5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Iklan
Menurut Santosa (2009) Periklanan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu advertising. Advertising sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Advertere, yang artinya taktik untuk memikat konsumen melalui beberapa strategi, evaluasi, sehingga dapat menganalisis efektivitas komunikasi dengan klien. Ada beberapa jenis periklanan yang diketahui seperti contohnya adalah periklanan yang menawarkan produk maupun juga sebuah jasa. Ada pendekatan iklan yang disebut dengan national advertising dimana periklanan ini cenderung membangun sebuah citra produk bukan untuk meningkatkan pembelian, periklanan seperti ini menyebarkan informasi secara nasional menggunakan media nasional seperti Kompas atau Media Indonesia. Periklanan sangat penting sehingga pada masa kini merek-merek favorit tertempel dimana-mana tidak hanya berada di televisi atau billboard ada juga di tubuh-tubuh manusia seperti baju, bahkan manusia dapat juga menjadi billboard berjalan.
Menurut Morrisan (2010) Iklan didefinisikan sebagai sebuah bentuk komunikasi mengenai suatu organisasi, produk, servis maupun ide yang dibayar oleh suatu klien atau sponsor yang diketahui. Pada umumnya definisi yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa faktanya sebuah iklan secara umum memang harus dibeli. Suatu iklan melibatkan beberapa hal yang besar dan membutuhkan biaya. Pastinya iklan akan melibatkan media massa seperti TV, radio, majalah,
6 koran maupun platform lainnya untuk mengirim pesan iklan kepada sejumlah kelompok individu secara bersamaan. Beberapa peusahaan lebih memilih untuk mempromosikan barang maupun jasanya melalui iklan karena dinilai lebih efektif serta efisien. Para pembuat iklan harus dapat memikirkan sebuah cara supaya dapat memposisikan produk dari klien di mata konsumen secara baik (hlm. 11).
Menurut Kriyantono (2013) Iklan adalah produk sedangkan periklanan adalah proses kegiatan yang dilakukan untuk memasarkan sebuah produk dan sebagainya. Definisi periklanan yang dipahami oleh masyarakat periklanan Indonesia adalah “keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan penyampaian iklan”. Ada pula definisi iklan yang juga dipahami masyarakat perikalanan Indonesia adalah “segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal dan ditujukan kepada sebagaian atau seluruh masyarakat”. Selain itu iklan juga dapat diartikan sebagai komunikasi kepada media massa untuk mempengaruhi konsumen atau audience supaya tertarik dengan produk, jasa, dan sebagainya yang telah dipasarkan. Periklanan juga sebagala bentuk komunikasi yang membayar mengenai ide-ide, barang atau jasa yang disampaikan melalui saluran media yang telah terseleksi (hlm. 5).
Menurut Hopkins 1866-1932 (seperti dikutip dalam Simpson, 2013, hlm. 11 & 12) dalam dunia periklanan hanya memiliki satu tujuan besar yaitu untuk menjual sesuatu yang akan dilihat dan dinilai oleh orang-orang yang melihatnya. Periklanan adalah suatu tujuan dimana nantinya produk akan dapat dilihat oleh konsumen melalui kualitas apa yang ditawarkan dan sebarapa banyak konsumen
7 tertarik kepada prosuk tersebut. Hopkins adalah seorang pelopor di dunia periklanan yang sudah dimulai dari awal abad ke-20. Setiap kampanye Hopkins berjalan dengan sukses karena beliau selalu melakukan research terlebih dahulu hingga akhirnya beliau dipekerjakan oleh Lord & Thomas advertising agency dengan gaji yang tinggi. Setiap klien Hopkins selalu merasa puas dengan pekerjaan yang dikerjakan oleh Hopkins karena Ia dapat memahami kemauan dan berkomunikasi dengan baik kepada para kliennya.
Menurut Rosser (2015) Periklanan yang sedang terjadi di masa mendatang atau masa sekarang adalah sebuah fenomena secara sederhana pada ekonomi. Periklanan datang untuk menggantikan sebuah pedagang yang meneriakkan barang dagangannya secara lantang. Periklanan tersebar secara cepat pada media yang menayangkannya seperti media cetak maupun digital seperti radio atau televisi. Periklanan ini hadir dengan revolusi industri karena teknologi yang semakin berkembang serta meningkat mengakibatkan produksi sebuah produk yang dihasilkan akan semakin besar begitu pula juga dengan iklan yang akan digunakan. Periklanan juga tidak dapat mengikuti naik turunnya tren karena iklan akan selalu dibutuhkan untuk menyampaikan sebuah produk secara luas (hlm. 120).
Menurut Caples (seperti dikutip dalam Simpson, 2013, hlm. 15-16) periklanan akan dapat berjalan dengan lancar dan sukses karena setiap selesai pembuatan iklan akan diukur. Semakin banyak respon yang dapat diukur akan semakin menunjukkan apakah iklan yang telah dihasilkan dapat berfungsi dengan baik. Caples adalah sosok yang terkenal dengan mementingkan sebuah tanggapan
8 atau respon sebagai tolak ukur. Hal ini berlangsung sebagian besar pada abad ke-20 hingga saat ini. Sayangnya masih banyak pemasar online yang hanya meletakkan iklan tetapi tidak melacak hasilnya sehingga membuat mereka kehilangan peluang respon iklan yang terukur.
2.2 Advertising Agency
Menurut (Ogilvy, 1985) menjalankan sebuah agensi membutuhkan sebuah keahlian menjual yang tinggi, keberanian, mempertahankan mental atau moral karena bekerja dalam tekanan. Setiap jobdes akan mengalami kecemasan yang diakibatkan dikejarnya deadline untuk klien dan sebagainya. Sebagai seseorang yang berada dalam dunia advertising agency menghasilkan iklan yang bagus dan berkualitas adalah tujuan yang utama. Salah satu cara menghasilkan iklan yang bagus adalah membuat semua orang yang berada di perusahaan bersenang-senang atau nyaman, karena iklan yang bagus dihasilkan dari sebuah mood yang bagus. Orang-orang yang berada di advertising agency sering disebut dengan pemikat karena mendorong komunikasi ke atas dan membuat orang dapat mendengarkan serta melihat apa yang ditampilkan.
Advertising agency adalah sebuah agency yang mencakup creativy, planning, production, placement of communication message. Ada beberapa agency yang menawarkan seperti full service atau sama dengan menyediakan
langsung layanan seperti produksi, media promosi penjualan, dan pemasaran langsung. Layanan full service sangat menguntungkan karena komunikasi klien yang di bawah satu organisasi akan menguntungkan sinergi pada setiap
9 departemen. Maka sebab itu kebanyakan perusahaan advertising agency sekarang menawarkan full service karena lebih menguntungkan pada setiap departemen maupun juga perusahaan itu sendiri. Agency dan klien harus sama-sama merasa diuntungkan di dalam pembuatan sebuah iklan, sehingga perusahaan yang baik pastinya klien akan selalu datang kembali (Mackay, 2005, hlm. 75-77).
2.2.1 Struktur Advertising Agency
Pada sebuah advertising agency pada dasarnya dibagi menjadi 4 bagian secara umum yaitu adalah account executive atau producer, writers atau copy writer,
directors atau creative director & art director, dan client (DiZazzo, 2015, hlm. 7).
