• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)adalah instrumen penting yang sangat menentukan dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yang baik (good governance) di tingkat desa. Tata pemerintahan yang baik diantaranya diukur dari proses penyusunan dan pertanggungjawaban APBDesa.

Memahami proses pada seluruh tahapan pengelolaan APBDesa (penyusunan, pelaksanaan, pertanggungjawaban) memberikan arti terhadap model penyelenggaraan pemerintahan desa itu sendiri.

Proses pengelolaan APBDesa yang didasarkan pada prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas akan memberikan arti dan nilai bahwa pemerintahan desa dijalankan dengan baik. APBDesa yang memadai juga dapat mendorong partisipasi warga lebih luas pada proses-proses perencanaan dan penganggaran pembangunan. APBDesa dapat menjawab partisipasi warga yang bersifat mikro dan mampu ditangani pada level desa.

Proses penguatan Pemerintahan Desa (Pemerintah

Desa dan Badan Permusyawaratan Desa) perlu dilakukan

dalam pengelolaan keuangan desa, khususnya tahap

penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

APBDesa, agar APBDesa yang disusun berorientasi

kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan

memenuhi prinsip-prinsip good governance seperti

transparansi, partisipasi, efektifitas dan akuntabilitas.

(2)

sebagai sumbangsih kami dalam mewujudkan Good

Village Governance (Kepemerintahan Desa yang Baik).

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat Keuangan Desa dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman peserta dalampengelolaan keuangan desa dengan baik dan benar. Ruang lingkup pembahasan meliputi : prinsip penyusunan APBDesa dan mekanisme pengelolaan keuangan desa.

C. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar

Peserta diharapkan mampu memahami pengelolaan keuangan desa dengan baik dan benar.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti mata diklat Keuangan Desa, peserta diharapkandapat :

a. Menjelaskan berbagai prinsip penyusunan APBDesa;

b. Menjelaskan mekanisme pengelolaan keuangan desa dengan benar.

D. Materi/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

1. Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa):

a. Pengelolaan Sumber Pendapatan desa b. Teknik Penganggaran Desa

c. Prinsip dasar Penyusunan APBDesa : 1) Anggaran Berbasis Kinerja

2) Keadilan Anggaran

3) Efisiensi dan Efektifitas Anggaran

4) Surplus dan defisit Anggaran

(3)

5) Disiplin Anggaran 6) Taat Asas

7) Transparansi dan Akuntabilitas 8) Partisipasi masyarakat

9) Kemandirian

2. Mekanisme pengelolaan keuangan desa:

a. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa b. Struktur APBDesa

c. Penyusunan RAPBDesa d. Pelaksanaan APBDesa e. Perubahan APBDesa

f. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBDesa g. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam

APBDesa

E. Petunjuk Belajar

1. Bacalah peraturandan bahan bacaan yang terkait dengan masalah keuangan desa yang tersedia.

2. Pahami dari setiap rangkuman yang ada pada setiap bab.

3. Cobalah melakukan latihan sendiri dengan butir-butir

kegiatan yang tertuang dalam modul/bahan ajar

(4)

BAB II

PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA)

A. Pengelolaan Sumber Pendapatan Desa Sumber pendapatan desa terdiri atas:

1. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

2. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa (ADD); Rasio penggunaan dana ADD adalah 30%

untuk biaya operasional Pemerintahan Desa dan 70%

untuk pemberdayan masyarakat.

4. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh

Setelah mengikuti mata diklat Keuangan Desa, peserta diharapkan

dapat menjelaskan berbagai prinsip penyusunan APB Desa

(5)

pemerintah atau pemerintah daerah.Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa.Sumber pendapatan desadari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Bantuan keuangan kepada desa (dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota), serta Alokasi Dana Desa disalurkan melalui kas desa.Pemberian hibah dan sumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada desa.Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDesa.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pembentukan BUMDesaditetapkan dengan peraturan desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Bentuk BUMDesa harus berbadan hukum. BUMDesa adalah usaha desa yang dikelola oleh pemerintah desa. Kepengurusan BUMDesa terdiri dari pemerintah desa dan masyarakat.

Permodalan BUMDesa dapat berasal dari:

1. Pemerintah desa;

2. Tabungan masyarakat;

3. Bantuan pemerintah, pemerintah provinsi dan

(6)

4. Pinjaman; BUMDesa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pinjaman dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD;

5. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan.

Kekayaan/aset desa merupakan bagian dari keuangan desa, karena pembentukan kekayaan desa dibiayai dari keuangan desa.Jenis-jenis kekayaan/aset desa, antara lain:

1. Tanah kas desa;

2. Pasar desa;

3. Pasar hewan;

4. Tambatan perahu;

5. Bangunan desa;

6. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan 7. Lain-lain kekayaan milik desa, yang dapat berupa:

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa atau APBD kabupaten/kota;

b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau hibah dan sumbangan dari pihak ketiga;

c. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak sesuai peraturan perundang- undangan;

d. Barang yang dihibahkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota;

e. Barang yang diperoleh dari hasil kerjasama desa.

Pengelolaan kekayaan desa diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan desa dengan mendapat

persetujuan BPD.Jenis pemanfaatan kekayaan desa,

dapat berupa sewa, pinjam pakai, kerjasama

pemanfaatan,atau bangun guna serah yang

menguntungkan bagi kepentingan masyarakat desa dan

peningkatan pendapatan desa.Kepala Desa

(7)

menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu.

B. Teknik Penganggaran Desa

Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi sehingga output dari perencanaan adalah penganggaran. Proses perencanaan arah dan kebijakan pembangunan desa tahunan dan rencana anggaran tahunan (APBDes) pada hakikatnya merupakan perencanaan instrumen kebijakan publik sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena pentingnya anggaran tersebut maka perencanaan anggaran/penyusunan anggaran juga menjadi sesuatu yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

APBDesa merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.

