• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tidak Lengkap!!!

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Tidak Lengkap!!!"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SEMARANG

Paulus Wardoyo, Endang Rusdianti, Purwantini

Abstrak

Penelitian ini menkaji tentang fenomena yang menarik yang terjadi dilapangan dimana terjadi adanya perubahan perilaku lulusan Sekolah Menengah Pertama dalam memilih sekolah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Minat lulusan SMP untuk melanjutkan ke SMA rata-rata mengalami penurunan sebesar 3,31% per tahun dan yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan rata-rata meningkat sebesar 14,35 % setiap tahunnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan program keahlian yang dikembangkan SMK di Kabupaten Semarang belum sepenuhnya mengarah pada pengembangan potensi wilayah. Banyak potensi wilayah yang belum tergali karena tidak disiapkannya sumber daya manusia/tenaga kerja, hal ini terlihat dari tidak adanya program keahlian SMK yang dikembangkan dalam rangka menyiapkan SDM untuk menggali dan mengolah Sumber Daya Alam (bahan galian) yang ada di Kabupaten Semarang, di samping rendahnya jumlah program keahlian di bidang pertanian dan peternakan serta pariwisata yang dikembangkan di SMK yang ada.

Hal yang sedemikian tentunya kurang mendukung misi Kabupaten Semarang dalam upaya mengembangkan perekonomian daerah yang berbasis Industri, Pertanian dan Pariwisata (INTANPARI), serta Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah tahun 2011-2015 Daerah Kabupaten Sermarang.

Kata Kunci : minat studi, potensi wilayah, agribisnis

Abstract

This study examines the interesting phenomena that occur in the field where there is a change in the behavior of junior high school graduates in choosing a school to higher education . Interest in graduate junior high school to proceed to an average decrease of 3.31 % per annum and are continuing to vocational schools increased by an average of 14.35 % annually .

The results of this study demonstrate vocational skills program developed in Semarang district has not fully lead to the development potential of the region . Many areas of untapped potential for not prepared human resources / labor , it is evident from the absence of vocational skills program developed in order to prepare human resources for digging and processing natural resources ( minerals ) in Semarang district , in addition to low number of program expertise in agriculture and animal husbandry and tourism developed in the existing vocational school .

It is certainly not support such a mission Semarang District in an effort to develop a regional economy based Industry Agriculture and Tourism (INTANPARI ), and the Medium Term Development Policy 2011-2015 Sermarang District .

Keywords : interest in studies , regional development , agribusiness

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Tuntutan persaingan di dunia kerja, membutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

melalui pendidikan. Strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia diarahkan pada kemampuan kecakapan/ketrampilan hidup peserta didik. Aspek ini meliputi tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

Makalah Tidak Lengkap !!!

ISSN 1410-9859

▸ Baca selengkapnya: makalah renang lengkap dengan gambar

(2)

2 Kajian Kebutuhan Dan Penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Semarang

(SMA) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Usaha peningkatan kualitas melalui pendidikan ini sesuai dengan visi Kementrian Pendidikan Nasional 2014 yang tercantum dalam Renstra Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 , yaitu terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif. Sejalan dengan visi tersebut Direktorat Pembinaan SMK berhasrat pada tahun 2014 mewujudkan visi terselenggaranya layanan prima pendidikan menengah kejuruan untuk membentuk lulusan SMK yang berjiwa wirausaha, cerdas, siap kerja, kompetitif dan memiliki jati diri bangsa, serta mampu mengembangkan keunggulan local dan dapat bersaing di pasar global.

Kebijakan pendidikan dalam bentuk link & match bagi Sekolah Menengah Kejuruan memberikan penegasan terhadap perlunya keterkaitan yang nyata antara penyelenggaraan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat terutama dunia usaha dan dunia industry yang akan menjadi dunia kerja lulusannya. Kebijakan tersebut merupakan sarana untuk membangun kemitraan dengan industry dalam rangka menentukan prioritas serta menyusun bentuk dan materi program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan tuntutan standar kompetensi nasional sehingga meningkatkan kualitas lulusan.