1. Account Executive
Pada advertising agency account executive bertanggung jawab untuk menjaga kontak dengan klien. Account executive harus dapat membangun pemahaman mengenai situasi pemasaran serta periklanan pada klien, sehingga Ia dapat memberikan arahan kepada klien tentang apa yang perlu dilakukan. Account
executive juga membantu untuk mencari jalan keluar yang bijak jika
sewaktu-waktu ada sesuatu yang mendesak. Sebagai account executive harus dapat mengawasi seluruh proses produksi hingga seluruh proses produksi dapat selesai tepat waktu. Keterampilan untuk presentasi sangatlah penting untuk
account executive karena seorang account executive membawa sebuah pesan
sehingga pesan yang disampaikan harus mudah dipahami dengan bahasa yang baik (Mackay, 2005, hlm. 78 & 79).
10 Posisi copywriter adalah sebuah posisi yang sejajar dengan art director, karena untuk menghasilkan sebuah konsep iklan atau karya-karya iklan mereka harus bekerja sama. Secara copywriter adalah posisi yang lebih bermain dengan kata-kata tetapi untuk membuat sebuah konsep copywriter tetap akan bekerja sama demi menghasilkan hasil yang optimal. Seorang
copywriter harus dapat membuat sebuah tulisan, kata maupun kalimat sesuai
dengan apa yang klien inginkan dan membuat sebuah tulisan yang langsung dapat dibaca, dipahami serta dimengerti (Prastari, 2011, hlm. 2).
3. Art Director
Posisi art director adalah posisi yang biasa disebut dengan pengarah seni. Posisi ini bekerja sama dengan copywriter untuk menghasilkan sebuah konsep. Mengulik sebuah ide-ide yang kreatif serta melahirkan sebuah karya yang baik dipandang adalah sebuah keahlian dari seorang art director. Desain serta visual yang kuat menjadi alasan keahlian dari seorang art director tetapi tidak hanya itu konsep yang matang juga dibutuhkan sebagai art director (Prastari, 2011, hlm. 2).
4. Creative Director
Creative director adalah seseorang yang mensutradarai seluruh konsep yang
telah dibuat oleh art director dan copy writer. Creative director mensutradarai setiap konsep sepeeri konsep musik, maupun video. Creative director sangat dibutuhkan di dalam advertising agency karena ia adalah posisi yang dapat merealisasikan konsep yang telah dibuat (Webb, 2015, hlm. 108).
11 2.2.2 Account Executive
Menurut Kriyantono (2013) account executive adalah bagian dari biro iklan yang membantu melengkapi hal-hal terkait dengan pengiklanan pada klien yang telah di tentukan. Account sendiri memiliki arti klien. Account executive sebagai penyalur apa yang diinginkan klien lalu diteruskan kembali ke departemen produksi untuk mulai diolah menjadi visual. Account executive harus mempunyai skill untuk memberikan solusi atas masalah yang diberikan oleh klien (hlm. 68).
Menurut Bullock (2012) pada setiap perusahaan, salah satunya pada media cetak produksi buku, setiap ada apapun yang terjadi account executive yang akan menginformasikan. Berjalan lancar atau tidak, ataupun ada masalah atau tidak, seorang account executive yang selalu berdiskusi untuk mencari jalan keluarnya yang terbaik. Account executive dan klien harus selalu merasa percaya satu sama lain dan cocok karena account executive bekerja dengan klien untuk menghasilkan hasil yang maksimal.
Menurut Santosa (2009) account executive sering disebut dengan day to
day services. Tugas utama sebagai seorang account executive adalah menjaga
hubungan baik antara agency advertising dengan client. Selain itu menjadi
account executive harus selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan
divisi-divisi lainnya yang berada di dalam perusahaan (jika memang tersedia) seperti divisi media, dan divisi kreatif.
Menurut Linacre (2015) seorang account executive juga dapat dijuluki dengan account handler dimana account handler sebagai posisi teratas. Di bawah
12 Bagian pertama adalah bagain kreatif yang berisi copywriter dan art director, bagian kedua adalah bagian planner yang berisi account planner, bagian ketiga adalah creative services yang berisi traffic production, dan bagian keempat bagian yang paling terakhir adalah media yang berisi media planner dan media buyer.
Menurut Prastari (2011) pada perusahaan agency yang besar di atas
account executive ada jobdes yang disebut account director dimana pekerjaan
yang dikerjakan sama dengan account executive. Posisi account director sangat penting karena harus membangun hubungan yang baik dengan klien. Berhubungan baik dengan klien tidak hanya berhubungan dengan baik tapi harus memahami perusahaan yang sedang dijalankan oleh klien. Jika di dalam perusahaan agency tidak ada account director maka semua pekerjaan account
director akan menjadi milik account executive.
Menurut Winda Bonavita, senior account executive Dynamo Brand
Activation (seperti yang dikutip dalam, Prastari, 2011, hlm. 144), AE yang baik
dibagi menjadi beberapa bagian.
1. Dapat menjadi jembatan melalui klien dan internal kantor (chemistry).
2. Brief yang baik diberikan kepada tim internal agency karena sebagai account
executive harus memahami perusahaan klien dengan baik.
3. Dapat membuat proposal yang berkualitas. 4. Skill negosiasi yang baik.
5. Mempunyai wawasan yang luas dengan banyaknya browsing maupun datang ke tempat untuk dijadikan referensi.
13 2.3 Client Brief
Client Brief adalah peranan penting bagi agency untuk berkomunikasi dengan
klien supaya konsep yang dibuat dapat sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi keinginan dari klien. Client brief juga memiliki tujuan sebagai acuan maupun pegangan yang digunakan agency sebagai pedoman dalam pembuatan konsep. Di dalam client brief terdapat beberapa informasi seperti latar belakang perusahaan,
target market, tujuan, maupun juga informasi mengenai kompetitor. (Hackley,
2014, Hlm. 84)
Menurut Hackley, 2014 Sebuah project yang dijalankan oleh agency harus sejalan dengan apa yang dipikirkan oleh klien. Maka sebab itu client brief akan menjadi sebuah garis di mana garis ini akan selalu membuat project yang dibuat tetap pada pedoman klien. Client brief ini biasa digunakan pada tahap awal supaya membantu agency menemukan ide-ide kreatif yang nantinya juga akan disampaikan kembali kepada klien.
Menurut Guolla & George, n.d., client brief nantinya akan menjadi pedoman bagi creative brief ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam membuat
cleint brief:
1. Immersion: membaca serta menuliskan keseluruhan background perusahaan dengan baik dan benar serta menganalisis permasalahan yang terjadi (jika ada masalah).
2. Digestion: memastikan ide yang disampaikan sejalan dengan pemikiran client maupun juga agency sehingga project yang dijalankan akan sama.
14 3. Incubation: berusaha open minded atau membiarkan ide-ide masuk ke dalam
diskusi.
4. Illumination: membuat solusi atas masalah yang dihadapi dengan sebuah ide yang disampaikan klien maupun agency.
5. Verification: selalu mengevaluasi ide-ide supaya ide yang disampaikan tetap sejalan dengan solusi yang ditawarkan.
2.4 Komunikasi
Menurut (Morissan, 2015) Komunikasi adalah kosakata yang biasa digunakan dan sangat akrab bagi manusia. Kata kerja dari Komunikasi adalah communicate (berkomunikasi). Kata Komunikasi sendiri menurut Stephen Littlejohn sebagai kata yang sulit didefinisikan, karena sifatnya yang abstrak dan memiliki banyak arti. Kata komunikasi adalah kata yang sudah sangat sering digunakan baik pada bahasa Indonesia maupun juga Inggris.
