• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MI AL-KHOERIYAH MANONJAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MI AL-KHOERIYAH MANONJAYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 39 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MI

AL-KHOERIYAH MANONJAYA Leli Nurlayali

Madrasah Ibtidaiyah Al-Khoeriyah Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia

elnoer70@gmail.com ABSTRAK

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan setiap siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang ada di sekolah yang diperoleh dari hasil tes. Faktanya, hasil belajar siswa di Kelas V MI Al-Khoeriyah belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa adalah model Problem Based Learning. Penerapan Problem

Based Learning pada pembelajaran kalor diharapkan dapat menciptakan hasil

belajar yang bermutu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, dan keberhasilan dari penerapan PBL pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya. Subyek penelitian yaitu 9 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki di kelas V MI Al-Khoeriyah Manonjaya. Data diperoleh melalui instrumen observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa proses perencanaan, pelaksanaan, dan keberhasilan penerapan model pembelajaran PBL pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan langkah yang ditetapkan menjadi tiga siklus. Nilai rata- rata siswa yang semula 55,7 naik menjadi 59,09 pada siklus I, 75 pada siklus II, dan 85 pada siklus III.

Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar

ABSTRACT

Learning outcomes are the level of success of each student in studying a subject matter in school obtained from the test results. In fact, students’ learning outcomes in Class V MI Al-Khoeriyah have not reached the minimum completeness criteria. One of the learning models that can improve students' understanding and learning outcomes is the Problem Based Learning. The application of Problem Based Learning learning is expected to create quality learning outcomes. This study uses a classroom action research method that aims to determine the planning, implementation, and success of the application of PBL in heat learning to improve student learning outcomes at MI Al-Khoeriyah Manonjaya. The subjects were 9 female students and 11 male students in class V MI Al-Khoeriyah Manonjaya. Data were obtained through observation and interview instruments. Based on the results of the study, it was found that the process of planning, implementing, and successfully implementing the PBL learning model in learning to improve student learning outcomes was in accordance with the steps set into three cycles. The students'

(2)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 40 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

average score, which was originally 55.7, increased to 59.09 in the first cycle, 75 in the second cycle, and 85 in the third cycle.

Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes PENDAHULUAN

Hasil belajar siswa dalam tema 6 (Panas dan Perpindahannya) di Kelas V MI Al-Khoeriyah Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal tersebut disebabkan metode pembelajaran yang kurang tepat, sehingga berdampak pada kurangnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada laporan kinerja pada Bulan September tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa melalui Problem Based Learning pada pembelajaran kalor.

Rumusan masalah penelitian yaitu: 1) Bagaimana merencanakan penerapan model pembelajaran problem bassed learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya? 2) Bagaimana proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran problem bassed learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya? 3) Sejauh mana keberhasilan penerapan model pembelajaran problem

bassed learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa

MI Al-Khoeriyah Manonjaya?

Penelitian ini ditujukan untuk: 1) Mengetahui proses perencanaan penerapan model pembelajaran problem bassed learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya; 2) Mengetahui proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran problem bassed

learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI

Al-Khoeriyah Manonjaya; dan 3) Mengetahui keberhasilan penerapan model pembelajaran problem bassed learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru kelas V dalam menambah wawasan mengenai penerapan problem based learning dan mengembangkan fungsi lembaga, khususnya MI Al-Khoeriyah dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

Pengertian Model Problem Based Learning

Menurut Duch (1995) dalam Shoimin (2014:130) pengertian dari model

Problem Based Learning adalah: Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran

berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Sejalan dengan Duch, Finkle and Torp (1995) dalam Shoimin (2014:130) menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan

(3)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 41 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning merupakan metode dalam pendekatan pembelajaran yang mengedepankan fakta sebagai sebuah pemecahan masalah bagi para pembelajar dalam melatih kompetensinya sehingga terasah cara berfikir yang kritis, yang menghasilkan konsep berfikir yang berdasarkan pada hasil uji coba dengan fakta dan data yang telah diperolehnya.

Karakteristik Model Problem Based Learning

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam Aris Shoimin (2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu: a) Learning is

student-centered ; Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada

siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. b) Autenthic problems from the organizing focus for learning; Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. c). New information is

acquired through self-directed learning; Dalam proses pemecahan masalah mungkin

saja belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. d) Learning occurs in small group; Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas. e)

Teachers act as facilitators; Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai

fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke agar mencapai target yang hendak dicapai.

Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)

Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut: a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. b) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll). c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. d) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. e) Guru membantu siswa

(4)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 42 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)

Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa kelebihan model Problem Based

Learning diantaranya: a) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan

memecahkan masalah dalam situasi nyata. b) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. c) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi. d) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. e) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. f) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. g) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. h) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa selain memiliki kelebihan, model

Problem Based Learning juga memilki kelemahan, diantaranya sebagai berikut: a)

PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah. b) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan setiap siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang ada di sekolah dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Amalia, Purnamasari, Darsimah, 2021).

Menurut Muhibbin Syah (2012: 216) hasil belajar pada prinsipnya, merupakan pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengugkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karana itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Menurut Dalyono (2005: 55) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu “faktor intern dan faktor ekstern”. Faktor intern meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yaitu kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor dari

(5)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 43 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

lingkungan keluarga yaitu tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota orang tua.

Hasil belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah belajar dan mengerjakan secara optimal yang diperoleh dari hasil tes individu. Perbedaan kemampuan belajar siswa berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga berbeda-beda.

Muhibbin Syah (2013:145) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa, faktor yang berasal dari luar siswa dan faktor pendekatan belajar. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu: (1) aspek fisiologis, terdiri dari perhatian, kesehatan dan kebugaran; (2) aspek psikologis, terdiri dari intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi. Faktor yang berasal dari luar diri siswa terdiri atas dua macam, yakni: (1) faktor lingkungan sosial meliputi orang tua, keluarga, guru, teman sekelas, masyarakat, tetangga dan teman sepermainan; (2) faktor lingkungan non-sosial yang meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar. Faktor pendekatan belajar berupa keadaan cuaca dan waktu belajar dan terakhir faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi untuk menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah diatas, peneliti menduga bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan sikap siswa yang kurang positif terhadap materi pelajaran kalor.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang peneliti lakukan berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini terkait dengan proses pengembangan kompetensi penulis dari sisi literasi ilmiah.

Menurut Arikunto (2008 : 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian Tindakan Kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Hal senada dengan pendapat di atas diungkapkan oleh Ebbut (1985, Rochiati, 2008 : 12) menyatakan bahwa: Penelitian tindakan adalah kajian sistematis dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui proses perencanaan penerapan model pembelajaran problem based learning pada pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya. Mengetahui proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran problem based learning pada pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya. Mengetahui keberhasilan penerapan model pembelajaran

(6)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 44 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

problem bassed learning pada pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil

belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya.

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dipilih sebagai metode penelitian karena metode ini dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Selain dari hal itu model PTK memiliki ciri yang khusus untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, diantaranya diantaranya; 1) PTK dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan pengajar, apabila dalam kelas ada masalah, guru wajib mengupayakan agar masalah tersebut dapat teratasi atau dikurangi dengan melakukan tindakan. 2) Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi guru Penelitian Tindakan Kelas selalu ada tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menyempurnakan proses pembelajaran (Depdiknas, 2003 : 9).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut peneliti memperoleh simpulan bahwa yang dimaksud dengan “Penelitian Tindakan Kelas” yaitu penelitian yang dilakukan guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan reflektif dalam setiap sesi pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan kualitas hasil belajar di atas kriteria ketuntasan minimal. HASIL PENELITIAN

Subyek penelitian dari Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 9 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki yang berjumlah 20 siswa di kelas V. Adapun yang menjadi lokasi penelitian di kelas V MI Al-Khoeriyah Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru dan teman sejawat serta kolaborator. Siswa untuk mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar setelah dikenai tindakan. Guru untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning dalam proses pembelajaran kalor. Teman sejawat dan kolaborator

dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat Penelitian Tindakan Kelas secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

Instrumen penelitian data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada program pembelajaran kalor dengan menganalisis tingkat keberhasilan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil kurang berhasil, dan tidak berhasil.

