• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM MENGAWASI DANA PENSIUN DIKAJI DARI POJK NO.16/POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM MENGAWASI DANA PENSIUN DIKAJI DARI POJK NO.16/POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

POJK NO.16/POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

DWI ROSMALITA NIM : 130200027

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

POJK NO.16/POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

DWI ROSMALITA NIM : 130200027

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh :

Ketua Depertemen Hukum Ekonomi

Tri Murti Lubis, SH.M.H NIP. 198612122014042001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.M.H Tri Murti Lubis, SH.M.H NIP. 19560391986011001 NIP. 198612122014042001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

MENGAWASI DANA PENSIUN DIKAJI DARI POJK NO.16/POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN

Dwi Rosmalita * Bismar Nasution **

Tri Murti Lubis***

Sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK adalah sistem pengawasan terintegrasi, artinya seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan OJK. Adapun permasalahan skripsi ini ialah pengaturan dasar pembentukan penyelenggaraan program dana pensiun, penerapan tata kelola dana pensiun berdasarkan peraturan OJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun dan peran OJK dalam pengawasan pengelolaan dana pensiun.

Metode yang digunakan adalah yuridis normative dan sifat penelitian yakni deskriptif analitis. Sumber data yang diambil berupa data primer, sekunder dan tersier, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Pengaturan dasar pembentukan penyelenggaraan program dana pensiun diantaranya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2015 mengenai Penyelenggaraan Program Jaminan pensiun dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16 /Pojk.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Penerapan tata kelola dana pensiun berdasarkan peraturan Ojk NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun berpedoman pada prinsip-prinsip tata kelola Dana Pensiun yang baik yang meliputi kemandirian, Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, dan kewajaran.

Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam melakukan pengaturan dan pengawasan berdasarkan kewenangan atribusi yaitu kewenangan yang diberikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan khususnya disektor dana pensiun. Otoritas Jasa Keuangan berperan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Kata kunci : OJK, Dana Pensiun

*) Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Pembimbing I

***) Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rasullullah SAW. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini diberi judul “Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Mengawasi Dana Pensiun dikaji dari POJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun”

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapa

k Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapa

k Dr. OK. Saidin, SH., M.H., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu

Puspa Melati Hasibuan SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapa k Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapa

k Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

6. Ibu

Tri Murti Lubis, SH.,MH, selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II yang banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini

7. Kepa

da Ayahanda tersayang dan Ibunda tercinta atas segala perhatian, dukungan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Kepa

da Saudara Kandung saya Suri Kartika Dewi, S.Pd dan Aji Prasetio yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Kepa

da Tim Hore-hore yang lebih dari saudara di Kisaran, yaitu Mhd. Alfi Syahri Nasution, S.Kom, Nazmy Ulya Nasution, Maria Ulfa Nasution yang telah

(6)

memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Kepa

da sahabat tersayang, yaitu Malynda, yang telah menemani dalam suka dan duka, memberikan motivasi serta doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Kepa

da sahabat seperjuangan, yaitu Beatrix Nancy Hutagalung, SH, Friska Melya Yolanda, Tuti Hartati Hutasoit, Stefanie, SH, Kristina Natalia Nababan, Rindy Purnama Dewi,SH yang telah menemani penulis dalam perkulihan dan selama berada di kota Medan serta berbagi pengalaman yang sangat luar biasa.

12. Kepa

da semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan penulis mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 18 September 2017 Penulis

DWI ROSMALITA

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Keaslian Penulisan ... 9

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : PENGATURAN DASAR PEMBENTUKAN PENYELENGGARAAN PROGRAM DANA PENSIUN ... 13

A. Pengertian, Asas, Tujuan dan Fungsi Program Dana Pensiun ... 13

B. Jenis Dan Status Hukum Dana Pensiun Berdasarkan UU Dana Pensiun ... 20

C. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2015 mengenai Penyelenggaraan Program Jaminan pensiun ... 24

BAB III : PENERAPAN TATA KELOLA DANA PENSIUN BERDASARKAN PERATURAN OJK NO.16/POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN ... 34

A. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Tata kelola Dana Pensiun ... 34

(8)

B. Penerapan Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Dana Pensiun... 37

C. Kebijakan untuk mendorong kinerja pengelolaan Dana Pensiun lebih baik ke depannya ... 41

BAB IV : PERAN OJK DALAM PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN ... 48

A. Bentuk dan Tujuan Pengawasan Dana Pensiun ... 48

B. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan Dana Pensiun ... 59

C. Peranan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Dana Pensiun ... 69

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan1 (OJK) merupakan sebuah solusi yang terbaik bagi kebaikan sistem keuangan dengan mengedepankan efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pengawasan lembaga keuangan (dana pensiun) di Indonesia. Dana Pensiun sangat penting dalam menggerakkan perekonomian karena selain menjamin kesejahteraan tenaga kerja di masa pensiun, juga membantu perkembangan sektor riil melalui investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Dana Pensiun sekaligus merumuskan kebijakan yang dapat diambil untuk memperbaiki pengelolaan Dana Pensiun di masa mendatang.2

Sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK adalah sistem pengawasan terintegrasi, artinya seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan OJK. Di samping itu, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglemerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.

Selain itu, banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang

1 Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253).