Komunikasi adalah sebuah proses dan pengaruh yang mengembangkan serta menjelaskan sebuah tujuan fenomena yang berkaitan dengan proses produksi kehidupan manusia. Komunikasi ini dapat diartikan sebagai bahwa setiap manusia yang berbicara satu sama lain disebut dengan berkomunikasi di mana komunikasi tersebut akan menghasilkan sebuah pembicaraan yang menjelaskan serta mengembangkan sebuah pengaruh antar umat manusia (Kriyantono, 2006, hlm. 11)
15 Frank Dance (seperti di kutip dalam, Morissan, 2015) menemukan tiga hal dasar yang membentuk sebuah dasar teori komunikasi. Tiga hal tersebut disebutkan sebagai critical conceptual differentiation.
1. Dimensi pertama adalah tingkat observasi atau keabstrakan. Definisi ini bersifat luas, di mana komunikasi bersifat sebagai sebuah pengirim pesan. Pesan-pesan yang disampaikan di dalam komunikasi contohnya adalah militer, perintah, dan lain-lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, kurir (Littlejohn
et al., 2017, hlm. 4).
2. Dimensi kedua adalah intensionalitas. Definisi ini bersifat sengaja di mana pesan sengaja dikirimkan dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Adanya definisi yang tidak dengan niat adalah komunikasi yang terjadi ketika manusia merespon sebuah percakapan (Littlejohn et al., 2017, hlm. 4).
3. Dimensi ketiga adalah penilaian atau judgement. Definisi berupa pernyataan sukses, efketif atau akuratnya sebuah informasi yang disampaikan. Dalam hal ini juga dapat didefinisikan sebagai pertukaran komunikasi secara verbal dari suatu pemikiran atau gagasan. Dalam dimensi ini informasi yang disampaikan belum tentu diterima atau dipahami (Littlejohn et al., 2017, hlm. 4).
Menurut Wood (2014) Komunikasi memiliki sejarah yang panjang dan terkenal. Teori komunikasi ada sejak jaman Yunani kuno dimana filsuf seperti Aristoteles dan Plato mengajarkan bagaimana berbicara di depan umum. Komunikasi dibutuhkan sebagai keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan. Komunikasi semakin marak mulai daei 2000
16 tahun yang lalu. Komunikasi telah berkembang seiring berjalannya jaman mulai dari diskusi kelompok, komunikasi keluarga, komunikasi kesehatan, tradisi lisan, komunikasi organisasi, dan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menjadi salah satu komunikasi yang paling populer (hlm. 2).
2.4.1 Masalah Komunikasi
Menurut DeVito (2015) dalam berkomunikasi memang sering ditemui beberapa masalah jika orang yang memulai berkomunikasi tidak menerapkan komunikasi secara baik ataupun orang tersebut belum terlatih untuk berkomunikasi. Berikut beberapa masalah yang ditemui pada saat bekerja terutama hal-hal yang harus diperbaiki pada saat masalah-masalah ini ditemui :
1. Poor Connection (komunikasi yang melemah) :
Sebuah komunikasi yang tidak secara rutin atau dengan kritis akan membuat dukungan dan menimbulkan ketidakpuasan satu sama lain yang dapat menyebabkan hubungan menjadi hancur. Strategi yang diterapkan supaya hal tersebut tidak terjadi adalah tetap berkomunikasi secara rutin dan terus menyuarakan apa yang sedang dipikirkan untuk membuka ekspektasi-ekspektasi yang telah dipikirkan (DeVito, 2015, hlm. 195).
2. Third-Party Relationship (Adanya pihak ketiga) :
Sebuah komunikasi di mana komunikasi yang sedang dilakukan tidak berlangsung dengan baik, dan komunikator lain datang untuk memberikan opini yang secara jelas dan hal ini akan menimbulkan komunikasi satu sama lain merosot serta terancam untuk memilih komunikator ketiga yang datang.
17 Jika hal ini datang sebaiknya memang harus didiskusikan kembali mengenai apa yang sedang dibutuhkan dan menjelaskan apa yang dibutuhkan di dalam hubungan tersebut serta mendengarkan apa yang orang tersebut ingin capai atau ingin dapatkan. Dengan seperti ini dapat menimbulkan komunikasi dengan baik karena ada usaha untuk memperbaiki (DeVito, 2015, hlm. 195).
3. Relationship Changes (Perubahan hubungan yang berpengaruh) :
Masalah komunikasi ini akan muncul ketika salah satu mendapatkan perubahan yang memang membuat hubungan menjadi tidak baik lagi karena mungkin ada hal-hal yang tidak sejalan lagi. Ketika hal ini terjadi yang diperlukan hanyalah berdiskusi kembali perubahan apa yang sudah diubah dan bagaimana saling memperbaiki hubungan jika memang memungkinkan (DeVito, 2015, hlm. 195).
4. Financial Difficulties (Adanya kesulitan keuangan) :
Masalah komunikasi ini dapat muncul secara tiba-tiba maupun juga dapat muncul ditengah atau di akhir dari kerjasama dan jika mengenai financial tidak banyak yang dapat dilakukan karena ini akan menjadi kebijakan dari masing-masing tetapi tetap harus didiskusikan kembali. Jika suatu masalah ini akan terjadi hal yang dilakukan adalah diskusi mengenai masalah dan berusaha mengembalikan lagi kepercayaan dan sikap jika memang diperlukan dan ini harus didiskusikan supaya dapat melanjutkan kerjasama kembali (DeVito, 2015, hlm. 195).
18 Masalah ini akan datang ketika komunikator dan patrner-nya tetap memegang teguh terhadap perbedaan apa yang mereka miliki. Pemikiran yang beda, prinsip yang berbeda dan keyakinan yang berbeda akan rumit untuk mencari jalan keluar hal ini membuat masalah komunikasi semakin jelas yaitu keegoisan kepada masing-masing pribadi. Jika hal ini memang terjadi yang harus dilakukan adalah harus lebih open-minded terhadap pendapat orang lain begitupun sebaliknya dengan lawan bicara harus menerapkan hal ini pula, dan perbedaan jangan mengganggu hubungan menjadi merosot karena perbedaan lah yang membuat pendapat akan menjadi lebih luas lagi (DeVito, 2015, hlm. 195).
Dari kelima masalah yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa memang ada beberapa masalah yang dapat terjadi ketika kita sedang bekerja dengan seseorang tetapi memang lebih baik harus menjaga hubungan satu sama lain. Tidak hanya menjaga hubungan tetapi menjaga attitude di mana setiap orang berkomunikasi dengan lawan bicaranya yang pertama dinilai adalah etika (DeVito, 2015).
2.4.2 Tindakan Berbicara/ Berkomunikasi
Menurut Morissan (2015) ada beberapa hal yang terjadi tanpa sadar ketika melakukan tindakan berbicara atau berkomunikasi kepada orang lain. Salah satu contoh yang diungkapkan adalah ketika ada pernyataan seperti “saya akan membayar kembali uang anda” di mana hal ini akan menimbulkan empat poin penting yang harus diperhatikan.
19 1. Pengucapan tersebut membentuk satu wacana yang dapat pula disebut dengan
“tindakan ucapan”.
