260 Pengaruh Penambahan Enzim Mannanase dalam Ransum yang Mengandung Bungkil Inti Sawit Terhadap Bobot Organ Dalam dan Organ Pencernaan
Ayam Broiler
Anggraini
1, Mairizal
2*, Fahmida
2.1 Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi
2 Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi
ABSTRAK
*Korespondensi Penulis e-mail :
Mairizal_fapet@unja.ac.id
Bungkil Inti Sawit (BIS) merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit dan ketersediaannya cukup banyak di Indonesia. BIS memiliki kandungan protein kasar dan energi metabolis yang cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya untuk ternak unggas dibatasi oleh kandungan serat kasar yang tinggi juga. Salah satu cara mengurangi kandungan serat kasar tersebut adalah dengan hidrolisis menggunakan enzim mannanase. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim mannanase dalam ransum yang mengandung BIS terhadap bobot organ dalam dan organ pencernaan ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan unggas dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah taraf pemberian enzim mannanase dalam ransum yaitu R0 (0ml/kg ransum ransum), R1(100ml/kg ransum), R2 (200ml/kg ransum), R3(300ml/kg ransum), dan R4 (400 ml/kg ransum). Peubah yang diamati yaitu konsumsi ransum, bobot akhir,bobot relatif organ dalam dan organ pencernaan broiler.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dalam ransum yang mengandung BIS berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum, bobot akhir,dan organ pencernaan, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot relatif organ dalam. Pemberian enzim mannanase sebesar 100 ml/kg ransum menunjukkan pengaruh yang sama dengan pemberian enzim sebesar 400 ml/kg ransum terhadap semua peubah yang diamati.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan enzim mannanase dari bakteri Bacillus cereus V9 dalam hidrolisis ransum mengandung BIS sampai taraf 100 mL/Kg ransum dapat meningkatkan kinerja dari organ dalam dan organ pencernaan broiler.
Kata Kunci : bungki linti sawit, Bacillus cereus V9, ayam broiler,enzim mannanase
PENDAHULUAN
Industri peternakan di Indonesia khususnya unggas menghadapi tantangan yang sangat berat akibat biaya pakan yang mahal. Mahalnya biaya pakan disebabkan banyaknya industri peternakan yang menggantungkan pakan pada bahan baku impor dengan harga yang berfluktuatif. Oleh sebab itu perlu adanya diversifikasi bahan pakan dengan memanfaatkan hasil samping dari industry pertanian ataupun perkebunan.
Bungkil Inti Sawit merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit, dengan ketersediaannya di Indonesia sangat tinggi.BIS masih memiliki nilai nutrisi yang cukup tinggi dengan kandungan protein kasar (17,15%), lemak
kasar (8,45%), serat kasar (6,89%), Ca (0,64%) dan P(0,45%) dengan energi metabolis (2682 kkal/kg) (Mairizal dkk, 2018), sehingga bungkil inti sawit ini dapat dijadikan sebagai pakan ternak.
Kendala penggunaan BIS sebagai pakan unggas adalah tingginya kandungan serat kasar yang didominasi oleh galaktomanan (Tafsin, 2007) dan kontaminasi cangkang (mencapai 12%) yang dapat mengakibatkan kerusakan vili usus (Yatno, 2009).
Daud et al.,(2003) melaporkan bahwa kandungan
serat kasarpada bungkil inti sawit mencapai 13-
15,7%, ADF (31,7%) dan NDF (52%) sehingga
terbatas pemberiannya pada ternak unggas. Serat
kasar BIS mengandung 60% atau polisakarida non
261
pati (NSP) yang terdiri dari: mannan (78%), arabinoxylan (3%), selulosa (12%) dan glucuro noxylan (3%) (Dusterhoft, et al., 1993).
Jagung dan bungkil kedelai merupakan bahan pakan utama dalam penyusunan ransum unggas.