Dalam proses perencanaan anggaran dikenal adanya siklus anggaran yang meliputi tiga tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan Anggaran

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan

taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan

yang tersedia.Terkait dengan masalah tersebut, yang

perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui

taksiran pengeluaran hendaknya terlebih dahulu

dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih

(8)

2. Tahap Pelaksanaan Anggaran

Setelah APBDes disetujui, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran.Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh pemerintah desa adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan pengendalian manajemen.

3. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran.Tahap persiapan dan pelaksanaan anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas.

APBDesa mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh Pemerintah Desa untuk suatu periode tertentu. Teknik dasar penganggaran dalam penyusunan APBDesa sebagai berikut :

1. Semua penerimaan (baik dalam bentuk uang, maupun barang dan/atau jasa) dianggarkan dalam APBDesa.

2. Seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara bruto.

3. Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta berdasarkan ketentuan perundang- undangan.

4. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan

adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam

jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar

hukum yang melandasinya.

(9)

C. Prinsip Dasar APBDesa

APBDesa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Fungsi APBDesa adalah:

1. Fungsi otorisasi: APBDesa menjadi target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkansebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja desa pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan: APBDesa merupakan pernyataan kebijakan publiksebagai pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasan: APBDesa menjadi pedoman pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi: APBDesa harus diarahkan utk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa.

5. Fungsi distribusi: kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan masyarakat.

6. Fungsi akuntabilitas: APBDesa memberi landasan

(10)

anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah desa sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah desa kepada publik.

Penyusunan APBDesa harus berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut :

1. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap unit yang terkait.

Anggaran kinerja berorientasi pada efisiensi pengelolaan internal program. Anggaran inimengkaitkan belanja dan pendapatan dengan beban kerja. Kelebihan penganggaran kinerjamemperlihatkan kegiatan dan tingkat pelayanan yang diberikan. Anggaran kinerja memberikaninformasi berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan produktivitas pelayanan yang diberikan olehpemerintah atau lembaga lainnya.

Disisi lain, anggaran kinerja memberikan informasi untukpengambilan keputusan prioritas pelayanan.

Anggaran berbasis kinerja memusatkan

perhatian pada pengukuran efisiensi hasil kerja

dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat

dihasilkan dari input tertentu.

(11)

Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:

a. Klasifikasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan.

b. Penekanan pada pengukuran hasil kerja.

c. Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkanoutput

d. Memerlukan standar pengukuran hasil kinerja.

Keunggulan anggaran berbasis kinerja:

a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.

b. Merangsang partisipasi motivasi aktif unit-unit operasional melaluiproses usul dari bawah dan penilaian anggaran yang bersifat aktual.

c. Meningkatkan fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatankeputusan pada setiap tingkat eksekutif.

d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal karena setiap kegiatanselalu dipertimbangkan dari segi efisiensi.

e. Dapat menghindarkan pemborosan.

Kelemahan anggaran berbasis kinerja:

a. Cenderung menurunkan peran badan legislatif dalam proses perumusan kebijaksanaan dan penentuan anggaran.

b. Tidak terdapat kejelasan tentang penanggung jawab dan siapa yang menanggung dampak dari setiap keputusan.

c. Tidak semua kegiatan dapat distandarkan dan

diukur secara kuantitatif.

(12)

2. Keadilan Anggaran

Merencanakan anggaran bukan saja menentukan sumber pendapatan dan pengeluaran untuk kepentingan pembangunan saja, tetapi menetapkan komposisi dan beban yang harus ditanggung langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat.Retribusi Desa, dan pungutan desa lain yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan tingkat kemampuan masing- masing warga masyarakat untuk membayar.

Sumber pendapatan melalui pungutan desa jumlahnya sangat terbatas.Ditinjau dari kemampuan relatif terbatas, maka anggaran harus ditetapkan untuk hal-hal yang bersifat prioritas menyangkut kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat.Komposisi harus menggambarkan keseimbangan dan keadilan.Pengeluaran tidak hanya untuk kepentingan individu, pemerintah atau kelompok tertentu saja, tetapi harus proporsonal agar dapat dinikmati masyarakat, terutama yang berkemampuan terbatas.Dengan demikian, anggaran harus mampu menggambarkan nilai rasionalitas dalam menetapkan prioritas dan tingkat pelayanan yang diterima masyarakat.

Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan

tersebut, Pemerintah desa dapat melakukan

diskriminasi tarif secara rasional guna

menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain itu dalam

mengalokasikan belanja desa juga harus

mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar

dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat

tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

(13)

3. Efektivitas dan Efisiensi

Prinsip ini meliputi tindakan pengendalian pembiayaan melalui optimalisasi pemanfaatan, penghematan dan memperjelas kinerja program dalam mempercepat target serta sasaran pembangunan tahunan.

Proses yang benar dalam perencanaan anggaran terlebih dahulu menetapkan pokok kegiatan atau program yang akan dilaksanakan berdasarkan rencana strategis desa, selanjutnya ditetapkan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan.

Pada saat inilah, masyarakat harus mampu menghitung rincian biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan kondisi keuangan desa.Artinya dilakukan analisis tentang optimalisasi anggaran untuk mempertemukan tujuan dan kemampuan pembiayaan desa, sehingga terhindar dari pemborosan.

Tidak seluruh kepentingan dan kebutuhan pembangunan harus dipenuhi tanpa mempertimbangkan keterbatasan pengelolaan dan pembiayaan. Penganggaran yang baik akanmenetapkan jenis dan skala prioritas dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan

tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, dalam

perencanaan perlu diperhatikan :

(14)

a. Penetapan tujuan dan sasaran secara jelas,hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai;

b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.

