• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut usia

Lanjut usia adalah suatu tahapan perkembangan kehidupan manusia dimana pada fase ini ialah fase terakhir kehidupan dan setiap orang pasti akan mengalami fase lanjut usia, tapi secara alamiah manusia tidak langsung tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang lagi dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Menurut WHO (1989, dalam Nugroho, 2008) lanjut usia adalah sekelompok orang yang mengalami perubahan pada tubuhnya, dan pada proses perubahan ini berjalan secara bertahap dalam waktu beberapa waktu, yang dimana pada kelompok lanjut usia secara alamiah pasti akan mengalami suatu proses yang dinamakan penuaan yang pasti akan dialami oleh setiap orang yang berusia lanjut atau Aging process ( Notoatmojo, 2010).

2. Klasifikasi Lanjut Usia

Menurut WHO (dalam Nugroho, 2008) terdapat klasifikasi lansia digolongkan menjadi 4, diantaranya yaitu:

a. Middle age ( Usia pertengahan) yaitu usia 45-59 tahun b. Elderly (Lanjut usia) yaitu usia 60-74 tahun

c. Old ( Lanjut usia Tua) yaitu usia 75-90 tahun d. Very old (Usia sangat tua) yaitu usia diatas 90 tahun

Seseorang yang berusia diatas 60 tahun disebut dengan lanjut usia baik pria maupun wanita. Seseorang yang usia 60 tahun pria maupun wanita

(2)

masih sehat di lingkungannya dan masih aktif beraktivitas, dan yang tidak lagi bisa bekerja seperti biasa sehingga beberapa aktivitas lainnya sulit dan membutuhkan bantuan orang lain disekitranya sehingga beberapa kebutuhan lain membutuhkan bantuan orang lain ( Nugroho, 2008).

3. Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah proses terjadinya degenerasi tubuh secara bertahap sehingga tubuh mengalami kehilangan kemampuan jaringan tubuh untuk memperbaiki diri dengan penggantian fungsi jaringan tubuh secara normal oleh karna itu tubuh tidak mampu lagi untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh dan memperbaiki kerusakan yang diterima. Semua makhluk hidup pasti akan mengalami yang namanya proses menua atau menjadi tua dari mulai sejak lahir sampai meninggal, dan proses ini manusia tidak bisa menghidar adanya proses menua karna semua manusia pasti akan mengalami penuaan ( Nugroho, 2008)

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses perjalanan kehidupan yang dimana semua orang pasti akan mengalami proses menua dan proses menua ini dialami ketika seseorang akan memasuki fase menua dan tidak dapat dihindari. Pada tiap individu proses penuaan atau menjadi tua pasti akan mengalami kemunduran fisik dan penurunan fungsi tubuh seperti kekuatan otot menurun, penglihatan berkurang, pendengaran menurun, kulit mulai mengendor, mental dan kehidupan sosial (Fatmah, 2010).

4. Teori Proses Menua

Menurut Nugroho (2008) setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda, oleh karna itu, proses menua sendiri dapat terjadi pada sekelompok

(3)

orang yang usianya berbeda dan tidak ada satupun faktor yang ditemukan yang dapat mencegah proses menua.

a. Aktivitas atau kegiatan

1) Teori yang menyatakan jika lansia masih aktif beraktivitas dan mengikuti banyak kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya berarti dikatakan lansia sukses.

2) Dapat mempertahankan hubungan sosialnya di masyarakat tetap stabil mulai dari usia pertengahan hingga lanjut usia.

3) Lansia merasakan kepuasan tersendiri jika dapat melakukan dan mempertahankan aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

b. Kepribadian berlanjut

Dari teori ini, pada lansia yang tidak berubah ialah tingkah laku, dan gabungan dari teori sebelumnya, Tiper personaliti yang dimiliki tiap orang akan mempengaruhi perilaku yang berubah dan kepribadian yang terjadi pada lanjut usia.

c. Teori pembebasan

Tiap orang memiliki rasa tidak dihargai dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk lingkungan sekitarnya, begitu juga dengan lanjut usia merasa dirinya tidak dibutuhkan orang lain karna keterbatasan fisiknya yang menurun, sehingga secara perlahan lansia mulai menarik diri dari lingkungannya. Dalam konteks ini menyebabkan interaksi sosial menurun, dan menyebabkan lansia merasa harga dirinya rendah.