2. Ketika telah menyampaikan sebuah kata dapat pula disebut dengan “tindakan pernyataan” atau sesuatu yang dipercaya akan terwujud atau membuat orang lain percaya bahwa kata-kata tersebut akan terwujud.
3. Tindakan yang paling penting yaitu tindakan ilokusioner dimana ini adalah tindakan yang memberikan suatu kepuasaan dari maksud tertentu atau apa yang dibutuhkan.
4. Tindakan perlokusioner dimana tindakan ini akan menghasilkan efek apa terhadap perilaku orang lain.
Ilokusioner dijabarkan menjadi beberapa hal yang penting, yang dapat dilihat sebagai tindakan berbicara yang lebih baik. Scarle mengemukakan lima tipe tindakan ilokuisioner (seperti dikutip dalam Morissan, 2015, hlm. 155) yaitu: 1. Asertif: tindakan seperti menyatakan, menegaskan, menyimpulkan, dan percaya merupakan suatu pernyataan bahwa lawan bicara membenarkan atas kebenaran yang telah dilakukan berdasarkan tindakan yang sudah disebutkan (Morissan, 2015, hlm. 155).
2. Direktif: tindakan ilokuisioner seperti perintah, permintaan, doa dan undangan yang mendorong lawan bicara melakukannya (Morissan, 2015, hlm. 155). 3. Komisif: sebuah perilaku yang didesak supaya lawan bicara dapat melakukan
hal yang berpengaruh di masa mendatang, seperti berjanji, membuat kontrak serta menjamin (Morissan, 2015, hlm. 155).
20 4. Ekspresif: perilaku yang dilakukan untuk memberikan rasa dalam kondisi psikologis lawan bicara seperti memberikan salam selamat, meminta maaf, menghibur serta menyambut (Morissan, 2015, hlm. 155).
5. Deklaratif: tindakan seperti menunjuk, menikahi, menembak, dan mengundurkan diri (Morissan, 2015, hlm. 155).
Teori tindakan membuat para pembaca menjadi fokus atau perhatian dengan
elemen-elemen suatu pesan yang membentuk pada tindakan bicara tertentu. Pada teori ini memang di rangkai supaya bagaimana maksud yang ingin kita sampaikan tersampaikan dengan baik atau dipahami dengan baik. Pada teori ini kita dapat paham bagaimana komunikator memberikan makna pada setiap kata yang digunakan atau setiap kata yang dikomunikasikan (Morissan, 2015, hlm. 155-156).
2.4.3 Strategi Komunikasi
Pada Buku Teori Komunikasi Invididu Hingga Massa, strategi komunikasi dibangun berdasarkan komunikator yang menyampaikan suatu tujuan yang ingin disampaikan. Strategi komunikasi dibagi menjadi beberapa teori yang membentuk supaya komunikasi yang dilakukan lancar dan terstruktur (Morissan, 2015).
Teori mendapatkan kepatuhan adalah upaya bagaimana orang lain dapat mematuhi apa yang kita inginkan untuk mencapai tujuan komunikasi dan juga paling sering digunakan. Untuk mendapat kepatuhan upaya yang dilakukan adalah orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan dengan menyampaikan komunikasi-komunikasi yang harusnya disampaikan (Morissan, 2015, hlm.161).
21 Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran, di mana kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan (seperti dikutip dalam Morissan, 2015, hlm. 163).
Menurut Morissan (2015) Terdapat lima strategi umum atau kelompok taktik yang disusun sebagai prinsip dari kepatuhan secara lebih ringkas.
1. Pemberian penghargaan (termasuk di dalamnya memberikan janji). 2. Hukuman (termasuk mengancam).
3. Keahlian (menunjukkan pengetahuan terhadap penghargaan). 4. Komitmen impersonal (misalnya daya tarik moral).
5. Komitmen personal (misalnya utang).
Ada beberapa cara untuk mendapatkan kepatuhan supaya orang yang diajak berkomunikasi mengerrti yaitu dengan memahami berdasarkan jenis kekuasaan yang sedang dikuasai. Wheeles mengemukakan tiga tipe umum kekuasaan (seperti dikutip dalam Morissan, 2015, hlm. 163-164):
1. Kekuasaan dalam hal kemampuan dimana hal ini dilakukan untuk memanipulasi sebuah konsekuensi yang didapat seperti orang tua memberikan hadiah kepada anaknya jika anaknya mendapatkan nilai rapor yang bagus. 2. Kekuasaan menentukan sebuah posisi hubungan seseorang dengan orang lain. 3. Kekuasaan atau kemampuan untuk menentukan nilai kewajiban atau
keduanya.
Teori konstruktivisme dibangun berdasarkan dari konstruksi pribadi atau konstruksi personal. Konstruksi personal adalah konstruksi yang mengetahui seluk beluk atau latar belakang sosial yang diperhatikan melalui interaksi satau
22 sama lain. Konstruksi pribadi antara individu dianggap penting. Dengan konstruksi pribadi ini kita dapat mengetahui serta dapat memahami lawan bicara. Setiap pribadi orang pasti memiliki tingkat perbedaan dalam memahami setiap orang (Morissan, 2015, hlm 167-169).
Konstruktivisme adalah sebuah teori dalam memilih strategi. Sebelum melakukan pemilihan pada strategi yang dilakukan adalah riset. Setelah riset ditemukan akan di bagi menjadi kebeberapa kategori strategi yang telah diatur. Strategi diatur untuk membentuk sebuah latar belakang yang baik. Konstruktivisme dianggap sangat penting (Morissan, 2015).
Teori Konstruktivisme menunjukkan bahwa orang sering mencoba untuk mencapai lebih dari satu tujuan pada satu tindakan. Kesopanan menjadi salah satu tindakan untuk melindungi muka atau wajah orang lain yang sering kali menjadi satu tujuan yang ingin dicapai (Morissan, 2015, hlm.170).
Teori Strategi Kesopanan adalah sebuah teori dimana sebuah sikap sifat akan dinilai dari sini. Maksud serta tujuan yang ingin dicapai dinilai dengan teori kesopanan juga. Setiap wilayah mempunyai derajatnya sendiri sendiri atau kodratnya tersendiri mengenai yang dimaksud dengan kesopanan. Ada beberapa konsep yang diterapkan oleh Brown dan Levinson mengenai kesopanan (seperti dikutip dalam Morissan, 2015, hlm. 171):
1. Wajah positif: untuk menunjukkan keinginan untuk dihargai, disetujui, disukai, maupun juga dihormati. Beberapa contoh kesopanan positif adalah memberikan pujian dan perhatian.
23 2. Wajah Negatif untuk menunjukkan keinginan untuk bebas dari permintaan
bantuan orang lain atau intervensi orang lain, dan kesopanan negatif.
Kesopanan menjadi lebih penting ketika harus mengancam wajah orang lain atau dapat pula disebut dengan face-threatening acts (FTA). FTA biasanya akan muncul ketika kita melakukan sesuatu dan gagal atau tidak berhasil namun harus segera ditangani dengan hati-hati supaya tidak timbul masalah yang berlebih. (Morissan, 2015, hlm. 171). Ada beberapa cara untuk menanggulangi jika terjadinya FTA ini. Contohnya adalah ketika nantinya Anda ingin ke ruangan dosen untuk meminta memperbaiki nilai ujian Anda tetapi terkesan tidak baik atau tidak menghargai karena dosen telah memasukkan nilai atau memberikan nilai tidak pantas jika diubah-ubah. Jika hal ini terjadi ada empat cara yaitu (Morissan, 2015). :
1. Pertama, menyampaikan FTA dengan apa adanya tanpa basa basi atau langsung berterus terang mengenai apa yang ingin disampaikan.
2. Kedua, menyampaikan FTA dengan cara menggabungkan permintaan dengan kesopanan positif, biasanya akan digabung dengan suatau pujian supaya terkesan lebih positif.
3. Ketiga, menyampaikan FTA dengan cara menggabungkan kesopanan negarif seperti dengan mengakui sebuah kesalahan seperti menganggu waktu atau meminta maaf dengan permintaan yang telah diinginkan.
4. Keempat, membuat sebuah tindakan yang lebih kompleks seperti menggunakan FTA tetapi juga seperti tidak menggunakan FTA, Kalimat ini
24 dilontarkan seperti kata kata kode atau isyarat yang berharap bahwa lawan bicara yang sedang diajak mengobrol mengerti akan apa yang sedang dimaksud.
2.4.4 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dibutuhkan manusia untuk berkomunikasi dengan satu orang maupun lebih. Komunikasi interpersonal juga dapat dilibatkan sebagai komunikasi keseharian di mana dapat membangun keakraban satu sama lain yang dapat diterapkan oleh account executive. Sebagai komunikator yang baik kita harus memiliki wawasan yang luas, sertas tegas dan mayakinkan. Untuk mendapatkan keberhasilan kepercayaan klien dalam berkomunikasi harus menunjukkan kelemahan apa saja yang ada pada klien dan memperbaiki kelemahan tersebut (Wood, 2013, hlm. 12).
Hubungan interpersonal ditegaskan sangat berpengaruh dengan bagaimana kelanjutan yang ada atau seberapa baik komunikasi tersebut disampaikan. Menurut Schutz Ada tiga kebutuhan dasar yang harus diketahui.
1. Afeksi: sebuah harapan untuk dapat memberikan serta mendapatkan kasih sayang (Seperti dikutip dalam Wood, 2013, hlm.12).
2. Inklusif: sebuah harapan untuk menjadi salah satu dari kelompok sosial tertentu (Seperti dikutip dalam Wood, 2013, hlm.12).
3. Kontrol: sebuah situasi yang menginginkan satu kejadian yang dapat membuat orang terpengaruh (Seperti dikutip dalam Wood, 2013, hlm.13).
25 Sebuah komunikasi Interpersonal secara profesional pasti melibatkan masalah etika di mana sikap akan dinilai ketika berbicara dengan seseorang. Penilaian dapat dilakukan dengan unsur dimana saja mulai dari gaya bahasa yang digunakan, bahasa tubuh dan sebagainya. Maka sebab itu Jonnanessen (Seperti dikutip dalam Wood, 2013, hlm. 31) mengatakan bahwa komunikasi yang beretika terjadi ketika ada orang yang dapat membuat suatu hubungan baik serta menunjukkan sikap empati. Masalah etika muncul ketika kita berinteraksi dengan orang lain, dan sebagai orang yang profesional ketika berkomunikasi harus menjaga etika dengan baik.
Komunikasi interpersonal memang biasanya melibatkan situasi secara pribadi seperti tatap muka dan sebagainya. Komunikasi Interpersonal juga tidak menutup kemungkinan terjadi dengan komunikasi yang terjadi dengan kelompok. Komunikasi Interpersonal dapat digunakan di kedua situasi tersebut dari Komunikasi yang dilakukan antara individu dan individu tetapi juga komunikasi kelompok (Morissan, 2015, hlm.15).
Menurut DeVito (2013) hubungan interpersonal sangat penting untuk pria maupun wanita, untuk muda maupun juga tua. Cara yang baik untuk memulai sebuah hubungan interpersonal adalah dengan memeriksa hubungan pada diri sendiri terlebih dahulu. Hubungan interpersonal terbentuk pada sebuah tahap atau pendekatan dari awal berbicara hingga menjadi akrab. Pada hubungan interpersonal banyak komunikasi yang akan terbentuk hal ini muncul karena dari pemikiran lawan bicara. Hal seperti ini akan terjadi di sebagian besar hubungan yang sedang berlaku terutama hubungan interpersonal antar manusia. Terdapat
26 enam tahapan untuk melihat bagaimana kebanyakan hubungan interpersonal berlangsung (hlm. 231).
1. Contact : pada tahapan ini dapat disebut dengan tahap perkenalan di mana terdapat semacam kontak seperti melihat, mendengar, membaca, melihat foto atau video atau mungkin juga mencium bau orang. Dari hal tersebut Anda membentuk sebuah gambaran mental, fisik, jenis kelamin, perkiraan usia, tinggi badan, dan sebagainya. Setelah munculnya sebuah persepsi tersebut biasanya adanya interaksi dengan lawan bicara, interaksi yang terjadi biasanya sekedar bertukar informasi seperti menanyakan nama atau memperkenalkan diri. Hal ini disebut dengan tahap kontak pada kesan pertama dan pada tahap ini juga biasanya orang akan memutuskan apakah melanjutkan hubungan atau tidak (DeVito, 2013, hlm. 231).
2. Involvement : pada tahapan ini lebih kepada bagaimana Anda mengembangkan hubungan anda dengan lawan bicara supaya lawan bicara semakin tertarik dengan Anda. Pada fase ini anda mulai membuka diri atau lebih santai dalam menanggapi sehingga lawan bicara pun juga bisa lebih terbuka. (DeVito, 2013, hlm. 232).
3. Intimacy : pada tahapan ini interaksi yang terjadi semakin intim atau semakin mendalam, hubungan yang dihasilkan semakin terbentuk baik kuantitas maupun kualitas pada pertukatan interpersonal semakin meningkat. Pada tahap ini masuk kepada fase dimana lawan bicara maupun yang berbicara berkomitmen untuk semakin dekat atau menjalin hubungan. Fase interpersonal
27 ini juga mulai terbentuk satu sama lain ketika dua orang dapat berkomitmen untuk mulai memperlihatkan hubungan kedepan publik (DeVito, 2013, hlm. 233).
4. Deterioration : tahap ini adalah tahap kerusakan hubungan di mana ditandai dengan melemahnya ikatan antara satu sama lain. Biasanya hal ini terjadi karena ada ketidakpuasan satu sama lain yang menimbulkan sebuah jarak. Pada fase ini akan lebih canggung dan lebih sedikit pengungkapan serta kontak pada satu sama lain. Penurunan yang terjadi lainnya juga adalah tidak adanya jalan keluar yang dapat dicari sehingga penurunan frekuensi semakin memburuk (DeVito, 2013, hlm. 233-234).
5. Repair : pada tahap ini adalah perbaikan hubungan yang dilakukan satu sama lain. Perbaikan pertama biasanya adalah menganalisis apa yang salah dan mempertimbangkan cara untuk memecah kesulitan hubungan tersebut. Mendiskusikan sebuah solusi harus didiskusikan secara interpersonal mulai dari membicarakan masalah yang timbul, perubahan apa yang di dapat dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hubungan tersebut. Fase ini dapat juga disebut dengan tahap negosiasi atau kesepakatan baru maupun juga perilaku baru (DeVito, 2013, hlm. 234).