Govin et al., (2017) menyatakan bahwa jagung dan bungkil kedelai yang banyak di gunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah non starchpolysaccharides (NSP). Jagung mengandung 8% NSP terdiri dari: arabinoxylans, mannan dan β- glukan sedangkan bungkil kedelai mengandung selulosa, xylan, arabinoxylans dan xyloglucans (Meng and Slominski, 2005) serta mannan sekitar 1,6% (Hsiao et al., 2004).
Penggunaan jagung dan bungkil kedelai dalam ransum yang mengandung BIS dalam jumlah yang tinggi tentunya akan meningkatkan kandungan mannan. Mannan merupakan kumpulan dari polimer-polimer manosa yang termasuk dalam polysacarida. Mannan bisa dihidrolisa menjadi mannosa maupun manno-oligosakarida (MOS) dengan bantuan enzim mannanase. Hidrolisis polisakarida mannan dengan bantuan enzim akan mengurangi faktor antinutrisi, viskositas usus, melepaskan nutrisi dari dinding sel, serta memecah mannan menjadi gula sederhana sehingga memungkinkan nutrisi serta enzim pencernaan bergerak lebih bebas dan meningkatkan penyerapan nutrisi (Latham et al.,2016). Ng dan Chong (2002) melaporkan bahwa penggunaan enzim mannanase juga mampu meningkatkan nilai nutrisi BIS.
Tingginya serat kasar dalam ransum akan mempengaruhi proses pencernaan. Anggorodi (1985) menyatakan peningkatan serat kasar dalam ransum akan meningkatkan bobot organ pencernaan. Karena sistem organ pencernaan berkembang sesuai dengan ransum yang diberikan. Organ dalam dan organ pencernaan memiliki peranan masing-masing untuk memproses zat makanan dalam,sehingga kelainan pada organ dalam biasanya ditandai dengan adanya
perubahan organ dalam secara fisik seperti perubahan berat dan ukuran.
MATERI DAN METODA
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 03 Agustus 2019 sampai 07 November 2019 yang bertempat di kandang percobaan ternak unggas Fakultas Peternakan Universitas Jambi dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah: 200 ekor DOC strain lohman. Bahan-bahan yang digunakan pada susunan ransum yaitu:
bungkil inti sawit, bungkil kedelai, jagung, tepung ikan, poles, CaCO3, metionin, lysism dan minyak kelapa.Enzim mannanase yang dihasilkan dari bakteri Bacillus cereus prduksi (Mairizal, 2018).
Kandang yang digunakan sebanyak 20 unit, tempat pakan, tempat minum dan lampu. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, pisau, ember, terpal, gayung, tempat minum, tempat pakan, alat ukur panjang dan tambang.
Metode Penelitian
Proses Hidrolisis Ransum Broiler Mengandung Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit terlebih dahulu digiling sehingga ukuran partikelnya menjadi lebih kecil, setelah itu dilakukakan penyaringan, kemudian dihomogenkan dengan bahan pakan lainnya (Tabel 1). Setelah itu ransum ditambahkan dengan enzim mannanase dari Bacillus cereus V9 sesuai dengan perlakuan (R0) 0 ml; (R1) 100 ml; (R2) 200 ml;
(R3) 300 ml; dan (R4) 400 ml untuk setiap kilogram ransum. Kemudian ransum yang sudah dihomogenkan diinkubasi pada suhu kamar selama 60 jam (Olaniyi et al.,2014).