Kenyataan yang ada, jumlah anak didik yang langsung memasuki dunia kerja lebih banyak daripada anak-anak yang ingin melanjutkan proses pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Bukan karena tidak mampu mengikuti proses pendidikan lebih lanjut, tetapi kondisi kehidupan yang seringkali menjadi alasan utamanya (Saroni, 2008). Pihak DU (dunia usaha)/DI(dunia industry) kecewa karena anak-anak yang memasuki lapangan pekerjaan tidak mempunyai bekal yang memadai untuk kualifikasi pekerja yang diharapkan.

Data dari Biro Statistik Kabupaten Semarang tahun 2010, jumlah anak usia sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA, MA dan SMK), sebagai berikut;

Jumlah anak sekolah yang tertampung di bangku sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sampai dengan SMA/SMK dan MA selama 5 tahun terakhir rata-rata mencapai 71 % dari jumlah anak usia sekolah.

Sementara sisanya 29% , diduga tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, atau memasuki dunia kerja baik sebagai karyawan atau berwiraswasta. Jumlah anak yang bersekolah di tingkat SMA, MA dan SMK (sekolah negeri / swasta) sebagai berikut :

Tabel1. 2

Perkembangan Siswa SMA,MA dan SMK di Kab Semarang

Tahun 2006-2010

Tahun SMA MA SMK

2006 2007 2008 2009 2010

10,113 9,846 9,171 8,820 8,828

1,314 1,112 1,145 1,121 1,233

6,798 8,040 9,208 10,456 11,610 Sumber : BPS Kab Semarang, 2011

Tabel 1.1

Anak Usia Sekolah di Kab Semarang Tahun 2006-2010

Tahun Usia 5-9th Usia10-14 th Usia 15-19th Jumlah Pertmbh 2006

2007 2008

73,453 74,011 74,576

76,424 77,005 77,592

75,001 75,571 76,147

224,878 226,587 228,315

0.8%

0.8%

Sumber : BPS-Kab Semarang, 2011

(3)

Fenomena yang menarik untuk dikaji yaitu terjadi adanya perubahan perilaku lulusan Sekolah Menengah Pertama dalam memilih sekolah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Minat lulusan SMP untuk melanjutkan ke SMA rata-rata mengalami penurunan sebesar 3,31% per tahun dan yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan rata-rata meningkat sebesar 14,35

% setiap tahunnya

Peningkatan mutu pendidikan dalam suatu wilayah merupakan bagian dari perencanaan strategis dan arah kebijakan pengembangan atau pembangunan wilayah.

Pengembangan wilayah mencakup tiga hal yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi yang sering disebut dengan tiga pilar pengembangan wilayah.

Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang saling terkait dan berinteraksi membentuk satu system. dan mencerminkan kinerja dari suatu wilayah.

Dunia pendidikan pada era reformasi pendidikan semakin banyak melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga memperingan beban pemerintah .Peran stakeholders pada Sekolah Menengah Kejuruansangat menentukan karena keberhasilan pembangunan SMK ditentukan oleh jejaring yang dibangun pada seluruh lini, baik pada tingkat pusat maupun daerah dengan membangun komitmen dalam rangka peningkatan mutu SMK. Komitmen tersebut dibangun antara lain melalui pemahaman dan penyamaan persepsi terhadap kebijakan dan program- program pengembangan SMK.

Orientasi Sekolah Menengah Kejuruan adalah : (1) membekali kompetensi/ketrampilan siswa untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja di dunia usaha/dunia industry, (2) membekali kompetensi/ketrampilan siswa untuk hidup mandiri mengembangkan wirausaha, menciptakan lapangan kerja, (3) membekali kompetensi/ketrampilan dan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini berarti siswa sekolah kejuruan dipersiapkan dengan berbagai ketrampilan sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah pembangunan Kabupaten Semarang khususnya di bidang pendidikan adalah masih tingginya anak usia sekolah pendidikan dasar yang tidak dapat melanjutkan pendidikan di sekolah lanjutan, dan anak yang mampu sekolah ternyata tidak dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga sebagian besar akan lari ke dunia kerja (bekerja atau berwiraswasta) atau menjadi tenaga pengangguran. Oleh karenanya perlu perencanaan pembangunan pendidikan khususnya jenis pendidikan kejuruan sebagai alternative yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat tidak mampu agar dapat memberikan bekal keterampilan kepada siswa sehingga dapat mandiri ,dapat mengembangkan potensi diri dan meningkatkan kesejahteraannya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apakah Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Kabupaten Semarang dapat memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang diperlukan oleh dunia industry yang ada, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ?

Pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi minat siswa dalam melanjutkan studi di SMK?

2. Apakah program studi SMK yang ada di Kab.Semarang sudah sesuai dengan kebutuhan pasar yang tersedia?

3. Apakah ada link and match antara program studi yang diselenggarakan SMK dengan pihak pengguna?

4. Apakah kompetensi yang dimiliki lulusan SMK yang ada di

(4)

4 Kajian Kebutuhan Dan Penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Semarang

pengguna?

5. Bagaimana sesungguhnya kompetensi yang diinginkan oleh pihak pengguna, sesuai dengan pasar yang tersedia?

6. Bagaimana peta industry yang ada di wilayah Kab. Semarang kaitannya dengan pengembangan SMK ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan yang meliputi:

minat siswa SLTP untuk melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), adanya pasar tenaga kerja yang dapat menyerap lulusan SMK, dan penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang meliputi: daya tamping (kapasitas) Sekolah Menengah Kejuruan, kesesuaian jenis keahlian (program keahlian) yang dikembangkan di SMK terhadap duniausaha/dunia industri dikaitkan dengan potensi wilayah di Kabupaten Semarang

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan pembangunan khususnya pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Semarang dalam merencanakan sarana pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Diharapkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam perencanaan pembangunan pendidikan khususnya dalam merencanakan penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Semarang

b. Bagi Institusi (USM), sebagai bahan referensi

c. Bagi Masyarakat, dapat menambah wawasan masyarakat dalam memilih dan menentukan alternatif jenis pendidikan di masa datang.

d. Bagi DU/DI bisa menjadi alternative dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerjanya

2.Metode Penelitian 2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga perlu pendekatan tertentu untuk memahaminya. Penelitian kualitatif merupakan cara untuk memahami perilaku sosial sebagai upaya menjaring informasi secara mendalam dari suatu fenomena atau permasalahan yang ada di dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun empiris.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial atau fenomena alam secara sistematis, factual dan akurat. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akanmenghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangatau dari suatu proses yang diamati. Data yang muncul yang berwujud kata-katadan bukan rangkaian angka didapatkan dalam beberapa cara, yaitu: observasi,wawancara, intisari dokumen, atau dengan cara lain yang biasanya diprosesdahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, penyuntingan, atau alihtulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanyadisusun ke dalam teks yang diperluas . Setting penelitian adalah gambaran kondisi yang direncanakan sebagai berikut

1. Lokasi penelitian adalah tempat penelitian yaitu wilayah Kabupaten Semarang

2. Waktu penelitian adalah waktu yang direncanakan peneliti untuk mengadakan penelitian yaitu :

3. Hari pelaksanaan : Senin-Sabtu, karena

(5)

merupakan hari kerja

4. Waktu pelaksanaan : jam 07.00 -16.00 WIB, hal ini dikarenakan pada jam tersebut adalah waktu sekolah dan waktu berkerja, akan banyak research partner yang dapat diwawancarai 5. Proses survey di lapangan adalah

cara memperoleh data dari nara sumber.

Proses memperoleh data tersebut dilakukan dengan wawancara dengan para research partner. Selain itu akan dilakukan pengamatan mengenai proses belajar mengajar, serta tata kerja di tempat research partner

6. Research partner adalah responden yang digunakan sebagai sample penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan research partner adalahsiswa SMK yang ada di Kab Semarang, orang tua peserta didik, penyelenggara/guru SMK, pengguna lulusan SMK yang berasal dari berbagai industry yang ada di Kab.

Semarang, serta pihak-pihak yang memiliki relevansi dengan hal ini seperti Dinas Pendidikan dan Dinaskertrans Kab Semarang.

2.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah responden yang dijadikan untuk menggali informasi dan data yang sesuai dengan kebutuhan , dimana dalam penelitian kualitatif disebut sebagai research partner.