4. Surplus Dan Defisit Anggaran

Paling tidak terdapat dua sistem penganggaran desa yaitu sistem anggaran berimbang dan defisit.Keduanya diterapkan sesuai dengan kemampuan desa bersangkutan.

Sistem anggaran berimbang artinya dalam menetapkan komponen pendapatan dan pengeluaran atau belanja harus memperhatikan keseimbangan antara pengeluaran rutin dan pembangunan dengan penerimaan keuangan desa.

Sistem anggaran defisit dalam penerapannya dilakukan dengan menetapkan pengeluaran atau belanja pembangunan dengan kemampuan penerimaan desa secara realistis baik yang bersumber dari pendapatan asli desa maupun dukungan dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat.

Jika target anggaran tidak berhasil dicapai sesuai kebutuhan rencana pembangunan, maka perlu dilakukan perubahan yang bersifat taktis dan strategis agar sasaran anggaran berjalan dapat tercapai. Di sisi lain, kelebihan target penerimaan tidak harus selalu dibelanjakan, sehingga antara penerimaan dan belanja terjadi surplus atau defisit.

Apabila terjadi surplus, desa dapat membentuk

(15)

cadangan, sedangkan terjadi defisit anggaran, maka harus ditutup sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya melalui pinjaman desa atau sumber lain di mana pemerintah desa mampu mengembalikannya.

5. Disiplin Anggaran

Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja yang diizinkan. Artinya tidak dibenarkan pemerintah desa atau pelaksanamenggunakan biaya untuk pelaksanaan proyek di luar batas pagu dan pos anggaran yang telah ditetapkan.

b. Penganggaran pengeluaran harus didukung adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia dan atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBDesa/perubahan APBDesa; dan

c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam

tahun anggaran yang bersangkutan harus

dianggarkan dalam APBDesa dan dilakukan melalui

rekening kas desa.

(16)

6. Taat Asas

Penyusunan APBDesa sebagai kebijakan desa yang ditetapkan dengan peraturan desa harus mengikuti asas-asas :

1. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dicantumkan dalam rancangan peraturan desa tersebut telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dimaksud mencakup kebijakan yang berkaitan dengan keuangan daerah.

2. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum

mengandung arti bahwa rancangan peraturan

desa tentang APBDes lebih diarahkan agar

mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan

dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan

membebani masyarakat. Peraturan desa tidak

boleh menimbulkan diskriminasi yang dapat

mengakibatkan ketidakadilan, menghambat

kelancaran arus barang dan pertumbuhan

ekonomi masyarakat, pemborosan

keuangan/memicu ketidakberdayaan masyarakat

kepada pemerintah desa dan menganggu

stabilitas keamanan serta ketertiban masyarakat

yang secara keseluruhan menganggu jalannya

penyelenggaraan pemerintahan di desa.

(17)

3. Tidak bertentangan dengan peraturan desa lainnya mengandung arti bahwa apabila kebijakan yang dituangkan dalam peraturan desa tentang APBDesa tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan desa sebagai penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing desa. Sebagai konsekuensinya, rancangan peraturan desa tersebut harus sejalan dengan pengaturannya tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan desa.

7. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran APBDesa yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka, jelas dan mudah diakses oleh masyarakat mengenai tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis objek belanja serta hubungan antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan masyarakat.

APBDesa yang disusun harus mampu menunjukkan

informasi yanglengkap untuk kepentingan

pemerintah, pelaksanaan kegiatan, dan

masyarakat.Penggunaan anggaran harus

dipertanggungjawabkan dan dikontrol melalui

mekanisme pelaporan yangtelah

ditetapkan.Masyarakat juga berhak untuk menuntut

(18)

pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

Transparansi dan pengetahuan masyarakat yang memadai tentang prosespenyusunan dan penetapan pos-pos anggaran akan mendorong kinerja dan kontrol publikterhadap pelaksanaan pembangunan.Anggaran yang telah ditetapkan dan disetujui harus dilaksanakan melalui mekanisme danprosedur yang jelas.Akuntabilitas perencanaan danpelaksanaan anggaran merupakan keharusan sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah desa kepada masyarakat.

8. Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung makna bahwa

pengambilan keputusan dalam proses penyusunan

dan penetapan APBDesa sedapat mungkin

melibatkan partisipasi masyarakat sehingga

masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya

dalam pelaksanaan APBDes.Penyusunan dan

penetapan APBDesa bukan menjadi tanggung

jawab pemerintah desa dan BPD saja,melainkan

melalui keterlibatan masyarakat.Rencana

pembangunan dan kebutuhan biayapelaksanaan

sangat erat kaitannya dengan kepentingan

masyarakat, sehingga dalammenentukan sumber

pendapatan dan pengeluaran harus dilakukan

secara terbuka.Masyarakatharus mampu membaca

dan memahami fungsi anggaran dalam konteks

rencana jangkapanjang desa.

(19)

9. Kemandirian

Pada dasarnya rencana pembangunan desa merupakan prakarsa masyarakat secara swadaya untuk mencapai tujuan dan harapan yang dicita- citakan.Demikian halnya dalam menyusun anggaran, prinsip kemandirian menjadi pilar utama agar desa mampu mewujudkan visi, misi dan tujuannya.Pemerintah desa harus mampu meningkatkan pendapatan asli desa secara rasional dan tidak membebani perekonomian masyarakat.Menggali sumber pendapatan desa secara optimal dan penerapan efisiensi pengeluaran pembangunan, melaluistrategi pembiayaan yang tepat, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pemerintah.