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ransum yang disusun dengan komposisi seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Basal (%)
Bahan Komposisi (%)
BIS Jagung
30,00 31,00
Bungkil Kedelai 19,00
Poles 4,00
Tepung ikan 12,00
Minyak sawit 2,00
Topmix Methionin Lysin CaCO
30,25 0,25 0,25 0,25
Jumlah 100,00
262
Tabel 2. Kandungan Zat Pakan Bahan Penyusun Ransum %
Bahan BK* PK* SK* LK* Ca P Meth Lysin Tript ME (kkal/kg) Jagung 87,47 5,70 3,36 1,34 0,43 0,35 0,18 0,28 0,07 3370 Poles 89,60 10,96 1,49 7,53 0,38 0,29 0,20 0,50 0,11 1630 B.Kedelai 87,08 40,00 5,29 1,37 0,61 0,70 0,60 2,56 1,00 2240 BIS 89,15 15,02 16,78 5,43 0,62 0,49 0,24 0,35 0,50 2682 Tep. Ikan 89,90 61,09 10,67 8,37 5,17 2,08 1,51 3,97 0,45 3080 M.kelapa 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8600 CaCO3 0,00 0,00 0,00 0,00 40,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Topmix** 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,003 0,003 0,00 0,00 Dl-Met 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L-Lysin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Ket: *) Hasil analisis Mairizal (2018)**) Tabel konposisi kandungan kemasan topmix produksi madion.
Tabel.3. Kandungan zat makanan ransum perlakuan
zat makanan ransum perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Bahan kering
a(%) 93,51 93,55 93,53 93,05 93,30
Abu
a(%) 7,19 6,91 7,17 7,94 7,02
protein kasar
a(%) 22,42 22,64 22,64 22,86 22,86
serat kasar
a(%) 9,81 5,83 5,87 5,72 5,68
lemak kasar
a(%) 6,14 5,88 5,98 5,83 6,09
Ca (%) 1,12 1,14 1,14 1,15 1,16
P (%) 0,64 0,64 0,64 0,64 0,65
Energi Metabolisme (Kkal/Kg)
b3066,30 3083,50 3077,74 3083,29 3077,54
Ket: hasil perhitungan tabel 1 dengan kandungan zat makanan setiap bahan pakan.a. Hasil Analsisi Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, 2019.
b. Hasil analisis Laboratorium Dasar dan terpadu Universitas Jambi.
Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Pemeliharaan ini dilakukan selama 35 hari dengan tipe kandang koloni dan sebanyak 20 unit.
Sebelum digunakan kandang terlebih dahulu dilakukan sanitasi. Penempatan perlakuan dilakukan dengan diundi (lotre), Sedangkan untuk pengacakan ayam dilakukan dengan menimbang anak ayam (DOC) yang baru datang, untuk mengetahui keragamannya.Selanjutnya ayam ditempatkan secara acak kedalam 20 unit kandang dan masing-masingnya berjumlah 10 ekor.Ayam diberikan larutan gula, untuk menghilangkan stres dan mengembalikan energy.Ransum yang diberikan ditimbang terlebih dahulu.pemberikan pakan secara ad libitum.Pengukuran sisa konsumsi ransum dilakukan setiap akhir minggu.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada ayam umur 35 hari. Sebelum pemotongan, ayam dipuasakan terlebih dahulu selama 8 jam. Setiap unit kandang perlakuan diambil 2 ekor.Pemotongan dilakukan pada pangkal leher hingga saluran nafas, makan, dan pembuluh darah putus sehingga darah keluar dengan sempurna. Kemudian dipisahkan organ dalam dan organ pencernaan untuk diteliti baik dengan cara di timbang bobot organnya maupun diukur panjangnya.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan.
Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dan setiap ulangan (unit percobaan) terdiri atas 10 ekor broiler. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :
R0: 0 ml hidrolisis ransum tanpa enzim mannanase R1: 100 ml hidrolisis ransum dengan enzim
mannanase
R2: 200 ml Hidrolisis ransum dengan enzim mannanase
R3: 300 ml Hidrolisis ransum dengan enzim mannanase
R4: 400 ml Hidrolisis ransum dengan enzim mannanase
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 perlakuan dan 4 ulangan.
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, bobot akhir, bobot organ dalam dan organ pencernaan ayam broiler.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan Analisis Ragam.Apabila terdapat
pengaruh yang nyata antara perlakuan maka
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
(Steel dan Torrie, 1993).