(4)

5. Perubahan Akibat Proses Menua

Menurut Nugroho (2008) memaparkan bahwa proses menua ialah perubahan yang wajar yang pastinya akan dialami semua makhluk hidup dari awal proses kehidupa. Mulai dengan bentuk perubahan pada fungsi sel, dan organ tubuh, mental dan psikososial dengan seiringnya bertambahnya usia. Terdapat perubahan pada lansia, diantaranya yaitu:

a. Perubahan fungsi sel dan organ

Terdapat berbagai penurunan dalam fungsi sistem tubuh seperti, sistem pernapasan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskular, sistem persarafan, sistem genitourinaria, dan sistem integumen.

b. Perubahan mental

Perubahan mental yang terjadi adalah memory, dan Inteligentia Quantion ( IQ).

c. Perubahan psikososial

Lansia merasa kesepian, seperti pensiunan merasa kehilangan pekerjaan, status, dan merasa tidak mempunyai teman lagi.

d. Perubahan kognitif

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kognitif atau ingatan pada lansia yaitu, fisik yang mengalami perubahan, kesehatan, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan. Masalah yang terjadi pada lansia salah satunya menurunnya daya ingat sehingga masalah kognitif ini kadang lansia sulit menceritakan kejadian-kejadian yang pernah dialaminya dulu.

(5)

B. Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang tinggi didalam arteri, arteri adalah darah yang dibawa oleh pembuluh darah dari jantung dipompa menuju ke seluruh jaringan dan organ tubuh lainnya. Hipertensi bisa saja terjadi sebagai ketegangan emosi yang sangat berlebihan, walaupun biasanya, seringkali kita ketahui bahwa ketegangan emosi dan stress dapat meningkatkan tekanan darah dalam beberapa waktu saja. Hipertensi juga dapat menimbulkan penyakit lain seperti stroke dan jantung (Ridwan, 2017).

Tekanan darah normal jika angka 120/80 mmHg. Tekanan darah 120/80 mmHg sampai 139/89 mmHg dikatakan prehipertensi, jika tekanan darah pada angka 140/90 mmHg sudah tergolong hipertensi. Tekanan darah dapat berupa sistolik yang berarti jantung dalam keadaan berkontraksi atau jantung saat darah dipompa ke seluruh tubuh sedangkan diastolik yang berarti jantung dalam keadaan berelaksasi atau saat tekanan yang dialami pembuluh darah sesudah jantung memompa (Kusuma dan Artistiana, 2013). 2. Penyebab Tekanan darah

Menurut Muhammad Ridwan (2017), faktor penyebab munculnya tekanan darah pada seseorang, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Hipertensi esensial atau primer

Hipertensi jenis ini tidak dapat diketahui asli penyebab terjadinya penyakit atau tanpa adanya tanda-tanda kelainan organ dalam tubuh, hipertensi jenis ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya,

(6)

keturunan, pola makan dan minuman yang kurang tepat yang ditandai dengan tingginya kadar natrium didalam bahan makanan atau minuman tersebut (Ridwan, 2017).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi jenis ini yang penyebabnya dapat diketahui secara jelas, penyakit ini dapat diakibatkan oleh adanya kelainan korteks adrenalis,toksemia gravidarum, serta pemakaian obat-obatan jenis kortikosteroid.

Selain itu, hipertensi dilihat dari tingkat penyebabnya, terdapat jenis-jenis tekanan darah, antara lain :

1) Hipertensi sistolik terisolasi

Tekanan darah sistolik adalah angka yang paling tinggi yang merupakan tekanan didalam arteri saat jantung sedang berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Biasanya tekanan darah yang selalu lebih tinggi dari 140 mmHg (sistolik) dianggap naik, jika dikaitkan dengan meningkatnya tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Gangguan utama yang mempengaruhi para orang tua sehingga menimbulkan meningkatnya tekanan nadi. Tekanan Nadi adalah perbandingan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Suatu Peningkatan tekanan darah sistolik tanpa peningkatan tekanan darah diastolik, sehingga saat terjadi tekanan darah sistolik yang terpisah dapat meningkatkan tekanan nadi (Ridwan, 2017).