D. Rangkuman

Sumber pendapatan desaterdiri dari pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah, bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Siklus APBDesa meliputi tiga tahapyaitu tahap persiapan anggaran, tahappelaksanaan anggarandan tahap pelaporan dan evaluasianggaran. Terdapat empat teknik dasar penganggaran dalam penyusunan APBDesa.

Prinsip dasar penyusunan APBDesa terdiri dari

anggaran berbasis kinerja, keadilan anggaran, efektivitas

dan efisiensi,surplus dan defisit anggaran, disiplin

anggaran,taat asas, transparansi dan akuntabilitas

anggaran, partisipasi masyarakat dan kemandirian.

(20)

E. Latihan – 1

Petunjuk: jawablah soal-soal berikut ini dengan singkat, tepat dan jelas:

1. Jelaskan sumber-sumber pendapatan desa.

2. Jelaskan siklus APBDesa

3. Jelaskan empat teknik dasar penganggaran dalam penyusunan APBDesa..

4. Jelaskan prinsip dasar penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

(21)

BAB III

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

A. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut.

Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan proses kegiatan, yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan desa.Pengelolaan keuangan desa dilakukan secara tertib dan terencana yang ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).Keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.Kepala desa mempunyai kewenangan:

1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;

2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang Setelah mengikuti mata diklat Keuangan Desa, peserta diharapkan dapat menjelaskan mekanisme pengelolaan

keuangan desa dengan benar

(22)

3. Menetapkan bendahara desadengan Keputusan Kepala Desa;

4. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; dan

5. Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) adalah Perangkat Desa, terdiri dari : 1) Sekretaris Desa; dan 2) Perangkat Desa lainnya. Kepala Desa menetapkan Bendahara Desa dengan Keputusan Kepala Desa.

Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Sekretaris Desa mempunyai tugas :

1. Menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDesa.

2. Menyusun dan melaksanaan Kebijakan Pengelolaan Barang Desa.

3. Menyusun Rancangan Peraturan Desa Tentang

APBDesa, perubahan APBDesa dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.

4. Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Pelaksanaan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Perubahan APBDesa.

B. Struktur APBDesa

APBDesa diatur secara rinci dalam Permendagri

No. 37 tahun 2007 tentangPedoman Pengelolaan

Keuangan Desa.Dalam Pemendagri tersebut dijelaskan

bahwa Anggaran Pendapatan danBelanja Desa,

(23)

selanjutnya disingkat APBDesa adalah rencana keuangantahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama olehpemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkandengan peraturan desa. APBDesa merupakan rencanapembiayaan pelaksanaan pembangunan dan operasional PemerintahanDesa, yang disetujui oleh masyarakat desa.Lebih lanjut, Permendagri 37 tahun 2007 juga mengatur struktur APBDesa,sebagai berikut :

1. Pendapatan Desa.

Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Pendapatan Desa terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Desa (PADesa);

b. Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;

c. Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;

d. Alokasi Dana Desa (ADD);

e. Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;

f. Hibah;

g. Sumbangan Pihak Ketiga.

2. Belanja Desa.

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari

rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1

(24)

pembayarannya kembali oleh desa.

Belanja Desa terdiri dari:

a. Belanja langsung, terdiri dari : 1) Belanja Pegawai;

2) Belanja Barang dan Jasa;

3) Belanja Modal;

b. Belanja tidak langsung terdiri dari : 1) Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;

2) Belanja Subsidi;

3) Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);

4) Belanja Bantuan Sosial;

5) Belanja Bantuan Keuangan;

6) Belanja Tak Terduga;

3. Pembiayaan Desa.

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan Desa terdiri dari:

a. Penerimaan Pembiayaan, mencakup :

1) Sisa lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) tahun sebelumnya.

2) Pencairan Dana Cadangan.

3) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

4) Penerimaan Pinjaman

b. Pengeluaran Pembiayaan, mencakup:

1) Pembentukan Dana Cadangan.

(25)

2) Penyertaan Modal Desa.

3) Pembayaran Utang.

Struktur APBDesasebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor : 37 Tahun 2007Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dapat dilihat dalam Lampiran I modul ini.

C. Penyusunan RAPBDesa

Penyusunan RAPBDesa harus mengacu pada

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan

Desa (RKPDesa).Proses penyusunan RAPBDesa dapat

digambarkan sebagai berikut :

(26)
(27)

BAGAN 1. ALUR PENYUSUNAN APBDesa

Penjelasan tentang RPJMDesa dan RKPDesasebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa)

RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi dari Kepala Desa yang terpilih. Setelah berakhir jangka waktu RPJMDesa, Kepala Desa terpilih menyusun kembali RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik.

Selanjutnya Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Desa.Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

2. Penetapan Rancangan APBDesa

Sekretaris Desa menyusun Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan pada

RKPDesa. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa

untuk memperoleh persetujuan. Selanjutnya Kepala

Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa

kepada BPD untuk dibahas bersama dalam rangka

memperoleh persetujuan bersama.Penyampaian

rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa diajukan

paling lambat minggu pertama bulan November tahun

anggaran sebelumnya. Pembahasannya

menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPDesa.

(28)

telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh KepalaDesa paling lambat dalam 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD Kabupaten/ Kota ditetapkan.

3. Evaluasi Rancangan APBDesa

Bupati/Walikota setelah menerima Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menetapkan Evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu tersebut, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa.

Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, maka Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya tersebut harus ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah

pembatalan Kepala Desa harus memberhentikan

pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala

Desa bersama BPD mencabut peraturan desa

(29)

dimaksud. Pencabutan peraturan Desa dilakukan dengan Peraturan Desa tentang Pencabutan Peraturan Desa tentang APBDesa. Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBDesa tahun sebelumnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

D. Pelaksanaan APBDesa

Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah.

Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan desa.

Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama.Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga.

Pengembaliannya harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban

APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan

(30)

peraturan desa. Namun demikian, dikecualikan bagi belanja desa yang bersifat mengikat dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa.

Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jika dalam APBDesa terjadi Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya, maka merupakan penerimaan pembiayaan yang boleh digunakan untuk:

1. Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja;

2. Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanjalangsung;

3. Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

Pengaturan tentang dana cadangan dalam APBDesa sebagai berikut :

1. Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada kas desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa.

2. Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk

membiayai kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan

dalam peraturan desa tentang pembentukan dana

cadanganapabila dana cadangan telah mencukupi

untuk melaksanakan kegiatan.

(31)

E. Perubahan APBDesa

Tata cara pengajuan perubahan APBDesa sama dengan tata cara penetapan pelaksanaan APBDesa.Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi:

1. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja. Dalam kondisi ini maka perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Perubahan APBDesa terjadi bila Pergeseran anggaran yaitu Pergeseran antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan desa tentang APBDesa.

2. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. Dalam hal ini maka penggunaan SiLPA tahun sebelumnya dalam perubahan APBDesa, yaitu Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan.

3. Keadaan darurat yaitu pendanaan keadaan darurat, dengan ketentuan :

a. Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Bukan merupakan kegiatan normal dan aktivitas pemerintah desa dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

2) Tidak diharapkan terjadi secara berulang;

3) Berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah desa;

4) Memiliki dampak yang signifikan terhadap

anggaran dalam rangka pemulihan yang

(32)

b. Dalam Keadaan Darurat, pemerintah desa dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBDesa.

c. Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan belanja tidak terduga. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara :

1) Menggunakan dana dan hasil penjadwalan ulang kegiatan dalam tahun anggaran berjalan, dan/atau

2) Memanfaatkan uang kas yang tersedia.

d. Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat terlebih dahulu ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.

4. Keadaan luar biasa yaitu pendanaan keadaan luar biasa,dengan ketentuan :

a.

Keadaan Luar Biasa merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBDesa mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dan 50%;

b.

Persentase 50% di atas merupakan selisih kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBDesa;

c.

Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan

estimasi penerimaan dalam APBDesa mengalami

peningkatan lebih dan 50%, dapat dilakukan

penambahan kegiatan baru dan/atau peningkatan

capaian target kinerja kegiatan dalam tahun

anggaran berjalan;

(33)

d.

Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan

estimasi penerimaan dalam APBDesa mengalami

penurunan lebih dan 50%, maka dapat dilakukan

pengurangan capaian target kinerja kegiatan dalam

tahun anggaran berjalan.

(34)

F. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBDesa 1. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Desa

Kepala Desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan Bendahara Desa.Penetapan Bendahara Desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa.

Penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan desameliputi :

a. Penatausahaan Penerimaan;

Penatausahaan penerimaan wajib dilaksanakan oleh Bendahara Desa. Penatausahaan penerimaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor: 37 Tahun 2007Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa menggunakan:

1) Buku kas umum; (dapat dilihat di Lampiran II modul ini).

2) Buku kas pembantu perincian obyek penerimaan;(dapat dilihat di Lampiran III modul ini).

3) Buku kas harian pembantu;(dapat dilihat di Lampiran V modul ini).

Bendahara Desa wajib

mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang

menjadi tanggungjawabnya melalui laporan

pertanggungjawaban penerimaan kepada Kepala

Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(35)

Laporan pertanggungjawaban penerimaan dilampiri dengan:

1) Buku kas umum;

2) Buku kas pembantu perincian obyek penerimaan;

3) Bukti penerimaan lainnya yang sah.

b. Penatausahaan Pengeluaran

Penatausahaan pengeluaran wajib dilakukan oleh Bendahara Desa.Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan dengan Peraturan Desa tentang APBDesa atau Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa melalui pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).Pengajuan SPP harus disetujui oleh Kepala Desa melalui Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD).Selanjutnya Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang menjadi tanggung jawabnya melalui laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dokumen yang digunakan Bendahara Desa dalam melaksanakan penatausahaan pengeluaran meliputi:

1) Buku kas umum;

2) Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran;(dapat dilihat di Lampiran IV modul ini).

3) Buku kas harian pembantu.

(36)

c. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

Pertanggungjawaban penggunaan dana berupalaporan pertanggungjawaban pengeluaran yang harus dilampiri dengan:

1) Buku kas umum

2) Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah

3) Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara.

2. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa

a. Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa;

Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Kepala Desa.Selanjutnya Sekretaris Desa menyampaikannya kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD.Berdasarkan persetujuan Kepala Desa dengan BPD maka Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa.Jangka waktu penyampaiannya dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

b. Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa

Peraturan Desa tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan

Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Desa disampaikan

kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Jangka

(37)

waktu penyampaiannya paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah Peraturan Desa ditetapkan.

G. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBDesa

1. Sumber, Tujuan, danPola Pembagian ADD.

Pengelolaan ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa.ADD berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%.

Tujuan ADD adalah:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat

desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

(38)

Kebijakan mengenai ADDdiatur dalam dua pola sebagai kesatuan alokasi dengan berlandaskan dua azas yakni:

a. Azas Merata adalah besarnya bagian ADD yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM) atau Pola Minimal, yakni sebesar 60% dari total ADD dibagikan secara merata untuk seluruh Desa; dan b. Azas Adil adalah besarnya bagian ADD

berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu, selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) atau Pola Proporsional, yakni sebesar 40% dari total Alokasi Dana Desa dibagikan secara proporsional kepada desa-desa tertentu atau seluruh desa sesuai tingkat kemampuan keuangan desa yang bersangkutan (fiscal capacity) yang berkenaan dengan variabel potensi ekonomi yang mendukung peningkatan pendapatan asli desa, serta constrain variabel yang dapat menghambat perkembangan pembangunan desa (seperti tingkat pendidikan dan kesehatan, ketersediaan infrastruktur, dan keterjangkauan wilayah desa).