263 HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Pengaruh pemberian enzim mannanase dari Bacillus cereus V9 dalam hidrolisis ransum yang mengandung BIS terhadap konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dalam hidrolisis ransum yang mengandung BIS berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan R0 (0 mL/kg ransum) berbeda nyata (P<0,05) jika di bandingkan dengan perlakuan R1 (100 ml/kg ransum), sampai dengan R4 (400 ml/kg ransum). Sedangkan perlakuan R1 sampai dengan R4 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>05).
Rendahnya konsumsi ransum pada perlakuan R0 jika dibandingkan dengan perlakuan R1, R2, R3, dan R4 disebabkan tingginya
kandungan serat kasar ransum R0, yaitu sebesar 9,81% sedangkan R1 sampai dengan R4 kisaran serat kasarnya sebesar 5,68% sampai dengan 5,87%. Menurut NRC (1994) kandungan serat kasar ransum untuk broiler tidak boleh lebih dari 6%.
Tingginya kandungan serat dapat menurunkan konsumsi ransum karena serat kasar bersifat voluminius atau bulky sehingga kapasitas tembolok cepat terpenuhi. Anggorodi (1994) sifat bulky akan menurunkan kecernaan bahan pakan yang lain sehingga unggas mengalami kenyang semu. Tingginya konsumsi ransum pada perlakuan R1 sampai dengan R4 menunjukkan bahwa hidrolisis ransum mengandung BIS menggunakan enzim mannanase dengan pemberian 100 ml, 200 ml, 300 ml dan 400 ml memberikan dampak yang baik terhadap konsumsi ransum.
Tabel.3. Konsumsi ransum ayam broiler yang mengandung bungkil inti sawit dengan penambahan enzim mannanase.
Perlakuan Konsumsi Ransum (gram/ ekor/ hari)
R0 51,52
b± 1,45
R1 59,63
a± 3,65
R2 56,76
a± 0,44
R3 56,67
a± 1,32
R4 56,73
a± 4,44
Ket: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Menurut Chen et al., (1987) dengan menggunakan bakteri Bacillus M50 yang mampu ditumbuhkan dengan media yang mengandung galaktomanan, dimana enzim yang dihasilkan dapat menghidrolisa mannan menjadi mannooligosakarida, mannobiosa dan mannosa. Rataan konsumsi ransum yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara 51,52 g/ekor/hari sampai dengan 56,73 g/ekor/hari. Nilai tersebut menunjukkan tidak jauh berbeda dengan penelitian Mairizal et al,.(2019), yaitu: 69,60 g/ekor/hari sampai dengan 71,27 g/ekor/hari pada ayam broiler umur 5 minggu.
Bobot Akhir
Pengaruh pemberian enzim mannanase dari Bacillus cereus V9 dalam hidrolisis ransumyang mengandung bungkil inti sawit terhadap bobot akhir dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dalam ransum hidrolisis yang
mengandung bungkil inti sawit menunjukkan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot akhir.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir pada perlakuan R0 (0 ml enzim mannanase/kg ransum) berbeda nyata (P<0,05) dengan bobot akhir pada perlakuan R1 (100 ml/kg ransum).
Sedangkan bobot akhir pada perlakuan R1 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Meningkatnya bobot akhir pada perlakuan R1 sampai dengan R4 menunjukkan bahwa kandungan serat kasar ransum mengalami penurunan. Berbeda halnya dengan perlakuan R0 dimana bobot akhir mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan pada perlakuan R1 sampai dengan R4 sudah dilakukan hidrolisis ransum oleh enzim mannanase dari Bacilluscereus V9 sehingga fraksi mannan terdegradasi menjadi monosakarida seperti manosa, glukosa dan mannan oligosakarida sehingga lebih mudah untuk diserap oleh ayam broiler.
Tabel.4. Bobot akhir dari ransum perlakuan yang mengandung bungkil inti sawit yang dihidrolisis dengan enzim mannanase.