2.3 Data Penelitian

Data penelitian adalah segala informasi yang dibutuhkan, dimana data tersebut memiliki kejelasan sumber, akurat dan tidak mengada-ada. Adapun data yang dibutuhkan disajikan dalam table sebagai berikut :

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis terhadap siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 37%

siswa SMP berminat untuk melanjutkan studi ke SMK, sementara sekitar 59 % ingin melanjutkan studi ke SMA dan 4% sisanya tidak melanjutkan sekolah atau akan bekerja dengan alasan karena kemampuan orang tuanya terbatas, kebanyakan mereka berasal dari buruh tani dan tenaga kerja serabutan.

Dari responden yang berminat melanjutkan studi ke SMK 35% adalah berjenis kelamin perempuan, sedangkan 65% berjenis kelamin laki-laki. Adapun alasan responden melanjutkan studi ke SMK karena setelah lulus mereka yakin bisa lebih cepat memperoleh pekerjaan sekitar 55%, karena sesuai dengan cita- cita 27,52%

dan sisanya sebesar 17.48% merasa memiliki bakat. Selama 6 tahun berturut- turut jumlah penduduk di Kabupaten Semarang telah mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,691

% per tahun. Diperkirakan jumlah pada tahun berikutnya jumlah siswa yang berminat melanjutkan ke SMK adalah 4.665 Tabel 2.1

Data Penelitian Jenis Data Keterangan

Angka Jumlah pendaftar, lulusan SMK selama lima tahun terakhir, jumlah masing-

masing industri dan perusahaan, serta kebutuhan tenaga /pasar kerja yang ada di Kab. Semarang Gambar Diagram jumlah pendaftar, lulusan SMK selama lima tahun terakhir,

jumlah perusahaan masing-masing sector industri, kebutuhan tenata/pasar kerja, jumlah tenaga kerja yang ada di Kab Semarang serta peta lokasi SMK dan Perusahan

Foto 1. Gedung dan fasilitas SMK 2. Kegiatan peserta didik 3. Gedung dan fasilitas perusahaan 4. Kegiatan setiap perusahaan

Video 1. Profil SMK dan Perusahaan yang menjadi research partner 2. Cuplikan wawancara peneliti dengan nara sumber Naras 1. Data hasil wawancara terhadap research partner

(6)

6 Kajian Kebutuhan Dan Penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Semarang

orang

Merujuk data tentang dunia industri yang ada di Kab Semarang, ditemukan ada 182 perusahaan dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 71.998 orang, Perusahaan yang menduduki perigkat pertama adalah perusahaan yang bergerak di bidang garment yang berjumlah 36 perusahaan dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 29.350 orang, yang diikuti oleh perusahaan tekstil yang berjumlah 8 perusahaan dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 17.718 orang, sehingga bila kedua perusahaan ini digabung menjadi perusahaan tekstil dan derivatifnya, semuanya akan berjumlah 44 perusahaan dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 47.068 orang. Selanjutnya peringkat ke dua diduduki oleh perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan yang berjumlah 16 perusahaan dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 4.511 orang, sedangkan perusahaan yang bergerak dibidang minuman sebanyak 30 perusahaan dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3.145 orang. Dari sini terlihat bahwa jumlah tenaga kerja di Kabupaten Semarang 65,37 % terserap di sektor industri tekstil dan turunannya. Atau dengan perkataan lain, bahwa industri tekstil dan turunannya merupakan tulang punggung dalam menyediakan lapangan kerja di Kabupaten Semarang

Dari hasil wawancara dengan research partner yang berasal dari kalangan pengusaha dan sekolah menengah kejuruan, diketahui bahwa tidak semua lulusan SMK langsung bisa langsung terserap di dunia usaha/dunia industri yang ada di Kabupaten Semarang, kecuali untuk progam studi atau keahlian tertentu seperti Busana Butik. Hambatan utama yang dihadapi oleh dunia usaha dalam mempekerjakan lulusan SMK adalah kurangnya kesiapan mental dan sikap disiplin yang mereka miliki, disamping itu adanya keberatan dari orang tua jika anaknya harus bekerja di luar pulau Jawa.

Hal yang sedemikian, akan membuat dunia usaha bersikap untuk tidak mau mengambil

resiko dan lebih cenderung untuk merekrut tenaga yang lebih berpengalaman.