2 Asep Ahmad Saefuloh, Achmad Sani Alhusain, Sahat Aditua F. Silalahi, T. Ade Surya, dan Achmad Wirabrata, Kebijakan Pengelolaan Dana Pensiun Sektor Korporasi (Pension Fund Management Policy in Corporate Sector), Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 6 No. 1, Juni 2015, hal 77

(10)

meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sitem keuangan.3

Latar belakang pembentukan OJK dikarenakan perlunya suatu lembaga pengawasan yang mampu berfungsi sebagai pengawas yang mempunyai otoritas terhadap seluruh lembaga keuangan, Lembaga pengawas tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga keuangan non bank, sehingga tidak ada lagi lempar tanggung jawab terhadap pengawasannya. Selain itu, kegiatan usaha yang dilakukan berakibat semakin besarnya pengaturan pengawasannya. Sehingga perlu adanya suatu alternatif untuk menjadikan pengaturan dan pengawasan maupun lembaga keuangan lainnya dalam satu atap.4

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan seluruh sektor khususnya sektor Industri Keuangan Non Bank/IKNB (Asuransi, Dana Pensiun dan Lembaga Pembiayaan). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang perlu untuk menciptakan strategi baru dengan melakukan pembaruan pada program pensiun.

Pembentukan dana pensiun diawali dari satu keinginan untuk mengupayakan taraf kesejahteraan yang lebih baik pada masa pensiun. Terkandung suatu pemahaman bahwa untuk mencapai keinginan tersebut maka peserta dari

3 H. Hirsanuddin, Muhaimin, Ari Rahmad Hakim BF., dan Yudhi Setiawan, Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan, Jurnal Hukum Jatiswara, 2013, hal 2-3

4 Sigel Ratumbuysang, Peranan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Bank, Jurnal Hukum & Bisnis : Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016, hal 73

(11)

suatu dana pensiun wajib menyerahkan iurannya masing-masing kepada dana pensin agar dimasa pensiun kelak dapat dibayarkan kepada peserta sebagai manfaat pension.5

Masyarakat telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu Dana Pensiun. Bentuk tabungan ini mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, untuk dinikmati hasilnya setelah karyawan yang bersangkutan pensiun. Penyelenggaraannya dilakukan dalam suatu program, yaitu program pensiun, yang mengupayakan manfaat pensiun bagi pesertanya melalui suatu sistem pemupukan dan yang lazim disebut sistem pendanaan.6

Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya memberikan jaminan kesejahteraan pada karyawan. Jaminan tersebut diberikan dalam bentuk manfaat atau imbalan pensiun pada saat karyawan tersebut memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan. Jaminan tersebut secara psikologis, jaminan akan masa depan ini akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga akan menguntungkan baik perusahaan maupun karyawan itu sendiri.

Jaminan kesejahteraan yang dikemas dalam manfaat pensiun diberikan pada karyawan dan keluarganya secara berkala sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun, yaitu Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992.

Undang-undang tersebut didukung PP Nomor 76 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Perangkatperangkat peraturan tersebut diundangkan dengan maksud untuk mendukung terselenggaranya pengelolaan dana pensiun yang dapat memberikan manfaat yang optimal bagi peserta.

5 Frianto Pandia, dkk, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 120

6 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

(12)

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun menyebutkan bahwa “dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Pengawasan dan pengaturan lembaga dana pensiun dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pemberian pensiun kepada karyawan bukan saja hanya memberikan kepastian penghasilan dimasa depan. Akan tetapi juga ikut memberikan motivasi bagi karyawan untuk lebih giat bekerja. Dengan memberikan program jasa pensiun para karyawan merasa aman, terutama bagi mereka yang menganggap pada usia pensiun sudah tidak produktif lagi. Sedangkan bagi sebagian masyarakat yang merasa masih produktif juga akan memberikan motivasi bahwa jasa-jasa mereka masih dihargai oleh perusahaan.7

Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Di samping itu, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penataan kembali struktur

7 Sri Langgeng Ratnasari, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Surabaya : Percetakan UPN Press, 2012), hal 164

(13)

pengorganisasian dari lembagalembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi.8

Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebut Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang.9 Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap Kegitan jasa keuangan disektor Perbankan, disektor Pasar Modal, dan Kegiatan Jasa Keuangan disektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Khusus dalam skripsi ini yang akan dibahas adalah mengenai Pengaruh diberlakukannya Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan terhadap Lembaga Dana Pensiun.10

Lembaga dana pensiun berstatus sebagai badan hukum sejak tanggal pengesahan Menteri Keuangan. Namun semenjak disahkannya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak 31 Desember 2012 atau 1 Januari 2013 pengesahan pendirian dana pensiun maupun pengesahan peraturan dana pensiun dilakukan oleh OJK. Sebagai badan hukum, dana pensiun merupakan subyek hukum mandiri yang memiliki hak dan kewajiban yang dikelola

8 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

9 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

10 Pasal 6 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

(14)

oleh pengurus di bawah pengawasan dewan pengawas. Ciri sebagai badan hukum di antaranya mempunyai harta kekayaan yang terpisah. Hal tersebut dilakukan untuk memberi kepastian dan pengamanan dalam menjamin pembayaran manfaat pensiun kepada (karyawan) peserta. Oleh karena itu, keterpisahan kekayaan menjadi mutlak diperlukan antara kekayaan dana pensiun dengan kekayaan pendirinya.11

Salah satu program pensiun yang cukup populer adalah program pensiun manfaat pasti. Dimana ada iuran dari karyawan dan kontribusi dari perusahaan yang berbeda setiap tahunnya, tergantung pada hasil perhitungan aktuaria dari aktuaris independen. Dana yang diterima dari karyawan dan perusahaan dikelola dan dikembangkan melalui berbagai instrumen investasi yang diperbolehkan oleh ketentuan yang ada, dan juga dibatasi oleh Arahan Investasi yang dikeluarkan oleh Pendiri. Pengelolaan dan pengembangan dana tidak dapat dilakukan secara sembarangan, karena jika melanggar, Dalam pengelolaan Dana Pensiun cukup banyak pihak yang terlibat dalam hal pengawasan, agar penggunaannya benar, terarah dan hati-hati. Pengawasan langsung dari lingkungan internal.