(7)

2) Hipertensi Jas putih

Suatu pembacaan tekanan darah tinggi di Ruang dokter yang dapat membingungkan pemeriksa karna peningkatan darah ini dapat bersifat sementara waktu. disebabkan karna pasien merasa khawatir yang berkaitan dengan stres saat pemeriksaan fisik, pasien juga sangat merasa takut jika dirinya mengalami permasalahan penyakit berbahaya. dari beberapa orang yang dianggap mengalami tekanan darah ringan atau hipertensi ringan yang sebenarnya memang dari awal penderita memiliki tekanan darah normal saat mereka berada diluar Ruang dokter, dapat diambil kesimpulannya dari permasahalan ini bahwa Peningkatan tekanan darahnya hanya terlihat saat di Ruang dokter saja, hipertensi jas putih ini terjadi karna pasien takut melihat jas putih yang dipakai dokter sehingga memicu peningkatan tekanan darah dalam sementara waktu. Tekanan darah yang seperti ini dipicu oleh stres dan kecemasan saat berkunjung ke dokter dan mungkin tidak selalu sebagai penemuan yang tidak berbahaya (Ridwan, 2017). 3) Hipertensi Borderline

Hipertensi borderline adalah peningkatan tekanan darah ringan yang kadang dapat diketahui lebih tinggi dari 140/90 mmHg pada saat-saat tertentu saja dan lebih rendah pada waktu-waktu lain. Pada orang Lanjut usia, tekanan darah sistolik yang sedikit lebih tinggi antara 140 dan 160 mmHg dianggap sebagai nilai borderline, sepanjang tekanan diastoliknya dibawah 90 mmHg. Pada penderita hipertensi borderline perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah

(8)

pada beberapa saat yang berbeda dan pemeriksaan kerusakan organ akhir agar dapat penderita menentukan apakah penderita menderita hipertensi yang berbahaya atau tidak.

Penderita hipertensi borderline mungkin memiliki kecendrungan, saat usianya semakin tua, risiko untuk mengalami penyakit kardiovascular (jantung) sedikit lebih tinggi, pada awalnya hipertensi ini tidak kelihatan gejala secara spesifik, sehingga penderita hipertensi borderline harus melakukan pemeriksaan secara terus-menerus sebagai tindak lanjut terhadap tekanan darah dan memantau berbagai komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi. Jika selama pemeriksaan lanjutan tekanan darah menjadi semakin tinggi dari 140/90 mmHg, biasanya pemberian obat anti hipertensi mulai dilakukan, meskipun tekanan tekanan diastoliknya tetap pada tingkat borderline dan biasanya dibawah 90 mmHg. Menurut Sianturi (2013) dalam Ikhwan (2017) Angka kejadian hipertensi meningkat karna disebabkan oleh beberapa faktor risiko, faktor risiko terbagi menjadi dua, yang pertama faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu keturunan, jenis kelamin dan umur sedangkan yang dapat dikontrol yaitu, obesitas, gaya hidup, pola makan, aktivitas sehari-hari, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan garam yang berlebihan.

(9)

3. Klasifikasi Tekanan Darah

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut The Joint National on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure atau JNC 7 2003

Sumber : Kemenkes RI, 2018 4. Patofisiologi Tekanan Darah ( Hipertensi)

Tekanan darah meningkat karna sifatnya yang kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan serta demografi yang mempengaruhi curah jantung dan TPR ( Total perifer Resistention). Yang mempengaruhi total curah jantung ialah volume darah, sedangkan volume darah sangat bergantung pada Homeostatis natrium. Retensi perifer total yang ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung dari efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskuler normal berawal dari keseimbangan dari pengaruh vasokontriksi hormonal yang meliputi angoitensin II dan ketokolamin sedangkan vasodilator meliputi kinin, prostaglandin, serta oksida nitra. Aliran darah meningkat yang menimbulkan vasokontriksi agar tidak terjadi hiperprefusi jaringan. Faktor dalam lainnya meliputi pH dan hipoksia dan interaksi saraf (sistem andrenergik α- dan β-), ginjal berfungsi atau sangat berperan dalam mengendanlikan tekanan darah melewati sistem renin, angiotensin,

Klasifikasi Tekanan

darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120- 139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

(10)

Angoitensin II tingkat tekanan darah serta meningkatkan resistensi perifer dan volume darah. Volume darah menjadi berkurang atau menurun laju filtrasi glomerulus turun dan terjadi reabsoorbsi natium meningkat tahan dan volume darah meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah juga meningkat secara spontan ( Elizabeth, 2009 ).