Menurut hasil analisis terhadap potensi dan sumber daya alam, ditemukan bahwa sektor industri pengolahan merupakan tulang punggung Kabupaten Semarang, hal ini ditunjukkan selama tiga tahun berturut-turut memiliki angka LQ di atas 1,4 sedangkan sector Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 0,98. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah

Kabupaten Semarang dalam

mengembankan perkonomian berbasis Intanpari (industri, pertanian dan pariwisata) masih terkendala di sector pariwisata dan pertanian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program studi yang diselenggarakan oleh SMK kebanyakan menyelenggarakan program studi busana butik 17 sekolah, program studi teknik computer dan jaringan 10 sekolah, teknik kendaraan ringan 10 sekolah dan teknik sepeda motor 6 sekolah, sementara sekolah yang menyelenggarakan program studi bidang pertanian dan turunannya serta bidang pariwisata tergolong sangat minim.

Keputusan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari lulusan SMP, jika diproxi dengan siswa kelas 1 SMK yang berjumlah 5.303 siswa, diketahui bahwa 18,37% memilih program studi teknik kendaraan ringan, 16,07%

memilih program studi teknik computer dan jaringan, 13,92 % memilih program studi busana butik, sedangkan yang memilih program studi kelompok pertanian hanya mencapai 12,48%. Pada sisi lain, siswa yang memilih program studi akomodasi hotel dan pariwisata hanya mencapai 2,11%

Dari pemetaan Sekolah Menengah Kejuruan di atas, terlihat bahwa untuk wilayah Kecamatan Tuntang, Kecamatan Bergas dan Kecamatan Ungaran Timur tidak ditemukan adanya Sekolah Menengah Kejuruan, di samping itu ditemukan juga adanya tiga kecamatan yang tidak memiliki usaha yaitu Kecamatan Bancak, Kecamatan

(7)

Bringin, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan Susukan. Selain itu banyak ditemukan sekolah-sekolah yang membuka program studi yang kurang sesuai dengan rencana pengembangan kawasan setempat.

Rata-rata kelas/rombongan belajar (rombel) untuk SMK Negeri adalah 33 orang dan SMK Swasta adalah 28 orang, angka ini diperoleh dengan cara membagi jumlah siswa SMK dengan jumlah Kelas/Rombel. Selanjutnya dengan mengasumsikan bahwa jumlah siswa SMK kelas 3 lulus 100 %, demikian juga dengan siswa kelas 1 dan kelas 2 naik 100% ke kelas berikut, maka jumlah kelas yang tersedia untuk seluruh SMK adalah 134 kelas yang terdiri dari 51 kelas untuk SMK Negeri dan 88 kelas untuk SMK Swasta.

Dengan menghitung rata-rata siswa per kelas baik SMK Negeri maupun Swasta yaitu sebanyak 31 orang per kelas, maka daya tampung yang tersedia adalah minimal 4.154 siswa atau maksimal adalah 5.360 siswa, hal ini dengan menggunakan batasan yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan & Kebudayaan bahwa setiap kelas maksimal 40 siswa.

Dari hasi wawancara dengan responden di lapangan ditemukan bahwa minat lulusan SMP melanjutkan ke SMK adalah 37 %, ini berarti lulusan SMP yang akan melanjutkan ke SMK sebanyak 4.664 orang. Akhirnya dengan membandingkan daya tampung dengan minat siswa lulusan SMP untuk melanjutkan studi ke SMK, dapat dipastikan hal itu akan dapat terserap semuanya. Atau dengan perkataan lain, daya tampung SMK di Kabupaten Semarang telah melebihi jumlah kebutuhan.Program keahlian yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan logikanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja dengan prioritas lokal, regional kemudian baru tingkat nasional agar dapat memacu pertumbuhan industri di daerah.

Dukungan dunia usaha/dunia

pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan, sebagai pengguna lulusan SMK khususnya dalam penyediaan tenaga – tenaga kerja terampil seperti di bidang industri busana/gament, tekstil, barang dari kayu, minuman, perabot rumah tangga dan makanan dls.