Di Indonesia, melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 dan Peraturan OJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun yang diselenggarakan oleh dana pensiun merupakan upaya yang dilakukan OJK dalam rangka menumbuh kembangkan penyelenggaraan program pension dan meningkatkan kesejahteraan serta kesinambungan penghasilan purnakarya. Di sisi lain peraturan ini diharapkan dapat mewujudkan pembaruan penyelenggaraan

11 Zulaini Wahab, Segi Hukum Dana Pensiun, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 64

(15)

program pensiun dan mengimbangi manfaat yang telah berkembang pada sistem ketenagakerjaan

Peraturan OJK NO.16/POJK.05/2016 telah memberikan perlakuan khusus kepada dana pensiun, sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan minat swasta untuk penyelenggaraan program pensiun guna memberikan kesejahteraan dan jaminan hidup hari tua kepada karyawannya. Selain itu diharapkan bahwa dana pensiun, sebagai salah satu alternatif pembiayaan, akan ikut memarakkan sektor keuangan dalam upaya mendorong kehidupan ekonomi dan pembangunan yang lebih dinamis di Indonesia.

Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Mengawasi Dana Pensiun Dikaji Dari POJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun.”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan pembentukan penyelenggaraan program dana pensiun?

2. Bagaimana penerapan tata kelola dana pensiun berdasarkan peraturan OJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun?

3. Bagaimana peran OJK dalam pengawasan pengelolaan dana pensiun?

(16)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis melaksanakan penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaturan dasar pembentukan penyelenggaraan program dana pensiun

b. Untuk mengetahui penerapan tata kelola dana pensiun berdasarkan peraturan OJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun

c. Untuk mengetahui peran OJK dalam pengawasan pengelolaan dana pensiun.

D. Manfaat penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis, yaitu :

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum, terutama mengenai OJK dalam mengawasi dana pensiun.

b. Sebagai bahan referensi bagi studi ilmu hukum pada umumnya dan pengelolaan dana pensiun pada khususnya.

2. Manfaat praktis, yaitu :

a. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum mengenai kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengawasi Dana Pensiun.

(17)

b. Sebagai gambaran dan bahan pertimbangan bagi perusahaan/instansi sebagai institusi pemberi kerja bagi karyawan/ pegawai/ pekerja yang bekerja untuk senantiasa berpedoman pada Tata Kelola Dana Pensiun.

E. Keaslian Penulisan

Penelusuran kepustakaan, khususnya di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara penelitian tentang Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Mengawasi Dana Pensiun Dikaji Dari POJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun tidak ditemukan judul penelitian yang sama, dengan demikian penelitian ini dapat disebut asli dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional dan objektif serta terbuka, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek.12 Dalam penulisan skripsi metode penelitian sangat diperlukan agar penulisan skripsi menjadi lebih terarah dengan data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-

12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal.28.

(18)

undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelurusan terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun dan OJK yang berlaku, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya.13

Sifat penelitian pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori- teori hukum yang menjadi objek penelitian.14

2. Sumber Data

Penulisan skripsi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku- buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan dan sebagainya.15

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundang- undangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, laporan

13 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal.139.

14 Ibid., hal.105-106

15 Amiruddin dan H.Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hal.30

(19)

penelitian, surat kabar, makalah, harian elektronik, dan lain sebagainya yang memliki relevansi dengan skripsi ini.

c. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

(20)

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Pengaturan Dasar Pembentukan Penyelenggaraan Program Dana Pensiun. Bab ini berisikan tentang Pengertian, asas, Tujuan dan Fungsi Program Dana Pensiun, Jenis Dan Status Hukum Dana Pensiun berdasarkan UU dana pensiun dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2015 mengenai Penyelenggaraan Program Jaminan pensiun.

Bab III : Penerapan Tata Kelola Dana Pensiun Berdasarkan Peraturan OJK NO.16/POJK.05/2016 Tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun Bab ini berisikan tentang Prinsip-prinsip Pelaksanaan Tata kelola Dana Pensiun, Penerapan Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Dana Pensiun, dan Kebijakan untuk mendorong kinerja pengelolaan Dana Pensiun lebih baik ke depannya.

Bab IV : Peran OJK Dalam Pengawasan Pengelolaan Dana Pensiun

Bab ini berisi tentang Bentuk dan Tujuan Pengawasan Dana Pensiun, Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam

(21)

Pengawasan Dana Pensiun dan Peranan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Dana Pensiun.

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran

(22)

BAB II

PENGATURAN DASAR PEMBENTUKAN PENYELENGGARAAN PROGRAM DANA PENSIUN

A. Pengertian, Asas, Tujuan dan Fungsi Program Dana Pensiun

Penyelenggaraan dana pensiun diatur dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Sebelumnya Arbeidsfonsen Ordonantie Staatsblad tahun 1926 Nomor 377 yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 1601s Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dipergunakan sebagai dasar pembentukan program pensiun dengan mupukan dana yang diselenggarakan oleh pemberi kerja.16 Ketentuan ini memungkinkan pembentukan dana bersama antara pemberi kerja dan karyawan, namun tidak memadai sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan program pensiun. Hal tersebut disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hak-hak yang mendasar dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan program pensiun serta mengenai pengelolaan, kepengurusan, pengawasan dan sebagainya. Di samping itu, kelembagaan yayasan yang dalam praktek dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun, mengandung pula berbagai kelemahan.17

Di sisi lain, cukup banyak anggota masyarakat yang berstatus pekerja mandiri, yang tidak menjadi karyawan dari orang atau badan lain. Terhadap mereka ini perlu diberikan kesempatan yang sama untuk mempersiapkan diri menghadapi masa purna bakti, sekaligus kesempatan untuk turut menggunakan

16 Zulaini Wahab, Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001), hal 1

17 Zulaini Wahab, Segi Hukum Dana Pensiun, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal 34

(23)

fasilitas penundaan pajak penghasilan. Karena itulah sangat dibutuhkan kehadiran Undang-undang tentang Dana Pensiun sebagai landasan hukum bagi penyelenggaraan program pensiun. Disamping itu, kehadiran Undang-undang dana pensiun ini diharapkan menumbuhkan dana pensiun di Indonesia secara lebih pesat, tertib dan sehat sehingga membawa manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.18

Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun, sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku, bank menerima amanat untuk mengelola program pensiun yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk kepentingan pegawainya. Dalam hal ini bank dapat menerima kepercayaan untuk mengelola administrasi kepesertaan program pensiun, pengelolaan dana, peneriman pensiun dan atau pembayaran uang pensiun bagi yang berhak.19

Pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan dalam bentuk uang dna besarnya tergantung dari peraturan yang ditetapkan.20

Pensiun adalah hak bagi seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah mamasuki usia pensiun atau ada sebab sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya

18 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal 30

19 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2012), hal 401

20 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hal 289

(24)

diberikan dalam bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturan yang ditetapkan. Jadi kegiatan dana pensiun adalah memungut dana dan iuran yang dipotong dari pendapatan karyawan suatu perusahaan. Iuran kemudian diinvestasikan lagi kedalam bebrbagai kegiatan usaha yang dianggap paling menguntungkan.21

Dana pensiun merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan pada masyarakat baik untuk kepentingan pensiun maupun akibat kecelakaan.22 Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.23

Dana pensiun merupakan salah satu pilihan sistem pendanaan dalam membentuk akumulasi dana, yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program pada hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan ketentaraman kerj, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim yang kondusif bagi peningkatan produktivitas.24

Adapun pengertian secara umum dana pensiun adalah sebuah keputusan yang dibuat untuk menyiapkan sejumlah dana atau membangun perencanaan keuangan agar dana tersebut dapat dipakai ketikan pensiun dalam membiayai masa-masa pensiun. Artinya ketika masa pensiun dialami seseorang tidak merasa kehilangan secara mentalitas bahwa ia tidak lagi memiliki kekuatan (power) dalam

21 Sri Langgeng Ratnasari, Op.Cit, hal 165

22 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta : PT Indeks, 2006), hal 282

23 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, Pasal 1 angka 1

24 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal 50

(25)

menjalani kehidupan disebabkan perbedaan masa kerja yang penuh dengan berbagai aktivitas namun ketika pensiun tanpa ada kegiatan, termasuk tanpa memiliki pendapatan financial.25

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa Dana Pensiun sebagai suatu institusi lembaga keuangan yang mengelola kekayaan para peserta dan menginvestasikan kekayaan tersebut untuk kepentingan peserta guna pembayaran manfaat pensiun ketika memasuki usia pensiun.

Program pensiun yang merupakan kegiatan usaha dana pensiun terdiri atas:26

1. Program pensiun manfaat pasti (defined benefit plan) yaitu program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan dana pensiun iuran pasti.

2. Program pensiun iuran pasti (defined contribution plan), yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran hasil pengembangan dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.

Dalam pengelolaan dana pensiun, pemerintah menganut asas-asas berikut ini :27

1. Penyelenggaraan dilakukan dengan sistem pendanaan

Dengan asas ini, penyelenggaraan program pensiun, baik bagi karyawan, maupun bagi pekerja mandiri, harus dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta. Pemupukan dana tersebut bersumber dari

25 Irham Fahmi, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya : Teori dan Aplikasi, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2014), hal176

26 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal 51

27 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 287

(26)

iuran dan hasil pengembangannya. Oleh karena itu, pembentukan cadangan pensiun dalam perusahaan untuk membiayai pembayaran manfaat pensiun tidak diperkenankan. Penyelengaraan program pensiun dapat dilakukan dengan cara pengumpulan dana sehingga dapat memenuhi pembayaran hak peserta.

Pengumpulan dana tersebut berasal dari iuran dan hasil pengembangannya.

2. Pemisahan dana pensiun dai kekayaan pendiri

Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri. Dengan demikian, tidak diperkenankan adanya pembentukan “cadangan pensiun”

dalam pembukuan pendiri atau perusahaan. Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri dan pendiri tidak diperkenankan melakukan pembentukan cadangan pensiun dalam pembukuaan pendiri/perusahaan.

Kepastian mengenai pemisahan ini disahkan dalam pembentukan badan hukum dana pensiun dan dilakuakan berdasarkan ketentuan dalam UU No.11 Tahun 1992.

3. Kesempatan untuk mendirikan pensiun

Setiap pemberi kerja memperoleh kesempatan untuk mendirikan dana pensiun bagi karyawannya. Keputusan untuk membentuk dana pensiun merupakan tindak lanjut dari prakarsa pemberi kerja yang menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya. Janji itu membawa konsekuensi pendanaan, yaitu timbulnya kewajiban pemberi kerja untuk membayar iuran. Setiap pemberi kerja, baik perorangan maupun badan usaha, memperoleh kesempatan mendirikan dana pensiun bagi karyawannya. Keputusan untuk membentuk dana pensiun merupakan tindak lanjut dari keinginan pemberi kerja yang menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya. Keputusan tersebut membawa konsekuensi pendanaan, yaitu timbulnya kewajiban pemberi kerja membayar iuran.

4. Penundaan manfaat

Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun agar kesinambungan penghasilan terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku asas penundaan manfaat yang mengharuskan pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta memasuki masa pensiun dan dapat diberikan secara

(27)

berkala. Pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta memasuki usia pensiun. Pertimbangan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada dana pensiun agar dapat melakukan pengumpuan dana dan pengembangan hasil dari dana tersebut sehingga pembayaran kewajiban kepada peserta dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan.

5. Pembinaan dan pengawasan

Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus dihindarkan dari pengaruh kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan dana, yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta. Di samping pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Dana Pensiun Departemen Keuangan dan pelaksanaan sistem pelaporan, pengawasan dilakukan pula melalui kewajiban para pengelola dana pensiun untuk memberikan informasi kepada para pesertanya. Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Direktorat Dana Pensiun Departemen Keuangan dengan pelaksanaan sistem pelaporan. Selain itu, dana pensiun mempunyai kewajiban memberikan informasi kepada seluruh pesertanya.