Indikator Keberhasilan dilihat dari hasil tes siswa dengan rata-rata nilai ulangan harian, kemudian hasil observasi guru dilihat dari keberhasilan penerapan PBL dalam proses belajar mengajar kalor.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Observasi dipergunakan untuk mengumpulan data tentang partisipasi siswa dalam proses

(7)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 45 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

belajar mengajar dan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Alat pengumpul data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini meliputi tes dan observasi. Tes; menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa. Obserasi; menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat keberhasilan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Siklus penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui tiga siklus.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal semester I yaitu bulan Agustus sampai dengan Oktober 2019. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

Prosedur penelitian yang dilakukan pada siklus pertama terdiri dari; 1)

Perencanaan (Planing) dalam perencanaan peneliti melakukan analisis kurikulum

untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membuat rencana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membuat lembar kerja siswa, membuat instrumen yang digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas, menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan

(Actuating) ketika pelaksanaan siswa diberi sebuah masalah, yang disajikan terkait

dengan kehidupan nyata para siswa, mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu, siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk maupun menjalankan proses belajar secara langsung, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil, siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka pelajari, penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama, melakukan pengamatan atau observasi. 3) Pengamatan (Observing) peneliti meminta bantuan teman sejawat melihat langkah penerapan Problem Based

Learning yang sedang dilaksanakan, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. 4) Refleksi (Reflecting) penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila sebagian besar

(75% dari siswa) pola belajar siswa meningkat dilihat dari keberanian siswa menanggapi dan mengemukakan pendapatnya terkait pembelajaran kalor. Sebagian besar (75% dari siswa) mampu menyimpulkan hasil uji coba dengan tepat. Sebagian besar (75% dari siswa) mampu menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Lebih dari 90% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya. Setiap kelompok mampu menyelesaikan masalah dengan tepat waktu.

Siklus kedua peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Guru menerapkan model pembelajaran Problem

Bassed Learning berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus

pertama.Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap proses penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran kalor di kelas V. Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana untuk siklus ketiga.

Siklus ketiga peneliti tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua. Guru menerapkan model pembelajaran Problem Bassed Learning berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua. tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan

(8)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 46 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

pengamatan terhadap proses Penerapan model pembelajaran Problem Bassed

Learning pada pembelajaran kalor di kelas V. Tim peneliti melakukan refleksi

terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis untuk serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan Penerapan model pembelajaran Problem Bassed

Learning pada pembelajaran kalor di kelas V sebagai upaya meningkatkan hasil

belajar di kelas V MI Al-Khoeriyah. PEMBAHASAN

Hasil Penelitian diuraikan dalam beberapa tahapan yang berupa siklus-siklus yang telah dilakukan saat proses pembelajaran di kelas.

Siklus Pertama (pertemuan satu)

Perencanaan (Planing); peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membuat rencana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membuat lembar kerja siswa, membuat instrumen yang digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas, menyusun alat evaluasi pembelajaran.

Pelaksanaan (Actuating); siswa di beri sebuah masalah, masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa, mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu, siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk maupun menjalankan proses belajar secara langsung, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil, siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka pelajari, penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama, melakukan pengamatan atau observasi.

Pengamatan (Observing); hasil observasi penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning oleh guru dalam pembelajaran kalor selama siklus pertama

dapat dilihat dalam tabel.

Tabel 1. Perolehan Skor kemampuan Guru dalam penerapan model PBL Siklus I

Nama Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Presentase (%) Keterangan

Anggur 14 20 70

Apel 11 20 55

Jeruk 10 20 50

Melon 13 20 65

Semangka 12 20 60

Hasil observasi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada Siklus 1 masih tergolong rendah dengan perolehan skor 12 atau 59,09% sedangkan skor idealnya adalah 20. Hal ini terjadi karena lebih banyak siswa yang masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah masih kurang. Dari, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 25 atau 60% dari skor ideal 100.

(9)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 47 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

Hasil pertama (setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning) mengalami peningkatan yang sebelumnya (belum menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning) 55,7 menjadi 59,09 pada siklus pertama setelah dilakukan model Problem Based Learning pada siklus pertama ini berarti naik 3,39.

Refleksi (Reflecting); adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut : (1) Siswa belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada model pembelajaran Problem Based

Learning. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning dalam PBM hanya mencapai 59,09%. (2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa dalam PBM hanya mencapai 60%. (3) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 60. (4) Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar. (5) Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan kegiatan.