Perlakuan Bobot Akhir (g/kg)
R0 885,60
b± 28,38
R1 1115,77
a± 75,80
R2 1104,55
a± 31,45
R3 1125,56
a± 67,56
R4 1114,47
a± 86,87
Ket: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
264
Menurut Daud dkk, (1993) Fraksi mannan adalah salah satu pembatas penggunaan BIS terutama untuk unggas, kandungan serat yang tinggi dan komponen dominannya berupa manosa yang mencapai 56,4% dari total dinding sel BIS dan ada dalam bentuk ikatan ẞ-mannan. Ketika serat kasar didalam ransum sudah dihidrolisis dengan bantuan enzim mannanase yang berasal dari bakteri Bacillus cerius V9 maka manan akan berubah menjadi manosa, galaktosa, dan manan oligosakarida (MOS) yang akan di manfaatkan oleh bakteri baik yang berada didalam usus. Menurut Ramli (2005), bahwa MOS (manan oligosakarida) mampu mencegah penempelan bakteri patogen Salmonella, E. coli, dan Vibrio cholera pada usus halus sehinga tidak terjadi kolonisasi yang dapat menimbulkan penyakit, dan dapat menjadi sumber
makanan terhadap bakteri lain yang menguntungkan.
Rataan bobot akhir yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara 885,60 gr/ekor sampai dengan 1114,47 gr/ekor. Nilai ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan laporan Mairizal, et al (2019) yaitu 1145.80 gr/ekor) sampai dengan 1146.25 gr/ekor pada pemberian probiotik dan BIS yang dihidrolisis dengan enzim mannanase untuk meningkatkan produksi ayam broiler .
Bobot Relatif Organ Dalam
Pengaruh pemberian enzim mannanase dari Bacillus cereus V9 dalam hidrolisis ransum mengandung bungkil inti sawit terhadap organ dalam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel.5. Bobot Relatif Organ Dalam pada Ayam Broiler
Parameter Perlakuan (%)
R0 R1 R2 R3 R4
Hati ( %) 2,43
a± 0,03 2,42
a± 0,21 2,40
a± 0,26 2,36
a± 0,15 2,28
a± 0,16 Jantung (%) 0,55
a± 0,05 0,52
a± 0,12 0,49
a± 0,10 0,51
a± 0,05 0,54
a± 0,07
Ket: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian enzim mannanase dalam ransum hidrolisis yang mengandung bungkil inti sawit menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot hati ayam broiler. Hal ini dikarenakan tingginya serat kasar yang terkandung didalam ransum tidak memberi dampak terhadap bobot relatif hati, sehingga bobot hati pada setiap perlakuan normal. Menurut Yuwanta (2004) hati mensekresikan getah empedu yang disalurkan kedalam duodenum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hidrolisis ransum berbasis bungkil inti sawit dengan penambahan enzim mannanase dari bakteri Bacillus cereus V9 tidak mempengaruhi kinerja organ hati, sehingga perlakuan R0, R1, R2, R3, dan R4 tidak berbeda.
Rataan bobot relatif hati pada penelitian ini sebesar 2,43% sampai dengan 2,28% hasil tersebut tidak jauh berbeda seperti yang dilaporkan oleh Sadewo (2018) bahwa bobot hati selama 35 hari pemeliharaan sebesar 2,39 % sampai dengan 2,83%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian enzim mannanase yang dihasilkan dari bakteri Bacillus Cereus V9 didalam ransum hidrolisis yang mengandung bungkil inti sawit memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot relatif jantung. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa perlakuan pemberian enzim mannanase dalam hidrolisis ransum mengandung bungkil inti sawit tidak mempengaruhi kinerja dari jantung. Menurut Retnodiarti (2001) jantung merupakan organ vital yang berfungsi sebagai pemompa sirkulasi darah. Rataan bobot relatif jantung pada penelitian ini sebesar 0,55%
sampai dengan 0,54% nilai tersebut tidak jauh berbedadari pernyataan Ramli (2008) yang menggunakan ayam strain Cobb umur 28 hari dengan bobot jantung sebesar 0,67%.
Bobot relatif Organ Pencernaan