Di saraf simpatis yang mengeluarkan norepinefrin pada sebagian besar pembuluh darah, berkaitan dengan reseptor spesifik pada sel-sel otot polos yang biasa disebut reseptor α-. Rangsangan dari reseptor alfa dapat mengakibatkan otot polos berkontraksi, pembuluh darah mengalami pengecilan, sehinggal dari masalah tersebut TPR meningkat dan tekanan darah meningkat juga. Rangsangan simpatis mengalami peningkatan dapat menyebabkan hipertensi. Dapat terjadi karna respon stres yang berkepanjangan dengan menyangkut aktif nya sistem simpatis ( Elizabeth, 2009) .

5. Faktor Resiko Tekanan darah ( Hipertensi)

Penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Dari teori beberapa para ahli Faktor resiko hipertensi terbagi menjadi dua, faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.

a. Faktor yang tidak dapat diubah 1) Keturunan

Penderita hipertensi esensial diperkirakan sekitar 70-80% faktor risiko hipertensi terdapat riwayat keluarga, bila orang tua memiliki riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi maka sangat besar kemungkinan untuk menderita hipertensi, sehingga menguatkan

(11)

spekulasi jika faktor keturunan berperan besar untuk menderita hipertensi (Dalimarta, 2008).

2) Jenis kelamin

Menyerang pada usia diatas 30 tahun dapat terjadi pada pria dan wanita diusia, dan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun saat (menopause) (Dalimartha, 2008).

b. Faktor yang dapat diubah 1) Kegemukan

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa ciri khas dari hipertensi adalah kegemukan. Dari beberapa penjelasan bahwa hubungan antara kegemukan dan hipertensi, pompa jantung lebih berat dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dibandingkan pada penderita hipertensi dengan berat badan normal (Dalimarta, 2008). 2) Konsumsi garam berlebih

Konsumsi garam yang tinggi akan meningkatkan resiko terkena hipertensi,karna garam sifatnya menahan air didalam pembuluh darah sehingga dianjurkan untuk hindari konsumsi garam yang berlebih pada makanan atau konsumsi garam di makanan dibatasi (Dalimarta, 2008).

3) Kurang olahraga

Dianjurkan olahraga rutin untuk melancarkan peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah, sebaliknya Orang yang kurang berolahraga atau beraktivitas fisik cenderung memiliki badan yang

(12)

gemuk, olahraga rutin dapat menyeimbangkan berat tubuh menjadi ideal. (Dalimartha, 2008).

4) Merokok dan konsumsi alkohol

Hipertensi muncul karna penderita juga mengkonsumsi rokok, nikotin yang ada didalam batang rokok yang dihisap. Dari penelitian menunjukan nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Terdapat efek dari konsumsi alkohol sendiri yaitu dapat merangsang terjadinya hipertensi karna peningkatan sintesis katekholamin yang jumlahnyan banyak dapat memicu tekanan darah meningkat. ( Dalimartha, 2008).

6. Komplikasi Tekanan darah

Pada lanjut usia pasti akan selalu berhubungan dengan struktur dan fungsi kardiovaskular sehingga kemungkinan terjadinya penyakit meningkat, menurunkan tanda dan gejala sampai pada akhirnya mempengaruhi perjalanan klinis penyakit ( Lakatta, 2013). Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat dari tekanan darah atau hipertensi diantaranya ialah:

a. Penyakit jantung koroner

Penyakit ini sangat sering dialami oleh penderita hipertensi karna akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Lubang pembuluh darah jantung mengalami penyempitan sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah di beberapa bagian otot-otot jantung. Pada penderita hipertensi akan menyebabkan rasa nyeri di dada, sehingga dapat berakibat pada gangguan di