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut : 1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. 3) memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

Siklus Kedua (Pertemuan kedua)

Perencanaan (Planing) pada siklus kedua berdasarakan perencanaan siklus pertama yaitu; memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran, lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan, memberi pengakuan atau penghargaan, membuat perangkat model pembelajaran

Problem Bassed Learning yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

Pelaksanaan (Actuating) pada siklus kedua suasana pembelajaran sudah mengarah kepada model pembelajaran Problem Bassed Learning. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentesi dari kelompok lain. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

Observasi dan Evaluasi (Observing dan Evaluating) hasil observasi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning oleh guru dalam pembelajaran kalor selama siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut.

(10)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 48 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

Tabel 2. Perolehan Skor kemampuan Guru dalam penerapan model PBL Siklus II

Nama Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Presentase (%) Keterangan

Anggur 17 20 85

Apel 16 20 80

Jeruk 13 20 65

Melon 15 20 75

Semangka 14 20 70

Hasil observasi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada Siklus kedua tergolong sedang. Hal ini mengalami perbaikan dari siklus pertama. Dari skor ideal 20 nilai yang diperoleh adalah 15 atau 75%. Hasil belajar dari evaluasi kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah kemudian penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus kedua tergolong sedang yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rata-rata skor perolehan adalah 75 atau 75%. Hasil tes kedua (setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning) mengalami peningkatan yang signifikan sebelumnya (belum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning) 55,7 menjadi 59,09 pada siklus pertama kemudian menjadi 75 pada siklus kedua setelah dilakukan model Problem Based

Learning pada siklus kedua ini berarti naik 15,91.

Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning) adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut: (1) Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada model pembelajaran Problem Based

Learning siswa mampu menyelesaikan masalah yang oleh guru. Siswa mampu

mulai berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap penerapan Problem Based Learning pada siswa meningkat dari 59,09% pada siklus pertama menjadi 75% pada siklus kedua. (2) Meningkatnya hasil belajar siswa didukung oleh meningkatnya keaktifan guru dalam menerapkan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada model pembelajaran Problem Based Learning. Guru Intensif membimbing siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi penerapan Problem Based Learning pada siswa meningkat dari 60% pada siklus pertama menjadi 75% pada siklus kedua. (3) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi pada siklus pertama meningkat menjadi 75 pada siklus kedua. (4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 55,7 (ulangan harian I) sebelum menggunakan model pembelajaran

Problem Bassed Learning menjadi 59,09 (ulangan harian II) setelah menggunakan

model pembelajaran Problem Bassed Learning kemudian menjadi 75 (ulangan harian III).

(11)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 49 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

Siklus Ketiga

Perencanaan (Planing) pada siklus ketiga berdasarkan replaning siklus kedua yaitu: memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran, lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan memberi pengakuan atau penghargaan, membuat perangkat model pembelajaran

Problem Based Learning.

Pelaksanaan (Acting) suasana pembelajaran sudah lebih sudah mengarah pada model pembelajaran Problem Based Learning, tugas yang diberikan guru pada kelompok dengan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi, siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok, siswa kelihatan lebih antusias mengikuti proses belajar mengajar. Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentase dari kelompok lain. Suasana pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.

Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation) penerapan model pembelajaran Problem Based Learning oleh guru dalam pembelajaran kalor selama siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Perolehan Skor kemampuan Guru dalam penerapan model PBL Siklus III

Nama Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Presentase (%) Keterangan

Anggur 18 20 90

Apel 17 20 85

Jeruk 16 20 70

Melon 14 20 80

Semangka 15 20 75

Hasil observasi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada Siklus ketiga tergolong sedang. Hal ini mengalami perbaikan dari siklus kedua. Dari skor ideal 20 nilai yang diperoleh adalah 16 atau 80%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan. Hasil evaluasi siklus ketiga kemampuan siswa terhadap penyelesaian masalah memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi. Hasil ulangan harian ketiga (setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning). Mengalami peningkatan yang cukup berarti yakni 85 sedangkan sebelumnya 75 pada siklus kedua.