Rasio penggunaan dana ADD adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintahan Desa dan 70%

untuk pemberdayan masyarakat.

Besarnya prosentase perbandingan antara azas

merata dan adil sebagaimana dimaksud di atas,

adalah besarnya ADDM yaitu 60% dari jumlah ADD

dan besarnya ADDP adalah 40% dari jumlah ADD.

(39)

2. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan

Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBD Kabupaten/Kota dianggarkan pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa atau dengan sebutan lainyang memiliki tugas dan fungsi tersebut. Pemerintah Desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Kepala Desa. Kepala Desa mengajukan permohonan penyaluran ADD kepada Bupatidalam hal ini Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa atau dengan sebutan laindi Kabupaten melalui Camat setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Pendamping Kecamatan. Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa atau dengan sebutan lain akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten atau Kepala Dinas/Badan Pengelola Keuangan dan KekayaanAset Daerah (D/BPKKAD) atau dengan sebutan lain yang memiliki tugas dan fungsi tersebut yang selanjutnya akan menyalurkan ADD langsung dari kas daerah ke rekening desa.

Mekanisme pencairan ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.

3. Pelaksanaan KegiatanBersumber dari ADD.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD dalam APBDesa, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa dengan mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.

Penggunaan Anggaran ADD adalah sebesar

30% untuk belanja aparatur dan operasional

pemerintah desa dan sebesar 70% untuk belanja

(40)

pemberdayaan masyarakat.Belanja Pemberdayaan Masyarakat digunakan untuk:

a. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil.

b. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa.

c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan.

d. Perbaikan lingkungan dan pemukiman.

e. Teknologi Tepat Guna.

f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan.

g. Pengembangan sosial budaya.

h. Dan sebagainya yang dianggap penting.

4. Pertanggungjawaban dan PelaporanADD.

Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBDesa,sehingga bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDesa. Bentuk pelaporan atas kegiatan-kegiatan dalam APBDesa yang dibiayai dari ADD, adalah sebagai berikut:

a. Laporan Berkala, yaitu: Laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana ADD dibuat secara rutin setiap bulan. Adapun yang dimuat dalam laporan ini adalah realisasi penerimaan ADD dan realisasi belanja ADD;

b. Laporan akhir penggunaan alokasi dana desa mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD.

Penyampaian Laporan dilaksanakan melalui

jalur struktural yaitu dari Tim Pelaksana Tingkat Desa

dan diketahui Kepala Desa ke Tim Pendamping

Tingkat Kecamatan secara bertahap.Tim Pendamping

(41)

Tingkat Kecamatan membuat laporan/rekap dari seluruh laporan tingkat desa di wilayah secara bertahap melaporkan kepada Bupati dalam hal ini Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten/Kota.Pembiayaan Tim Pendamping dalam rangka pelaksanaan tugas pendampingan dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota diluar dana ADD.

H. Rangkuman

Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa.Struktur APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan desa.

Penyusunan APBDesa meliputi tiga tahap yaitu:

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa), Penetapan Rancangan APBDesa, dan Evaluasi Rancangan APBDesa.

Ruang lingkup pelaksanaan APBDesa meliputi

pengelolaan pendapatan desa dan belanja (pengeluaran)

desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa,

pengelolaan Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) dan

(42)

Perubahan APBDesa dapat dilakukan jika terjadi beberapa kondisi antara lain: Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja, Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan, keadaan darurat dan keadaan luar biasa.Tata cara pengajuan perubahan APBDesa sama dengan tata cara penetapan pelaksanaan APBDesa.

Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBDesa terdiri dari Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa (Penatausahaan Penerimaan, Penatausahaan Pengeluaran, dan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana) dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam

APBDesa meliputi pola pembagian ADD, mekanisme

penyaluran dan pencairan ADD, pelaksanaan kegiatan

dengan pembiayaan bersumber dari ADD,serta

pertanggungjawaban dan pelaporan ADD.

(43)

I. Latihan – 2

Petunjuk: jawablah soal-soal berikut ini dengan singkat, tepat dan jelas:

1. Jelaskan tentang kekuasaan pengelolaan keuangan desa.

2. JelaskanstrukturAPBDesa.

3. Jelaskan ruang lingkup pelaksanaan APBDesa.

4. Jelaskankondisi yang membolehkan terjadinya perubahan APBDesa.

5. Jelaskantentang kegiatan dalam penatausahaan dan pertanggungjawaban APBDesa.

6. Jelaskan tentang pelaksanaan kegiatan desa dengan

pembiayaan bersumber dari ADD.

(44)

KUNCI JAWABAN

LATIHAN – 1

1. Sumber-sumber pendapatan desa terdiri dari pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah, bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

2. Siklus APBDesa meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan anggaran, tahap pelaksanaan anggaran dan tahap pelaporan dan evaluasi anggaran. Terdapat empat teknik dasar penganggaran dalam penyusunan APBDesa.

3. Prinsip dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari anggaran berbasis kinerja, keadilan anggaran, efektivitas dan efisiensi, surplus dan defisit anggaran, disiplin anggaran, taat asas, transparansi dan akuntabilitas anggaran, partisipasi masyarakat dan kemandirian.

(45)

LATIHAN – 2

1. Kekuasaan pengelolaan keuangan desa berada pada Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa yang pemegang dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa.

Struktur APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan desa.