(13)

otot-otot jantung, dan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung (Dalimartha, 2008).

b. Gagal jantung

Tekanan darah yang tinggi menuntut otot jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Hal ini mengakibatkan otot jantung menebal dan menegang yang dapat memicu daya pompa otot menurun, sehingga akhirnya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda terjadinya komplikasi ialah sesak napas, napas putus-putus atau pendek, dan pembengkakan di tungkai bawah dan kaki (Dalimartha, 2008).

c. Kerusakan pembuluh darah otak

Ada beberapa penelitian di luar negeri menyatakan jika hipertensi menjadi penyebab utama kerusakan pembuluh darah otak. Terdapat dua jenis kerusakan yang ditimbulkan ialah pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Akibatnya pada penderita hipertensi akan mengalami stroke dan kematian (Dalimartha, 2008).

d. Gagal ginjal

Ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik, terdapat dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu, nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat dari proses menua sedangkan nefrosklerosis maligna terjadi kelainan ginjal

(14)

yang ditandai dengan meningkatnya tekanan diastolik diatas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal (Dalimartha, 2008).

C. Indeks Massa Tubuh (IMT)

1. Definisi Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah pengukuran antropometri yang sederhana dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan. IMT merupakan rasio yang dinyatakan sebagai berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m) (Markenson, (2004) dalam Suangga, 2017). Rumus perhitungan indeks massa tubuh adalah:

IMT = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) × 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Seseorang dapat mengetahui apakah memiliki berat badan normal, kurus atau gemuk dengan menghitung indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh hanya digunakan pada orang dewasa usia lebih dari 18 tahun dan tidak dilakukan pada bayi, anak-anak, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2002 dalam Suangga, 2017).

2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Tabel 2.3 Klasifikasi Indeks massa tubuh untuk Indonesia

Klasifikasi IMT ( kg/𝒎2

Kurus < 18,5 kg/m2

Berat badan normal ≥18,5 sampai < 24,9 kg/m2 Berat badan berlebih ≥ 25,0 < 27,0 kg/m2

Obesitas ≥ 27,0 kg/m2

(15)

3. Faktor – faktor yang berhubungan dengan BMI

Faktor yang mempengaruhi Indeks massa tubuh terkait dengan resiko kesehatan yaitu :

a. Usia

Berpengaruh pada Indeks massa tubuh ketika usia seseorang bertambah cenderung jarang melakukan olahraga, karna akibat dari kurang olahraga sehingga terjadi penimbunan lemak dalam tubuh maka berat badan meningkat ( Ramadhani, 2013).

b. Perilaku Makan

Pola makan yang salah serta kurang olahraga, dan sering mengkonsumsi makanan siap saji dapat meningkatkan indeks massa tubuh (Arisman, 2010).

c. Aktivitas fisik

Pengaruh dari pergerakan tubuh sehari-hari dapat mempengaruhi Indeks massa tubuh, jika aktifitas fisik meningkat maka indeks massa tubuh menjadi normal sebaliknya jika aktifitas fisik berkurang atau menurun akan meningkatkan indeks massa tubuh ( Ramadhani, 2013). d. Jenis Kelamin

Indeks massa tubuh dengan yang memiliki berat badan berlebih banyak terdapat pada laki-laki. Tapi presentase obesitas yang terjadi pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Porsi lemak tubuh antara wanita dan laki-laki berbeda. Obesitas viscelar lebih sering diderita laki-laki dibandingkan perempuan ( Asil, E et al., 2014).

(16)

4. Kriteria BMI (Body Mass Index)

Menururt Umami, 2017 beberapa Kriteria BMI diantaranya, yaitu: 1. Gemuk

a. Penampilan kurang menarik

BMI dengan obesitas sebagian besar orang belum menyadari akan bahaya kesehatan yang terjadi pada tubuhnya. Seseorang yang memiliki tubuh overweight untuk aktivitas sehari-hari nya sangat sulit untuk mencari pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh obesitas . b. Gerakan tubuh lambat

Akibat dari berat badan berlebih sehingga menimbulkan adanya penimbunan lemak didalam tubuh yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari bagi individu sehingga karna berat badan berlebih pekerjaan yang dilakukan terhambat.