Namun demikian, jika dilihat dari program keahlian yang dikembangkan SMK di Kabupaten Semarang belum

sepenuhnya mengarah pada

pengembangan potensi wilayah. Banyak potensi wilayah yang belum tergali karena tidak disiapkannya sumber daya manusia/tenaga kerja, hal ini terlihat dari tidak adanya program keahlian SMK yang dikembangkan dalam rangka menyiapkan SDM untuk menggali dan mengolah Sumber Daya Alam (bahan galian) yang ada di Kabupaten Semarang, di samping rendahnya jumlah program keahlian di bidang pertanian dan peternakan serta pariwisata yang dikembangkan di SMK yang ada. Sehingga hal yang sedemikian tentunya kurang mendukung misi Kabupaten Semarang dalam upaya mengembangkan perekonomian daerah yang berbasis Industri, Pertanian dan Pariwisata (INTANPARI), serta Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah tahun 2011-2015 Daerah Kabupaten Sermarang.

Di sisi lain, masyarakat nampaknya kurang merespon kebijakan pemerintah mengenai pengembangan wilayah tersebut, hal ini terlihat dengan pembukaan program-program studi yang kurang sesuai dengan potensi masing-masing wilayah kecamatan yang ada. Selain itu, kebanyakan siswa maupun masyarakat lebih menginginkan/memilih program keahlian SMK yang sifatnya marketable yang dianggap akan lebih banyak membantu dalam mencari pekerjaan. Dengan demikian, diperkirakan telah terjadi adanya pergeseran paradigma berpikir dikalangan siswa atau masyarakat dalam memilih lapangan pekerjaan.

(8)

8 Kajian Kebutuhan Dan Penyediaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Semarang

4.1. Kesimpulan

Berangkat dari hasil penelitian di lapangan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis minat siswa SLTP yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 37

% dari mereka berkeinginan untuk melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan, sedangkan sisanya cenderung untuk melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas.

Adapun program keahlian yang mereka minati adalah 26% bidang ekonomi dan bisnis, 24% bidang mesin industri, 11% bidang pariwisata dan jasa, sendagkan 49 % sisanya bidang lain seperti teknik computer dls. Pilihan hasilnya tidak berbeda jauh dengan mereka yang saat ini duduk di kelas 1 SMK. Hal yang sedemikian didasari oleh kondisi keluarga dalam hal ini adalah kemampuan ekonomi orang tua siswa, serta keinginan untuk cepat bekerja. Mereka berharap dengan memiliki keahlian memungkinkan mereka lebih mudah dalam mencari pekerjaan. Dari hasil analisis juga disimpulkan bahwa daya tampung SMK yang ada untuk menerima lulusan SMP yang berminat untuk melanjutkan studi ke SMK jumlahnya sangat memadai.

2. Kegiatan dunia usaha/dunia industri di Kabupaten Semarang sebagian besar telah melakukan kerjasama dengan pihak Sekolah Menengah Kejuruan yang ada. Peran Sekolah Menengah Kejuruan sebagai penyedia tenaga kerja yang terampil memiliki peran yang penting, namun lulusan yang terserap masih terbatas pada program-program keahlian tertentu seperti busana &

butik, teknik computer, teknik kendaraan ringan dls.

3. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Semarang sebagaimana tertuang dalam Rencana Kebijakan Pembangunan

Jangka Menengah tahun 2011-2015 yang berbasis pada Industri, Pertanian dan Pariwisata (Intanpari) dengan memprioritaskan potensi wilayah setempat kurang didukung oleh program- program studi yang diselengarakan oleh pihak Sekolah Menengah Kejuruan. Ini ditunjukkan dengan minimnya jumlah program- program studi di bidang pertanian, perternakan, perikanan, pengolahan sumber daya alam dan pariwisata yang diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan. Sementara program studi yang diselenggarakan oleh SMK lebih cenderung untuk program studi yang bersifat marketable.

4. Banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan yang ada/didirikan memang sudah mencukupi keinginan siswa SMP yang akan melanjutkan ke SMK dan penyebarannya sudah mencakup hampir semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Namun banyak program-program keahlian yang tidak sesuai dengan potensi daerah/wilayah di mana SMK tersebut didirikan. Hal ini bisa ditemukan antara lain di Kecamatan Bancak ( ada 4 program studi), Kecamatan Banyubiru (ada 1 program studi), Kecamatan Bawen (ada 6 program studi), Kecamatan Bringin (ada 2 program studi), Kecamatan Getasan (ada 3 program studi), Kecamatan Jambu (ada 2 program studi), Kecamatan Kaliwungu (ada 5 program keahlian), Kecamatan Pringapus (ada satu program keahlian), Kecamatan Sumowono (ada 2 program studi), Kecamatan Suruh (ada 3 program studi), Kecamatan Susukan (ada 6 program studi), Kecamatan Tengaran (ada 4 program studi)