6. Dissolution : pada tahap ini adalah tahap pemutusan hubungan. Fase ini adalah fase dimana pada tahap sebelumnya tidak bisa ditemukan jalan keluarnya. Pada tahap ini biasanya mitra atau sebuah perusahaan akan mulai memandang
28 diri mereka sendiri sebagai individu. Mereka yang telah masuk ke fase ini akan membangun kehidupan baru dan berbeda (DeVito, 2013, hlm. 234).
Komunikasi interpersonal semakin populer dan paling disiplin dalam teori komunikasi. Seseorang belajar berinteraksi secara efektif sehari-hari dengan menggunakan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menunjukkan kedekatan antar individu atau pada hubungan pribadi, sosial, maupun profesional. Komunikasi Interpersonal sangat penting karena berkaitan dengan perilaku manusia. Maka dari itu komunikasi interpersonal berkontribusi pada bidang seperti psikologi, bisnis, sosiologi, antropologi, dan konseling. Keseluruhan aktivitas interaksi manusia yang ditemui adalah komunikasi interpersonal (Wood, 2014, hlm. 2).
2.5 Tipe-tipe Klien
Client / klien adalah manajer tingkat menengah dan atas untuk setiap account
executive, copy writer, art director & creative director. Klien yang biasanya
datang pada advertising agency dibagi menjadi dua tipe. Pertama adalah mereka pebisnis baru yang sedang mencari media komunikasi, dan kedua adalah mereka datang dengan sebuah masalah komunikasi yang mereka harapkan adalah dapat diselesaikan dengan melalui penggunaan video atau jenis-jenis iklan lainnya.
Client adalah orang yang berperan penting dalam berlangsungnya perusahaan advertising agency (DiZazzo, 2015, hlm. 12).
Klien terdiri dari berbagai tipe serta kepribadian yang berbeda. Ada tipe klien yang membantu, kooperatif, dan bersyukur. Tetapi ada juga klien yang
29 menuntut dan sebagainya. Berikut adalah beberapa tipe klien yang sering ditemui (DiZazzo, 2015, hlm. 12 & 13):
1. Busybodies : klien tipe ini dapat disebutkan sebagai klien yang sibuk. Biasanya klien ini akan susah mencari waktu luang untuk hanya sekedar
meeting bersama. Klien ini biasanya tidak menyadari bahwa segala tindakan
yang dilakukan agency harus dengan persetujuan klien sehingga projek bisa berjalan. Hal ini membuat agency kesulitan untuk mendapatkan informasi apa yang sebenarnya diinginkan oleh klien sehingga masuk kepada kebutuhan yang diinginkan (DiZazzo, 2015, hlm. 12).
2. Instant decision makers : klien tipe ini biasanya cepat dalam mengambil keputusan. Klien ini biasanya akan menyetujui apa yang agency akan katakan. Dalam hal ini biasanya dapat menimbulkan kesalahpahaman antara satu sama lain karena cepatnya keputusan yang diambil. Account executive harus bisa mempertimbangkan keduanya antara agency dengan client sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman antara keduanya (DiZazzo, 2015, hlm. 12). 3. Yessirees : klien tipe ini adalah klien yang selalu menyetujui dengan apa yang
sedang dibuat oleh pihak agency. Ide-ide yang dilontarkan atau diusulkan biasanya akan langsung disetujui dengan mudahnya. Pada tipe klien ini biasanya mereka tidak tau apa yang mereka ingin buat sehingga pengembangan ide dari pihak agency akan menjadi jalan keluar bagi klien. Tetapi hal ini tetap harus sejalan dengan apa yang dibutuhkan dari klien atau perusahaan (DiZazzo, 2015, hlm. 12 & 13).
30 4. Committee heads : klien tipe ini biasanya adalah klien yang mewakili sebuah perusahaan besar, dimana perusahaan tersebut memiliki kepentingan yang besar. Biasanya segala keputusan harus menunggu klien terlebih dahulu hingga disetujui oleh pihak perusahaan besar tersebut. Situasi ini adalah situasi yang bermasalah karena menghambat jalannya projek dan tidak efektif. Biasanya hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antara pihak klien atau perusahaan besar dengan pihak agency. Klien tipe seperti ini biasanya akan selalu dihindari olehh pihak agency atau diberikan masukan supaya kinerja dapat berubah menjadi efektif (DiZazzo, 2015, hlm. 13).
5. Plain old perfect clients : klien tipe ini adalah klien yang sempurna dan sangat nyaman jika diajak bekerja sama. Klien ini memiliki tujuan dan arahan yang baik bagaimana projek yang dijalankan, mereka juga menerima segala masukan yang ada. Mereka akan mempercayakan keputusan tim kreatif, sehingga nantinya akan banyak masukan yang membentuk projek semakin sempurna (DiZazzo, 2015, hlm. 13).
2.6 Cara Menghadapi Klien
Menurut Wood (2013) dalam berkomunikasi tidak ada satu jenis komunikasi yang baik digunakan untuk segala situasi. Setiap situasi yang ada pasti memiliki jenis komunikasi yang sesuai dan yang terbaik untuk menciptakan komunikasi yang sesuai. Bagaimana dapat merespon pada sebuah situasi adalah yang pertama harus melihat kondisi dari situasi tersebut, dan yang kedua adalah menentukan bahasa atau komunikasi yang baik seperti apa supaya tidak menimbulkan
31 ketidaknyamanan dengan lawan bicara. Keberhasilan untuk mencapai sebuah tujuan dalam berkomunikasi sangat diperlukan perilaku dengan tepat serta sesuai, seperti beberapa contoh berikut :
1. Berada di dalam situasi di mana teman sedang bersedih, dengan situasi seperti ini yang harus dilakukan adalah berkomunikasi dengan nada yang lembut tidak kasar serta menempatkan rasa empati supaya menimbulkan rasa nyaman (Wood, 2013, hlm. 35).
2. Berada di dalam situasi bernegosiasi dengan salah satu perusahaan ataupun berusaha meyakinkan argumentasi, dengan situasi seperti ini yang harus dilakukan adalah berkomunikasi dengan nada yang tegas dan meyakinkan tidak secara lembut supaya menunjukkan bahwa apa yang sedang dikatakan sangat meyakinkan dan menunjukkan bahwa gagasan lawan bicara lemah serta menunjukkan menolak kompromi yang telah ditawarkan. (Wood, 2013, hlm. 35).
Kedua hal di atas menyimpulkan bahwa memang berkomunikasi membutuhkan penempatan mood dengan baik dengan melihat situasi serta kondisi, supaya tidak menimbulkan kesan yang tidak baik dengan lawan bicara. Sebuah komunikasi yang baik akan menimbulkan kemungkinan kerjasama yang baik untuk ke depannya (Wood, 2013).
Menurut untuk menghadapi klien banyak tahapan yang harus dilakukan, yaitu ada lima tahapan yang digunakan untuk menghadapi klien. Ada lima nasihat yang dapat digunakan dalam menghadapi klien (Solomon, 2016, hlm. 233):
32 1. Show up : pada tahapan ini yang harus dilakukan adalah menemui klien meskipun klien terletak jauh. Pada tahapan ini berkenalan dengan klien secara langsung adalah hal yang paling tepat. Komunikasi secara langsung akan memberikan sebuah informasi yang tidak akan didapatkan jika hanya melalui email maupun juga melalui telepon. Temui klien adalah kata yang paling tepat untuk tahapan ini sehingga first impression yang ditimbulkan pun juga akan berdampak baik ke depannya (Solomon, 2016, hlm 234 & 235).