c. Jantung dan Pembuluh darah

Berat badan berlebih biasanya dikaitkan dengan faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler (serangan jantung).

d. Diabetes mellitus

Penderita diabetes melitus tipe 2, didalam darah terdapat glukosa, glukosa tersebut tidak dapat masuk ke sel krna ditutupi lemak. Akibatnya kadar gula dalam darah tinggi. Karna sel tidak mendapat asupan yg banyak sehingga timbul rasa lapar ketika kita kembali makan, siklus tersebut terulang kembali, Karna hal tersebut akan terus

(17)

meningkatkan kadar gula dalam darah yang dapat menimbulkan diabetes melitus tipe 2.

e. Tekanan darah tinggi

Kelebihan berat badan dan hipertensi sering dikaitkan dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, dapat dibuktikan dengan pengurangan berat badan dapat menornalkan tekanan darah.

f. Gangguan sendi dan tulang

Osteoarthitis merupakan nyeri di persendian akibat dari abrasi kartilago sendi, pengertian lain Osteophorosis merupakan rapuhnya tulang akibat dari kekurangan mineral dan kalsium. Beberapa faktor lain yang memicu adanya Osteoarthritis dan osteoporosis adalah gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi vitamin untuk kesehatan sendi dan tulang, merokok serta olahraga atau aktivitas yang berlebih ketika melakukan aktivitas yang terlalu beat dan menuntut penekanan pada sendi dan tulang.

g. Gangguan Ginjal

Berpotensi kerusakan pada ginjal akibat dari berat badan berlebih, ahli chaveland Amerika Serikat mengemukakan bahwa orang yang memiliki berat badan berlebih untuk melakukan diet dengan makanan berprotein tinggi yang rendah lemak, cara ini dapat menanggulangi masalah tersebut dan bisa merubah gaya hidup yang tidak sehat dan juga bisa menururnkan berat badan menjadi ideal.

(18)

h. Gangguan kandung empeduh

Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang paling sering terjadi diakibatkan adanya obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu. 2. Normal

Orang dengan berat badan normal memiliki banyak keuntungan diantaranya ialah penampilan tubuh bagus, resiko mengalami penyakit tertentu rendah,dan pergerakan tubuh cepat atau lincah (Supariasa, 2012).

3. Kurus

a. Penampilan cenderung kurang baik

Orang yang memiliki badan yang kurus sangat berbahaya dan beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan, tubuh yang kurus sangat mempengaruhi postur tubuh individu sehingga sangat tidak bagus terhadap penampilan dan dapat menurunkan kepercayaan diri, akibat masalah ini dapat berujung depresi (Umami, 2017).

b. Mudah Letih

Merasa kelelahan adalah hal yang wajar bagi tubuh, itu artinya tubuh butuh istrahat, respon tubuh berupa mudah merasa letih, lesu, dan mudah capek walaupun tidak melakukan pekerjaan berat. Muncul gejala-gejala lain berupa, rasa nyeri di dada, nafas yang pendek, pucat, detak jantung yang cepat, dan merasa kedinginan. Hal-hal tersebut banyak dialami oleh orang yang berbadan kurus (Umami, 2017).

(19)

c. Resiko sakit tinggi 1) Penyakit infeksi

Banyak orang yang mengatakan bahwa tubuh kurus itu lebih dari tubuh yang kelebihan berat badan. Padahal tubuh kurus itu dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang berhubungan dengan infeksi, begitu juga halnya orang yang Obesitas memiliki banyak resiko masalah kesehatan yang muncul dan badan yang kurus beresiko memgalami penyakit paru-paru, mandul dan sebagainya (Umami, 2017).

2) Depresi

Depresi adalah gangguan kejiwaan yang sering jumpai di masyarakat. Gejala lain yang menyertai berupa perubahan kebiasaan makan, kurangnya motivasi sehingga dalam fase ini individu sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, lesu, mudah marah, merasa tidak punya harapan, sulit merasa senang dalam beraktivitas dan kadang bisa melakukan hal yang tidak diinginkan yang dapat melukai dirinya (Umami, 2017).

3) Anemia

Anemia adalah kondisi jumlah hemoglobin dan atau sel darah merah dalam darah menurun hingga dibawah nilai normal (Umami, 2017).