6. Maksud asas ini adalah kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun. Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawan, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian, prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi kerja.

Penyelanggaraan dana pensiun tidak bisa dilihat secara sederhana, di sana memiliki berbagai dimensi tujuan. Secara umum, ada beberapa tujuan dilakukannya penyelenggaraan dana pensiun, yaitu:28

1. Bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada hari tua. Sering di masa pensiun setiap karyawan ingin menikmati hari-hari tua dengan lebih santai dan tenang termasuk bisa memiliki waktu beribadah yang lebih banyak. Maka

28 Irham Fahmi, Op.Cit, hal 177

(28)

dengan adanya dana pensiun diharapkan ia akan bisa menikmati semua itu dengan baik.

2. Membangun sikap persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan adanya penyelengaraan dana pensiun diharapkan terbangun rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi antara mereka yang masih aktif bekerja dan yang telah purna bakti dalam menjalankan pekerjaan.

3. Membangun sistem manajemen kinerja yang sistematis. Sebuah organisasi yang baik berusaha menampilkan kinerja yang baik. Salah satu ukuran kinerja organisasi dilihat dari kekuatan organisasi tersebut yang terbangun secara solid. Maka penyelenggaraan dana pensiun dilakukan sebagai bentuk menjamin terbentuknya kekompakan internal organisasi secara jangka panjang, dalam artian manajemen perusahaan tidak hanya menjamin para kesejahteraan karyawan semenjak masih bekerja namun karyawan telah pensiun dari perusahaan.

4. Membangun image positif. Salah satu reputasi atau kewibawaan sebuah organisasi dilihat pada kemampuannya menjamin setiap orang yang berada diorganisasi tersebut merasa nyaman dan bahagian. Sehingga kondisi dan situasi tersebut memberi informasi positif kepada para mitra bisnis dan stakeholder lainnya. Tentunya ini akan memberi citra dan image positif pada perusahaan tersebut.

Fungsi program pensiun harus dapat diidentifikasikan dengan jelas supaya program tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Fungsi program pensiun antara lain:29

1. Asuransi

Peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum usia pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban bersama dari dana pensiun. Masa kerja para karyawan bukan harga mati. Apabila masa kerja karyawan belum mencapai masa kerja yang disyaratkan tetapi karyawan tersebut

29 Sigit Triandanu, & Totok BudiSantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

(Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal 270

(29)

berhalangan tetap (cacat tetap sehingga tidak mungkin lagi bekerja atau meninggal) karyawan tersebut dijamin dapat memperoleh pensiun.

Meskipun demikian jumlah yang diterima tidak penuh atau lebih sedikit bila dibandingkan karyawan yang memenuhi masa kerja sesuai dengan perhitungan semula.

2. Tabungan

Himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja merupakan tabungan untuk dan atas nama pesertanya sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh karyawan setiap bulan dapat dilihat sebagai tabungan dari para pesertanya.

Iuran tersebut adalah konsekuensi dari manfaat yang akan diterima oleh karyawan di masa yang akan datang.

3. Pensiun

Seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja serta hasil pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun sejak bulan pertama setelah mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta, dan janda/duda peserta.

B. Jenis Dan Status Hukum Dana Pensiun Berdasarkan UU Dana Pensiun Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992, Dana Pensiun dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis yaitu :

1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

Lembaga dana pensiun pemberi kerja didirikan untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan karyawan yang menjadi peserta dan menimbulkan kewajiban terhadap pekerja. Lembaga ini dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri dan untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun

(30)

iurang pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.30

Pengurus dana pensiun pemberi kerja ditunjuk oleh pendiri dan bertanggungjawab kepada pendiri atas pengelolaan dana pensiun. Pengurus mempunyai masa jabatan selama lima tahun dan dapat ditunjuk kembali.

Dalam menjalankan aktivitasnya, pengurus wajib menyampaikan laporan mengenai rencana dan perhitungan hasil usaha sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan menteri keuangan. Program dana pensiun pemberi kerja ini dapat dialihkan ke lembaga lain selama keduanya memiliki program dan dana pensiun yang sama. Selain itu, pengalihan tersebut disertai dengan tanggungjawab lembaga pensiun untuk memperhitungkan masa kerja peserta sehingga dengan pengalihan tersebut tidak ada pihak yang dirugikan.31

Pembentukan Dana Pensiun Pemberi Kerja didasarkan pada pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk mendirikan Dana Pensiun dan memberlakukan peraturan Dana Pensiun, peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh pendiri dan penunjukan pengurus, dewan pengawas, dan perima titipan.32 Dalam hal Dana Pensiun dibentuk untuk menyelenggarakan program pensiun bagi karyawan lebih dari 1 (satu) pemberi kerja, maka pembentukannya didasarkan pada pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk mendirikan Dana Pensiun, memberlakukan peraturan Dana Pensiun dan

30 Irham Fahmi, Op.Cit, hal 179

31 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 282

32 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, Pasal 5 ayat (1)

(31)

menegaskan persetujuannya atas keikutsertaan karyawan mitra pendiri, pernyataan tertulis mitra pendiri yang menyatakan kesediannya untuk tunduk pada peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan pendiri bagi kepentingan karyawan mitra pendiri yang memenuhi persyaratan untuk menjadi peserta, serta pemberian kuasa penuh kepada pendiri untuk melaksanakan peraturan Dana Pensiun, Peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh Pendiri dan penunjukan pengurus, dewan pengawas dan penerima titipan.33

2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

Dana pensiun lembaga keuangan dapat dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa yang memiliki kemampuan menyelenggarakan program pensiun pasti bagi perorangan. Peserta dana pensiun lembaga keuangan ini adalah masyarakat, baik yang terikat sebagai karyawan pada perusahaan tertentu maupun perorangan yang tidak terikat pada badan usaha apapun.34

Badan usaha yang dapat menyelenggarakan dana pensiun lembaga keuangan, hanya perbankan dan perusahaan asuransi yang memiliki kemampuan dan kondisi keuangan yang baik. Berdasarkan ketentuan, perusahaan asuransi yang dapat menyelenggarakan dana pensiun lembaga keuangan jika perusahaan itu memiliki kemampuan organisasi yang baik, telah berjalan minimal lima tahun, memenuhi tingkat solvabilitas sesuai

33 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, Pasal 5 ayat (2)

34 Irham Fahmi, Op.Cit, hal 180

(32)

ketentuan di bidang asuransi, dan memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat.35

Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti. Bank dan perusahaan asuransi jiwa dapat beartindak sebagai pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.36 Untuk dapat mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, bank atau perusahaan asuransi jiwa wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri, dengan melampirkan peraturan Dana Pensiun.37 Ketentuan mengenai hal-hal yang wajib dimuat dalam peraturan Dana Pensiun sebagaimana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.38 Setiap perubahan atas peraturan Dana Pensiun wajib mendapatkan pengesahan dari Menteri.39

Pendiri mengajukan permohonan pengesahan Dana Pensiun kepada Menteri dengan melampirkan peraturan Dana Pensiun, pernyataan tertulis pendiri dan mitra pendiri bila ada, keputusan pendiri tentang penunjukan pengurus, dewan pengawas, dan penerima titipan, arahan investasi, laporan aktuaris, apabila Dana Pensiun menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti dan surat perjanjian antara pengurus dengan penerima titipan. Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permohonan pengesahan Dana Pensiun secara lengkap dan memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya, maka

35 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 283

36 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, Pasal 40 ayat (1) dan (2)

37 Pasal 40 ayat (3)

38 Pasal 41 ayat (1)

39 Pasal 40 ayat (2)

(33)

peraturan Dana Pensiun tersebut wajib disahkan dengan keputusan Menteri dan dicatat dalam buku daftar umum yang disediakan untuk itu, dan dalam hal permohonan ditolak, pemberitahuan penolakan harus disertai alasan penolakannya.40

Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dan dapat memulai kegiatannya sebagai suatu Dana Pensiun sejak tanggal pengesahan Menteri.

Pengurus wajib mengumumkan pembentukan Dana Pensiun dengan menempatkan keputusan Menteri tentang pengesahan atas peraturan Dana Pensiun pada Berita Negara Republik Indonesia.41

C. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2015 mengenai Penyelenggaraan Program Jaminan pensiun

Jaminan pensiun merupakan program tabungan wajib yang berjangka panjang dimana iurannya ditanggung oleh pekerja/buruh dan pengusaha, namun pembayarannya kembali hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat- syarat tertentu.42

Program jaminan pensiun diatur dalam PP Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun. Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Iuran

40 Pasal 6 ayat (1) dan (2)

41 Pasal 7 ayat (1) dan (2)

42 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal.114

(34)

program jaminan pensiun adalah sebesar 3% yang terdiri atas 2% iuran pemberi kerja dan 1% iuran pekerja. Jenis manfaat dari jaminan pensiun adalah:

1. Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT) Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (yang memenuhi masa iuran minimum 15 tahun yang setara dengan 18 bulan) saat memasuki usia pensiun sampai dengan meninggal dunia 2. Manfaat Pensiun Cacat (MPC) Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (kejadian yang menyebabkan cacat total tetap terjadi paling sedikit 1 bulan menjadi peserta dan density rate minimal 80%) yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat bekerja kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. Manfaat pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau peserta bekerja kembali

3. Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD) Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda yang menjadi ahli waris (terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan) sampai dengan meninggal dunia atau menikah lagi, dengan kondisi peserta:

a. Meninggal duna bila masa iur kurang dari 15 tahun, dimana masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal 1 tahun kepesertaan dan density rate 80%

b. Meninggal dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT.

5. Manfaat Pensiun Anak (MPA) Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang menjadi ahli waris peserta (maksimal 2 orang anak yang didaftarkan pada program pensiun) sampai dengan usia anak mencapai usia 23 tahun, atau bekerja atau menikah dengan kondisi peserta:

(35)

a. Meninggal dunia sebelum masa usia pensiun bila masa iur kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80% dan tidak memiliki ahli waris janda/duda

b. Meninggal dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT dan tidak memiliki ahli waris janda/duda

c. Janda/duda yang memperoleh manfaat pensiun MPHT meninggal dunia 6. Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT) Manfaat yang diberikan kepada orang tua

(bapak/ibu) yang menjadi ahli waris peserta lajang, bila masa iur peserta lajang kurang dari 15 tahun, maa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80%.

7. Manfaat Lumpsum Peserta tidak berhak atas manfaat pensiun bulanan, akan tetapi berhak mendapatkan manfaat berupa akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya apabila:

a. Peserta memasuki usia pensiun dan tidak memenuhi masa iur minimum 15 tahun

b. Mengalami cacat total tetap dan tidak memenuhi kejadian cacat setelah minimal 1 bulan menjadi peserta dan minimal density rate 80% c) Peserta meninggal dunia dan tidak memenuhi masa kepesertaan minimal 1 tahun menjadi peserta dan minimal density rate 80%

8. Manfaat Pensiun diberikan berupa manfaat pasti yang ditetapkan sebagai berikut:

(36)

a. Untuk 1 tahun pertama, manfaat pensiun dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun

b. Untuk setiap 1 tahun selanjutnya, manfaat pensiun dihitung sebesar manfaat pensiun tahun sebelumnya dikali faktor indeksasi 8)

9. Formula Manfaat Pensiun adalah 1% dikali masa iur dibagi 12 bulan dikali rata-rata upah tahunan tertimbang selama masa iur dibagi 12 bulan.

10. Pembayaran Manfaat Pensiun dibayarkan untuk pertama kali setelah dokumen pendukung secara lengkap dan pembayaran manfaat pensiun bulan berikutnya setiap tanggal 1 bulan berjalan dan apabila tanggal 1 jatuh pada hari libur, pembayaran dilaksanakan pada hari kerja berikutnya

11. Dalam hal peserta telah memasuki usia pensiun tetapi yang bersangkutan diperkerjakan, peserta dapat memilih untuk menerima manfaat pensiun pada saat mencapai usia pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 tahun setelah mencapai usia pensiun

12. Penerima manfaat pensiun adalah peserta atau ahli waris peserta yang berhak menerima manfaat pension.

Pemberian pensiun kepada para karyawannya bukan saja hanya memberikan kepastian penghasilan di masa depan, tetapi juga ikut memberikan motivasi bagi para karyawannya untuk lebih giat bekerja. Dengan memberikan program jasa pensiun para karyawan merasa aman, terutama pada usia pensiun sudah tidak produktif lagi. Sedangkan bagi sebagian masyarakat yang merasa masih produktif juga akan memberikan motivasi bahwa jasa-jasa mereka masih dihargai oleh perusahannya.43

43 Kasmir, Op.Cit, hal 288

(37)

Jaminan pensiun merupakan manfaat yang diberikan dalam bentuk uang tunai secara bulanan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.44 Jaminan Pensiun ialah pendapatan bulanan untuk memastikan dasar yang layak untuk memasuki haru tua.

Pengertian jaminan pensiun (JP) adalah pembayaran berkala jangka panjang sebagai substitusi dari penurunan/hilangnya penghasilan karena peserta mencapai usia tua (pensiun), mengalami cacat total permanen atau meninggal dunia. Tujuan penyelenggaraan jaminan pensiun adalah untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jadi pada pokoknya jaminan pensiun adalah jaminan yang memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang diberikan selama tenaga kerja pensiun.45

Jaminan pensiun yang dimaksud adalah untuk dapat memberikan bekal bagi tenaga kerja setelah purna kerja, sehingga dapat memberikan bekal untuk hidupnya. Jaminan ini diberikan mulai bulan berikutnya tenaga kerja yang bersangkutan meninggal dunia. Bilama tenaga kerja yang meninggal dunia tersebut tidak mempunyai istri atau suami, maka hak menerima jaminan beralih kepada anak-anaknya dan jaminan seperti ini disebut jaminan pensiun.46

44 V. Hari Supriyanto, Kesejahteraan Pekerja dalam Hubungan Industrial di Indonesia.

(Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 2014), hal 39

45 Dede Agus, Perkembangan Pengaturan Jaminan Sosial tenaga kerja dalam Rangka Perlindungan Hukum Buruh/Pekerja, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 8 No.1 Tahun 2014 Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tritayasa Banten, hal 66

46 Sendjun H. Manualang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta : Pt Rineka Cipta, 2001), hal 134

(38)

Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Penyelengaraan Jaminan Pensiun (JP) meliputi tujuh bab, 38 pasal. Menurut PP No. 46 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial, peserta Program Jaminan Pensiun terdiri atas: a. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja penyelenggara negara; dan b. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara.

Kepesertaan pada program Jaminan Pensiun mulai berlaku sejak Pekerja terdaftar dan Iuran mpertama telah dibayarkan dan disetor oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan, yang dibuktikan dengan adanya tanda bukti pembayaran dari BPJS Ketenagakerjaan.47

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun bahwa Jaminan Pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Pasal 1 angka 3 bahwa Manfaat Pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia. Pasal 1 angka 4 bahwa Peserta Program Jaminan Pensiun yang selanjutnya disebut Peserta adalah pekerja yang terdaftar dan telah membayar iuran.

Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa Peserta terdiri atas Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja penyelenggara negara dan Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara. Sedangkan Pasal 3 ayat (1), (2), (3) dan (4) menegaskan bahwa Kepesertaan pada program Jaminan Pensiun mulai

47 BPJS Ketenagakerjaan, Op.Cit, hal 6

(39)

berlaku sejak Pekerja terdaftar dan Iuran pertama telah dibayarkan dan disetor oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan memberikan bukti pembayaran Iuran pertama kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara. Bukti pembayaran Iuran merupakan bukti terdaftarnya Peserta dandasar dimulainya perlindungan Jaminan Pensiun.

Kepesertaan Jaminan Pensiun berakhir pada saat Peserta meninggal dunia; atau mencapai Usia Pensiun dan menerima akumulasi Iuran beserta hasil pengembangannya secara sekaligus.

Menurut Pasal 4 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan seluruh Pekerjanya kepada BPJS Ketenagakerjaan sebagai Peserta sesuai penahapan kepesertaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan Pekerja yang baru paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Pekerja tersebut mulai bekerja.

Pasal 5 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) ditegaskan bahwa Dalam hal Pemberi Kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan Pekerjanya, Pekerja berhak mendaftarkan dirinya sendiri dalam Jaminan Pensiun kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan penahapan kepesertaan program Jaminan Pensiun. Pendaftaran oleh Pekerja dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan perjanjian kerja, surat keputusan pengangkatan, atau bukti lain yang menunjukkan sebagai Pekerja, Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga. Berdasarkan pendaftaran, BPJS Ketenagakerjaan melakukan verifikasi kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal pendaftaran dilakukan. Dalam hal verifikasi membuktikan

(40)

Pemberi Kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan Pekerjanya, Pemberi Kerja selain penyelenggara negara dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain sanksi Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib memungut dan menyetor Iuran yang menjadi kewajiban Pekerja dan membayar Iuran yang menjadi kewajiban Pemberi Kerja selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 6 menyatakan bahwa Dalam hal Pekerja belum terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan, Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara wajib bertanggung jawab pada Pekerjanya dengan memberikan Manfaat Pensiun sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan Pasal 7 ayat (1), (2), (3) dan (4) menegaskan bahwa BPJS Ketenagakerjaan wajib menerbitkan nomor kepesertaan bagi Pekerja paling lama 1 (satu) hari kerja setelah Iuran pertama dibayar lunas. Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan tidak menerbitkan nomor kepesertaan maka bukti pembayaran Iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 digunakan sebagai bukti kepesertaan. BPJS Ketenagakerjaan memberikan kartu kepesertaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal nomor kepesertaan diterbitkan. Nomor kepesertaan merupakan nomor kepesertaan tunggal untuk semua program jaminan sosial ketenagakerjaan yang diikuti oleh Peserta.