2. Follow up : jika muncul di hadapan klien adalah hal yang penting begitu pun juga dengan menindaklanjuti. Menindaklanjuti akan membawa kesuksesan pada hubungan dengan klien. Sebagai pihak agency atau jembatan antara klien
follow up dapat dilakukan dengan segala jenis komunikasi seperti email,
maupun telepon, fast respond juga harus diterapkan supaya klien tidak menunggu. Memeriksa berbagai komunikasi seperti email dan sebagainya di pagi hari sebelum beraktivitas adalah hal yang penting, dan memberikan kabar jika memang ada sesuatu yang terdesak dan mengakibatkan membalas pesan sedikit lebih lama seperti sedang di pesawat. Follow up adalah bagian yang penting membuat jadwal untuk memberikan kabar maupun juga hanya sekedar memberikan perkembangan kepada klien adalah sesuatu yang penting. Hal ini dapat menghindari sebuah permasalahan. Jika memang benar adanya sebuah permasalahan menindaklanjuti adalah keputusan yang tepat supaya mengerti dan paham serta dapat menemukan jalan keluar yang terbaik (Solomon, 2016, hlm. 235 & 236).
33 3. Speak up : pada tahapan ini adalah cara yang tepat untuk berkomunikasi, secara lisan atau tertulis, dalam kelompok besar dan kecil maupun juga dalam suasana formal maupun informal. Supaya klien dapat mendengarkan apa yang dibicarakan yang harus dilakukan adalah berbicara secara efektif dan percaya diri. Pada tahapan ini biasanya masuk ke persetujuan antara dua pihak. Ada tiga tahap di mana membantu tahap speak up menjadi mudah (Solomon, 2016, hlm. 236-239) :
a. Begin at the end : mulai dari pembicaraan terakhir, hal ini dilakukan untuk melanjutkan pembicaraan sebelumnya. Biasanya pada pembicaraan ini berupa permintaan proposal di mana dimnita untuk masuk ke tahap selanjutnya. Pada saat berbicara capailah satu tujuan yang ingin digapai, misalnya permintaan proposal (Solomon, 2016, hlm. 238-239).
b. Know the three things you want to communicate : pada saat berbicara dengan klien ketahuilah banyak sekali pertanyaan atau hal yang ingin anda sampaikan akan menjadi tidak efektif. Persingkat daftar menjadi tiga bagian besar dalam hal ini akan menjadi lebih efektif (Solomon, 2016, hlm. 239).
c. Rehearse, then rehearse again : berbicara di depan umum akan terlihat tidak efektif jika tidak dilatih sebelumnya. Semakin banyak berlatih berkomunikasi dengan baik penyampaian yang disampaikan akan semakin percaya diri dan komunikatif. Berkomunikasi adalah sebuah tanggung jawab seorang account executive yang tentunya sudah
34 terlatih, semakin sering berlatih akan semakin terlihat telah terlatih dengan baik. Secara sederhana jika komunikasi yang ingin disampaikan terdengar jelas maka berlatihlah dalam berkomunikasi sehingga nantinya akan terdengar menjadi hebat dalam berkomunikasi (Solomon, 2016, hlm. 239).
4. Make it up : Ketika telah mendapatkan persetujuan dari klien eksplorasi lebih jauh adalah tujuan yang utama pada tahap ini. Mencari solusi maupun inspirasi sangat dibutuhkan untuk membuat projek maupun karya semakin elok. Adanya lima teknik yang dapat membantu menjadi lebih kreatif yaitu (Solomon, 2016, hlm. 239):
a. The importance of simple : pentingnya sebuah kesederhanaan di mana dalam arti tidak melebih-lebihkan (Solomon, 2016, hlm. 239).
b. The value of perfectly question : mencari nilai yang sempurna dari apa yang sudah disampaikan oleh klien (Solomon, 2016, hlm. 239).
c. The power of observation : observasi terus dan menerus supaya menemukan hasil yang terbaik (Solomon, 2016, hlm. 239).
d. The need to master your craft : berlatih dan berlatih supaya kemampuan tetap terasah dan semakin menjadi profesional hal ini akan semakin membuat karya lebih baik (Solomon, 2016, hlm. 240). e. Being open to serendipity : pada pembuatan karya atau projek pasti
banyak hal yang muncul. Tetap terbuka pada sebuah kebetulan atau hal-hal yang tidak terduga selama hal tersebut masih baik untuk karya dan untuk klien (Solomon, 2016, hlm. 240).
35 5. Never give up : Advertising agency biasanya memiliki tingkat kegagalan tinggi. Hal ini biasanya dikarenakan kekacauan maupun ketidakpastian yang mereka ciptakan sendiri. Mayoritas akan berpikiran kehilangannya seorang klien adalah karena ketidakpuasan klien atau kurangnya ide, tetapi kemungkinan besar juga klien yang menjadi frustasi karena adanya masalah dengan agency seperti jadwal yang salah, anggaran yang salah, panggilan maupun email tidak segera dibalas, komunikasi yang tidak jelas dan sebagainya. Orang-orang layanan klien yang hebat adalah orang yang tidak mungkin membiarkan hal-hal tersebut terjadi dan tetap mengikuti setiap tugasnya dengan benar. Menangani klien dengan baik tidak membeda-bedakan setiap orang, mulai orang baik atau tidak baik maupun juga tugas mudah atau sulit. Setiap orang harus bekerja seolah mempusatkan segala perhatian pada klien, semua klien harus dibuat seolah-olah mereka adalah satu-satunya klien. Tidak pernah menyerah adalah kata yang harus digunakan dalam menghadapi seorang klien (Solomon, 2016, hlm. 240-241).
2.7 Hal -hal yang Diperhatikan pada Saat Meeting
Rapat atau meeting adalah pokok bisnis atau pertemuan yang sangat penting. Dengan adanya rapat periklanan dan pemasaran akan lebih terarah jika berkolaborasi bersama. Ada lima tahap yang harus diperhatikan pada saat meeting berlangsung (Solomon, 2016, hlm. 66)
1. Start on time; end on time : usahakan datang lebih awal dan mulai rapat tepat waktu. Dengan memulai rapat tepat waktu klien akan lebih merasa dihargai dan terkesan lebihh profesional. Usahakan juga mengundang orang yang
36 penting saja ke rapat karena dengan begitu rapat berlangsung lebih efektif. Setelah melakukan rapat tepat waktu usahakan kembali untuk menyelesaikan rapat tepat waktu karena klien biasanya tidak hanya memiliki jadwal rapat dengan satu pihak agency melainkan banyak janji rapat yang akan klien hadiri dengan diselesaikan tepat waktu klien pasti akan merasa dihargai.
2. Create an agenda in advance : buatlah agenda yang baik supaya mengerti apakah meeting yang dilaksanakan benar-benar dibutuhkan atau tidak. Jika memang percakapan klien tidak perlu datang meeting yang kemungkinan besar hasilnya tidak banyak. Sebaiknya hubungi melalui email atau panggilan telepon saja. Agenda akan membantu supaya planning tetap terjaga dan memberikan fokus pada jalur. Sehingga jika memang rapat harus terjadi agenda dapat mencatat hal-hal apa saja yang perlu didiskusikan secara langsung.