3. Ruang lingkup pelaksanaan APBDesa meliputi pengelolaan pendapatan desa dan belanja (pengeluaran) desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa, pengelolaan Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) dan pengelolaan dana cadangan.

4. Perubahan APBDesa dapat dilakukan jika terjadi beberapa kondisi antara lain: Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja, Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan, keadaan darurat dan keadaan luar biasa. Tata cara pengajuan perubahan APBDesa sama dengan tata cara penetapan pelaksanaan APBDesa.

(46)

5. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBDesa terdiri dari Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa (Penatausahaan Penerimaan, Penatausahaan Pengeluaran, dan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana) dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa.

6. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBDesa meliputi pola pembagian ADD, mekanisme penyaluran dan pencairan ADD, pelaksanaan kegiatan dengan pembiayaan bersumber dari ADD, serta pertanggungjawaban dan pelaporan ADD

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

---. Nomor 40 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

---. Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

---. Nomor 35 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Desa;

---. Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Desa;

---. Nomor 66 Tahun 2007 Tentang Perencanan Pembangunan Desa.

Mardiasmo, 2002, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, PenerbitAndi, Yogyakarta.

(48)

Lampiran I StrukturAnggaranPendapatan Dan BelanjaDesa ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DESA ……… KECAMATAN ……….

TAHUN ANGGARAN

KODE REKENI

NG

URAIAN

TAHUN SEBELUMN

YA

TAHUN BERJALA

N

KE T.

1. PENDAPATAN 1.1 PendapatanAsliDesa 1.1.1 Hasil Usaha Desa 1.1.1.1 Dst

………

1.1.2 HasilPengelolaanKekaya anDesa

1.1.2.1 Tanah KasDesa : (*) 1.1.2.1.1 Tanah Desa

1.1.2.1.2 Dst ………..

1.1.2.2 PasarDesa 1.1.2.3 PasarHewan 1.1.2.4 TambatanPerahu 1.1.2.5 BangunanDesa 1.1.2.6 PelelanganIkan yang

dikelolaDesa 1.1.2.7 Lain-lain

KekayaanMilikDesa 1.1.2.8 Dst

………

1.1.3 HasilSwadayadanPartisip asi

1.1.3.1 Dst

……….

(49)

1.1.4 HasilGotongRoyong 1.1.4.1 Dst

……….

1.1.5 Lain-lain

PendapatanAsliDesa yang sah

1.1.5.1 Dst

………..

1.2 BagiHasilPajak:

1.2.1 Bagihasilpajakkabupaten/

kota

1.2.2 Bagihasil PBB

1.2.3 Dst ………

1.3 BagiHasilRetribusi

1.3.1 Dst ………

1.4 Bagian Dana

PerimbanganKeuanganP usatdan Daerah

1.4.1 ADD

1.4.2 Dst ……….

1.5 BantuanKeuanganPemeri ntahProvinsi,

Kabupaten/Kota, dandesalainnya

1.5.1 BantuanKeuanganPemeri ntah:

1.5.1.1 Dst

………

1.5.2 BantuanKeuanganPemeri

(50)

1.5.2.1 Dst

………

1.5.3 BantuanKeuanganPemeri ntahKabupaten/Kota.

1.5.3.1 Dana

Tambahanpenghasilantet apKepalaDesadanPerang katDesa

1.5.3.2 Dst ………..

1.5.4 BantuanKeuanganDesala innya :

1.5.4.1 Dst ………

1.6 Hibah

1.6.1 Hibahdaripemerintah 1.6.2 Hibahdaripemerintahprovi

nsi

1.6.3 Hibahdaripemerintahkabu paten/kota

1.6.4 Hibahdaribadan/lembaga/

organisasiswasta

1.6.5 Hibahdarikelompokmasya rakat/ perorangan

1.6.6 Dst ………..

1.7 SumbanganPihakKetiga 1.7.1 Sumbangandari ………..

1.7.2 Dst ……….

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA

2.1 BelanjaLangsung 2.1.1 BelanjaPegawai/Honorari

um :

2.1.1.1 Honor tim/panitia 2.1.1.2 Dst ………..

(51)

2.1.2 BelanjaBarang/Jasa : 2.1.2.1 Belanjaperjalanandinas 2.1.2.2 Belanjabahan/material 2.1.2.3 Dst

………

2.1.3 Belanja Modal 2.1.3.1 Belanja Modal Tanah 2.1.3.2 Belanja Modal jaringan 2.1.3.3 Dst

………

2.2 BelanjaTidakLangsung 2.2.1 BelanjaPegawai/Penghas

ilanTetap 2.2.1.1 Dst

………

2.2.3 BelanjaHibah 2.2.3.1 Dst

………

2.2.4 BelanjaBantuanSosial : 2.2.4.1 PendidikanAnakUsiaDini

(PAUD)

2.2.4.2 Dst ………

2.2.5 BelanjaBantuanKeuanga n

2.2.5.1 Dst ………

2.2.6 Belanjatakterduga 2.2.6.1 Keadaandarurat 2.2.6.2 Bencanaalam 2.2.6.3 Dst………

(52)

JUMLAH BELANJA

3 PEMBIAYAAN

3.1 PenerimaanPembiayaan 3.1.1 SisaLebihPerhitunganAn

ggaran (SILPA) tahunsebelumnya.

3.1.2 Hasilpenjualankekayaan Desa yang dipisahkan.

3.1.3 PenerimaanPinjaman 3.2 PengeluaranPembiayaan 3.2.1 Pembentukan Dana

Cadangan

3.2.2 Penyertaan Modal Desa 3.2.3 Pembayaranutang

JUMLAH PEMBIAYAAN

……….,tanggal………

KEPALA DESA

……….