(20)

4) Diare

Orang yang bertubuh kurus cenderung kurang makan yang diamana kurangnya asupan nutrisi sehingga menyebabkan sistem imunitas menurun atau lemah dan mudah terserang penyakit seperti demam, flu, diare dan sebagainya (Umami, 2017).

5) Wanita kurus yang hamil

Wanita dengan kondisi yang seperti ini, beresiko melahirkan bayi dengan BBLR, sehingga janim yang dikandung akan mengalami pertumbuhan yang tidak optima, bahkan mudah mengalami keguguran (Umami, 2017)

6) Kurang mampu bekerja

Fisik yang kuat dan tubuh yang sehat dapat mempengaruhi optimal atau tidaknya suatu pekerjaan, orang yang bertubuh kurus dianggap tidak optimal dan kurang mampu dalam menyelesaikan pekerjaan yang berat ( Sandrina, 2013 dalam Umami, 2017). D. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah

Berat badan yang berlebih atau obesitas berpengaruh pada terjadinya tekanan darah pada orang yang mengalami berat badan berlebih, akan tetapi mekanisme terjadinya hal tersebut tidak dapat dipahami dengan jelas tetapi pada orang obesitas diduga terjadi peningkatan volume dan curah jantung yang meningkatkan tekanan darah (Sihombing, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Said M dan Tin Gustina (2011) pada pendudk kelurahan Tangkareng tengan kota, menunjukan bahwa hipertensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding pada perempuan (30,1 %

(21)

berbanding 28,3 %). Dilihat pada segi umur bertambahnya umur semakin besar proporsi kejadian hipertensi, proporsi tertinggi pada kelompok umur 70-79 tahun (72,7%). Proporsi kejadian hipertensi pada kelompok responden yang mengalami obesitas jauh lebih tinggi dibandingkan responden yang mengalami IMT tergolong normal /kurus (40,8% berbanding 25,3 %), hasilnya kelompok responden yang mengalami obesitas sangat tinggi mencapai 40,8 % dengan 2 diantara 5 orang yang obesitas mengalami hipertensi.

Penelitian berbeda yang dilakukan Dien, Mulyadi & Kundre di poliklinik Hipertensi dan Nefrologi Manado pada tahun 2014 menunjukan bahwa rata-rata responden termasuk dalam kategori indeks massa tubuh overweight dengan nilai indeks massa tubuh diantaranya 23- 24,9 kg/m2 dengan jumlah responden 39 responden ( 61,9 %) dari penelitian tersebut ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah, karna kebiasaan hidup yang salah seperti pola makan tinggi lemak dan kalori, kebiasaan merokok dan minum beralkohol salah satu perilakutidak sehat yang dapat memicu timbulnya berbagai penyakit diantaranya hipertensi.

Gambar

Tabel  2.1  Klasifikasi  Hipertensi  menurut  The  Joint  National  on  Prevention,  Detection,  Evaluation,  and  Treatment  of  High  Blood   Pressure atau JNC 7 2003
Tabel 2.3 Klasifikasi Indeks massa tubuh untuk Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

keterampilan pengelolaan kelas dalam upaya meningkatkan motivasi belajar IPA Terpadu siswa kelas VIIA SMP Unismuh Makassar dapat disimpulkan bahwa : setelah dilakukan

Pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana ( actuating ) melalui a) pengadaan sarana dan prasarana merupakan otonomi madrasah dengan anggaran tersendiri yang berasal dari

Keragaan galur-galur F6 hasil seleksi dengan metode seleksi pedigree dan modified bulk pada tiga populasi sorgum tidak nyata pada hampir semua karakter yang diamati

Decentralization and Participation in Brazil, Japan, Russia and

Dari hasil wawancara dengan siswa kelas X SMK Negeri 8 Medan permasalahan atau kerumitan pada mata pelajaran kosmetika tradisional yaitu kurang menariknya

black colour-reflection from the defect area, red colour-reflection from the interface As a result of the inspection from metal side using 5 MHz, 10 MHz and 10 MHz focused

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

Many students apend most of their time for doing something useless. They always come back late to their home by gathering wirth their friends for a long time. It makes them lazy