Menurut Pasal 12 menyatakan bawha Dalam hal terjadi perubahan data Upah, jumlah Pekerja, alamat kantor, dan perubahan data lainnya terkait penyelenggaraan Jaminan Pensiun, Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib menyampaikan perubahan data tersebut kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak terjadi perubahan data. Kemudian Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) menyebutkan bahwa Penerima Manfaat Pensiun terdiri

(41)

atas Peserta, 1 (satu) orang istri atau suami yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, paling banyak 2 (dua) orang Anak atau1 (satu) orang Orang Tua. Anak Peserta yang lahir paling lama 300 (tiga ratus) hari setelah terputusnya hubungan pernikahan istri atau suami yang telah terdaftar dinyatakan sah atau setelah Peserta meninggal dunia dapat didaftarkan sebagai penerima Manfaat Pensiun. Dalam hal terjadi perubahan susunan penerima Manfaat Pensiun, Peserta harus menyampaikan perubahan daftar penerima Manfaat Pensiun paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal perubahan susunan penerima Manfaat Pensiun kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara. Perubahan daftar penerima Manfaat Pensiun tidak dapat dilakukan setelah Peserta menerima Manfaat Pensiun pertama atau meninggal dunia kecuali untuk Anak. Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan perubahan susunan penerima Manfaat Pensiun kepada BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal terjadi perselisihan penetapan ahli waris yang berhak menerima Manfaat Pensiun, penetapan ahli waris diselesaikan secara musyawarah antar ahli waris.

Pasal 15 ayat (1), (2), (3) dan (4) menyatakan bahwa Untuk pertama kali Usia Pensiun ditetapkan 56 (lima puluh enam) tahun. Mulai 1 Januari 2019, Usia Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi 57 (lima puluh tujuh) tahun.

Usia Pensiun selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai mencapai Usia Pensiun 65 (enam puluh lima) tahun. Dalam hal Peserta telah memasuki Usia Pensiun tetapi yang bersangkutan tetap dipekerjakan, Peserta dapat memilih untuk menerima Manfaat Pensiun pada saat mencapai Usia Pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 (tiga) tahun setelah Usia Pensiun. Kemudian Pasal 16 menyebutkan bahwa Manfaat

(42)

Pensiun berupa pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun Janda atau Duda, pensiun Anak; atau pensiun Orang Tua.

Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) menegaskan bahwa Untuk pertama kali, Manfaat Pensiun paling sedikit ditetapkan sebesar Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap bulan. Untuk pertama kali, Manfaat Pensiun paling banyak ditetapkan sebesar Rp3.600.000,00 (tiga juta enam ratus ribu rupiah) untuk setiap bulan. Besaran Manfaat Pensiun paling sedikit dan paling banyak disesuaikan setiap tahun berdasarkan tingkat inflasi umum tahun sebelumnya.

Menurut Pasal 24 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Dalam hal Peserta mencapai Usia Pensiun sebelum memenuhi Masa Iur 15 (lima belas) tahun, Peserta berhak mendapatkan seluruh akumulasi Iurannya ditambah hasil pengembangannya. Seluruh akumulasi Iuran ditambah hasil pengembangannya dibayarkan kepada peserta pada tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta mencapai Usia Pensiun dan dokumen telah diterima lengkap oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 25 ayat (1), (2) dan (3) menyebutkan bahwa untuk pertama kali, Manfaat Pensiun dibayarkan dengan ketentuan paling cepat sejak hak atas Manfaat Pensiun mulai diperhitungkan dan dokumen pendukung diterima secara lengkap oleh BPJS Ketenagakerjaan dan paling lambat 15 (lima belas) hari sejak hak atas Manfaat Pensiun timbul dan dokumen pendukung diterima secara lengkap oleh BPJS Ketenagakerjaan. Pembayaran Manfaat Pensiun bulan berikutnya paling lambat tanggal 1 bulan berjalan. Manfaat Pensiun dihentikan pembayarannya setelah hak atas Manfaat Pensiun berakhir.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tidak ada korelasi yang linear antara peningkatan dosis fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% daun alpukat (Persea Americana Mill.) dengan penurunan kadar kolesterol LDL

Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja menerbitkan peraturan terkait layanan urun dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi diatur dalam POJK

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap

Dari hasil pengujian ini tampak bahwa untuk halaman statis semua aplikasi web server yang diuji berhasil melayani 100 permintaan secara simultan tanpa kesalahan dan dengan reply

berdasarkan hasil analisis NASA TLX, karyawan yang menerima beban mental tertinggi ada pada 1 level jabatan yang sama yaitu, Branch manager, kepala unit dan

Otoritas Jasa Keuangan, “Sosialisasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.05/2017 tentang Iuran, Manfaat Pensiun, dan Manfaat Lain yang diselenggarakan oleh

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan tambahan pandangan remaja terhadap dirinya sendiri setelah orang tuanya bercerai adalah pada umumnya

Pengaruh Bahan Pengemas dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Wafer Pakan Komplit Berbasis Limbah Agroindustri. Pengaruh