Catatan :

* Tanah

KasDesaatauistilahlainnyaseperti : Tanah Titi Sara, SuguhDayoh, Bengkok, BondoDeso, kokoan, Timbul, Pangonan, Tanah PembelianDesa, dsb.

(53)

Lampiran II BukuKasUmumDesa

BUKU KAS UMUM

DESA ……… KECAMATAN ……….

TAHUN ANGGARAN

No. Tgl. KODE REKENING URAIAN PENERIMAAN

(Rp.)

PENGELUARAN (Rp.)

1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Jumlahbulan/tanggal Rp.

Jumlahsampaibulanlalu/tanggal Rp.

Jumlahsemua s/d bulan /tanggal Rp.

Sisakas Rp.

Padahariinitanggal ………, 200..

Oleh kami didapatdalamkasRp. ……….

( ……….. denganhuruf) Terdiridari :

Tunai Rp. ……….

Saldo Bank Rp. ……….

SuratBerharga Rp. ……….

………., tanggal

………

MENGETAHUI BENDAHARA DESA,

KEPALA DESA,

……….. ……….

Cara Pengisian :

Kolom1diisidengannomorurutpenerimakasataupengeluarankas Kolom2 diisidengantanggalpenerimaankasataupengeluarankas Kolom3 diisidengankoderekeningpenerimaankasataupengeluarankas Kolom4 diisidenganuraianpenerimaankasataupengeluarankas Kolom5 diisidenganjumlah rupiah penerimaankas

(54)

Lampiran III BukuKasPembantuPerincianObyekPenerimaan

BUKU KAS PEMBANTU PERINCIAN OBYEK PENERIMAAN

DESA ……… KECAMATAN ……….

TAHUN ANGGARAN No.

URUT

NOMOR BKU PENERIMAAN

TANGGAL SETOR

NOMOR STS & BUKTI PENERIMAAN LAINNYA

JUMLAH (Rp.)

1 2 3 4 5

Jumlahbulanini Rp.

Jumlah s/d bulanlalu Rp.

Jumlah s/d bulanini Rp.

……….,tanggal…………....

MENGETAHUI BENDAHARA DESA, KEPALA DESA

……….. ……….

Cara Pengisian :

Kolom1diisidengannomorurut

Kolom2 diisidenganNomor BKU penerimaan

Kolom3 diisidenganTanggalPenyetoran STS/BuktiPenerimaanlainnya Kolom4 diisidenganNomor STS/Buktipenerimaanlainnya.

Kolom5 diisidenganjumlah rupiah setoran STS/Bukti penerimaan lainnya.

(55)

Lampiran IV BukuKasPembantuPerincianObyekPengeluaran BUKU KAS PEMBANTU

PERINCIAN OBYEK PENGELUARAN

DESA ……… KECAMATAN ……….

TAHUN ANGGARAN No.

URUT

NOMOR BKU PENGELUARAN

TANGGAL PENGELUARAN

NOMOR SPP & BUKTI PENGELUARAN LAINNYA

JUMLAH (Rp.)

1 2 3 4 5

JUMLAH

Jumlahbulanini Rp.

Jumlah s/d bulanlalu Rp.

Jumlah s/d bulanini Rp.

……….,tanggal………

MENGETAHUI BENDAHARA DESA,

KEPALA DESA,

……….. ……….

Cara Pengisian :

Kolom1diisidengannomorurut

Kolom2 diisidenganNomor BKU pengeluaran

Kolom3 diisidenganTanggalPengeluaran SPP/BuktiPengeluaranlainnya Kolom4 diisidenganNomor SPP/Buktipengeluaranlainnya.

Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah Pengeluaran SPP/Bukti pengeluaran lainnya.

(56)

Lampiran V BukuKasHarianPembantu

BUKU KAS HARIAN PEMBANTU

DESA ……… KECAMATAN ……….

TAHUN ANGGARAN No.

URU T

TANGGAL URAIAN PENERIMAAN (Rp.)

PENGELUARAN

(Rp.) JUMLAH

(Rp.)

1 2 3 4 5

JUMLAH

……….,tanggal ………

MENGETAHUI BENDAHARA DESA,

KEPALA DESA,

……….. ……….

Cara Pengisian :

Kolom1diisidengannomorurutpenerimaanataupengeluarankaspengeluaran Kolom2 diisidengantanggalpenerimaanataupengeluarankaspengeluaran Kolom3 diisidenganuraianpenerimaankasataupengeluarankas

Kolom4 diisidenganjumlah rupiah penerimaankas.

Kolom5 diisidenganjumlah rupiah pengeluarankas.

Kolom 6 diisidengansaldobukukasbendahara.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di

Deteksi objek bergerak menggunakan CMUCam berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dapat dikembangkan dan daplikasikan pada berbagai bidang, yang tentunya dengan beberapa pertimbangan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang benar dengan arahan

Guru mengirimkan link video untuk memberikan gambaran utuh pada siswa mengenai materi Penyusunan Laporan Akuntansi Laba-Rugi.. https://www.youtube.com/watch?v=6fCfvp55VWw

Hasil kajian mendapati personaliti diri responden, pengetahuan agama yang lemah, tekananyang dihadapi dalam kehidupan harian dan pengalaman trauma penderaan yang

Pada Gambar 2.6 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar teknologi peningkatan kualitas batubara membutuhkan kondisi operasi yang cukup ekstrim sehingga

♣ Hubungkan ujung urat kabel yang akan diukur, misalnya p-1 dengan alat ukur, lalu aktifkan alat ukur sedang ujung lainnya harus terbuka (open). Lama pengukuran sekitar satu

PT Istana Alam Dewi Tara (Istana Alam Nursery) merupakan pendatang baru di industri tanaman hias, dimana ia memiliki kapasitas baru yang cukup besar. Sebagai