5.3 Rekomendasi

Berangkat dari hasil temuan dan kesimpulan dari kajian dari penelitian, maka rekomendasi yang diberikan adalah

(9)

sebagai berikut :

a. Bagi Pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan :

1. Sebaiknya dalam pemberian ijin pembukaan program studi yang baru yang akan diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan hanya diberikan bagi program- program studi yang dapat mendukung pengembangan dan potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah yang ada di Kabupaten Semarang, misal program studi di bidang pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan, pariwisata dan pengolahan sumberdaya alam. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat menunjang rencana program jangka menengah di Kab Sermarang.

2. Sebaiknya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan, perlu lebih meningkatkan pengawasan terhadap sarana dan prasaran praktek seperti laboratorium dan bengkel kerja bagi Siswa yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Semarang.

Sehingga diharapkan rasio antara teori dan praktek dapat lebih ditingkatkan.

3. Untuk meningkatkan kesiapan mental lulusan Sekolah Menengah Kejuruan pada saat memasuki dunia kerja, sebaiknya para siswa dibekali dengan pengetahuan tentang organisasi dan perilaku keorganisisan dan kewirausahaan.

Materi-materi tersebut, selain bisa disisipkan dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat dilakukan dengan mengundang pembicara- pembicara dari praktisi atau kalangan akademisi untuk memberikan ceramah atau pelatihan, selain bimbingan karier.

diperbanyak praktek magang kerja yang wajib dilakukan oleh para siswa SMK semenjak mereka duduk di bangku kelas 1. Praktek magang kerja ini sebaiknya dilakukan setiap semester, sehingga diharapkan hal ini dapat memotivasi para siswa SMK dan mengenal dunia kerja secara lebih dini.

4. Dinas Pendidikan selaku pihak yang bertanggungjawab langsung atas mutu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka memenuhi kompetensi kerja sebagaimana yang diatur dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, sebaiknya bekerjasama dengan Badan Standar Nasional atau lembaga yang berwenang, menyeleng- garakan uji kompetensi bagi para siswa SMK sebelum mereka dinyatakan lulus dari sekolah.

Sehingga diharapkan kualitas para lulusan SMK akan dapat memenuhi persyaratan kerja di dunia usaha/dunia industri.

b. Bagi dunia usaha/dunia industri 1. Dunia usaha/dunia industri

selaku pengguna lulusan SMK, sebaiknya perlu “sedikit menurunkan” standar persyaratan penerimaan karyawan yang berasal dari fresh graduate SMK, terlebih jika lulusan tersebut telah memiliki Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Badan Sertifikasi Nasional, dibandingkan dengan para calon karyawan yang sudah memiliki pengalaman kerja.

2. Kalangan dunia usaha/dunia industri, sebaiknya bersedia menjadi tempat magang kerja bagi para siswa SMK, sebelum mereka lulus.

Gambar

Foto  1. Gedung dan fasilitas SMK  2. Kegiatan peserta didik  3. Gedung dan fasilitas perusahaan  4

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa Terdakwa / Para Terdakwa* telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan kumulatif, maka Majelis Hakim terlebih dahulu

Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pengembangan kecerdasan emosional dalam mengelola diri siswa di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung adalah sebagai pengelola

yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah:.. 1) Untuk menganalis bagaimana hubungan antara konflik pekerjaan – keluarga.

Belas Juta Empat Ratus Empat Puluh Tiga Ribu Enam Ratus Rupiah) pada Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :. NO NAMA PERUSAHAAN ALAMAT

• North Celestial Pole : The point directly over the Earth’s true north pole.. – The north star, Polaris, is near the North Celestial Pole, but not exactly at

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

Bagi karyawan yang masa jabatannya di bawah 4 tahun, merasakan kesulitan dalam memahami simbol verbal CIRI (Competence, Integrity, Reliable, Innovative) yang menjadi

Problem yang sering dirasakan adalah apabila alat yang ingin dipakai tidak dapat dilayani (beban tersedia untuk tiap grup terlampau kecil).Untuk mengatasinya, maka di