3. Come to the table prepared : seseorang yang mengadakan meeting harus memiliki persiapan yang baik dengan begitu pembicaraan akan terarah. Pada beberapa kasus ada pertemuan yang memang tidak terduga karena ada beberapa klien yang memang selalu berbicara. Pada kasus tersebut dibutuhkan bagaimana cara mempersingkat pembicaraan supaya tidak bertele-tele sehingga hasil meeting dapat lebih jelas. Hal ini yang menjadi alasan mengapa harus datang ke meeting dengan persiapan yang baik.
4. Guide the discussion : pada tahap ini tujuannya adalah supaya semua orang yang menghadiri meeting tetap pada jalurnya. Hal ini akan menjadi lebih efisien jika memang ada yang memandu berjalannya diskusi sehingga
37 partisipasi dari klien juga lebih aktif atau lebih berkontribusi. Di setiap
meeting harus memiliki akhir yang jelas di mana dapat merangkum keputusan
apa yang diambil dan langkah apa selanjutnya yang harus diambil.
5. Follow up : pada beberapa kasus meeting ada klien yang mengalami kehilangan ingatan dimana klien lupa apa yang sudah dibahas sebelumnya. Hal ini yang mengharuskan untuk kembali mengulas apa yang telah dibahas di
meeting sebelumnya. Dengan adanya follow up klien dapat mengingat kembali
dengan baik apa yang telah dibahas. Jika hal ini memang diterapkan akan memungkinkan minimnya perselisihan dengan klien. Jika memang adanya perselisihan muncul dalam proses ini akan ditunjukkan laporan rapat maupun catatan pertemuan yang dapat menunjukkan data-data siapa saja yang menyetujui hal tersebut.
2.8 Minutes of Meeting
Minutes of meeting adalah catatan mengenai apa yang sudah didiskusikan. Catatan
ini adalah sebuah catatan rapat yang harus diingat dan dikerjakan dengan cepat. Jika tidak dikerjakan dengan cepat kemungkinan besar tidak akan tercatat dengan baik dan benar. Ingatan manusia semakin lama akan semakin memudar sehingga sebaiknya dilakukan mencatat dengan cepat lebih baik jika hanya sehari sehingga notulen atau catatan akan lebih jelas (Gutmann, 2016 hlm. 83).
Menurut Gutmann (2016) ini adalah beberapa tahapan dalam menulis
38 1. First draft of minutes : draft pertama berupa rangkuman pertemuan yang
dibuat satu hari setelah meeting
2. Chairperson’s approved : pemeriksaan yang dilakukan pemimpin perusahaan, tanpa mengubah data yang tertulis.
3. Minutes dispatched : menyebarkan meeting kepada seluruh anggota yang hadir maupun tidak.
4. Routine administration : pengumpulan dana untuk memenuhi kebutuhan rapat 5. Deadline for agenda items : mengumpulkan agenda meeting untuk ditujukan
kepada pihak selanjutnya
6. Draft agenda : menyusun agenda dan disampaikan kepada pemimpin untuk disetujui.
7. Agenda dispatched : agenda yang telah disetujui disebarkan kepada anggota. 8. Briefing : pertemuan account executive untuk membahas hal-hal pada meeting
sebelumnya dengan pihak yang bersangkutan.
9. The meeting : pertemuan yang sudah ditetapkan di agenda.
2.9 Tahap Pelaksanaan Kerjasama Produksi
Menurut Fitriyanti (2016) pelaksanaan untuk membuat sebuah corporate video dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama adalah premilinary plan dimana ini dilakukan untuk meriset. Kedua adalah tahap pra produksi dimana ini dilakukan untuk persiapan shooting dan sebagainya seperti casting. Ketiga adalah produksi dimana ini adalah tahap shooting dan pembuatan corporate video. Keempat
39 adalah yang terakhir yaitu pasca produksi dimana ini adalah tahap untuk penyebaran.
Menurut Nurfebiaraning (2017) pelaksanaan marketing untuk memikat para audiens dibagi menjadi dua hal.
1. Konten yang dibuat harus memperkenalkan perusahaan atau bisnis produk yang sedang dilaksanakan, dengan memasukkan adanya penjelasan jasa perusahaan tersebut.
2. Adanya konten mendorong untuk konsumen membeli maupun menggunakan produk maupun jasa tersebut.
Dua hal tersebut yang disebut dengan strategi marketing pada tahap pelaksanaan pembuatan corporate video (Nurfebiaraning, 2017).
2.9.1 Premilinary Plan
Fitriyanti (2016) mengatakan preliminary plan dibagi menjadi lima bagian, yaitu riset, analisis kebutuhan, menetapkan tujuan, konsep berkarya, dan strategi perancangan.
1. Riset: riset yang dimaksud adalah mencari data yang tepat terlebih dahulu seperti observasi, wawancara, maupun juga dokumenter.
2. Analisis kebutuhan: analisis berdasarkan SWOT (Strength. Weakness.
Opportunity. Threat).
3. Menetapkan tujuan: makna dari perusahaan yang akan digunakan sebagai
company profile or video or corporate video.
40 5. Strategi perancangan: merancang strategi pemasaran seperti apa yang cocok
supaya dapat lebih dikenal lagi.
Menurut Morrisan (2010) pemasaran yang ada pada tahap premilinary
plan adalah bagian pemasaran yang ada pada kegiatan-kegiatan di atas atau dapat
disebutkan pula dengan riset pemasaran, kebutuhan maupun penentuan harga, dan perencanaan produk.
2.9.2 Pra Produksi
Fitriyanti (2016) mengatakan bahwa proses pra produksi dibagi menjadi tiga bagian penting supaya dapat terbentuk visual yang diinginkan.
1. Mengadakan pemotretan (jika dibutuhkan) untuk foto produk yang mungkin nantinya akan digunakan didalam company profile maupun company video. 2. Seleksi foto dan editing foto (yang telah dilakukan selama pemotretan).
3. Casting dan penentuan crew (untuk shooting).
2.9.3 Produksi
Fitriyanti (2016) mengatakan bahwa proses produksi tidak jauh berbeda dengan proses produksi film pada umumnya. Proses produksi dibagi menjadi empat bagian.
1. Shooting.
2. Editing (hasil dari shooting, audio dan video).
3. Mastering (design grafis, jika memang ada foto selama pemotretan yang (harus di-edit kembali atau difinalisasi).
41 4. Final act (print, jika memang ada yang di-print).
2.9.4 Pasca Produksi
Menurut Fitriyanti (2016) proses paca produksi dibagi menjadi tiga bagian untuk membuat sebuah produk maupun jasa semakin dikenal oleh masyarakat.
1. Persiapan pameran / exhibition (jika memang ada). 2. Pameran.
3. Penyebaran media promosi (TV jika ada TV commercial dan sebagainya).
2.10 Budgeting
Menurut Zoebazary 2013 budget merupakan biaya atau pengeluatan produksi yang telah ditentukan produser. Budget dirancang secara matang oleh produser. Hal-hal yang masuk ke dalam budget adalah seperti sewa alat, properti, dan biaya lain yang bersangkutan dengan produksi.
Menurut Dean, 2003 ketika memiliki tanggung jawab sebagai producer
budgeting adalah salah satu hal yang penting. Budget dibuat supaya uang yang
digunakan akan teratur alurnya. Budgeting juga adalah hal sangat diperlukan untuk melihat bagaimana film atau project yang sedang dibuat dapat berjalan. Setiap uang yang dikeluarkan akan selalu membutuhkan invoice sebagai bukti.