Refleksi (Relecting) keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga adalah sebagai berikut: aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah kepembelajaran kooperatif secara lebih baik, siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru, siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya, siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja, hal ini dapat dilihat dari data hasil

(12)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 50 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

observasi terhadap penerapan Problem Based Learning pada siswa meningkat dari 59,09% pada siklus pertama menjadi 75% pada siklus kedua kemudian pada siklus ketiga menjadi 80%. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam menerapkan dan meningkatkan suasana model pembelajaran Problem Based Learning. Guru intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi penerapan model PBL oleh guru dalam PBM meningkat dari 75% pada siklus kedua menjadi 80% pada siklus ketiga. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 75 pada siklus kedua meningkat menjadi 85 pada siklus ketiga. Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 55,7 % (ulangan harian I) sebelum menggunakan model pembelajaran Problem

Bassed Learning menjadi 59,09 (ulangan harian II) dan 85 (ulangan harian III)

setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. SIMPULAN

Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) proses perencanaan penerapan model pembelajaran problem

bassed learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa

MI Al-Khoeriyah Manonjaya sesuai dengan langkah yang ditetapkan. 2) Proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran problem based learning pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya menjadi tiga siklus. 3) Keberhasilan penerapan model pembelajaran

problem based learning pada pada pembelajaran kalor untuk meningkatkan hasil

belajar siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian dari 55,7% (ulangan harian I) sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Bassed Learning menjadi 59,09 (ulangan harian II) dan 85 (ulangan harian III) setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning.

DAFTAR PUSTAKA

Adiga, U. dan Sachidananda, A. (2015). Problem Based Learning, International.

Journal of Current Research, Vol 7, No 06, 17181-17187.

Aliwanto. (2017). Analisis Aktivitas Belajar Siswa. Jurnal Konseling Gusjigang. 3 (1): 65-66.

Amalia, S.R., Purnamasari, V., Darsimah. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning. Jurnal

Ilmu Pendidikan Volume 3 Nomor 5 Tahun 2021 Hal 2040 – 2047.

Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damayanti, R., dan Ria M. (2015). Model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B di MTsN Anjir Muara KM. 20. Jurnal Pendidikan Hayati, 1(2), 36-43.

Dede Kusnandar, (2019). Pengaruh Model Problem based Learning Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Motivasi Belajar IPA. Madrascience: Jurnal

(13)

Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kalor 51 untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MI Al-Khoeriyah Manonjaya

Esminarto, Sukowati, Nur Suryowati, Khoerul Anam. (2016). Implementasi Model STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Briliant: Jurnal Riset dan

Konseptual. 1(1), 17-20.

Kunandar. (2008) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Muhibbin Syah. (2003) . Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Mulyasa. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Permendikbud RI No. 21 Tahun (2016). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Jakarta : Depdikbud.

Ruslan Zaenudin. (2019). Implementasi Pembelajaran Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Madrascience: Jurnal

Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya, 1 (1), 31-47.

Shoimin, A. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Suharsimi Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Suharta, Luthan, dan Putri, L. A. (2013). Application of Cooperative Problem-Based Learning Model to Develop Creativity and Foster Democracy, and Improve Student Learning Outcomes in Chemistry in High School, Journal of

Education and Practice, 4 (25), 55- 60.

Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1. Perolehan Skor kemampuan Guru   dalam penerapan model PBL Siklus I
Tabel  2. Perolehan Skor kemampuan Guru   dalam penerapan model PBL Siklus II
Tabel 3. Perolehan Skor kemampuan Guru   dalam penerapan model PBL Siklus III

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode perbandingan dengan cara melakukan pengujian laboratorium pada benda uji Marshall yang dibuat

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari

Suatu RP akan berisi tiga hal yaitu tujuan pembelajaran (TP) yang ingin dicapai, strategi dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai TP, dan

Pelaksanaanpraktik mengajar, mahasiswa mendapat kesempatan mengajar mata pelajaran Pembuatan hiasan, pembuatan pola , pembuatan busana costum made dan Dasar

Perzinaan adalah sebuah tindakan hubungan intim selayaknya pasangan suami istri yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum menikah atau sudah menikah

Jika terdapat bukti bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian kumulatif yang diukur sebagai selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini,

Penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Dasar Desain Grafis Kelas X

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang