• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

I-IIII----

P P P P P P

P P P P P P E E E E E E E E E E E E N N N N N N N N N N N N D D D D D D D DA D D D D A A A A A A A A A A A H H H H H H H HU H H H H U U U U U U U U U U U L L L L L L L LU L L L L U U U U U U U UA U U U A A A A A A A A A A A N N N N N N N N N N N N

S S S S S S

S S S S S S T T T T T T T T T T T T R R R R R R R R R R R R A A A A A A A AT A A A A T T T T T T T T T T T E E E E E E E E E E E E G G G G G G G G G G G G IIII IIII IIII S S S S S S S S S S S S A A A A A A A AN A A A A N N N N N N N N N N N IIII IIII IIII T T T T T T T T T T T T A A A A A A A AS A A A A S S S S S S S S S S S IIII IIII IIII K K K K K K K K K K K K O O O O O O O O O O O O T T T T T T T T T T T T A A A A A A A A A A A A P P P P P P P P P P P P R R R R R R R R R R R R O O O O O O O OB O O O O B B B B B B B B B B B O O O O O O O O O O O O L L L L L L L L L L L L IIII IIIIN IIII N N N N N N N N N N N G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G O O O O O O O O O O O O

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Probolinggo sebagai salah satu kota tujuan investasi di Jawa Timur memiliki beberapa permasalahan. Salah satunya adalah permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak lepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai kaitan erat dengan persoalan sanitasi.

Kemiskinan bisa menjadi penyebab buruknya akses dan layanan sanitasi yang tidak memadai, dimana hal ini akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatanan dan lingkungan yang pada gilirannya akan berdampak pada tingkat produktifitas masyarakat. Kondisi ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota Probolinggo untuk membenahi sanitasi.

Dalam rangka mendukung Millenium Development Goal’s (MDG’s) di bidang infrastruktur khususnya sanitasi, diharapkan perhatian Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/kota meningkatkan kualitas dan kuantitas sanitasi di daerah masing-masing. Pada kondisi saat ini realita yang terlihat adalah belum optimalnya layanan dan buruknya kondisi sanitasi di daerah melingkupi sampah rumah tangga, air limbah domestik, serta drainase lingkungan, telah menurunkan kualitas lingkungan hidup, tercemarnya sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga jumlah penderita penyakit terutama pada balita semakin meningkat. Menanggapi realita tersebut, Pemerintah telah menetapkan program percepatan pembangunan sanitasi perkotaan (PPSP) menjadi salah satu program prioritas pembangunan nasional yang akan dilakukan secara bertahap dimulai pada tahun 2011 hingga tahun 2015.

Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan Pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan didukung oleh kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk Pemerintah propinsi dan kota yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga miskin perkotaan di daerah perkotaan.

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.

Salah satu aspek dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan yang sehat, perlu diperhatikan masalah

drainase, persampahan dan air limbah. Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu

air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-

(2)

I-IIII----

sendiri. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, sehingga masih terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.

Apabila kualitas lingkungan terjaga dengan baik, derajat kesehatan manusia akan meningkat pula. Oleh karena itu, Pemerintah maupun masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan mengelola lingkungannya agar tidak membawa dampak buruk bagi penghuninya. Dampak tersebut notabene merupakan efek samping dari aktivitas manusia sehari-hari, sehingga permasalahan yang timbul biasanya adalah masalah sosial kesehatan masyarakat itu sendiri.

Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah:

memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi Pemerintah daerah.

Kota Probolinggo merupakan kota dengan dinamika yang tinggi dimana kebijakan pembangunan yang dilaksanakan haruslah merupakan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, Kota Probolinggo merupakan kota yang berkembang cukup pesat, sesuai dengan visi pembangunan daerah mengacu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2010- 2014 yaitu “Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kota Probolinggo Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Berbasis Investasi Produktif dan Berkesinambungan”. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, terjadi pertambahan penduduk dengan rata-rata kenaikan 0,45% per tahunnya.

Pengelolaan sanitasi saat ini harus menjadi prioritas karena permasalahan yang ditimbulkan akibat dari pengelolaan yang kurang baik akan berdampak langsung kepada derajad kesehatan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo, namun masih belum sepenuhnya memenuhi harapan dalam mengatasi persoalan pengelolaan sanitasi, Hal ini dapat terlihat dari bermunculnya kantung-kantung permukiman kumuh di Kota Probolinggo. Akibat buruknya kualitas prasarana dan pola hidup masyarakat yang buruk terhadap sanitasi dapat meningkatkan resiko kesehatan lingkungan terutama penularan beberapa penyakit misalnya diare dan demam berdarah. Pendataan tentang jumlah penderita penyakit lingkungan menjadi suatu kebutuhan dan akan ditampilkan dalam salah satu studi yang dilakukan, misalnya studi EHRA dan penetapan area beresiko.

Dari data yang ada terkait permasalahan sanitasi di Kota Probolinggo, diketahui masih kurangnya

penanganan sanitasi perkotaan yang meliputi sektor Drainase, Persampahan dan Air Limbah, hal ini terlihat dari

data makro kondisi sanitasi Kota Probolinggo yang meliputi angka kesakitan (jumlah penderita) akibat sanitasi

buruk sebesar 203 orang per 10.000 penduduk, kepadatan penduduk sebesar 3.797 jiwa per km

2

, prosentase

penduduk miskin 9% dari 216.222 orang, rasio PAD terhadap APBD sebesar + 10% dan SR air minum pada

(3)

I-IIII----

tahun 2008 sebanyak 14.019 atau 28% dari jumlah KK. Oleh karena itu masih dibutuhkan peran serta aktif dari semua elemen masyarakat dalam pembangunan sanitasi, khususnya Sektor Swasta dan Lembaga Non Pemerintah yang lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Koperasi.

Dalam rangka mewujudkan target Millennium Development Goals (MDGs) khususnya target ke-7 (menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan) dan ke-11 (mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan 100 juta penghuni permukiman kumuh, sampai tahun 2020), serta untuk menciptakan Kota Probolinggo yang berkualitas, sebagai kota yang menarik baik sebagai tempat usaha/kerja atau sebagai pusat kegiatan ekonomi maupun tempat tinggal yang indah, bersih sehat dan nyaman, maka pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Probolinggo Tahun 2009–2014, salah satu fokusnya adalah percepatan pembangunan infrastuktur kota termasuk sektor sanitasi.

Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “rencana besar” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu rencana strategi berjangka waktu menengah (3-5 tahun) yang di buat khusus untuk mengarahkan pembangunan sektor sanitasi suatu kota. Juga memastikan satu program pembenahan layanan sanitasi akan bersinergi dengan program-program lainnya guna mencapai sasaran pembangunan yang disepakati serta mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan sektor swasta, Lembaga Swadya Masyarakat atau kelompok masyarakat. SSK yang disusun oleh Pokja Sanitasi ini mengacu kepada 4 karakteristik utama yang akan tercermin dalam prosesnya maupun produknya, yaitu:

1. Intersektor dan terintegrasi

2. Mensinkronkan pendekatan ‘top down’ dengan bottom up’

3. Skala kota (city wide)

4. Berdasarkan data empiris (dari studi-studi pendukung Buku Putih Sanitasi)

Penyusunan strategi sanitasi kota adalah simpul awal dari iterasi proses pembangunan sanitasi yang

berkesinambungan juga merupakan dokumen pembangunan khusus tentang perencanaan sanitasi jangka

menengah yang komperhensif dan bersifat strategis,berkelanjutan dan partisipatif dalam mencapai target minimal

layanan sanitasi yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimum (SPM) maupun peraturan perundang-

undangan serta peraturan lainnya yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah. SSK Kota Probolinggo

berisi Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Sanitasi Kota Probolinggo berikut strategi-strategi pencapaianya,

Dimana Tiap-tiap strategi diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut komponen–komponen

kegiatan indikatifnya hal ini terjabarkan pada cakupan suatu Strategi Sanitasi Kota yang meliputi ;

(4)

I-IIII----

Aspek Teknis

Mencakup startegi dan usulan kegiatan pengembangan (a) Layanan Sub Sektor Air Limbah Domestik, (b) Layanan Sub Sektor Persampahan, (c) Layanan Sub Sektor Drainase Lingkungan, (d) Layanan Sektor Air Bersih, dan (e) Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Aspek Pendukung

Mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen (a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b) Keuangan, (c) Komunikasi, (d) Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e) Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan, (f) Monitoring dan Evaluasi.

Dalam hal ini jelas bahwa fungsi SSK untuk pembangunan dan peningkatan askes pelayanan sanitasi kota di samping itu juga sebagai portofolio untuk mengakses pendanaan dari beberapa sumber pendanaan yang ada , baik dari pemerintah, swasta maupun masyarakat juga untuk mengikat Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan semua pelaku pembangunan sanitasi untuk bersinergi dan mengikat komitmen.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN SSK

Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi kota yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo dalam jangka menengah (5 tahunan)

Sedangkan tujuan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) meliputi : a. Tujuan Umum

Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi jangka menengah yang dapat dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi.

b. Tujuan Khusus

1) Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo jangka menengah.

2) Sebagai dasar penyusunan rencana operasional tahapan pembangunan serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi.

3) Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instasi, masyarakat dan pihak swasata) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kota Probolinggo.

Buku Strategi Sanitasi Kota Probolinggo yang disusun oleh berbagai komponen dinas atau

kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi dalam wadah pokja sanitasi sebagai rencana strategis tindak

lanjut kegiatan pembenahan sanitasi perkotaan dengan acuan Buku Putih Sanitasi Kota Probolinggo.

(5)

I-IIII----

1.3. LANDASAN HUKUM

Didalam penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kota (SSK) Probolinggo berdasar pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Kegiatan program Urban Sanitation Development Program (USDP) atau Program Pengembangan Sanitasi Perkotaan di Kota Probolinggo didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene.

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan .

4. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

5. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

9. Undang-undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan.

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

11. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

12. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Kabupaten/Kota.

13. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air.

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.

17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009.

23. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

24. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya

Air

(6)

I-IIII----

25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan;

26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;

27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/Menkes/SKl/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum;

28. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;

30. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.

32. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL.

33. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.

35. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2007 tentang Dokumen Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan;

36. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor: 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan.

37. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan.

38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;

39. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkota

40. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur.

41. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit.

42. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2000 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair ke Sumber-Sumber Air di Provinsi Jawa Timur.

43. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 17 Tahun 2002 tentang Kebersihan.

44. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun 2002 tentang Penetapan Kawasan Lindung;

45. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2002 tentang Pengendalian Pencemaran Air;

(7)

I-IIII----

46. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 21 Tahun 2002 tentang AMDAL;

47. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2006 tentang Penataan dan Pengembangan Kelembagaan Kecamatan.

48. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor : 2 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Kota Probolinggo Tahun 2006-2025;

49. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor: 10 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Probolinggo Tahun 2006-2025;

50. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 11 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Probolinggo 2006-2009.

51. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2006 tentang Penataan dan Pengembangan Kelembagaan Kecamatan;

52. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 6 Tahun 2007 tentang Retribusi Cetak Peta.

53. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2008 tentang Bangunan Gedung;

54. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 9 Tahun 2009 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair ke Sumber-Sumber Air di Kota Probolinggo.

55. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Kota Probolinggo Tahun 2009 – 2028 ;

56. Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 61 Tahun 2008 tentang Master Plan Drainase Kota Probolinggo.

57. Peraturan Walikota Kota Probolinggo Nomor 29 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum.

58. Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 17 tahun 2010 tentang Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

59. Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 257/ KEP/ 425.012/ 2006 Tentang Pengurus Kelompok Masyarakat Pemilahan Sampah Rumah Tangga “PAPESA” (Paguyuban Peduli Sampah) Kota Probolinggo.

60. Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 247/ KEP/ 425.012/ 2007 Tentang Tim Pembina Pembentukan Perkampungan di Kawasan Industri Yang Sehat dan Ramah Lingkungan.

61. Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 103/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang Dewan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Kota Probolinggo.

62. Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 197/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang Paguyuban Eco Pesantren Kota Probolinggo Tahun 2008.

63. Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Nomor : 660/ 06/ KEP/

425.111/ 2008 Tentang Tim Teknis Program Eco Office.

64. Perjanjian kerjasama nomor : 050/ 484 A/ 425.111/ 2006 antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan

Kelompok Tani Assalam tentang pemanfaatan produk kompos/ pupuk organik UPTD Komposting Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.

(8)

I-IIII----

65. Perjanjian kerjasama nomor : 050/ 484 B/ 425.111/ 2006 antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah Rumah Tangga tentang Penyediaan Sampah organik/ bahan baku pembuatan pupuk organik/ composting dari proses pemilahan sampah rumah tangga.

66. Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Nomor : 188.45/ 04 / KEP/

425.111/ 2008 Tentang Tim Pembina Pemantapan dan sosialisasi Penggunaan Komposter Aerob Skala Rumah Tangga Tahun 2008 Kota Probolinggo.

67. Kerjasama nomor : 660/ 1108/ 425.111/ 2008 Antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan UD. Tiga Putra Mandiri Tentang Pemanfaatan biokompos Bayuangga Lestari Untuk Bahan Baku Produksi Pupuk NPK Organik Granular.

1.4. METODE PENYUSUNAN

Dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota Probolinggo, pendekatan dan metodologi penyusunan yang dilakukan dapat dipahami dari diagram alir / kerangka pikir penyusunan seperti pada Gambar 1.1, dimana dalam penyusunanannya dapat dibagi dalam :

1. CA-09 Perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota – dalam bagian ini dilakukan perumusan arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota, yang dilakukan oleh anggota Pokja Sanitasi Kota dengan difasilitasi oleh CF, dengan rincian :

• Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan dalam bagian CA-04.

• Rangkuman sistem sanitasi, zona sanitasi, tingkat layanan, hambatan, isu dan potensi yang ada.

2. CA-10 Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah dengan tujuan diperolehnya persetujuan untuk perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota yang dilakukan oleh anggota Pokja Sanitasi Kota (Tim Teknis) dan Tim Pengarah. CF dapat berperan aktif dalam pertemuan ini, atau bertindak sebagai nara sumber yang membantu Pokja Sanitasi Kota (Tim Teknis) dalam memberikan jawaban-jawaban.

Ada baiknya CF didampingi oleh tenaga ahli manajemen dan operasi sanitasi, dengan rincian :

• Paparan visi, misi, tujuan, sasaran dan arahan penahapan, sistem sanitasi, zona sanitasi, tingkat layanan, isu-isu strategis dan kemungkinan hambatan.

• Paparan (draf) arah pengembangan sektor sanitasi kota.

• Persetujuan tentang arah pengembangan sektor dari Tim Pengarah.

3. CA-11 Audiensi oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan DPRD serta Pokja Sanitasi Provinsi

& TTPS dengan tujuan mendapatkan pemahaman tentang sanitasi dengan rincian :

• Penjelasan isu-isu strategis dan kemungkinan hambatan sanitasi kota.

• Paparan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota.

• Diskusi isu pendanaan, ketentuan, batasan dan peluangnya.

• Dukungan dan komitmen terhadap pembangunan sanitasi di kota.

(9)

I-IIII----

• Penjelasan rencana kegiatan penyiapan SSK.

• Laporan perkembangan proses penyusunan SSK (termasuk komitmen Panitia Anggaran dan DPRD).

• Arahan untuk dukungan pendanaan.

4. CB-01 Perumusan Strategi dan Pengembangan Strategi Subsektor Serta Aspek Pendukung Layanan Sanitasi oleh Pokja Sanitasi Kota, difasilitasi oleh City Facilitator dan didampingi para ahli terkait yang setidaknya terdiri dari ahli teknik dan manajemen operasi sistem, ahli kelembagaan dan peraturan, ahli keuangan dan ahli komunikasi. Dengan rincian :

• Perumusan Strategi

• Pengembangan strategi (identifikasi dari awal program dan kegiatan) untuk subsektor air limbah persampahan, dan drainase lingkungan.

• Aspek hygiene.

• Integrasi Strategi Subsektor.

5. CB-02 Penyiapan Program dan Kegiatan Terhimpunnya program dan kegiatan sanitasi untuk jangka pendek dan jangka menengah (daftar panjang/long list) dengan rincian :

• Susun kegiatan berdasarkan kelompok program.

• Buat perkiraan sumber pendanaan, termasuk yang akan diarahkan untuk mendapatkan pendanaan

dari APBD kota.

(10)

I-IIII----

(11)

I-IIII----

Gambar 1. 1 Diagram Alir Tahapan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Probolinggo

(12)

I-IIII----

Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dilakukan dengan metode SWOT melalui tahapan :

1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kota (Penyusunan Buku Putih Sanitasi), melalui studi-studi pendukung dan observasi lapangan guna pengumpulan data primer dan sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui interview dan observasi lapangan melalui studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA), studi Sanitation Supply Assessment (SSA) studi Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan (PMJK), dan studi Media Assessment.

Pengumpulan data sekunder meliputi studi keuangan, studi kelembagaan.

2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi kota, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi sanitasi kota. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di kota.

3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan melalui identifikasi parameter kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengelolaan sanitasi kota yang digunakan untuk mendiskripsikan issue strategis dalam mencapai tujuan.

4. Merumuskan strategi sanitasi kota dengan melakukan analisis terhadap parameter SWOT. Rumusan strategi akan menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kota jangka menengah (3-5 tahun).

1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Pembahasan Strategi Sanitasi Kota dalam dokumen ini terdiri dari tujuh bab. Bab 1, 2 dan 3 dari dokumen SSK ini merupakan Arah Pembangunan Sanitasi Kota atau sering juga disebut sebagai Kerangka Kerja Sanitasi yang memberikan arahan jangka panjang (20 tahunan), dan jangka menengah (5 tahunan) untuk pembangunan sanitasi kota secara komprehensif, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengadvokasi para pengambil keputusan di tingkat kota, propinsi dan pusat. Sedangkan Bab 3, 4, 5, 6 dan 7 memberikan gambaran rinci tentang substansi upaya-upaya strategis yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang penyusunan dokumen, maksud dan tujuan, landasan hukum, metode penyusunan serta sistematika dokumen pada penyusunan Strategi Sanitasi Kota Probolinggo.

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI

Bab arah pengambangan sektor sanitasi menjelaskan mengenai gambaran umum sanitasi kota, visi-misi sanitasi kota, kebijakan umum dan arah strategi sanitasi kota serta tujuan, sasaran sanitasi beserta arahan pentahapan pencapaian.

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

Bab ini memuat berbagai aspek non teknis yang terdiri dari kebijakan daerah, keuangan, komunikasi,

keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat dan aspek monitoring. Aspek teknis yang meliputi

sub sector air limbah, persampahan, drainase lingkungan, air bersih dan aspek PHBS.

(13)

I-IIII----

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI

Bab ini memuat tujuan, sasaran, strategi aspek teknis yang meliputi sub sektor air limbah, persampahan, drainase lingkungan, air minum dan PHBS. Strategi non teknis yang terdiri dari kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis dan pemberdayaan masyarakat.

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA

Bab ini menjabarkan program dan kegiatan aspek teknis terhadap masing-masing sub sektor, yaitu air limbah, persampahan, drainase lingkungan, air bersih dan PHBS serta aspek non teknis pada sektor kebijakan daerah, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis dan pemberdayaan masyarakat.

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

Bab ini memuat gambaran umum struktur monitoring dan evaluasi sanitasi, struktur kelembagaan untuk pemantauan dan evaluasi sanitasi, pendokumentasian, serta pelaporan Strategi Sanitasi Kota.

BAB VII PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari uraian pada bab sebelumnya serta langkah-langkah apa saja yang perlu direkomendasikan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Penerapan SSK (Strategi Sanitasi Kota) Blitar dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan pada

(1) Pengendalian terhadap kebijakan perencanaan pembangunan jangka menengah Kota Pontianak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 mencakup perumusan visi dan misi, strategi dan

Maksud dari kegiatan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Klaten adalah untuk. memberikan arahan atau pedoman bagi pembangunan sanitasi kabupaten yang berisi

Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah kota dan pihak terkait stakeholders untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi kota jangka

Penetapan Hasil Evaluasi Penawaran Kegiatan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Bandar Lampung , dengan ini kami umumkan hasil perusahaan yang LULUS Evaluasi

APBD sebagai sarana otonomi dan gambaran kebijakan Pemerintah Daerah disusun mengacu pada Pola Dasar Pembangunan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan

Pemerintah Kota Malang telah menyusun dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS) pada tahun 2010 yang memuat rencana strategis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Penerapan SSK (Strategi Sanitasi Kota) Blitar dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan pada