resnawati, 2012. Inovasi Teknologi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal Mendukung Pengembangan Industri Ayam Kampung.

Pengembangan Inovasi Pertanian, 79-95.

Kompiang, I. P., Supriyati, M. H. Togatorop, dan S.

N. Jarmani. 2001. Kinerja Ayam Kampung Dengan Sistem Pemberian Pakan Secara Memilih Dengan Bebas. Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia. 6. 94- 101.

Nataamijaya, A.G. 2000. The Native Chickens of Indonesian. Buletin Plasma Nutfah 6(1): 1 Rajab. 2017. Pola Pertumbuhan Ayam Kampung

Lokal Periode Starter Pada Pemeliharaan Intensif. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura. 123-131.

Selviana, N. M., E. Suprijatna, dan L. D. Maffudz.

2019. Pengaruh Penambahan Kulit Singkong Fermentasi dengan Bakteri Asam Laktat sebagai Aditif Pakan terhadap Produksi Karkas Ayam Kampung Super. Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke-43 Tahun 2019. 3, 77-85

(7)

248

Siti, M., L. O. Nafiu, dan A. M. Tasse. 2015.

Performans Ayam Kampung Super Pada Pakan yang Disubtitusi Dedak Padi Fermentasi Dengan Fermentor Berbeda. Jurnal Ilmu dan Peternakan Tropis. Vol.3 (2). p21-29.

Stell, R.G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Jakarta.

Urfa. S., H. Indrijani dan W.Tanwiriah. 2017.

Model Kurva Pertumbuhan Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) Umur 0-12 Minggu.

Jurnal Ilmu Ternak. 17. 59-66.

Yunianti, S. 2004. Pertumbuhan Awal Ayam Merawang Yang Dipelihara Bersama Ayam Broiler. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi. 5. 39-52

.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sebagian besar Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) adalah laki-laki. Perbedaan proporsi ini menurutnya ditafsirkan bahwa

menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan hasil fermentasi pelepah nipah menggunakan mikro organisme lokal (MOL) sayur, maka kadar serat kasar semakin menurun, hal ini

sebagai sebuah gerakan sosial berorientasi nilai telah didorong oleh keinginan yang rasional untuk mengartikan kembali secara kolektif keadaan sosial yang tidak

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dari bakteri Bacillus Cereus V9 didalam ransum hidrolisis yang mengandung bungkil inti sawit

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang ayam (K) berbeda tidak nyata pada panjang tanaman umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam, umur saat

Namun seiring dengan kemajuan teknologi, wisata agro Nusa pelangi harus berkompetisi dengan industri pengolahan susu yang melalukan ekspansi pasar dengan

Saran yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat nelayan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok Tarusan untuk mempertahankan penggunaan alat tangkap yang ramah

Hal ini dapat terjadi karena jumlah xilosa sebagai sumber karbon telah berkurang sehingga xilitol yang terbentuk akan lebih sedikit dan apabila persediaan xilosa telah habis,